ANALISIS SEMIOTIKA LIRIK DAN VISUAL VIDEO KLIP MUSIK “LATHI” OLEH WEIRD GENIUS FEATURING SARA FAJIRA

SKRIPSI

Haridzar Muslim 160904080 Jurnalistik

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara Medan 2021

ANALISIS SEMIOTIKA LIRIK DAN VISUAL VIDEO KLIP MUSIK “LATHI” OLEH WEIRD GENIUS FEATURING SARA FAJIRA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara

Haridzar Muslim 160904080 Jurnalistik

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara Medan 2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan: Nama : HARIDZAR MUSLIM NIM : 160904080 Judul Skripsi : Analisis Semiotika Lirik dan Visual Video Klip Musik “Lathi” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh: Nama : HARIDZAR MUSLIM NIM : 160904080 Program Studi : Ilmu Komunikasi Judul : Analisis Semiotika Lirik dan Visual Video Klip Musik “Lathi” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku,

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, izin dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Semiotika Lirik dan Visual Video Klip Musik “Lathi” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Skripsi ini dapat terselesaikan dengan niat dan usaha saya serta dukungan dari berbagai pihak di sekitar saya. Ucapan terima kasih khusus saya sampaikan kepada orang tua saya, yaitu “Papa” saya Heryadi dan “Mama” saya Elfira. Saya dapat memulai hingga menyelesaikan kuliah atas dukungan mereka seperti doa, motivasi, dana dan kesabaran yang selalu diberikan kepada saya dengan harapan saya dapat menambah pengetahuan dan kemampuan. Semoga saya dapat memberikan segala kebaikan kembali kepada orang tua saya. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, contoh, masukan dan kritikan dari berbagai pihak selama masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini akan sangat sulit bagi saya untuk melalui semuanya. Pengalaman menggetarkan jiwa dengan sebutan masa kuliah yang tersimpan dalam kenangan saya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr.Muryanto Amin, S.Sos, M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU dan Dosen Penasihat Akademik pengganti untuk saya dan melanjutkan kebaikan serta arahan dari Dosen Penasihat Akademik saya sebelumnya, yaitu Almarhumah Ibu Dra.Inon Beydha M.Si, Ph.D.

v

5. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm. selaku dosen pembimbing skripsi saya dengan bimbingan, pengetahuan, candaan dan kebaikan beliau selalu menjadi pertemuan yang menyenangkan di dalam ataupun di luar kelas perkuliahan. 6. Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si. selaku dosen pembanding skripsi saya dengan bimbingan, pengetahuan, kritik dan saran serta kebaikan beliau selalu menjadi pertemuan yang menyenangkan di dalam ataupun di luar masa perkuliahan. 7. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pengetahuan dan arahan selama masa perkuliahan. 8. Kak Maya dan Kak Yanti selaku pengurus Administrasi Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah baik dan memberikan informasi dan bantuan tentang perkuliahan kepada saya. 9. Septy, Roby, Dicky, Iqbal, Raudha, Salsa, Miranda, Sarah, Iren, Yogi, Nur Annisa, Ritzka Intan, Tesa, Ricardo, Fikri, Michael, Suci dan Almarhumah Reekha sebagai teman-teman dekat saya yang mengisi ruang dan waktu saya selama masa perkuliahan dengan bantuan, candaan, dan kebaikan khususnya selama saya mengerjakan skripsi. 10. Dwi Harizki, Intan Sari, dan Kak Dewi Annisa yang telah menjadi teman diskusi selama saya mengerjakan skripsi. 11. Teman-teman angkatan 2016 yang belum saya sebutkan dan tidak mengurangi rasa terima kasih saya atas kehadiran kalian sehingga kita pernah dipertemukan dalam ruangan yang sama. Senang mengenal kalian semua. Akhir kata, saya mohon maaf jika skripsi ini memiliki kekurangan dan menjadi sebuah pembelajaran bagi saya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Harapan saya adalah penelitian ini dapat berguna bagi setiap pembacanya.

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : HARIDZAR MUSLIM NIM : 160904080 Program Studi : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisis Semiotika Lirik dan Visual Video Klip Musik “Lathi” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

vii

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai pemaknaan lirik dan visual pada video klip musik “Lathi” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan antara pemaknaan lirik dan visual dalam video klip tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes berupa signifikasi dua tahap, yaitu denotasi dan konotasi. Makna konotasi tersebut dikaitkan dengan aspek budaya masyarakat sehingga peneliti akan menemukan mitos-mitos dalam lirik dan visual tersebut. Berdasarkan alur kisah serta tokoh maupun objek yang ditampilkan, peneliti membagi adegan-adegan pada video klip musik “Lathi” menjadi 8 (delapan) scene sebagai unit analisis. Hasil penelitian ini menemukan video klip musik “Lathi” mengisahkan tentang seorang wanita yang menjadi korban dalam hubungan yang tidak sehat (toxic relationship) dan perlawanannya untuk terlepas dari hubungan tersebut. Lirik dan visualnya memiliki keterkaitan satu sama lain namun tidak sepenuhnya. Lirik lagu tersebut bermakna seseorang yang berbuat salah akan mendapatkan karma tanpa menjelaskan bagaimana karma tersebut. Namun, visual video klip tersebut menampilkan balas dendam dari wanita yang menjadi korban sebagai bentuk karma. Lirik dan visual video klip musik tersebut juga memiliki keterkaitan karena masing-masing memiliki unsur gabungan antara budaya dari luar dan budaya daerah Indonesia, yaitu Jawa.

Kata Kunci: Pemaknaan, Video Klip Musik, Semiotika

viii

ABSTRACT

This essay contains research on the meaning of the lyrics and visuals in the "Lathi" by Weird Genius featuring Sara Fajira. The purpose of this study is to determine the connection between the meaning of lyrics and visuals in that music video. The method used in this research is qualitative research methods. This study used Roland Barthes' semiotic analysis in the form of two-stage significance, which are denotation and connotation. The meaning of this connotation is related to the cultural aspects of society so that researchers will find myths in the lyrics and visuals. Based on the storyline as well as the characters and objects displayed, the researcher divides the scenes in the music video "Lathi" into 8 (eight) scenes as the unit of analysis. The results of this study found that the music video "Lathi" tells the story of a woman who becomes a victim in an unhealthy relationship (toxic relationship) and her resistance to being separated from that relationship. The lyrics and visuals are related to each other but not completely. The lyrics of the song mean someone who makes a mistake will get karma without explaining what kind of karma. However, the video clip visuals show the revenge of women who are victims as a form of karma. The lyrics and visuals also have a relationship because each of them has a combination of culture from outside Indonesia and the local culture of Indonesia, namely Java.

Keywords: Signification, Music Video Clip, Semiotics

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...... iv KATA PENGANTAR ...... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix DAFTAR ISI ...... x DAFTAR GAMBAR ...... xii DAFTAR TABEL ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Konteks Masalah ...... 1 1.2 Fokus Masalah ...... 8 1.3 Tujuan Penelitian ...... 8 1.4 Manfaat Penelitian ...... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 9 2.1 Paradigma Penelitian ...... 9 2.2 Kajian Pustaka ...... 10 2.2.1 Komunikasi Massa ...... 11 2.2.2 Media Baru ...... 15 2.2.3 YouTube ...... 17 2.2.4 Video Klip Musik ...... 19 2.2.5 Semiotika ...... 25 2.2.6 Bahasa ...... 34 2.2.7 Sinematografi ...... 38 2.3 Model Teoretis ...... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...... 46 3.1 Metode Penelitian ...... 46 3.2 Objek Penelitian ...... 47 3.3 Subjek Penelitian ...... 47 3.4 Kerangka Analisis ...... 48 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...... 49 3.6 Teknik Analisis Data ...... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 52 4.1 Hasil ...... 52 4.1.1 Tentang Objek Penelitian ...... 53 4.1.2 Analisis Lirik dan Visual Video Klip Musik “Lathi” ...... 64 4.2 Pembahasan ...... 135

x

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...... 141 5.1 Simpulan ...... 141 5.2 Saran ...... 142

DAFTAR REFERENSI ...... 143 LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1.1 Jharna Bhagwani Lathi Challenge ...... 4 2.1 Peta Tanda Roland Barthes ...... 31 3.1 Kerangka Analisis “Two Order of Signification” Roland Barthes ... 48 4.1 Weird Genius (Eka Gustiwana, Reza Oktavian, Gerald Liu) ...... 53 4.2 Sara Fajira ...... 56 4.3 Sampul Lagu “Lathi” ...... 60 4.4 Karakter Enchantress dalam Film Suicide Squad ...... 86 4.5 Karakter Ahmanet dalam Film The Mummy ...... 87 4.6 Adegan Akhir Avatar Aang Melawan Raja Api Ozai ...... 119

xii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 4.1 Video Klip Musik “Lathi” Scene 1 ...... 65 4.2 Video Klip Musik “Lathi” Scene 2 ...... 73 4.3 Video Klip Musik “Lathi” Scene 3 ...... 83 4.4 Video Klip Musik “Lathi” Scene 4 ...... 93 4.5 Video Klip Musik “Lathi” Scene 5 ...... 103 4.6 Video Klip Musik “Lathi” Scene 6 ...... 112 4.7 Video Klip Musik “Lathi” Scene 7 ...... 123 4.8 Video Klip Musik “Lathi” Scene 8 ...... 130

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah Meyer (dalam Djohan, 2009: 113), menyatakan bahwa musik sering memiliki kekuatan dalam komunikasi emosi. Diakui bahwa musik dapat menjadi perantara untuk menyampaikan perasaan selain mengkomunikasikan dan membangkitkan serangkaian emosi. Kekuatan musik dapat dirasakan mulai dari kemampuannya untuk menyebabkan orang merasa tidak nyaman (misal dari musik hingar bingar yang terdengar campur aduk) sampai menjadi saran untuk menyentuh emosi paling lembut yang bisa dirasakan seseorang (Djohan, 2009: 114). Johnson-Laird & Oatley (dalam Djohan, 2009: 115), menyatakan bahwa definisi komunikasi terutama adalah pengaruh yang terjadi antara komunikator di satu sisi dengan penerima di sisi yang lain (misalnya, musisi memengaruhi impresi auditori pendengar). Jika komunikasi sudah terjadi, baru akan ada analisis ekspresi dan komunikasi yang lebih mendalam. Pada akhirnya pesan yang disampaikan oleh pencipta (komponis) baru dapat dicerna dengan interpretasi yang tepat oleh pendengarnya. Musisi harus memiliki kemampuan teknis untuk mengekspresikan emosi dalam sebuah karya musik (Djohan, 2009: 105). Misalnya, berekspresi untuk membuat sebuah lagu. Moylan (dalam Yuliarti, 2015: 190), mengungkapkan bahwa lagu merupakan musik yang memiliki unsur teks/lirik. Unsur teks/lirik mengandung pesan tertentu sehingga lagu juga bisa diklasifikasikan sebagai produk media massa. Media massa melibatkan produksi dalam skala besar yang merupakan salah satu karakteristik budaya populer. Heryanto (dalam Yuliarti, 2015: 190) berpendapat bahwa budaya popular adalah produk dari masyarakat industri yang memiliki tiga karakteristik yaitu diproduksi secara massal, didistribusi secara luas dan diduplikasi. Semakin berkembangnya penyebaran lagu melalui beberapa media tersebut menjadikan lagu yang merupakan produk dari industri musik sebagai bagian dari produk budaya populer.

1 Universitas Sumatera Utara

2

Kini musik tidak lagi harus didengarkan lewat format fisik berupa piringan hitam, cakram digital ataupun unduhan kopi digital. Layanan musik lewat jasa streaming kian marak. Terutama setelah kemunculan Spotify dan Apple Music. Kehadiran layanan musik streaming ini telah mengubah gaya hidup dan cara orang dalam mendengarkan musik. Layanan jasa musik streaming ini memungkinkan kita mengakses puluhan juta lagu milik musikus dalam negeri dan mancanegara lewat telepon seluler atau gadget lain. Musik pun bisa didengarkan tanpa batasan tempat (Pusat Data dan Analisa Tempo, 2019). Weird Genius merilis lagu berjudul “Lathi” di awal tahun 2020. Dalam lagu tersebut, Weird Genius berkolaborasi dengan penyanyi bernama Sara Fajira. Lagu Lathi rilis pada akhir Februari 2020 dan meraih popularitas secara perlahan. Data Spotify menunjukkan bahwa popularitasnya mulai naik sepanjang Maret dan April 2020, yakni saat lagu tersebut masuk dalam sejumlah playlist lokal populer seperti Lantai Dansa dan Top Hits Indonesia. Lagu Lathi sukses membawa Weird Genius memecahkan rekor Spotify sebagai lagu lokal yang menjuarai tangga lagu Indonesia Top 50 dengan durasi terlama. Lathi bertengger di posisi puncak Indonesia Top 50 selama total enam pekan, sejak 10 Mei sampai akhir bulan Juni. Weird Genius mengalahkan pencapaian pemegang rekor sebelumnya, Hindia yang berkat lagu “Secukupnya” sempat berada di posisi puncak Indonesia Top 50 selama empat pekan (Vitu & Caroline, 2020). Bukan Cuma di Indonesia, lagu Lathi juga berhasil menembus sejumlah tangga lagu di negara lain, mulai dari Singapura (nomor 1 di Viral 50 pada Juni 2020), (nomor 1 di Malaysia Viral 50 pada Mei 2020), Hong Kong, hingga Taiwan. Lagu tersebut bahkan masuk dalam jajaran Global Viral 50 Spotify dan bisa bertahan hingga menduduki peringkat ke-2. Puncaknya, Lathi masuk di salah satu playlist global milik Spotify, yakni Teen Party, yang memiliki lebih dari 3 juta pengikut di seluruh dunia (Vitu & Caroline, 2020). Weird Genius merupakan grup musik elektronik yang terdiri atas Eka Gustiwana, Reza ‘Arap’ Oktovian dan Gerald Liu. Dalam lagu Lathi, Weird Genius menggandeng vokalis sekaligus rapper asal Surabaya, Sara Fajira. Kolaborasi ini mengandung unsur budaya dengan mengambil judul dari Bahasa Jawa Kuno yang dibaca “Lathi” dan berarti ucapan. Lagu ini dibuka dengan permainan instrumen

Universitas Sumatera Utara 3

tradisional yang mengiringi dinamika dentum powerful sepanjang lagu dan sedikit rasa melankolis pada bagian tertentu. Pada bagian bridge, Sara melantunkan sepenggal lirik berbahasa Jawa yang dibawakan dengan cengkok ala sinden. Sebuah track yang merangkum ciri identitas Weird Genius sebagai grup EDM () yang menyertakan atribut budaya lokal dalam setiap musiknya (Aditia, 2020). Pengguna internet pasti sudah akrab dengan nama “Youtube” dan mungkin banyak yang menjadikannya sebagai situs favorit. Beragam video menarik mulai dari kategori musik, film, animasi, olahraga, hingga dokumentasi pribadi dapat disaksikan melalui situs berbagi video ini. YouTube menyediakan koleksi video musik yang tersedia dalam berbagai macam aliran musik. Para penggemar musik tidak akan mengalami kesulitan jika ingin menyaksikan video musik pop, rock, alternative, ataupun hiphop. Banyaknya video musik yang dimiliki Youtube akan semakin memudahkan penggemar musik untuk memperbarui video musik yang tengah popular sekarang (Jubilee Enterprise, 2010). Secara keseluruhan, lagu Lathi bercerita tentang seseorang yang terjebak dalam toxic relationship dan berusaha lepas darinya. Salah satu yang menarik adalah adanya lirik lagu berbahasa Inggris yang bercampur dengan lirik berbahasa Jawa. Dari lirik lagu hingga konsep lagu, Lathi juga jadi bahan konten di media sosial. Hingga bulan Juni 2020 video musik “Lathi” yang berdurasi 3 menit 7 detik sudah ditonton lebih dari 66 juta kali. Sejak video musiknya dirilis di YouTube pada 26 Maret 2020 lalu, lagu karya grup musik bergenre EDM ini menarik banyak perhatian tidak hanya di dalam negeri, tapi juga sampai luar negeri. Beberapa orang luar negeri membuat konten dari lagu Lathi yang juga diunggah di Youtube. Kurt Hugo Scheneider, seorang penyanyi asal Amerika Serikat berkolaborasi dengan Jada Facer untuk menyanyikan ulang dan memberikan aransemen unik pada lagu Lathi. Penyanyi luar negeri lain seperti Davina Michelle, Patrick Stewart, hingga Emma Haesters yang berasal dari Belanda ikut menyanyikan ulang (cover) lagu Lathi (Rahim, 2020).

Universitas Sumatera Utara 4

Fenomena viral merupakan objek atau pola yang dapat menggandakan diri atau mengubah objek lain menjadi salinan dirinya sendiri saat objek lain terpapar dengan objek tersebut. Fenomena ini mendapatkan nama dari bagaimana virus dapat menyebarkan dirinya sendiri. Cara ini menjadi cara yang umum bagaimana pikiran, informasi dan tren bergerak menuju dan melalui suatu populasi manusia. Media viral merupakan istilah umum yang mendapatkan kepopuleran saat kebangkitan cepat jejaring sosial bersamaan dengan kemunduran periklanan dan pemirsa media siar. Berbeda dengan media penyebaran, media viral menggunakan metafora penularan dan pencemaran, dalam artian pemirsa berperan sebagai pembawa pasif ketimbang sebagai pemeran aktif untuk menyebarkan isi (Jenkins, Henry & Joshua, 2013: 17).

Gambar 1.1 Jharna Bhagwani Lathi Challenge Sumber: https://www.instagram.com/p/CAUv-H4p5ac/ Lathi kembali mencuat dan banyak dibahas netizen. Hal itu lantaran sebuah konten unggahan Jharna Bhagwani, seorang beauty influencer berusia 17 tahun. Jharna membuat konten makeup dengan tagar #LathiChallenge yang membuat ribuan pengguna internet berdecak kagum. Konten tersebut diunggah pada tanggal 18 Mei 2020 di media sosial Instagram. Ia menampilkan dua riasan sebagai interpretasi dari lagu Lathi karya Weird Genius. Riasan pertama bertema kontemporer yang punya kesan misterius dan abstrak. Sementara tampilan kedua memiliki nuansa tradisional khas Jawa. Diiringi lagu Lathi sebagai background music, videonya viral dan mendapat banyak pujian (Zulmi, 2020).

Universitas Sumatera Utara 5

Tagar #LathiChallenge juga ramai di platform TikTok. Setelah itu orang- orang di Indonesia mengikuti jejaknya dengan membuat kreasi makeup dengan pakaian tradisional. Ada juga yang hanya menggunakan aplikasi di smartphone. Psikolog Klinis, Adityana Kasandra Putranto, mengatakan menurutnya ada beberapa alasan mengapa #LathiChallenge ramai di Indonesia (Shalihah, 2020). “Banyak perempuan merasa memiliki koneksi dengan lagu ini, lalu ditambah kreativitas para MUA (Make Up Artist) yang menyajikan unsur keindahan tambahan sehingga lengkap menjadi sebuah Music Beauty Fashion yang artistik,” ujar dia.

Selain itu dari segi lagu, menurutnya itu adalah lagu yang bagus, digarap dengan indah dan kaya akan alunan musik. Ditambah lagi musiknya merupakan perpaduan hi-tech dan tradisional. Banyaknya orang yang meng-cover lagu itu dengan berbagai versi daerahnya juga menambah minat orang-orang Indonesia untuk menikmatinya. Menurut Kasandra, challenge itu juga mewakili sebagian masyarakat Indonesia karena visualisasinya kreatif. Menampilkan sisi kegelapan dan unsur mistik yang nyata. Dia juga menyinggung tentang makna lagu tersebut yang memiliki kedekatan dengan orang-orang Indonesia. Menurutnya, lagu itu mengandung makna yang dalam tentang dampak kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan itu dapat berupa penderitaan, sakit fisik, sakit hati, ketidakberdayaan, dan amarah maupun dendam. Kekerasan terhadap perempuan sulit dihentikan menurutnya karena berbagai faktor, mulai dari pernikahan dini, toxic relationship, kekerasan seksual, perdagangan manusia, dan lain-lain (Shalihah, 2020). Tidak hanya di Indonesia, Lathi Challenge juga menghebohkan netizen Malaysia. Namun di Malaysia, Lathi Challenge rupanya menuai kontroversi hingga dianggap bertentangan dengan agama. Kritik terhadap Lathi Challenge salah satunya datang dari ustaz atau pemuka agama Islam asal Malaysia bernama Wan Dazrin. Ia bahkan meminta agar Lathi Challenge segera dihentikan karena dianggap menyesatkan.

Universitas Sumatera Utara 6

Ia menyampaikan pendapatnya di akun media sosial Twitter miliknya, pada 6 Juni 2020 (Febriastuti, 2020). “Hentikan ‘#LathiChallenge‘ sekarang juga. Sesungguhnya tarian- tarian yang kalian lakukan itu sangat berbahaya untuk dijadikan hiburan. Ketahuilah kalian tarian itu wujud dari setengah budaya Jawa yang syirik & khurafat. Seperti memanggil Kuntilanak serta Roh Kuda Kepang. Tolong hentikannya!” “Hanya Allah SWT sahaja tahu apa yang terlintas dalam hati saya tadi bila saya di tontonkan dengan video #LathiChallenge. Sungguh ia memang menakutkan,”

Banyak netizen Indonesia yang menuntut pembuktian sang da’i. Namun, tantangan tersebut dibalas permohonan maaf dari sang da’i. Ia beralasan kalau pernyataan tersebut hanya untuk menasihati umat Muslim di Malaysia. Wan Dazrin tidak berniat menyudutkan budaya Jawa. Pedakwah itu lantas menarik ulang pernyataannya yang menyebabkan kemarahan. Ia juga menegaskan kalau dirinya tidak pernah mengatakan kalau Lathi Challenge adalah haram (Febriastuti, 2020). Pernyataan Da’i Wan juga dikomentari oleh Mufti Wilayah Persekutuan atau MUI di Malaysia. Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan, Luqman Abdullah mengatakan bahwa tindakan umat Islam yang turut membuat video Lathi Challenge mereka telah berdosa dan tidak diperbolehkan mengulangnya lagi. Lebih lanjut, Luqman menjelaskan dalam video yang dipopulerkan oleh Weird Genius berduet dengan Sara Fajira, terdapat unsur tarian yang menjadi bagian dari ritual mistis. Selain itu, dalam beberapa lirik lagunya terdapat kalimat yang diduga mengandung pujian kepada roh dan hal-hal yang berbau supranatural. Dengan begitu, Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia menyimpulkan bahwa melakukan Lathi Challenge adalah perbuatan yang dilarang. Weird Genius memberikan tanggapan terhadap komentar tentang karya mereka. Dengan santai ketiga anggota Weird Genius membantah tudingan itu dan menyebut penilaian atau asumsi pecinta musik terhadap lagunya adalah keputusan pendengar, karena seni bersifat tidak mutlak. Untuk itu, mereka tidak akan marah (Wayan, 2020). Dunia makna sangat luas untuk dipahami karena ia adalah persoalan filsafat yang sejak dulu kala hingga kini terus-menerus dicari oleh manusia. Phenix (dalam

Universitas Sumatera Utara 7

Jaeni, 2014: 77), mengidentifikasi dunia makna dalam studi filsafatnya dengan menunjukkan 6 pola dasar makna yang ada dalam kehidupan sebagai pengalaman manusia. Keenam makna tersebut dalam sebuah dunia kehidupan meliputi dunia simbolik, empirik, estetik, synoetics, etik dan synoptics. Makna pada dunia simbolik berkaitan dengan bahasa, matematik, dan bentuk-bentuk simbok nondiskrusif seperti gerak tubuh, pola-pola ritmik, dan ritual. Makna pada dunia empirik meliputi hal-hal dalam pengetahuan manusia secara fisik seperti hal-hal dalam kehidupan manusia. Makna pada dunia estetik meliputi berbagai macam seni seperti musik, seni-seni visual, gerak dan literatur (sastra). Makna pada dunia synoetics yang merupakan kesadaran langsung dari hubungan pengetahuan personal. Makna pada dunia etik berkaitan dengan moral, bahwa kewajiban lebih dari sekadar fakta, termasuk juga di dalamnya bentuk persepsi dan kesadaran tentang hubungan. Makna pada dunia synoptics merupakan makna yang komprehensif-integratif yang di dalamnya meliputi historis, agama dan filsafat. Gambaran dunia makna yang dipaparkan oleh Phenix menandakan bagaimana makna itu meliputi semua ranah. Persoalan makna tidak pernah kering hingga ia dikaji oleh berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu komunikasi. Tubbs dan Moss (dalam Jaeni, 2014: 78), menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. Lirik lagu dan visual pada video musik Lathi dapat diartikan sebagai tanda- tanda yang memiliki makna tertentu. Studi yang tepat untuk untuk menganalisis tanda-tanda tersebut adalah semiotika. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal (Barthes dalam Sobur, 2004: 15). Cristomy dan Yuwono (dalam Lantowa, Nila & Khairussibyan, 2017: 3) berpendapat bahwa semiotika adalah studi tentang tanda-tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang berarti sesuatu untuk orang lain. Studi semiotik tanda-tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanda. Dengan kata lain, ide semiotik (tanda, makna, denotatum dan interpretan) dapat diterapkan untuk semua bidang kehidupan selama tidak ada prasyarat terpenuhi, yaitu ada artinya diberikan, ada makna dan interpretasi. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang pemaknaan dalam lirik dan visual video klip musik “Lathi”.

Universitas Sumatera Utara 8

1.2 Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pemaknaan lirik dan visual video klip musik “Lathi” oleh Weird Genius dan Sara Fajira?”

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana pemaknaan lirik dan visual video klip musik “Lathi” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira. 2. Mengetahui keterkaitan antara lirik dan visual dalam video klip musik “Lathi” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman serta memperluas penelitian komunikasi mengenai analisis semiotika lirik dan visual video klip musik khususnya bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan mengenai penelitian komunikasi lebih lanjut khususnya analisis semiotika yang menggunakan teori Semiotika Roland Barthes mengenai pemaknaan lirik dan visual dalam video klip musik. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah mengenai pemaknaan lirik dan visual video klip musik kepada pihak- pihak yang bersangkutan seperti industri yang memproduksinya serta penikmat video klip musik khususnya yang menjadi subjek penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Penelitian Paradigma ibarat sebuah jendela tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya. Sebagian orang menyatakan paradigma sebagai intelektual komitmen, yaitu suatu citra fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Secara umum paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari (Agus dalam Endra, 2017: 22). Paradigma adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir, basis dari ontologi, epistemologi dan metodologi. Dalam pandangan filosof, paradigma merupakan pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang, Hal ini membawa konsekuensi praktis terhadap perilaku, cara berpikir, interpretasi dan kebijakan dalam pemilihan masalah. Paradigma memberi representasi dasar yang sederhana dari informasi pandangan yang kompleks sehingga orang dapat memilih untuk bersikap atau mengambil keputusan (Agus dalam Endra, 2017: 23). Paradigma penelitian adalah pandangan yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realita, bagaimana mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam penelitian dan cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Paradigma penelitian adalah pola pikir atau cara pandang (aliran/mazhab) mengenai keseluruhan proses, format dan hasil penelitian. Ragamnya di antaranya adalah: (1) Positivis; (2) Interpretif dan (3) Kritis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma interpretif. Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat memiliki 9 Universitas Sumatera Utara

10

makna yang banyak dan dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara (Newman dalam Muslim, 2015: 79). Paradigma interpretif adalah salah satu dari paradigma dalam penelitian sosial yang menekankan aksi sosial yang bermakna, makna yang dibentuk secara sosial dan relativisme nilai. Paradigma interpretif selalu melihat semua sudut pandang dari sisi-sisi yang berbeda, pandangan ini cenderung melihat persoalan dengan berbagai aspek kebutuhan dari sisi subjek (Newman dalam Rorong, 2020: 69-70). Paradigma interpretatif memfokuskan pada sifat subjektif dari dunia sosial. Tujuan dari pendekatan interpretatif adalah menganalisis realita sosial dan bagaimana realita sosial tersebut terbentuk. Peneliti harus menyelami pengalaman subjektif para pelakunya untuk memahami lingkungan sosial yang spesifik. Penelitian interpretatif tidak mendapatkan objektivitas sebagai hal yang terpenting, tetapi untuk memperoleh pemahaman yang mendalam, maka subjektivitas pelakunya harus digali lebih dalam sehingga memungkinkan terjadinya trade off antara objektivitas dan kedalaman temuan penelitian (Efferin dalam Endra, 2017: 22-23). Paradigma ini menekankan pada ilmu bukanlah didasarkan pada hukum dan prosedur yang baku. Setiap gejala atau peristiwa bisa jadi memiliki makna yang berbeda. Ilmu bersifat induktif, berjalan dari yang spesifik menuju ke yang umum dan abstrak. Ilmu bersifat ideografis, artinya ilmu mengungkap realitas melalui simbol-simbol dalam bentuk deskriptif. Pendekatan interpretif pada akhirnya melahirkan pendekatan kualitatif (Muslim, 2015: 79).

2.2 Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan. Kajian pustaka lebih akan mengarahkan pada pandangan kritis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang signifikan dengan penelitian yang sedang atau akan dilakukan. Proses umum yang dilakukan peneliti dalam upaya menemukan teori ada pada kajian pustaka (Chamidy dalam Fitrah dan Lutfiyah, 2017: 138). Tinjauan pustaka berisi uraian tentang penelitian-penelitian sebelumnya, tentang permasalahan yang sama atau yang serupa. Tinjauan Pustaka adalah bahan

Universitas Sumatera Utara 11

tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang hendak diteliti. Tinjauan Pustaka membantu peneliti untuk melihat ide-ide, pendapat dan kritik tentang topik tersebut yang sebelumnya. Metode kualitatif beranggapan bahwa manusia selalu dalam proses menjadi dan berkembang, dan hal ini berlaku juga setiap ilmu kemanusiaan yang selalu berada dalam proses berkembang. Itu berarti bahwa dapat terjadi teori yang pernah ada diperjelas atau dibatalkan oleh teori yang baru. Teori dalam tradisi kualitatif berarti mencari gagasan, ide atau pendapat yang ditulis oleh para ahli yang ada dalam buku, jurnal dan lain-lain. Jadi teori dalam tradisi kualitatif dipakai sebagai konfirmasi awal bahwa terdapat bukti tertulis ilmiah bahwa topik ini pernah dipelajari dan diteliti, tetapi pada tempat dan waktu yang berbeda, orang-orang yang berbeda, situasi berbeda dan konteks berbeda. Tujuan pembahasan teori di awalnya adalah untuk memberikan peneguhan atas pentingnya masalah atau topik penelitian tersebut dibahas. Dengan kata lain, hendak memberikan penegasan tentang pentingnya penelitian tersebut (Raco, 2010: 104-106).

2.2.1 Komunikasi Massa Konteks komunikasi massa adalah yang menyasar khalayak dalam jumlah besar. Sebelumnya, media massa adalah saluran-saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan massa. Media massa dapat berupa surat kabar, video CD-ROM, komputer, TV, radio dan sebagainya. Komunikasi massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi. Walaupun komunikasi massa merujuk pada surat kabar, video, CD-ROM, dan radio, pembahasan melebar hingga media baru (new media) yang terdiri atas teknologi berbasis komputer. Teknologi komunikasi ini termasuk e-mail, internet, televisi kabel digital, teknologi video sepeti DVD, pesan instan (instant messaging/IM) dan telepon genggam. Konteks komunikasi massa juga unik. Konteks ini memberikan kemampuan baik pada pengirim maupun pada penerima untuk melakukan kontrol. Sumber- sumber seperti editor surat kabar atau penyiar televisi membuat keputusan mengenai informasi apa yang akan dikirim, sedangkan penerima memiliki kendali

Universitas Sumatera Utara 12

terhadap apa yang mereka baca, dengarkan, tonton dan bahas (West & Lynn, 2008: 41).

2.2.2.1 Ciri-Ciri Komunikasi Massa Ciri komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik media audio visual maupun media cetak. Komunikasi massa selalu melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Adapun beberapa ciri-ciri komunikasi massa sebagai berikut (Romli, 2016: 4-6): 1. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukkan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karena itu, komunikasi bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau kriteria yang menarik. 2. Komunikasi Anonim dan Heterogen Pada komunikasi antar personal, komunikator mengenal komunikannya dan mengetahui identitasnya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka secara langsung. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari lapisan masyarakat yang berbeda berdasarkan faktor usia, faktor jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 3. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Effendi (dalam Romli, 2016: 5) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dari jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 4. Komunikasi Massa Lebih Mengutamakan Isi Daripada Hubungan Salah satu prinsip komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana dalam Romli, 2016: 5). Dimensi isi menunjukkan

Universitas Sumatera Utara 13

muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yaitu yang mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. 5. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa, ada juga ciri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya. Komunikasi melalui media massa bersifat satu arah. Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak secara langsung. 6. Stimulasi Alat Indra Yang Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap kelemahannya adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat, pada radio siaran dan rekaman audio khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film khalayak hanya menggunakan indra penglihatan dan pendengar. 7. Umpan Balik Tertunda dan Tidak Langsung Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas. Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat segera mengetahui reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.

2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Laswell (dalam Wahyuni, 2014: 5) mencatat 3 fungsi media massa, yaitu pengawasan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam masyarakat untuk merespons lingkungan, dan penyampaian warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Selain ketiga fungsi itu, Wright (dalam Wahyuni, 2014: 5) menambahkan fungsi keempat yaitu hiburan. Selain fungsi, media juga mempunyai banyak disfungsi yakni konsekuensi yang tidak diinginkan masyarakat atau anggota masyarakat. 1. Pengawasan (Surveillance) Pengawasan atau surveillance artinya memberi informasi dan menyediakan berita. Dalam membentuk fungsi ini, media sering kali memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi. Namun pengawasan

Universitas Sumatera Utara 14

juga bisa menyebabkan disfungsi. Kepanikan dapat terjadi karena ada penekanan yang berlebihan terhadap bahaya atau ancaman terhadap masyarakat. 2. Korelasi (Correlation) Korelasi adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Fungsi korelasi bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus dengan mengekspos penyimpangan, memberikan status dengan cara menyoroti individu terpilih dan dapat berfungsi untuk mengawasi pemerintah. Fungsi korelasi dapat menjadi disfungsi ketika media terus- menerus melanggengkan stereotype dan menumbuhkan kesamaan, menghalangi perubahan sosial dan inovasi, mengurangi kritik dan melindungi serta memperluas kekuasaan yang mungkin perlu diawasi. 3. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission) Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi di mana media menyampaikan informasi, nilai dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Media membantu integrasi individu ke masyarakat, melanjutkan sosialisasi dan mengurangi rasa terasing. Namun komunikasi massa bisa juga menimbulkan disfungsi yang berupa depersonalisasi masyarakat dan mengurangi keanekaragaman kebudayaan dan meningkatkan masyarakat massa. 4. Hiburan (Entertainment) Media massa sebagai sarana istirahat dari masalah dan mengisi waktu luang, menciptakan budaya massa, dan meningkatkan rasa atau selera. Namun dapat berdampak pula mendorong orang melarikan diri dari kenyataan, merusak kesenian dan menurunkan selera.

2.2.2 Media Baru Teknologi pada dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media. Inilah salah satu ciri dalam lingkungan media baru menurut McNamus (dalam Nasrullah, 2014: 1), bahwa ada pergeseran dari ketersediaan media yang dahulu langka dengan akses yang juga terbatas menuju media yang melimpah. Proses penyampaian pesan melalui media pun mengalami pergeseran

Universitas Sumatera Utara 15

penting. Jika selama ini merupakan pusat informasi, dan informasi itu diberikan atau dipublikasikan satu arah, kini media menjadi lebih interaktif. Khalayak tidak lagi sekadar objek yang terpapar oleh informasi, tetapi khalayak telah dilibatkan lebih aktif karena teknologi menyebabkan interaksi di media bisa terjadi. Penanda dari ciri media baru itu bisa dilihat dari munculnya media dalam jaringan. Koneksi antarjaringan melalui komputer atau lebih popular dengan internet memberikan pilihan bagi khalayak tidak hanya dalam mencari dan mengonsumsi informasi semata, tetapi khalayak juga bisa memproduksi informasi itu. Internet juga mentransformasikan dirinya sebagai tempat penyimpanan virtual, sehingga khalayak bisa mengakses informasi yang dibutuhkan kapan pun dan tentu saja melalui perangkat apa pun (Nasrullah, 2014: 2). Media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan era digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai media baru adalah digital yang biasanya memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, mampat, interaktif, dan tidak memihak, Beberapa contoh produk media baru, seperti internet, website, komputer multimedia, permainan komputer, CD-ROM, dan DVD. Media baru bukanlah televisi, film, majalah, buku, atau publikasi berbasis kertas, tetapi penggabungan antara teknologi telekomunikasi, teknologi komputer, dan teknologi media massa merupakan konvergensi media adalah ruang lingkup new media (Djamal dan Andi, 2011: 37). Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) (dalam Sujoko, Muchtar & La Ode, 2020: 60), merumuskan bahwa karakteristik new media atau media baru yang berbasis internet memiliki setidaknya sembilan hal, yaitu: 1. Audience Control (kontrol audiens), yaitu melalui penggunaan teknologi terkini pengembangan situs, pembaca dapat leluasa dan mudah memilih informasi. 2. Nonlinearity (tidak linear), yaitu guna memahami konteks informasi, di dalam segmen informasi yang disampaikan tidak perlu harus disertakan segmen sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara 16

3. Duplication (duplikasi), yaitu informasi dapat dengan mudah diduplikasi atau digandakan sehingga proses penyebaran dan distribusi informasi dapat lebih luas. 4. Retrievability (pengambilan kembali), yaitu dikarenakan adanya dukungan basis data yang memadai, proses pencarian informasi masa lampau dapat dilakukan dengan mudah. 5. Quantity (kuantitas), yaitu jumlah informasi yang disampaikan dapat sangat besar atau sangat banyak jumlahnya, tidak ada lagi jumlah batas panjang teks atau halaman maupun durasi on-air. 6. Flexibility (fleksibilitas), yaitu informasi dapat disampaikan melalui berbagai bentuk, dari sekadar teks biasa hingga multimedia. 7. Capacity (kapasitas), yaitu jumlah informasi yang dapat disimpan (arsip) bisa jauh lebih besar dan leluasa, karena digitalisasi seakan membuat tidak adanya batasan ruang penyimpanan data secara permanen, lebih awet dan berkualitas lebih baik daripada teknologi sebelumnya, misalnya pita gulungan, piringan atau kaset. 8. Interactivity (interaktivitas), yaitu umpan balik atas suatu informasi lebih interaktif, lebih dari sekadar dialogis formasi sehingga partisipasi audiens semakin bermakna dan berpengaruh selama interaksi menggunakan media baru tersebut. 9. Mobile (cepat), yaitu melalui penggunaan format teknis yang sederhana, informasi dapat disampaikan di mana saja dana kapan saja melalui piranti bergerak. Dalam perkembangan new media atau media baru tersebut, media sosial menjadi salah satu media yang paling populer digunakan oleh para pengguna atau user. Secara terminologi, istilah media sosial merujuk kepada penggunaan teknologi mobile dan berdasarkan web untuk mengubah komunikasi ke dalam bentuk dialog interaktif (Baruah dalam Sujoko, Muchtar & La Ode, 2020: 64). Kaplan dan Haenlein (dalam Sujoko, Muchtar & La Ode, 2020: 65), mengungkapkan bahwa setidaknya hingga saat ini media sosial dapat dibedakan ke dalam enam jenis, yaitu proyek kolaboratif seperti Wikipedia, blog dan microblogging seperti Twitter, content communities seperti YouTube, situs jaringan

Universitas Sumatera Utara 17

sosial seperti Facebook, dunia permainan virtual seperti World of Warcraft dan dunia sosial virtual seperti Second Life. Tidak jauh berbeda, Mayfield (dalam Sujoko, Muchtar & La Ode, 2020: 66) juga berpendapat dengan membedakan media sosial menjadi enam jenis, yaitu social networks seperti Facebook, blogs seperti Wordpress, wikis seperti Wikipedia, podcasts seperti iTunes, forums seperti mailing list dan website, content communities seperti Youtube dan microblogging seperti Twitter.

2.2.3 Youtube Di Amerika Serikat garasi adalah tempat yang mengawali kesuksesan perusahaan-perusahaan besar. Saat Steve Jobs dan Wozniak mendirikan Apple berawal dari garasi, begitu juga Microsoft dan eBay. Meski bukan jaminan tetapi usaha sederhana yang dimulai di garasi di lingkungan yang kondusif dan mendukung dapat berkembang menjadi perusahaan besar yang sukses. Langkah tersebut diikuti oleh tiga anak media yang kemudian menamai perusahaan mereka YouTube (Wardhana & Nuraksa, 2010: 165). Steve Chen, Chad Hurley, dan Jawed Karim adalah tiga pemuda brilian yang menciptakan situs YouTube. Ketiganya bertemu saat masih menjadi karyawan PayPal. Pertemuan ketiganya terjadi ketika mereka frustrasi saat berusaha mengirim e-mail yang berisi video klip. Mereka kemudian menyempurnakan infrastruktur platform video sharing mereka selama beberapa jam. Inilah awal terbentuknya situs YouTube berawal dari ketiga pemuda tersebut berhasil mengubah kesulitan teknis menjadi sesuatu yang bernilai komersial (Wardhana & Nuraksa, 2010: 168-169). YouTube didaftarkan pertama kali dengan domain YouTube.com pada 15 Februari 2005. Situsnya sendiri baru mulai dibangun beberapa bulan kemudian. Sebagai tempat sementara, dipilih garasi di Menlo Park milik satu di antara ketiga pemuda itu. Tiga bulan kemudian, pada Mei 2005, YouTube akhirnya diluncurkan ke publik. Awalnya hanya sekadar situs preview saja. Enam bulan kemudian barulah YouTube memulai debut resminya (Heriwibowo, 2008: 3) Selama musim panas 2006, YouTube telah menjadi website dengan pertumbuhan tercepat dan menempati posisi website terpopuler kelima melebihi

Universitas Sumatera Utara 18

pertumbuhan website MySpace. Oleh karena itu, tidak perlu waktu lama jika kemudian pada 9 Oktober 2006, diumumkan bahwa saham perusahaan ini telah dibeli oleh Google senilai 15,67 triliun rupiah (Heriwibowo, 2008: 4-5). Dijalankan oleh Google, YouTube adalah situs berbagi video berbasis online dan layanan streaming secara gratis, tidak terbatas dan mudah diakses bagi komunitas pembuat konten video terbesar di dunia. Layanan ini memiliki lebih dari 1 miliar pengguna dan terus bertambah, perpustakaan konten video sesuai permintaan bagi masyarakat untuk menonton, belajar dan menikmati. Sebagai komunitas online, YouTube memperbolehkan siapa pun untuk memproduksi dan mengunggah konten video dan kemudian menyebarkannya pada dunia dalam forum publik. Setiap penyedia konten, seperti seorang anak berumur 16 tahun, sebuah perusahaan yang memasarkan produknya, sebuah televisi atau studio film, seorang pembuat film tunggal, seorang musisi profesional atau amatir, seorang penyair, seorang penampil atau publik figur, bisa membuat kanal YouTube yang unik dan membangun sejumlah pengikut online dari penonton setia (Rich, 2016: Chapter 6). Ada beragam cara yang bisa dilakukan untuk mendengarkan musik yang sedang menjadi hits, baik lewat televisi, radio maupun internet. Beberapa tahun lalu, untuk dapat selalu mendengarkan lagu dan video musik kesayangan, harus membeli kaset dan CD. Namun, sekarang dengan mudah dapat mengunduh secara gratis maupun berbayar melalui situs-situs penyedia lagu di internet. Sekarang telah bermunculan berbagai situs yang berlomba-lomba menyediakan layanan musik sebagai alat untuk menarik perhatian dari para pengguna internet, karena mereka menyadari bahwa sebagian dari pengguna internet sangat menyukai dunia musik. Pentingnya makna musik bagi kehidupan setiap orang memunculkan beragam layanan yang bisa memudahkan penikmat musik untuk mengakses dan memperoleh musik-musik favoritnya. Pengguna internet pasti sudah akrab dengan nama Youtube dan mungkin banyak yang menjadikannya sebagai situs favorit. Beragam video menarik mulai dari kategori musik, film, animasi, olahraga, hingga dokumentasi pribadi dapat disaksikan melalui situs berbagi video ini. YouTube menyediakan koleksi video musik yang tersedia dalam berbagai macam aliran musik. Para penggemar musik

Universitas Sumatera Utara 19

tidak akan mengalami kesulitan jika ingin menyaksikan video musik pop, rock, alternative, jazz ataupun hiphop. Banyaknya video musik yang dimiliki Youtube akan semakin memudahkan penggemar musik untuk memperbarui video musik yang tengah popular sekarang (Jubilee Enterprise, 2010).

