BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1. Karakteristik lokasi dan wilayah 1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi Luas wilayah Kota sebesar 6.052 Ha atau 60,52 km2 dan menjadi wilayah terkecil di Sumatera Utara selain Kota dan Kota . Wilayah admisnistrasi Kota Tanjungbalai terbagi ke dalam 6 kecamatan dan 31 kelurahan. Kecamatan Datuk Bandar menjadi wilayah terluas dengan luas wilayah mencapai 2.249 Ha atau sekitar 37,16 persen dari seluruh luas Kota Tanjungbalai, sedangkan Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi wilayah terkecil dengan luas 84 ha atau hanya sekitar 1,39 persen dari seluruh luas Kota Tanjungbalai.

Gambar 2.1. Luas Kota Tanjungbalai Berdasarkan Kecamatan (ha) Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 Secara administratif, semua bagian wilayah Kota Tanjungbalai berbatasan langsung dengan Kabupaten Asahan. Batas wilayah Kota Tanjungbalai secara rinci adalah sebagai berikut: Sebelah utara : Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten Asahan Sebelah selatan : Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan Sebelah barat : Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan Sebelah timur : Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-1 Gambar 2.2. Peta Administrasi Wilayah Kota Tanjungbalai

Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-2 2) Letak dan Kondisi Geografis a. Posisi Astronomis Kota Tanjungbalai terletak di antara 2˚58’15”- 3˚01’32” Lintang Utara dan 99˚48’00”- 99˚50’16” Bujur Timur dan berada pada pertemuan 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka, memiliki akses yang sangat mudah menuju tempat wisata internasional yakni kawasan Danau Toba. Oleh karenanya kini Kota Tanjungbalai memiliki sebutan baru yakni ”Mutiara Selat Malaka di Hilir Danau Toba”. b. Posisi Geostrategis Kota Tanjungbalai berada sekitar 184 km dari sebagai ibukota Sumatera Utara. Meskipun relatif tidak terlalu dekat dengan ibukota provinsi, Kota Tanjungbalai diuntungkan karena terletak pada pertemuan dua sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka. Kondisi tersebut menjadikan Kota Tanjungbalai sebagai jalur perdagangan internasional dan menjadi tempat lalu lintas barang dan jasa yang relatif ramai di pesisir Timur Pulau Sumatera. c. Kondisi/Kawasan Kota Tanjungbalai berada di wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara tepatnya berada di tepi Sungai Asahan yang merupakan sungai terpanjang di Sumatera Utara. 3) Topografi a. Ketinggian Lahan Secara umum, wilayah Kota Tanjungbalai terletak pada 0-3 m dari atas permukaan laut atau berupa dataran rendah dengan dominasi jenis tanah alluvial, latosol, dan pasir. Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah tertinggi dengan tinggi wilayah sekitar 3 meter di atas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah terendah dengan tinggi wilayah hanya sekitar 0-1 meter di atas permukaan laut. Posisi Kota Tanjungbalai yang dilalui dua sungai besar menyebabkan tingkat kesuburan tanahnya dipengaruhi oleh pasang surut air, sehingga tidak jarang wilayah Kota Tanjungbalai digenangi oleh air dan menjadi kawasan rawa-rawa. Tabel 2.1. Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015 No Kecamatan Tinggi (m) 1 Datuk Bandar 3 2 Datuk Bandar Timur 2 3 Tanjungbalai Selatan 2 4 Tanjungbalai Utara 2 5 Sei Tualang Raso 1,5 6 Teluk Nibung 0-1

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-3 b. Kemiringan Lahan Data kemiringan suatu wilayah berkaitan dengan bentuk bentang alam dan kemiringannya, antara lain: data morfologi dan kemiringan lereng. Ditinjau dari kondisinya, Kota Tanjungbalai memiliki kemiringan lahan 0-2% menjadikan permukaan tanah di seluruh wilayah merupakan dataran yang hampir rata. 4) Geologi a. Struktur dan Karakteristik Berdasarkan data Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, jenis batuan yang terdapat di Kota Tanjungbalai, meliputi alluvium muda yang terdapat di seluruh kecamatan yang terdapat di Kota Tanjungbalai, alluvium tua (kerikil, pasir, lempung) yang tersebar di Kecamatan Datuk Bandar, dan aneka terobosan yang menyebar di sebagian Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Sei Tualang Raso. b. Potensi Potensi sumber daya alam bila ditinjau dari sisi geologi adalah Galian golongan C berupa pasir yang tersebar di sepanjang Sungai Silau dan sebagian Sungai Asahan.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-4

