Amanat dalam Novel Ing Satengahing Alas Brongkos Karya Tiwiek SA: Suatu Tinjauan Struktural

Ignatius Denik

Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas , Depok, 16424

[email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai amanat yang terkandung di dalam novel Ing Satengahing Alas Brongkos. Novel ini bercerita tentang sepasang suami istri dalam menjalani kehidupan rumah tangga dengan berbagai rintangan. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat menemukan amanat apa saja yang terkandung. Untuk dapat menemukannya maka digunakan analisis struktural yang dikemukakan oleh Panuti Sudjiman (1992). Dengan analisis struktural maka ditemukan unsur-unsur sastra yang membangun cerita tersebut, seperti alur dan pengaluran, latar, tokoh dan penokohan, serta tema dan amanat. Pada akhirnya setelah dilakukan analisis maka diperoleh amanat apa saja yang terkandung.

Kata kunci: Amanat, novel, unsur-unsur sastra. Structural

The moral Value of Ing Satengahing Alas Brongkos Novel By Tiwiek SA: A Structural Overview

Abstract

This paper discusses the moral value of Ing Satengahing Alas Brongkos novel. This novel tells a story of husband and wife who meet many obstacles in living the household. The purpose of this paper is to find the moral value that is delivered in the novel. This paper uses structural analysis that is theorized by Panuti Sudjiman (1992). With structural analysis, it can be discovered literary elements that construct the story, such as plot, setting, character and characterization, theme, and messages. In the end, this paper is able to find the moral value that is delivered in the novel.

Keywords: Moral value, novel, literary elements, structural

1. Pendahuluan

Karya sastra merupakan bagian dari kesenian yang mengandung unsur keindahan yang disalurkan oleh penciptanya melalui sebuah hasil karya tulis. Biasanya karya sastra ini dipengaruhi oleh unsur politik, sosial, maupun budaya yang berkembang pada masa itu. Danziger dan Jhonson melihat sastra sebagai suatu “seni bahasa” (Melani Budianta, dkk., 2003:

1 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 7). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa sastra merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan media bahasa.

Koentjaraningrat dalam buku Kebudayaan Jawa (1984: 203-204) menuliskan bahwa bahasa adalah salah satu dari unsur kebudayaan. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang memiliki kebudayaan. Perkembangan karya sastra dipengaruhi oleh situasi dan kondisi masyarakat yang sedang terjadi pada saat itu. Begitu pula yang terjadi di dalam masyarakat Jawa yang mengalami perkembangan dari masa ke masa perkembangan sastra Jawa dibagi ke dalam empat babak, yakni sastra Jawa kuna, sastra Jawa tengahan, sastra Jawa baru, dan sastra Jawa modern (Karsono, 2001 : 3). Pada periodisasi tersebut dikenal beberapa jenis karya sastra yang terkenal pada masanya seperti kakawin pada masa Jawa Kuno, kidung pada masa kesusastraan Jawa Pertengahan, macapat pada masa kesusastraan Jawa Baru, dan yang terakhir prosa dan puisi dalam kesusastraan Jawa Modern.

Puisi merupakan salah satu bentuk seni sastra di samping prosa dan drama, oleh karena itu puisi juga merupakan salah satu bentuk kesenian yang mengandung suatu unsur keindahan. Namun unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam puisi tentu berbeda dengan unsur-unsur keindahan cabang seni lainnya karena pada puisi unsur pembentuknya pun berbeda (Karsono, 2012: 1). Ada tiga unsur yang menjadi elemen utama dalam membentuk keindahan pada puisi yaitu bunyi, kata, dan peruangan. Selain itu aspek keindahan puisi ditentukan juga oleh bunyi- bunyi yang muncul serta pembacaan yang menentukan makna.