2.2.4 Video Klip Musik Produksi audio video atau video klip adalah salah satu media penyampaian informasi yang sangat ideal dalam menyampaikan sebuah ide, pesan dan citra sebuah lagu kepada para penontonnya. Video klip adalah kumpulan potongan- potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya dan penampilan band, kelompok musik untuk mengenalkan dan memasarkan produk (lagu) agar masyarakat dapat mengenal yang selanjutnya membeli kaset, CD, DVD (Margareta, 2014). Pada paruh era 1970-an, TVRI bereksperimen dengan menampilkan lagu yang ber-setting outdoor agar terlihat lebih natural. Boleh jadi, ini merupakan cikal bakal munculnya era video klip yang marak era 1980-an hingga 1990-an di Indonesia. Budi Schwarzjrone (dalam Sakrie, 2015), yang saat itu menjabat sebagai pengarah acara di TVRI, mengungkapkan bahwa video klip pertama muncul di TVRI adalah lewat penampilan penyanyi Ernie Djohan pada 1972 dengan menggunakan kamera Éclair 16mm. Namun, yang bisa dianggap video klip utuh dengan memakai playback atau lipsynch adalah video klip kelompok Panbers tahun 1974 dengan memakai kamera Arriflex 16 BL. Para pembuat video klip, kemudian lebih memperlihatkan kreativitas yang lebih modern pada 1990-an seperti karya- karya Rizal Mantovani, Jay Subiakto, Dimas Djajadiningrat, Garin Nugroho, Ria Irawan dan beberapa nama lainnya (Sakrie, 2015). Pada bulan Juni 1981 USA Network, sebuah perusahaan TV kabel, memperkenalkan program Night Flight, sebuah program akhir pekan yang berisi video-video musik. Enam bulan kemudian lahirlah revolusi baru di dunia hiburan dengan introduksi MTV () oleh perusahaan Warner Amex Satellite Entertainment. Sebagai kanal pertama yang menayangkan acaranya selama 24 jam nonstop, pada dasarnya MTV memakai pola yang sama dengan acara-acara musik

Universitas Sumatera Utara 20

Top-40 di radio-radio Amerika. Cirinya, ia mengutamakan format ‘penggalan- adegan’ untuk merangsang para remaja dan orang dewasa muda untuk masuk ke dalam sebuah dunia yang sama sekali baru. MTV bukan saja lahir sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat industri maju akan hiburan melainkan juga telah menjadi medium melalui apa pesan-pesan budaya popular dikelola dengan beberapa pendekatan yang sama sekali baru dalam dunia bisnis televisi. Pengelola siarannya secara profesional dipersiapkan untuk membuat gugatan kultural paling tidak dalam dua langkah. Pertama, dengan memilih para pembawa acara, di MTV biasa disebut dengan lafal ‘Vejey’ atau disingkat ‘VJ’ (Video Jockeys), berusia sangat muda dari bermacam-macam bangsa dan ras manusia yang berlainan. Para Vejeys berkomunikasi dengan penontonnya tidak hanya dalam Bahasa Inggris, melainkan juga bahasa-bahasa dari mana mereka berasal dalam acara-acara yang khusus menyajikan video-video klip musik dari negara yang bersangkutan. Indonesia misalnya, diwakili oleh Sarah Sechan, Jamie Aditya dan (semula) Nadya Hutagalung, dengan acara-acara seperti Getar Cinta atau MTV Ampuh (Budiman, 2002: 70). Kedua, melalui format siarannya yang inkonvensional mereka terus berusaha merangsang orang pada cara berpikir yang tidak linear, tidak ajek melainkan terputus-putus, tumpang-tindih, dan sangat cepat. Kalau dalam program-program tradisional setiap pertunjukan terikat ketat pada jam siar acara, MTV sebaliknya semula justru nyaris tanpa jadwal acara yang tetap. Seluruh acara MTV pada dasarnya adalah sebuah aliran konstan musik dan citra. MTV adalah siaran dua puluh empat jam setiap hari, sehingga dengan menontonnya seperti diyakinkan akan hidup muda selamanya, timeless and eternal youth (Budiman, 2002: 71). Pat Aufderheide, kritikus media dan editor budaya surat kabar In These Times, menunjuk perbedaan kategoris antara video-video musik MTV dengan siaran-siaran televisi tradisional. Salah satu ciri pembeda video musik sebagai satu ekspresi sosial menurutnya adalah kualitasnya yang terbuka yang terutama ditujukan untuk merangsang emosi penonton dalam komunikasi mereka dengan dirinya sendiri dan bujukannya pada sebuah alternatif dunia yang baru tempat citra merupakan realitas. Hal tersebut adalah penghapusan batas-batas tradisional antara

Universitas Sumatera Utara 21

masa lalu dan masa kini, antara karakter dan penampakan seni tata krama dengan kehidupan yang distilisasikan (Ruskhoff dalam Budiman, 2002: 71-72). Goodwin (dalam Dodig, 2014: 26), menyatakan bahwa video musik yang baik adalah klip yang merespon kenikmatan musik, dan menekankan keberadaan hubungan visual. Pete Fraser (dalam Dodig, 2014: 26) menunjukkan bahwa suara (sound) adalah dasar dari proses visualisasi yang berfungsi untuk meningkatkan, bukan membatasi, efek suara musik pop asli. Dengan pemikiran ini, ia menunjukkan terdapat lima aspek utama yang khalayak harus sadari ketika menonton video musik. Pertama adalah ide ketukan atau sinestesia yang meliputi proses psikologis yang membayangkan suara dalam pikiran, atau dikenal sebagai kemampuan melihat suara. Musik memiliki kekuatan untuk menciptakan hubungan visual dalam rangka untuk menghubungkan dengan penonton dan memberikan kesenangan. Dalam penciptaan satu video musik adalah penting untuk memulai dengan musik dan suara; tidak ada kebutuhan untuk analisis rinci dari lirik. Puisi yang dipilih agak dipertimbangkan dalam perasaan umum atau suasana hati, menciptakan rasa materi subjek. Ini melibatkan struktur lagu seperti refrein (chorus) dan sajak (verses) misalnya, di mana kita benar-benar melihat musik itu sendiri untuk memulai. Dengan kata lain kita bisa ‘melihat’ suara menyanyi dari awal, dan sebuah band yang bermain di latar belakang. Suara artis disajikan secara unik dan ini memungkinkan lagu untuk membentuk identifikasi atau merek dagang (trademarks). Butir suara (grain of voice) dari seorang seniman benar-benar unik, diibaratkan sebuah sidik jari. Misalnya dengkingan Michael Jackson telah menjadi menonjol dan menetapkan dia berbeda dari seniman lain. Pelabelan seperti ini bekerja dalam mendukung gambar bintang individu, dan membantu kita untuk mengingat artis. Lagu dapat dilihat sebagai cerita dan artis sebagai pendongeng, membuat video musik sebagai perangkat komunikasi dengan target audiens mendengarkan cerita. Jika lirik lagu adalah narasi, video musik akan menjadi narasi untuk lirik. Hal ini membuat video menonjol dengan artis yang tampil sebagai narasi orang pertama. Oleh karena itu, Goodwin membandingkan penyanyi pop dengan stand-up komedi, sebagai ciri pribadi yang mendominasi perfoma. Itu dimungkinkan karena musik biasanya bekerja dengan lirik dan butir suara. Sebagai

Universitas Sumatera Utara 22

manusia kita menyambungkan gambar dari memori kita ke semua indra. Intertekstualitas membantu kita untuk mengumpulkan gambar tersebut ke sebuah bank memori di mana kita semua mengasosiasikan hal yang sama dengan indra kita. Dari bank memori ini, musik dapat menarik keluar ingatan berulang kali, orang, tempat, perasaan, situasi yang semua mengarah ke narasi kecil. Kedua adalah narasi dan performa. Kita terbiasa untuk melihat musik sebagai bagian dari dunia perfilman dan kita mengharapkan perkembangan narasi dari representasi lagu. Sebaliknya, lagu sering gagal untuk memberikan narasi lengkap. Bahkan, lagu hanya menginformasikan audiens target dari sejumlah kecil apa artinya lagu, dan itulah alasan mengapa video menciptakan cerita untuk menekankan makna. Ada alasan penting lain mengapa video musik harus menghindari narasi umum dan membuat lebih, dan itu adalah peran video musik dalam iklan. Video musik harus dapat diulang untuk menciptakan penonton yang akan dapat menonton video secara berulang-ulang tanpa kehilangan minat mereka. Dari sudut pandang itu, yang lebih penting dari narasi adalah perfoma dalam video musik. Dengan demikian, artis meningkatkan keaslian video ketika ia menggabungkan narasi dan sisi perfoma video. Goodwin (dalam Dodig, 2014: 27) mengatakan bahwa musik pop adalah seni romantis, semua tentang kebenaran, bakat, dan gaya tarik, jadi kita perlu percaya pada keaslian perfoma pertama dan terutama. Oleh karena itu dalam melakukan performa, meniru, lip-syncing dari artis ini masih sangat penting dalam video musik dan itu membuat kita percaya, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah nyata. Ketiga adalah gambar sang bintang. Ini menyangkut bagaimana artis muncul ke hadapan penonton. Industri musik dan label rekaman mengandalkan artis mereka yang dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk industri ini. Artis atau band cenderung untuk menarik khalayak tertentu melalui pakaian yang mereka kenakan dan sikap mereka selama gaya musik mereka ciptakan. Sekarang ini, para bintang memainkan peranan penting dalam video musik, karena merupakan salah satu cara utama mengembangkan merek/label sang artis. Mereka tampil di acara televisi musik tertentu, sehingga mereka harus berpakaian dengan cara yang sesuai dengan gaya mereka. Goodwin menunjukkan beberapa fakta menarik di industri musik. Bahkan, ada banyak yang gagal dalam “membuat bintang” dalam bisnis musik.

Universitas Sumatera Utara 23

Hanya sekitar satu dari sepuluh yang dihasilkan oleh industri yang benar-benar membuat uang. Meta-narasi adalah istilah yang menggambarkan perkembangan gambar bintang dari waktu ke waktu. Dalam contoh Michael Jackson kita bisa melihat langkah sukses pertama dari salah satu kelompok (The Jackson 5), untuk menjadi artis solo. Setelah ia menjadi mega-bintang dengan musik hits-nya seperti Triller dan Beat, meta-narasi nya mengambil perubahan yang salah dan ‘gambar bintang’ yang uniknya menjadi ‘aneh’ dan memanjakan diri sendiri. Namun, setelah kematiannya, ia masih menjadi objek daya tarik media massa. Dia membuat merek dirinya dalam membentuk citranya dari seorang seniman dan itulah penonton akan menyulap dalam pikiran mereka setelah mendengar lagu-lagu Michael Jackson. Oleh karena itu, gambar bintang membangun dan perubahan berulang akan mampu menarik lebih banyak konsumen. Keempat adalah video musik menghubungkan visual untuk lagu. Musik menggambarkan cara video menggunakan gambar untuk menunjukkan arti dari lirik. Ada hubungan antara apa yang kita lihat di layar dan lirik yang terdengar. Ini hanyalah tentang cara bahwa video yang difilmkan dan diedit dan efek apa yang dihasilkan kepada penonton dalam kaitannya dengan lagu. Makna dan efek dimanipulasi dan ditampilkan di seluruh video dengan cara bahwa itu tercetak di pikiran kita, visi dan memori. Namun, video dapat memperkuat makna dari lagu tersebut atau sama sekali mengabaikan arti dari lagu tersebut sama sekali. Video musik bisa menjadi ilustrasi dari sebuah lagu oleh interpretasi lirik, meskipun sering bisa ada penjajaran yang kuat antara sifat lagu dan sifat video. Akhirnya, itu tergantung bagaimana video musik ditafsirkan, apa yang penonton dapat lihat dan mengiklankan artis. Ada tiga cara di mana video musik berhubungan visual untuk lagu tersebut. Pertama adalah ilustrasi. Video musik dapat menggambarkan arti dari lirik dan aliran (genre) musik yang menyediakan beberapa dari letak literal gambar. Ini adalah teknik yang paling sederhana dan contoh klasik dari visualisasi. Kedua adalah amplifikasi yang dipandang sebagai tanda dari sutradara video musik yang benar dan cara yang semakin umum untuk melihat video musik dengan cara yang kreatif. Apa yang membedakan amplifikasi dari disjungsi atau terputus adalah kenyataan bahwa mempertahankan hubungan dengan lagu dan bekerja untuk meningkatkan video musik atau mengembangkan ide-ide daripada secara

Universitas Sumatera Utara 24

fundamental mengubah mereka. Ketiga adalah disjungsi atau terputus yang merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan video musik yang bekerja pada dasar untuk mengabaikan lagu asli dan menciptakan satu letak baru dari makna. Ini adalah teknik yang cukup radikal dan digunakan oleh seniman untuk mempromosikan perbedaan dan orisinalitas mereka. Biasanya, jenis video terputus ini tidak banyak masuk akal dan mungkin didasarkan pada citra abstrak. Kelima adalah aspek teknis video musik. Aspek-aspek berikut menahan video secara bersama melalui penggunaan kerja kamera, gerakan, sudut, ‘mise en scene’, editing, sound dan efek khusus yang digunakan. Hal-hal yang penonton akan perhatikan adalah panggung, alat peraga dan kostum karena itu merupakan dampak visual langsung. Ada beberapa konvensi teknis seperti kecepatan, ketukan, pencahayaan dan warna dan mise enscene. • Kecepatan tergantung pada pergerakan kamera, editing cepat (montage) dan efek visual. Penggunaan kamera adalah semua gerakan kamera, editing, pemotongan dan pascaproduksi keseluruhan. Gerakan kamera termotivasi dengan menjalankan, menari atau artis yang berjalan, sedangkan pemotongan cepat dan editing montage menciptakan pengalaman visual yang diperlukan untuk konsumsi video musik. Tidak semua gerakan kamera adalah cepat, beberapa menggunakan gerakan lambat melalui gerakan larut atau tembakan statis. Pemotongan cepat dan editing montage menciptakan kebutuhan pengalaman visual yang tidak terpusat untuk konsumsi musik video. Ketika gambar bergerak cepat tidak mungkin untuk memahami makna pada penglihatan pertama dan dengan demikian perlu dilihat beberapa kali produksi efek digital. Dalam pascaproduksi gambar dapat menjadi berwarna, dibagi dalam layar lebih, memberikan intrik dan hiburan. • Ketukan dalam video musik merepresentasikan potongan yang berbeda dalam musik sesuai dengan kunci irama. • Pencahayaan dan warna membantu menetapkan suasana hati dan menekankan saat-saat penting di dalam video musik untuk menambah efek dramatis. Warna dapat digunakan untuk menunjukkan perkembangan dalam lagu, bergerak dari warna hitam dan putih atau sebaliknya ketika refrain

Universitas Sumatera Utara 25

(chorus) datang. Sama dengan perubahan dalam mise-en-scene atau pemotretan bisa menandakan tipe jenis yang sama. • Mise-en-scene (meletakkan satu subjek dalam adegan) menyajikan pengaturan (setting) untuk video musik dan menjamin keaslian klip. Mise-en- scene membantu mengatur semua pakaian dengan pengaturan latar belakang. Misalnya, video pop akan menampilkan perempuan berpakaian minim di ruangan yang cukup terang dengan beberapa balon berwarna cerah atau sesuatu bahagia dan bunga apium, sedangkan video musik metal akan kemungkinan besar berada seperti di gudang dengan para personil band mengenakan celana jeans dan dikelilingi oleh sesuatu yang tajam. Pete Fraser (dalam Dodig, 2014: 28), menyatakan bahwa video musik sendiri dapat menjadi ekstensi indah dari lagu, menambahkan ide dan kesenangan di atas keajaiban utama musik populer. Bersama dengan Goodwin, Fraser yakin bahwa suara tetap menjadi sumber dan fokus yang tepat dari industri dengan perlunya gambar iringan namun lebih rendah daya tariknya.

2.2.5 Semiotika Kata semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (Zoest, dalam Lantowa, Nila & Khairussibyan, 2017: 1). Semiotika memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussare (1857-1913) dan Charles Sanders Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussare di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang Saussure adalah linguistik sedangkan Peirce adalah filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi sedangkan Peirce menyebutnya semiotika. Baik istilah semiotika maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda (the science of signs) tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam (Budiman dalam Lantowa Nila & Khairussibyan, 2017: 1). Hal tersebut seperti yang dikemukakan Zoest (dalam Lantowa Nila & Khairussibyan, 2017: 1) bahwa Saussure menampilkan semiotik dengan membawa latar belakang

Universitas Sumatera Utara 26

ciri-ciri linguistik yang diistilahkan semiologi sedangkan Peirce menampilkan latar belakang logika yang diistilahkan semiotik. Secara terminologi, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Pada dasarnya, analisis semiotika memang merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh atau sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut dari narasi tertentu. Charles Morris (dalam Wahjuwibowo, 2018: 5) memudahkan untuk memahami ruang lingkup kajian semiotika yang menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda. Menurutnya, kajian semiotika pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam tiga cabang penyelidikan (branches of inquiry) yakni sintaktik, semantik dan pragmatik. 1. Sintaktik atau sintaksis, yaitu suatu cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji “hubungan formal suatu tanda dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan begitu, hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang mengendalikan tuturan dan interpretasi. Pengertian sintaktik kurang lebih adalah semacam ‘gramatika’. 2. Semantik, yaitu suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designate atau objek-objek yang diacunya”. Yang dimaksud designate adalah tanda-tanda sebelum digunakan di dalam tuturan tertentu. 3. Pragmatik, yaitu suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan para pemakainya”, pemakaian tanda-tanda. Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang digunakan dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes dalam Sobur, 2004: 15).

Universitas Sumatera Utara 27

Tanda sebenarnya sama dengan ikon (icon) yang diakui juga sebagai tanda yang berhubungan dengan fitur fisik yang hendak dijelaskan. Deacon mengutip dari Charles Sander Peirce (dalam Liliweri, 2011: 351), menjelaskan hubungan ikon, indeks, dan simbol sebagai hubungan hierarkis. Jika ikon atau tanda (sign) berhubungan dengan suatu entitas di dalam dunia, maka indeks menghubungkan atau mendudukkan ikon/tanda suatu objek berdasarkan ruang dan waktu. Ikon, indeks dan simbol terkait dengan tanda namun memiliki perbedaan makna antara satu sama lain, sebagai berikut (Liliweri, 2011: 352): 1. Ikon adalah modus di mana penanda (signifier) dianggap menyerupai atau meniru material yang ditandai (signified) yang dilihat, dikenali, didengar, dirasakan dikecap atau yang diciumi (berbau mirip). Yang termasuk dalam kategori ikon misalnya potret kartun, skala model, metafora, musik, efek suara dalam drama radio, film dan peniruan gerak-gerik 2. Indeks adalah semua penanda yang berhubungan secara langsung dengan atau di dalam beberapa cara (fisik atau kasual) atau material yang ditandakan. Contohnya adalah tanda-tanda alam seperti asap, guntur, jejak kaki, gema, bau dan rasa serta gejala-gejala medis seperti nyeri dan ruam. 3. Simbol adalah keadaan di mana penanda (signifier) tidak mirip dengan apa yang ditandakan (signified). Simbol itu murni sebagai hasil dari suatu konvensi. Simbol memang harus dipelajari karena bersifat konotasi. Contohnya adalah bahasa secara umum, bahasa tertentu, alfabet, huruf, tanda baca, kata, frasa, kalimat, angka, kode morse, lampu lalu lintas, dan bendera nasional. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Littlejohn dalam Sobur, 2004: 15-16). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk pada semiotika. Dengan semiotika, kita lantas berurusan dengan tanda semiotika. Seperti kata Lechte (dalam Sobur, 2004: 16), semiotika adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah disiplin yang menyelidiki semua

Universitas Sumatera Utara 28

bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda-tanda dan berdasarkan sistem tanda (Segers dalam Sobur, 2004: 16). Hjelmslev (dalam Sobur, 2004: 16) mendefinisikan tanda sebagai suatu keterhubungan antara wahana ekspresi dan wahana isi. Colbey dan Jansz (dalam Sobur, 2004: 16) menyebutnya sebagai ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi. Kegiatan yang dilakukan dengan semiotika memang tertuju pada tanda. Bilamana memandang sesuatu sebagai tanda artinya mengenakan kacamata semiotika. Secara umum dapat dikatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain atau tanda mengacu pada sesuatu yang lain. Benda- benda yang disikapi sebagai tanda merupakan objek kajian semiotika tanda yang ditemukan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, yaitu ketika berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat secara langsung atau tidak langsung. Secara umum, mempelajari tentang semiotika menyadarkan bahwa manusia tidak pernah berhadapan langsung dengan realitas. Sesuatu yang lazim disebut realitas itu datang kepada melalui bantuan tanda atau tanda mengantarai manusia dan realitas. Sangat penting bagi siapa pun untuk menyadari peran tanda sebagai medium. Berdasarkan kesadaran itu, manusia tidak akan menerima begitu saja tiap realitas yang dihadapi. Sebab dalam kenyataannya, manusia sebagai pengguna tanda berperan pula dalam proses terbentuknya realitas. Manusia sebagai pihak yang memproduksi dan mengonsumsi tanda punya kuasa untuk ikut membangun realitas lewat tanda (Chandler dalam Nazaruddin, 2015: 7). Semiotika dapat disimpulkan sebagai suatu ilmu yang mempelajari penandaan/semiosis. Batasan semiotika yang bersifat sangat umum ini menonjolkan kegiatan yang dilakukan dalam semiotika, yakni meneliti bagaimana tanda dipergunakan dalam semua bidang yang terdapat tanda ditemukan. Dengan kata lain, semiotika adalah juga suatu pendekatan ilmiah dalam beragam bidang penelitian.

2.2.5.1 Semiotika Komunikasi Semiotika adalah teori tentang produksi dan penafsiran terhadap makna. Dia merupakan prinsip dasar yang menerangkan bahwa makna yang dibuat melalui

Universitas Sumatera Utara 29

penyebaran tindakan dan objek berfungsi sebagai ‘tanda’ dalam hubungan dengan tanda-tanda lain. Sistem dari tanda-tanda ini dilembagakan oleh para pembuat dan penerima tanda, terutama hubungan kontras atau hubungan antar superordination dan subordination (antara seluruh dan bagian). Tanda-tanda ini menyebar di dalam ruang dan waktu. Makna-makna tersebut dapat diterangkan satu sama lain sekaligus menjelaskan hubungan antartanda-tanda yang digunakan (Liliweri, 2011: 217). Tanda-tanda adalah basis atau dasar dari seluruh komunikasi, kata pakar komunikasi Littlejohn yang terkenal dengan bukunya “Theories on Human Behavior” (1996). Littlejohn (dalam Wahjuwibowo, 2018: 9), menyatakan bahwa manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya dan banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini. Umberto Eco (dalam Wahjuwibowo, 2018: 9), menyatakan kajian semiotika sampai sekarang membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi, dan acuan yang dibicarakan. Sementara, semiotika signifikasi tidak ‘mempersoalkan’ adanya tujuan berkomunikasi. Pada jenis ini, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan ketimbang prosesnya. Dalam pandangan John Fiske (dalam Hamid dan Heri, 2011: 474), komunikasi tidak dilihat sebagai sebuah pesan yang dapat dikirimkan dari satu pihak ke pihak yang lain, dari komunikator kepada komunikan, ibarat sebuah benda atau barang. Komunikasi merupakan sebuah proses semiotika, proses simbolisasi dan pemaknaan. Komunikasi adalah sebuah produksi dan pertukaran makna di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi itu sendiri. Pada dasarnya, studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna- makna dalam materinya karena sesungguhnya semiotika komunikasi, seperti halnya basis studi komunikasi, adalah proses komunikasi dan intinya adalah makna. Dengan kata lain, mempelajari media adalah mempelajari makna, dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran diri sendiri. Maka dari itu,

Universitas Sumatera Utara 30

metode penelitian, dalam komunikasi semestinya mampu mengungkapkan makna yang terkandung dalam materi pesan komunikasi. Media massa bukan lagi dimaknai sebagai komunikator yang berkuasa penuh di dalam menanamkan pesan-pesan simboliknya ke dalam benak khalayak. Media bekerja dengan cara yang bersifat kompromistis. Hal ini terutama dikarenakan bahwa media hanya bertugas menyajikan realitas versi media kepada khalayak, dan selebihnya bagaimana realitas media tersebut akan dimaknai sebagai apa lebih berpulang kepada negosiasi pemaknaan oleh khalayak sebagai komunikan (Hamid dan Heri, 2011: 474).

2.2.5.2 Semiotika Roland Barthes Kancah penelitian semiotika tidak bisa begitu saja melepaskan nama Roland Barthes (1915-1980) ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks. Pada 1960-an ia seorang strukturalis dan sekaligus salah satu penganjur semiologi Saussure. Sumbangan teorinya tersebar mulai dari semiotika teks, semiotika komunikasi visual, hingga semiotika kedokteran. Karya Barthes dapat dikelompokkan ke dalam dua fase. Pada fase pertama ia meneliti semiotika sistematis sedangkan pada fase kedua ia beralih ke tulisan-tulisannya yang bergaya esai mengenai sastra dan budaya (Nazaruddin, 2015: 51). Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi kunci dari analisisnya. Mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi, Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya dengan (R) dengan content atau signified (C): ERC (Wahjuwibowo, 2018: 21). Sebuah sistem tanda primer (primary sign system) dapat menjadi sebuah elemen dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan memiliki makna yang berbeda ketimbang semula. Jika yang diperluas adalah elemen C, tanda primernya

(E1R1C1) menjadi ekspresi dalam sistem tanda sekunder sehingga rumusnya:

E2=( E1R1C1)R2C2 Dengan begitu, tanda primer adalah denotatif sedangkan tanda sekunder adalah konotatif. Konsep konotatif inilah yang menjadi kunci penting dari model

Universitas Sumatera Utara 31

semiotika Roland Barthes. Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (konten) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itu yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna nyata dari tanda (sign). Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya (Wahjuwibowo, 2018: 21-22). Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif yang di dalam karyanya yang berjudul “Mythologies” secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja:

Signifier Signified (penanda (petanda denotatif) denotatif) Sign (tanda denotatif) Signifier (penanda Signified (petanda konotatif) konotatif) Sign (tanda konotatif)

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes Sumber: (Cobley & Jansz dalam Sobur, 2004: 69) Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, tanda denotatif juga penanda konotatif. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika mengenal tanda ‘singa’, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz dalam Sobur, 2004: 69).

Universitas Sumatera Utara 32

Signifier adalah persepsi terhadap bentuk fisik tanda yang bisa terdiri dari material, akustik, visual, atau selera sedangkan signified adalah konsep mental yang dipelajari dengan mengasosiasikannya dengan objek. Hubungan tanda dengan referent-nya (objek aktual yang direpresentasikan tanda) adalah signifikasi (Ida, 2014: 76-77). Denotasi beroperasi pada level pertama dari signifikasi. Denotasi adalah makna kamus dari sebuah kata, terminologi atau objek. Roland Barthes menyarankan bahwa tanda yang beroperasi pada level denotatif lebih mudah diartikan. Level konotasi beroperasi sebagai makna kultural yang melekat pada sebuah terminologi (Ida, 2014: 78). Konotasi mempunyai makna intersubjektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya. Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya tidak sadari. Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai fakta denotatif. Karena itu, salah satu tujuan analisis semiotika adalah untuk menyediakan metode analisis dan kerangka berpikir dan mengatasi terjadinya salah baca (misreading) atau salah dalam mengartikan makna suatu tanda (Wahjuwibowo, 2018: 22). Roland Barthes menambahkan perangkat semiotik dengan definisi dan eksplorasinya tentang myths (mitos). Barthes peduli pada bagaimana tanda-tanda mengambil nilai-nilai dari sistem nilai dominan atau ideologi dari masyarakat tertentu dan membuat nilai-nilai ini seolah natural atau alamiah (Ida, 2014: 81). Dalam esainya yang berjudul “Myth Today” (1967), Barthes menawarkan konsep mythologies. Dalam tulisannya itu, Barthes membuat formula model semiologi (ilmu tentang tanda) untuk membaca budaya popular. Barthes mengambil skema Saussure dan menambahkan dalam tingkatan signifikasi kedua (Ida, 2014: 81-82). Barthes menjelaskan apa yang telah dilakukan Saussure bahwa signifier yang awalnya hanya merupakan makna denotatif mampu menjadi makna konotasi dengan mitos yang dibangun Barthes. Mitos milik Barthes ini adalah bagian dari sistem aturan kedua dari signifikasi atau makna, yakni makna konotasi dari tanda yang kita amati. Barthes mengartikan mitos-mitos adalah ideologi yang dipahami

Universitas Sumatera Utara 33

sebagai tubuh ide-ide dan praktik-praktik yang secara aktif mempromosikan nilai- nilai dan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok dominan dalam masyarakat yang mempunyai struktur kekuasaan (Storey dalam Ida, 2014: 83). Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Budiman dalam Sobur, 2004: 71). Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda dan tanda namun sebagai suatu sistem yang unik. Mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya, atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tahap kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Artinya dari segi jumlah, petanda lebih miskin jumlahnya daripada penanda sehingga dalam praktiknya terjadilah pemunculan sebuah konsep secara berulang-ulang dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Mitologi mempelajari bentuk-bentuk tersebut karena pengulangan konsep terjadi dalam wujud berbadai bentuk tersebut. Barthes menempatkan ideologi dengan mitos, karena baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan antara penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi secara termotivasi (Budiman dalam Sobur, 2004: 71). Ideologi ada selama kebudayaan ada dan itulah sebabnya di dalam buku “S/Z”, yang merupakan salah satu karya Barthes, ia berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-teks. Dengan demikian ideologi mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting seperti tokoh, latar, sudut pandang dan lain-lain. Perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru semiologi, yakni penggalian lebih jauh dari penandaan untuk mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat. Dalam bentuk praksisnya, Barthes mencoba membongkar mitos-mitos modern masyarakat melalui berbagai kajian kebudayaannya, seperti fotografi, fashion, musik dan sebagainya (Kurniawan, 2008: 23). Barthes berpendapat bahwa pada saat media membagi pesan, maka pesan- pesan yang berdimensi konotatif itulah yang menciptakan mitos. Pengertian mitos di sini tidak senantiasa menunjuk pada mitologi dalam pengertian sehari-hari,

Universitas Sumatera Utara 34

seperti halnya cerita-cerita tradisional, legenda dan sebagainya. Bagi Barthes, mitos adalah sebuah cara pemaknaan dan ia menyatakan mitos secara lebih spesifik sebagai jenis pewacanaan atau tipe wacana. Barthes menyatakan bahwa mitos merupakan sistem komunikasi juga, karena mitos ini pada akhirnya berfungsi sebagai penanda sebuah pesan tersendiri. Mitos tidaklah dapat digambarkan melalui obyek pesannya, melainkan melalui cara pesan tersebut disampaikan. Apa pun dapat menjadi mitos, tergantung dari caranya ditekstualisasikan. Sering dikatakan bahwa ideologi bersembunyi di balik mitos. Suatu mitos menyajikan serangkaian kepercayaan mendasar yang terpendam dalam ketidaksadaran representator (Hermawan, 2011: 253).

2.2.6 Bahasa Bagi linguistik, yaitu ilmu yang khusus mempelajari bahasa, yang dimaksudkan dengan bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Definisi tersebut perlu dijelaskan dan diuraikan sebagai berikut (Kushartanti, Untung & Multamia, 2007: 3-6). Pertama, bahasa adalah sebuah sistem, artinya itu bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara tidak beraturan. Seperti halnya sistem-sistem lain, unsur- unsur bahasa ‘diatur’ seperti pola-pola yang berulang sehingga kalau hanya salah satu bagian saja tidak tampak, dapatlah ‘diramalkan’ atau dibayangkan keseluruhan ujarannya. Kedua, bahasa adalah sebuah sistem tanda. Tanda adalah hal atau benda yang mewakili sesuatu atau hal yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang menanggapi (melihat, mendengar dan sebagainya) apa yang diwakilinya itu. Bahasa itu bermakna, artinya bahasa itu berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar yang memakainya. Ketiga, adalah sistem bunyi. Pada dasarnya bahasa itu berupa bunyi. Apa yang kita kenal sebagai tulisan sifatnya sekunder karena manusia dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan. Beberapa jenis huruf tidak lain daripada turunan belaka dari bunyi.

Universitas Sumatera Utara 35

Keempat, supaya orang dapat bekerja sama dan berkomunikasi, bahasa digunakan berdasarkan kesepakatan. Artinya, sesuatu diberi makna di dalam bahasa tertentu karena demikianlah kesepakatan pemakai bahasa itu. Para pengguna baru tinggal mempelajarinya. Kelima, bahasa bersifat produktif. Artinya, sebagai sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya. Misalnya, dari sudut peraturan, bahasa Indonesia hanya mempunyai 5 tipe kalimat, yakni pernyataan, pertanyaan, perintah, keinginan dan seruan, tetapi dengan kelima tipe itu kita dapat Menyusun kalimat Indonesia yang jumlahnya ribuan, bahkan mungkin jutaan. Keenam, bahasa bersifat unik. Artinya, tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Ketujuh, kebalikan dari hal yang diungkapkan sebelumnya, ada pula sifat bahasa yang dipunyai bahasa lain, sehingga ada sifat universal, ada pula yang hampir universal. Kedelapan, bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia untuk bekerja sama dan berkomunikasi dan karena kelompok manusia itu ada banyak ragamnya terdiri dari laki-laki, perempuan, tua, muda, ada orang tani, ada orang kota, ada yang bersekolah, ada yang tidak pernah bersekolah, pendeknya yang berinteraksi dalam berbagai lapangan kehidupan, serta yang mempergunakan bahasa untuk berbagai keperluan. Kesembilan, dengan bahasa suatu kelompok sosial juga mengidentifikasi dirinya. Di antara semua ciri budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa tiap kelompok sosial merasa diri sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Kesepuluh, karena digunakan manusia yang masing-masing mempunyai cirinya sendiri untuk berbagai keperluan, bahasa mempunyai fungsi. Fungsi itu bergantung pada faktor-faktor siapa, apa, kepada siapa, di mana, bilamana, berapa lama, untuk apa dan dengan apa bahasa itu dianjurkan.

Universitas Sumatera Utara 36

2.2.6.1 Ragam Bahasa Di dalam kenyataan di masyarakat terdapat bermacam-macam pemakaian bahasa. Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan tentang ragam bahasa. Ketiga kriteria itu ialah media yang digunakan, latar belakang penutur dan pokok persoalan yang dibicarakan. Dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa dibedakan menjadi (Sugono, 2009: 10-14): 1. Ragam Daerah Bahasa Indonesia tersebar luas ke seluruh . Luasnya wilayah pemakaian bahasa itu menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan di suatu daerah berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di daerah lain. 2. Ragam Bahasa Terpelajar Tingkat Pendidikan penutur bahasa Indonesia turut mewarnai penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya dari bahasa Inggris. 3. Ragam Bahasa Resmi dan Tidak Resmi Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika tulisan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis turut memengaruhi sikap tersebut.

2.2.6.2 Penerjemahan Bahasa Pada dasarnya terdapat dua hal utama dalam proses penerjemahan, yaitu bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa). Saat melakukan penerjemahan kita melakukan pengubahan pesan secara tertulis dari teks sumber (Tsu) dengan bahasanya disebut bahasa sumber ke teks sasaran (Tsa) dengan bahasanya disebut bahasa sasaran (Hoed dalam Junining, 2018: 27). Pada saat melakukan penerjemahan, kita akan menerjemahkan mulai dari bentuk paling sederhana yaitu sebuah kata, frasa dan kalimat. Bahkan kita juga

Universitas Sumatera Utara 37

menerjemahkan rangkaian kalimat yang membentuk sebuah alinea. Kemudian kumpulan alinea atau sebuah bab bahkan satu buku semuanya dapat diterjemahkan. Dalam penerjemahan ada dua bahasa yang terlibat yaitu receptor language (bahasa penerima) dan source language (bahasa sumber). Receptor language (bahasa penerima adalah bahasa yang digunakan dalam teks terjemahan. Receptor language juga dikenal dengan target language (bahasa sasaran). Misalnya, penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, maka bahasa Inggris disebut sebagai source language (bahasa sumber) dan bahasa Indonesia disebut sebagai receptor language (bahasa penerima/sasaran). Begitu juga sebaliknya (Wuryantoro, 2018: 11). Dalam mengungkapkan makna yang dialihkan dari Bsu ke dalam Bsa, bentuk-bentuk bahasa sasaran yang digunakan untuk mewujudkannya haruslah sealamiah mungkin mengikuti peraturan-peraturan yang digunakan dalam Bsa. Pada proses penerjemahan, secara umum terdapat 4 aturan pokok yang harus diperhatikan sehingga dihasilkan terjemahan yang berkualitas yaitu aturan tentang ilmu bunyi, aturan ilmu sesuai dengan tata bahasa, aturan penggabungan kata atau frasa dengan kata atau frasa lainnya, dan aturan etika atau sopan santun berbahasa (Junining, 2018: 28). Dapat dirumuskan, penerjemahan merupakan proses pengubahan makna yang terdapat dalam Bsu ke dalam Bsa dan menghasilkan kembali dalam Bsa dengan bentuk-bentuk yang sealamiah mungkin menurut peraturan-peraturan yang ada dalam Bsu. Dengan demikian, yang mengalami perubahan yaitu bentuknya dan bukan maknanya (Junining, 2018: 29). Seseorang menulis suatu teks (bahasa sumber) pasti mempunyai pesan atau amanat yang disampaikan kepada pembaca baik secara tersurat maupun tersirat dalam tulisan atau teks yang dihasilkannya. Penerjemahan merupakan kegiatan pencarian makna atau maksud dalam teks bahasa sumber untuk dihasilkan kembali atau dialihkan ke dalam teks bahasa sasaran. Tidak heran jika meaning (makna) menjadi prioritas utama dalam penerjemahan. Makna dalam teks terjemahan harus sesuai dengan makna dalam teks sumber, makna harus konstan tidak boleh berubah sedikit pun (Wuryantoro, 2018: 12).

Universitas Sumatera Utara 38

2.2.7 Sinematografi Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris ‘cinematography’ yang berasal dari bahasa Latin ‘kinema’ yang berarti gambar. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide atau dapat mengemban cerita (Suwanto, 2020: 16). Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage) (Suwanto, 2020: 16). Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip) (Suwanto, 2020: 16-17). Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seni audio-visual. Singkatnya, film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya (Suwanto, 2020: 17). Film memiliki beberapa jenis di antaranya film dokumenter, film cerita pendek (short films) dan film cerita panjang (feature-length films). Selain itu, juga

Universitas Sumatera Utara 39

terdapat film-film jenis lain seperti profil perusahaan (corporate profile), iklan televisi (tv commencial), program televisi (tv programme) dan video klip (music video) (Suwanto, 2020: 17-20). Dapat dikatakan bahwa sinematografi merupakan suatu wujud ‘seni rupa bergerak, yaitu terjemahan dari bahasa Inggris-Amerika ‘motion picture’. Sebagai ‘seni rupa bergerak’, film adalah karya sinematografi yang hadir dalam sejarah kebudayaan untuk antara lain piranti pendidikan yang menghibur. Dari masing- masing generasi film terus berprogres (Tambayong, 2016: Bagian Ke-5).

2.2.7.1 Teknik Pengambilan Gambar Pengambilan gambar atau yang lebih dikenal dengan istilah shooting merupakan proses yang sangat menentukan hasil akhir sebuah produk video. Dibutuhkan teknik-teknik khusus untuk dapat menghasilkan gambar yang bagus. Tujuan produksi video adalah menghasilkan video dengan tampilan gambar menarik dan nyaman dilihat (Wahana Komputer, 2008: 45). Juru kamera tidak boleh membuat gambar dengan ukuran sembarangan dan juru kamera harus mempunyai alasan atau argumen mengapa membuat gambar dengan ukuran tertentu. Oleh karena itulah maka setiap shot harus mempunyai motivasi tertentu (Semedhi, 2011: 55-56). Berikut adalah beberapa jenis shot dalam teknik pengambilan gambar (Semedhi, 2011: 55-56): 1. Big Close Up Ukuran shot terbesar yang kita sebut sebagai big close up adalah gambar yang menonjolkan detail atau ekspresi, misalnya gambar mata yang sedang berkedip-kedip dan lain-lain. 2. Close Up Ukuran shot close up biasanya untuk menjelaskan detail wajah seseorang sehingga ekspresinya akan tampak. Gambar close up untuk benda dimaksudkan untuk menonjolkan detailnya. 3. Medium Close Up Medium close up dimaksudkan untuk menonjolkan mimik atau raut

Universitas Sumatera Utara 40

muka seseorang dan untuk menampilkan wajah aktor/aktris secara utuh agar nampak rambut dan aksesorinya. 4. Medium Shot Medium shot digunakan untuk menekankan wajah seseorang dan gerakan tangannya (gestur) biasanya untuk menampilkan orang yang sedang berbicara dengan menggerak-gerakkan tangan sambil duduk (tidak berpindah-pindah tempat). 5. Knee Shot Yaitu gambar yang diambil dengan ukuran dari lutut ke atas dimaksudkan untuk menampilkan seseorang yang sedang berjalan dengan lambat dengan harapan ekspresi wajahnya tetap terlihat demikian juga dengan gerakan tangannya atau mungkin apa yang dibawa di tangannya. 6. Full Shot Full shot adalah ukuran gambar yang menampilkan seluruh tubuh manusia secara utuh dengan maksud untuk tetap bisa memperlihatkan wajah, mungkin ekspresi dan seluruh gerakan tubuhnya. Full shot diambil ketika seseorang bergerak dengan relatif cepat. 7. Long Shot Long shot adalah ukuran pemandangan alam terbatas yang dimaksudkan untuk menggambarkan pergerakan objek seperti orang, binatang atau benda bergerak lainnya. Dengan ukuran long shot, berarti ekspresi tidak bisa dilihat dengan jelas. Motivasi pengambilan gambar long shot memang hanya untuk menunjukkan pergerakan objek. 8. Extreme Long Shot Extreme long shot adalah ukuran shot untuk menunjukkan pemandangan alam secara luas atau untuk memperlihatkan kepada penonton suatu objek yang bergerak secara cepat dan posisinya di alam atau tempat yang dilaluinya. Sudah pasti penonton tidak bisa menyaksikan ekspresi bahkan sulit mengidentifikasi objek kecuali digunakan tanda-tanda tertentu.

Dalam teknik pengambilan gambar juga perlu diperhatikan pencahayaannya. Lighting atau pencahayaan ialah komponen utama dan mempunyai peran yang

Universitas Sumatera Utara 41

sangat penting di dalam produksi sebuah film atau video. Dengan pengaturan lighting yang tepat, kita bisa memberi efek positif atau negatif terhadap sebuah objek yang kita ambil. Bahkan dengan lighting tertentu kita bisa membuat efek sedih, gembira, takut, berani, suram, cerah dan lain sebagainya (Semedhi, 2011: 69). Di dalam ilmu sinematografi atau videografi, lighting atau tata cahaya merupakan elemen yang sangat penting di dalam pengambilan gambar, baik gambar diam maupun bergerak. Sinar atau cahaya berfungsi untuk memungkinkan kita menghasilkan gambar yang terekspos dengan baik. Kekurangan sinar akan membuat gambar tidak seperti yang diharapkan, demikian juga jika terjadi kelebihan sinar. Cahaya juga bisa digunakan untuk mendramatisasi gambar-gambar yang diambil sesuai dengan tuntutan ceritanya. Misalnya, jika ingin menghasilkan gambar dengan efek horor, maka objek harus diberi sinar yang cukup kuat dari bagian bawah. Sementara, jika ingin mendapatkan efek seseorang yang tertekan atau depresi, maka sebaiknya harus diberikan sinar yang cukup kuat dari atas, yang menyinari langsung ke bagian kepala. Shot ini banyak kita jumpai di film yang menggambarkan seseorang sedang berada di dalam sel tahanan atau penjara, dengan harapan muncul kesan tertekan atau depresi (Semedhi, 2011: 74).