Gambar 2.3. Peta Wilayah Kota Tanjungbalai berdasarkan Geologi Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

5) Hidrologi a. Sungai Selain Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka, Kota Tanjungbalai juga dialiri beberapa sungai kecil. Sungai-sungai kecil tersebut di antaranya adalah Sungai Pematang, Sungai Merbau, Sungai Kapias, dan Sungai Raja yang bermuara ke Sungai Asahan dan Sungai Silau. Kondisi air sungai saat ini telah mengalami pencemaran. Hal tersebut disebabkan oleh limbah perkotaan dan pembuangan sampah ke sungai. Selain itu, penurunan kualitas air sungai juga disebabkan oleh pencucian pasir-pasir maupun akibat dari lahan yang telah menjadi terbuka karena tidak ada vegetasi penutup, sehingga air dapat mengalir

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-5 bebas ke badan-badan air. Diketahui bahwa jika vegetasi tidak ada, maka air hujan langsung jadi overland flow dan biasanya membawa material-material yang dapat mengurangi kualitas air sungai.

Tabel 2.2. Panjang dan Lebar Sungai di Kota Tanjungbalai, 2015

Panjang Lebar Nama Sungai (Km) (m) Sungai Bandar Jaksa 8,2 10 Sungai Bandar Jepang 5,1 6,1 s/d 5,6 Sungai Bandar Sipoyong 6 6 Sungai Kanal Sultan 4 10,15 Sungai Giam I 6,5 6 Sungai Aek Noto 1,75 20 Sungai Parit Kangkung 1,5 20 Sungai Sei Giam II 2,35 6 Sungai Pantai Burung 4,25 25 Sungai Kapias 4,2 35 Sungai Tanjung Medan 6 30 Sungai Sarap 2,1 25 Sungai Daun Besar 1,5 25 Sungai Merbau 4,5 25 Sungai Rintis 2 25 Sungai Mata Halasan 1,2 3 Sungai Silau 7 125 Sungai Asahan 7,5 700 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 b. Debit Debit sungai sangat fluktuatif tergantung curah hujan. Perbedaan antara debit tertinggi dengan debit yang terendah dalam satu tahun kadang cukup signifikan. Debit air yang cukup besar di Kota Tanjungbalai adalah Sungai Silau dan Sungai Asahan. Rata debit air pada Sungai Silau adalah ± 95,47 m3/dt.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-6

Gambar 2.4. Debit Rata- Rata Bulanan Sungai Asahan Sumber: Dinas PSDA Provsu

Gambar 2.5. Debit Rata- Rata Bulanan Sungai Silau Sumber: Dinas PSDA Provsu

6) Klimatologi a. Suhu dan Kelembaban Suhu udara rata-rata Kota Tanjungbalai sekitar 250C-320C. Kota Tanjungbalai beriklim tropis serta mengalami musim hujan dan musim kemarau, relatif sama dengan wilayah lainnya yang berada di Sumatera Utara. Iklim Kota Tanjungbalai diklasifikasikan sebagai Af (iklim hutan hujan tropis) berdasarkan sistem Koppen-Geiger dengan kelembaban suhu udara rata-rata Kota Tanjungbalai sekitar 27,90C dan memiliki Presipitasi rata-rata 18,63 mm dengan kelembaban udara rata-rata 77% -98%. Lokasi yang berada dekat dengan laut membuat Kota Tanjungbalai tergolong daerah yang panas. Selama Tahun 2015 tercatat bahwa temperatur Kota Tanjungbalai mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Suhu maksimum mencapai 370C yang terjadi pada bulan Juni, sedangkan suhu minimum

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-7 mencapai 190C yang terjadi pada bulan Februari. Peningkatan suhu di Kota Tanjungbalai, salah satunya disebabkan peningkatan polusi udara akibat peningkatan debu dari kendaraan truk yang mengangkut pasir serta tiupan angin di lokasi tambang yang tidak memiliki vegetasi yang cukup. Tabel 2.3. Temperatur Rata-rata di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Tahun Rata-rata Temperatur (0C)