Prosa merupakan salah satu jenis karya sastra yang termasuk dalam teks naratif. Teks naratif adalah semua teks yang tidak bersifat dialog dan isinya merupakan suatu kisah sejarah, sebuah runtutan atau deretan peristiwa ( Luxemburg, 1992 : 119 ). Pada saat ini karya prosa atau novel tidak lagi berkisah tentang keagungan seorang penguasa atau raja yang mengisahkan tentang kerajaan maupun filosofi dan kebatinan Jawa, melainkan mengisahkan tentang keadaan masyarakat secara utuh dengan kelebihan dan kekurangannya (Suprapto, 1991: 23). Dapat dipahami bahwa karya sastra Jawa modern telah menempatkan dirinya dalam suatu bentuk karya sastra yang berorientasi kepada pemahaman hidup masyarakat yang lebih realis dan konkret tanpa meninggalkan kesusastraan Jawa secara hakiki.

2 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 Dalam perkembangannya terdapat beberapa jenis prosa sastra Jawa seperti cerkak (cerita cekak), cerbung (cerita bersambung), dan novel. Cerkak merupakan sebuah cerita singkat yang ceritanya langsung selesai pada saat itu dan biasanya dimuat dalam sebuah surat kabar. Cerbung merupakan cerita bersambung yang ceritanya masih mempunyai kelanjutan pada epis bagian lainnya biasanya juga dimuat dalam surat kabar.

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari Bahasa Italia novella yang berarti “Sebuah kisah atau sepotong berita”. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan setiap watak dan sifat. Novel masuk periodisasi karya sastra Jawa modern karena bentuknya yang lebih moderat dibandingkan periode kesusastraan Jawa sebelumnya yang lebih konsevatif. Novel sebagai ragam kesusastraan Jawa yang modern mulai dipengaruhi karya kesusastraan barat yang tidak tidak dapat tertahankan perkembangannya dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi.

Dalam penelitian ini penulis memilih sebuah teks novel yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahan/objek penelitian. Novel yang dimaksud adalah novel yang berjudul Ing Satengahing Alas Brongkos karya Tiwiek S A. Dalam novel ini terdapat kisah percintaan seorang suami dan istri yang bahu-membahu dalam menjalani pasang-surutnya kehidupan berumah tangga. Begitu banyak cobaan yang mereka lalui sehingga pada akhir datang cobaan yang sangat besar, yaitu kesetiaan cinta mereka diuji dengan kehadiran orang ketiga di tengah keluarga kecil mereka.

Pada umumnya satrawan jawa hanya mengangkat satu tema saja dalam karyanya, namun Tiwiek SA sastrawan Jawa yang mempunya gaya cerita tersendiri. Beliau selalu menggabungkan tema sosial dengan percintaan dan kejahatan. Itulah yang telah melekat dalam gaya bercerita Tiwiek SA. Oleh karena itu sastrawan Jawa senior Suprata Brata menganggap Tiwiek SA sebagai sastrawan Jawa yang menyimpang, walaupun demikian prestasi beliau dalam dunia sastra Jawa tidak diragukan lagi dengan prestasi yang ia dapatkan.

Dalam penulisan ini bertujuan mengungkap struktur cerita di dalam Novel Ing Satengahing Alas Brongkos. Struktur cerita tersebut meliputi unsur tokoh dan penokohan, alur dan

3 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 pengaluran, latar dan tema yang ditemukan melalui analisis struktural. Dengan demikian, tujuan penelitian ini dapat mengetahui amanat yang terkandung dalam novel.

2. Tinjauan Teoritis

Pada penelitian novel Ing Satengah Ing Alas Brongkos yang selanjutnya disebut ISAB, menggunakan pendekatan unsur-unsur teks sastra yang dikemukakan oleh Panuti Sudjiman dalam bukunya yang berjudul Memahami Cerita Rekaan (1992). Unsur-unsur sastra yang disebutkan dalam buku Memahami Cerita Rekaan antara lain: a. Alur Alur merupakan urutan peristiwa dengan urutan tertentu yang membangun struktur utama atau sebagai tulang punggung cerita. Menurut Sudjiman (1992: 30), secara umum struktur alur terbagi menjadi tiga yaitu • Awal : a. Paparan (Exposition) b. Rangsangan (Inciting moment) c. Gawatan (Rising Action) • Tengah : d. Tikaian (Conflict) e. Rumitan (Complication) f. Klimaks • Akhir : g. Leraian (Falling Action) h. Selesaian (Denounment) secara umum struktur cerita terdapat bagian-bagian tersebut. Namun tidak semua cerita terkandung unsur-unsur tersebut. Maka dapat menjadi sebuah prinsip dasar dalam penyusunan sebuah cerita (Panuti, 1992: 31). b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh yang dimaksud dalam cerita rekaan adalah individu rekaan yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi ada juga yang berwujud