2.2.7.2 Video Editing Dunia video mulai bangkit pada awal abad 20 ketika industri perfilman mulai berkembang menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Saat itu belum dikenal istilah video editor, yang ada baru istilah ‘tukang gunting dan sambung’ pita gulungan film karena pada saat itu film-film menggunakan pita dan digulung memakai roll. Sehingga proses menjadi satu kesatuan film masih dilakukan dengan cara dipotong sana-sini dan disambung sana-sini. Tahun 1930-an, industri sinema di Indonesia mulai tumbuh subur di Kawasan perkotaan. Peran video editor telah diterapkan di antaranya dalam pemotongan tertentu film yang dinilai mengandung unsur bertentangan dengan etika. Kemudian pada tahun 1960-an perkembangan teknologi industri kian maju dan dunia pertelevisian maupun sinematik mengubah fungsi video editor tidak

Universitas Sumatera Utara 42

hanya menjadi ‘tukang gunting dan sambung’ pita gulungan film. Pada pertengahan tahun 1970-an nama ‘video editor’ mulai dikenal luas seiring perkembangan perangkat video. Teknik dan kualitas yang dihasilkan juga semakin berkembang seiring perkembangan teknologi perangkat elektronika record-play, seperti video, laser disc, VCD dan DVD yang mulai menjadi konsumsi publik. Bahkan kini para video editor telah menjadi individu yang mampu menggabungkan unsur estetika dan etika, memiliki daya seni dan imajinasi yang tinggi (Wahana Komputer, 2008: 3-4). Satu di antara produk video editing adalah pembuatan video klip. Video klip telah menjadi salah satu sarana promosi yang cukup potensial. Berbagai video klip lagu telah banyak beredar di masyarakat, baik dikemas dalam bentuk VCD maupun DVD. Bahkan sekarang grup musik ‘amatiran’ dapat membuat video rekaman sendiri dan diperjualbelikan (Wahana Komputer, 2008: 6). Dalam video editing terdapat istilah visual efek. Visual efek pada dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu efek biasa seperti fade-in atau fade-out (bentuk transisi video), dissolve, super-impositions (tumpang-tindih gambar), green screen (layar hijau), dan pemberian judul (titles). Efek biasa disebut juga dengan istilah opticals. Selain itu, banyak lagi efek yang lebih rumit termasuk pembuatan keseluruhan dunia 3D. Efek yang lebih rumit disebut VFX (visual effects) shots, atau CGI (computer generated images). Dua jenis efek tersebut dibuat secara berbeda dan dengan menggunakan fasilitas yang berbeda. Semua visual efek atau opticals didesain atau dibuat di laboratorium atau di rumah optikal yang berbeda. Di masa sekarang, setiap visual efek dibuat secara digital. Semua visual efek termasuk memanipulasi gambar film utama untuk membuat gambar utama yang baru (baik kertas film atau digital) dengan beberapa perubahan.

2.2.7.3 Karakterisasi Karakterisasi adalah penokohan penampilan atau pelukisan tokoh cerita secara keseluruhan, baik keadaan lahir maupun batinnya, termasuk keyakinannya, pandangan hidupnya, adat-istiadat, tingkat intelegensia dan sebagainya. Di dalamnya, yang diangkat pengarang dalam suatu karya adalah manusia dan

Universitas Sumatera Utara 43

kehidupannya. Penokohan merupakan unsur cerita yang sangat penting karena melalui penokohan dapat membuat cerita menjadi lebih nyata dalam angan pembaca (Zoebazary, 2010: 50). Penokohan drama atau film jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh, yaitu berupa watak atau karakter tokoh dapat dibedakan menjadi sebagai berikut (Fachruddin, 2015: 241): 1. Karakter protagonis adalah tokoh yang kita kagumi dan dapat disebut seperti pahlawan. Ia merupakan tokoh yang taat norma dan nilai-nilai yang ideal. Identifikasi tokoh yang demikian merupakan empati dari penonton. 2. Karakter pendukung adalah karakter yang tugasnya membantu setiap tugas yang diemban tokoh protagonis sebagai teman, penolong, dan sebagainya. 3. Karakter antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai tokoh jahat. Tokoh ini dapat diberi simpati oleh penonton jika dilihat dari sudut pandangnya sehingga memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya namun secara faktual dibenci oleh penonton. Drama atau film membutuhkan plot cerita yang variatif, dinamis bahkan rumit untuk dianalisis hingga mengasyikkan bagi penonton. Hal tersebut membutuhkan kemajemukan karakter yang dapat dibedakan menjadi sebagai berikut (Fachruddin, 2015: 242): 1. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa- peristiwa yang terjadi. Tokoh yang dari awal sampai akhir cerita memiliki karakter yang tidak berubah. 2. Tokoh dinamis atau berkembang adalah tokoh yang cenderung akan menjadi tokoh yang kompleks. Hal itu disebabkan adanya berbagai perubahan dan perkembangan sikap, watak dan tingkah lakunya sehingga dimungkinkan sekali dapat terungkap berbagai sisi kejiwaannya. Tokoh yang karena konflik tertentu mengalami perubahan watak. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk melukiskan tokoh cerita, yaitu dengan cara dramatik dan analitik. Pada pelukisan secara dramatik, tokoh tidak langsung dilukiskan sifatnya, melainkan ditunjukkan melalui sikap dan keadaannya, misalnya cerewet, jahat, jelek, alim atau berkulit hitam. Watak tokoh

Universitas Sumatera Utara 44

dapat disimpulkan dari pikiran, percakapan, dan tingkah laku tokoh tersebut bahkan dari penampilannya. Watak tokoh juga dapat disimpulkan melalui tokoh lain yang menceritakan secara tidak langsung. Pada pelukisan watak secara analitik, tokoh digambarkan secara langsung keadaan dan wataknya. Perwatakan para tokoh dapat digambarkan dengan cara realistis atau tidak realistis, karikaturis dan stereotipikal. Tokoh digambarkan secara realistis sebagaimana manusia pada umumnya, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebaliknya, penggambaran secara tidak realistis adalah penggambaran tokoh secara berlebihan, yang baik digambarkan sangat baik tanpa cela sedangkan yang buruk atau jahat digambarkan kelewat jahat tanpa ada setitik kebaikan. Penggambaran tokoh karikatural adalah secara sederhana dengan menonjolkan atau melebih-lebihkan ciri-ciri tertentu yang dimiliki si tokoh. Cara penggambaran ini digunakan dengan maksud meledek, mengejek atau menyindir. Cara penggambaran karikatural sering menjadikan si tokoh tampil lucu. Stereotipikal adalah penggambaran tokoh yang digunakan hanya untuk mewakili gambaran umum yang dimiliki masyarakat tentang gender, rasa atau kelompok tertentu. Misalnya, gambaran stereotipikal seorang tokoh perempuan adalah lemah dan suka menangis (Zoebazary, 2010:50-51).

Universitas Sumatera Utara 45

2.3 Model Teoretis Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, berikut adalah model teoretis yang digunakan oleh peneliti

Komunikasi Massa Media Baru YouTube

Video Klip Musik Lathi

Analisis Semiotika Roland Barthes

Bahasa Sinematografi

Pemaknaan Lirik dan Visual

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Secara umum, metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoretis. Dikatakan sebagai kegiatan ilmiah karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. Terencana karena penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dana dan aksesibilitas terhadap tempat dan data (Raco, 2010: 5). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penonjolan proses penelitian dan pemanfaatan landasan teori dilakukan agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar belakang penelitian dan sebagai bahasan pembahasan hasil penelitian. Penelitian kualitatif disebut juga dengan interpretative research, naturalistic research atau phenomenological research. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), serta lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif juga lebih mementingkan proses daripada hasil akhir. Oleh karena itu, urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Dasar teori penelitian kualitatif sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantik universal dari gejala yang sedang diteliti (Rukin, 2019: 6-7). Peneliti menggunakan studi dokumen sebagai model penelitian. Studi dokumen adalah suatu bentuk penelitian kualitatif di mana dokumen ditafsirkan oleh peneliti untuk memberikan suara dan makan mengenai suatu topik penelitian (Bowen dadam Morissan, 2019:108). Corbin dan Strauss (dalam Morissan, 2019: 2018) mendefinisikan analisis dokumen, cetak maupun elektronik, sebagai 46 Universitas Sumatera Utara

47

prosedur sistematis untuk meninjau atau mengevaluasi dokumen. Sebagaimana metode analitik lainnya dalam penelitian kualitatif, analisis dokumen mensyaratkan bahwa data harus diperiksa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk mendapatkan makna, pemahaman, dan mengembangkan pengetahuan empiris. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis semiotika.

3.2 Objek Penelitian Objek penelitian pada hakikatnya adalah topik permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Objek penelitian adalah isu, problem, atau permasalahan yang dibahas, dikaji, diteliti dalam riset sosial. Sugiyono (dalam Mukhtazar, 2020: 45) menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek adalah apa yang akan diselidiki selama kegiatan penelitian. Oleh sebab itulah, jika direpresentasikan secara mudah bahwa dasar dari persoalan dan atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian yang kemudian hendak diteliti untuk mendapat data secara lebih terarah adalah objek penelitian. Titik perhatian tersebut berupa substansi atau materi yang diteliti atau dipecahkan permasalahannya menggunakan teori-teori yang bersangkutan. Objek dalam penelitian ini adalah video klip musik “Lathi”.

3.3 Subjek Penelitian Subjek dalam konsep penelitian merujuk pada informan yang hendak dimintai informasi atau digali datanya. Amirin (dalam Fitrah dan Lutfiyah, 2017: 152), mengungkapkan bahwa subjek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan atau orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang latar penelitian. Suharsimi Arikunto (dalam Fitrah Lutfiyah, 2017: 152) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain

Universitas Sumatera Utara 48

secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Subjek penelitian ini adalah lirik dan visual video klip musik “Lathi”.

3.4 Kerangka Analisis Adapun kerangka konsep penelitian dalam kualitatif juga merangkap sebagai kerangka analisis penelitian (Gora, 2019: 316). Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas (Hiriansah, 2019: 109). Adapun kerangka analisis semiotika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

first order second order (tataran pertama) (tataran kedua)

reality sign connotation culture (realitas) (tanda) (konotasi) (budaya)

signifier denotation (penanda) (denotasi) signified (petanda)

myth (mitos)

Gambar 3.1 Kerangka Analisis “Two Order of Signification” Roland Barthes Sumber: (Fiske dalam Wati, 2016: 83)

Universitas Sumatera Utara 49

Berdasarkan kerangka analisis semiotika Roland Barthes di atas, data penelitian ini dianalisis sebagai berikut: 1. Peneliti mengkaji lirik dan visual dalam video klip musik “Lathi” dan berusaha memahami pemaknaannya berdasarkan tanda-tanda yang digunakan sesuai asalnya. Dengan melakukan hal tersebut, peneliti menemukan maknanya secara denotasi. 2. Peneliti mengaitkan kajian makna yang telah ditemukan dengan aspek-aspek budaya yang ada. Melalui analisis ini peneliti menemukan makna konotasi berdasarkan bentuk penggunaan lirik dan visual dalam video klip musik “Lathi”. Selanjutnya makna konotasi tersebut dikaitkan dengan aspek budaya masyarakat sehingga peneliti akan menemukan mitos-mitos dalam lirik dan visual tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena teknik ini merupakan strategi ataupun cara yang dipakai oleh peneliti guna mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitiannya. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan guna mendapatkan bahan, keterangan, kenyataan dan informasi yang bisa dipercaya (Mukhtazar, 2020: 74). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai metode. Penelitian dengan tujuan yang berbeda akan memerlukan metode pengumpulan data yang berbeda. Ketepatan pemilihan metode pengumpulan data akan meningkatkan kualitas hasil penelitian (Sayidah, 2018: 74). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Pustaka Penelusuran pustaka sebagai langkah awal suatu penelitian amat penting karena dapat menghindari adanya duplikasi kegiatan atau tulisan. Tindakan ini juga memungkinkan peneliti mengetahui cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya sebagai bahan perbandingan. Dari penggalian ini, tidaklah mustahil gagasan atau ide baru bisa timbul demi kesempurnaan pelaksanaan penelitian atau penulisan selanjutnya (Haryanto dan Datu, 2000: 18). Dalam riset lapangan, penelusuran pustaka terutama

Universitas Sumatera Utara 50

dimaksudkan sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian dan/atau proposal guna memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoretis atau mempertajam metodologi (Zed, 2004: 1). 2. Metode Bahan Visual Roland Barthes (dalam Bungin, 2007: 123) mengatakan fotografi sebagai pesan yang tidak berkode. Fotografi mengungkapkan semua komponen dunia yang dapat diidentifikasi namun untuk dapat interpretasi haruslah memiliki pengetahuan yang cukup. Apa yang dikatakan oleh Barthes itu sebagai kelebihan dari bahan visual sebagai bahan yang menyimpan berbagai informasi yang sangat berguna di dalam suatu penelitian. Bahan fotografi saat ini jenisnya bermacam-macam seperti foto, grafis, film, video, kartun, microfilm, slide dan sebagainya sehingga disebut saja semuanya sebagai bahan visual. Bahan visual bermanfaat untuk mengungkapkan suatu keterkaitan antara objek penelitian dengan peristiwa di masa silam atau peristiwa saat ini. Bahan visual juga memiliki makna secara spesifik terhadap objek atau informan penelitian. 3. Metode Penelusuran Data Online Metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data maupun informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Secara teknis menggunakan metode ini mensyaratkan peneliti mempunyai pemahaman teknis terhadap teknologi informasi, artinya peneliti harus memiliki keterampilan mengoperasikan komputer dan media online seperti umpamanya internet. Prosedur terpenting pada penggunaan metode ini adalah penyebutan sumber data dan kapan melakukan browsing, baik itu informasi teori maupun data, penyebutan sumber menjadi sangat penting (Bungin, 2007: 125-126).

Universitas Sumatera Utara 51

3.6 Teknik Analisis Data Sugiyono (dalam Umrati & Hengki, 2020: 85), mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola-pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga muda dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis semiotika Roland Barthes. Berikut adalah tahapan-tahapan analisis semiotika (Stokes, 2003: 80-81): 1. Mendefinisikan objek analisis Objek analisis dalam penelitian ini adalah video klip musik Lathi dari Weird Genius dan Sara Fajira. 2. Mengumpulkan objek analisis Video klip musik Lathi diambil dari kanal Youtube Weird Genius. 3. Menjelaskan objek analisis tersebut Gambaran umum video klip musik Lathi. 4. Menafsirkan objek analisis tersebut Semiotika Roland Barthes digunakan untuk menafsirkan makna denotasi dan konotasi dari lirik dan visual video klip musik Lathi. 5. Menjelaskan kode-kode kultural Kode-kode kultural dijelaskan berdasarkan makna konotasi lirik dan visual video klip musik Lathi. 6. Membuat generalisasi Dari data yang telah dianalisis, dibuat pembahasan secara umum. 7. Membuat Kesimpulan Kesimpulan ditarik untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dimulai pada tanggal 28 Agustus 2020. Awalnya peneliti melakukan pengumpulan data yang akan digunakan sebagai tinjauan untuk melakukan penelitian. Data dikumpulkan dengan metode pengumpulan data yang telah dipilih. Peneliti mengumpulkan data dengan meminjam buku di perpustakaan sebagai referensi. Kemudian peneliti menggunakan penelusuran di internet agar bisa melihat e-book yang tersedia dan untuk mengunduh jurnal-jurnal atau penelitian terkait sebagai sumber lain. Penelusuran di internet juga peneliti gunakan untuk mencari artikel berita online terutama untuk mendapatkan data tentang topik penelitian yang terbilang baru. Tempat-tempat yang dikunjungi oleh peneliti hanya berputar dari rumah, perpustakaan dan tempat janji temu dengan orang lain. Peneliti melakukan diskusi terutama dengan dosen pembimbing, kemudian dengan senior di perkuliahan dan teman-teman. Diskusi dilakukan dengan bertemu langsung atau melalui pesan dan telepon untuk memeriksa data yang dikumpulkan. Data yang telah terkumpul diperiksa kembali agar lebih tepat dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Setelah data yang terkumpul dan disusun sebagai tinjauan dinilai sudah tepat, penelitian dilanjutkan dengan memaparkan hasil dan membahasnya. Objek penelitian ini adalah video klip musik “Lathi” yang berasal dari situs YouTube. Analisis terhadap objek penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Dari video klip musik Lathi, analisis dalam penelitian ini tertuju pada lirik dan visual yang ada di dalamnya. Peneliti melakukan analisis objek penelitian berdasarkan data yang telah terkumpul dan data tambahan yang dapat mendukung. Hingga tahap akhir penelitian akan dilakukan pemeriksaan kembali hingga mendapatkan simpulan.

52 Universitas Sumatera Utara

53

4.1.1 Tentang Objek Penelitian Sebelum masuk pada tahap analisis, peneliti akan memaparkan gambaran tentang objek dalam penelitian ini. Objek penelitian ini adalah video klip musik “Lathi” yang berasal dari situs YouTube. Lathi merupakan karya musik yang dirilis oleh grup musik elektronik Weird Genius yang berkolaborasi dengan penyanyi bernama Sara Fajira. Pemaparan tentang objek penelitian ini termasuk di dalamnya profil tentang Weird Genius dan Sara Fajira serta gambaran umum tentang Lathi baik sebagai lagu maupun video klip musiknya.

4.1.1.1 Weird Genius

Gambar 4.1 Weird Genius (Eka Gustiwana, Reza Oktovian, Gerald Liu) Sumber: https://www.youtube.com/c/WeirdGeniusMusic/ Reza Oktovian, Eka Gustiwana dan Gerald Liu yang ketiganya sekarang dikenal sebagai Weird Genius terbentuk sejak tahun 2016. Masing-masing mengerjakan proyek mereka sendiri sebelumnya. Segera setelah bergabung, mereka menyatukan semua keunggulan mereka ke dalam usaha kolaboratif ini. Mereka menarik inspirasi dari mana-mana. Mulai dari apa yang muncul dari cinta untuk hidup, sosial hingga game. Grup ini mendeskripsikan sendiri musik mereka sebagai musik yang keras, ceria, memompa dan gila. Gaya musik ini mereka kembangkan sejak awal terbentuk (Weird Genius, 2016). Weird Genius merupakan sebuah grup musik elektronik yang terdiri dari dua YouTuber Indonesia serta seorang DJ (). Awalnya grup ini beranggotakan Reza ‘Arap’ Oktovian dan Eka Gustiwana yang merupakan YouTuber dan Billy Taner seorang DJ. Ketiganya berfokus di musik elektronik dan

Universitas Sumatera Utara 54

memiliki visi untuk memperkenalkan Indonesia ke mancanegara. Inisiasi terbentuknya grup ini berasal dari Reza dan Eka yang berkeinginan untuk membentuk grup musik. Mereka membutuhkan satu orang lagi untuk melengkapi, yaitu orang yang menguasai musik elektronik dan akhirnya mengajak Billy Taner. Ketika personel Weird Genius ini saling melengkapi dengan Eka lebih banyak produksi musik-musik pop, Billy di bagian musik elektronik dan Arap yang menulis lagu. Arap dipercaya menulis lagu dengan lirik berbahasa Inggris yang mana mereka butuhkan untuk memperkenalkan lagu mereka ke luar Indonesia. Mereka juga punya alasan sendiri memilih genre musik elektronik, yaitu karena menurut mereka itu musik yang paling mudah diterima secara worldwide untuk saat ini bisa dilihat dari betapa banyaknya festival-festival musik elektronik di dunia (Astarina, 2017). Dalam waktu singkat, Weird Genius telah mendapatkan pengakuan instan dari penggemar EDM dan mengumpulkan lebih dari jutaan streaming melalui platform musik digital. Meskipun mereka senang meluangkan waktu dan upaya dalam membuat lagu baru, mereka mengantisipasi keharusan tampil dan merasakan energi langsung dari penonton. Setiap tahun, grup ini berpartisipasi dalam acara berstandar lokal dan internasional, di antaranya Viral Fest Asia Festival Bangkok 2017, Soundrenaline Bali 2018, Local Act for Yellow Claw’s Indonesian Tour 2018, Sky Garden Bali 2018, Local Act for The Chainsmokers Live in Jakarta 2018, SHVR Jakarta 2018 dan 2019 dan masih banyak lagi. Weird Genius telah merilis track elektronik yang bereksperimen dengan berbagai genre dan bekerja sama dengan musisi lain seperti DOLF (Barong Family), Prince Husein dan Midnight Quickie (Weird Genius, 2016). Reza Oktovian atau yang akrab dipanggil dengan sebutan ‘Arap’ merupakan seorang YouTuber. Sebelum menjadi seperti sekarang, ia pernah bekerja sebagai seorang kasir warnet (warung internet) sampai menjadi MC acara. Arap mulai dikenal dari channel YouTube miliknya tempat ia mengunggah video pendeknya dan konten seputar game. Ia termasuk YouTuber dan seorang gamer yang terbilang sukses di Indonesia bahkan ia pernah mendapatkan penghargaan untuk Channel Gaming Populer Indonesia. Penghargaan ini ia terima di Night Award TV Asia 2016 lalu. Selain itu, ia menekuni usaha berupa gaming bar & café. Usaha ini ia tekuni

Universitas Sumatera Utara 55

bersama dengan Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep yang merupakan anak-anak dari Presiden RI Joko Widodo (Latief, 2020). Eka Gustiwana juga merupakan seorang YouTuber. Eka lahir pada tanggal 1 Agustus 1989 atau telah berumur 31 tahun saat ini. Ia mulai menekuni dunia musik sejak berusia 11 tahun. Awalnya dari sang ayah yang memperkenalkannya. Bermula dari belajar alat musik gitar dan alat musik lain hingga dilanjutkan setelah lulus sekolah mengambil pekerjaan untuk bermain keyboard dari kafe ke kafe. Karir musiknya terus meningkat dengan membuat lagu bersama Nikita Willy pada tahun 2010 lalu, menjuarai lomba mars Kereta Api Indonesia tahun 2011 lalu, hingga meraih runner up untuk kompetisi Jingle Bank Industrial And Commercial Bank of China tahun 2013 lalu. Masih di tahun 2013, namanya mulai dikenal karena membuat video parodi editan audio dari seorang presenter berita, Jeremy Teti dan Arya Wiguna yang saat itu sedang heboh dengan kasusnya. Video editannya viral di media sosial dan media pemberitaan Indonesia (Latief, 2020). Gerald Liu adalah seorang DJ (Disc Jockey) yang tidak terbilang baru di musik Indonesia. Ia pernah mengikuti ajang musik EDM The Remix Season 2 yang ditayangkan di Net TV tahun 2016. Pada ajang itu, ia sejak awal tidak sendiri karena telah memiliki grup musik elektronik bernama KMKZ bersama Ken Raka. Lalu mereka dijadikan tim dengan penyanyi Aqi, vokalis band Alexa, dan membentuk nama baru “Shout!”. Gerard dan timnya berhasil menjadi runner up pada ajang itu. Selain itu, ia termasuk orang yang aktif dengan menjadi produser untuk rapper seperti Slippydoor dan Ramengvrl. Gerald bergabung dengan Weird Genius sejak 2019. Posisinya di Weird Genius menggantikan Billy Taner yang hengkang dan memilih untuk berhenti menjadi DJ. Ia telah mengenal Reza Arap dari proyek kerja sama yang mereka lakukan bersama untuk Asian Games 2018. Kekosongan posisi DJ dalam Weird Genius dan kemampuan yang dimiliki Gerald sebagai DJ membuat Arap dan Eka mengajaknya untuk bergabung (Latief, 2020). Ketiganya sengaja terus menaikkan standar, bertujuan untuk memperluas nama Weird Genius di peta dunia. Mereka yang sebelumnya telah memiliki karier di bidang masing-masing semakin cemerlang setelah bergabung. Sebagai seniman, mereka terus berkembang dan mengeksplorasi keragaman dalam produksi musik.

Universitas Sumatera Utara 56

Hal tersebut dapat dilihat dengan keberhasilan setelah merilis lagu “Lathi” yang berkolaborasi dengan Sara Fajira. Pertengahan Juni 2020, Foto mereka viral di media sosial. Keberhasilan mereka membawa nama mereka tercatat sebagai musisi Indonesia kedua setelah pianis jazz Joey Alexander yang berhasil menampilkan single musik mereka di papan iklan elektronik (billboard) di Times Square, Manhattan, New York. Gerald mengungkapkan awalnya ia terkejut akan billboard tersebut yang ternyata dipasang oleh perusahaan label mereka, yaitu Astralwerks untuk merayakan lagu Lathi yang menembus lebih dari 100 juta streams digital (Rukmananda, 2020).

4.1.1.2 Sara Fajira

Gambar 4.2 Sara Fajira Sumber: https://www.tribunnewswiki.com/2020/06/28/sara-fajira Sara Fajira merupakan penyanyi Indonesia kelahiran Surabaya 3 Mei 1996. Memiliki orang tua musisi membuat Sara Fajira menuruni bakat kedua orang tuanya dalam hal bermusik. Sara Fajira memiliki ayah seorang keyboardist dan ibu seorang penyanyi. Ia juga memiliki darah campuran Yaman, Polandia dan Batak. Lahir sebagai anak kedua dari pasangan Rose Yazda Juliana dan Muhammad Muhdy membuat Sara memiliki talenta natural dalam bermusik. Selain Sara, kakak laki- lakinya bernama Fabio Farisqo juga seorang penyanyi serta penulis lagu dan adiknya Nayqila juga merupakan penyanyi yang handal dalam bernyanyi rap seperti dirinya (Putri, 2020). Meski memiliki ayah seorang keyboardist tidak membuat Sara dipaksa untuk andal memainkan sebuah alat musik. Meski begitu, ia juga bisa memainkan gitar meski hanya dasarnya saja. Hidup dalam keluarga yang berkecukupan dan penuh

Universitas Sumatera Utara 57

kesederhanaan membuat Sara Fajira mulai mampu menyalurkan bakatnya sejak kecil. Dukungan tersebut membuatnya bisa mengikuti kegiatan musik dan bernyanyi, menari, casting bahkan pernah bikin band sendiri. Saat ini ia hanya fokus dalam bidang musik dan bernyanyi. Talentanya dalam di bidang seni mulai terlihat saat Sara Fajira masih menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Al Manar, Surabaya pada tahun 2001. Sejak TK Sara mengaku sudah senang mendengarkan musik namun minat seninya dimulai dengan mengikuti kegiatan menari. Tarian yang diikutinya seperti tarian yang diiringi lagu Arab berjudul “Magadir”. Memasuki bangku Sekolah Dasar, Sara baru mulai menemukan bakat bernyanyinya. Diwarnai dua kali pindah sekolah di awal dari SDN Babatan 1 kemudian berpindah ke SDN Pegirian 2 dan terakhir di SDN Genjeran 2 Surabaya, Sara Fajira kecil terus tumbuh dengan bakat sebagai penyanyi. Berjarak setahun, Sara Fajira kecil sempat merasakan tampil dalam grup marawis sekolahnya. Pihak sekolah yang menyadari bakat Sara memintanya menjadi vokal utama dalam grup marawisnya. Di kelas 4 ke 5 ia mengikuti lomba marawis dan dapat juara 2 dan juara 1. Jadi ada dua babak kategori, babak pertama juara 1, babak kedua juara dua. Memasuki kelas 6 SD Sara mulai mengikuti berbagai lomba nyanyi solo. Berbagai lomba ia ikuti termasuk mendaftarkan diri ke lomba vokal pop di mana ia menjadi juara kedua dan ke ajang Idola Cilik 2 yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional di tahun 2008 di mana ia lolos sampai 42 besar. Memiliki ibu seorang penyanyi membuat Sara terasa memiliki guru vokal pribadi. Bakat bernyanyinya terus dilatih oleh sang bunda ketika Sara mulai menunjukkan minat dalam bernyanyi. Meski begitu, ibunya tidak mengajarkannya dengan keras. Kebanyakan Sara belajar bernyanyi secara otodidak dan ketika mengikuti ajang Idola Cilik baru ikut les vokal. Memasuki bangku sekolah SMP dan SMA, kemampuan Sara Fajira semakin matang. Tiga tahun menempuh pendidikan di SMP PGRI 1, Surabaya. Sara Fajira selalu mengikuti kegiatan bermusik di sekolahnya. Memasuki bangku SMA, Sara Fajira yang mulai beranjak remaja membentuk sebuah band bersama temannya dengan aliran musik alternatif rock. Meski sudah beranjak remaja, Sara tidak mau berhenti mengasah kemampuannya lewat berbagai kompetisi. Ia pun kembali

Universitas Sumatera Utara 58

mengikuti kompetisi karaoke Bahasa Jepang. Dengan bakat yang dimilikinya dan kegemaran Sara pada budaya Jepang membuatnya menjuarai kompetisi tersebut dan berhak atas piala juara 1 se-Jawa Timur. Bagi Sara, dirinya tidak mau cukup dengan bakat bernyanyi dan menari. Semasa SMA pun Sara pernah menjadi modern dancer dan mengikuti ajang GGS Mencari Bintang, sebuah ajang untuk menjaring talenta akting, dan masuk 20 besar se-Surabaya. Semua itu dilakukan Sara karena keinginannya sendiri, ia ingin mengetahui bagaimana rasanya kompetisi di berbagai bidang. Karier profesional pengagum Rihanna ini dimulai sejak dirinya mengikuti ajang kompetisi “Just Duet” di NET TV. Sara yang dikenal sebagai rapper muda, belajar bernyanyi rap sejak ia masih SMA. Saat itu ia terpaksa belajar rap karena salah satu personil band-nya memutuskan untuk keluar dan Sara diminta untuk mengisi bagian rap dalam band bernama Boogie yang merupakan band sebuah kafe di Surabaya. Selain tampil di kafe-kafe di Surabaya, pengalaman lain Sara juga pernah tampil di kondangan atau acara pernikahan. Uniknya, Sara belajar keahlian dalam bernyanyi rap dari adiknya yang sudah andal dalam urusan bernyanyi rap. Ia belajar dari adiknya kemudian mengeksplor sendiri kemampuannya. Alhasil, Sara pun bisa bernyanyi rap dan mengisi kekosongan dalam band-nya. Bermodalkan dengan kemampuannya sebagai rapper, Sara Fajira pun mengikuti ajang “Just Duet” di NET TV di tahun 2016 setelah sebelumnya berada di band tahun 2015-2016. Kali ini sang bunda yang melihat bakat putrinya, mendorong Sara untuk mengikuti ajang tersebut dan mencoba peruntungannya. Siapa sangka, insting sang bunda membuahkan hasil. Sara Fajira lolos hingga menjadi runner up dalam ajang tersebut. Dari situ, Sara dikontrak oleh manajemen sebuah televisi dan mulai meniti karier. Di tahun 2018, Sara membuktikan keseriusannya dalam bermusik dengan merilis single bergenre EDM berjudul You Know. Di bawah dukungan label Net Management, Sara mengajak serta DJ Kenny Gabriel untuk berkolaborasi dalam single-nya. Di tahun itu pula, Sara Fajira berhasil mendapatkan penghargaan Anugerah Planet Muzik 2018 untuk kategori Artis Terbaik Terbaru Wanita.

Universitas Sumatera Utara 59

Setahun kemudian, Sara kembali meluncurkan karyanya. Ia berkolaborasi dengan Eka Gustiwana dan Prince Husein dalam lagu “Tersimpan di Hati” yang dirilis tahun 2019. Dalam lagu tersebut, Sara menunjukkan kebolehannya nge-rap dalam bahasa Inggris dan Jawa. Ia juga pernah meng-cover lagu “Jika” karya Melly Geoslaw featuring Ari Lasso, bersama penyanyi senior Hedi Yunus. Perkenalan Sara Fajira dengan Weird Genius terjadi berkat pertemuannya dengan Eka Gustiwana yang pernah mengajaknya berkolaborasi sebelumnya. Eka yang merupakan salah satu personel Weird Genius menilai kemampuan Sara cocok untuk lagu mereka yang berjudul “Lathi”. Penilaian tersebut berdasarkan kemampuan Sara yang fasih dalam Bahasa Jawa dan bahasa Inggris sesuai dengan yang dibutuhkan untuk lagu itu. Dengan kemampuannya, Sara juga diberi kesempatan untuk ikut mengisi lirik pada lagu itu dengan bahasa Jawa (Rachman, 2020). Menjadi penyanyi sejak kecil dan mengikuti berbagai ajang pencarian bakat, Sara Fajira mengakui bahwa kolaborasinya dengan Weird Genius di lagu Lathi adalah puncak kesuksesannya. Sara yang memulai karier profesionalnya sejak 2016 merasakan betul efek dari kesuksesan lagu Lathi yang sudah ditonton puluhan juta penonton di YouTube. Tidak hanya berpengaruh pada karya-karyanya sebelum Lathi, Sara Fajira juga merasakan dampaknya di sosial media. Kini banyak yang mengikutinya di sosial media Instagram. Selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di Indonesia akibat pandemi COVID-19, hampir setiap hari Sara ada undangan live bersama beberapa media maupun radio. Setelah sukses dengan lagu Lathi, Sara Fajira akan mengubah musiknya dan mulai menyisipkan musik-musik Jawa sebagai identitas. Lagu Lathi membuat Sara dikenal sebagai penyanyi yang andal menyanyikan lagu Jawa. Memiliki darah Jawa dan asli lahir di Surabaya membuat Sara ingin menebalkan identitasnya itu. Sara Fajira mengakui bahwa keinginannya tersebut baru terbawa setelah dirinya menyanyikan lagu Lathi dan mendapatkan label penyanyi Jawa. Bagi Sara ada sebuah kebanggaan tersendiri ketika ia berhasil menghasilkan karya yang melibatkan budaya-budaya di Indonesia (Putri, 2020).

Universitas Sumatera Utara 60

4.1.1.3 Lathi

Gambar 4.3 Sampul Lagu “Lathi” Sumber: https://www.musixmatch.com/lyrics/Weird-Genius-Sara-Fajira/LATHI Meluncurkan single digital pertama di tahun 2020, Weird Genius berkolaborasi dengan penyanyi dan rapper asal Surabaya, Sara Fajira. Single terbaru mereka berjudul “Lathi” tersedia melalui download dan streaming di semua platform musik digital mulai 28 Februari 2020. Setelah rilis, lagu Lathi meraih popularitas secara perlahan. Data Spotify menunjukkan bahwa popularitasnya mulai naik sepanjang Maret dan April, yakni saat lagu tersebut masuk dalam sejumlah playlist lokal populer seperti Lantai Dansa dan Top Hits Indonesia. Lagu Lathi sukses membawa Weird Genius memecahkan rekor Spotify sebagai lagu lokal yang menjuarai tangga lagu Indonesia Top 50 dengan durasi terlama. Lathi bertengger di posisi puncak Indonesia Top 50 selama total enam pekan, sejak 10 Mei sampai akhir bulan Juni. Weird Genius mengalahkan pencapaian pemegang rekor sebelumnya, Hindia yang berkat lagu “Secukupnya” sempat berada di posisi puncak Indonesia Top 50 selama empat pekan. Bukan Cuma di Indonesia, lagu Lathi juga berhasil menembus sejumlah tangga lagu di negara lain, mulai dari Singapura (nomor 1 di Singapore Viral 50 pada Juni 2020), Malaysia (nomor 1 di Malaysia Viral 50 pada Mei 2020), Hong Kong, hingga Taiwan. Lagu tersebut bahkan masuk dalam jajaran Global Viral 50 Spotify dan bisa bertahan hingga menduduki peringkat ke-2. Puncaknya, Lathi masuk di salah satu playlist global milik Spotify, yakni Teen Party, yang memiliki lebih dari 3 juta pengikut di seluruh dunia (Vitu & Caroline, 2020).

Universitas Sumatera Utara 61

Berada di jalur electronic dance music (EDM), Weird Genius memainkan entry beat yang memompa tidak lepas dari ciri utama Weird Genius yaitu memadukan unsur-unsur tradisional dalam setiap musiknya. Unsur tradisional khususnya budaya Jawa sudah terlihat dari sampul lagu ini yang bergambar gunungan wayang. Penggunaan gunungan dalam pewayangan adalah untuk menunjukkan awal, akhir dan pergantian cerita. Gambar pada gunungan merupakan gambaran kehidupan di dunia yang terdiri atas manusia, binatang dan tumbuhan. Dalam lagu ini budaya Jawa sangat kental bahkan dari nada pertama hingga akhir lagu, ditambah dengan lirik Jawa yang dibawakan dengan gaya sinden oleh Sara. Video klip musik Lathi diarahkan oleh pria bernama Vicky Firdaus. Ia memiliki nama sebutan lain, yaitu Creamypandaxx yang biasa ia gunakan dalam akun media sosialnya. Vicky merupakan editor dan direktur atau pengarah video yang telah berkarya sejak tahun 2010. Kerja samanya dengan Weird Genius dimulai sejak tahun 2016 hingga telah membuat video klip musik Lathi. Ide yang dituangkan Vicky dalam video klip musik tersebut berasal dari cerita yang sebelumnya telah dijelaskan oleh Reza Arap dari Weird Genius. Selain menceritakan jalan ceritanya di awal, pria yang memiliki nama panggung YB itu juga turut serta untuk mengarahkan dan memberikan ide tambahan dalam proses pengambilan gambar. Dalam wawancaranya bersama Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky menceritakan proses pengambilan gambar video klip musik Lathi dilakukan pada pertengahan bulan Maret 2020. Jadwal ini dipercepat dari yang awalnya pada akhir bulan Maret 2020. Ide untuk mempercepat itu berasal dari Reza Arap. Akibatnya, persiapan yang sebelumnya 2 minggu menjadi hanya 3 hari. Persiapan yang dilakukan seperti set pengambilan gambar, tata rias dan tata busana, penari dan koreografinya, hingga para talent yang muncul dalam video klip tersebut. Chandra Liow memberikan komentar bahwa persiapan 3 hari untuk membuat sebuah video klip musik itu sangat cepat bahkan seperti waktu persiapan untuk membuat konten YouTube yang tidak terlalu rumit. Proses pengambilan gambar dapat diselesaikan dalam satu hari. Sebelumnya, proses pembuatan koreagrafi untuk penari yang tampil dalam video klip tersebut juga diselesaikan dalam satu hari. Waktu persiapan yang singkat ini disebabkan

Universitas Sumatera Utara 62

tenggat waktu (deadline) yang harus dikejar. Seluruh gambar yang diambil dilakukan di dalam ruangan (indoor) yang sudah diatur sedemikian rupa sesuai dengan ide yang ingin ditampilkan. Pemilihan satu tempat sebagai lokasi pengambilan gambar juga turut mengurangi terbuangnya waktu yang tidak banyak. Setelah pengambilan gambar selesai masih ada tahap editing yang harus dilewati. Untuk mengedit video, Vicky meminta bantuan editor lain bernama yaanaako untuk menambahkan visual effects. Proses yang tidak sebentar memakan waktu dua hari. Hasil editan yang dibuat kemudian dievaluasi oleh Vicky hingga sesuai keinginan. Video musik dari lagu Lathi menyusul dirilis di YouTube pada 26 Maret 2020. Sejak video musiknya dirilis lagu karya grup musik bergenre EDM ini menarik banyak perhatian tidak hanya di dalam negeri, tapi juga sampai luar negeri. Beberapa orang luar negeri membuat konten dari lagu Lathi yang juga diunggah di Youtube. Kurt Hugo Scheneider, seorang penyanyi asal Amerika Serikat berkolaborasi dengan Jada Facer untuk menyanyikan ulang dan memberikan aransemen unik pada lagu Lathi. Penyanyi luar negeri lain seperti Davina Michelle, Patrick Stewart, hingga Emma Haesters yang berasal dari Belanda ikut menyanyikan ulang (cover) lagu Lathi (Rahim, 2020). Lathi kembali mencuat dan banyak dibahas netizen. Hal itu lantaran sebuah konten unggahan Jharna Bhagwani, seorang beauty influencer berusia 17 tahun. Jharna membuat konten makeup dengan tagar #LathiChallenge yang membuat ribuan pengguna internet berdecak kagum. Konten tersebut diunggah pada tanggal 18 Mei 2020 di media sosial Instagram. Ia menampilkan dua riasan sebagai interpretasi dari lagu Lathi karya Weird Genius. Riasan pertama bertema kontemporer yang punya kesan misterius dan abstrak. Sementara tampilan kedua memiliki nuansa tradisional khas Jawa. Diiringi Lathi sebagai background music, videonya viral dan mendapat banyak pujian (Zulmi, 2020). Rilis pada saat terjadinya pandemi COVID-19, tidak menghentikan Lathi untuk tetap menjadi bahan pembicaraan di dunia maya. Dampak dari adanya pandemi mengharuskan masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah terutama dengan jumlah massa yang banyak untuk meminimalkan penyebaran lebih luas. Keadaan tersebut berpengaruh pada berkurangnya promosi yang dapat dilakukan oleh Weird Genius dan Sara Fajira khususnya jadwal tampil secara langsung yang

Universitas Sumatera Utara 63

ditunda atau dibatalkan. Di sisi lain, berkurangnya aktivitas di luar rumah meningkatkan produktivitas masyarakat menggunakan internet. Hal ini menjadi salah satu alasan Lathi menjadi viral mulai dari lagu, video musik, hingga tercipta tagar #LathiChallenge. Weird Genius menjelaskan dalam Channel YouTube mereka bahwa proses produksi dan rekaman lagu ini cukup cepat, kurang lebih satu bulan. Liriknya terinspirasi dari pengalaman pribadi yang mungkin dialami banyak pasangan dan ditulis oleh Weird Genius bersama Sara Fajira. Secara musikal mereka menyeimbangkan EDM dan Inggris modern dengan budaya tradisional dari Jawa instrumen dan lirik. Lirik lagu berbahasa Inggris dalam lagu ini berbicara tentang hubungan cinta yang penuh kebohongan dan ego yang mengatakan cinta, tapi hanya menyakitkan. Meskipun menekankan sisi gelap dari hubungan tersebut, musik yang ceria dan lirik yang jujur membawa makna tersirat dari keberanian dan pendirian yang kuat dalam menghadapi hubungan yang beracun atau toxic relationship. Tergambarkan dalam sepotong lirik bahasa jawa “Kowe ra iso mlayu saka kesalahan. Ajining diri ana ing Lathi”, artinya “Kamu tidak bisa lari dari kesalahan. Harga diri seseorang ada di lidah (ucapan)”, diambil dari pepatah bahasa Jawa kuno “Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono”, yang artinya “Harga diri seseorang dari lidahnya (ucapannya) dan harga diri badan dari pakaian” (Weird Genius, 2016). Video musik Lathi kembali berusaha menyeimbangkan unsur tradisional dan unsur universal seperti lagunya. Sara Fajira yang mengisi vokal dalam lagu Lathi juga menjadi peran utama dalam video musiknya. Selain lirik berbahasa Jawa yang dinyanyikan Sara dengan gaya sinden, unsur tradisional lain juga terdapat dalam video musik ini seperti dengan ditampilkannya seni pertunjukan kuda lumping, tari jaipong hingga wayang kulit. Hingga bulan Oktober 2020, video musik Lathi yang berdurasi 3 menit 7 detik sudah ditonton lebih dari 94 juta kali.

