POTENSI KEBUDAYAAN BETAWI SEBAGAI PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DAN BUDAYA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Fajar Adinugraha1*, Andriyan Ino Ponto2, Teresa RM Munthe3 1) Dosen Pendidikan Biologi Universitas Kristen , 2,3) Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Kristen Indonesia, Jakarta *Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Tujuan artikel ini, yaitu untuk mengkaji kearifan lokal dan budaya Betawi (upacara adat perkawinan dan kuliner Betawi) serta mengetahui implementasi Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya Betawi dalam pembelajaran Biologi. Pendekatan ini selanjutnya disingkat Pendekatan KALBU. Metode penelitian menggunakan kajian studi pustaka dan observasi langsung di Perkampungan Budaya Setu Babakan. Kompetensi pengetahuan Kebudayaan Betawi yang dapat diintegrasikan dalam Biologi Kelas X, yaitu topik Kingdom Plantae dan Kingdom Animalia. Hal ini karena kearifan lokal dan budaya Betawi memanfaatkan tumbuhan dan hewan dalam kebudayaannya. Pemanfaatan tumbuhan dan hewan tampak pada upacara perkawinan adat Betawi dan kuliner Betawi. Species yang digunakan sebagian besar adalah tumbuhan dari kelompok Eudicots, Monocots, dan Magnoliids. Species hewan biasanya digunakan sebagai pelengkap, seperti dari kelompok Aves dan Crustacea. Pendekatan KALBU dapat diintegrasikan dengan model pembelajaran berbasis proyek. Salah satu proyek yang dapat diterapkan adalah video pembelajaran mengenai kearifan lokal dan budaya Betawi di mana berkaitan dengan materi Kingdom Plantae dan Kingdom Animalia. Potensi kebudayaan Betawi dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran Kearifan Lokal dan Budaya (KALBU) pada Kurikulum 2013 karena pendekatan ini dapat mengukur kompetensi, antara lain sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

Kata Kunci: Betawi, Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya, KALBU, Biologi SMA/MA, etnobiologi

PENDAHULUAN

Kearifan lokal dan budaya menjadi Kearifan lokal dan budaya lambat bagian yang tidak terpisahkan dari laun dapat tergerus oleh modernisasi kekhasan sebuah daerah. Setiap daerah terutama di kota-kota besar, seperti memiliki karakteristik yang kuat karena Jakarta. Masuknya warga dari luar Jakarta adanya kearifan lokal dan budaya. bahkan dari luar negeri menambah Kearifan lokal tidak bisa dipisahkan dari keanekaragaman kearifan lokal dan sebuah budaya. Kartawinata dalam budaya. Kebudayaan Betawi yang menjadi Nasruddin et al., (2011), jika dilihat dari karakteristik wilayah DKI Jakarta dan sisi antropologi maka munculnya sekitarnya telah berdampingan dengan kebudayaan (cultural identity) didasari kebudayaan-kebudayaan yang berasal dari oleh adanya pengetahuan setempat luar Jakarta. BPS Jakarta (2019), (indegenous or local knowledge) yang menuliskan bahwa jumlah penduduk DKI biasa disebut sebagai kecerdasan setempat Jakarta 10.467.629 jiwa, yang terdiria atas (local genius). Kearifan lokal juga dapat laki-laki 5.244.690 jiwa dan perempuan dikatakan sebagai gagasan yang muncul di 5.222.939 jiwa. Selanjutnya, Jayani (2019) suatu daerah yang berisi nilai-nilai mengatakan bahwa berdasarkan jumlah pengetahuan dan moral sebagai dasar penduduk DKI Jakarta tahun 2018 dengan terbentuknya kebudayaan suatu daerah jumlah 10,4 juta jiwa dapat diproyeksikan tertentu. pada tahun 2019 akan mencapai 10,5 juta