4 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 binatang atau benda yang diinsankan (Panuti, 1992:16). Berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan (Panuti, 1986: 61).

Tokoh sentral merupakan tokoh yang memegang peranan penting di dalam cerita. Selain itu, tokoh sentral selalu menjadi sasaran atau fokus utama dalam cerita atau biasa disebut sebagai tokoh utama (Panuti, 1992: 18). Tokoh utama juga biasa disebut sebagai tokoh protagonis. Selain tokoh protagonis, tentu ada lawannya, yaitu tokoh antagonis. Tokoh ini juga merupakan tokoh utama dan biasanya memunculkan konflik di dalam cerita, cerita dapat menjadi lebih hidup dan menjadi seru. Tokoh antagonis ini menjadi tokoh penentang utama dalam cerita dari tokoh protagonis.

Tidak hanya terdapat tokoh utama saja (antagonis dan protagonis) yang ada di dalam cerita rekaan. Terdapat juga tokoh bawahan yaitu tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama (Grimes dalam Panuti, 1992: 19).

Selanjutnya, setelah membagi tokoh-tokoh di dalam cerita rekaan berdasarkan perannya, maka perlu dilakukan penciptaan citra dari tokoh tersebut agar mempunyai ciri-ciri fisik dan ciri-ciri sifat serta sikap batin agar wataknya juga dikenal oleh pembaca. Watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakan dengan tokoh lainnya. Penyajian dari watak tokoh inilah yang biasa disebut sebagai penokohan (Panuti, 1992: 23) c. Latar

Latar berguna untuk menganalisis unsur ekstrinsik dari cerita rekaan dan merupakan salah satu bagian yang penting. Dapat diartikan bahwa latar merupakan segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya suatu karya sastra (Panuti, 1992: 42). Fungsi dari latar dapat memberikan informasi tentang situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya. Selain itu ada latar yang berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh dan menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh (Panuti, 1992: 46).

Dalam suatu cerita rekaan, latar menjadi suatu unsur yang dominan. Hudson (Panuti, 1992: 44) membedakan jenis latar yaitu latar fisik dan latar sosial. Latar sosial mencakup

5 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan latar fisik adalah tempat di dalam wujud fisiknya, seperti bangunan, daerah, dan sebagainya. Adapula latar fisik yang menimbulkan dugaan atau tautan pikiran tertentu ini disebut sebagai latar spiritual (Panuti, 1992: 44–45). d. Tema dan Amanat

Tema merupakan konsep sentral yang dikembangkan di dalam cerita meliputi gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra tersebut yang juga didukung oleh pelukisan latar yang tersirat dalam lakuan tokoh. Bahkan dapat menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa di dalam suatu alur. Selain itu juga tema dapat kita temukan melalui dari pembicaraan-pembicaraan atau dialog yang terjadi antar tokoh. (Panuti, 1992: 50–52)

Setiap novel yang kita baca, tentulah mengandung suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis tersebut, itulah yang biasa disebut sebagai amanat (Panuti, 1992: 57). Amanat yang terkandung pada sebuah karya sastra dapat disajikan secara implisit ataupun secara eksplisit. Secara implisit jika amanat tersebut hanya tersirat dalam tingkah laku tokoh hubungan antar peristiwa yang terjadi. Namun jika secara eksplisit, amanat tersebut disampaikan pada akhir cerita secara naratif oleh pengarang yang berisi mengenai peringatan, nasihat, ajaran atau larangan yang mendasari dari cerita tersebut (Panuti, 1992: 57-58).