Universitas Sumatera Utara 64

4.1.2 Analisis Lirik dan Visual Video Klip Musik “Lathi” Video klip musik “Lathi” diunggah di channel YouTube milik Weird Genius pada tanggal 26 Maret 2020 (Weird Genius, Reza Oktavian & Creamypandaxx, 2020). Unggahan tersebut menjadi sumber untuk bahan analisis penelitian ini. Dalam video klip yang memiliki durasi selama 3 menit 7 detik tersebut, terdapat beberapa adegan (scene) yang menampilkan bagian-bagian dari cerita yang ingin disampaikan. Berdasarkan alur kisah serta tokoh maupun objek yang ditampilkan, peneliti membagi adegan-adegan tersebut menjadi 8 (delapan) scene. 4.1.2.1 Analisis Scene 1 (00.00-00.29)

Lirik Visual

[Intro]

Ikon 1 (00.01)

I was born a fool Broken all the rules Ikon 2 (00.20) Seeing all null

Ikon 3 (00.21)

Universitas Sumatera Utara 65

Denying all of the truth

Ikon 4 (00.23) Tabel 4.1 Video Klip Musik “Lathi” Scene 1 Sumber: Olahan Peneliti dari Video Klip Musik “Lathi” Video klip musik Lathi dibuka dengan munculnya sosok seorang wanita yang berdiri sendirian di atas guguran dedaunan yang berserakan di sekitarnya dalam keadaan cahaya tidak terang. Wanita tersebut diperankan langsung oleh Sara Fajira. Di tempatnya berdiri, ia menyanyikan bagian verse 1 dari lagu Lathi. Pencahayaan yang diberikan kepada sosok seorang wanita tersebut berubah menjadi lebih terang dan terlihat setelah lirik mulai dinyanyikan. Tidak banyak gerakan lain yang ia lakukan selain menunjukkan ekspresi dan menoleh ke arah kirinya. Masih dalam scene yang sama dan di tempat yang sama namun tidak bersama dengan sosok seorang wanita tersebut, muncul tiga wanita penari kontemporer. Penampilan mereka sama dari pakaian hingga riasan di wajah mereka. Tarian yang mereka tampilkan tampak digerakkan dengan gemulai dan cukup lembut. Lokasi pengambilan gambar dalam video klip ini merupakan ruangan dengan latar belakang dan lantai berwarna putih. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam scene ini di antaranya, long shot pada ikon 1, medium shot pada ikon 2, medium shot pada ikon 3, dan medium close-up shot pada ikon 4. 1) Tataran Denotatif Seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju terusan tanpa lengan berwarna putih sedang berdiri sendirian. Hal ini ditunjukkan pada ikon 1 sehingga dapat dilihat dedaunan kering berserakan. Wanita tersebut tampak berdiri di sebuah tempat dengan latar belakang dan lantai berwarna putih polos. Awalnya cahaya pada sosok wanita tersebut hanya berasal dari cahaya dari atas di belakangnya. Sosok wanita tersebut mulai tampak karena adanya cahaya yang mulai menyinarinya. Suara musik pembuka lagu terdengar lalu kemudian wanita tersebut

Universitas Sumatera Utara 66

mulai bernyanyi. Kalimat yang ia nyanyikan adalah “I was born a fool” yang dilanjutkan dengan kalimat “Broken all the rules”. Pada ikon 2 dedaunan kering yang berserakan tidak terlihat lagi. Sosok wanita yang ditampilkan sudah bisa dilihat dekat dan jelas dengan cahaya yang menyinarinya. Ia tampak mengenakan sebuah aksesori di hidungnya. Wanita tersebut mengarahkan pandangannya ke arah sumber cahaya yang ada di arah kirinya dan menyanyikan kalimat “Seeing all null”. Wanita tersebut menyanyikan kalimat pernyataan yang mengatakan bahwa dia terlahir sebagai orang bodoh (I was born a fool). Ia melanjutkan dengan kalimat pernyataan bahwa dia telah melanggar semua aturan (Broken all the rules). Kedua kalimat ini diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dengan arti yang sebenarnya. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa kejadian yang diceritakan terjadi di masa lampau. Kalimat pertama menjelaskan tentang sebuah kelahiran yang merupakan awal dari sebuah kehidupan dan kalimat kedua terdapat artian ‘telah’ yang menunjukkan bahwa tindakan atau peristiwa yang diceritakan statusnya adalah selesai. Tiga orang wanita muncul melakukan gerakan yang saling bersinergi. Mereka sama-sama mengenakan kemban dan celana pendek olahraga yang juga berwarna putih dan terdapat riasan hitam di area mata mereka. Gerakan mereka salah satunya dengan posisi satu orang di depan dan dua orang di belakang seperti telihat pada ikon 3. Kemudian sosok seorang wanita kembali dimunculkan seperti pada ikon 4. Ia tampak menyanyikan kalimat “Denying all the truth” menghadap depan atau ke arah kamera dengan ekspresi tidak bahagia atau tertekan mengucapkan lirik lagu yang dinyanyikannya. 2) Tataran Konotatif Scene pertama video klip musik Lathi ini berfokus untuk menceritakan awal kisah tokoh utamanya. Sosok seorang wanita tampak lebih jelas setelah cahaya meneranginya. Ia berdiri sendirian yang dapat diartikan seperti ia kesepian. Dedaunan kering seperti yang ada di sekitarnya biasanya berasal dari pohon yang dedaunannya gugur seperti di jalanan, halaman rumah atau hutan. Kondisi dedaunan yang berserakan menunjukkan bahwa itu tidak dibersihkan atau tidak ada yang membersihkan.

Universitas Sumatera Utara 67

Kalimat berikutnya yang ia nyanyikan tertekan menyatakan bahwa ia sedang melihat semuanya kosong (Seeing all null). Tidak terdapat subjek dalam kalimat ini dan pengucapannya terlepas dari kalimat sebelumnya. Namun, adanya kesesuaian dengan visual yang ada dapat diartikan subjek yang dimaksud adalah sosok seorang wanita yang menyanyikan kalimat ini. Kata ‘sedang’ yang digunakan dalam kalimat ini menunjukkan bahwa kejadian yang diceritakan sedang berlangsung. Pada saat menyanyikan kalimat ini, wanita tersebut menoleh ke arah kirinya di mana tampak arah cahaya meneranginya seolah ia melihat cahaya itu namun yang ia rasakan ‘kosong’. Kesedihannya semakin terlihat karena ekspresinya saat menyanyikan kalimat tersebut tampak tidak bahagia atau tertekan. Aksesori berupa tindik tampak terpasang di hidung wanita tersebut. Sebuah tindik hidung di India bagi wanita artinya ia dapat dinikahi atau belum memiliki pasangan. Tindik hidung seperti tanda dalam fashion India yang mengartikan pria dapat berusaha mendapatkannya. Wanita yang sudah menikah dapat melepas tindik hidungnya, tetap mereka juga boleh mempertahankannya sebagai perhiasan. Hal ini dapat mengejutkan bagi pria yang mengejar seorang wanita bertindik di India. Semakin banyak perhiasan yang digunakan wanita India semakin tinggi mahar yang harus ia bayar untuk pria. Budaya ini berbeda dengan budaya Bangsa Barat di mana lelaki yang membayar mahar untuk wanita. Di Belanda, tindik hidung bagi wanita adalah seperti aksesori yang bernilai seperti perhiasan lainnya. Tujuan penggunaannya untuk menunjukkan status sosial dan menarik perhatian orang lain (Dewanand, 2010: 20). Tindik hidung yang dipakai wanita tersebut dapat menjadi tanda lain yang menunjukkan bahwa ia sendirian dalam artian tidak memiliki pasangan. Wanita tersebut tampak mengenakan pakaian putih yang memiliki konotasi positif seperti tokoh protagonis yang memiliki nilai ideal yang baik. Putih diasosiasikan pada cahaya, kebaikan, kepolosan, kesucian, keamanan hingga keperawanan. Warna ini dianggap sebagai warna kesempurnaan. Berlawanan dengan warna hitam, warna putih memiliki konotasi positif. Warna putih dapat merepresentasikan awal yang baik (Wright, 2011: 15). Dari makna yang dimiliki warna putih, pakaian yang digunakan wanita tersebut dapat menunjukkan bahwa ia seorang perawan yang artinya ia belum memiliki pasangan. Warna ini juga dapat

Universitas Sumatera Utara 68

menunjukkan kepolosan atau kesuciannya atau menunjukkan rasa aman yang sebenarnya ia miliki. Awalnya ia baik-baik saja meskipun tidak memiliki pasangan. Tiga penari wanita muncul seperti menjadi penggambaran lain dari tokoh utama wanita. Hal ini dapat dilihat dari kesamaan warna pakaian yang mereka kenakan dengan tokoh utama wanita, yaitu berwarna putih. Mereka juga muncul di ruangan dengan latar belakang berwarna putih polos. Namun, terdapat perbedaan pada jenis pakaiannya. Mereka seperti mewakili gerakan yang tidak banyak dilakukan oleh tokoh utama wanita. Gerakan yang mereka lakukan belum sama hanya seperti berpusat pada satu orang yang berada di depan dan dua orang di belakangnya membayangi. Tokoh utama kembali menyanyikan kalimat pernyataan bahwa dia sedang menyangkal semua kebenaran (Denying all of the truth). Kalimat ini memiliki struktur dan susunan yang sama seperti kalimat sebelumnya. Tidak adanya subjek dalam kalimat ini juga dianggap masih mengacu pada sosok seorang wanita tersebut. Kata ‘sedang’ yang digunakan dalam kalimat ini menunjukkan bahwa kejadian yang diceritakan sedang berlangsung. Ekspresi yang ditunjukkannya tidak bahagia atau tertekan tampak terkait dengan kalimat-kalimat yang ia nyanyikan untuk menunjukkan perasaannya. Ia tampak menyanyikan kalimat-kalimat tersebut menghadap kamera seperti ditujukan kepada para penonton, seolah ia mencoba menyampaikan kisah tidak menyenangkan yang ia rasakan. Tataran Mitos Wanita yang tampak berdiri sendirian di atas dedaunan kering yang berserakan di sekitarnya itu menunjukkan bahwa awalnya dia belum memiliki pasangan. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow , Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi membenarkan hal tersebut. Minimnya cahaya yang menyorot sosok wanita tersebut dan cahaya dari atas di belakangnya bertujuan untuk menciptakan efek siluet (bayangan) sehingga menandakan wanita tersebut ada masalah, yaitu kesepian yang ditambahkan dengan peletakan dedaunan kering yang berserakan di sekitarnya. Vicky mengibaratkan dedaunan yang telah jatuh berguguran sebagai hati wanita tersebut yang sudah kosong lama seperti halaman rumah yang sudah lama kosong atau ditinggalkan. Penempatan objek seorang wanita di tengah-tengah

Universitas Sumatera Utara 69

dengan komposisi simetris membuat pandangan seimbang, meskipun tertuju pada wanita tersebut namun tetap menyadari dedaunan di sekitarnya. Kemudian ada lighting cue atau penanda cahaya, yaitu perubahan dari cahaya yang cenderung redup menjadi lebih terang dan menandakan lebih jelas munculnya sosok wanita tersebut dan juga menandakan pembukaan video klip dimulai (Tim2one, 2020). Kalimat pertama yang dinyanyikan sosok seorang wanita (I was born a fool) tidak harus diartikan sebagai kelahirannya sebagai manusia dari rahim seorang ibu yang bersifat bodoh karena visual yang ditampilkan juga tidak tampak begitu. Berdasarkan kamus bahasa inggris, Oxford Dictionary (Stevenson, 2011: 162), kata ‘born’ berarti adanya sesuatu dari hasil sebuah kejadian atau kelahiran (birth). Kata ‘birth’ (Stevenson, 2011: 138) dapat diartikan awal kedatangan sesuatu dalam kehidupan. Selanjutnya, kata ‘fool’ (Stevenson. 2011: 553) memiliki arti seseorang yang bertindak secara tidak bijaksana atau cerdas. Makna kalimat yang dinyanyikan sosok seorang wanita tersebut dapat diartikan bahwa dia awalnya dulu adalah seorang yang bertindak tidak bijaksana. Hal tersebut dapat bermaksud ketika ia masih sendiri. Kalimat kedua yang dinyanyikan sosok seorang wanita (Broken all the rules) berarti ia telah melanggar semua aturan. Berdasarkan kamus bahasa inggris, Oxford Dictionary (Stevenson, 2011: 1258), kata ‘rule’ memiliki arti satu seperangkat prinsip yang dipahami secara resmi yang mengatur perilaku atau prosedur dalam suatu area atau aktivitas tertentu. Aturan dibuat untuk menjaga nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dengan mematuhi dan tidak melanggarnya sehingga tercipta kehidupan yang nyaman. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa meski sosok seorang wanita tersebut tampak sendiri namun ia aman dan baik-baik saja. Jika sendiri dianggap memberinya rasa aman seperti aturan, kalimat ia “telah melanggar semua aturan” dapat diartikan ia tidak lagi sendiri. Kalimat ketiga yang ia nyanyikan berarti ia melihat semuanya kosong (Seeing all null). Ia menyanyikan kalimat ini dengan menoleh ke arah cahaya yang menyinarinya. Sebelumnya telah dijelaskan cahaya tidak terang berarti ia memiliki masalah kesendirian sehingga cahaya yang ia lihat dapat menjadi gambaran bahwa ia tidak lagi sendiri meski tidak ada sosok yang ditampilkan secara visual atau disebutnya. Namun, ia menyebut cahaya yang ia lihat dengan kata ‘null’ yang

Universitas Sumatera Utara 70

berarti memiliki nilai nol atau kosong. Terdapat sebuah idiom (ungkapan) dalam bahasa Inggris, yaitu “null and void” yang diartikan tidak ada paksaan atau perjanjian sejak awal. Ungkapan ini biasanya digunakan dalam ranah hukum di mana sesuatu yang tidak ada perjanjian, sejak awal sudah batal secara hukum. Jika dikaitkan dengan ungkapan tersebut, kalimat yang disampaikan sosok seorang wanita tersebut saat menoleh ke arah cahaya mengartikan tidak ada paksaan untuknya memilih tidak lagi sendiri. Kalimat sebelumnya seperti tersambung dengan kalimat keempat, yaitu ia menyangkal semua kebenaran (Denying all the truth). Kenyataannya ia tidak dipaksa untuk tidak lagi sendiri. Namun, ia menyangkal kebenaran tersebut dan merasa ada perjanjian yang telah dibuat atas hal tersebut dengan sosok yang menemaninya. Kalimat ini sesuai dengan ekspresinya yang menunjukkan wajah tidak bahagia atau tertekan meski seperti tidak sendiri lagi. Tiga penari wanita yang muncul merupakan gambaran lain dari sosok wanita yang berdiri sendirian sebelumnya. Salah satu dasarnya dapat dilihat dari kesamaan warna pakaian yang mereka kenakan, yaitu berwarna putih. Ayu Gurnitha yang merupakan satu di antara penari tersebut mewawancarai koreografernya. Dalam wawancara oleh Ayu Gurnitha dalam channel YouTube miliknya, Chenace yang merupakan koreografer dari tarian tersebut mengatakan adanya 3 (tiga) penari mengartikan satu orang yang diikuti bayang-bayang yang membuatnya tidak bahagia dari orang lain di belakangnya (Gurnitha, 2020). Meskipun berasal dari orang lain, sosok bayang-bayang tersebut tampak sama karena telah mengikuti satu orang di depannya. Hal yang tidak membahagiakannya dapat dilihat dari koreografi yang menunjukkan bayang-bayang tersebut seperti mengintimidasi satu orang yang ada di depannya Pemilihan ketiga penari ini menyesuaikan dengan cerita sehingga terpilih tiga orang wanita hitam manis dengan figur yang kuat. Wanita hitam manis dapat menunjukkan ciri khas wanita yang berasal dari Indonesia. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip ini mengatakan bahwa tiga penari wanita untuk menunjukkan wanita kuat. Fokusnya terdapat pada makeup hitam yang ada pada area mata mereka yang tampak seperti topeng yang menurut Vicky

Universitas Sumatera Utara 71

seperti penampilan seorang pejuang (warrior). Figur kuat dari ketiga wanita tersebut sebagai gambaran lain dari wanita yang muncul sendirian sebelumnya yang tidak banyak melakukan gerakan dan tampak lemah (Tim2one, 2020). Antara wanita yang berdiri sendirian dengan tiga penari wanita terdapat perbedaan jenis pakaian yang dikenakan. Dalam sistem semiotik, menurut Barthes, tidak hanya kata-kata dan image, tetapi objek itu sendiri bisa berfungsi sebagai signifier dalam produksi makna. Busana misalnya bukan sekedar cover of the body tetapi juga mempunyai tanda-tanda karena mereka membentuk makna dan membawa sebuah pesan (Hall dalam Trisnawati, 2011: 38). Wanita yang berdiri sendirian memakai baju terusan tanpa lengan yang dapat dikategorikan seperti sebuah gaun yang menunjukkan keanggunannya sebagai seorang wanita. dirinya semakin dikuatkan dengan tidak banyaknya gerakan yang ia lakukan. Sedangkan, tiga penari wanita memakai kemban dan celana pendek olahraga yang lebih menampakkan lekuk tubuh mereka dengan figur yang kuat. Pakaian tersebut juga membuat mereka lebih fleksibel dalam melakukan tarian. Hal ini sesuai dengan tujuan pengarah video sebelumnya yang ingin mereka tampak seperti pejuang yang gesit dan kuat. Perbedaan ini menunjukkan dibalik keanggunan dari wanita yang berdiri sendirian itu terdapat sisi lain yang kuat.

4.1.2.2 Analisis Scene 2 (00.30-00.52)

Lirik Visual

Everything has changed It all happened for a reason

Ikon 1 (00.31)

Universitas Sumatera Utara 72

Down from the first stage It isn’t something we fought for

Ikon 2 (00.42)

Never wanted this kind of pain Turned myself so cold and heartless

Ikon 3 (00.47)

But one thing you should know

Ikon 4 (00.51) Tabel 4.2 Video Klip Musik “Lathi” Scene 2 Sumber: Olahan Peneliti dari Video Klip Musik “Lathi” Sosok seorang wanita yang sebelumnya sendirian didatangi oleh seorang pria. Pria yang tampak memakai kaos hitam dan celana jeans biru itu menyentuh lalu memeluknya dari belakang. Pelukan yang tampak agresif tersebut diterimanya dengan sukarela dan ekspresi bahagia. Dengan memeluk erat pada bagian lehernya, pria tersebut tampak seperti mengucapkan sesuatu padanya. Kemudian, sosok pria yang tadi memeluknya menghilang dan seolah digantikan oleh rantai yang melilit tubuhnya. Setelah itu, muncul cairan seperti darah mengalir tampak dari dadanya dan membasahi baju yang dipakainya. Adegan ini tampak sedikit terpisah dari yang sebelumnya karena sosok seorang wanita tidak tampak mengucapkan sesuatu namun suaranya menyanyikan

Universitas Sumatera Utara 73

bagian pre-chorus lagu Lathi tetap terdengar. Latar belakang pengambilan gambar masih sama hanya berwarna putih polos dengan pencahayaan berada pada tingkat yang sama hingga adegan ini berakhir. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam scene ini di antaranya, medium shot pada ikon 1, medium close- up shot pada ikon 2 dan 3, dan knee shot pada ikon 4. 1) Makna Denotatif Sosok seorang pria berambut panjang, mengenakan baju dan memakai celana biru mendatangi seorang wanita yang berdiri sendirian. Pria itu datang dari belakang wanita tersebut. Awalnya pria tersebut menyentuh lengan wanita yang ia datangi seperti terlihat pada ikon 1. Semakin mendekat, pria itu memberikan wanita tersebut rangkulan hingga pelukan dari belakang. Wanita tersebut tampak menampilkan ekspresi tersenyum dengan dari sebelum pria itu datang hingga pelukan diterimanya. Suara nyanyian yang terdengar mengucapkan kalimat “Everything has changed. It all happened for a reason”. Ekspresi yang mereka tampilkan lebih tampak pada ikon 2. Pelukan yang diberikan pria itu semakin erat dan wanita tersebut tetap tampak tersenyum. Dalam posisi itu, pria itu menggerakkan bibirnya ke arah wanita di pelukannya seperti mengucapkan sesuatu. Suara ucapannya tidak dapat didengar. Suara yang terdengar adalah nyanyian yang mengucapkan kalimat “Down from the first stage. It isn’t something we fought for”. Kemudian, pria yang memeluk wanita itu mendadak menghilang. Sosok seorang wanita yang masih ada tampak tubuhnya terlilit rantai dengan tangannya mencoba melakukan sesuatu terhadap rantai itu seperti terlihat pada ikon 3. Meski hanya setengah wajahnya yang terlihat, kecuali matanya, ekspresinya tampak cemberut tidak bahagia. Suara nyanyian yang terdengar mengucapkan kalimat “Never wanted this kind of pain. Turn myself so clod and heartless”. Pada ikon 4 muncul cairan berwarna merah pada tubuh wanita tersebut hingga membasahi baju yang dipakainya. Cairan itu paling banyak terdapat pada bagian dada sebelah kirinya dan mengalir ke bagian tubuh lain bahkan lengannya. Ekspresi yang ditampilkannya menjadi senyum dingin dengan wajah pucat. Suara nyanyian yang terdengar mengucapkan kalimat “But, one thing you should know”. 2) Tataran Konotatif

Universitas Sumatera Utara 74

Scene kedua video klip musik Lathi ini menceritakan tentang hubungan antara tokoh utama wanita dengan seorang pria. Penampilan pria tersebut tampak berambut gondrong, memakai baju kaos hitam polos dan mengenakan celana jeans berwarna biru. Kedatangan pria tersebut tidak dilihat namun seperti dapat dirasakan oleh tokoh utama wanita. Hal ini dapat dilihat dari ekspresi wanita itu yang tampak tersenyum dan tidak terkejut. Kemudian, wanita itu juga tidak menolak sentuhan yang ia terima. Penampilan pria tersebut memiliki konotasi negatif dengan rambut gondrong dan baju berwarna hitam yang berlawanan dengan pakaian tokoh utama wanita yang berwarna putih. Tindakan yang dilakukan pria itu tampak hangat dengan memeluk tokoh utama wanita dari belakang meski semakin lama pelukan yang diberikan si pria semakin agresif seperti terlalu menjepit lehernya namun wanita itu tetap tampak bahagia dan tersenyum. Suara dari sesuatu yang diucapkan pria tersebut tidak terdengar, tetapi gerak bibirnya dapat dilihat dan diartikan seperti mengucapkan kata “I love you”, yaitu ungkapan dalam bahasa Inggris yang berarti “aku mencintaimu”. Ungkapan tersebut menunjukkan perasaan yang dimiliki pria itu. Wanita itu hanya menerima ucapan tersebut dan seperti membalas perasaan tersebut dengan tetap menunjukkan senyum bahagia. Suara nyanyian yang terdengar seperti dari tokoh utama wanita mengucapkan kalimat pernyataan yang mengatakan bahwa semuanya telah berubah (Everything has changed). Kalimat tersebut dilanjutkan dengan kalimat pernyataan bahwa itu semua terjadi karena suatu alasan (It all happened for a reason). Berikutnya, terdengar diperjelas dengan kalimat pernyataan bahwa situasi yang dialaminya turun dari babak pertama (Down from the first stage). Kemudian, dilanjutkan dengan kalimat pernyataan yang terdengar tegas mengatakan bahwa ini bukanlah sesuatu yang kita perjuangkan (It isn’t something we fought for). Kita pada kalimat tersebut dapat diartikan adalah tokoh utama wanita dan sosok seorang pria bersamanya. Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan situasi sekarang dari hal yang telah terjadi sebelumnya. Sosok seorang pria menghilang seolah seperti digantikan oleh rantai yang melilit tokoh utama wanita. Pengambilan gambar yang hanya mengambil setengah wajah wanita itu bertujuan untuk mengarahkan fokus pada objek lain, yaitu rantai

Universitas Sumatera Utara 75

yang melilitnya. Rantai tersebut tampak melilit leher wanita itu seperti menggantikan tangan pria yang memeluknya sebelumnya. Lalu, dengan panjangnya rantai tersebut dapat menjulur melilit badan dan tangan wanita itu. Senyuman di bibir wanita itu tidak lagi ditampilkan dan berubah menjadi ekspresi tidak bahagia dan tidak nyaman dengan rantai tersebut. Tidak ada luka atau tanda disakiti pada dirinya hingga rantai tersebut muncul. Namun, cairah merah seperti darah tampak membasahi tubuh sosok wanita tersebut. Ekspresinya kembali berubah menjadi tersenyum dingin dengan wajah pucat seperti tidak terganggu atau pasrah dengan keadaannya tersebut. Suara nyanyian yang terdengar seperti dari sosok seorang wanita mengucapkan kalimat pernyataan yang terdengar tegas mengatakan tidak pernah menginginkan rasa sakit yang seperti ini (Never wanted this kind of pain). Berikutnya, ia melanjutkan dengan kalimat pernyataan menyampaikan bahwa rasa sakit itu mengubah dirinya menjadi begitu dingin dan tidak berperasaan (Turned my self so cold and heartless). Kata heartless dalam kalimat ini tidak diartikan dengan sebenarnya menjadi ‘tidak memiliki hati’ namun diartikan menjadi ‘tidak berperasaan’ dilihat dari struktur kalimatnya. Dua kalimat tersebut dalam bentuk masa lampau. Meski merasa sakit, ada suatu hal yang harus engkau tahu (But one thing you should know) seolah ucap tokoh utama wanita pada sosok seorang pria yang bersamanya. Ia menyampaikan kalimat seru yang ditujukan langsung terlihat dengan adanya kata ganti orang kedua pada kalimat ini, yaitu you. Sejauh ini, kalimat-kalimat diterjemahkan dari bahasa Inggris yang merupakan ragam bahasa terpelajar karena termasuk bahasa universal ke bahasa Indonesia, yaitu bahasa utama yang digunakan dalam penelitian ini. Tataran Mitos Pada penjelasan scene sebelumnya, lirik dan visual yang ada seperti menunjukkan bahwa tokoh utama wanita tidak lagi sendiri. Sosok yang menemaninya itu muncul dalam scene ini, yaitu sosok seorang pria. Penggambaran visual awal hubungan tokoh utama wanita dan pria tersebut lebih sesuai dengan lirik pada scene sebelumnya. Hal ini merupakan sebuah kilas balik yang menunjukkan tokoh utama wanita menerima pria tersebut dengan senang hati dan ia tampak bahagia pada awalnya. Ia merasa seperti seorang yang bertindak tidak

Universitas Sumatera Utara 76

bijaksana sebelumnya hingga membuatnya menyangkal kebenaran yang ada tentang sosok pria tersebut. Pria berambut gondrong memiliki konotasi negatif. Di Indonesia, persoalan rambut gondrong terus bergulir pada era 1970-an. Saat itu, orang tua mendukung keras gerakan anti rambut gondrong. Rambut gondrong identik dengan kaum hippie di negara Barat khususnya Amerika Serikat. Kaum hippie menentang Perang Amerika-Vietnam pada tahun 1960-an. Dengan slogan “make love, not war” mereka turun ke jalan. Band asal Inggris, The Beatles, juga merupakan penganut hippie. Pengaruhnya yang besar dalam industri musik dapat dibilang menjadi penyebab gaya penampilan kaum hippie menjadi populer. Pandangan orang tua mengenai rambut gondrong tidak lepas dari pemberitaan mengenai kehidupan anak muda negara Barat yang identik dengan narkotika dan musik rock, di mana ini semua menjadi simbol pembangkangan anak muda di negara Barat. Pemberitaan mengenai rambut gondrong tidak lepas dari peranan media. Pada tahun 1970-an, media menggambarkan pencitraan mengenai orang-orang berambut gondrong. Banyak media khususnya koran yang pada saat itu gencar mendiskriminasi kelompok orang berambut gondrong. Media menggambarkan rambut gondrong sebagai manusia yang berkelakuan negatif, seperti merampok bis kota, memperkosa wanita, memeras, hingga mencopet (Yudhistira, 2010: 103-107). Pakaian yang dikenakan pria tersebut adalah kaos berwarna hitam polos dan celana jeans. Tanda-tanda ini memungkinkan busana membawa makna dan fungsi selayaknya bahasa, “the language of fashion” (Hall dalam Trisnawati, 2011: 38). Warna hitam diasosiasikan dengan kekuatan, elegansi, formalitas, kematian, kejahatan dan misteri. Hitam adalah warna yang misterius yang diasosiasikan dengan ketakutan dan ketidaktahuan. Warna ini biasanya memiliki konotasi negatif. Hitam menunjukkan kekuatan dan kekuasaan dan dinilai sebagai warna yang sangat formal, elegan, dan berharga. Pada pemakaman, hitam menunjukkan belasungkawa (Wright, 2011: 16). Warna pakaian yang dikenakan antara pria dan wanita tersebut memiliki makna yang berlawanan. Baju putih wanita tersebut memiliki konotasi positif sedangkan baju hitam pria tersebut memiliki konotasi negatif. Baju hitam yang dipakai pria tersebut juga dapat menunjukkan bahwa ia memiliki kekuatan dan kekuasaan. Sebagai warna yang misterius, baju hitam yang dipakainya juga

Universitas Sumatera Utara 77

menunjukkan bahwa ada hal yang masih belum diketahui darinya. Dalam hal ini, adalah kenyataan bahwa ia dapat bertindak jahat. Meski belum ada tindakan yang dilakukannya, sosok pria berbaju hitam seperti ditunjukkan merupakan tokoh antagonis dari sosok wanita berbaju putih yang merupakan tokoh protagonis. Selain memakai baju hitam sosok pria tersebut juga mengenakan celana jeans. Sejarah celana jeans dimulai pada tahun 1848 di Amerika Serikat dengan sebutan denim. Pada saat itu, celana jenis ini digunakan oleh para penambang dengan alasan butuh pakaian yang kuat dan tidak mudah sobek. Levi Strauss, memulai bisnis pakaian pada tahun 1853 dan menciptakan jeans biru bersama Jacob Davies di tahun 1873. Tahun 1930-an, Hollywood memproduksi western movies dan jeans menjadi populer karena dipakai oleh para koboi. Ketika terjadi Perang Dunia II, jeans terus digunakan oleh pekerja pabrik dan semakin populer karena industri film dan musik. Gerakan kaum hippie mengarah pada gaya baru pada celana jeans seperti diwarnai atau disulam. Melewati tahun 1990-an, ratusan jeans merek baru bermunculan sampai mengalami kemajuan pada desainer terkenal seperti Chanel, Dior, Gucci dan sebagainya (Kim, Ann Marie & Hyojeong., 2011:14). Berdasarkan sejarahnya, celana jeans awalnya digunakan untuk kebutuhan dan kemudian menjadi gaya busana. Hal ini dapat menunjukkan kekuatan dan elegansi pria yang muncul mendatangi wanita sebelumnya. Penampilan pria tersebut tampak seperti penampilan kaum hippie dari gaya rambut gondrong dan memakai celana jeans. Namun, hal yang membedakan adalah celana jeans dan baju yang dipakainya tidak memiliki warna-warni atau motif khusus tidak seperti ciri khas hippie yang senang berekspresi. Kaum hippie yang sebenarnya bertujuan damai namun ironisnya mendapat konotasi negatif karena penentangan yang mereka lakukan. Keadaan ironis juga terdapat pada pria tersebut dengan tindakannya. Saat kedatangannya, ia memeluk wanita yang ada di depannya dengan erat dan agresif. Wajah bahagia tampak dari wanita tersebut. Hubungan mereka berdua dapat terlihat dengan gerakan bibir pria tersebut yang mengucapkan kata “I love you” yang berarti “aku mencintaimu”. Ungkapan tersebut biasanya digunakan antara pria dan wanita yang merupakan pasangan kekasih. Namun, pelukan erat pria itu kemudian seolah berubah menjadi

Universitas Sumatera Utara 78

rantai yang melilit wanita itu. Lilitan rantai yang mengekang itu mengubah ekspresi wanita tersebut menjadi tidak bahagia. Bahkan wanita itu seperti terluka karena tampak cairan seperti darah mengalir di tubuhnya. Kalimat yang terdengar dinyanyikan seperti oleh sosok seorang wanita mengatakan semuanya telah berubah (Everything has changed) maksudnya adalah awal hubungan yang membahagiakan semuanya telah berubah. Menurutnya, perubahan itu terjadi karena sebuah alasan (It all happened for a reason) yang berasal dari sosok pria yang bersamanya. Kalimat berikutnya yang diucapkan sosok seorang wanita itu menyatakan bahwa situasi yang dialaminya turun dari babak pertama (Down from the first stage). Maksud dari kalimat tersebut terkait dengan perubahan sosok pria terhadap tokoh utama wanita. Kebahagiaan yang tampak di awal hubungan mereka menurun kualitasnya menjadi ketidakbahagiaan bagi tokoh utama wanita. Kemudian, dilanjutkannya dengan kalimat pernyataan yang terdengar tegas mengatakan bahwa ini bukanlah sesuatu yang kita perjuangkan (It isn’t something we fought for). Kata ‘fought’ merupakan bentuk lampau dari kata ‘fight’. Berdasarkan kamus bahasa inggris, Oxford Dictionary (Stevenson, 2011: 529), kata ‘fight’ berarti terlibat dalam kekerasan fisik maupun menggunakan senjata dan dapat juga diartikan berusaha sangat keras untuk mencapai sesuatu. Hubungan antara tokoh utama wanita dan sosok seorang pria bermaksud diperjuangkan untuk mencapai sesuatu dan yang pasti itu bukan ketidakbahagiaan. Setiap orang ingin merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan salah satu jenis emosi positif yang dapat dialami oleh setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan. Peristiwa-peristiwa yang dipersepsikan oleh individu secara positif dan menyenangkan akan menghasilkan kebahagiaan. Salah satu momen dari kebahagiaan, yaitu adanya orang yang dianggap spesial. Laki-laki dan perempuan menjalin hubungan atau disebut juga dengan relationship. Beberapa orang menganggap bahwa ada hubungan yang erat dengan film yang romantis dan tidak ada kekerasan. Namun, beberapa pasangan tidak merasakan hubungan cinta manis dan romantis yang digambarkan dalam film tersebut. Kekerasan dalam pergaulan mudah terjadi, terutama pada tahap remaja selanjutnya. Jika tidak paham dan tidak menanganinya, kekerasan ini akan terus berlanjut (Julianto dkk., 2020: 103-104).

Universitas Sumatera Utara 79

Selain merasa tidak bahagia dengan kekangan, wanita tersebut juga tampak seperti terluka bercucuran darah di bagian dadanya. Hal ini dapat diartikan ia mendapat kekerasan fisik karena terjadi luka luar dan kekerasan emosional karena sumber darah bercucuran berasal dari dada atau jantungnya yang merupakan bagian tubuh yang biasa digunakan untuk menunjukkan letak perasaan. Wanita tersebut malah menunjukkan ekspresi tersenyum dalam keadaan terlilit rantai dan bercucuran darah. Senyumnya terlihat dingin namun tidak sinis seolah menunjukkan kebahagiaan palsu meskipun ia dalam situasi tidak menyenangkan. Tindakan tersebut menunjukkan bahwa ia berusaha bertahan dari rasa sakit yang ia alami dan mempertahankan hubungan asmaranya. Jika dibanding merasa bahagia dan puas, malah merasa selalu lelah secara fisik dan emosional, bisa menjadi tanda toxic relationship. Ketika menerima kekerasan emosional dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan diri dan harga diri. Ini seharusnya tidak dapat diterima dalam situasi apa pun. Ini adalah tanda yang jelas dari hubungan yang tidak sehat. Dalam situasi ini, satu individu mencoba menahan orang lain di bawah kendali dengan mengintimidasi mereka dan menggunakan paksaan kekerasan fisik sebagai alat untuk mencapai yang diinginkannya (Lee, 2018: 4-5). Sebuah toxic relationship dari artinya, adalah sebuah hubungan yang dicirikan dengan perlakuan pasangan yang toxic (beracun/tidak sehat) secara emosional dan di saat yang sama secara fisik merusak kepada pasangannya. Kebanyakan hubungan manusia diawali dengan menyenangkan, harapan, antisipasi dan optimisme. Pemikiran dua orang yang jatuh cinta dan membangun kehidupan bersama bisa jadi menggairahkan. Semua ini berubah ketika memiliki hubungan yang tidak sehat (Lee, 2018: 1). Kalimat berikutnya yang terdengar seperti dari sosok seorang wanita menyatakan dengan tegas tidak pernah menginginkan rasa sakit yang seperti ini (Never wanted this kind of pain). Kata ‘wanted’ merupakan bentuk masa lampau dari kata ‘want’ yang berarti menginginkan. Maksud dari kalimat tersebut adalah awalnya tokoh utama wanita tidak menginginkan rasa sakit secara fisik maupun emosional yang mungkin diterima olehnya yang diindikasikan dari sosok pria yang bersamanya. Ia melanjutkan dengan kalimat pernyataan menyampaikan bahwa rasa

Universitas Sumatera Utara 80

sakit itu mengubah dirinya menjadi begitu dingin dan tidak berperasaan (Turned my self so cold and heartless). Kata ‘cold’ dan ‘heartless’ dalam kalimat ini sama- sama dapat diartikan tidak berperasaan atau tidak bersimpati. Penggunaan kedua kata ini sekaligus menegaskan perubahan yang dialami tokoh utama wanita akibat tersakiti. Seolah berbanding terbalik dengan yang diucapkannya, ekspresi yang ditampilkan oleh tokoh utama wanita saat terlilit rantai dan berlumur cairan merah adalah tersenyum meskipun ia tampak pucat. Ia seolah menyembunyikan dan menahan sakit yang dirasakannya. Hal ini juga dapat diartikan ia belum menyadari sepenuhnya situasi yang ia hadapi. Ekspektasi dan kebutuhan dari satu dan kedua pasangan adalah subjek yang berubah dalam aliran sebuah hubungan. Ketika orang- orang bertahan pada ekspektasi yang tidak realistik, mereka mungkin tidak dapat mengidentifikasi munculnya toxic dalam hubungan mereka (Lee, 2018: 1). Alasan utama korban wanita kembali lagi dan lagi dalam toxic relationship adalah hubungan emosional terhadap pasangannya atau dia telah jatuh cinta. Alasan orang-orang bertahan dalam toxic relationship sangat rumit. Cravens (dalam Knox Caroline & Joyce, 2011: Chapter 10) menemukan alasan-alasan seorang individu bertahan dalam toxic relationship seperti rasionalisasi tindakan buruk, takut pada pasangan, komitmen, menolong pasangan, takut sendirian, membutuhkan pasangan, harapan, merasa tidak ada yang menolong dan sebagainya. Penjelasan lain mengapa beberapa orang bertahan dengan pasangan bersifat kasar adalah tindakan itu hanya sebuah bagian dalam hubungan. Di saat seorang pasangan tidak bersifat kasar, ia bertindak baik, peduli dan mencintai. Perilaku baik ini yang membuat korban bertahan (Knox, Caroline & Joyce, 2011: Chapter 10).

Universitas Sumatera Utara 81

4.1.2.3 Analisis Scene 3 (00.53-01.15)

Lirik Visual

[Free Tempo]

Ikon 1 (00.53)

Ikon 2 (00.58)

Kowe ra iso mlayu saka kesalahan Ajining diri ana ing lathi

Ikon 3 (01.01)

Ikon 4 (01.02)

Universitas Sumatera Utara 82

Ikon 5 (01.06)

Ikon 6 (01.10) [Beat Drop]

Ikon 7 (01.14) Tabel 4.3 Video Klip Musik “Lathi” Scene 3 Sumber: Olahan Peneliti dari Video Klip Musik “Lathi” Asap hitam muncul di sekitar tubuh tokoh utama wanita dan menjadi tanda perubahan dirinya. Nuansa penampilannya yang sebelumnya penuh warna cerah berubah menjadi gelap seperti rambut coklatnya menjadi warna hitam, baju putih yang dipakainya menjadi baju warna hitam dan ditambah riasan warna hitam di wajahnya. Kemudian ia menyanyikan bagian chorus dari lirik lagu Lathi. Cahaya ruangan tempat ia berdiri meredup. Begitu juga dengan cahaya ruangan tempat tiga penari wanita yang kembali muncul dalam adegan ini. Ketiga penari wanita yang kembali muncul tampil dengan pakaian yang sama dan menari dengan gerakan yang lebih gesit dan serempak.

Universitas Sumatera Utara 83

Gambar berpindah dari tokoh utama wanita ke tiga penari wanita dan pertunjukan wayang kulit. Perpindahan gambar atau masing-masing adegan tampak ditampilkan menggunakan teknik cut to cut, yaitu potongan demi potongan. Daya listrik seperti petir tampak menyambar tokoh utama wanita. Seperti halnya dengan asap hitam yang muncul sebelumnya, daya listrik yang tampak menyambar tersebut merupakan hasil video editing menggunakan visual effects (VFX). Penggunaan visual effects pada adegan ini untuk memperkuat karakter tokoh utama dan memberi tampilan yang menarik sehingga meningkatkan dramatisasi pada alur ceritanya. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam scene ini di antaranya, medium close-up shot pada ikon 1 dan 2, long shot pada ikon 3 dan 5, full shot pada ikon 4 untuk objek manusia, full shot pada ikon 6 untuk objek pertunjukan wayang kulit, dan medium shot pada ikon 7.

1) Tataran Denotatif Sosok seorang wanita yang terlilit rantai menggerakkan kepalanya perlahan ke atas dengan mata tertutup seperti terlihat pada ikon 1. Asap hitam tampak di sekitarnya. Penampilan sosok seorang wanita tersebut yang sebelumnya berpakaian putih, wajah tanpa riasan dan rambut coklat tergerai mendadak berubah menjadi tampilan pakaian berwarna hitam, wajah dihiasi dengan riasan serta sesuatu seperti tulisan hitam dan rambut hitam panjang di belakang pundaknya. Ia juga tampak mengenakan aksesori di lehernya. Perubahan penampilan yang dialami sosok seorang wanita diikuti dengan perubahan pencahayaan dari yang sebelumnya terang menjadi lebih redup. Ia menyanyikan kalimat yang berbunyi “Kowe ra iso mlayu saka kesalahan” dengan ekspresi tersenyum menyeringai menghadap ke depan seperti terlihat pada ikon 2. Seluruh tubuh sosok seorang wanita yang mengenakan baju model kemban berwarna hitam dan asap hitam lebih banyak di sekitarnya tampak pada ikon 4. Beberapa aksesori juga terlihat terpasang di tangannya. Suaranya yang menyanyikan kalimat “Ajining diri ana ing lathi” tetap terdengar meski ia dan tiga penari wanita ditampilkan bergantian. Tiga orang wanita menari dengan guguran dedaunan yang berserakan di sekitar mereka. Mereka mengenakan kemban dan celana pendek olahraga berwarna putih serta tampak riasan hitam di sekitar mata mereka. Gerakan yang mereka

Universitas Sumatera Utara 84

lakukan tampak gesit dan serempak di tempat dengan pencahayaan yang juga redup seperti terlihat pada ikon 3. Tiga orang wanita itu tampak berlutut mengelilingi objek yang tidak ada di tengah-tengah mereka dan menggerakkan tangan mereka seperti terlihat pada ikon 5. Sebuah lembaran wayang terbuat dari kulit tampak diputar oleh tangan seseorang seperti terlihat pada ikon 6. Tepat setelah itu, sosok seorang wanita berpakaian hitam terlihat seperti pada ikon 7 yang tidak menampakkan kakinya namun ia tampak seperti berjalan ke depan. Kepala dan tangannya juga ia gerakkan antara dengan tegas dan kaku. Aliran listrik tampak mengalir di sekujur tubuhnya dan berasal dari atas menyambar ke sekitarnya. Ekspresi menyeringai terus ia tampilkan dalam penampilannya yang telah berubah.