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 55 jiwa. Apabila hari kerja (Senin-Jumat), Budaya Condet dan Setu Babakan maka jumlah orang yang berada di Jakarta (Windarsih, 2013). mengalami peningkatan. Para migran Jakarta sebagai daerah tujuan migran sirkuler ini muncul karena kesempatan dengan berbagai suku yang mendiaminya, ekonomi di Jakarta. Menurut Hidayati perlu mampu menguatkan karakter (2018), BPS tahun 2017 mencatat jumlah daerahnya. Salah satu cara penguatan penduduk Jakarta 10,1 juta jiwa dan pada karakter adalah melalui pendidikan siang hari dapat mencapai 14,5 juta jiwa. terutama pembelajaran. Pendekatan Hal ini terekam dalam Statistik Komuter Kearifan Lokal dan Budaya menjadi salah Jabodetabek pada tahun 2014. satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk DKI Jakarta yang selanjutnya dalam mengatasi hal tersebut. Pendekatan artikel ini disebut Jakarta didiami oleh Kearifan Lokal dan Budaya yang berbagai suku. Berdasarkan data BPS selanjutnya disingkat KALBU merupakan (2010) dalam Pitoyo & Hari Triwahyudi pendekatan pembelajaran yang (2017), 3 (tiga) suku yang berada di menintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal Jakarta pada tahun 2010 secara berurutan dan budaya di sekitar sekolah (tempat jumlahya, yaitu Suku Jawa (36,17%), tinggal siswa). Menurut Adinugraha Suku Betawi 28,29 %, dan Suku Sunda (2019), pendekatan kearifan lokal dan 14,61%. Selain itu, terdapat suku lain, budaya ini memiliki kelebihan, antara lain seperti Tionghoa, Batak, Minangkabau, 1) pengetahuan berupa kearifan lokal dan Melayu, Bugis, Madura, Banten, dan budaya di sekitar tempat tinggal dapat Banjar. Selanjutnya, menurut Pitoyo & dipahami oleh siswa dan guru; 2) nilai- Hari Triwahyudi (2017:71), Suku Betawi nilai kearifan lokal dan budaya dapat dan Sunda lebih mencitrakan suku asli dijadikan sebagai salah satu pedoman yang ada di Jakarta. dalam kehidupan sehari-hari; 3) kajian Pada artikel ini yang akan dibahas etnobiologi dan etnopedagogi dapat adalah kearifan lokal dan budaya Suku mengintegrasikan kearifan lokal dan Betawi. Selain di Jakarta, menurut BPS budaya ke dalam pembelajaran Biologi. (2010) dalam Pitoyo & Hari Triwahyudi Salah satu karakteristik dari (2017), Suku Betawi juga mendiami Jawa Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya Barat (6,20 %) dan Banten (9,62 %). Hal adalah adanya proses sains (Adinugraha, ini menunjukkan bahwa Suku Betawi juga 2019). Hal ini selaras dengan Kurikulum mendiami daerah-daerah penyangga 2013. Apabila guru dan siswa dalam sekitar Jakarta. Sebenarnya, Pemerintah melakukan pembelajaran dengan memilih Jakarta sudah mulai menggalakkan citra pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai kebudayaan Betawi di Jakarta. Hal ini potensi siswa dan lingkungan sekitar maka dapat dilihat dari arsitektur dan aksesoris pembelajaran akan lebih mengena dan kota yang bercirikan kebudayaan Betawi. bermakna bagi siswa. Biologi menjadi Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga salah satu pelajaran yang mengkaji beberapa sudah memasukkan unsur budaya mengenai Keanekaragaman Hayati. Betawi dalam pelaksanaanya. Hal ini Keanekaragaman Hayati yang dimaksud dibuktikan juga dengan adanya daerah adalah topik yang dipelajari di Kelas X konservasi budaya Betawi, yaitu Cagar SMA mengenai keanekaragaman species (biodiversitas) terutama di Indonesia, yang

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 56 berkaitan dengan topik-topik lain, antara dan budaya yang menggunakan lain Biologi sebagai Ilmu Pengetahuan, pemanfaatan tumbuhan dan hewan adalah Klasifikasi Organisme, Enam Kingdom Budaya Betawi. (terutama Kingdom Plantae dan Animalia), Budaya Betawi yang syarat dengan Ekosistem, dan Isu Lingkungan. Pada filosofi dan makna ini harus perlu terus artikel ini, topik biologi dibatasi pada dilestarikan. Oleh karena itu, tujuan dari pemanfaatan organisme (tumbuhan dan penelitian ini, yaitu 1) mendeskripsikan hewan) pada Kebudayaan Betawi. Hal ini identifikasi tumbuhan dan hewan pada sesuai dengan kompetensi dasar yang upacara adat perkawinan dan kuliner tercantum pada Kompetensi Dasar (KD) Betawi dan 2) mendeskripsikan bentuk Kingdom Plantae dan Kingdom Animalia. Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya Tumbuhan dan hewan biasanya tampak Kebudayaan Betawi pada pembelajaran dalam upacara adat dan keagamaan. Selain Biologi. Bentuk Pendekatan Kearifan itu, dalam beberapa kebudayaan nama Lokal dan Budaya yang dimaksud dalam tumbuhan dan hewan ini selalu muncul di artikel ini dibatasi untuk ranah Kompetensi beberapa syair lagu daerah atau falsafah- Pengetahuan (KI 3) dan Kompetensi falsafah lokal. Salah satu kearifan lokal Keterampilan (KI 4).