Minimum Maksimum 2011 27,93 23,54 32,32

2012 28,10 23,63 32,57

2013 27,91 23,95 31,86

2014 27,61 23,56 31,66 2015 28,21 23,75 32,68 Sumber: www.freemeteo.co.id, 2016 b. Curah hujan Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Pada periode 2015, musim hujan terjadi di Kota Tanjungbalai pada Bulan Juli-Agustus dan Bulan Nopember. Sementara musim kemarau terjadi pada Bulan Juni dan Bulan September-Oktober. Sesuai data yang dimuat di Kota Tanjungbalai dalam angka 2015, berdasarkan data Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) pada periode 2015 di wilayah Kota Tanjungbalai terdapat 109 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 1.601 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada Bulan Juli-Agustus yaitu 258 mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi selama Oktober dengan curah hujan sebesar 53 mm dengan hari hujan 5 hari. Jika dilihat dari banyaknya curah hujan yang turun, puncaknya terjadi pada Bulan Nopember, sedangkan musim kemarau puncaknya terjadi pada bulan Oktober.

Gambar 2.6. Rata-rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kota Tanjungbalai, 2015 Sumber: Balai Informasi Penyuluhan Pertanian(BIPP) Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-8 7) Penggunaan lahan a. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam. Jenis kawasan budidaya yang terdapat di Kota Tanjungbalai meliputi: 1. Kawasan perumahan; 2. Kawasan perdagangan dan jasa; 3. Kawasan perkantoran; 4. Kawasan peruntukan industri 5. Kawasan peruntukan pariwisata 6. Kawasan ruang terbuka non hijau kota 7. Kawasan pelabuhan 8. Kawasan perikanan b. Kawasan Lindung Penetapan kawasan ini didasarkan pada kondisi fisik dasarnya yang rentan/rawan bencana genangan/banjir serta kekhasan daerah Kota Tanjungbalai yang dikelilingi aliran sungai besar seperti Sungai Silau dan Sungai Asahan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033, meliputi: 1. Kawasan perlindungan setempat 2. Kawasan suaka alam dan cagar budaya 3. Kawasan rawan bencana alam 4. Kawasan ruang terbuka hijau

Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung dengan menggunakan konsep perhitungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009, Kota Tanjungbalai mempunyai status daya dukung lahan yang defisit terhadap penduduk yang tinggal di Kota Tanjungbalai. Artinya, kebutuhan akan lahan lebih besar dari ketersediaan lahan. Penurunan daya dukung lahan dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang terus meningkat, luas lahan yang semakin berkurang, persentase jumlah petani dan luas lahan yang diperlukan untuk hidup layak, dan jenis komoditas yang ada di wilayah setempat. Berdasarkan hasil survei lapangan penggunaan lahan (terakhir dilakukan pada Tahun 2008) yang terdata di Kota Tanjungbalai terdiri dari penggunaan lahan terbangun sebesar 57,31 persen dan lahan yang belum terbangun sebanyak 42,69 persen. Jenis lahan terbangun yang terdapat di Kota Tanjungbalai terdiri dari bangunan perumahan, perkantoran, fasilitas umum dan sosial, industri dan lain-lain. Sedangkan jenis lahan non terbangunnya, antara lain persawahan, perkebunan rakyat, kebun campuran dan lain-lain. Survei lapangan terhadap penggunaan lahan di Kota Tanjungbalai. Jumlah penggunaan lahan tertinggi di Kota Tanjungbalai adalah untuk lahan perkebunan (pertanian) yaitu seluas 2.507,429 Ha atau sekitar 73,38 persen dari keseluruhan lahan yang tersedia.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-9

Gambar 2.7. Penggunaan Lahan di Kota Tanjungbalai, 2008 Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya.