3. Metode Penelitian dan Sumber Data

Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Jadi pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.

Langkah kerja dalam memahami sebuah cerita tidak mudah, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, melakukan observasi dengan membaca karya sastra beberapa kali dan

6 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 memahaminya untuk mendapatkan keterkaitan antar unsur-unsur yang ada. Hal ini dilakukan karena objek penelitian adalah karya sastra.

Kedua, setelah melakukan pengamatan maka kita akan menemukan kasus atau masalah dari objek yang telah kita amati tadi. Kita dapat mengerucutkan lagi dari beberapa masalah yang kita temukan menjadi masalah utama belandaskan beberapa teori dari para ahli, pada penilitian ini menggunakan pendapat yang disampaikan oleh Panuti Sudjiman tentang penelitian sastra dalam buku memahami cerita rekaan. Ketiga dari uraian tersebut menarik satu hal menjadi dasar bagi kesimpulan keseluruhannya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Ing Satengahing Alas Brongkos karya Suwignyo Adi, atau yang dikenal dengan nama pena Tiwiek SA. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Paramarta, Tulungagung, Jawa Timur pada tahun 2015 dengan No. ISBN 978-602-7937-46-8. Selanjutnya, novel Ing Satengahing Alas Brongkos ditulis dengan singkatan ISAB.

4. Analisis a. Alur

Berdasarkan paparan cerita ISAB, untuk lebih mempermudah pembacaan serta pemahaman, perlu disertakan tabel dan skema Peristiwa Fungsional dan Tahapan Alur sebagai berikut.

Tabel Peristiwa Fungsional dan Tahapan Alur

No. Tahapan Peristiwa Peristiwa Fungsional

1. Tahapan 1. Srining dan Witono dalam kesulitan pemaparan ekonomi.

peristiwa 2. Srining melamar pekerjaan di supermarket (Exposition). kumenyar. 3. Srining diterima bekerja dan memperbaiki

keadaan ekonomi keluarganya. 4. Witono merasa curiga dengan pekerjaan Srining.

7 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 2. Tahapan 5. Tingkah laku Srining menjadi berubah. rangsangan 6. Witono merasa sakit hati terhadap Srining

peristiwa atas perkataannya. (Incriting 7. Srining ditinggalkan oleh Witono di tengah Moment). jalan daerah Sumber Pucung.

8. Srining merasa kebingungan ditinggal seorang diri. 9. Srining teringat dengan asal-usul mobil

tersebut. 3. Tahapan 10. Setelah empat bulan bekerja Srining peristiwa diangkat menjadi sekretaris pribadi. Bagian gawatan 11. Witono tidak senang dan curiga ketika Awal (Rising Srining menjadi sekretaris pribadi. Action). 12. Srining digoda Pak Bram dengan segala rayuannya.

13. Srining tergoda oleh rayuan Pak Bram dan bersedia melayaninya. 14. Srining mendapatkan segala kenikmatan, fasilitas, bonus gaji, hingga mobil. 15. Srining dihampiri dua orang pemuda. 16. Srining diberitahu jika daerah tersebut tidak aman. 17. Mat Pleki menawarkan diri untuk menyupiri Srining. 18. Srining dan Mat Pleki mampir ke warung makan, rencana jahat Mat Pleki pun muncul. 19. Srining dibawa ke gubug di tengah Alas Brongkos. 20. Esok harinya Srining terbangun dan terdapat sebuah pucuk surat.

8 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 21. Surat tersebut menyatakan bahwa Srining telah dirampok segalanya. 22. Witono pulang kerumah di Puri Nirmala.

4. Bagian Tahapan 23. Witono menjual sepeda motor dan Tengah peristiwa menggadaikan BPKB mobil untuk modal tikaian bekerja.