METODE

Metode penelitian menggunakan Kawasan Perkampungan Budaya studi literatur dan observasi lapangan. Setu Babakan atau dalam artikel ini Studi literatur menggunakan referensi- selanjutnya disebut Setu Babakan, berdiri referensi yang berkaitan dengan budaya di atas lahan 289 Ha di mana 30% lahan Betawi, antara lain skripsi (1 skripsi miliki Pemda Provinsi DKI Jakarta dan utama), artikel ilmiah (3 artikel utama dan 70% lahan milik masyarakat (Perda No. 03 beberapa artikel ilmiah lainnya), serta tahun 2005 dalam tautan buku (3 buku utama dan beberapa buku http://www.setubabakanbetawi.com/). lainnya). Sumber pustaka dapat dilihat di Data diambil dengan Referensi/Daftar Pustaka. Pencarian mengidentifikasi pemanfaatan hewan dan referensi dari mesin pencarian google tumbuhan dalam berbagai sumber dan menggunakan kata kunci, yaitu kearifan pengamatan langsung. lokal, budaya, budaya Betawi, dan kearifan lokal Betawi. Observasi lapangan dilakukan pada Sabtu, 16 Maret 2019 di Kawasan Perkampungan Budaya Setu Babakan. Setu Babakan terletak di Jalan Moch Kahfi II, RT.13/RW.8, Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota, Jakarta 12640. Peta lokasi ditunjukkan pada Gambar 1. Peta lokasi Perkampungan Budaya Gambar 1. Setu Babakan Sumber: googleimages dan googlemaps

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 57 Selanjutnya, data tersebut ditabulasi dengan perkembangan kognitif siswa dan dikelompokkan ke dalam kelompok SMA. Identifikasi kelompok dalam setingkat class yang disesuaikan dengan tumbuhan dan hewan dengan melihat pada materi Kelas X SMA Semester 2. Data artikel dan buku, terutama buku SMA kemudian dianalisis secara kualitatif Kelas X terbitan Puskurbuk Kemdkibud dengan tetap berpedoman pada tahun 2019. Oleh karena itu, pembahasan Kompetensi Dasar Kingdom Plantae dan pemanfaatan tumbuhan dan hewan tidak Animalia Kelas X. Analisis dilakukan terlalu mendalam hanya sebatas nama dengan mengaitkan kompetensi dasar yang species dan bagian dari tumbuhan atau diperlukan bagi siswa SMA dan sesuai hewan yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Materi Kingdom Plantae merupakan evaluasi ilmiah, yaitu berupa pengetahuan materi yang diajarkan di Kelas X penduduk, meliputi tetumbuhan (botani), SMA/MA Semester 2 dengan Kompetensi hewan (zoologi), dan lingkungan alam Dasar Pengetahuan (KD) 3.8, yaitu (ekologi). Pada dasarnya, etnobiologi mengelompokkan tumbuhan ke dalam merupakan kajian yang mendalam division (phylum) berdasarkan ciri-ciri termasuk kegunaan-kegunaan organisme umum, dan mengaitkan peranannya dalam yang dikaitkan dengan pengetahuan kehidupan. Selain itu, Kompetensi Dasar ilmiah. Namun, artikel ini hanya dibatasi Keterampilan (KD) 4.8, yaitu menyajikan pada identifikasi tumbuhan dan hewan laporan hasil pengamatan dan analisis yang digunakan termasuk nama lokal, fenetik dan filogeneteik serta peranannya nama ilmiah, dan kelompok (class). bagi kehidupan (Permendikbud Nomor 21 Pengelompokkan species tumbuhan tahun 2016). pada Kebudayaan Betawi didasarkan pada Materi Kingdom Animalia menjadi buku Urry et al. (2017) yang sudah salah satu materi di Kelas X SMA/MA disesuaikan dengan materi kelas X Semester 2 dengan Kompetensi Dasar SMA/MA. Species yang sebagian besar Pengetahuan (KD 3.9), yaitu dari kelompok Angiospermae tersebut, mengelompokkan hewan ke dalam phylum dikelompokkan ke dalam kelompok, yaitu berdasarkan lapisan tubuh, rongga tubuh, Amborella, Water lilies, Star , simetri tubuh, dan reproduksi. Selanjutnya, Magnoliids, Monocots, dan Eudicots. Kompetensi Dasar Keterampilan (KD 4.9, Selanjutnya, pengelompokkan yaitu menyajikan laporan perbandingan species hewan pada Kebudayaan Betawi kompleksitas lapisan penyusun tubuh didasarkan pada Raven et al. (2011) yang hewan (diploblastik dan triploblastik), sudah disesuaikan dengan materi kelas X simetri tubuh, rongga tubuh, dan SMA/MA. Berdasarkan pengamatan, reproduksinya. species hewan yang digunakan merupakan Artikel ini menggunakan pendekatan dari kelompok Chordata Vertebrata. Oleh etnobiologi, yaitu pemanfaatan organisme karena itu, hewan tersebut dikelompokkan yang berkaitan dengan kearifan lokal dan ke dalam, Chondrictyes, Osteichtyes, budaya. Menurut Iskandar (2016), Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia. etnobiologi diartikan sebagai bentuk Selain itu, terdapat kelompok Invertebrata,