Tabel 2.4. Rencana Pola Ruang kawasan Budidaya Kota Tanjungbalai No Rencana Pola Ruang Uraian Kawasan 1. Kawasan Peruntukan Permukiman Kepadatan Tinggi (>150 Perumahan bangunan/ha) - Direncanakan 91 ha - Kecamatan Tanjungbalai Utara dan Tanjungbalai Selatan (Pusat Pelayanan Kota) - Kecamatan Teluk Nibung (SPPK 4) - Kecamatan Sei Tualang Raso (SPPK 3) - Kecamatan Datuk Bandar Timur (SPPK 2) Permukiman Kepadatan Sedang (51-150 bangunan/ha) - Direncanakan 163 ha - tersebar di Kecamatan Datuk Bandar, Datuk Bandar Timur, Sei Tualang Raso, dan Teluk Nibung Pemukiman Kepadatan Rendah (0-50 bangunan/ha) - tersebar pada hampir seluruh kelurahan pada tiap kecamatan. 2. Kawasan Peruntukan Kawasan pasar tradisional Perdagangan dan Jasa - seluas ± 3,5 ha - dikembangkan pada Kelurahan Sirantau, Indra Sakti, Karya, Perjuangan dan Sei Raja

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-10 Kawasan pusat perbelanjaan - seluas ± 5 ha - dikembangkan pada Kelurahan Mata Halasan, Tanjungbalai Kota II dan Tanjungbalai Kota III Kawasan Toko Modern - seluas ± 3 ha - dikembangkan pada Kelurahan Indra Sakti, Karya dan Perwira 3. Kawasan Perkantoran - seluas 69 ha - Kawasan perkantoran pemerintahan dipertahankan pada kondisi existing - Kawasan perkantoran swasta di Kelurahan Bunga Tanjung 4. Kawasan Peruntukan Industri Kawasan industri kecil dan mikro - seluas ± 6,15 ha - dikembangkan untuk mendukung sektor industri, terdapat di Kelurahan Sijambi dan Keramat Kubah Kawasan industri menengah - seluas ± 342,08 ha - diperuntukkan industri menengah bidang pengolahan hasil perikanan dan perkebunan di Kecamatan Sei Tualang Raso dan Kecamatan Teluk Nibung

5. Kawasan Pariwisata seluas ± 157 ha - Wisata budaya diarahkan di kawasan bangunan bersejarah - Wisata buatan diarahkan pada pengembangan Kawasan Perdagangan Terpadu dan dermaga penyebrangan/Water Front City di Kelurahan Indra Sakti (Kecamatan Tanjungbalai Selatan) dan Pulau Simardan - Wisata alam diarahkan pada pengembangan pulau-pulau di Sungai Asahan. 6. Ruang Terbuka Non Hijau - seluas ± 7,25 ha - pelataran parkir, perkantoran, perdagangan dan jasa di Kel. Sijambi, Indra Sakti dan Tanjungbalai Kota IV - lapangan upacara dan olah raga mempertahankan kondisi existing - pembatas/median jalan dan koridor antar bangunan di Kelurahan Sijambi 7. Ruang Evakuasi Bencana - merupakan ruang evakuasi darurat untuk tempat berlindung dan penyaluran bantuan sosial di Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah, gedung serbaguna dan lapangan bola di Teluk Nibung 8. Kawasan Pertanian - seluas ± 1.591 ha - diarahkan pada tanaman pangan di Kecamatan Datuk Bandar - kawasan hortikultura dengan komoditas

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-11 kelapa, kelapa sawit dan palawija 9. Kawasan Sektor Informal - seluas ± 0,23 ha - Kegiatan pedagang kaki lima menempati lokasi Tanjungbalai Food Court, kegiatan perdagangan dan jasa di Water Front City, pasar tradisional dan jalan-jalan utama 10. Kawasan Peruntukan - seluas ± 3 ha Perikanan - Pengelolaan perikanan darat diarahkan di Kelurahan Selat Tanjung Medan, Sijambi, Pantai Johor, Pahang dan Pasar Baru - Pembibitan benih ikan (lele, nila, gurame, mas dan udang galah) di Kelurahan Sijambi dan Kapias Pulau Buaya Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