(Conflict) 24. Witono merasa direndahkan semenjak Srining bekerja di supermarket. 25. Witono meninggalkan surat untuk Srining permintaan maaf dan pamit. 26. Witono pergi mengunjungi rumah Gesit guna menanyakan pekerjaan. 27. Witono dijanjikan untuk bekerja menjadi TKI di Malaysia oleh Gesit. 28. Witono tidak sengaja bertemu dengan Srining yang baru turun dari bis dengan keadaan yang lusuh dan pucat. 29. Srining tiba di Puri Nirmala yaitu rumahnya bersama Witono. 30. Srining merasa curiga ketika sesampainya dirumah ditemukannya sepucuk surat di meja. 31. Srining bergegas untuk pergi ke kantor esok paginya namun terlihat pucat dan kurang segar. 32. Srining menceritakan kejadian yang telah dialaminya kepada Pak Bram. 33. Sebulan setelah kejadian tersebut, Srining merasa tidak enak badan.

9 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 34. Srining tetap bekerja walaupun badannya tidak sehat dan pucat. 35. Srining dicurigai hamil oleh temannya. 36. Srining merasa bingung jika memang ia hamil, dengan siapa ia hamil. 37. Srining memeriksakan diri ke dokter. 38. Srining mendapatkan hasil bahwa dia memang positif hamil. 39. Srining merasa bingung, benarkah Pak Bram yang menghamili. 40. Srining berangkat lebih cepat untuk menemui Pak Bram. 41. Srining memberitahu bahwa ia telah hamil melalui telepon. 42. Srining menemui Pak Bram esok harinya guna membicarakan kehamilannya. 43. Pak Bram menyangkal dan beralasan bahwa ia telah divasektomi jadi tidak mungkin jika dengan dia. 44. Srining dipecat karena dianggap memfitnah Pak Bram. 45. Srining pulang ke rumah dengan keadaan yang bingung dan kecewa. 46. Srining memutuskan untuk tinggal bersama orang tuanya. 5. Tahapan 47. Srining tinggal di desa bersama pamannya. peristiwa 48. Srining berniat membuka warung dengan rumitan konsep swalayan. (Complication 49. Srining menceritakan kronologis kejadian ). kepada bapak ibunya. 50. Budiyono berisitirahat siang hari sambil

10 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 mendengarkan berita siaran di radio. 51. Budiyono tertarik dengan iklan rumah di Puri Nirmala. 52. Budiyono jadi mengontrak di rumah Srining Puri Nirmala tersebut. 53. Srining membangun rumah makan dengan konsep seperti swalayan. 54. Srining diminta Bripka Budiyono untuk datang ke polsek. 55. Srining mendapat kabar bahwa rumahnya kerampokan. 56. Srining bertemu dengan Mat Pleki di kantor polisi. 57. Srining jatuh pingsan dan terjadi pendarahan. 58. Srining di operasi karena keguguran.

6. Tahapan 59. Srining menceritakan kronologis kejadian peristiwa di Alas Brongkos kepada polisi. klimaks. 60. Srining dibantu Pak Budiyono guna menyelesaikan kasus ini. 61. Srining berhasil menemukan kembali surat ancaman dari Mat Pleki. 62. Bripka Budiyono mengadakan penyelidikan ke tempat-tempat kejadian perkara. 63. Bripka Budiyono menemui Srining guna memberitahu perkembangan kasusnya. 64. Briptu Matarawi mengambil contoh tulisan tangan Mat Pleki.

11 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 65. Contoh tulisan tangan Mat Pleki dicocokan dengan surat ancaman 66. Mat Pleki diinterogasi oleh polisi namun tetap mengelak dan menyangkal. 67. Setelah ditunjukan bukti kesamaan bentuk tulisan baru ia tidak bisa mengelak kembali.

7. Bagian Rangkaian 68. Srining diminta ke polsek Kedungwaru Akhir. peristiwa mengenai masalah Mat Pleki. leraian 69. Srining bertemu dengan Mat Pleki untuk (Falling mendengarkan keterangan di kantor polisi. Action) 70. Mat Pleki ditetapkan sebagai tersangka. 71. Witono mengunjungi warung Srining. 72. Srining terkejut dan terharu Witono berada di hadapannya. 73. Witono bingung mengapa Srining mengkontrakan rumah di Puri Nirmala. 74. Srining menceritakan perkara kejadian yang dialaminya terhadap Witono.