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 58 seperti Arthropoda dari kelompok Arab, India, Portugis, dan Sunda. Hal ini Crustacea. juga termasuk salah satunya dalam upacara Pada bagian hasil dan pembahasan perkawinan yaitu baju pengantin Betawi ini, mencakup 2 (dua) subtopik, antara lain yang berwana merah mendapat pengaruh 1) Kebudayaan Betawi (Upacara budaya Cina, warna hijau mendapat Perkawinan Betawi dan Kuliner Betawi) pengaruh budaya Arab (Islam). dan 2) bentuk Pendekatan Kearifan Lokal Dalam sebuh upacara adat dan Budaya Kebudayaan Betawi pada Perkawinan terdapat tahap-tahap yang pembelajaran Biologi. mungkin sedikit berbeda tergantung dari Kebudayaan Betawi (Upacara kondisi dan keinginan keluarga. Namun, Perkawinan Betawi dan Kuliner dapat dipastikan terdapat runtutan acara Betawi) yang tidak jauh berbeda dari pakem Kebudayaan Betawi yang ditulis adatnya. Menurut Pathoni (2008), terdapat dalam artikel ini, antara lain upacara tahapan-tahanapan dalam perkawinan perkawinan Betawi, dan kuliner Betawi. Betawi sebagai berikut. Penjelasan kedua subtopik tersebut 1. Masa Sebelum Upacara Perkawinan, disajikan sebagai berikut. meliputi a) ngelamar, b) masa 1. Upacara Perkawinan Betawi dipiare, c) dimandiin, d) ditangas, Salah satu identitas atau karakteristik serta e) dikerik, potong centong, dan suatu suku dapat dilihat dari upacara adat pakai pacar. dalam Perkawinan. Selain pantun yang 2. Masa Upacara Perkawinan, meliputi menjadi ciri khas perkawinan Betawi, a) serahan, dan b) akad nikah perkawinan adat Betawi membutuhkan 3. Masa Sesudah Upacara Perkawinan, sarana dan simbol-simbol untuk meliputi a) malam negor, b) ngambil mendukung upacara tersebut. Menurut tiga hari, dan c) pesta di rumah Purbasari (2010:2), kebudayan Betawi pengantin pria. mendapat pengaruh dari Belanda, Cina,

Tabel 1. Pemanfaatan Species Tumbuhan yang digunakan pada Perkawinan Adat Betawi Kelompok No Tahapan Nama Lokal Nama Ilmiah (Class) 1 Ngelamar Sirih Piper betle Magnoliids Bunga 7 rupa* - - Tembakau Nicotiana sp. L. Eudicots Pisang Raja Musa acuminata Monocots 2 Ditangas Jeruk Purut Citrus x hysteric DC. Eudicots (rempah-rempah) Pandan Monocots Akar Wangi Chrysopogon zizanioides (L) Roberty Monocots Serai citratus (DC.) Stapf Monocots Melati Jasminum sambac Eudicots Mawar Rosa sinensis Eudicots Cempaka Magnolia alba Magnoliids Kelapa Cocos nucifera L. Monocots 3 Dikerik, potong Bunga 7 rupa* - - centong, dan pakai pacar 4 Serahan Sirih Piper betle Magnoliids 5 Malam negor Pisang (pelepah) Musa acuminata Monocots