Kota Tanjungbalai memiliki kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis. Penetapannya karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkungan kota terhadap ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan pertahanan keamanan. Tabel 2.5. Rencana Pola Ruang kawasan Strategis Kota Tanjungbalai No Rencana Pola Ruang Uraian Kawasan 1. Kawasan Strategis Dari Sudut Meliputi: Kepentingan Ekonomi - Kawasan pelabuhan Teluk Nibung di Kel. Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung - Kawasan industri di Kel. Sei Raja Kec. Sei Tualang Raso - Kawasan pergudangan di Kel. Perjuangan, Beting Kuala Kapias, Kapias Pulau Buaya, Pematang Pasir dan Sungai Merbau Kec Teluk Nibung - Kawasan pusat perdagangan dan jasa di Kel. Indra Sakti Kec. Tanjungbalai Selatan - Kawasan perdagangan campuran serta hasil perikanan di kawasan di Kel. Indra Sakti Kec. Tanjungbalai Selatan - Kawasan pariwisata di Kel. Selat Tanjung Medan Kec. Datuk Bandar Timur 2. Kawasan Strategis dari Sudut Meliputi: Kepentingan Sosial dan - Diarahkan berupa kawasan cagar budaya Budaya di sepanjang Jalan Mesjid, Jalan Asahan, Jalan Gereja dan Jalan Veteran ± 2,72 Ha di Kel. Indra Sakti dan Karya Kec. Tanjungbalai Selatan - Kawasan Pertokoan Lama (Pecinan) dan Vihara di Kecamatan Tanjungbalai Utara dan Tanjungbalai Selatan 3. Kawasan Strategis dari Sudut Meliputi: Kepentingan Pertahanan dan - Kawasan TNI-AL seluas ± 0,49 ha di Kel. Keamanan Indra Sakti dan Karya Kec. Tanjungbalai Selatan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-12 2.1.3. Wilayah Rawan Bencana Identifikasi wilayah rawan bencana di Kota Tanjungbalai dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai bencana yang berpotensi terjadi. Area Kota Tanjungbalai yang relatif berada di dataran rendah dengan kemiringan wilayah hanya sekitar 0-3 meter di atas permukaan laut, membuat Kota Tanjungbalai cenderung rawan terhadap genangan-genangan air baik yang disebabkan oleh air hujan maupun dari pengaruh pasang surut air sungai. Potensi banjir kiriman juga bisa saja terjadi karena posisi Kota Tanjungbalai yang berada di antara pertemuan 2 (dua) sungai besar yakni Sungai Asahan dan Sungai Silau. Wilayah yang relatif rawan terdampak banjir pada umumnya adalah wilayah yang berada di sekitar aliran sungai yaitu di Kelurahan Pahang dan Kelurahan Gading (Kecamatan Datuk Bandar), Kelurahan Bunga Tanjung, Selat Lancang, Selat Tanjung Medan, Semula Jadi dan Kelurahan Pulau Simardan (Kecamatan Datuk Bandar Timur).

Tabel 2.6. Daerah Rawan Bencana Banjir di Kota Tanjungbalai, 2015 No Kecamatan Kelurahan 1. Datuk Bandar Kelurahan Pahang Kelurahan Gading 2. Datuk Bandar Timur Kelurahan Bunga Tanjung Selat Lancang Selat Tanjung Medan Semula Jadi Pulau Simardan

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-13

Gambar 2.8. Peta Wilayah Kota Tanjungbalai berdasarkan Rawan Banjir

Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013-2033

Selanjutnya beberapa kejadian bencana yang terjadi di Kota Tanjungbalai dalam kurun waktu 2011-2015 diuraikan pada Tabel berikut:

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-14 Tabel 2.7. Kejadian Bencana di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Tahun Kejadian Bencana Lokasi Kejadian Keterangan 2011 N/A N/A N/A 2012 Kebakaran Keramat Kubah, Tanjungbalai Kota IV, 31 kasus Tanjungbalai Kota III, Kuala Silau Bestari, Sejahtera,Tanjungbalai Kota I,Perwira, Karya, Indra Sakti, Pantai Burung, Kapias Pulau Buaya, Perjuangan, Pematang Pasir, Seluruh Kelurahan terrdapat pada Kecamatan Datuk Bandar, Selat Tanjung Medan, Semula Jadi, Pulau Simardan 2013 Banjir Sijambi, Gading, Pantai Johor, Sirantau, Banjir tersebut Pahang, Selat Lancang, Selat Tanjung merugikan penduduk Medan, Bunga Tanjung sebanyak 5.747 kk dan korban meninggal 1 orang Kebakaran Tanjungbalai Kota III, Sejahtera, 5 kasus Indrasakti, Sijambi, Pahang 2014 Kebakaran Tanjungbalai Kota I, Kapias Pulau 7 kasus Buaya, Perjuangan, Beting Kuala Kapias, Keramat Kubah Angin Kencang Tanjungbalai Kota II, Perwira, Sijambi, 6 kasus Pantai Johor