12 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 8. Rangkaian 75. Srining tidak tergesa-gesa untuk membuka peritiwa warungnya. Selesaian 76. Srining memenuhi janjinya untuk (Denouement) menemani Witono. 77. Witono menceritakan perihal pekerjaan yang dilakukannya di Malaysia kepada orang tuanya. 78. Srining dan Witono memulai kehidupan barunya. 79. Srining membuka cabang warung makannya, Witono membuat peternakan kambing. 80. Srining mendapatkan kabar bahwa Pak Bram dipenjara akibat perselingkuhan.

Hubungan antara Peristiwa Fungsional dan Tahapan Alur dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut.

Awal Tengah Akhir Klimaks

Pengenalan

Penyelesaian Sub Bab 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Gambar Skema Alur

Gambar skema alur di atas menunjukkan bahwa konflik terjadi semakin menegang secara perlahan hingga mencapai pada klimaksnya dan berakhir pada penyelesaian. Pada subbab 1-3 berisi pengenalan awal mengenai informasi tokoh secukupnya sedangkan pada subbab 4-13

13 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 berisi rangkaian peristiwa konflik yang dialami oleh tokoh dan klimaksnya pada subbab 13. Mulai mereda menuju akhir penyelesaian terjadi pada subbab 14-17. b. Tokoh dan Penokohan

Setelah menjelaskan berbagai hal mengenai penokohan di dalam cerita rekaan, Panuti Sudjiman (1992: 24-26) menyebutkan bahwa ada tiga metode dalam menyajikan penokohan yang ada dalam cerita rekaan. Pertama metode analitis (metode langsung), kedua metode dramatik (metode tak langsung), dan terakhir metode kontekstual. Biasanya dalam sebuah karya sastra ketiga metode ini digunakan secara bersama-sama. Ada yang mengkombinasi antara dua metode, atau ada pula yang didominasi oleh salah satu metode dari tiga metode di atas.

Setelah dilihat dari struktur fungsionalnya, maka didapatlah nama-nama tokoh yang terlibat di dalam novel ISAB tersebut - Srining - Aiptu Jarot Setyono - Witono - Santi - Bramantyo / Pak Bram - Dhik Dheni - Mat Pleki - Mbak Dina - Dul Kuwuk - Gesit - Pak Slamet - Pak Rustaji - Bripka Budiyono - Lik Rubi - Briptu Matarwi - Yu Nem - Yu Tukinem - Yu Warti. Tokoh yang tampak sebagai dominan dalam cerita ISAB tertuju kepada Srining. Dalam kehadirannya Srining selalu menggerakan alur dan merangkai peristiwa demi peristiwa yang terjadi. Pada awal kemunculan belum tampak begitu jelas mengenai tokoh utama. Kemunculan tokoh utama mulai terlihat ketika Srining dipasangkan dengan Witono yaitu suaminya.

Tokoh bawahan yaitu tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama Grimes (dalam Panuti, 1992: 19). Selain tokoh utama, kehadiran tokoh bawahan juga diperlukan di dalam cerita rekaan. Setelah menganalisis alur cerita, kita dapat menemukan peranan tokoh tersebut. Dalam

14 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 novel ISAB yang menjadi tokoh bawahan ialah Witono, Bramantyo / Pak Bram, Mat Pleki, Dul Kuwuk, Bripka Budiyono.