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 59 * Bunga 7 (tujuh) rupa biasanya meliputi species, antara lain Mawar (Rosa sinensis), Cempaka (Magnolia alba), Kamboja (Plumeria acuminata), Kenanga (Canangaium odaratum), Melati (Jasminum sambac), Soka (Ixora stricta) (Hasanuddin, 2015:108) Pemanfaatan tumbuhan ditemukan makanan tradisional juga bisa menjadi ciri pada tahapan upacara, yaitu ngelamar, dari identitas suatu daerah. Purbasari ditangas, dikerik, potong centong, pakai (2010), kuliner Betawi juga mendapat pacar, serahan, dan malam negor. pengaruh dari budaya Arab, Portugis, Pemanfaatan species tumbuhan yang India, Cina, dan Belanda. Kuliner betawi, digunakan dalam perkawinan adat Betawi antara lain , Betawi, disajikan pada Tabel 1. Pemanfaatan Betawi, pecak gurame, , , hewan dalam upacara perkawinan Betawi dan . Terdapat pula jajanan biasanya tampak pada tahapan upacara Betawi, antara lain rangi, kue serahan. Seperti pada upacara adat pancong, , dan . lainnya, sebagian besar sarana atau simbol Untari et al. (2018), telah menggunakan tumbuhan. Pada upacara ini mengidentifikasi sekitar 150 jenis kuliner digunakan sepasang ayam (Gallus gallus tradisional Betawi, di mana 59 jenis domesticus L.) yang merupakan kelompok makanan termasuk hidangan pokok, 79 Aves. jenis makanan ringan, 3 jenis , dan 2. Kuliner Betawi 9 jenis minuman. Kuliner yang dikaji Suatu kebudayaan muncul karena dalam artikel ini adalah laksa Betawi, akulturasi dan asimilasi budaya. Salah kerak telor, dan . Hal ini satunya adalah kuliner tradisional, seperti merupakan kuliner yang paling menonjol kuliner Betawi. Kuliner tradisional atau di antara kuliner lainnya.

Tabel 2. Pemanfaatan Species Tumbuhan yang digunakan pada Kuliner Betawi* Kelompok No Nama Kuliner Nama Lokal Nama Ilmiah (Class) 1 Laksa Betawi Padi ( dan Oryza sativa Monocots bihun) Kunyit Curcuma longa Monocots Lengkuas Alpinia galangan (L.) Wild. Monocots Serai Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. Monocots Salam (daun) Syzigium polyanthum (Wight) Eudicots Walpers Jeruk (daun) Citrus x hysteric DC. Eudicots Jintan Trachyspermum roxburghianum Eudicots (DC.) Craib Lada Piper nigrum L. Magnoliids Temu kunci (L.) Mansf. Monocots Kemangi Ocimum x citriodorum Vis. Eudicots Kacang hijau Vigna radiata (L.) R. Wilczek Eudicots (tauge) Kucai Allium tuberosum Monocots 2 Kerak Telor Padi (beras ketan) Oryza sativa Monocots Kelapa (parutan) Cocos nucifera L. Monocots Bawang merah Allium cepa var. aggregatum L. Monocots Cabai merah Capsicum annum L. Eudicots Kencur Kaempferia galangan (Linn.) Monocots Jahe Zingiber officinale Roscoe Monocots Lada Piper nigrum L. Magnoliids 3 Bir Pletok Kayu manis Cinnamomum verum J.Presi Magnoliids Serai Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. Monocots

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 60 Kelompok No Nama Kuliner Nama Lokal Nama Ilmiah (Class) Jahe Zingiber officinale Roscoe Monocots Secang Caesalpinia sappan L. Eudicots Kopi (bubuk) Coffea sp. Eudicots * Berdasarkan wawancara pedagang kuliner di Setu Babakan dan berbagai sumber Laksa Betawi merupakan kuliner Bir Pletok merupakan minuman khas Betawi yang berkuah santan encer dengan Betawi yang terbuat dari sari jahe, gula, isian ayam suwir, bihun, udang, taoge, sari bunga selasih, dan akar-akaran yang telur, ditaburi dan kemangi apabila diminum akan terasa pedas dan (Habsari, 2007). Erwin & Abang Erwin membuat badan menjadi hangat (Erwin & (2008), mengatakan bahwa asal mula laksa A Erwin, 2008). Menurut Gilitasha (2018), dari Cibinong yang kemudian merambah kata “bir pletok” terinspirasi dari suara ke Jakarta dan menjadi popular dengan letupan botol ketika orang Belanda nama Laksa Betawi, di mana penganan ini membuka tutup botol wine, di mana bir berkuah dengan isian bihun, telur, pletok ini terbat dari lada, jahe, dan kulit , daun kemangi, dan daun kucai. kayu secang. Menurut Ishartani et al. Senada dengan hal ini, Gardjito et al. (2012), Bir Pletok merupakan minuman (2016), mengatakan bahwa Laksa Betawi yang menggabungkan beberapa rempah mempunyai warna kuah santan kekuningan rempah yang tiap daerah bervariasi yang memiliki pekat rasa dan aroma ebi ramuannya tetapi yang dipastikan memiliki atau juga bisa rebon di mana dengan isi komponen jahe dan secang. Pemanfaatan racikan berupa ketupat, taoge, telur rebus, tanaman atau bahan pangan yang daun kemangi, dan kucai yang bisa digunakan dalam pembuatan Bir Pletok ditambahkan bihun, suwiran daging ayam, disajikan pada Tabel 2. udang dan tahu. Pemanfaatan tanaman atau Pemanfaatan hewan pada kuliner bahan pangan yang digunakan dalam Betawi (Laksa Betawi dan Kerak Telor) pembuatan laksa Betawi disajikan pada biasanya berupa suwiran ayam. Ayam Tabel 2. (Gallus gallus domesticus L.) merupakan Kerak Telor merupakan jajanan khas kelompok Aves. Bagian lain dari ayam Betawi yang berupa beras ketan yang yang dimanfaatkan adalah telurnya. Bisa didadar menggunakan telur dengan juga telur yang digunakan adalah telur ebi, kelapa pedas, rasa kencur, dan jahe bebek (Anas platyrhyncho) yang (Habsari, 2007). Menurut Gardjito et al. merupakan kelompok Aves. Selain itu, ada (2016), Kerak Telor terbuat dari beras udang rebon (Mysis relicta) dari kelompok ketan yang disangrai sebentar dan dituangi Crustacea dan ebi atau udang kecil kecil kocokan telur ayam atau bebek. juga dari kelompok Crustacea. Selanjutnya, ditaburi , ebi (udang kering), yang dibumbui cabai Bentuk Pendekatan Kearifan Lokal dan merah, kencur, jahe, merica, serta ditaburi Budaya Kebudayaan Betawi pada bawang merah goreng. Pemanfaatan pembelajaran Biologi tanaman atau bahan pangan yang Uraian pada poin 3.1 merupakan digunakan dalam pembuatan Kerak Telor identifikasi pemanfaatan tumbuhan dan disajikan pada Tabel 2. hewan dalam beberapa kearifan lokal dan budaya, terutama nama species dan