2) Tataran Konotatif Scene ketiga video klip musik Lathi ini menceritakan tentang sisi lain yang dimiliki tokoh utama wanita. Sisi lainnya digambarkan dengan perubahan penampilan yang berbeda. Asap hitam muncul di sekitar tubuh tokoh utama wanita menjadi tanda awal sebelum karakternya berubah menjadi bernuansa hitam dan gelap. Jumlah asap hitam itu semakin banyak setelah karakter tokoh utama wanita berubah. Hampir seluruh tubuh tokoh utama wanita menjadi warna hitam dari rambut, pakaian yang dipakai, hingga riasan dan tulisan di wajah bahkan pencahayaan meredup menjadi lebih gelap dari sebelumnya. Warna hitam tersebut memiliki konotasi yang berbanding terbalik dengan pakaian putih yang sebelumnya wanita tersebut kenakan. Konotasi wanita tersebut yang sebelumnya positif menjadi berkonotasi negatif. Tokoh utama wanita menyanyikan kalimat yang berarti kau tidak bisa lari dari kesalahan (Kowe ra iso mlayu saka kesalahan). Kalimat tersebut merupakan bahasa Jawa yang merupakan bahasa ragam daerah di Indonesia. Ia menyanyikan kalimat tersebut dengan menghadap depan atau ke arah kamera seolah menatap orang di depannya atau diartikan sebagai para penonton. Hal ini seperti menegaskan pesan yang ingin disampaikannya dalam kalimat tersebut. Ia tampak menyeringai dan sangat berbeda dengan ekspresi yang ia tampilkan saat sebelum karakternya berubah. Ekspresi tersebut tampak menunjukkan rasa percaya diri yang bahkan

Universitas Sumatera Utara 85

merendahkan lawan bicaranya yang biasanya digunakan oleh tokoh antagonis dalam sebuah drama atau film. Tiga penari wanita yang memakai kemban dan celana olahraga pendek berwarna putih melakukan gerakan yang tampak lebih tegas, gesit dan serempak. Dedaunan kering berserakan di sekitar mereka yang berarti mereka menari di tempat yang sama dengan tokoh utama wanita. Tiga penari wanita merupakan penggambaran lain dari tokoh utama wanita yang kali ini memiliki kesamaan riasan berwarna hitam di wajah mereka dan baju model kemban yang mereka kenakan. Posisi berdiri tokoh utama wanita tampak lebih percaya diri di banding sebelumnya. Ia juga tampak mengenakan beberapa aksesori berupa rangkaian kalung yang panjang di lehernya dan beberapa gelang di lengannya. Setelah menampakkan seluruh tubuh tokoh utama wanita, ditampilkan tiga penari wanita berlutut seperti melakukan gerakan penyembahan namun tidak ada objek tertentu di tengah-tengah mereka. Suara seperti sosok seorang wanita terdengar menyanyikan kalimat yang berarti harga diri seseorang ada dilidahnya (Ajining diri ana ing lathi). Kalimat ini juga diterjemahkan dari bahasa Jawa. Tangan seseorang tampak memutar sebuah gunungan wayang kulit yang berasal dari Jawa, Indonesia. Hal ini biasanya dilakukan oleh seorang dalang. Sebuah gunungan dalam pertunjukan wayang kulit tampak muncul diputar oleh seorang dalang dalam scene ini. Dalam pertunjukan wayang kulit, gunungan atau biasa disebut kayon merupakan wayang yang berbentuk pipih menyerupai gunung. Purwoko (dalam Loita, 2018: 61) menjelaskan gunungan adalah tokoh/boneka wayang kulit purwa yang berupa tiruan gunung yang runcing seperti tumpeng. Gunungan juga disebut kayon karena salah satu unsur pokok wayang ini adalah kayu atau pohon. Gunungan mempunyai peranan penting dalam pertunjukan wayang kulit berfungsi sebagai pemisah adegan, pembuka dan penutup pertunjukan, sebagai tanda dari pergantian waktu dan merupakan inti dari pertunjukan wayang itu sendiri. Berdasarkan fungsi tersebut, dapat dikatakan munculnya gunungan wayang dalam scene ini menandakan pergantian cerita babak berikutnya karena ini bukan awal atau akhir dari cerita. Penampilan dan sifat tokoh utama wanita yang tampak di awal telah berubah. Hal ini menunjukkan bahwa kisah tokoh utama wanita dengan pria yang bersamanya telah masuk babak baru.

Universitas Sumatera Utara 86

Setelah itu, aliran listrik tampak mulai mengalir di tubuh tokoh utama wanita dan menyambarnya dari atas seperti dari langit. Tokoh utama wanita tampak seperti memiliki kekuatan aliran listrik di tubuhnya seperti karakter yang memiliki kekuatan super atau di luar nalar yang muncul di film atau komik fiksi. Tubuhnya seperti terkena setrum aliran listrik tersebut saat perlahan melangkah ke depan. Tataran Mitos Asap hitam seperti keluar dari tubuh tokoh utama wanita lalu karakter dan penampilannya mengalami perubahan. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi menjelaskan mengenai hal tersebut. Ia mengatakan perubahan wujud itu terinspirasi dari karakter fiksi Enchantress dalam film fiksi berjudul “Suicide Squad” arahan David Ayer yang dirilis tahun 2016 lalu. Asap hitam pada tokoh utama itu seperti aura hitam kemunculan Enchantress dalam filmnya. Enchantress yang merupakan tokoh antagonis dalam filmnya membuat anggapan asap hitam pada tokoh utama wanita tersebut sebagai aura jahat. Sisi gelap tokoh utama wanita terlihat namun bukan sebagai kejahatan. Aura tersebut sebenarnya diibaratkan sebagai aura balas dendam atau melawan terhadap hal buruk yang dialaminya (Tim2one, 2020).

Gambar 4.4 Karakter Enchantress dalam film “Suicide Squad” (2016) Sumber: https://www.imdb.com/title/tt1386697/mediaviewer/rm332340480/ Pada wajah tokoh utama wanita juga terdapat riasan hitam seperti tulisan. Riasan tersebut diambil referensinya dari karakter fiksi Ahmanet dalam film fiksi “The Mummy” arahan Alex Kurtzman yang dirilis tahun 2017 lalu. Karakter ini dipilih karena menurut Vicky memiliki kisah yang sama dengan tokoh utama wanita dalam hal sama-sama tersakiti dan terkekang.

Universitas Sumatera Utara 87

Gambar 4.5 Karakter Ahmanet dalam film “The Mummy” (2017) Sumber: https://www.imdb.com/title/tt2345759/mediaviewer/rm3127677441/ Enchantress dan Ahmanet memiliki beberapa kesamaan antara satu sama lain. Karakter fiksi Enchantress dalam film “Suicide Squad” berasal dari karakter yang diciptakan oleh Bob Haney dan Howard Purcell dalam komik terbitan DC Comics. Berdasarkan pengalaman peneliti yang telah menonton film tersebut, Enchantress adalah seorang penyihir yang tersegel dalam sebuah arca berusia sekitar 4000 tahun. Ia tidak sengaja dibangkitkan kembali oleh seorang arkeolog bernama Dr.June Moone. Akibat tindakannya, Enchantress yang telah bangkit kembali merasuki tubuhnya. Setiap kali kata “Enchantress” terucap, antara Dr.Moone dan Enchantress akan bertukar posisi mengendalikan tubuhnya. Enchantress menyadari manusia tidak memujanya lagi sehingga ia bertujuan untuk kembali berkuasa di dunia. Ahmanet juga memiliki tujuan untuk memiliki kekuasaan. Dalam film “The Mummy”, ia dikisahkan merupakan putri dari Raja Firaun yang dijanjikan tahta kerajaan. Namun, setelah Firaun mendapatkan anak lelaki, ia kehilangan tahta yang dijanjikan tersebut. Rasa kecewa membuat Ahmanet membuat kesepakatan dengan Set, sang dewa kematian, untuk mendapat kekuatan. Ia diharuskan untuk membunuh keluarganya termasuk ayahnya. Setelah itu, ia diharuskan mencari seorang pria sebagai wadah bagi Set untuk bangkit ke dunia dan menguasai dunia bersama Ahmanet. Pria tersebut terbunuh sebelum Set dibangkitkan dan Ahmanet tertangkap hingga disegel menjadi mumi. Segelnya dilepas oleh seorang prajurit bernama Nick Morton. Akibat tindakannya, Ahmanet mengincar Nick untuk menjadi wadah baru untuk membangkitkan Set. Ahmanet juga memiliki kekuatan sihir hasil dari kesepakatannya dengan sang dewa kematian.

Universitas Sumatera Utara 88

Kisah karakter fiksi Enchantress dan Ahmanet seperti diadaptasi oleh tokoh utama wanita dalam video klip Lathi. Ia sebelumnya menjadi korban yang terkekang dan tidak berdaya, tetapi ia mulai memiliki hasrat untuk melakukan balas dendam dan ingin mendapatkan kekuasaan kembali. Balas dendam tampak seperti perbuatan jahat yang memiliki konotasi negatif. Meskipun memiliki konotasi negatif atau jahat, pada dasarnya ia bertujuan melawan untuk lepas dari kejahatan yang sebenarnya. Kekuasaan yang diinginkannya adalah untuk menguasai dirinya sendiri agar terlepas dari kekangan pria yang bersamanya. Pada perubahannya, rantai yang sebelumnya melilitnya juga berubah menjadi aksesori yang terpasang di leher, kedua lengan dan kakinya. Aksesori yang tampak terpasang di lengan dan lututnya juga memiliki bentuk seperti rantai. Kalung di lehernya tampak seperti modifikasi kalung susun tiga yang merupakan kalung tradisional Indonesia. Perbedaannya adalah ketiga bentuk susunannya tidak sama, yaitu susunan pertama seperti ‘mencekik’ leher, susunan kedua di bawahnya tampak seperti memiliki ruas-ruas melebar, dan susunan ketiga memiliki uraian lebih panjang ke bawah. Kalung bersusun tiga yang sebenarnya merupakan aksesori yang digunakan penari wanita pertunjukan wayang. Kalung ini juga digunakan sebagai perhiasan pengantin tradisional seperti di Yogyakarta yang termasuk dalam Paes Ageng (riasan pengantin). Bentuknya melambangkan tiga tingkat kehidupan manusia dari lahir, kawin dan mati yang dihubungkan dengan konsepsi Jawa tentang alam fana, alam antara dan alam baka (Yuwati, 2018: 22). Pada scene sebelumnya, seorang wanita terdengar menyanyikan kalimat pengantar bahwa kata-kata yang akan diucapkan berikutnya adalah sesuatu yang perlu diketahui oleh lawan bicaranya. Hal ini ia tegaskan terhadap lawan bicaranya yang dapat diartikan sebagai pria yang bersamanya. Kalimat yang dinyanyikan oleh tokoh utama wanita pada scene ini berarti kau tidak bisa lari dari kesalahan (Kowe ra iso mlayu saka kesalahan). Kalimat tersebut ditulis langsung oleh Sara Fajira yang mampu berbahasa Jawa. Kata-kata yang digunakan tampak seperti kata-kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti kata penyingkatan ‘ra’ yang berasal dari kata ‘ora’, kata ‘iso’ yang berasal dari bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan struktur bahasa Jawa dan kata ‘kesalahan’ yang memiliki arti dan pengucapan sama dalam bahasa Indonesia. Hal ini dapat menunjukkan

Universitas Sumatera Utara 89

dekatnya makna yang terdapat dalam kalimat tersebut dengan kehidupan sehari- hari. Makna dari kalimat tersebut adalah seseorang yang berbuat kesalahan tidak dapat lari dan akan menerima balasan atau hukuman. atau perbuatannya. Kalimat berikutnya yang dinyanyikannya berarti harga diri seseorang ada dilidahnya (Ajining diri ana ing lathi). Dalam laman Youtube Weird Genius dituliskan bahwa sebuah pepatah bahasa Jawa kuno yang berbunyi “Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono”, yang artinya “Harga diri seseorang dari lidahnya (ucapannya) dan harga diri badan dari pakaian” merupakan asal inspirasi penulisan lirik tersebut. Kata ‘lathi’ merupakan bahasa jawa kuno yang berarti lidah dan menjadi judul dari video klip “Lathi” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira. Lidah dalam bahasa Indonesia dapat dikaitkan dengan peribahasa “lidah tidak bertulang” yang berarti seseorang yang mudah berjanji namun berat melaksanakannya atau peribahasa “lidah bercabang bagai biawak” yang berarti seseorang yang tidak jujur (Bangsawan, 2018:109). Makna lirik yang dinyanyikan tokoh utama wanita jika dikaitkan dengan peribahasa tersebut dapat berarti seseorang yang mudah berjanji atau tidak jujur mempengaruhi harga dirinya jadi memiliki nilai yang buruk. Kalimat ini diucapkan oleh tokoh utama wanita seolah tertuju untuk pria yang bersamanya. Pria tersebut sebelumnya mengucapkan kata “I love you” yang berarti ia mencintai wanita tersebut. Akan tetapi, perbuatannya tidak sesuai dengan ucapan tersebut. Pria tersebut mengingkari perkataannya sendiri dan bagi tokoh utama wanita harga dirinya telah memiliki nilai buruk. Seruan yang ingin disampaikan tokoh utama wanita tersurat khusus dalam kalimat tersebut yang memiliki keistimewaan dibanding kalimat lain karena hanya kalimat tersebut yang menggunakan bahasa Jawa. Cara penyampaiannya dalam lagu juga memiliki keistimewaan. Tokoh utama wanita terdengar menyanyikannya dengan menggunakan cengkok gaya sinden. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinden merupakan penyanyi wanita pada seni gamelan atau pertunjukan wayang golek atau wayang kulit (Untara, 2013: Bagian 19). Sinden memiliki cengkok khas yang terdengar seperti suara melengking dan dapat menarik perhatian pendengarnya. Penggunaan cengkok gaya sinden ini menjadikan bait ini menjadi penarik perhatian dari seluruh lagu dan merupakan pesan utamanya. Dengan cara

Universitas Sumatera Utara 90

penyampaian yang menarik ini akan menguatkan tercapainya tujuan tokoh utama wanita untuk menyampaikan seruannya. Tiga penari wanita kembali muncul dalam nuansa pencahayaan yang redup juga seperti pencahayaan pada tokoh utama wanita yang telah berubah. Ayu Gurnitha yang merupakan satu di antara penari tersebut mewawancarai koreografernya. Dalam wawancara oleh Ayu Gurnitha dalam channel YouTube miliknya, Chenace yang merupakan koreografer dari tarian tersebut mengatakan pada tahap ini, para penari mulai menunjukkan amarah meskipun dengan gerakan yang tetap tampak cantik. Amarah ini seperti rasa ingin balas dendam yang mulai timbul pada tokoh utama (Gurnitha, 2020). Ketiga penari wanita melakukan gerakan yang sama semakin menegaskan maksud tersebut. Posisi mereka juga berubah menjadi dua orang di depan dan satu orang di belakang. Hal ini seperti menunjukkan tokoh utama wanita sudah bisa melihat dan bergerak bersama bayang-bayang tidak membahagiakan yang sebelumnya ada di belakangnya. Gerakan lain yang dilakukan oleh tiga penari wanita dalam scene ini adalah gerakan seperti melakukan ritual penyembahan. Penyembahan memiliki makna untuk menghormati atau memuja makhluk atau kekuatan gaib atau untuk menjangkau hal suci dengan pemujaan, untuk memberikan penghormatan dengan melakukan kegiatan tertentu, ritual atau upacara. Kebanyakan, hal ini dipahami sebagai tindakan pemujaan dan penghormatan yang ditujukan untuk Sang Pencipta. Penyembahan bersama diidentifikasi sebagai bentuk kegiatan ritual yang fakta menariknya merupakan proses simbolik. Penyembahan adalah kegiatan dinamik simbolik di mana semua tempat, objek, ucapan, waktu dan hubungan memiliki peran penting dalam membentuk makna (Dowling dan George, 2006: 487). Berdasarkan pengertian tersebut, ketiga penari wanita itu tampak seperti melakukan penyembahan pada Sang Pencipta yang tidak tampak wujudnya. Namun, penempatan gerakan tersebut dalam scene ini menimbulkan penafsiran lain. Gerakan tersebut muncul dalam adegan yang sama dengan perubahan yang terjadi pada tokoh utama wanita. Ia yang sebelumnya memiliki konotasi positif dengan pakaian warna putih yang suci seperti Sang Pencipta berubah menjadi memiliki konotasi negatif dengan pakaian hingga nuansa gelap yang jahat seperti sifat iblis

Universitas Sumatera Utara 91

atau setan. Hal ini tampak semakin kuat jika dikaitkan dengan karakter fiksi Enchantress dan Ahmanet yang menjadi referensi penampilan tokoh utama wanita yang telah berubah. Enchantress adalah penyihir yang merasa ia adalah dewi yang harus dipuja oleh manusia dan Ahmanet adalah manusia yang melakukan kesepakatan dengan Set, sang dewa kematian, untuk mendapatkan kekuatan sihir. Akan tetapi, dalam wawancara oleh Ayu Gurnitha dalam channel YouTube miliknya, Chenace yang merupakan koreografer dari tarian tersebut mengatakan gerakan tersebut seperti awal ritual menyembah sesuatu namun bukan seperti yang disangkakan. Gerakan tersebut hanya bertujuan untuk mendapatkan vibe (getarannya) saja atau dapat diartikan menimbulkan nuansa sakral (Gurnitha, 2020). Tokoh utama wanita kembali muncul tepat setelah ditampilkan gunungan wayang yang diputar oleh tangan seorang dalang. Ia tampak seperti melangkah perlahan ke arah depan dengan tubuh seperti terkena setrum dari daya listrik yang muncul dari tubuhnya dan sambaran petir dari atas kepalanya. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi menjelaskan mengenai hal tersebut. Ia mengatakan hal tersebut bertujuan untuk menunjukkan bahwa tokoh utama wanita itu tidak hanya memiliki sisi gelap namun memiliki kekuatan juga (Tim2one, 2020). Kekuatan aliran listrik yang ia miliki kembali terinspirasi dari karakter Enchantress dalam film “Suicide Squad”. Perbedaannya, Enchantress memiliki kekuatan untuk mengendalikan listrik bahkan cukup kuat untuk mengalirkan petir dengan daya hancur dahsyat sedangkan tokoh utama wanita itu sebenarnya bukan mengeluarkan/meledakkan listrik, tetapi menyerap aliran listrik di sekitarnya (Tim2one, 2020). Kekuatan tersebut terlihat seperti kekuatan sihir yang ia dapat dari perubahannya atau ritualnya, tetapi penggambaran tokoh utama yang dapat menyerap aliran listrik hanya untuk menunjukkan ia sebenarnya juga memiliki kekuatan tidak selemah penampilannya di awal saat terlilit rantai dan seperti berdarah. Ia juga tampak seperti melangkah maju dari yang sebelumnya hanya berdiri di tempat. Hal ini dapat diartikan bahwa tokoh utama wanita tidak lagi diam dan mulai bertindak terkait dengan hal buruk yang dialaminya.

Universitas Sumatera Utara 92

4.1.2.4 Analisis Scene 4 (01.16-01.35)

Lirik Visual

Ikon 1 (01.17)

Ikon 2 (01.22) [Beat Drop]

Ikon 3 (01.26)

Ikon 4 (01.30)

Universitas Sumatera Utara 93

Ikon 5 (01.34)

Ikon 6 (01.35) Tabel 4.4 Video Klip Musik “Lathi” Scene 4 Sumber: Olahan Peneliti dari Video Klip Musik “Lathi” Tokoh utama wanita tidak muncul dalam adegan ini. Tiga penari wanita tetap muncul dengan gerakannya yang gesit dan serempak. Selain itu, ditampilkan beberapa macam seni pertunjukan tradisional dari Indonesia, khususnya adat Jawa, seperti tari Jaipongan, Wayang Kulit, Kuda Lumping dan beberapa atraksi Debus. Suara musik elektronik dengan campuran alat musik tradisional Indonesia terdengar dengan lantang tanpa ada suara nyanyian seseorang. Perpindahan gambar atau masing-masing adegan tampak ditampilkan menggunakan teknik cut to cut, yaitu potongan demi potongan. Pertunjukan kuda lumping dan debus juga ditampilkan dalam scene ini. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam scene ini di antaranya, long shot pada ikon 1 , medium shot pada ikon 2 dan 5, full shot pada ikon 3 untuk objek pertunjukan wayang kulit, knee shot pada ikon 4 dan long shot pada ikon 6. 1) Tataran Denotatif Tiga orang wanita yang mengenakan kemban dan celana pendek olahraga berwarna putih menari bersama-sama menampilkan tarian yang gesit dan serempak serta tampak seperti gerakan patah-patah dan tampak dedaunan kering berserakan di sekitarnya. Mereka melakukan gerakan seolah mendorong menggunakan tangan

Universitas Sumatera Utara 94

seperti terlihat pada ikon 1. Seorang penari wanita melakukan gerakan dengan gemulai namun tampak tegas seperti terlihat pada ikon 2. Ia tampak mengenakan aksesori yang terpasang di atas kepalanya, sebuah rangkaian kalung, baju model kemban, rok panjang dan selendang di pinggulnya. Wanita tersebut menari dengan latar belakang warna putih namun tampak gelap karena pencahayaan yang rendah. Sebuah karakter yang terbuat dari kulit dengan gagang untuk memegangnya tampak digerakkan oleh seseorang dengan latar belakang berwarna putih polos. Siluet sebagian tubuh orang tersebut menunjukkan kepala dan kedua tangannya yang menggerakkan benda tersebut seperti terlihat pada ikon 3. Benda yang menyerupai sebuah karakter tersebut tampak seperti berbentuk sosok manusia dengan adanya kepala, kedua tangan yang dapat digerakkan, dua kaki, dan tubuh yang berdiri tegak. Orang yang hanya terlihat siluetnya tersebut menggerakkan bagian tangan benda tersebut dengan tegas. Seorang pria memutar-mutar pecut yang terbuat dari kayu dan rotan yang panjang terlihat pada ikon 4. Ia tampak seolah-olah menunggangi sebuah benda yang terlihat menyerupai seekor hewan, yaitu kuda. Pria tersebut mengenakan baju berwarna hijau dengan motif tertentu, kain hitam putih dan aksesori semacam topi. Benda yang seolah ditungganginya merupakan selembar kuda buatan dari kain, anyaman bambu dan tali-tali plastik. Beberapa pria lain dengan ciri pakaian yang sama menampilkan atraksi seperti menggigit kaca hingga pecah, menyemburkan minyak pada bola api dan sebagainya seperti terlihat pada ikon 5 dan 6. Mereka semua juga ditampilkan dengan latar belakang berwarna putih dan pencahayaan yang rendah. Suara alat musik pukul dicampur dengan musik elektronik terdengar lantang saat para penampil wanita hingga pria melakukan gerakan masing-masing. 2) Tataran Konotatif Scene keempat video klip Lathi ini menceritakan gambaran lain tokoh utama wanita. Tiga penari wanita yang sama dengan sebelumnya kembali menampilkan tarian kontemporer yang lebih gesit dan serempak. Satu di antara gerakan mereka tampak seperti melakukan dorongan ke arah kanan mereka. Kemudian, seorang wanita menari dengan gemulai. Tarian yang ditampilkannya merupakan tari Jaipongan, yaitu tarian tradisional yang berasal dari Jawa, Indonesia. Ia tampak mengenakan aksesori di atas kepalanya, sebuah kalung susun tiga, baju model

Universitas Sumatera Utara 95

kemban dan rok panjang dengan motif tertentu serta selendang di pinggulnya. Gerakan tarian yang ditampilkannya tampak tegas namun tetap menunjukkan keanggunannya sebagai seorang penari wanita. Sebuah tokoh wayang kulit tampak digerakkan oleh seorang dalang yang hanya terlihat siluet kepala dan kedua tangannya. Tokoh wayang kulit yang ditampilkan tampak berbentuk seperti sosok manusia. Dalang mengayunkan salah satu tangan tokoh wayang kulit tersebut dengan tegas. Selain itu, seni pertunjukan lain yang ditampilkan disebut Kuda Lumping dan Debus. Seorang pria penari Kuda Lumping mengenakan pakaian khas dan aksesori adat Jawa seperti blangkon di kepalanya. Ia tampak menari dengan menunggangi selembar kuda buatan. Pecut yang dipegang dan diputar-putarnya seperti untuk memacu kuda meyakinkan penampilannya. Penampil kuda lumping dan debus tampak memiliki keterkaitan dengan kesamaan pakaian yang mereka kenakan. Seni pertunjukan Debus menampilkan beberapa adegan yang menunjukkan kekebalan penampilnya seperti seperti menggigit kaca, menyemburkan minyak pada bola api dan sebagainya. Latar belakang tiga wanita penari kontemporer, seorang wanita penari Jaipongan, Kuda Lumping dan Debus sama-sama berwarna putih dengan pencahayaan yang rendah namun tetap terlihat. Pertunjukan wayang kulit juga ditampilkan dengan latar belakang berwarna putih dan terdapat cahaya memancar di belakangnya seperti yang biasa ditampilkan dalam kehidupan nyata. Kesamaan warna latar belakang objek-objek yang muncul dan pencahayaan yang rendah menunjukkan adanya keterkaitan antara semuanya termasuk dengan perubahan karakter tokoh utama wanita pada scene sebelumnya. Musik elektronik dengan tambahan suara alat musik tradisional Indonesia seperti gamelan terdengar lantang pada scene ini. Hal tersebut tampak cocok untuk membuat tarian dan pertunjukan yang ditampilkan menjadi lebih meriah. Musik gamelan berasal dari Jawa, Indonesia sedangkan musik elektronik berasal dari luar Indonesia. Gabungan musik tersebut juga sesuai dengan visual yang ditampilkan karena Tari Jaipongan, Wayang Kulit, Kuda Lumping dan Debus juga berasal dari Jawa, Indonesia dan tarian kontemporer berasal dari luar Indonesia.

Universitas Sumatera Utara 96

Tataran Mitos Tiga penari wanita menampilkan tarian kontemporer yang lebih gesit dan tegas dalam scene ini. Ayu Gurnitha yang merupakan satu di antara penari tersebut mewawancarai koreografernya. Dalam wawancara oleh Ayu Gurnitha dalam channel YouTube miliknya, Chenace yang merupakan koreografer dari tarian tersebut mengatakan pada tahap ini, para penari ibarat sedang melakukan perang atau perlawanan terlihat dari gerakan yang patah-patah. Gerakan tersebut ada yang tampak seperti melakukan beberapa dorongan. Maksud dari gerakan tersebut adalah melakukan perang atau perlawanan untuk menyingkirkan bayang-bayang atau hal- hal buruk yang ada (Gurnitha, 2020). Gerakan yang mereka lakukan tampak seperti melakukan dorongan menggunakan kedua tangan mereka ke arah kanan mereka. Jika dikaitkan dengan tokoh utama wanita, sosok pria yang bersamanya datang dari sebelah kanannya. Hal ini tampak seperti tiga penari wanita tersebut mewakili keinginan tokoh utama wanita untuk mendorong pria yang bersamanya Tarian lain yang kemudian muncul adalah tari Jaipong yang ditampilkan oleh seorang penari wanita. Kehadiran Jaipongan di dunia tari di Jawa Barat tidak bisa dipisahkan dari penciptanya yaitu Gugum Gumbira. Penari yang sangat gigih menggeluti tari rakyat Jawa Barat ini pada pertengahan tahun 1970-an berhasil menciptakan sebuah tari hiburan pribadi yang digalinya dari tari ketuk tilu dan gerak-gerak pencak silat. Jaipongan adalah tarian yang dapat memberi gambaran perempuan Sunda kekinian yang energik. Gerak Jaipongan yang atraktif dan dinamis mampu menunjukkan bahwa perempuan Sunda adalah perempuan yang penuh semangat, penuh perjuangan, kuat, ramah dan lincah. Selain hal itu, keindahan dan kecantikan selalu ingin diungkapkan dan ditonjolkan. Tari Jaipongan telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, terlihat dari tarian yang ditampilkan oleh penari wanita, gerak yang semula hadir dengan gerak-gerak lincah dan agresif tanpa menghilangkan keanggunan dari sisi kewanitaannya, kini menjadi gerak-gerak yang gagah dan galak hingga tidak ada perbedaan antara tarian yang dibawakan oleh penari pria dan penari wanita. Fenomena ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor perkembangan zaman, kehadiran para koreografer muda serta faktor penikmat tari Jaipongan itu sendiri (Jumantri, Muhammad &

Universitas Sumatera Utara 97

Trianti, 2020: 10-11). Munculnya penari Jaipong dapat berarti memiliki keterkaitan dengan tokoh utama wanita. Berdasarkan makna yang terkandung dalam tarian Jaipong, dapat diartikan bahwa tokoh utama wanita memiliki sifat yang penuh perjuangan dan kuat di balik kecantikannya. Busana pertunjukan tari memiliki peran penting dalam pertunjukannya, karena busana dapat mengungkapkan identitas suatu tarian dan membedakan seseorang apabila tari tersebut membutuhkan penokohan penari. Pentingnya fungsi busana pada tari Jaipongan adalah untuk menghidupkan sebuah pertunjukan dan busana adalah kesan pertama yang dilihat penonton sebelum melihat unsur-unsur yang lain. Dari berbagai macam busana yang dapat dikenakan penari Jaipong, seorang wanita penari Jaipong yang ditampilkan tersebut mengenakan busana yang identik dengan tari Jaipongan Keser Bojong. Tari jaipongan Keser Bojong merupakan tarian pertama yang dibuat oleh Gugum Gumbira yang mana masih berkiblat pada ketuk tilu baik dari segi gerakannya maupun secara tampilan busana yang digunakannya. Keser memiliki arti bergerak dari tempat asal ke tempat lain atau perubahan dari suatu posisi ke posisi yang lain dan Bojong merupakan nama tempat diciptakannya tarian tersebut, yakni Bojongloa. Isi dari tarian ini berkaitan degan kehidupan dan inti sari gambarannya mengungkapkan mengenai pergeseran nilai-nilai kehidupan dalam upaya mencapai tujuan. Tarian ini merupakan jenis tari tunggal, namun bisa juga ditampilkan secara kelompok dengan menggunakan pola lantai untuk keperluan pertunjukan. Dalam tarian ini geraknya pun masih pengembangan dari gerak ketuk tilu dan busana yang digunakan juga masih berkiblat pada busana ketuk tilu yang terbagi menjadi bagian atas yaitu menggunakan sanggul Sunda, bagian badan yang menggunakan kebaya dan selendang yang diikatkan di pinggang, serta bagian bawah menggunakan kain atau sinjang (Jumantri, Muhammad & Trianti, 2020: 11-12). Gaya busana seorang wanita penari Jaipong yang muncul tersebut tampak seperti penari Jaipongan keser bojong namun terdapat beberapaf perbedaan. Baju yang biasa digunakan penari Jaipongan keser bojong adalah kebaya lengan panjang sedangkan ia mengenakan baju tanpa lengan model kemban. Pakaian tersebut memiliki keterkaitan dengan kemban yang digunakan oleh tiga penari wanita dan baju model kemban berwarna hitam yang digunakan tokoh utama wanita setelah

Universitas Sumatera Utara 98

penampilannya berubah. Sanggul rambut dan aksesori di kepala yang dipakai seorang wanita penari Jaipong tersebut adalah hal yang wajar namun tidak biasanya penari Jaipong mengenakan kalung susun tiga sebagai aksesori. Kalung susun tiga yang dikenakannya persis seperti yang biasa digunakan penari wanita pertunjukan wayang orang atau sebagai perhiasan pengantin (Paes Ageng) tradisional seperti di Yogyakarta. Penggunaan kalung susun tiga tersebut dapat menguatkan kaitan antara seorang wanita penari Jaipong tersebut dengan tokoh utama wanita. Hal ini dapat bermaksud untuk menunjukkan bentuk kalung susun tiga yang sebenarnya dari bentuk modifikasi yang dipakai tokoh utama wanita saat karakternya berubah. Sebuah tokoh dalam pertunjukan wayang kulit tampak muncul dengan tangannya diayun-ayunkan dengan tegas oleh seorang dalang dalam scene ini. Wayang kulit memiliki bentuk-bentuk tertentu untuk mengidentifikasi tokoh-tokoh di dalamnya. Dari bentuknya, tokoh wayang kulit yang muncul tersebut tampak seperti tokoh pria bernama Abilawa. Nama tersebut adalah nama samaran dari Raden Bratasena atau yang lebih dikenal dengan nama Bima, satu dari lima Pandawa bersaudara. Ia menggunakan nama samaran itu ketika para Pandawa menyamar di Wirata. Penyamaran tersebut dilakukan karena pada masa itu para Pandawa harus menerima hukuman pengasingan 12 tahun pengasingan di hutan dan 1 tahun bersembunyi akibat kalah taruhan dari kaum Kurawa. Dalam penyamarannya, Bima alias Abilawa bekerja sebagai penyembelih hewan ternak yang dalam bahasa Jawa disebut jagal. Ia bekerja pada seorang juru masak di istana Wirata. Selama setahun bersembunyi di Kerajaan Wirata, Abilawa sempat membunuh tiga orang senapati Wirata yang bernama Rajamala, Rupakenca, dan Kencakarupa. Meskipun mereka bertiga sakti namun mereka tidak dapat mengalahkan Bima alias Abilawa (Kurniawan, 2018: 13). Bentuk tokoh wayang kulit Abilawa memiliki ciri khas, yaitu wajah dan tubuh berwarna hitam dan memiliki rambut yang lebih panjang dari tokoh lain. Ciri-ciri tersebut memiliki kesamaan dengan karakter pria yang tampak bersama tokoh utama wanita sebelumnya. Karakter pria tersebut ditampilkan memakai baju berwarna hitam dan memiliki rambut panjang. Hal ini menunjukkan kaitan antara keduanya. Tokoh wayang kulit Abilawa atau Bima merupakan karakter yang kuat dan sakti. Keterkaitannya dengan pria tersebut menunjukkan pria tersebut juga

Universitas Sumatera Utara 99

merupakan tokoh yang kuat. Namun, kekuatan tersebut malah berdampak pada wanita yang bersamanya, yaitu tokoh utama wanita sehingga menciptakan kekangan yang tidak menyenangkan. Seni pertunjukan tradisional Kuda Lumping juga muncul dalam scene ini. Kuda Lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan kekuatan magis dengan media utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau, atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak); atau terbuat dari anyaman bambu (Jawa: kepangan bambu) yang diberi motif atau hiasan dan direka seperti kuda. Kuda-kudaan itu tidak lebih berupa guntingan dari sebuah gambar kuda yang diberi tali melingkar dari kepala hingga ekornya seolah-olah ditunggangi para penari dengan cara mengikatkan talinya di bahu mereka (Irawan, Totok & Henny, 2014: 1-2). Kuda Lumping atau juga lazim disebut Jaran Kepang, Jaranan atau Jathilan adalah kesenian tradisional masyarakat Jawa berupa tarian menunggang kuda yang dimainkan sekelompok orang dengan iringan musik gamelan. Tidak dapat dipastikan bahwa kesenian Jaran Kepang ini berasal dari satu wilayah tertentu. Namun, Jaran Kepang merupakan bentuk kesenian yang dimiliki oleh masyarakat pedesaan Jawa. Dalam hal ini, seni pertunjukan Jaran Kepang lahir dari lingkungan masyarakat yang berkultur agraris. Kepercayaan masyarakat pada masa lampau, yakni terkait bagaimana mereka melakukan pemujaan terhadap leluhur maupun perwujudan sifat ketuhanan dilakukan dengan adanya tari. Tari ini pun menjadi komponen dari ritual yang memiliki fungsi dan simbolisasi tertentu. Seiring perubahan zaman, simbolisasi tetap dipertahankan meskipun beberapa fungsi telah berubah. Adapun seni pertunjukan Jaran Kepang ini merupakan sebuah tontonan yang telah memuat ciri pembentuk dari ketidakbiasaan. Hal ini ditunjukkan manakala dalam seni pertunjukan seperti Jaran Kepang terkandung unsur-unsur yang tidak biasa terjadi di kehidupan manusia. Hal tidak biasa tersebut seperti adanya atraksi kesurupan. Dalam arti yang lain lagi, menyaksikan pergelaran sebagai hiburan juga merupakan kegiatan di luar keseharian manusia. Kesenian Jaran Kepang ini merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang memiliki sisi mistis dalam rangkaian ritual dan sesaji. Adapun fungsi mistis dari sesajen tersebut adalah sebagai media pemanggil arwah dan persembahan pada arwah leluhur

Universitas Sumatera Utara 100

(Radhia, 2014: 165-168). Puncak kesenian Kuda Lumping adalah ketika para penari kerasukan, mereka memakan apa saja termasuk yang berbahaya dan tidak biasa dimakan manusia seperti pecahan kaca dan rumput dan berperilaku seperti binatang seperti ular dan monyet (Irawan, Totok & Henny, 2014: 2). Pertunjukan kesenian Kuda Lumping sebagai sebuah hiburan kerap ditampilkan dengan seni pertunjukan Debus. Tradisi yang dilakukan masyarakat Banten ini menunjukkan atraksi kekebalan tubuh. Debus merupakan salah satu bagian dari ilmu kekebalan tubuh dalam seni bela diri pencak silat. Proses atraksi Debus diawali dengan melakukan ritual-ritual agar tubuh orang yang akan melakukan atraksi bisa tahan terhadap segala jenis serangan. Seni Debus ini berkembang dan acara permainan yang dilakukan pun beragam, mulai dari atraksi mengiris badan, menusuk tubuh, mengoleskan api pada kulit, menginjak paku, menginjak bara api, berguling di atas serpihan beling, menyiram tubuh menggunakan air keras hingga membakar diri dengan api. Walaupun melakukan atraksi berbahaya, pelaku kesenian ini tidak akan terluka dan merasakan sakit karena kekebalan tubuh yang sudah dipelajari sebelumnya. Dari sisi religi, tradisi Debus ini memiliki unsur kepercayaan yang terpadu dengan unsur kesenian. Sebelum memulai atraksi ini, para pemain Debus memerlukan musik tradisional Jawa seperti gamelan yang akan mengiringi mereka selama melakukan pertunjukan Debus. Akan ada beberapa orang sakti yang mengiringi mereka untuk memainkan musik Debus tersebut. Beberapa orang lainnya bertugas untuk berdoa agar pertunjukan Debus dapat berjalan dengan lancar karena pertunjukan ini merupakan pertunjukan yang mempertaruhkan nyawa. Pertunjukan ini biasa ditampilkan pada acara-acara seperti sunatan, upacara penyambutan dan sebagainya (Nasution, 2019: 22-23). Adanya kesinambungan menjadikan seni pertunjukan Kuda Lumping dan Debus kerap ditampilkan bersamaan sebagai sebuah hiburan. Pelaku kesenian Kuda Lumping dan Debus melakukan ritual yang diiringi musik sebelum hingga memulai pertunjukannya, kemudian melakukan tarian atau gerakan tertentu dan menunjukkan kekebalan tubuh terhadap hal yang seharusnya menyakitkan. Perbedaannya, kuda lumping cenderung sulit untuk dikendalikan karena telah mengalami kerasukan sedangkan Debus merupakan ilmu kekebalan tubuh sehingga pelakunya masih dapat mengendalikan diri.

Universitas Sumatera Utara 101

Kedua seni pertunjukan tersebut tidak memiliki ciri-ciri yang secara langsung dapat dikaitkan dengan tokoh utama wanita dan pria yang bersamanya. Namun, kemunculan kedua seni pertunjukan tersebut tetap memiliki sebuah arti yang masih berkaitan dengan kisah mereka. Adanya ritual sebelum melakukan kedua seni pertunjukan tersebut untuk memiliki kekuatan magis berkaitan dengan perubahan karakter pada tokoh utama wanita. Dalam scene sebelumnya tampak tiga penari wanita menampilkan gerakan seperti melakukan penyembahan pada saat perubahan karakter pada tokoh utama wanita. Kemudian, tokoh utama menampilkan kekuatan aliran listriknya. Hal tersebut terkait dengan tarian menunggangi kuda-kudaan dan musik yang mengiringi seperti ritual yang dilakukan di awal pertunjukan Kuda Lumping atau Debus. Kemudian, kekuatan di luar nalar yang didapatkan berupa kekebalan tubuh untuk bertahan tanpa terluka dalam atraksi menggigit kaca, menyemburkan api dan sebagainya. Tokoh utama wanita juga tampak mengalami perubahan sifat seperti pelaku kesenian Kuda Lumping yang kerasukan. Hal ini kembali memunculkan pertanyaan mengenai asal kekuatan yang didapatkan tokoh utama wanita. Tokoh superhero di film dan komik biasanya memiliki penjelasan asal kekuatan mereka. Bukanlah hal yang wajar bagi seorang manusia baik pria maupun wanita memiliki kekuatan aliran listrik. Kepercayaan dalam kesenian Kuda Lumping dan Debus, kekuatan didapat dari arwah leluhur dan digunakan untuk sebuah pertunjukan hiburan atau bela diri. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan meskipun kekuatan yang didapat tokoh utama wanita tampak gaib namun ia bisa bertujuan untuk bela diri.