Di dalam novel Ing Satengahing Alas Brongkos juga terdapat tokoh yang tidak terlalu memegang peranan di dalam cerita rekaan tetapi kehadirannya juga dibutuhkan agar dapat membangun suasana cerita biasanya disebut sebagai tokoh tambahan (Sudjiman, 1968: 75). Tokoh-tokoh tambahan di dalam novel ISAB adalah Mbak Dina dan Atikah (Teman Srining di supermarket Kumenyar), Dhik Dheni (Satpam supermarket kumenyar), Pak Slamet (Sopir utusan Pak Bramantyo), Dul Kuwuk (Teman Mat Pleki), Aiptu Jarot Setyono dan Briptu Matrawi (Rekan kerja Bripka Budiyono), Yu Nem (Penjaga warung ), Yu Warti (Penjaga warung makan dekat supermarket Kumenyar), Gesit (Teman SMA Witono), dr Arviani (Dokter yang memeriksa kandungan Srining), Pak Rustaji dan Lik Rubi (orang tua Srining), Santi (Asisten Lik Rubi, anaknya Lik Munirah), Yu Tini (Juru Masak), Witarsih (Kakak perempuan Witono) c. Tema dan Amanat

Tema yang terkandung di dalam cerita Ing Satengahing Alas Brongkos adalah lakuan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama yaitu Srining. Penggambaran atas rangkaian peristiwa yang dialami oleh Srining merujuk pada hal kesetiaan cinta. Dengan kata lain, tema novel ISAB adalah percintaan. Terdapat kata-kata atau ungkapan yang dilakukan oleh sepasang suami istri ini menunjukan kesetian dalam hidup berumah tangga.

Amanat dalam novel ISAB merupakan penyampaian amanat secara implisit, karena penulis tidak menyampaikan amanat secara langsung yang terdapat pada kutipan bagian akhir cerita. Tetapi disampaikan melalui lakuan yang terjadi antar tokoh dan hubungan-hubungan peristiwa yang dapat disimpulkan sendiri oleh para pembacanya. Setelah dilakukan analisis atas cerita novel ISAB maka dapat ditemukan beberapa amanat yang terkandung di dalam cerita tersebut, adalah

1. Jangan melakukan tindakan menghalalkan segala cara (jual diri). 2. Jangan terlalu mudah percaya dengan orang yang baru dikenal. 3. Kejujuran merupakan suatu yang berharga dan penting.

15 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 Keterkaitan amanat dalam membangun struktur teks cerita berdasarkan lakuan dan dialog antar tokoh yang terjadi, maka secara tidak langsung kita dapat menemukan amanat yang terkandung. Kita dapat menyimpulkan rangkaian antar peristiwa yang terjadi di antara para tokoh. Perbuatan Witono yang dapat menerima kembali Srining secara lapang dada karena sikap jujur yang ditunjukan oleh Srining dapat menjadi sebuah amanat yang dapat kita temukan. d. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan pemaparan terhadap novel Ing Satengahing Alas Brongkos karya Tiwiek SA maka dapat kita temukan kesimpulan sebagai berikut; Unsur alur dan pengaluran menunjukkan bahwa novel ISAB bersifat linear atau maju. Rangkaian peristiwa disusun secara kronologis, mulai dari bagian awal yang berisi pengenalan penokohan, pengenalan peristiwa-peristiwa awal, kemudian pada bagian tengah, ditemukan pengenalan konflik yang terjadi hingga benar-benar terjadi konflik hingga pada puncaknya terjadi klimaks. Pada bagian akhir ditemukan sebuah penyelesaian dari konflik yang terjadi.

Srining merupakan tokoh utama atau tokoh sentral dalam cerita ISAB. Hal ini dapat dilihat dari peranan Srining di dalam cerita ISAB dalam setiap rangkaian peristiwa yang dapat membangun alur cerita. Srining sebagai tokoh utama didukung juga oleh Witono sebagai tokoh bawahannya yang menjadi orang kepercayaan Srining dan didukung juga dengan tokoh bawahan lainnya, yaitu Pak Bramantyo, Mat Pleki, dan Bripka Budiyono. Sebagai tokoh utama awalnya Srining digambarkan sebagai wanita yang penurut dan tidak banyak menutut. Srining selalu bersabar dan menerima segala keadaan yang terjadi, namun Srining juga wanita yang tidak patah semangat. Ia selalu berusaha untuk bekerja membantu suaminya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun setelah bekerja beberapa lama sifat Srining menjadi berubah, ia menjadi pemarah dan egois tidak mengerti dengan keadaan suaminya serta bertindak menghalalkan segala cara. Ia terjerumus dengan godaan dari manajer tempat ia bekerja dengan segala rayuannya.