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 61 kelompoknya (class). Dalam pembelajaran buku, dan website yang terpercaya untuk Biologi, species-species tersebut dapat menggali informasi. Hal ini perlu diuraikan kembali, seperti kandungan zat dilakukan siswa dan guru memiliki dan manfaat yang terdapat di dalamnya. kemampuan literasi sehingga dapat Hal ini dapat membuat siswa berpikir mengurangi informasi hoaks yang beredar kritis dan kreatif. Sebagai contoh, di masyarakat. Salah satu informasi hoaks ditemukan rempah-rempah dalam yaitu hoaks mengenai medis dan ilmu pembuatan kuliner Betawi. Siswa dan guru Biologi. dapat mendiskusikan bagian-bagian Sebagai contoh, ketika ada wabah tumbuhannya dan kandungan apa yang sebuah penyakit banyak bermunculan terdapat pada species tersebut sehingga berita hoaks dengan memunculkan bermanfaat bagi kehidupan. informasi mengenai rempah-rempah Salah satu species yang digunakan tertentu yang membuat panik masyarakat. adalah jahe (Zingiber officinale Roscoe). Hal ini penting agar siswa dan guru dapat Bagian dari jahe yang dimanfaatkan adalah berpikir kritis termasuk menjaga kesehatan rimpang Jahe. Rimpang atau ada yang dan bertindak rasional. Padahal, beberapa menyebut rhizome merupakan dari informasi keampuhan rempah-rempah itu modifikasi batang pada Jahe. Jahe dapat memang benar adanya untuk menjaga dimanfaatkan dalam bentuk jahe segar imunitas tubuh yang itu sudah dilakukan dipanen pada umur 8-10 bulan atau dapat dari zaman nenek moyang. juga dipanen ± 4 bulan untuk jahe muda, Pendekatan kearifan lokal dan simplisia jahe (jahe kering), jahe bubuk, budaya dapat diterapkan dengan model dan minyak jahe (Melati et al., 2015). Jahe pembelajaran, yaitu model pembelajaran dapat digunakan untuk terapi non berbasis proyek. Model pembelajaran medikamentosa untuk penyakit lambungm berbasis proyek merupakan model seperti mual, muntah, dyspepsia, spasme pembelajaran di mana dihasilkan luaran abdomen, dan ulkus peptikum karena berupa produk (tulisan, karya 3 dimensi, mengandung Gingerol, Zingerone, multimedia, atau produk lainnya) yang Flavonoid, Aseton, Metanol dan minyak melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, atsiri (Pairul et al., 2017). dan evaluasi. Guru dan siswa dapat mencari informasi dari artikel ilmiah, media cetak,