4.1.2.5 Analisis Scene 5 (01.36-02.14)

Lirik Visual

[Intro]

Ikon 1 (01.37)

Universitas Sumatera Utara 102

Pushing through the countless pain And all I know that this love’s a bless and curse

Ikon 2 (01.43)

Everything has changed It all happened for a reason

Ikon 3 (01.54)

Down from the first stage It isn’t something we fought for

Ikon 4 (01.59)

Never wanted this kind of pain Turned myself so cold and heartless

Ikon 5 (02.09)

Universitas Sumatera Utara 103

But one thing you should know

Ikon 6 (02.14) Tabel 4.5 Video Klip Musik “Lathi” Scene 5 Sumber: Olahan Peneliti dari Video Klip Musik “Lathi” Karakter tokoh utama wanita yang penuh nuansa warna hitam kembali muncul. Ia terjatuh hingga terbaring di lantai. Setelah itu, karakternya kembali berubah seperti sebelumnya dengan pakaian putih, rambut coklat tergerai dan rantai yang melilitnya. Ia berusaha bangkit, duduk lalu berdiri dan melepaskan rantai yang melilitnya. Ia terdengar menyanyikan bagian verse 2 serta pengulangan pre-chorus lagu Lathi. Pria berambut panjang dan berbaju hitam muncul kembali dan melakukan hal yang sama pada tokoh utama wanita. Ia kembali memeluk dengan erat namun kali ini tokoh utama wanita menolak pria tersebut dan terlepas dari pelukannya. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam scene ini di antaranya, full shot pada ikon 1 dan 2, medium shot pada ikon 3, dan medium close-up shot pada ikon 4,5 dan 6. 1) Tataran Denotatif Seorang wanita dengan karakternya yang berpakaian warna hitam serta asap hitam di dekatnya berdiri dengan dedaunan kering berserakan di sekitarnya. Tubuhnya lunglai hingga perlahan terjatuh ke arah kanannya seperti terlihat pada ikon 1. Setelah terjatuh dan terbaring di lantai, penampilannya berubah menjadi berpakaian putih terlilit rantai. Baju putih yang ia kenakan tampak kotor banyak noda merah seperti darah yang telah mengering. Ia tampak lemah di antara guguran dedaunan yang lebih tampak jelas karena posisinya terbaring di lantai seperti terlihat pada ikon 2. Saat terbaring di lantai, ia menyanyikan kalimat “Pushing through the countless pain. And all I know that this love’s a bless and curse”. Wanita tersebut berusaha bangkit dari posisi terbaring dengan mencoba duduk lalu berdiri seperti terlihat pada ikon 3. Pencahayaan yang sebelumnya lebih

Universitas Sumatera Utara 104

rendah perlahan sedikit meningkat seiring ia berdiri. Rantai yang melilitnya merenggang seiring ia berusaha untuk berdiri. Seiring ia berusaha berdiri, ia menyanyikan kalimat “Everything has changed. It all happened for a reason”. Pada posisi berdiri, ia menggerakkan tangannya untuk berusaha melepaskan rantai yang melilitnya hingga kemudian berhasil melepaskan rantai tersebut seperti terlihat pada ikon 4. Pada baju yang dipakainya tampak noda cairan merah yang telah mengering seperti paling tebal di bagian dada kirinya ketika ia berdiri. Noda tersebut membuat pakaian putih yang ia kenakan tampak kotor karena banyak yang telah meresap ke bajunya. Ia terdengar menyanyikan kalimat “Down from the first stage. It isn’t something we fought for”. Seorang pria berambut panjang dan berbaju hitam mendatangi wanita tersebut tepat setelah ia terbebas dari rantai yang melilitnya seperti terlihat pada ikon 5. Kedatangannya berasal dari arah kanan wanita tersebut dan kemudian memeluk wanita tersebut dari belakang. Awalnya ia memulai dengan genggaman tangan di leher seperti mencekik kemudian memeluk yang juga tampak sangat erat. Hal tersebut ia lakukan sambil terus menciumi kepala wanita yang dipeluknya. Wanita tersebut menunjukkan ekspresi tidak nyaman seperti atas perbuatan pria itu. Akhirnya, ia pun melakukan tindakan dengan menolak pria itu dan terlepas dari pelukannya seperti terlihat pada ikon 6. 2) Tataran Konotatif Scene kelima video klip musik Lathi ini menceritakan tentang kelanjutan hubungan tokoh utama wanita dengan pria yang bersamanya. Tokoh utama wanita dengan karakternya berpakaian hitam dan asap hitam di dekatnya tampak lunglai hingga terjatuh ke arah kanannya padahal sebelumnya ia menunjukkan kekuatannya. Ia tampak lemah dan penampilannya kembali berubah seperti sebelumnya dengan pakaian putih dan rantai yang melilitnya saat terbaring di lantai. Arah jatuh wanita tersebut, yaitu ke arah kanannya sama dengan arah datang sosok pria yang bersamanya. Berdasarkan hal itu, tokoh utama wanita dapat diartikan seperti kembali ke situasinya sebelumnya dengan pria yang bersamanya. Meskipun memiliki kekuatan, ia menjadi lemah terhadap pria tersebut. Ekspresinya tampak seperti tertekan dan merasa sakit sambal menyanyi. Kalimat yang terdengar ia nyanyikan menyatakan bahwa dia melewati rasa sakit

Universitas Sumatera Utara 105

yang tak terhitung jumlahnya (Pushing through the countless pain). Terhubung dengan kalimat sebelumnya seolah merupakan satu kalimat yang dipisah kata hubung ‘and’ yang berarti ‘dan’, ia melanjutkan dengan kalimat pernyataan bahwa semua yang ia ketahui bahwa cinta ini adalah berkah dan kutukan (And all I know that this love’s a bless and curse). Kalimat pertama tampak merupakan sebab dan kalimat kedua merupakan akibat dan sebuah simpulan. Ia berusaha bangkit dari posisi terbaring dan melepaskan rantai yang melilitnya. Noda cairan merah seperti darah tampak paling tebal di bagian dada kirinya dan membuat pakaian putih yang ia kenakan tampak kotor karena banyak yang telah meresap ke bajunya. Jika cairan tersebut diibaratkan seperti darah, artinya terdapat luka luar pada wanita tersebut. Bagian baju yang paling banyak terkena darah adalah bagian dadanya yang merupakan posisi jantung manusia. Rasa sakit pada bagian dada kerap diibaratkan seperti perasaan seorang manusia yang telah tersakiti. Sakit secara fisik ataupun mental yang dirasakan wanita tersebut tampak telah membekas padanya seperti cairan merah yang telah mengering pada bajunya. Usahanya untuk terlepas dari rantai yang melilitnya tampak seperti bentuk keinginannya terlepas dari kekangan yang ada. Ekspresinya yang tampak sedih seperti bercamput dengan perasaan muak saat menyanyi. Ia menyanyikan kalimat pernyataan yang mengatakan bahwa semuanya telah berubah (Everything has changed). Kalimat tersebut dilanjutkan dengan kalimat pernyataan bahwa itu semua terjadi karena suatu alasan (It all happened for a reason). Berikutnya, terdengar diperjelas dengan kalimat pernyataan bahwa situasi yang dialaminya turun dari babak pertama (Down from the first stage). Kemudian, dilanjutkan dengan kalimat pernyataan yang terdengar tegas mengatakan bahwa ini bukanlah sesuatu yang kita perjuangkan (It isn’t something we fought for). Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan situasi sekarang dari hal yang telah terjadi sebelumnya. Pengulangan kalimat-kalimat ini padahal sebelumnya telah dinyanyikan menunjukkan adanya penegasan. Sosok pria berambut panjang dan berbaju hitam kembali datang seperti sebelumnya setelah tokoh utama wanita terbebas dari rantai yang melilitnya. Hal ini menguatkan bahwa ia terjatuh kembali pada pria yang bersamanya sebelumnya. Pria tersebut juga melakukan hal yang sama dengan sebelumnya namun tampak

Universitas Sumatera Utara 106

lebih agresif tampak seperti mencekik dengan pelukan yang terlalu erat. Ia melakukannya sambil terus menciumi kepala wanita yang dipeluknya seolah ingin menunjukkan bahwa itu bentuk kasih sayangnya. Dalam keadaan tersebut, wanita tersebut terus melanjutkan nyanyiannya meski dengan ekspresi tidak nyaman seperti merasa sakit dan muak atas perbuatan pria itu. Kalimat yang dinyanyikannya menyatakan tidak pernah menginginkan rasa sakit yang seperti ini (Never wanted this kind of pain). Berikutnya, ia melanjutkan dengan kalimat pernyataan menyampaikan bahwa rasa sakit itu mengubah dirinya menjadi begitu dingin dan tidak berperasaan (Turned my self so cold and heartless). Kata heartless dalam kalimat ini tidak diartikan dengan sebenarnya menjadi ‘tidak memiliki hati’ namun diartikan menjadi ‘tidak berperasaan’ dilihat dari struktur kalimatnya. Dua kalimat tersebut dalam bentuk masa lampau. Meski merasa sakit, ada suatu hal yang harus engkau tahu (But one thing you should know) seolah ucap tokoh utama wanita pada sosok seorang pria yang bersamanya. Akhirnya, ia pun melakukan tindakan dengan menolak pria itu hingga terdorong menjauh dan terlepas dari pelukannya. Tataran Mitos Sosok tokoh utama wanita yang berpakaian hitam terjatuh lalu penampilannya kembali berpakaian putih dan terlilit rantai dapat diartikan seperti ia kembali ke situasi sebelumnya dengan pria yang bersamanya. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi menjelaskan mengenai hal tersebut. Tokoh utama wanita terjatuh karena sudah mencoba melawan namun ia terjatuh lagi seperti fenomena saat ini. Kisah tokoh utama wanita dan sosok pria yang bersamanya dibuat Vicky dari melihat yang terjadi pada ABG (Anak Baru Gede/sebutan untuk kalangan remaja) di Indonesia. Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyaknya hubungan pacaran pada ABG di Indonesia namun hubungan pacaran tersebut bersifat tidak sehat karena ada yang merasa tersakiti di dalamnya atau hubungan tidak sehat yang disebut toxic relationship (Tim2one, 2020). Berpacaran (dating) dikenal sebagai suatu bentuk hubungan intim atau dekat antara laki-laki dan perempuan. Ikhsan (dalam Ardhianita dan Budi, 2005: 103)

Universitas Sumatera Utara 107

membedakan pengertian pacaran ke dalam tiga versi pandangan, yaitu pacaran adalah rasa cinta yang menggebu-gebu pada seseorang; pacaran adalah identik dengan kegiatan seks, sehingga jika seseorang berpacaran lebih sering diakhiri dengan hubungan seks yang dilakukan atas dasar suka sama suka, tanpa adanya unsur pemaksaan dan pacaran adalah sebuah ikatan perjanjian untuk saling mencintai, saling mempercayai, saling setia dan saling menghormati sebagai jalan menuju mahligai pernikahan yang sah. Pandangan ketiga adalah yang paling banyak dianut. Berdasarkan pandangan tersebut, pengertian kedua tidak memiliki kaitan dengan kisah tokoh utama wanita karena tidak ada penggambaran hubungan seksual. Pengertian pertama dapat menggambarkan perasaan pria yang bersama tokoh utama wanita karena sebelumnya terdapat adegan ia mengungkapkan perasaannya. Pengertian ketiga adalah yang paling mendekati dengan kisah hubungan tokoh utama wanita dengan pria yang bersamanya. Namun, ungkapan cinta yang disampaikan pria yang bersamanya seperti telah diingkari karena tampak bukan kebahagiaan yang didapat oleh tokoh utama wanita. Kekerasan emosional dan kekerasan fisik dalam berpacaran merupakan ciri- ciri dari sebuah hubungan yang tidak sehat. Rantai yang melilit tokoh utama wanita dapat diartikan sebagai gambaran pria yang bersamanya yang mengekangnya dalam hubungan mereka. Pengekangan atau isolasi termasuk dalam kekerasan emosional. Wanita yang lebih muda mungkin lebih rentan terhadap isolasi dalam hubungan mereka karena perpaduan yang kompleks antara faktor sosial, budaya dan ekonomi. Wanita yang lebih muda mungkin lebih menghargai konektivitas emosional daripada kemandirian dan wanita yang lebih muda mungkin lebih menghargai hubungan romantis daripada manfaat hidup sebagai satu orang. Dengan demikian, bagi seorang wanita muda dengan seperangkat nilai-nilai ini dan dengan kurangnya kesadaran tentang parameter hubungan yang sehat, mengalami pelecehan emosional dan terisolasi oleh pasangan prianya bukanlah harga yang terlalu besar untuk ditanggung untuk keuntungan tetap berada dalam sebuah hubungan romantis. Tingkat pelecehan emosional yang lebih rendah di antara wanita yang lebih tua dapat diartikan sebagai seiring waktu dan pengalaman muncul perspektif yang matang, peningkatan kemampuan analitik untuk memaksimalkan utilitas, dan karakteristik lain yang akan mengurangi kemungkinan viktimisasi, seperti jaringan

Universitas Sumatera Utara 108

dukungan sosial yang kuat, harga diri yang tinggi, pengetahuan tentang apa yang merupakan pelecehan dan stabilitas ekonomi (Karakurt & Kristin, 2013: 10). Wanita lebih muda seperti tokoh utama wanita menjadi kalangan yang rentan terhadap hubungan tidak sehat. Hal ini menguatkan kebenaran fenomena pada ABG di Indonesia yang dilihat oleh Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi. Gambaran tokoh utama wanita yang dililit rantai juga memiliki arti kekerasan fisik karena membuat tubuh sulit untuk bergerak. Selain itu, dimunculkan cairan seperti darah mengalir karena terluka akibat kekerasan fisik. Indonesia memiliki catatan tersendiri dalam kasus kekerasan terhadap wanita dalam pacaran. Berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2020 oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, dari 14.719 kasus kekerasan yang tercatat, 11.105 kasus berada di ranah privat (75%). Dari jumlah tersebut, jumlah kekerasan dalam pacaran mencapai 1.815 kasus. Angka ini hanya merupakan kasus yang tercatat dan tidak diketahui seberapa banyak kasus lain yang tidak tercatat. Bentuk perlawanan kasus kekerasan fisik disebut dengan resiliensi yang berarti kemampuan untuk teguh dalam situasi sulit. Dari sumber yang sama, daya resiliensi korban Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) menguat dengan adanya korban wanita yang berani melaporkan pasangannya ke polisi. Kekerasan secara fisik, emosional, hingga seksual adalah gugatannya. Perkara ini dibawa sampai ke Pengadilan Negeri dan terlapor dinyatakan telah melakukan perbuatan yang melawan hukum. Data tersebut mengalami perubahan pada tahun berikutnya yang dapat digunakan sebagai perbandingan. Berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2021 oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, dari 8.234 kasus kekerasan yang tercatat, 6480 kasus berada di ranah privat (79%). Dari jumlah tersebut, jumlah kekerasan dalam pacaran mencapai 1.309 kasus. Turunnya jumlah kasus tidak dapat dikatakan sebagai berkurangnya kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Kondisi pandemik COVID-19 menjadi penyebab utama yang mempengaruhi Komnas Perempuan lebih banyak melayani dalam format online dan korban tidak berani melapor karena dekat dengan pelaku selama berlakunya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Korban cenderung diam atau mengaku ke keluarga dan kesulitan

Universitas Sumatera Utara 109

dengan laporan dalam format online. Daya resiliensi korban Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) untuk melaporkan pasangannya tampak menurun. Pada masa sulit seperti pandemik tersebut, dukungan dari orang-orang terdekat hingga komunitas yang peduli dapat meningkatkankan daya resiliensi para korban kekerasan dalam pacaran atau sebuah hubungan. Kalimat yang terdengar dinyanyikan tokoh utama wanita saat terbaring di lantai berarti bahwa dia melewati rasa sakit yang tak terhitung jumlahnya (Pushing through the countless pain. Kata ‘pushing’ diartikan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia menjadi ‘mendorong’ yang artinya tertutup dengan kata ‘through’ yang berarti ‘melewati’. Penggabungan kedua kata tersebut memberikan tambahan pada arti ‘melewati’ menjadi mendorong melewati atau melewati sebuah objek atau lebih tepatnya diartikan ‘menembus’. Objek yang maksudnya ditembus adalah rasa sakit yang tak terhitung jumlahnya dirasakan oleh tokoh utama wanita. Semuanya tidak dilalui dengan mulus namun dengan usaha yang tidak mudah. Terdapat sebuah idiom (ungkapan) dalam bahasa Inggris, yaitu “push through” yang diartikan mendapat sebuah hukum atau rancangan diterima secara resmi. Ungkapan ini biasanya digunakan dalam ranah hukum atau pemerintahan sebuah negara di mana undang-undang atau hukum yang dirancang dapat diterima secara resmi. Jika dikaitkan dengan ungkapan tersebut, kalimat yang disampaikan sosok seorang wanita tersebut saat ia terbaring dilantai dapat diartikan bahwa ia telah memutuskan sebuah rencana yang akan dilakukannya. Kalimat yang dinyanyikannya setelah itu seolah kalimat gabungan dengan kalimat sebelumnya yang berarti dan semua yang ia ketahui bahwa cinta ini adalah berkah dan kutukan (And all I know that this love’s a bless and curse). Berdasarkan kamus bahasa Inggris, Oxford Dictionary, kata ‘know’ berarti mengetahui sesuatu dari mengamati, menyelidiki atau mendapat informasi (Stevenson, 2011: 789). Kalimat tersebut dapat diartikan sebagai hasil yang disimpulkan oleh tokoh utama wanita bahwa cinta antara ia dan pria yang bersamanya merupakan berkah dan kutukan. Terdapat sebuah ‘phrase’ (frasa) dalam bahasa Inggris, yaitu “a blessing and a curse” yang diartikan sebagai sesuatu yang menguntungkan dan menyusahkan atau sesuatu yang tampak menguntungkan namun membawa konsekuensi negatif yang tak terduga. Jika dikaitkan dengan ungkapan tersebut,

Universitas Sumatera Utara 110

cinta antara dia dan pria yang bersamanya memiliki arti yang sama dengan ungkapan tersebut. Terbebas dari situasi tidak membahagiakan yang ia hadapi dengan pria yang bersamanya merupakan rencana yang telah diputuskan oleh tokoh utama wanita. Ia digambarkan bangkit dari posisi terbaring dan melepaskan rantai yang mengekangnya. Alasan ia memutuskan hal tersebut seperti kembali dijelaskannya dengan menyanyikan kembali bagian pre-chorus lagu Lathi yang berisi bahwa ia pria yang bersamanya telah berubah. Kebahagiaan yang diharapkan oleh tokoh utama wanita dari pria yang bersamanya saat awal hubungan mereka memudar dan berganti menjadi rasa sakit yang tidak diinginkan. Pengulangan kalimat ini menunjukkan bahwa tokoh utama wanita memberikan penegasan pada situasi yang dihadapinya tersebut. Pria berambut gondrong yang memakai baju hitam mendatangi tokoh utama wanita lagi dan kembali memeluknya dengan erat seolah menunjukkan dominasinya sebagai seorang pria. Patriarki berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa sentral dari segalanya. Rueda (dalam Rokhmansyah, 2016: 32) mengatakan bahwa patriarki adalah penyebab penindasan terhadap perempuan. Masyarakat yang menganut sistem patriarki meletakkan laki- laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan perempuan. Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai awal pembentukan budaya patriarki. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan perempuan dan masyarakat memandang perempuan sebagai seorang yang lemah dan tidak berdaya (Rokhmansyah, 2016: 32). Individu yang sebenarnya menyakiti orang yang dicintainya mungkin atau tidak menyadari bahwa tindakannya menyakiti pasangannya. Banyak dari mereka menciptakan kondisi toxic atau tidak sehat yang orang lain hanya bisa jalani sebentar. Antar pasangan di mana kepercayaan bukan kuncinya, cinta bisa menjadi benci. Frustrasi bisa menjadi tindakan yang terkadang berakhir pada kebutuhan untuk menyelesaikan masalah, atau alternatifnya pada terciptanya ketegangan yang lebih hebat. Ini semudah memilih untuk melakukan hal yang benar (Zahiduzzaman, 2015: Chapter 3). Sosok pria tersebut bisa dengan sengaja atau tidak melakukan hal buruk terhadap tokoh utama wanita. Terlepas dari itu, tindakannya tetap

Universitas Sumatera Utara 111

menunjukkan dominasinya sebagai seorang pria seolah tindakan apapun yang dilakukannya dianggapnya benar meskipun wanita yang bersamanya merasa tersakiti. Perasaan cinta yang terucap tidak menjadi jaminan bagi seseorang untuk melakukan tindakan yang menyenangkan. Sebuah kalimat dari pengulangan bagian pre-chorus yang dinyanyikan oleh tokoh utama wanita berisi kalimat pernyataan bahwa rasa sakit itu mengubah dirinya menjadi begitu dingin dan tidak berperasaan (Turned my self so cold and heartless). Kata ‘cold’ dan ‘heartless’ dalam kalimat ini sama-sama dapat diartikan tidak berperasaan atau tidak bersimpati. Penggunaan kedua kata ini sekaligus menegaskan perubahan yang dialami tokoh utama wanita akibat tersakiti. Perasaan tokoh utama wanita terhadap pria yang bersamanya telah menjadi dingin bahkan seperti sudah tidak ada sehingga berkurang hal yang menahannya untuk bertindak. Kekerasan dalam bentuk apa pun dalam hubungan pacaran atau yang lain merupakan perbuatan yang buruk dan jika lebih jauh bisa bertentangan dengan hukum tertulis yang berlaku. Perlawanan terhadap kekerasan dapat diartikan sebagai tindakan membela diri. Pihak yang merasa menjadi korban harus bertindak agar dapat selamat atau terlepas dari kekerasan berkepanjangan. Tokoh utama wanita yang bangkit dari jatuh dan melepas rantai yang melilitnya hingga menolak pelukan pria yang bersamanya merupakan bentuk perlawanan yang dilakukannya. Hal tersebut juga dapat diartikan sebagai perlawanan terhadap dominasi pria yang bersamanya. Pesan tersebut memiliki arti seperti paham feminisme di mana perspektif feminis secara tradisional memandang kekerasan dalam hubungan sebagai ekspresi penindasan patriarki terhadap perempuan yang secara sosial disetujui. Feminisme adalah paham yang muncul ketika perempuan menuntut untuk mendapatkan kesetaraan hak yang sama dengan laki-laki. Feminisme bukan suatu upaya pemberontakan perempuan terhadap laki- laki dalam melawan pranata sosial ataupun mengingkari kodratnya. Akan tetap, feminisme berupaya untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan. Gerakan feminisme merupakan kesadaran akan diskriminasi, ketidakadilan dan subordinasi perempuan, serta usaha untuk mengubah masyarakat menuju suatu sistem masyarakat yang adil dan seimbang yang dirasakan oleh laki- laki dan perempuan sebagai manusia (Dalimoenthe, 2020: 41-47)

Universitas Sumatera Utara 112

4.1.2.6 Analisis Scene 6 (02.15-02.29)

Lirik Visual

Ikon 1 (02.15) [Free Tempo]

Ikon 2 (02.17)

Kowe ra iso mlayu saka kesalahan Ikon 3 (02.17) Ajining diri ana ing lathi

Ikon 4 (02.25) Tabel 4.6 Video Klip Musik “Lathi” Scene 6 Sumber: Olahan Peneliti dari Video Klip Musik “Lathi”

Universitas Sumatera Utara 113

Potongan-potongan gambar ditampilkan bergantian seperti menggunakan teknik cut to cut namun dengan sangat cepat. Kedua potongan gambar ini diambil dari adegan yang ditampilkan sebelumnya. Perbedaannya adalah penambahan efek gambar atau penurunan intensitas warna yang dilakukan dalam proses video editing yang membuat gambar lebih gelap dari aslinya. Karakter tokoh utama wanita yang berpakaian hitam dan asap hitam di dekatnya kembali muncul dan mengarahkan satu tangannya ke pria di hadapannya. Aliran listrik muncul dari tubuh pria itu membuat tubuhnya bergerak seperti terkena kejutan listrik. Kemudian, pria itu jatuh berlutut dengan cahaya tampak memancar ke atas dari wajahnya. Di saat yang sama, pengulangan bagian chorus lagu Lathi terdengar dinyanyikan oleh suara wanita. Asap hitam pada karakter wanita dengan nuansa hitam, aliran listrik dan cahaya yang tampak memancar tersebut merupakan hasil video editing menggunakan visual effects (VFX). Penggunaan visual effects pada adegan ini untuk memperkuat karakter tokoh utama dan memberi tampilan yang menarik sehingga meningkatkan dramatisasi pada alur ceritanya. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam scene ini di antaranya, medium close-up shot pada ikon 1, knee shot pada ikon 2, medium close-up shot pada ikon 3 dan long shot pada ikon 4. 1) Tataran Denotatif Sosok seorang wanita berambut panjang tampak tersenyum dipeluk dari belakang oleh seorang pria yang berambut gondrong dan memakai baju hitam seperti terlihat pada ikon 1. Wanita yang sama tampak berdiri sendirian dengan tubuhnya terlilit rantai dan menampilkan wajah tersenyum seperti terpaksa. Ia mengenakan baju terusan tanpa lengan berwarna putih yang telah terkena noda cairan merah paling banyak di bagian dadanya seperti terlihat pada ikon 2. Gambar ditampilkan berganti-ganti dengan cepat menunjukkan pergerakan yang terjadi antara situasi pertama dan kedua. Penampilan wanita tersebut berubah menjadi berpakaian hitam, riasan hitam di wajahnya, asap hitam di sekitarnya, serta memakai aksesori di leher dan lengannya. Ia tampak mengarahkan tangan kanannya ke pria di hadapannya seperti terlihat pada ikon 3. Pria tersebut tampak terkejut dari wajahnya dan tubuhnya bergetar seperti mengeluarkan aliran listrik. Ekspresi yang ditampilkan wanita

Universitas Sumatera Utara 114

tersebut menunjukkan wajah serius dan penuh keyakinan. Suara seorang wanita terdengar menyanyikan kalimat “Kowe ra iso mlayu saka kesalahan. Ajining diri ana ing lathi”. Pria itu kemudian jatuh berlutut di hadapan wanita di hadapannya seperti terlihat pada ikon 4. Kepalanya mendongak ke atas dan dua sumber cahaya memancar ke langit-langit dari wajahnya seperti dari mata dan mulutnya. Wanita di hadapannya tetap berdiri dan mengarahkan tangannya pada pria itu. Aliran listrik tampak tetap mengalir di sekujur tubuh pria itu. Pada tubuh wanita tersebut lebih terlihat jelas asap hitam yang ada di dekatnya. Mereka berdiri di tempat dengan latar belakang dan lantai berwarna putih dan dedaunan kering berserakan di sekitarnya. Pencahayaan tempat itu rendah sehingga tampak gelap. 2) Tataran Konotatif Scene keenam video klip musik Lathi ini menceritakan tentang puncak hubungan tokoh utama wanita dengan pria yang bersamanya. Peristiwa yang telah terjadi dalam adegan-adegan (scenes) sebelumnya muncul kembali. Gambar- gambar yang ditampilkan hanya berasal dari dua gambar utama yang adegannya dipotong-potong. Dua gambar tersebut adalah ketika tokoh utama wanita dipeluk- peluk erat oleh pria yang bersamanya dan ketika ia sendirian terlilit rantai dengan cairan merah mengalir di tubuhnya. Intensitas warna potongan-potongan gambar tersebut diturunkan sehingga membedakannya dari yang sebelumnya seolah tokoh utama mengingat kembali masa lalunya. Hal tersebut merupakan adegan flashback yang dialami oleh tokoh utama wanita. Flashback (kilas balik) dan flash-forward (kilas maju) adalah teknik narasi yang kuat dalam sebuah medium visual seperti film dan video. Jika visual direncanakan dan dipikirkan dengan cara ini, editor dapat dengan mudah menggabungkan gambar-gambar yang benar sehingga peralihan waktu masuk akal. Pengembangan jalan cerita dengan gaya ini dapat menjaga perhatian dan menahan ketertarikan penonton dalam mencoba untuk memecahkan bingkai waktu yang terurai. Hasil tersebut dapat dicapai melalui naskah atau editing menggunakan special effects untuk membuat bingkai waktu lebih mudah untuk dipahami. Beberapa teknik untuk ini bisa dengan merendahkan intensitas warna, atau dengan memberi seluruh gambar kualitas kelembutan tertentu. Efek dan filter dapat sangat

Universitas Sumatera Utara 115

membantu dalam situasi tertentu. Filter adalah sebuah efek yang bisa diaplikasikan pada sebuah klip atau seluruh video. Sebuah filter yang ditambahkan pada sebuah klip dapat menjadi perspektif, warna atau atribut lain dalam sebuah klip. Filter tertentu yang memberikan saturasi warna lebih rendah untuk efek warna hitam putih dapat ditambahkan pada cerita dengan adegan flashback atau mimpi (Osgood & Joseph, 2014:238). Flashback atau flashforward adalah sebuah bagian dalam sebuah film naratif yang ditampilkan di luar urutan kronologi (cerita) dalam plot film naratif tersebut. Flashback menunjukkan peristiwa yang telah terjadi sebelum masa sekarang ditetapkan dalam sebuah film sedangkan flashforward menunjukkan peristiwa yang akan terjadi di masa depan setelah masa kini dalam film. Flashback dapat ditemukan dalam sebuah film naratif sebagai sebuah penjelasan atau pembuktian latar belakang terhadap peristiwa yang terjadi dalam cerita. Teknik ini dapat bersifat subjektif dalam menunjukkan dari pandangan seorang karakter atau tidak (Kuhn & Guy, 2012: 184). Gambar flashback yang ditampilkan bukan dari adegan berbeda yang menceritakan kisah di masa lalu. Kilasan yang ditampilkan hanya dengan durasi yang singkat seolah kembali mengingatkan peristiwa yang sebelumnya ditampilkan di masa lalu. Berdasarkan sudut pandang tokoh utama wanita dapat diartikan adegan flashback tersebut merupakan pandangan subjektifnya sebagai karakter yang mengalami peristiwa tersebut. Suara seorang wanita seperti dari tokoh utama wanita menyanyikan kalimat yang berarti kau tidak bisa lari dari kesalahan (Kowe ra iso mlayu saka kesalahan) dan kalimat yang berarti harga diri seseorang ada dilidahnya (Ajining diri ana ing lathi). Kedua kalimat tersebut diterjemahkan dari bahasa Jawa. Pengulangan bagian chorus dari lagu Lathi menegaskan pesan yang terdapat di dalamnya. Dalam struktur sebuah lagu, lirik pada bagian chorus merupakan pesan utama yang ingin disampaikan dan biasa dinyanyikan secara berulang. Sisi lain tokoh utama wanita kembali muncul langsung di hadapan pria yang bersamanya. Penampilannya berubah lagi menjadi berpakaian hitam, riasan hitam di wajah dan aksesori yang dikenakannya. Ia tampak dengan wajah serius mengarahkan tangannya pada pria itu seperti mengeluarkan kekuatan listrik yang tampak dimilikinya sebelumnya. Aliran listrik mengalir pada tubuh pria tersebut

Universitas Sumatera Utara 116

seperti dari sosok wanita di hadapannya. Tubuhnya bergetar terkena kejutan listrik itu. Wajahnya juga tampak terkejut melihat wanita di hadapannya seperti tidak menyangka yang sedang terjadi. Kekuatan tokoh utama wanita tampak cukup kuat hingga membuat pria di hadapannya berlutut. Dalam posisi berlutut, aliran listrik tampak seperti terus mengalir pada tubuh pria tersebut. Dua sumber cahaya memancar ke langit-langit dari wajah pria itu seperti efek lain dari kekuatan yang diarahkan tokoh utama wanita padanya. Perubahan karakter pada tokoh utama wanita menunjukkan bahwa ia adalah tokoh dinamis yang dapat berubah karakter. Tataran Mitos Kilasan masa lalu tokoh utama wanita menunjukkan situasi hubungannya dengan pria yang bersamanya. Awalnya, hubungan terasa menyenangkan dan membahagiakan seperti terlihat pada kenangan baik yang dimilikinya. Namun, keadaan berubah hingga menjadi hubungan yang menyakitkan baginya seperti terlihat pada kenangan buruk yang dimilikinya. Ia bertahan dalam hubungan yang tidak sehat itu dengan hal-hal buruk yang terjadi secara berulang. Hal ini sesuai dengan lirik yang dinyanyikannya pada scene sebelumnya. Pengalaman tersebut diingatnya kembali sebagai acuan untuk mengambil tindakan berikutnya. Pada scene sebelumnya, seorang wanita terdengar menyanyikan kalimat pengantar bahwa kata-kata yang akan diucapkan berikutnya adalah sesuatu yang perlu diketahui oleh lawan bicaranya. Hal ini ia tegaskan terhadap lawan bicaranya yang dapat diartikan sebagai pria yang bersamanya. Kalimat yang dinyanyikan oleh tokoh utama wanita pada scene ini berarti kau tidak bisa lari dari kesalahan (Kowe ra iso mlayu saka kesalahan) dan berarti harga diri seseorang ada dilidahnya (Ajining diri ana ing lathi). Pengulangan dinyanyikannya lagu ini menegaskan pesan di dalamnya yang telah dijelaskan sebelumnya. Kata ‘lathi’ merupakan bahasa Jawa kuno yang berarti lidah. Lidah dalam bahasa Indonesia juga dapat dikaitkan dengan peribahasa “tajam lidah dari pedang” yang berarti ucapan seseorang bisa lebih menyanyikan dari hantaman pedang yang tajam atau “lidah tidak bertulang, salah petik jiwa hilang” yang berarti orang yang tidak bisa menjaga ucapannya akan mendapat kemalangan. Makna lirik yang dinyanyikan tokoh utama wanita jika dikaitkan dengan peribahasa tersebut dapat berarti seseorang yang tidak menjaga ucapannya bisa menyakiti orang lain dan mempengaruhi harga dirinya jadi

Universitas Sumatera Utara 117

memiliki nilai yang buruk hingga ia mendapat balasan kemalangan juga. Kalimat ini diucapkan oleh tokoh utama wanita seolah tertuju untuk pria yang bersamanya. Pria tersebut sebelumnya mengucapkan kata “I love you” yang berarti ia mencintai wanita tersebut. Akan tetapi, perbuatannya tidak sesuai dengan ucapan tersebut dan membuat perasaan tokoh utama wanita tersakiti. Pria tersebut mengingkari perkataannya sendiri dan bagi tokoh utama wanita harga dirinya telah memiliki nilai buruk. Atas perbuatannya tersebut, ia pantas dan akan mendapat kemalangan sebagai konsekuensi. Kenangan yang kembali diingat oleh tokoh utama wanita tampak menjadi alasan untuk tindakan yang ia lakukan selanjutnya. Wujud karakternya berubah lagi menjadi sisi lain bernuansa hitam dan ia mengarahkan kekuatan listriknya pada pasangan pria di hadapannya. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi membenarkan bahwa adegan tersebut merupakan gambaran bentuk balas dendam yang dilakukan tokoh utama wanita terhadap pasangannya. Vicky juga mengibaratkan asap hitam yang seperti keluar dari tubuh tokoh utama wanita dalam wujud karakter itu sebagai aura balas dendam. Perasaan ingin balas dendam yang dimiliki oleh tokoh utama wanita akibat perbuatan pasangannya yang tidak menyenangkan dalam hubungan tidak sehat (Tim2one, 2020). Balas dendam secara umum didefinisikan sebagai tindakan yang membalas kerugian dengan kerugian. Roy Baymeister (dalam Reis, 2009: 1378) berpendapat bahwa balas dendam memerlukan pembalikan peran di mana pelaku asli menjadi korban. Balas dendam dengan demikian dapat dilihat sebagai penyimpangan berdasarkan pepatah “do unto others as you would have them unto you” yang artinya “lakukan seperti yang kamu inginkan untuk kamu”, di mana seseorang melakukan kepada orang lain apa yang telah dilakukan padanya. Balas dendam sering diperlakukan dalam literatur ilmiah seolah-olah itu adalah kebalikan dari memaafkan. Everett Worthington (dalam Reis, 2009: 1378), menyatakan bahwa ada berbagai cara untuk mengurangi kompleksitas emosi negatif (yang dia sebut sebagai ‘unforgiveness’ yang artinya ‘tidak termaafkan’) yang sering muncul ketika kita mengalami kejahatan atau terluka di tangan orang lain dan bahwa memaafkan

Universitas Sumatera Utara 118

dan membalas dendam hanyalah dua di antaranya. Dari perspektif ini, balas dendam dan memaafkan berbagi identitas yang sama sebagai tanggapan terhadap kerugian interpersonal atau strategi untuk mengurangi sikap tidak mau mengampuni. Pada kenyataannya, penelitian menunjukkan bahwa keinginan untuk balas dendam dan kecenderungan untuk memaafkan cenderung berbanding terbalik satu sama lain, tetapi, itu sendiri tidak menyiratkan bahwa mereka membutuhkan antitesis satu sama lain. Dalam keadaan tertentu seperti ketika memaafkan digunakan untuk menunjukkan superioritas moral seseorang atas pelanggar, memaafkan sebenarnya dapat digunakan untuk tujuan balas dendam. Dalam kehidupan sehari-hari, tindakan balas dendam yang lebih ringan dan lebih biasa mungkin jauh lebih banyak dan lebih sering daripada tindakan balas dendam yang ekstrem. Pembalasan dendam tokoh utama wanita tidak digambarkan dengan rantai dan cairan merah seperti darah melainkan sisi lainnya yang memiliki aura hitam mengarahkan kekuatan aliran listriknya kepada pasangannya. Dua sumber cahaya muncul dari wajah pria pasangannya itu seperti dari mata dan mulutnya. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi membenarkan bahwa adegan tersebut terinspirasi dari sebuah adegan dalam serial animasi “Avatar: The Last Airbender” (Tim2one, 2020). Dalam serial animasi tersebut, Aang yang merupakan seorang Avatar harus mengalahkan Raja Api Ozai yang ingin menjajah seluruh dunia dan menguasainya. Tanggung jawabnya sebagai Avatar membuat Aang harus melakukan cara apa pun untuk menghentikan Raja Api Ozai termasuk menjadi seperti orang jahat dengan membunuhnya. Aang yang merasa berat untuk membunuh orang lain, meski sejahat apa pun dia, memutuskan untuk menggunakan cara lain untuk mengalahkan Raja Api Ozai. Aang pada akhirnya menggunakan “energy bending” atau “pengendalian energi” Energi yang dimaksud adalah kekuatan di dalam diri yang membuat mereka mampu mengendalikan elemen. Mereka digambarkan melakukannya dengan cahaya memancar dari wajah mereka seperti beradu alam bawah sadar.

Universitas Sumatera Utara 119

Gambar 4.6 Adegan Akhir Avatar Aang Melawan Raja Api Ozai Sumber: https://avatar.fandom.com/wiki/Battle_at_Wulong_Forest “Avatar: The Last Airbender” adalah serial animasi Amerika Serikat hasil karya rumah produksi Nickelodeon. Serial animasi ini ditayangkan pada tahun 2005-2008 dalam 3 Seasons (musim), yaitu Season 1: Book of Water dengan 20 episode, Season 2: Book of Earth dengan 20 episode, dan Season 3: Book of Fire dengan 21 episode. Stasiun televisi Indonesia ‘GlobalTV’ yang sekarang menjadi ‘GTV’ sempat menayangkan serial animasi ini dengan mengganti suaranya dari bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia. Adegan yang menjadi referensi tersebut terdapat dalam Season 3 Episode 21 yang berjudul “Sozin’s Comet: Part 4”. Berdasarkan pengalaman peneliti yang telah menonton serial animasi tersebut, episode ini menampilkan pertarungan terakhir Avatar Aang melawan Raja Api Ozai. Episode tersebut menceritakan tentang komet Sozin yang lewat setiap 100 tahun sekali membuat para pengendali api memiliki kekuatan yang jauh lebih luar biasa. Raja Api Ozai bertujuan menggunakan saat itu untuk benar-benar menaklukkan dunia. Avatar Aang yang telah mampu mengendalikan 4 elemen (udara, air, tanah dan api) dalam usia mudanya, masih belum sanggup untuk menghadapi kekuatan tersebut. Dalam kondisi terdesak, ia menggunakan ‘avatar states’ atau ‘dunia avatar’ dan mendapat kekuatan dari leluhurnya, Avatar lain yang telah wafat. Kekuatan yang jauh lebih luar biasa lagi membuat Avatar Aang mampu menghentikan Raja Api Ozai. Roh leluhurnya yang telah merasuki Avatar Aang mendukungnya untuk membunuh Raja Api Ozai yang zalim namun ia menolak dan melepas ‘dunia avatar’. Akhirnya, ia memutuskan untuk beradu alam bawah sadar dengan Raja Api Ozai yang digambarkan dengan cahaya memancar ke langit mulai dari mata dan mulut mereka lalu dari seluruh

Universitas Sumatera Utara 120

tubuh mereka. Raja Api Ozai memancarkan cahaya berwarna merah dan Avatar Aang berwarna biru. Avatar Aang hampir kalah dan kehilangan cahaya biru dari tubuhnya. Ia membalikkan keadaan dengan mengarahkan sedikit cahaya dari matanya langsung ke tubuh Raja Api Ozai lalu cahaya biru menghapus cahaya merah. Setelah itu, mereka berdua melemah. Raja Api Ozai yang merasa tidak terjadi apa-apa mencoba kembali menyerang Avatar Aang namun tidak bisa karena kemampuan pengendalian apinya telah dihapus untuk selamanya. Referensi dari adegan tersebut dapat diartikan memiliki kaitan dengan kisah hubungan tidak sehat tokoh utama wanita. Ia melawan pria yang berbuat jahat seperti Avatar Aang melawan Raja Api Ozai. Perlawanan dilakukan untuk selamat dari orang yang ingin menguasai orang lain. Raja Api Ozai yang tidak segan untuk membunuh tidak membuat Avatar Aang ingin membalas dengan hal yang sama. Balasan yang dilakukan oleh Avatar Aang dapat diartikan sebagai sebuah hukuman seumur hidup. Kekuatan aliran listrik yang dimiliki tokoh utama wanita berasal dari karakter Enchantress dalam film “Suicide Squad” sebagai referensi. Namun, efeknya berasal dari penggambaran adu alam bawah sadar antara Avatar Aang dan Raja Api Ozai. Posisi tokoh utama wanita berdiri menghadapi pasangannya yang berlutut sama seperti Avatar Aang menghadapi Raja Api Ozai. Perbedaannya, hanya pria pasangan tokoh utama wanita yang mengeluarkan visual effect cahaya memancar ke langit dari wajahnya. Serangan balas dendam tokoh utama wanita tampak mengarah pada alam bawah sadar pria tersebut dan tidak ada perlawanan balik. Hal ini dapat diartikan sebagai hukuman dalam bentuk balas dendam. Sebuah perbedaan antara hukuman dan balas dendam adalah bahwa hukuman meliputi serangkaian perilaku dan motivasi. Balas dendam adalah bentuk hukuman, tapi tidak semua hukuman merupakan balas dendam. Hukuman biasanya dilaksanakan oleh pihak ketiga yang independen seperti hakim, guru, atau orang tua. Sebaliknya, balas dendam biasanya dipahami sebagai tindakan penuh amarah untuk menegakkan keadilan yang dilaksanakan langsung oleh korban atau orang yang dekat dengan korban. Keadilan juga penting bagi hukuman, namun pihak ketiga menetapkan hukuman biasanya juga memiliki motivasi lain seperti agar tidak dicontoh orang lain atau menjadi nilai berharga bagi pelaku (Van Prooijen, 2018:9). Berdasarkan pandangan tersebut, hukuman juga bisa dilakukan oleh pihak kedua

Universitas Sumatera Utara 121

atau korban secara langsung jika tidak dilakukan dengan penuh amarah atau dengan motivasi lain yang bersifat positif.