Aspek unsur latar di dalam novel ISAB memiliki faktor yang cukup mendukung dan membangun suasana yang berkaitan dengan alur peristiwa cerita dan tokoh. Latar yang digambarkan di dalam novel ISAB adalah latar waktu yang tidak terlalu lama dapat dibilang cukup baru karena sekitar tahur 2000-an. Latar sosial yang tergambar dalam novel ISAB cukup membantu dan dapat menerangkan mengenai situasi lingkungan yang terjadi pada saat itu.

16 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 Tema yang terkandung dalam novel ISAB ini sebuah percintaan dan kesetiaan, walaupun mengandung unsur-unsur kriminalitas yang sudah menjadi ciri khas dari karya Tiwiek SA. Amanat yang terkandung dalam novel ISAB didapatkan dari tindakan lakuan antartokoh; Ada yang bersifat positif dan ada juga yang bersifat negatif. Setelah melakukan analisis terhadap peristiwa yang dilalui oleh antartokoh dan interaksi antartokoh maka dapat disimpulkan dalam novel Ing Satengahing Alas Brongkos ditemukan 3 buah amanat sebagai berikut: 1.) Jangan melakukan tindakan menghalalkan segala cara, tindakan seperti ini merupakan tindakan tidak terpuji karena selain bertentangan dengan ajaran agama bertentangan juga dengan hukum baik pidana maupun moral. 2.) Jangan terlalu mudah percaya kepada orang lain; memang baik jika kita selalu berpikiran positif kepada orang-orang tetapi jika kita hidup di zaman yang seperti ini tindakan yang dilakukan orang lain perlu kita curigai karena dapat menjadi bahaya bagi diri kita sendiri jika kita lengah dapat menjadi kesempatan bagi orang lain untuk berbuat jahat. 3.) Kejujuran; sebagai manusia yang beragama kita memang selalu dituntut untuk sebuah kejujuran karena jika kita bertindak jujur dan apa adanya walaupun memang cukup berat melakukannya tetapi pasti akan berbuah manis pada akhirnya walaupun cukup tidak mengenakan pada awalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Karsono H Saputra. (2012). Puisi Jawa Struktur dan Estetika. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Luxemburg, Jan van dkk. (1989). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Melani Budianta dkk. (2003). Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi. : Indonesia Tera.

Panuti Sudjiman. (1992). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

(1993). Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

17 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017 Sapardi Joko Damono. (1984). Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan. Jakarta: Gramedia.

Satoto Soediro. (1993). Metode Penelitian Sastra. : UNS Press.

Subana M, Sudrajat. (2005). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. CV: Pustaka Setia.

Suprapto. (1991). Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra. Surabaya: Indah.

Teeuw, A. (1988). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Gramedia.

Tirto Suwondo. (2011). Sastra Jawa dan Sistem Komunikasi Modern. : Gama Media.

Wellek, Rene & Warren, Austin. (1993). Teori Kesusastraan diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Zoetmulder, P.J. (1983). Kalangwan “Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang”. Jakarta: Djambatan.

Sumber Internet:

Fahrur Rozi. (2014). Aspek kejiwaan Tokoh Dalam Cerbung Wetesing Kasabaran. Diakses pada 25 November 2015 https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/36435/Aspek- Kejiwaan-Tokoh-Dalam-Cerbung-Watesing-Kasabaran-Karya-Tiwiek-Sa-Suatu- Tinjauan-Psikologi-Sastra.

Kamus:

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. (2008).Jakarta: Gramedia Pustaka utama.

Sutrisno Sastro Utomo. (2009). Kamus Lengkap Jawa-Indonesia, Yogyakarta: Kanisius.

18 Amanat dalam ..., Ignatius Denik, FIB UI, 2017