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 62 A B

C D Gambar 2. Contoh bagian video pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya Betawi. (A) Bagian pembuka video: kompetensi dasar dan tujuan pembuatan video; (B) Pemanfaatan tumbuhan dan hewan pada Upacara Perkawinan Betawi; (C) Pemanfaatan tumbuhan dan hewan pada Kuliner Betawi; (D) Bagian penutup video: simpulan dari video pembelajaran Biologi Sumber: Ponto & Munthe (2019) Salah satu produk yang dapat & S Agustina, 2018), serta meningkatkan dihasilkan adalah pembuatan media keterampilan berpikir kreatif (Fatmawati, pembelajaran mengenai kearifan lokal dan 2011). Menurut Adinugraha (2018), budaya di Jakarta (Betawi). Contoh proyek pembelajaran berbasis proyek dapat video pembelajaran dapat dilihat pada memotivasi siswa karena bersifat student Gambar 2. centered leaning tetapi harus didukung Selain itu, Kompentensi oleh fasilitator (guru) dalam memotivasi Pengetahuan (KI3) dengan proyek video dan memfasilitasi siswa. pembelajaran dapat digunakan untuk Kelebihan-kelebihan pendekatan mengukur Kompetensi Keterampilan siswa kearifan lokal dan budaya yang (KI 4). Hal ini karena dalam diintegrasikan dengan model pembelajaran pembuatannya dapat diukur melaui berbasis proyek dapat dijadikan alternatif keterampilan proses sains, seperti dalam pembelajaran Biologi sesuai dengan mengamati, mengidentifikasi, Kurikulum 2013. Hal ini karena dalam menganalisis, dan mengkreasikan. pendekatan pembelajaran tersebut mampu Pembelajaran berbasis proyek mengukur kompentesi sikap spiritual, dengan pendekatan kearifan lokal dapat sikap sosial, pengetahuan, dan membuat pembelajaran menjadi aktif dan keterampilan. Pendekatan kearifan lokal meningkatkan kemampuan literasi. Hal ini dan budaya juga dapat membuat guru dan karena model pembelajaran berbasis siswa lebih peduli dengan kebudayaan proyek dapat meningkatkan hasil belajar setempat sehingga karakter dari sebuah (Jagantara et al., 2014) dan sikap (Annafi daerah tetap terjaga dengan baik.

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 63 KESIMPULAN

Potensi kebudayaan Betawi perkawinan adat Betawi dan kuliner berpotensi sebagai alternatif Pendekatan Betawi. Species yang digunakan sebagian Kearifan Lokal dan Budaya (KALBU) besar adalah tumbuhan dari kelompok pada pembelajaran Biologi Kurikulum Eudicots, Monocots, dan Magnoliids. 2013. Hal ini karena pendekatan kearifan Species hewan biasanya digunakan sebagai lokal dan budaya sesuai dengan Kurikulum pelengkap, seperti dari kelompok Aves dan 2013 yang berbasis kompetensi, yaitu Crustacea. Pendekatan kearifan lokal dan mengukur kompetensi sikap spiritual, budaya dapat diintegrasikan dengan sikap sosial, pengetahuan, dan model pembelajaran berbasis proyek. keterampilan. Kompetensi pengetahuan Salah satu bentuk proyek yang dapat pada Kebudayaan Betawi yang dapat diterapkan adalah video pembelajaran diintegrasikan dalam Biologi Kelas X mengenai kearifan lokal dan budaya adalah topik Kingdom Plantae dan Betawi di mana berkaitan dengan materi Kingdom Animalia. Hal ini karena kearifan Kingdom Plantae dan Kingdom Animalia. lokal dan budaya Betawi memanfaatkan Video pembelajaran juga dapat digunakan tumbuhan dan hewan dalam sebagai alternatif mengukur Kompetensi kebudayaannya. Pemanfaatan tumbuhan Keterampilan siswa. dan hewan tampak pada upacara

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, F. (2019). Buku Siswa Biologi yang berbudaya. Quantum: Jurnal Kelas X SMA/MA. Jakarta: Puskurbuk Inovasi Pendidikan Sains, 9 (1): 1-10. Kemdikbud. Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta. Adinugraha, F. (2019). Buku Guru Biologi (2019). Jumlah penduduk Provinsi Kelas X SMA/MA. Jakarta: Puskurbuk DKI Jakarta menurut kelompok umur Kemdikbud. dan jenis lelamin, 2018. Online at Adinugraha, F. (2018). Model https://jakarta.bps.go.id/ [diakses 03 pembelajaran berbasis proyek pada Maret 2020, pukul 11.21 WIB]. mata kuliah media pembelajaran. Erwin, L. T., & Erwin, A. (2008). Peta Jurnal SAP, 3 (1): 1-9. 100 tempat makan makanan khas Adinugraha, F. (2019). Pendekatan Betawi di Jakarta, Bekasi, Depok, kearifan lokal dan budaya (KALBU) Tangerang. Jakarta: PT Gramedia dalam pembelajaran Biologi di Pustaka Utama. Purworejo. Jurnal Pendidikan, 20 (1): Fatmawati, B. (2011). Pembelajaran 1-17. berbasis proyek untuk meningkatkan Annafi, H., & Agustina, S. (2018). keterampilan berpikir kreatif Pengembangan model pembelajaran mahasiswa. Jurnal Pengajaran MIPA, Project Based Learning (PBL) 16 (2): 85-92. berbasis kearifan lokal untuk Gardjito, M., Palupi, S., & Adimidjaja, L. mempersiapkan calon pendidikan F. (2016). Kuliner Betawi: Selaksa