4.1.2.7 Analisis Scene 7 (02.30-02.43)

Lirik Visual

Ikon 1 (02.37)

[Beat Drop]

Ikon 2 (02.38)

Ikon 3 (02.39)

Universitas Sumatera Utara 122

Ikon 4 (02.42) Tabel 4.7 Video Klip Musik “Lathi” Scene 7 Sumber: Olahan Peneliti dari Video Klip Musik “Lathi” Tokoh utama wanita tidak muncul dalam scene ini digantikan dengan beberapa macam seni pertunjukan tradisional dari Jawa, Indonesia. Adegan pertunjukan wayang kulit tampak memiliki jalan cerita dengan munculnya wayang seperti tokoh seorang wanita bersama wayang seperti tokoh seorang pria yang muncul sebelumnya. Seorang wanita penari Jaipongan menunjukkan gerakan tegas. Tiga penari kuda lumping kali ini tampak menunggangi sebuah kuda buatan dan memegang sebuah pecut. Seni pertunjukan debus yang ditampilkan kali ini hanya atraksi menyemburkan api. Perpindahan gambar tampak dipotong dengan adegan yang sedikit dari masing-masing tampilan menggunakan teknik cut to cut. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam scene ini di antaranya, full shot untuk objek pertunjukan wayang kulit pada ikon 1, knee shot pada ikon 2 dan long shot pada ikon 3 dan 4. 1) Tataran Denotatif Dua lembaran karakter yang terbuat dari kulit dengan gagang untuk memegangnya tampak di gerakkan oleh seseorang. Keduanya tampak saling berhadapan dengan latar belakang berwarna putih. Siluet sebagian tubuh orang tersebut menunjukkan kepala dan kedua tangannya yang menggerakkan benda tersebut seperti terlihat pada ikon 1. Benda yang menyerupai karakter tersebut tampak seperti berbentuk sosok manusia dengan adanya kepala, kedua tangan yang dapat digerakkan, dua kaki, dan tubuh yang berdiri tegak. Satu lembaran karakter tampak memiliki figur yang lebih besar dibanding satu yang lain. Orang tersebut tampak menggerakkan tangan figur yang lebih kecil seperti perlahan menyentuh kepala figur yang lebih besar. Kemudian, figur yang lebih besar tampak digerakkannya seperti menghantam figur yang lebih kecil. Figur yang lebih kecil

Universitas Sumatera Utara 123

tampak digerakkan menghindari hantaman tersebut dan menghantam balik figur yang lebih kecil. Seorang penari wanita melakukan gerakan dengan gemulai namun tampak tegas seperti terlihat pada ikon 2. Ia tampak mengenakan aksesori yang terpasang di atas kepalanya, sebuah rangkaian kalung, baju model kemban, rok panjang dan selendang di pinggulnya. Wanita tersebut menari dengan latar belakang warna putih namun tampak gelap karena pencahayaan yang rendah. Satu dari dua orang pria tampak menyemburkan minyak pada bola api ke arah depannya hingga kobaran api yang muncul tampak menutupi tubuhnya seperti terlihat pada ikon 3. Kedua pria tersebut mengenakan baju berwarna hijau dengan motif tertentu, kain hitam putih dan aksesori semacam topi. Satu orang yang lain tampak hanya memegang bola api. Tiga pria tampak seolah-olah menunggangi sebuah benda yang terlihat menyerupai seekor hewan, yaitu kuda. Benda yang seolah mereka tunggangi merupakan lembaran kuda buatan dari kain, anyaman bambu dan tali-tali plastik. Mereka juga memegang pecut yang terbuat dari kayu dan rotan yang panjang. Pakaian yang mereka kenakan adalah baju berwarna hijau dengan motif tertentu, kain hitam putih dan aksesori semacam topi. Mereka semua juga ditampilkan dengan latar belakang berwarna putih dan pencahayaan yang rendah. Gerakan berguling ke depan tampak mereka lakukan seperti terlihat pada ikon 4. Suara alat musik pukul dicampur dengan musik elektronik terdengar lantang saat para penampil wanita hingga pria melakukan gerakan masing-masing. 2) Tataran Konotatif Scene ketujuh video klip musik Lathi ini menceritakan bagian kedua tentang gambaran lain dari kisah tokoh utama wanita. Karakter wayang kulit yang tampak seperti seorang pria kembali digerakkan oleh seorang dalang. Sebelumnya, karakter tersebut ditampilkan sendiri namun pada scene ini ditampilkan bersama karakter wayang kulit lain yang tampak seperti seorang wanita. Gerakan yang dilakukan dalang seperti mengindikasikan karakter wayang kulit wanita menyentuh karakter wayang kulit pria secara perlahan. Karakter wayang kulit pria malah membalas dengan sebuah serangan. Karakter wayang kulit wanita berhasil menghindar dan melakukan serangan balik. Adanya tokoh pria dan wanita dalam pertunjukan

Universitas Sumatera Utara 124

wayang kulit tersebut dalam posisi berhadapan seperti menunjukkan gambaran lain kisah tokoh utama wanita dan pria yang bersamanya pada scene sebelumnya. Seorang wanita menampilkan tarian Jaipongan, yaitu tarian tradisional yang berasal dari Jawa, Indonesia. Ia tampak mengenakan aksesori di atas kepalanya, sebuah kalung susun tiga, baju model kemban dan rok panjang dengan motif tertentu serta selendang di pinggulnya. Gerakan tarian yang ditampilkannya tampak tegas namun tetap menunjukkan keanggunannya sebagai seorang penari wanita. Seni pertunjukan Debus dan Kuda Lumping juga kembali ditampilkan. Atraksi Debus hanya menampilkan satu dari dua orang pria yang tampak menyemburkan minyak pada bola api. Tiga pria penari Kuda Lumping melakukan gerakan berguling ke depan dengan serempak. Mereka tampak memiliki keterkaitan dengan kesamaan pakaian yang mereka kenakan, yaitu pakaian khas dan aksesori adat Jawa seperti blangkon di kepalanya. tampak. Latar belakang seorang wanita penari Jaipongan, Kuda Lumping dan Debus sama-sama berwarna putih dengan pencahayaan yang rendah namun tetap terlihat. Pertunjukan wayang kulit juga ditampilkan dengan latar belakang berwarna putih dan terdapat cahaya memancar di belakangnya seperti yang biasa ditampilkan dalam kehidupan nyata. Kesamaan warna latar belakang objek-objek yang muncul dan pencahayaan yang rendah menunjukkan adanya keterkaitan antara semuanya termasuk dengan perubahan karakter tokoh utama wanita pada scene sebelumnya. Musik elektronik dengan tambahan suara alat musik tradisional Indonesia seperti gamelan kembali terdengar lantang pada scene ini. Hal tersebut tampak cocok untuk membuat tarian dan pertunjukan yang ditampilkan menjadi lebih meriah. Tataran Mitos Tarian Jaipong kembali ditampilkan oleh seorang penari wanita yang telah muncul sebelumnya lengkap dengan pakaian dan aksesori yang sama. Gerak Jaipongan yang atraktif dan dinamis mampu menunjukkan bahwa perempuan Sunda adalah perempuan yang penuh semangat, penuh perjuangan, kuat, ramah, dan lincah. Selain hal itu, keindahan dan kecantikan selalu ingin diungkapkan dan ditonjolkan (Jumantri, Muhammad & Trianti 2020: 10-11). Makna kekuatan dan perjuangan yang dalam tari Jaipongan sesuai dengan tokoh utama wanita. Perjuangan yang dilalui olehnya sampai pada tahap ia menggunakan kekuatannya

Universitas Sumatera Utara 125

untuk balas dendam terhadap pria yang bersamanya. Makna keindahan dan kecantikan tetap melekat pada tokoh utama wanita terlebih jika balas dendam yang dilakukannya diartikan hanya sebagai bentuk hukuman atas perbuatan pasangannya bukan membalas dengan penderitaan yang sama. Pertunjukan wayang kulit juga muncul kembali namun kali ini menampilkan dua tokoh, yaitu tokoh pria yang telah muncul sebelumnya dan karakter baru dengan figur seperti tokoh wanita. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa tokoh pria adalah karakter bernama Abilawa. Nama tersebut merupakan nama samaran dari Raden Bratasena atau yang lebih dikenal dengan nama Bima, satu dari lima bersaudara Pandawa. Ia menggunakan nama samaran itu ketika para Pandawa menyamar di Wirata (Kurniawan, 2018: 13). Pandawa di Wirata adalah kisah dalam “Mahabarata Jawa”, bersumber dari epos Mahabarata karya Vyasa yang digubah sekitar 500 tahun Sebelum Masehi. Inti kisah Mahabarata Jawa diraup dari berbagai sumber seperti dari sumber awal, India, maupun sumber kedua, Jawa. Inti kisah Mahabarata di masa-masa awal, versi India maupun Jawa, bertumpu pada ajaran hindu, yakni para dewa adalah penguasa takdir manusia. Ketika Islam masuk Jawa, isi dan karakter kisah mengalami perubahan. Terjadi perpaduan konsep humanitas yang menyatu dan harmonis. Namun, ajaran moral Jawa tetap menjadi inti sari kisah (Riantiarno, 2016: viii). Tokoh wayang kulit dengan figur wanita adalah karakter bernama Dewi Drupadi. Ia merupakan istri dari kelima bersaudara Pandawa termasuk Bima. Ketika lima bersaudara Pandawa menerima hukuman pengasingan 12 tahun pengasingan di hutan dan 1 tahun bersembunyi, ia juga merelakan diri untuk turut dihukum karena rasa setia pada suami-suaminya. Dewi Drupadi juga turut bersembunyi di Wirata dengan nama samaran Sarindri. Warna hitam pada wajah karakter wayangnya menunjukkan ia dalam penyamaran sebagai Sarindri. Dia diterima menjadi pembantu utama Ratu Sudesna atau Dewi Rekatawati, istri sang raja. Suatu hari, adik dari Ratu Sudesna bernama Rajamala mengunjungi istana dan melihat Sarindri. Rajamala jatuh hati namun Sarindri menolak dengan alasan ia telah memiliki suami. Ratu Sudesna mau membantu tapi tidak akan memaksa kehendak Sarindri. Kepada Rajamala, Sarindri mengaku suaminya adalah ‘jin’ yang bisa marah jika dirinya diganggu. Namun, Rajamala tidak takut dan bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara 126

membunuh suami Sarindri. Sebuah pertemuan akhirnya disepakati pada malam hari di tepian danau untuk mendapatkan Sarindri (Riantiarno, 2016: 110-114). Dewi Drupadi atau Sarindri menemui keempat suaminya dari Pandawa bersaudara, yaitu Yudistira, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang juga dalam penyamaran untuk meminta bantuan. Mereka berempat merasa pertemuan itu terlalu berisiko untuk mereka yang dalam penyamaran. Dewi Drupadi yang merasa kecewa dengan keempat suaminya pergi menemui Bima atau Abilawa yang sedang tidur untuk meminta bantuan. Awalnya, tanggapan yang diberikan Bima sama seperti saudara-saudaranya. Namun, kemarahannya berhasil dibangkitkan oleh Dewi Drupadi sehingga mereka berniat untuk menghadapi Rajamala. Bima menyetujui untuk berperan sebagai ‘jin’ suami Dewi Drupadi dan berniat untuk membunuh Rajamala saat pertemuan di tepian danau (Riantiarno, 2016: 110-114). Rajamala menemui Sarindri bersama dua saudaranya, Kencakarupa dan Rupakenca, sesuai kesepakatan di pesanggrahan (semacam penginapan) tepian danau. Sarindri mengatakan ‘jin’ yang merupakan suaminya telah menunggu di dalam sebuah kamar. Rajamala masuk dan dua saudaranya menunggu di luar. Bima atau Abilawa yang telah menunggu di dalam membunuh Rajamala. Dua saudaranya yang menunggu di luar masuk ke dalam dan melihat Rajamala telah menjadi jasad. Mereka juga terbunuh oleh Bima atau Abilawa. Kesaktian mereka bertiga tidak dapat menandingi kesaktian Bima atau Abilawa. Hari berikutnya, Wirata geger dan Sarindri disidang oleh Raja Matsyapati. Namun, Sarindri dibebaskan sementara karena terdengar kabar pasukan kerajaan Hastina ingin menyerang Wirata. Pandawa bersaudara membantu Wirata dalam peperangan dan memenangkannya. Hastina sebenarnya adalah kerajaan tempat Pandawa bersaudara berasal. Di hari yang sama, masa hukuman yang harus mereka jalani telah habis. Pandawa dan Dewi Drupadi akhirnya tidak takut lagi menunjukkan identitas mereka yang sebenarnya di hadapan Wirata dan Hastina (Riantiarno, 2016: 110-114). Kisah Abilawa atau Bima dan Sarindri atau Dewi Drupadi di Wirata menjadi referensi pertunjukan wayang yang ditampilkan dalam video klip ini. Tokoh wayang wanita tampak menyentuh kepala tokoh wayang pria seperti kisah Sarindri membangunkan Abilawa untuk meminta bantuan. Cerita yang dialami Sarindri membangkitkan amarah Abilawa dan akhirnya ia bersedia berperan sebagai ‘jin’

Universitas Sumatera Utara 127

untuk menyelamatkan istrinya. Kesaktian hebat yang dimiliki Abilawa atau Bima bahkan mampu mengalahkan tiga orang sakti lainnya. Pertunjukan wayang menampilkan kisah yang diubah dari referensinya. Abilawa atau Bima yang terbangun malah menyerang ke arah Sarindri atau Dewi Drupadi. Kesaktian atau kekuatan ‘jin’ yang dimilikinya malah mengarah pada pasangannya sendiri. Tokoh wayang wanita tampak berhasil menghindari hal tersebut dan menyerang balik tokoh wayang pria. Dewi Drupadi dikenal sebagai wanita cantik, setia dan mampu bertahan dalam penderitaan apa pun namun bukan sebagai seorang memiliki kesaktian luar biasa. Sifatnya tampak diubah dalam pertunjukan tersebut menjadi seseorang yang akan bertindak dan membalas perbuatan buruk yang diterimanya. Dewi Drupadi memiliki gambaran sifat seperti tokoh utama wanita dalam video klip ini. Mereka digambarkan sebagai wanita dengan kecantikannya, setia pada pasangannya meskipun mereka menderita dan mampu bertahan. Pria yang bersama tokoh utama wanita dalam video klip ini seperti memiliki kekuatan atau sifat dari ‘jin’ yang diperankan oleh Abilawa atau Bima. Akan tetapi, kekuatan atau sifat tersebut malah mengarah pada orang yang seharusnya ia lindungi. Penderitaan yang dialami tokoh utama wanita jadi berasal dari pasangannya sendiri yang seharusnya melindunginya. Ia sebelumnya mampu bertahan dari penderitaan namun kemudian ia berhasil menghindarinya dan melakukan balas dendam atas perbuatan yang dilakukan pria yang bersamanya. Pertunjukan kesenian Debus kembali ditampilkan. Seni debus ini berkembang dan acara permainan yang dilakukan pun beragam, mulai dari atraksi mengiris badan, menusuk tubuh, mengoleskan api pada kulit, menginjak paku, menginjak bara api, berguling di atas serpihan beling, menyiram tubuh menggunakan air keras, hingga membakar diri dengan api. Walaupun melakukan atraksi berbahaya, pelaku kesenian ini tidak akan terluka dan merasakan sakit karena kekebalan tubuh yang sudah dipelajari sebelumnya (Nasution, 2019: 22-23). Debus tetap memiliki risiko besar yang dipertaruhkan oleh para penampilnya. Kesalahan atau kecelakaan saat pertunjukan bisa membuat mereka terluka atau bahkan kehilangan nyawa. Atraksi debus yang ditampilkan dalam scene ini hanya adegan menyemburkan api. Sebelumnya, adegan ini telah muncul dengan dua orang yang

Universitas Sumatera Utara 128

melakukannya saling berhadapan dan saling menyemburkan api ke atas kepala satu sama lain. Adegan dua orang penampil debus yang sebelumnya tampak saling menyemburkan api dapat diartikan sebagai gambaran konflik tidak tampak dari tokoh utama wanita dan pria yang bersamanya. Kali ini, hanya penampil debus yang berada di sebelah kiri gambar yang menyemburkan api. Api yang disemburkannya terlihat ke arah gambar diambil (kamera) sehingga ia tampak tertutup api. Jika posisi dua orang penampil debus diartikan sama dengan posisi tokoh wayang yang muncul sebelumnya dan posisi tokoh utama wanita dan pria yang bersamanya pada scene sebelumnya, penampil debus yang di sebelah kanan gambar ibarat merupakan tokoh utama wanita dan yang di sebelah kiri gambar ibarat merupakan pria pasangannya. Penampil debus di sebelah kiri gambar yang tampak tertutup api yang disemburkannya dapat diartikan seperti ia terkena api itu sendiri. Gambaran penampil debus yang tampak terkena apinya sendiri seperti risiko yang dapat terjadi dalam atraksi debus, yaitu terbakar oleh api yang dinyalakannya sendiri. Perbuatan berisiko yang dilakukannya seolah berbalik pada dirinya. Balas dendam tokoh utama wanita atas perbuatan pria yang bersamanya menjadi risiko dan konsekuensi yang akhirnya diterima pria tersebut. Seni pertunjukan Kuda Lumping yang kerap ditampilkan bersama kesenian Debus juga kembali ditampilkan. Kuda Lumping atau juga lazim disebut Jaran Kepang, Jaranan atau Jathilan adalah kesenian tradisional masyarakat Jawa berupa tarian menunggang kuda yang dimainkan sekelompok orang dengan iringan musik gamelan. Kepercayaan masyarakat pada masa lampau, yakni terkait bagaimana mereka melakukan pemujaan terhadap leluhur, maupun perwujudan sifat ketuhanan dilakukan dengan adanya tari. Tari ini pun menjadi komponen dari ritual yang memiliki fungsi dan simbolisasi tertentu (Radhia, 2014: 165-168). Penari kuda lumping yang ditampilkan sebelumnya hanya tampak jelas seorang diri. Kali ini, tiga penari kuda lumping tampak jelas melakukan gerakan lengkap dengan pakaian dan atribut yang sama. Jumlah tiga pria penari kuda lumping dapat diartikan sama dengan tiga penari wanita kontemporer yang muncul dalam video klip ini. Makna dalam tiga penari wanita kontemporer adalah bayang-bayang yang mengikuti seseorang. Berdasarkan jumlahnya, tiga pria penari kuda lumping dapat memiliki makna yang sama dengan

Universitas Sumatera Utara 129

tiga penari wanita kontemporer. Mereka juga melakukan gerakan yang gesit dan serempak seperti berguling ke depan. Kesamaan gerakan ini dapat diartikan bayang-bayang tidak membahagiakan yang mengikuti telah dalam kendali oleh orang yang di depannya. Gerakan berguling ke depan biasanya dilakukan oleh penari kuda lumping ketika dalam kondisi telah kerasukan sehingga mereka dapat melakukan hal di luar nalar. Keterkaitan gambaran ini dengan kisah tokoh utama adalah ia melakukan hal yang tidak biasa, yaitu ia yang sebelumnya hanya bertahan dapat melakukan balas dendam dengan pasangannya.

4.1.2.8 Analisis Visual Scene 8 (02.44-03.04)

Lirik Visual

Ikon 1 (02.47) [Beat Drop]

Ikon 2 (02.51)

Universitas Sumatera Utara 130

Ikon 3 (02.52)

Ikon 4 (02.55)

[Outro]

Ikon 5 (02.57) Tabel 4.8 Video Klip Musik “Lathi” Scene 8 Sumber: Olahan Peneliti dari Video Klip Musik “Lathi” Tokoh utama wanita yang berpakaian hitam berada di bawah curahan hujan yang turun dengan cukup deras. Ia melakukan gerakan dengan lepas meski tubuh dan pakaiannya basah. Selanjutnya, tiga penari wanita kontemporer ditampilkan sendiri satu demi satu. Mereka juga melakukan gerakan di bawah curahan hujan yang turun dengan cukup deras. Tarian kontemporer tetap mereka tampilkan meski tubuh dan pakaiannya basah akibat hujan. Gerakan mereka akhiri dengan berbeda antara satu sama lain. Akhir video, tokoh utama wanita tampak berdiri di samping pria yang terbaring di sampingnya. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam scene ini di antaranya, medium close-up shot pada ikon 1, medium pada ikon 2, medium close-up shot pada ikon 3 dan 4 dan long shot pada ikon 5.

Universitas Sumatera Utara 131

1) Tataran Denotatif Seorang wanita berambut panjang, memakai baju model kemban berwarna hitam dan aksesori di lehernya tampak berada di bawah curahan hujan yang turun dengan cukup deras. Ia sedikit merentangkan tangannya dan mendongakkan kepalanya menghadap ke atas seperti terlihat pada ikon 1. Gerakan tersebut ia lakukan secara luwes dengan ekspresi wajahnya tampak tersenyum menyeringai. Sosok wanita lain yang mengenakan kemban dan celana olahraga berwarna putih serta terdapat riasan hitam di wajahnya tampak berada di bawah curahan hujan yang turun dengan cukup deras juga. Ia membungkukkan badan dan merentangkan kedua tangannya seperti terlihat pada ikon 2. Pandangannya secara tegas menatap ke arah depan. Wanita berbeda yang berpenampilan sama juga tampak berada di bawah curahan hujan yang turun dengan cukup deras. Ia melakukan gerakan memutar balik tubuhnya sambil mengayunkan kedua tangannya seperti terlihat pada ikon 3. Seorang wanita berbeda lainnya yang berpenampilan sama juga tampak berada di bawah curahan hujan yang turun dengan cukup deras. Ia melakukan gerakan memutar balik tubuhnya sambil mengayunkan kepalanya. Wanita yang mengenakan baju model kemban berwarna hitam serta aksesori di leher dan tangannya tampak berdiri di bawah curahan hujan yang turun dengan cukup deras sambil dengan yakin menatap ke depan. Seorang pria berambut gondrong, mengenakan baju hitam dan celana panjang terbaring di sebelah wanita tersebut seperti terlihat pada ikon 5. Di belakang mereka, dedaunan kering tampak berserakan. Latar belakang dan lantai tempat mereka berada dapat dilihat berwarna putih meskipun dengan kondisi yang cenderung gelap. Kedipan cahaya beberapa kali mengarah pada mereka. 2) Tataran Konotatif Scene kedelapan video klip musik Lathi ini menceritakan akhir kisah tokoh utamanya. Karakter sisi lain tokoh utama wanita melakukan beberapa gerakan di bawah curahan hujan yang turun dengan cukup deras. Gerakan tubuhnya tampak seperti melepas perasaan lega meski dalam kondisi basah karena terkena curahan hujan. Ia juga tampak menunjukkan ekspresi tersenyum menyeringai saat sesekali melihat ke arah gambar diambil (kamera) seolah menunjukkan perasaannya. Asap

Universitas Sumatera Utara 132

hitam yang sebelumnya ada di dekatnya sebagai karakter bernuansa warna hitam tersebut tidak muncul lagi. Tiga penari wanita yang merupakan gambaran lain kisah tokoh utama kembali ditampilkan tidak bersamaan, melainkan dalam gambar sendiri-sendiri. Adegan ini bukan pertama kali mereka ditampilkan dalam gambar sendiri-sendiri. Sebelumnya, mereka hanya menampilkan kemampuan tarian kontemporer masing- masing sedangkan gerakan terakhir dalam adegan ini tampak memiliki sebuah makna. Gerakan terakhir yang mereka lakukan berbeda antara satu sama lain. Penari wanita pertama tampak melakukan gerakan membungkuk dan melihat ke arah gambar diambil (kamera) seolah kepada orang di hadapannya atau para penonton. Penari kedua tampak melakukan gerakan memutar tubuh dengan mengayunkan tangannya. Penari ketiga juga tampak melakukan gerakan memutar tubuh namun dengan mengayunkan kepalanya. Penari kedua dan ketiga cenderung tidak melihat ke arah gambar diambil (kamera) di hadapannya seolah menghindari pandangan pada orang di hadapannya atau penonton. Pria gondrong berbaju hitam kembali tampak terbaring tidak sadarkan diri di samping sisi lain tokoh utama wanita yang dalam posisi berdiri. Curahan hujan yang cukup deras juga tampak membasahi mereka. Tokoh utama wanita yang dalam posisi berdiri tampak menyeringai seolah pada orang yang di depannya. Guguran dedaunan dapat terlihat tidak ada lagi di atas tokoh utama wanita dan pria itu atau hanya tersisa di belakang mereka. Kedipan cahaya beberapa kali mengarah pada mereka seperti kilat yang muncul di cuaca mendung atau hujan. Tataran Mitos Sisi lain tokoh utama wanita ditampilkan di bawah curahan hujan yang cukup deras. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi menjelaskan mengenai hal tersebut. Ia mengibaratkan hujan yang turun sebagai badai atau kesedihan setelah melepas orang yang sebenarnya dicintai. Tokoh utama wanita diibaratkan tidak bisa langsung bersantai dan menikmati kebebasannya. Hujan seperti badai atau kesedihan yang harus dilewatinya. Hubungannya dengan pasangannya sedikit atau banyak pasti membekas dalam dirinya. Badai atau perasaan sedih itu adalah proses untuk benar-benar melepaskan

Universitas Sumatera Utara 133

pasangannya. Tubuh tokoh utama wanita dibasahi curahan hujan yang turun namun gerakan yang dilakukannya tampak lega dan menunjukkan ekspresi menyeringai. Ia seperti menikmati prosesnya dan dapat diartikan ia tidak mengalami kesulitan besar untuk melepas pasangannya bahkan ia cenderung seperti merasa bahagia. Asap hitam yang biasanya ada di dekat karakter sisi lain tokoh utama wanita sebelumnya telah dijelaskan bahwa itu digambarkan seperti hasrat untuk melakukan balas dendam. Pada scene ini, asap tersebut telah menghilang dan dapat diartikan ia telah melakukan balas dendam atas perbuatan pria yang bersamanya (Tim2one, 2020). Gerakan terakhir yang ditampilkan tiga penari wanita dalam gambar sendiri- sendiri berbeda satu sama lain. Seorang penari tampak membungkukkan badan dan menatap ke arah gambar diambil (kamera) seperti menatap penonton di depannya. Gerakan membungkuk berarti penting bagi penampil, khususnya pada pertunjukan Tari, Teater dan Opera. Makna yang terkandung di dalamnya seperti penampil menyampaikan kalimat “Saya berterima kasih atas perhatiannya” atau “Saya berterima kasih atas apresiasinya” kepada para penonton di akhir pertunjukan. Sebuah gerakan membungkuk seringnya dapat menunjukkan kepribadian seorang penampil seperti sombong, rendah hati, gugup atau malu. Bagi penampil solo wanita akan tampak bagus untuk menyilangkan satu kaki di belakang, rendahkan badan dan letakkan tangan pada posisi yang nyaman seperti membentangkan satu atau keduanya (Koner, 2013: Part 5). Wajah penari wanita yang membungkuk tersebut tidak dapat dipastikan menunjukkan bagaimana ekspresinya karena terganggu oleh curahan air hujan yang membasahi wajahnya. Namun, ia tampak tidak menunjukkan ekspresi tertentu sehingga tidak dapat dipastikan bagaimana kepribadiannya sebagai penampil. Berdasarkan fungsinya, gerakan membungkuk yang dilakukan seorang penari wanita tersebut menjadi penutup dari kisah dan pertunjukan dalam video klip Lathi. Sebelumnya, cahaya menyala di awal video menjadi pembuka video dan gunungan wayang kulit Jawa menjadi pergantian bagian cerita. Penari tersebut seperti gambaran lain dari tokoh utama wanita yang menutup kisahnya dari beberapa pertunjukan dengan makna di dalamnya yang memiliki kaitan satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara 134

Dua penari wanita lain melakukan gerakan memutar badan. Seorang penari melakukannya sambil mengayunkan tangan dan seorang lagi sambil mengayunkan kepala. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa jika seorang penari dari tiga penari wanita tersebut merupakan gambaran tokoh utama wanita, maka dua orang penari lainnya adalah bayang-bayang yang tidak membahagiakan dari orang lain. Tokoh utama wanita telah memutuskan hubungannya dengan pasangannya. Gerakan memutar tersebut dapat diartikan seperti bayang-bayang tidak membahagiakan dari pasangannya mengalihkan diri dari tokoh utama wanita, termasuk di dalamnya segala perbuatan yang dilakukan oleh pasangan tokoh utama wanita yang digambarkan dengan ayunan tangan atau niat yang terpikir olehnya yang digambarkan dengan ayunan kepala oleh dua penari wanita tersebut. Pada gambar terakhir, dedaunan kering yang berserakan hanya ada di belakang tokoh utama wanita dan pria yang terbaring di samping. Penempatan dedaunan kering itu biasanya dekat tokoh utama wanita ataupun tiga penari wanita kontemporer hingga penampil Kuda Lumping dan Debus. Sebelumnya telah dijelaskan dedaunan kering tersebut diartikan oleh pengarah video seperti halaman rumah yang tidak dibersihkan oleh siapapun atau sebagai gambaran perasaan kesepian tokoh utama wanita. Perasaan tersebut dapat diartikan telah menjauh darinya karena dedaunan kering berserakan itu tidak lagi di dekatnya. Karakternya telah berubah menjadi sosok yang lebih kuat dan tidak lagi merasa kesepian. Kedipan cahaya pada gambar terakhir tampak seperti kilat yang biasanya muncul saat cuaca mendung atau hujan. Hal ini menguatkan ditampilkannya curahan air yang deras sehingga tampak seperti hujan badai. Kilat saat cuaca mendung atau hujan dapat diartikan adanya aliran listrik yang sesekali mengalir di antara awan-awan dan menghasilkan kedipan cahaya. Jika dikaitkan dengan sisi lain tokoh utama wanita, ia juga memiliki kekuatan aliran listrik. Tokoh utama wanita akhirnya berhasil melakukan balas dendam pada pria yang sudah bukan lagi pasangannya terlihat pada gambar terakhir ia berdiri di samping pria itu yang sudah tidak sadarkan diri. Pria tersebut dapat diartikan tidak sadarkan diri karena sesuai dengan penjelasan sebelumnya saat sisi lain tokoh utama wanita mengarahkan kekuatannya untuk menyerang pria tersebut diartikan seperti ia menyerang alam bawah sadarnya. Efeknya tampak tidak sampai

Universitas Sumatera Utara 135

membuatnya tidak bisa memiliki kesadaran lagi atau mati. Jika dilihat lebih jelas, masih terlihat pergerakan pada perutnya seperti akibat proses pernafasan. Pada dasarnya, ia merupakan aktor yang berpura-pura tidak sadarkan diri sesuai dengan arahan yang diberikan. Gambar terakhir tersebut hanya berlangsung 10 detik. Sesuatu yang tidak mustahil bagi manusia untuk menahan nafas selama itu jika pengarah video ingin membuatnya seperti telah menjadi mayat. Ia juga tergeletak dalam posisi perut di atas seolah pengarah video tetap ingin menunjukkan detail tersebut kepada penonton. Tokoh utama wanita tampak menyeringai di sampingnya sehingga dapat timbul dugaan ia membunuh pria itu. Detail pria tersebut masih bernafas menjadi bukti yang dapat ditemukan sehingga dugaan adegan tersebut seperti pembunuhan terbantahkan.

4.2 Pembahasan Komunikasi massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi. Walaupun komunikasi massa merujuk pada surat kabar, video, CD-ROM dan radio, pembahasan melebar hingga media baru (new media) yang terdiri atas teknologi berbasis komputer. Media baru adalah penggabungan antara teknologi telekomunikasi, teknologi komputer dan teknologi media massa dan merupakan konvergensi media. Media sosial menjadi salah satu media yang paling populer digunakan oleh para pengguna media baru. Secara terminologi, istilah media sosial merujuk kepada penggunaan teknologi mobile dan berdasarkan web untuk mengubah komunikasi ke dalam bentuk dialog interaktif. Pengguna internet pasti sudah akrab dengan media sosial Youtube. Sebagai komunitas online, YouTube memperbolehkan siapa pun untuk memproduksi dan mengunggah konten video dan kemudian menyebarkannya pada dunia dalam forum publik. Video klip musik “Lathi” karya Weird Genius feat. Sara Fajira diunggah tanggal 26 Maret 2020 pada media sosial YouTube. Hingga bulan Januari 2021, video klip tersebut telah ditonton lebih dari 103 juta kali. YouTube sebagai media sosial dapat mencakup khalayak luas hanya dengan menggunakan perangkat yang memiliki akses internet.

Universitas Sumatera Utara 136

Produksi audio video atau video klip adalah salah satu media penyampaian informasi yang sangat ideal dalam menyampaikan sebuah ide, pesan dan citra sebuah lagu kepada para penontonnya. Video klip musik Lathi yang telah diunggah di YouTube membuat ide, pesan dan citra video tersebut dapat tersampaikan pada khalayak luas. Namun, video klip yang hanya berdurasi 3 menit 7 detik tersebut bisa dimaknai berbeda oleh penonton yang berbeda. Weird Genius dan Sara Fajira sempat melakukan wawancara online eksklusif yang ditayangkan di channel YouTube Inspirasi Musik KompasTV. Eka Gustiwana sebagai salah satu anggota Weird Genius memberi tanggapan mengenai makna video klip musik Lathi. Ia mengatakan seni dapat diinterpretasi berbeda-beda oleh setiap orang dan tidak mutlak untuk seseorang (Inspirasi Musik, 2020). Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi, adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Ilmu ini pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Kajian semiotika atau semiologi Roland Barthes digunakan dalam penelitian ini untuk memaknai tanda-tanda yang ada pada video klip musik Lathi. Metode analisis semiotika Roland Barthes memiliki dua tataran, yaitu denotatif dan konotatif dengan penanda dan petanda di dalamnya. Pada tataran kedua atau konotatif, Barthes menambahkan tataran mitos yang merupakan ideologi yang ada dalam suatu kelompok masyarakat. Objek yang dianalisis secara khusus adalah lirik dan visual video klip musik Lathi. Terdapat beberapa adegan (scene) yang ditampilkan di dalamnya. Adegan- adegan tersebut menceritakan bagian-bagian dari cerita yang ingin disampaikan. Berdasarkan alur kisah serta tokoh maupun objek yang ditampilkan, peneliti membagi adegan-adegan tersebut menjadi 8 (delapan) scene. Jumlah scene dan gambar-gambar dipilih karena telah mewakili makna secara keseluruhan. Pada saat yang sama sesuai dengan visual yang ditampilkan, peneliti juga menganalisis lirik lagu Lathi yang terdengar dinyanyikan oleh Sara Fajira. Konsep video klip musik Lathi tampak seperti sebuah pertunjukan hiburan di tempat yang sama, yaitu di ruang dengan latar belakang dan lantai berwarna putih.

Universitas Sumatera Utara 137

Pembukaan pertunjukan ditandai dengan sebuah lighting cue, yaitu munculnya cahaya terang yang menyinari ruang tersebut hingga tampak seeorang wanita berdiri sendirian. Tokoh utama wanita tersebut diperankan langsung oleh Sara Fajira. Ia seolah menceritakan kisahnya dengan seorang pria yang bersamanya dengan menyanyikan lirik lagu Lathi. Kehadiran sosok seorang pria membuat wanita tersebut tidak lagi sendirian. Mereka menjalin hubungan dalam sebuah ikatan yang dapat dikatakan sebagai pacaran. Awalnya wanita tersebut merasa bahagia namun sikap pria tersebut berubah. Pelukan erat sosok pria yang menunjukkan kasih sayangnya digambarkan seolah berubah menjadi rantai yang mengekang hingga menyakiti tokoh utama wanita. Hal tersebut seperti menggambarkan kekerasan emosional dan kekerasan fisik yang diterima oleh tokoh utama wanita. Situasi yang dialami tokoh utama wanita mengindikasikan ia berada dalam hubungan yang tidak sehat (toxic relationship). Dalam lirik yang dinyanyikannya, ia menegaskan bukan penderitaan itu yang ia inginkan dari hubungannya dengan pria yang bersamanya. Tokoh utama wanita merupakan tokoh protagonis yang nilai dan norma pada dirinya seolah terasa dekat dengan keadaan sebenarnya di dunia nyata. Dalam wawancara oleh Chandra Liow yang diunggah dalam channel YouTube Chandra Liow, Vicky Firdaus selaku direktur atau pengarah video klip musik Lathi menjelaskan mengenai bahwa kisah tokoh utama wanita dan sosok pria yang bersamanya dibuatnya dari melihat yang terjadi pada ABG (Anak Baru Gede/sebutan untuk kalangan remaja) di Indonesia. Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyaknya hubungan pacaran pada ABG di Indonesia namun hubungan pacaran tersebut bersifat tidak sehat karena ada yang merasa tersakiti di dalamnya atau hubungan tidak sehat yang disebut toxic relationship. Berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2020 dan 2021 oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, kasus Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) terhadap perempuan di Indonesia yang tercatat lebih dari 1.000 kasus setiap tahunnya. Angka ini belum termasuk kasus yang tidak dilaporkan. Kisah tokoh utama wanita menjadi fokus utama dalam video klip musik Lathi. Sebaliknya, kisah tidak berpihak pada sosok pria yang bersamanya. Pria tersebut digambarkan memiliki konotasi negatif seperti berambut gondrong dan memakai

Universitas Sumatera Utara 138

baju hitam. Ia merupakan tokoh antagonis atau pelaku yang menyebabkan konflik dengan berbuat jahat terhadap tokoh utama wanita yang menjadi korbannya. Awalnya tokoh utama wanita tidak melakukan perlawanan dan bertahan meski berulang kali menderita dalam hubungannya yang tidak sehat. Gunungan dalam pertunjukan wayang kulit diputar oleh seorang dalang menjadi tanda pergantian babak cerita tokoh utama wanita dalam video klip musik Lathi. Ia mulai berusaha melakukan perlawanan atas dominasi pria yang bersamanya seperti gerakan feminisme yang menentang penindasan terhadap wanita atas adanya sistem patriarki. Dalam lirik yang dinyanyikannya, hasil akhir yang disimpulkan tokoh utama wanita bahwa kisah cintanya merupakan keuntungan sekaligus kutukan. Penderitaannya adalah kutukan yang menyakitkan dan keuntungan yang didapatnya pengalaman tersebut telah mengubah dirinya. Perubahan watak tokoh utama wanita akibat konflik yang dialaminya menandakan ia termasuk tokoh dinamis atau berkembang. Karakter tokoh utama wanita mengalami perubahan drastis secara penampilan. Ia juga mendapatkan kekuatan di luar nalar. Sebuah adegan yang menampilkan tiga wanita penari kontemporer melakukan gerakan penyembahan membuat argumen bahwa kekuatan di luar nalar tokoh utama wanita didapat dari menyembah setan. Penyembahan dipahami sebagai bentuk penghormatan terhadap Sang Pencipta. Dalam wawancara oleh Ayu Gurnitha dalam channel YouTube miliknya, Chenace yang merupakan koreografer dari tarian tersebut mengatakan gerakan tersebut seperti awal ritual menyembah sesuatu namun bukan seperti yang disangkakan. Gerakan tersebut hanya bertujuan untuk mendapatkan vibe (getarannya) saja atau dapat diartikan menimbulkan nuansa sakral (Gurnitha, 2020). Perlawanan tokoh utama wanita tidak hanya untuk terlepas dari hubungan yang tidak sehat namun ia memiliki hasrat untuk melakukan balas dendam terhadap pelaku yang menyakitinya. Hasrat balas dendam itu digambarkan dengan asap hitam yang ada di sekitar tokoh utama wanita. Asap hitam itu dibuat pada tahap video editing dengan menggunakan visual effects (VFX). Balas dendam tokoh utama wanita tidak digambarkan dengan lilitan rantai atau luka berdarah pada sosok pria yang bersamanya. Tokoh utama wanita mengarahkan kekuatan listrik yang dimilikinya untuk menyerang kesadaran pria tersebut. Kekuatan listrik dan efek

Universitas Sumatera Utara 139

yang terjadi pada pria yang bersama tokoh utama wanita juga dibuat pada tahap video editing dengan menggunakan visual effects (VFX). Selain video editing, video klip musik Lathi menggunakan beberapa ragam teknik pengambilan gambar seperti medium shot, full shot dan long shot. Pencahayaan dari setiap adegan juga memiliki tinggi rendah yang berbeda. Kombinasi teknik-teknik sinematografi tersebut menghasilkan dramatisasi visual yang menarik. Alur cerita dan penggambaran tokoh dalam video klip musik Lathi memiliki kemiripan dengan film-film horor di Indonesia. Struktur naratif film horor tahun 1970an dimulai dari desa harmonis tempat tinggal protagonis perempuan. Suatu hari, seorang antagonis (selalu laki-laki) akan mencoba untuk menghancurkan kehidupan protagonis perempuan. Dia akan mencoba untuk memisahkan protagonis (diwakili sebagai perempuan yang benar secara moral, religius, cantik) dari pasangannya (biasanya keturunan Eurasia, tampan, berkualitas pahlawan). Antagonis akan membunuh perempuan itu saat dia mencoba memperkosanya. Protagonis perempuan kemudian mati dan menjadi hantu, berusaha untuk membalas kematiannya. Ia akan memiliki kekuatan gaib dan mulai membunuh orang jahat itu dan mencabik-cabik tubuh korbannya untuk menghisap darahnya. Di akhir narasi, ustaz akan datang menyelamatkan hantu itu dari alam baka, dengan mengembalikan ruhnya (ke surga, menurut ajaran Islam). Setiap pembuat film horor Indonesia selalu menyatakan bahwa film mereka didasarkan atau setidaknya, terinspirasi oleh peristiwa nyata, atau kisah nyata. Kisah-kisah tentang perempuan yang diperkosa dan dibunuh oleh pacarnya tidak asing lagi bagi penonton Indonesia. Di koran, perempuan korban pembunuhan atau bunuh diri disajikan secara grafis dalam berita setiap hari (Kusumaryati, 2016). Menurut Huggan (dalam Kusumaryati, 2016), cerita-cerita hantu mungkin efektif sebagai sarana revisionisme sejarah atau sebagai sarana yang dengannya sejarah-sejarah yang tertindas dapat dibawa kembali ke permukaan. Untuk kasus Indonesia, dengan kisah perempuan yang muncul di layar kaca sebagai sosok perempuan yang aneh. Mereka membawa serta sejarah yang tertutup, "mereka berfungsi sebagai agen untuk rekonstruksi memori sejarah.” Lirik lagu “Lathi” hampir seluruhnya menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia untuk dianalisis. Akan tetapi, pesan utama dari

Universitas Sumatera Utara 140

lirik yang dinyanyikan oleh Sara Fajira yang juga menjadi tokoh utama wanita dalam video klip Lathi terdapat pada kalimat yang berbunyi “Kowe ra iso mlayu saka kesalahan. Ajining diri ana ing lathi”. Widodo, seorang ahli bahasa Jawa dan dosen Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang, mengungkapkan kalimat tersebut jika diterjemahkan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia memiliki arti “Kamu tidak bisa menghindar dari kesalahan. Harga diri itu terdapat di ucapan”. Seseorang dalam hidup ini tidak bisa lari dari karma atas kesalahan yang diperbuatnya meskipun waktunya tidak bisa diketahui secara pasti. Sebuah peribahasa Jawa yang berbunyi “Ajining diri saka lathi” tampak menjadi referensi lirik tersebut. Peribahasa ini digunakan oleh masyarakat suku Jawa sebagai pedoman hidup karena mengandung makna bahwa harga diri seseorang itu terlihat dari mulutnya (ucapannya). Ucapannya akan menjadi cermin pribadinya. Balas dendam yang dilakukan tokoh utama wanita menjadi karma yang langsung diterima oleh pria yang bersamanya (Widodo, komunikasi personal melalui e-mail, Maret 29, 2021) Penggunaan bahasa daerah Indonesia, khususnya Jawa, dan bahasa universal pada lirik lagu Lathi menjadi identitasnya menggabungkan dua unsur budaya yang berbeda. Hal tersebut juga terdapat pada visual video klip Lathi. Tiga penari wanita menampilkan tarian kontemporer sebagai budaya dari luar Indonesia. Budaya dari dalam Indonesia yang ditampilkan semua berasal dari daerah Jawa seperti tari Jaipongan, Wayang Kulit, Kuda Lumping dan Debus. Semua seni pertunjukan tersebut merupakan gambaran lain yang di dalamnya memiliki makna terkait dengan kisah tokoh utama wanita. Seorang wanita kontemporer yang membungkuk dan membentangkan kedua tangannya sambil menatap ke arah depan (kamera) seperti kepada penonton menjadi penanda akhir dari pertunjukan dalam video klip Lathi. Gerakan tersebut biasanya dilakukan oleh para penampil pada akhir pertunjukan Tari, Teater dan Opera untuk berterima kasih atas perhatian penonton. Balas dendam yang dilakukan tokoh utama wanita terhadap pasangannya dapat menimbulkan argumen untuk melakukan pembunuhan karena gambar terakhir video klip Lathi. Tokoh utama wanita tidak membunuh pria yang bersamanya tersebut, melainkan hanya membuatnya tidak sadarkan diri atau dapat diartikan menyadarkannya atas perbuatan yang telah dilakukannya.

Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis semiotika Roland Barthes pada lirik dan visual video klip musik “Lathi” karya Weird Genius featuring Sara Fajira, peneliti membuat simpulan sebagai berikut: 1. Video klip musik “Lathi” memiliki konsep seperti sebuah pertunjukan dengan adanya penanda awal, pertengahan dan akhir cerita. Isinya mengisahkan tentang seorang wanita yang menjadi korban dalam hubungan yang tidak sehat (toxic relationship). Cerita tidak berpihak pada karakter pria karena meskipun ia tampak memberikan kasih sayang pada pasangannya, tetapi hal tersebut berubah. Penderitaan fisik maupun mental dari pria tersebut terhadap pasangannya digambarkan secara tersirat tidak dalam bentuk aksi secara langsung. Konflik tersebut membuat watak tokoh utama wanita berkembang dari pasrah menjadi berani bertindak seperti paham feminisme yang membantah sistem patriarki. Korban penindasan harus bertindak agar dapat selamat. Secara visual dari video klip musik tersebut, korban bahkan dapat langsung melakukan balas dendam terhadap pelaku sebagai bentuk hukuman karena orang yang melakukan kesalahan dianggap pantas menerima hukuman. 2. Lirik dan visual video klip musik “Lathi” memiliki keterkaitan satu sama lain namun tidak sepenuhnya. Visual video klip tersebut menggambarkan lirik lagunya yang berisi perubahan yang tidak diinginkan. Awal hubungan antara tokoh utama wanita dan pasangannya tampak bahagia namun berubah menjadi penderitaan. Pria tersebut mengingkari ungkapan kasih sayangnya pada tokoh utama wanita yang ditampilkan secara visual. Hal ini berkaitan dengan lirik yang memiliki arti harga diri seseorang ada pada ucapannya. Jika ia mengingkari ucapannya, berarti buruk juga pribadinya. Lirik lagu tersebut bermakna seseorang yang berbuat salah akan mendapatkan karma tanpa menjelaskan bagaimana karma tersebut. Namun, visual video klip tersebut menampilkan balas dendam dari wanita yang menjadi korban sebagai bentuk karma yang ada pada liriknya. Lirik dan visual video klip musik “Lathi” juga 141 Universitas Sumatera Utara

142

memiliki keterkaitan karena masing-masing memiliki unsur gabungan antara budaya dari luar Indonesia dan budaya daerah Indonesia, yaitu Jawa.

5.2 Saran Berdasarkan hasil analisis semiotika Roland Barthes terhadap lirik dan visual video klip musik “Lathi” karya Weird Genius featuring Sara Fajira dan simpulan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian selanjutnya dapat membahas makna musik dari video klip Lathi yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Metode analisis semiotika atau metode analisis lain juga dapat digunakan untuk menemukan hasil berbeda atau melengkapi penelitian ini. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian terkait pemaknaan lirik atau visual video klip musik khususnya bagi penelitian studi Ilmu Komunikasi. 2. Secara teoretis, semiotika disarankan bagi penelitian lain yang perlu melakukan analisis video klip musik. Semiotika sendiri tidak hanya sekedar pandangan subjektif peneliti saja yang dianggap liar namun mempunyai batas-batas yang didukung oleh pandangan ahli dan literatur. Analisis semiotika dapat mempertajam kemampuan peneliti khususnya mahasiswa dalam menganalisis dan mengungkap gejala atau fenomena yang terkait dengan dunia Ilmu Komunikasi. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini disarankan dapat menjadi pandangan ilmiah atas bias makna dalam lirik dan visual video klip musik Lathi. Industri musik dapat membuat makna tersirat atau secara tidak langsung untuk menarik perhatian penikmatnya namun tetap dalam batasan tertentu. Pandangan subjektif dari setiap orang dapat menimbulkan makna berbeda dari makna sebenarnya yang dimiliki sebuah konten audiovisual media. Perdebatan di masyarakat akan membuat popularitas sebuah karya industri musik meningkat. Kasus tersebut mengharuskan penikmat lagu atau video klip harus lebih cermat dan bersifat objektif untuk memaknai suatu karya industri musik.