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 64 rasa dan cerita. Jakarta: PT Gramedia korelasinya viabilitas benih jahe putih Pustaka Utama. besar (Zingiber officinale Rosc.). Gilitasha, A. (2018). Pembuatan bir pletok Jurnal Littri, 21 (2): 89-98. dengan menggunakan reverse Nasruddin, N., Kusumah, S. D., Purwana, spherification method sebagai inovasi B. H. S., & Kartawinata, A. M. produk berkelanjutan. Skripsi. (2011). Buku kearifan lokal di tengah Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, 1- modernisasi. Jakarta: Kementerian 24. Kebudayaan dan Pariwisata Republik Habsari, R. (2007). Info boga Jakarta. Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Pairul, P. P. B., Susianti, S., & Nasution, Hasanuddin, H. (2015). Etnobotani S. H. (2017). Jahe (Zingiber tanaman hias di Tanah Jambo Aye officinale) sebagai anti ulserogenik. Aceh Utara. Prosiding Seminar Medula, 7 (5): 42-46. Nasional Biotik, 96-111. Pathoni, A. (2008). Tinjauan hukum Islam Hidayati, I. (2018). Mobilitas sirkuler. terhadap tradisi khutbah penyerahan Online at dan khutbah penerimaan dalam http://kependudukan.lipi.go.id/ perkawinan adat Betawi: Studi kasus [diakses 03 Maret 2020, pukul 13.00]. di Setu Babakan Kelurahan Srengseng Ishartani, D., Kawiji, K., & Khasanah, L. Sawah. Skripsi UIN Jakarta, 1-59. U. (2012). Produksi bir pletok kaya Peraturan Menteri Pendidikan dan antioksidan. Jurnal Teknologi Hasil Kebudayaan Republik Indonesia Pertanian, 5 (2): 32-39. Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Iskandar, J. (2016). Etnobiologi dan Isi Pendidikan Dasar dan Menengah keragaman budaya di Indonesia. [Permendikbud]. UMBARA, Indonesian Journal of Pitoyo, A. J., & Triwahyudi, H. (2017). Anthropology, 1 (1): 27-42. Dinamika perkembangan etnis di Jagantara, I. M. W., Adnyana, P. B., & Indonesia dalam konteks persatuan Widiyanti, N. L. P. M. (2014). negara. Populasi, 25 (1): 64-81. Pengaruh model pembelajaran Purbasari, M. (2010). Indahnya Betawi. berbasis proyek (project based Humaniora, 1 (1): 1-10. learning) terhadap hasil belajar Raven, P. H., Johnson, G. B., Mason, K. Biologi ditinjau dari gaya belajar A., Losos, J. B., & Singer, S. R. siswa SMA. E jurnal Program (2011). New York: The Mc-Graw- Pascasarjan Universitas Pendidikan Hill Companies. Ganesha, 4 (1): 1-13. Tim Admin. (2019). Perkampungan Jayani, D. H. (2019). Jumlah penduduk budaya Betawi. Online at DKI Jakarta 2019 mencapai 10,5 juta http://www.setubabakanbetawi.com/ jiwa. Online at [diakses 02 Maret 2019, pukul 11.20 https://databoks.katadata.co.id/ WIB]. [diakses 03 Maret 2020, pukul 12.30 Untari, D. T, Avenzora, R., Darusman, D., WIB]. Arief, H., & Prihatno, J. (2018). Melati, M., Ilyas, S., Palupi, E. R., & Strategi pengembangan kuliner Susila, A. D. (2015). Karakteristik tradisional Betawi di DKI Jakarta. fisik dan fisiologis jenis rimpang serta

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 65 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Windarsih, A. (2013). Memahami Keuangan, 2 (3): 313-340. “Betawi” dalam konteks cagar budaya Urry, L. A, Chain, M. L., Wasserman, S. Condet dan Setu Babakan. Jurnal A., Minorsky, P. V., & Reece, J. B. Masyarakat dan Budaya, 15 (1): 177- (2017). Biology: Campbell Eleventh 200. Edition. New York: Pearson.

EDUPROXIMA VOL. 2 NO. 2 66