Universitas Sumatera Utara

Daftar Referensi Aditia, A. (2020, Maret 1). Weird Genius Rilis Lagu Baru dengan Bahasa Jawa Kuno. Kompas. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2020 pukul 21.55 dari https://www.kompas.com/hype/read/2020/03/01/142124466/weird-genius- rilis-lagu-baru-dengan-bahasa-jawa-kuno?page=all Ardhianita, Iis & Budi Andayani. (2005). Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi, 32(2), 101-111. doi:10.22146/jpsi.7074 Astarina, S. (2017, Mei 17). Berkenalan dengan Weird Genius, Grup Musik Elektronik Ala Indonesia. Kompas. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020 pukul 11.22 dari https://entertainment.kompas.com/read/2017/05/17/102255910/berkenalan.d engan.weird.genius.grup.musik.elektronik.ala.indonesia Bangsawan, Irwan P.R. (2018). Kamus Peribahasa. Banyuasin: Penerbit Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata. Budiman, Hikmat. (2002). Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Dalimoenthe, Ikhlasiah. (2020). Sosiologi Gender. Rawamangun: PT Bumi Aksara Dewanand. (2010). Holland: Paradise or Hell (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Holland_Paradise_or_Hell/_D_p3F pPG9UC?hl=id&gbpv=0 Djamal, Hidajanto & Andi Fachruddin. (2011). Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah Organisasi,, Operasional, dan Regulasi Edisi 2. Jakarta: Kencana. Djohan. (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher. Dodig, Ruzica. (2014). Video Music In Education And Promotion (Master’s Thesis, Accademia di Belle Arti di Brescia Santa Giulia, Lombardy, Italy). Diambil dari http://sm-provincijalat.hr/wp-content/uploads/2015/01/Music-VIdeo.pdf Dowling, Elizabeth M. & George Scarlett. (2006). Encyclopedia of Religious and Spiritual Development (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Encyclopedia_of_Religious_and_S piritual/7mA5DQAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Endra, Febri B.S. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian (Statistika Praksis). Sidoarjo: Penerbit Zifatama Jawara. Fachruddin, Andi. (2015). Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi. Yogyakarta: CV Andi Offset. Febriastuti, S. (2020, Juni 8). Ustaz Malaysia Sebut Lathi Lagu Setan, Ditantang Reza Arap Langsung Minta Maaf. Minews. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2020 pukul 21.00 dari https://www.minews.id/viral/ustaz-malaysia-sebut- lathi-lagu-setan-ditantang-reza-arap-langsung-minta-maaf Fitrah, Muh. & Luthfiyah. (2017). Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: Jejak Publisher. Gora, Radita. (2019). Riset Kualitatif Public Relations. Surabaya: Jakad Publishing. Gurnitha, Ayu. (2020, 11 Juni). Arti di Balik Tarian Lathi – Q&A Session with Lathi’s Choreographer. Diakses pada tanggal 8 Desember pukul 21.07 dari https://www.youtube.com/watch?v=svbAoNcQojU 143 Universitas Sumatera Utara

144

Hamid, Farid & Heri Budianto. (2011). Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Kencana. Haryanto, Hartono Ruslijanto & Datu Mulyono. (2000). Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah: Buku Ajar Untuk Mahasiswa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Heriwibowo, Yudhi. (2008). YouTube: A Success Story. Yogyakarta: B-first. Hermawan, Anang. (2011). Mix Methodolgy Dalam Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Mata Padi Pressindo. Hiriansah. (2019). Ready for Research: Principles and Practices. Pasuruan: Qiara Media Partner. Ida, Rachma. (2014). Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya. Jakarta: Kencana. Inspirasi Musik. (2020, 7 Juni). "Lathi" Moment with Weird Genius feat. Sara Fajira - Musik Eksklusif Kompas TV. Diakses pada tanggal 31 Oktober pukul 10.30 dari https://www.youtube.com/watch?v=2fIUZ81bCE8&list=WL&index=13 Irawan, Sandi, A. Totok Priyadi & Henny Sanulita. (2014). Struktur dan Makna Mantra Kuda Lumping. Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Khatulistiwa, 3(6), 1-12. Jaeni. (2014). Kajian Seni Pertunjukan dalam Perspektif Komunikasi Seni. Bogor: PT Penerbit IPB Press. Jenkins, Henry, Sam Ford & Joshua Green. (2013). Spreadable Media: Creating Value and Meaning in a Networked Culture. New York: NYU Press. Jubilee Enterprise. (2010). Berburu Musik dan Video di Internet. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Julianto, Very, Rara A., Shinta S., & Eka S. (2020). Hubungan Antara Harapan dan Harga Diri Terhadap Kebahagiaan Orang yang Mengalami Toxic Relationship dengan Kesehatan Psikologis. Jurnal Psikologi Integratif, 8(1), 103-115. Jumantri, Muhammad Caesar & Trianti Nugraheni. (2020). Pengkajian Gaya Busana Tari Jaipongan Karya Sang Maestro. Jurnal Seni Budaya, 4(1), 9-15. doi:10.24114/gondang.v4i1.16324 Junining, Esti. (2018). Strategi dan Kiat Praktis Penerjemahan. Malang: UB Press. Karakurt, Gunnur & Kristin E. Silver. (2013). Emotional abuse in intimate relationships: The role of gender and age. Violence Vict, 28(5), 804-821. doi: 10.1891/0886-6708.VV-D-12-00041 Kim, Eundeok, Ann Marie Fiore & Hyejeong Kim. (2011). Fashion Trends: Analysis and Forecasting. London: Berg, Knox, David, Caroline Schacht, & I. Joyce Chang. (2019) Choice in Relationships (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Choices_in_Relationships/V_C9Dw AAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. (2020). Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan. Diambil dari https://komnasperempuan.go.id/download-file/361 ______. (2021). Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan. Diambil dari https://komnasperempuan.go.id/uploadedFiles/1466.1614933645.pdf

Universitas Sumatera Utara 145

Koner, Pauline. (2013) Elements of Performance: A Guide for Performers in Dance, Theatre and Opera. New York: Routledge. Kuhn, Annette & Guy Westwell. (2012). Oxford Dictionary of Film Studies. Oxford: Oxford University Press. Kurniawan. (2008). Semiologi Roland Barthes. Magelang: Penerbit Yayasan IndonesiaTera. Kurniawan, Agus. (2018). Mengenal Tokoh Wayang: Seri A. Sukorejo: Agus Kurniawan. Kushartanti, Untung Yuwono & Multamia R.M.T. (2007). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kusumaryati, Veronika. (2016, Maret 15). The Feminine Grotesque in Indonesian Horror Films. CinemaPoetica. Diakses pada tanggal 27 Juni 2021 pukul 11.15 dari https://cinemapoetica.com/the-feminine-grotesque-in-indonesian- horror-films/#_edn21 Lantowa, Jafar, Nila Mega Marahayu, & Muh. Khairussibyan. (2017). Semiotika Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Penelitian Sastra. Sleman: Deepublish Publisher. Latief, K. P. (2020, Juli 13). Profil Personel Weird Genius, Capai Kesuksesan Berkat Lagu Lathi. Harapan Rakyat. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020 pukul 21.55 dari https://www.harapanrakyat.com/2020/07/profil-personel- weird-genius/ Lee, Morgan. (2018). Toxic Relationship: 7 Alarming Signs that You Are in A Toxic Relationship (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Toxic_Relationships/FZySDwAAQ BAJ?hl=id&gbpv=0 Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana. Loita, Aini. (2018). Simbol-Simbol dalam Gunungan Wayang Kulit Jawa. Jurnal Pendidikan Seni, 1(2), 60-65. Margareta, Harnita P. (2014). Pembuatan Video Klip Lagu “Terlalu Lama“ Berkonsep Multiplex Dengan Berbasis Multimedia. Jurnal Speed, 6(24), 44- 50. doi:10.3112/speed.v6i4.1059 Morissan. (2019). Riset Kualitatif. Jakarta: Kencana. Mukhtazar. (2020). Prosedur Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Absolute Media. Muslim. (2015). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, dan Jenis Penelitian dalam Ilmu Komunikasi. Wahana, 1(10), 77-85. Nasrullah, Rulli. (2014). Teori dan Riset Media Siber. Jakarta: Pranamedia Group. Nasution, Fitri Haryani. (2019). 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Penerbit Bhuana Ilmu Populer. Nazaruddin, Kahfie. (2015). Pengantar Semiotika. Yogyakarta: Graha Ilmu. Osgood, Ronald J. & M. Joseph Hinshaw. (2014). Visual Storytelling: Videography and Post Production in the Digital Age. Boston: Wadsworth Cengage Learning. Pusat Data dan Analisa Tempo. (2019). Gebrakan Musik Digital – Teknologi (e- book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Gebrakan_Musik_Digital_Teknolog i/SnzUDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Universitas Sumatera Utara 146

Putri, E.R. (2020, Juni 28). Sara Fajira. Tribunnewswiki. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2020 pukul 11.12 dari https://www.tribunnewswiki.com/2020/06/28/sara-fajira Rachman, Y. (2020, Juni 17). Mengenal Sara Fajira, Sosok Viral di Video “Lathi”. Antara News. Diakses pada tanggal 17 Oktober pukul 11.14 dari https://www.antaranews.com/berita/1559300/mengenal-sara-fajira-sosok- viral-di-lagu-lathi?page=all Raco, J.R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo. Radhia, Hanifati Alifa. (2016). Dinamika Pertunjukan Jaran Kepang di Kota Malang. Jurnal Kajian Seni, 02(02): 164-177. doi:10.22146/jksks12140 Rahim, A. (2020, Juni 29). Cover Lathi Versi Luar Negeri Mana Yang Bahasa Jawanya Paling Fasih. Gensindo Sindonews. Diakses pada 29 Agustus 2020 pukul 16.30 dari https://gensindo.sindonews.com/read/84779/700/cover- lagu-lathi-versi-luar-negeri-mana-yang-bahasa-jawanya-paling-fasih- 1593414367 Reis, Harry. (2009). Encyclopedia of Human Relationships (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Encyclopedia_of_Human_Relations hips/nHiHCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Rich, Jason R. (2016). My Digital Entertainment for Seniors (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/My_Digital_Entertainment_for_Sen iors_Cov/Iv2jCwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Riantiarno, N. (2016). Mahabarata Jawa. Jakarata: Grasindo. Rokhmansyah, Alfian. (2016). Pengantar Gender dan Feminisme. Yogyakarta: Garudhawaca. Romli, Khomsahrial. (2016). Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo. Rorong, Michael J. (2020). Fenomenologi. Sleman: Deepublish Publisher. Rukin. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Kualitatif/G yWyDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Rukmananda, N. (2020, Agustus 15). Tembus 150 Juta Download, Weird Genius Dipasang di Times Square, New York. VOA Indonesia. Diakses pada tanggal 15 Februari pukul 10.49 dari https://www.voaindonesia.com/a/tembus- 150-juta-download-weird-genius-dipasang-di-times-square-new- york/5544650.html Sakrie, Denny. (2015). 100 Tahun Musik Indonesia. Jakarta Selatan: Penerbit Gagasmedia. Sayidah, Nur. (2018). Metodologi Penelitian Disertai dengan Contoh Penerapannya dalam Penelitian. Sidoarjo: Zifatama Jawara. Semedhi, Bambang. (2011). Sinematografi – Videografi: Suatu Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Shalihah, N. F. (2020, Juni 9). Mengapa Lathi Challenge Ramai di Indonesia? Ini Penjelasan Psikolog. Kompas. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2020 pukul 19.55 dari https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/09/173200065/mengapa-lathi- challenge-ramai-di-indonesia-ini-penjelasan-psikolog?page=all Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Universitas Sumatera Utara 147

Stevenson, Angus. (2011). Concise Oxford Dictionary of English. New York: Oxford University Press. Stokes, Jane. (2003). How To Do Media Cultural And Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian dan Budaya. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Sugono. (2009). Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sujoko, Anang, Muhtar Haboddin, & La Ode Machdani Afala. (2020). Media dan Dinamika Demokrasi. Jakarta: Kencana. Suwanto, Musthofa A. (2020). Sinematografi Pelajar (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/SINEMATOGRAFI_PELAJAR/tyv dDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Tambayong, Yapi. (2016). 123 Ayat Tentang Seni (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/123_Ayat_Tentang_Seni/L8NmDw AAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Tim2one, Chandra Liow. (2020, 28 Mei). Reaksi Editor Indonesia 18: Weird Genius - Lathi. Diakses pada tanggal 16 November pukul 21.52. dari https://www.youtube.com/watch?v=U5mfgOF_7OE&list=WL&index=18 Trisnawati, Tri Yulia. (2011). Fashion Sebagai Bentuk Ekspresi Diri dalam Komunikasi. The Messenger, 3(1), 36-47. doi:10.26623/themessenger.v3i2.268 Umrati, & Hengki Wijaya. (2020). Analisis Data Kualitatif: Teori Konsep dalam Penelitian Pendidikan. Makassar: Sekolah Tinggi Thologia Jaffray. Untara, Wahyu. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Lengkap dan Praktis (e- book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Kamus_Bahasa_Indonesia/bOobDQ AAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Van Prooijen, Jan-Willem. (2018). The Moral Punishment Instinct. New York: Oxford University Press. Vitu, A.E.K. & Caroline P. (2020, Juli 1). Berkat Lathi, Weird Genius Kalahkan Rekor Spotify Hindia. Kumparan. Diakses pada tanggal 28 agustus 2020 pukul 21.40 dari https://kumparan.com/kumparanhits/berkat-lathi-weird-genius-kalahkan- rekor-spotify-hindia-1tiJ0csVd6s/full Wahana Komputer. (2008). Video Editing dan Video Production. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Wahjuwibowo, Indiwan S. (2018). Semiotika Komunikasi –Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Ed.3). Jakarta: Mitra Wacana Media. Wahyuni, Isti N. (2014). Komunikasi Massa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wardhana, Lingga & Nuraksa Makodian. (2010). Technopreneur. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Wati, Juni S.R. (2016). Kepemilikan Media dan Ideologi Pemberitaan. Sleman: Deepublish Publisher.

Universitas Sumatera Utara 148

Wayan, A. K. (2020, Juni 22). Diklaim Ritual Mistis Untuk Panggil Setan, MUI Malaysia: Muslim Yang Lakukan Lathi Challenge Berdosa. Pikiran Rakyat. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2020 pukul 21.25 dari https://pangandaran.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-10574708/diklaim- ritual-mistis-untuk-panggil-setan-mui-malaysia-muslim-yang-lakukan-lathi- challenge-berdosa Weird Genius. (2016). Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020 pukul 21.54 dari https://www.youtube.com/c/WeirdGeniusMusic/about Weird Genius (Producer), Reza Oktovian & Creamypandaxx (Director). (2020, 26 Maret). Weird Genius featuring Sara Fajira - Lathi Official Music Video. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2020 pukul 22.14 dari https://www.youtube.com/watch?v=8uy7G2JXVSA West, Richard & Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Ed.3). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Wright, Tracy Edwards. (2011). Your Favorite Color Has A Meaning (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Your_Favorite_Color_Has_a_Mean ing/D3OAAwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 Wuryantoro, Aris. (2018). Pengantar Penerjemahan. Sleman: Deepublish Publisher. Yudhistira, Aria Wiratma. (2010). Dilarang Gondrong: Praktik Kekuasaan Orde Baru terhadap Anak Muda Awal 1970-an. Tangerang: Marjin Kiri. Yuliarti, M.S. (2015). Komunikasi Musik: Pesan Nilai-Nilai Cinta dalam Lagu Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(2), 189-198. doi:10.24002/jik.v12i2.470 Yuwati, Herina. (2018). Makna Simbolis Yang Terdapat pada Riasan Wajah dan Aksesoris pada Pengantin Gaya Yogya Paes Ageng. Jurnal Socio Akademika, 4(3), 15-24. Zahiduzzaman, Abu S. (2015). Toxic Relationship: A Psychological Point of View (e-book). Diambil dari https://www.google.co.id/books/edition/Toxic_Relationship/KJM1CwAAQ BAJ?hl=id&gbpv=0 Zed, Mestika. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Zoebazary, Ilham. (2010). Kamus Istilah Televisi dan Film. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Zulmi, N. (2020, Mei 20). Jadi Challenge Di Medsos, Lagu Lathi Kembali Jadi Trending. Fimela. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2020 pukul 17.35 dari https://www.fimela.com/news-entertainment/read/4259311/jadi-challenge- di-medsos-lagu-lathi-kembali-jadi-trending

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

LIRIK LAGU “LATHI” oleh Weird Genius featuring Sara Fajira [Verse 1] I was born a fool Broken all the rules Seeing all null Denying all of the truth [Pre-Chorus] Everything has changed It all happened for a reason Down from the first stage It isn’t something we fought for Never wanted this kind of pain Turned myself so cold and heartless But one thing you should know [Chorus] Kowe ra iso mlayu saka kesalahan Ajining diri ana ing lathi [Verse 2] Pushing through the countless pain And all I know that this love’s a bless and curse [Pre-Chorus] Everything has changed It all happened for a reason Down from the first stage It isn’t something we fought for Never wanted this kind of pain Turned myself so cold and heartless But one thing you should know [Chorus] Kowe ra iso mlayu saka kesalahan Ajining diri ana ing lathi

Terjemahan Lirik Lagu “Lathi” [Verse 1] Aku terlahir sebagai orang bodoh Melanggar semua aturan Melihat semuanya kosong Menyangkal semua kebenaran [Pre-Chorus] Semuanya telah berubah Itu semua terjadi karena suatu alasan Menyerah dari babak pertama Ini bukanlah sesuatu yang kita perjuangkan Tidak pernah inginkan rasa sakit seperti ini Mengubah diriku begitu dingin dan tidak berperasaan Tapi satu hal yang harus kau ketahui [Chorus] Kau tidak bisa lepas dari kesalahan Harga diri seseorang ada di lidahnya [Verse 2] Melewati rasa sakit yang tidak terhitung jumlahnya Dan semua yang kutahu bahwa cinta ini adalah berkah dan kutukan [Pre-Chorus] Semuanya telah berubah Itu semua terjadi karena suatu alasan Menyerah dari babak pertama Ini bukanlah sesuatu yang kita perjuangkan Tidak pernah inginkan rasa sakit seperti ini Mengubah diriku begitu dingin dan tidak berperasaan Tapi satu hal yang harus kau ketahui [Chorus] Kau tidak bisa lepas dari kesalahan Harga diri seseorang ada di lidahnya

Hasil Wawancara

• Wawancara melalui email antara peneliti dengan Bapak Widodo, Dosen Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang

• Wawancara Ayu Gurnitha dengan Chenace, Koreografer Video Klip Musik Lathi, di channel YouTube Ayu Gurnitha

Ayu : Hai guys! Halo! Sebenarnya ini talkshow-nya tidak ada nama. Chenace : Kembali ke channel-nya Ayu Gurnitha. Ayu : Perkenalkan. Chenace : Oke perkenalan dulu. Halo! Aku biasanya dipanggil Chenace. Ayu : Oo Chen-ace? Aku selama ini memanggilnya Che-na-ce. Chenace : Jadi bahasa Indonesia ya. Ayu : Kita masuk ke pertanyaan ya. Chen, bagaimana ceritanya kamu itu bisa diajak buat koreografi Lathi ini? Chenace : Oke jadi sebenarnya aku itu awalnya berteman sama “Panda”, Creamypandaxx, itu dia director-nya. Terus, dia sudah tahu aku dance. Dulu itu sempat kayak ingin, “Eh kapan ya kita collab?”. Kan dia videografer, aku dance. Dari dulu itu kayak iseng-iseng pengen collab pengen collab cuma kita enggak pernah punya waktu yang pas. Ayu : I See Chenace : Terus jadi, kan kebetulan banget Weird Genius baru bikin lagu ini. Terus maksudnya, Panda ini memang timnya Weird Genius. Jadi dia bilang mau bikin video klipnya, jadi dia bilang sekalian saja mengajak aku karena dari dulu kita ingin collab enggak jadi- jadi kan. Ayu : Ini bukan video klip pertama yang dia kerjakan bareng Weird Genius kan? Chenace : Enggak. Dia sebenarnya sudah lama jadi videografernya Weird Genius. Ayu : Setelah dengar lagunya pasti si Panda memberitahukan dia ingin direction-nya kayak apa. Boleh diceritakan enggak?

Chenace : Jujur dari pertama mendengarkan aku sudah bisa visualize kayak aku akan bikin koreonya kayak bagaimana, segala macam. Terus ya sudah, dia mulai kayak menjelaskan hal-hal teknisnya. Jadi dia menjelaskan nanti aku ingin dancer-nya cewek semua, memakai baju putih, makeup-nya bukan yang cantik, tapi kayak yang seram. Terus dia ingin semacam ritual gitu, awal-awal ritual. Dia mention itu. Dia bilang ini lebih kayak ritual dan kayak lagi menyembah sesuatu atau apa. Tapi, lagu ini memang maksudnya bukan untuk menyembah apa-apa. Dia ingin biar vibe-nya lebih merinding aja. Ayu : Guys ini cuma vibe-nya aja Chenace : Jadi kalau misalnya kalian baca berita ini menyembah setan atau segala macam, (mengisyaratkan tidak dengan menyilangkan tangan) Ayu : Dari dia kasih kamu dengar lagunya terus di-briefing kamu dikasih waktu berapa lama buat koreonya ini seperti one month atau one year? Chenace : Jangankan one month. Tidak sampai seminggu. Ayu : Serius nih? Chenace : Serius-serius. Awalnya dia mengasih tahu cuma kayak mention gitu. “Kira-kira bisa enggak.” Langsung briefing tapi kayak belum fix gitu. Cuma mengasih tahu ingin bikin ini dan ingin dancer-nya kamu. Lama aku tidak dibalas itu. Ayu : Digantung ya? Chenace : Jadi aku berpikir. Oh mungkin tidak jadi. Terus lama-lama, kalau enggak salah cuma beberapa hari buat shooting. Kan kamu diajak juga? Ayu : Iya sebenarnya. Kriteria apa yang dia minta untuk dancer-dancer Lathi? Karena aku banyak yang nanya, “Kok kamu bisa dipilih?”

Chenace : Sejujurnya tidak ada kriteria. Tapi, kan aku sudah cerita awalnya kan aku sudah bisa membayangkan koreonya kayak apa segala macam dan aku enggak mau ini pure modern dance karena ada beberapa gerakan yang kayak tarian daerahnya gitu. Terus aku berpikir, aku ingin dancer yang hitam manis dan punya strong figure gitu dan yang muncul di kepala aku ya tiga orang ini. Jujur aku mengasih tahu kak Ayu 5 hari sebelum shooting atau bagaimana gitu ya. Ayu : Waktu itu pas banget kakak aku kan lagi di rumah sakit dan PSBB baru banget mulai. Akhirnya aku sempat kayak, “Ambil enggak ya?”. Tapi, tidak tahu kenapa kayak ada yang membisikkan, “Ambil, harus ambil”. Walaupun aku harus dari rumah sakit balik lagi latihan dan balik lagi. Untung aku tidak melewatkan kesempatan ini. Untung ada bisikan itu. Berapa kali latihan? Chenace : Kita cuma dua kali latihan. Ayu : Actually, we did everything in the first day. Jadi yang hari kedua kita cuma memantapkan, latihan ekspresi, seperti itu kan. Chenace : Dia langsung bisa guys. Cari koreonya beberapa hari, mengajarkannya cuma dua jam. Ayu : Ada pertanyaan dari pemirsa. Apa makna gerakan-gerakan yang kamu input dalam koreografinya? Chenace : Aku tipe orang yang memperhatikan liriknya. Jadi, pertama kali pas dengar lagu Lathi, intinya secara garis besar, penafsiran aku ini lagu tentang kayak kita itu berada di dalam lingkungan atau relationship yang toxic dan kita berusaha keluar dari situ. Intinya, kita itu menegaskan bahwa orang itu bakal menilai dari perkataannya gitu. Jadi, aku interpretasinya kayak gini. Gerakan awal itu kan bertiga baris terus di belakang ada gerakan tangan yang kayak gini (meliuk). Itu aku ingin mengasih lihat satu orang ini diikuti bayang-bayang sama orang yang membuat hidupnya tidak bahagia.

Intinya, dari awal sampai bagian situ si orang ini kayak menyadari, “Oh hidupku ini penuh bayang-bayang yang tidak baik. Aku harus bisa lepas dari sini”. Waktu di gerakan ini (kedua tangan di depan dada), dia sudah di ujung banget kayak enggak tahan mau meledak. Kalau misalnya diperhatikan, gerakan ini sebenarnya cantik, tapi kayak mereka marah. Setelah gerakan itu, langsung ke gerakan ini (tangan dan tubuh tampak bergerak lebih tegas) kayak menunjukkan, “Ini aku marah, Aku mau keluar dari sini”. Maksudnya, untuk meninggalkan bayang-bayang yang tadi. Mulai gerakan yang di reff kan gerakannya itu kayak patah terus lurus-lurus. Aku ingin kasih lihat ini kayak lagi perangnya atau lagi melawannya, kayak lagi mendorong. “Pergi kau sana!”. Dia mendorong si bayangan ini semakin jauh. Yang terakhir (menggerakkan tangan seperti mencekik leher lalu merentangkan keduanya ke atas). Kalau kalian perhatikan di video ini ada adegan dicekik juga, gerakan ini kayak dicekik orang yang tidak baik dan akhirnya bisa bebas. Ayu : Oh itu maksudnya. Chenace : Iya. Cerita yang aku masukkan dari situnya. Aku enggak ambil secara per kata atau per kalimat. Secara keseluruhan aku ingin kasih lihat orang ini lepas dari bayang-bayang dia yang tidak baik itu. Ayu : Momen apa yang paling berkesan saat shooting? Chenace : Aduh semua momen berkesan. Oke, yang paling berkesan adalah menurut aku saat kalian marking. Ayu : Oh waktu kita camera blocking. Chenace : Jadi, kalau sebelum shooting kita bakal marking dulu kayak kameranya mengatur, kita posisinya pasti bakal pindah-pindah kan, jadi kameranya mengikuti. Entah kenapa pas mereka marking itu kayak feel-nya udah muncul gitu. “Oh my God, ini beneran koreo aku?”.

Ayu : Saat semua unsur itu dimasukkan kayak koreografi, lighting, venue, costume, makeup jadi satu kesatuan, “Oke, ini dapat banget vibe-nya”. Kalau aku yang paling berkesan scene hujan. Aku itu enggak tahu kalau ada scene hujan-hujanan. Chenace : Aku sudah kasih tahu sebelum latihan. Aku cuma bilang kayak gini, “Nanti akan ada scene nanti kalian akan kena air”. Aku cuma bilang kayak gitu dan aku enggak tahu airnya bakal sederas itu. Ayu : Terus tiba-tiba saat kita lagi menunggu giliran, “Kok ada truk air yang datang? Ini buat apa ya? Oh itu buat scene kita nanti. Oh my God, okay.”. Pas banget aku lucky number one yang harus maju melakukan solo. “Terima kasih Chen”, padahal aku sudah ngumpet di belakang. Ini juga baru terungkap waktu aku nonton Panda interview bareng Chandra Liow. Mereka itu, si pembawa tangki air, lupa bawa moncong yang, … Chenace : Kayak shower buat mandi gitu, yang bolongnya kecil-kecil gitu. Ayu : Jadi rintiknya cantik. Tapi, ini dia lupa. Jadi, efek airnya itu kalau kena kita itu kayak efek air terjun. Ini tidak pakai exaggeration ya. Ini literally kayak air terjun. Saat sudah maju, “Aku sudah siap, aku sudah siap. Wah (terkena curahan air). Aku tidak bisa melihat”. Tidak bisa buka mata. Aku berusaha buka mata, tapi enggak bisa. Semangat ingin eksplor. Habis yang lain lihat aku, mereka cantik-cantik aja. Sumpah malu banget. Did you expect Lathi to be such a phenomenon? Chenace : Maksudnya, awalnya aku sudah expect ini semua orang bakal suka, tapi itu cuma bayang-bayang saja ini bakal booming dan itu cuma ada di kepala aku doang. Waktu kejadian kayak gini dan semua orang bakal mendengarkan, masih tetap kaget juga.

Ayu : Senang aja. Bukan hanya cuma dari musiknya, even makeup-nya, konsepnya, dancer-nya, itu semua ter-highlight. Which is berarti secara keseluruhannya itu everybody do their best dan semua aspeknya itu ter-notice. Jadi salah satu reason kenapa kita mau melakukan wawancara ini karena aku itu ingin voice out appreciation kita terhadap masyarakat luas yang memang meng-embrace seni tarinya juga di video ini. Chenace : Sama penyanyi dan sama musisi kita juga sama-sama pekerja seni gitu jadi enggak ada levelnya lebih tinggi siapa gitu. Ayu : Yes. Setuju. Terima kasih guys buat yang sudah komen di video- video kita atau nge-tag. Thank you so much. Setelah ngomongi Lathi, kira-kira ada projek apa lagi ini untuk Chen mungkin setelah ini ada video projek lainnya? Chenace : By the time video ini diambil, sebenarnya beberapa hari yang lalu aku itu ada shooting lagi sama Weird Genius. Ditunggu saja. Siapa tahu pas video ini di-upload video itu juga di-upload. Ayu : Terima kasih buat kalian yang sudah nonton interview ini, terutama koreografer tercinta kita.

• Wawancara Chandra Liow, Dere Rizkita, dan Bani Adil dengan Creamypandaxx (Vicky Firdaus) di channel Youtube Tim2One – ChandraLiow

Chandra Liow : Kembali lagi bersama kita di Reaksi Editor Indonesia. Seperti biasa ada Derder Jeder (Dere Rizkita), ada Bani Adil, dan kali ini spesial Creamypandaxx (Vicky Firdaus). Jadi kalian sudah tahu kan kita akan reaksi apa kali ini. Kalian semua sudah request kita turuti. Hari ini benar-benar sangat-sangat spesial dan justru sebuah kebanggaan buat gue dan buat teman-teman semua di sini karena kita akan mereaksi video klip Weird Genius, Lathi, yang di mana director-nya ada di sini Creamypandaxx dan YB. Kalau di credit-nya seperti itu. Enggak perlu lama-lama lagi sebenarnya, kita akan langsung me-react aja ya. Vicky Firdaus : Aduh malu gue. Chandra Liow : Langsung saja kita mulai ya. Semuanya lihat ke layer siap- siap kita akan mereaksi Video Klip Lathi. Vicky Firdaus : Salah video. Itu zaman saya masih pakai Vegas. Chandra Liow : Barusan itu kalian lihat video pertama Creamypandaxx di Youtube tahun? Vicky Firdaus : 2014 Chandra Liow : Oke glimpse-nya doang, opening-nya doang. Kalian bis acari sendiri di Youtube dan tujuannya itu bukan nge-prank doang. Prank kit aitu selalu pintar. Kenapa? Karena gue sendiri ingin kasih lihat ini video yang dia bikin dulu. Yang dia bikin sekarang apa? Gue ingin banget ada comparison dan bukti perkembangan dari seorang Creamypandaxx. Chandra Liow : Oke. Itu sudah jadi bagian favorit gue pertama. Kenapa? Gue suka banget dengan kesimetrisan sebuah shoot. Ini adalah salah satu contohnya. Dia meletak objeknya di tengah dan yang paling favorit adalah lighting cue karena yang dilakukan Creamy di sini adalah dia pakai lighting cue.

Kenapa? Karena kita sendiri sering banget pakai lighting cue. Kalau dari lu kenapa ambil decision untuk pakai lighting cue di opening? Vicky Firdaus : Sebenarnya kan dari awal itu bikin siluet gitu kan. Ini ada cewek yang kesepian. Ada suatu masalah. Cue-nya buat menandakan munculnya dia. Chandra Liow : Konsep atau idea dari daun-daun ini apa? Vicky Firdaus : Sebenarnya ini buat menandakan kalau dia hatinya sudah kosong lama. Dere Rizkita : Sudah gugur. Ibarat rumah kalau ditinggal jadi kayak gitu. Vicky Firdaus : Rumah yang sudah lama tidak dirawat kan gitu. Chandra Liow : Oke, gue mau nanya. Gue suka banget dengan close up ini, di luar dari color grading-nya, lu set up lighting-nya bagaimana? Vicky Firdaus : Kalau enggak salah yang key-nya itu pakai Arri. Di atasnya itu pakai kino flo. Kita memasangnya itu harus pakai stager yang 4 meteran gitu untuk digantung di atas buat backlight. Chandra Liow : Dari lu meaning tiga dancer dengan pakaian putih ini apa? Vicky Firdaus : Sebenarnya bukan pakaiannya, tapi lebih ke makeup-nya. Itu kan makeup-nya kayak warrior gitu. Sebenarnya itu gue mau menunjukkan si cewek itu punya sosok yang kuat. “Kita itu sebenarnya kuat asal lu sudah bisa reveal itu”. Bani Adil : Oke. Ini kan dance-nya dance kontemporer. Kenapa memilih dance kontemporer? Vicky Firdaus : Kalau gue pribadi, gue memang suka dance itu dan cita-cita gue ingin mem-video-kan dance kontemporer. Chandra Liow : Itu poin yang menarik barusan. Inilah fenomena. Banyak editor yang suka dengan tarian ataupun suka nari karena ada hubungannya dengan beat pasti, dengan rhythm, itu yang editor bisa relate.

Dari segi dancer-nya sendiri, bagaimana cara lu untuk menyampaikan message video klip Lathi ini ke dalam gerakan mereka? Vicky Firdaus : Pertama, gue ceritakan ke koreografernya, gue mau bikin videonya kayak apa, terus lirik dibedah juga, Reza Arap juga menjelaskan dia inginnya bagaimana, dan dengan deadline satu hari langsung jadi koreonya. Mereka juga sudah professional, gue akui, langsung paham lansung oke. Chandra Liow : Dari lu, meaning dari laki-laki megang-megang perempuan, perempuan menikmati, terus berubah jadi terikat, terus berubah, dan tone pun berubah jadi blueish gini apa? Vicky Firdaus : Kalau ini sih gue sering lihat dari kejadian nyata di Indonesia ini ya, apalagi buat ABG. Awalnya, yang pas dia meluk- meluk itu kayak si cewek itu awalnya nyaman dan itu terlihat dari ekspresinya. Tapi, setelah dia (laki-laki) ngomong “I love you”, tiba-tiba (wanita) dirantai begitu sebagai kesan kekangan dari kata-kata itu. Chandra Liow : Yang paling gue suka dari sequence ini adalah penggunaan ekspresi di mana video klip itu memang identik dengan musiknya saja yang representatif dan visualnya itu yang men-support. Jadi, enggak perlu acting banyak untuk menunjukkan terkesan saying dengan gerakan berlebihan, tapi dengan tangan masuk dia senyum, dia nyaman. Vicky Firdaus : Sebenarnya scene darah ini gue ingin kayak Billie Eilish yang turun mengalir (di video klip musik When The Party’s Over). Sebenarnya di rambutnya (wanita) ada selang gitu. Namanya shooting kita enggak tahu ada hal-hal. Tiba-tiba darahnya enggak mau keluar dan bajunya yang dipakai itu enggak tembus. Jadi, di saat shooting ada yang gue suruh, “Udah siram aja”, akhirnya disiram. Kalau play pelan-pelan itu dia dari cemberut tiba-tiba langsung senyum gitu kayak

dia sudah tahu sakit, tapi kayak masih enjoy. Kadang orang gitu kan. Chandra Liow : Itulah yang disebut dengan toxic relationship. Perubahannya ini lu ada ide dari mana? Vicky Firdaus : Kalau referensi sudah pasti yang sudah banyak orang kira. Chandra Liow : Jujur yang gue lihat dari sini cara transformasinya dan transisinya dari Enchantress. Vicky Firdaus : Iya referensinya itu. Chandra Liow : Kalau kalian perhatikan, yang dikelilingi di badannya itu adalah aura. Vicky Firdaus : Iya aura hitam. Banyak orang mengira kalau itu adalah aura jahat. Kalau gue bikinnya ingin kayak aura pembalasan dia gitu, aura buat melawan untuk keluar dari hubungan yang sudah toxic banget. Chandra Liow : Emang ada elemen dark side-nya tapi elemen revenge gue lebih suka. Dari segi visual effects-nya, kalau gue perhatikan. Gue enggak terlalu paham visual effects as in technic, lumayanlah. Yang gue bisa telaah adalah, ketika lighting ini muncul, harusnya di asapnya juga ada terkena pantulan dari cahaya. Sebenarnya ini yang dibutuhkan satu hari untuk menambah volume dari lighting itu. Bani Adil : Di sini juga menurut gue. Asapnya kan di belakang ceweknya, kalau asapnya ada di objeknya berarti kan dekat. Ini, objeknya fokus banget, tapi asapnya blur banget. Itu permasalahnnya soalnya kan enggak jauh. Chandra Liow : Tapi gue paham, ini caranya dia untuk bikin visual effects yang cepat. Ini visual effects dibikin berapa hari? Vicky Firdaus : Dua hari karena memang deadline gitu. Chandra Liow : Gue merasa ini bisa lebih lagi, tapi gue juga paham dengan deadline. Jadi, kita mesti tolerir itu.

Vicky Firdaus : Dua hari itu sudah termasuk oper-operan file karena dia di Bandung. Upload ke Google Drive, itukan file bergiga-giga yang 4K. Lempar lagi ke gue buat gue yang menyatukan gitu. Sebenarnya gue mau shooting awal bulan sebelum pandemi ini dan sekarang benar-benar PSBB dan segala macam, tapi Arap bilang katanya, “Kita harus shooting ni tiga hari lagi”. Jadi, yang tadinya gue masih ada tiga minggu buat preparation akhirnya gue tiga hari prepare menghubungi segala macam. Benar saja, sehari setelah kita shooting orang sudah enggak boleh beraktivitas. Chandra Liow : Creamypandaxx adalah director yang bisa mengubah proses pembuatan video klip jadi pembuatan video Youtube, waktu dua minggu jadi tiga hari, tapi tetap jadi sebuah video klip. VFX-er nya Namanya siapa? Vicky Firdaus : Nama di Instagramnya yaanaako atau dikenal Idam Abdul. Dere Rizkita : Gue tertarik dengan makeup-nya justru disini. Kan tadi lu bilang terinspirasi dari Enchantress. Setau gue makeup-nya tidak seperti ini Vicky Firdaus : Lu kalau nonton The Mummy (2017) dia referensinya. Chandra Liow : Oh Ahmanet ya. Vicky Firdaus : Tapi gue sebenarnya enggak nonton filmnya. Saat gue lihat ternyata story-nya sama. Dia juga disakiti, akhirnya dia berubah. Chandra Liow : Ini poin juga penting di mana lu bisa sebenarnya bukan copy paste saja. Lu ambil referensi, tapi bukan cuma visual saja, ada back story-nya. Kenapa makeup-nya The Mummy? Gara-gara dia sosok yang disakiti juga di film itu. Kalau dibilang, “Jadi mengikuti The Mummy”. Enggak salah juga direpresentatif lagi. Gue sama sekali enggak maksud nge- defence video klip ini, tapi itu yang gue telaah sebagai seorang director juga. Kita lanjut ya.

Bani Adil : Kalau misal referensinya Enchantress, kan enggak ada efek- efek petir. Ada, tapi bukan di orangnya. Ada petir-petir ini sebenarnya maksudnya apa? Vicky Firdaus : Sebenarnya buat menunjukkan dia punya kekuatan. Bukan sisi gelapnya saja, tapi dia punya kekuatan dari sisi gelapnya itu. Chandra Liow : Satu hal yang gue suka dari visual effects-nya. Ini sebenarnya efek listrik sudah banyak digunakan. Efek seperti explosion of thunder, itu yang menarik. Vicky Firdaus : Sebenarnya ini bukan mengeluarkan listrik, lebih kayak menyerap listrik. Gue enggak mengasi referensi apa. Gue cuma menjelaskan terus dia mengasi contoh, biasa draft dulu. Terus, “Ya udah, oke”. Chandra Liow : Lu kan director juga editor. Gue jamin dan gue bisa merasakan, ketika music drop, itu adalah saat editor ingin berkreasi. Bukan berarti tidak memikirkan cerita ya cuma momen yang enak untuk berkreasi karena ada beat dan enggak ada lirik. Vicky Firdaus : Sebenarnya saat lagi mengedit drop itu benar sih malah gue pusing karena kebanyakan footage gitu. Sebenarnya gue bukan cuma menunjukkan sisi tradisional. Kenapa gue ambil Jaipong? Karena gue ingin mengasih tahu kalau cewek itu punya sisi anggun, kuat dan penari Jaipong gitu kan. Terus ada debus dan segala macam untuk menandakan kekuatannya gitu. Gue juga memasukkan dalang itu pun tidak sembarangan. Gue ceritakan ke dalang dan dalang main sesuai sama alur ceritanya. Chandra Liow : Ini simulasi smoke-nya bagus. Gue suka banget. Kenapa dia jatuh? Vicky Firdaus : Balik lagi ke fenomena saat ini. Banyak yang sudah coba melawan, tapi enggak bisa akhirnya jatuh lagi.

Chandra Liow : Walaupun ditunjukkan kalau perempuan ini punya kekuatan, tapi tetap rapuh juga. Itu dia perempuan. Dari segi cerita berarti, dia rapuh, jatuh dan bangkit lagi, tapi kali ini dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Akhirnya, purely and properly bisa melakukan revenge. Bani Adil : Ini referensinya dari Avatar bukan? Saat raja apinya digitui, dia akhirnya tidak bisa melawan dan jadi tidak punya kekuatan seperti si cowoknya. Vicky Firdaus : Yes. Ceritanya juga Raja Ozai menjajah dunia. Iya, benar- benar kuat. Avatar pun harus jadi jahat sebenarnya, tapi ada cara lain selain membunuh. Chandra Liow : Terkadang, sebagai manusia harus jadi jahat dulu untuk bisa membela kebaikan karena kejahatan dibalas dengan kebaikan, … Dere Rizkita : Ngelunjak. Itu kenyataannya. Chandra Liow : Lu ini semua shooting 4K? Untuk bagian slow-mo shooting? Vicky Firdaus : Iya, tapi 60 fps. Chandra Liow : Kamera apa? Vicky Firdaus : Sony FS7. Chandra Liow : Barusan kita kasih fakta ya. Dulu dia waktu sahur on the road masih pakai kamera Canon 500D, nampak itu perjuangan. Vicky Firdaus : Kalian ada yang sadar enggak? Chandra Liow : Matanya kan? Ini visual effects? Dari matanya sudah berasa ada visual effects, tapi ternyata ada transisi dulu baru matanya seperti ini. Vicky Firdaus : Iya. Buat bagian ini dia enggak pakai softlens, tapi pakai full effects. Chandra Liow : Ini bagian favorit gue. Maksudnya, semua elemen itu kayak ada di sini mulai dari segi directing, dancing, dari segi visual, dari segi set, dan ditambah dengan efek hujan. Pertanyaan terbesarnya, hujannya bagaimana? Gue ralat, kenapa hujan?

Vicky Firdaus : Pertama gue jelaskan dulu ya kenapa hujan. Adegannya sudah melepas si cowoknya. Sehabis melepas orang itu lu enggak bisa nyaman atau santai gitu, pasti ada badai. Gue juga pakai lampu yang flickr gitu buat menandakan kalau dia itu hancur, benar-benar sedih banget. Chandra Liow : Cara lu membuat hujan indoor itu bagaimana? Vicky Firdaus : Sebenarnya kayak sinetron biasa, tapi ada kesalahan. Kalau sinetron biasa kan disemprot dari bawah ke atas terus menyebar. Tapi, orang tangki airnya lupa bawa ujung semprotannya yang buat menyebar. Jadi, pas lagi menyemprot gitu, “Kok jadi air terjun?”. Akhirnya, gue berpikir dan gue lihat ke kanan ada stager. Tim gue dua orang gue suruh naik bawa selang dan lempar ke atas. Walaupun airnya deras, tapi kalau ke bawah kan airnya menyebar. Chandra Liow : Thank you banget Creamypandaxx, Vicky Firdaus, sudah mau share fakta-fakta menarik dan ilmu soal bagaimana lu create video Lathi ini. Salah satu karya yang enggak cuma representasi Weird Genius doang, tapi Indonesia apalagi di mancanegara. Good job untuk semua yang ada di sini Vicky Firdaus : Gue mau say thanks buat Sara yang sudah memerankannya dan mendalaminya. Dia saat lagi take juga sampai menangis, lagi take lagunya sama liriknya. Sara bisa acting kayak gitu juga dibantu sama Arap. Dia menceritakan, “Bagaimana lu mendalami adegan seperti itu”. Say thanks juga buat yang sudah membantu gue, semua-semuanya.

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : HARIDZAR MUSLIM NIM : 160904080 Dosen Pembimbing : Haris Wijaya S.Sos., M.Comm.

No. Tanggal Pertemuan Pembahasan 1. 25 Agustus 2020 Penerimaan Judul Skripsi 2. 16 September 2020 Penyerahan Bab 1-3 3. 27 September 2020 Revisi Bab 1-3 4. 1 Februari 2021 Penyerahan Revisi Bab 1-3 dan Bab 4-5 7. 8 Februari 2021 Izin Seminar Hasil

BIODATA PENELITI

Identitas Diri Nama Lengkap : Haridzar Muslim Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 29 Oktober 1997 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Alamat : Jalan Brigjend. Katamso Gang Mesjid No.16A, Kampung Baru, Medan Nomor Telepon : 087869077970 E-mail : [email protected] Anak dari: Ayah : Heryadi Ibu : Elfira

Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal: 1. S1 Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU (2016-2021) 2. SMAS Eria Medan (2012-1015) 3. SMPN 2 Medan (2009-2012) 4. SD 060907 Medan (2003-2009) 5. TK Munawwarah Medan (2002-2003) Pendidikan Nonformal: 1. Madrasah Diniyah Awaliyah (2006-2010) 2. Bimbingan Belajar Ganesha Operation (2015-2016) Organisasi: 1. Anggota Fotografi Komunikasi USU (2018-2019) 2. Anggota Rohani Islam Ikatan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (2018- 2019)