2015 Kebakaran Tanjungbalai Kota IV, Kuala Silau 28 kasus Bestari, Kapias Pulau Buaya, Sei Merbau, Beting Kuala Kapias, Sijambi, Gading, Sirantau, Pahang, Keramat Kubah Angin Kencang Sejahtera 1 kasus Sumber: BPBD, 2016

2.1.4. Demografi Dalam pelaksanaan pembangunan di suatu daerah, pengintegrasian penduduk menjadi suatu hal yang teramat penting mengingat penduduk tidak hanya diperlakukan sebagai obyek pembangunan, namun juga sebagai subyek pembangunan. Ketika peran sebagai “subyek” pembangunan maka diperlukan upaya pemberdayaan untuk menyadarkan hak penduduk dan meningkatkan kapasitas penduduk dalam pembangunan. Hal ini menyangkut pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Selanjutnya Konsep people centered development merupakan konsep yang mewadahi prinsip pembangunan yang berwawasan kependudukan yang meliputi beberapa komponen yakni: pengendalian kuantitas penduduk; Peningkatan kualitas penduduk; Penataan persebaran dan mobilitas penduduk; Pembangunan Keluarga Sejahtera serta Manajemen database & informasi kependudukan. Untuk itu sasaran serta program prioritas pembangunan jangka menengah ke depan untuk urusan pengendalian penduduk harus mengacu pada prinsip dan konsep tersebut.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-15 Kondisi penduduk Kota Tanjungbalai mengalami berbagai dinamika yang relatif menantang untuk diatasi. Sebelum berpisah dari Kabupaten Asahan melalui Undang- Undang Darurat No.9 tahun 1956, dengan luas hanya 199 ha Tanjungbalai pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan kepadatan sekitar 20.000 jiwa/km2. Hingga periode 2014, Kota Tanjungbalai dihuni oleh beragam suku di antaranya; Suku (Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak, dan Karo) 42,56 persen, Jawa 17,06 persen, Melayu 15,41 persen, Minang 3,58 persen, Aceh 1,11 persen, dan suku lainnya sebanyak 20,28 persen. Sedangkan dari sisi agama yang dianut, sebagian besar penduduk Kota Tanjungbalai beragama Islam dengan persentase 81,99 dari seluruh populasi.

Gambar 2.9. Persentase Penduduk Berdasarkan Suku dan Agama di Kota Tanjungbalai, 2015

Sumber: Kota Tanjungbalai dalam angka 2015

Penduduk yang dijadikan sebagai modal utama pembangunan daerah di Kota Tanjungbalai mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Sampai dengan 2015, jumlah penduduk Kota Tanjungbalai telah mencapai 167.012 jiwa, meningkat dibanding periode 2013 yang sebesar 164.675 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1,41 persen.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-16

Gambar 2.10. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Sampai dengan periode 2015, jumlah penduduk laki-laki masih mendominasi populasi Kota Tanjungbalai dengan jumlah 84.197 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 82.815 jiwa. Secara usia, penduduk usia 0-4 tahun merupakan penduduk dengan jumlah terbanyak dibanding usia penduduk Kota Tanjungbalai lainnya. Sampai dengan periode 2015, jumlah penduduk usia 0-4 tahun (balita) mencapai 19.535 jiwa dengan jumlah balita laki-laki sebanyak 9.930 jiwa dan balita perempuan sebanyak 9.605 jiwa.

Gambar 2.11. Piramida Penduduk Kota Tanjungbalai, 2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Sementara itu jika dilihat dari persebaran penduduk menurut kecamatan, setiap tahunnya selama 2011-2015 Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah dengan jumlah penduduk terbanyak. Pada 2015, jumlah penduduk Kecamatan Teluk Nibung telah

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-17 mencapai 38.714 jiwa, atau mengalami penambahan sebanyak 2.635 jiwa dibandingkan periode 2011. Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil. Sampai dengan 2015, jumlah penduduk Kecamatan Tanjungbalai Utara sebanyak 17.153 jiwa. Meskipun demikian, Kecamatan Tanjungbalai Utara menjadi daerah terpadat dibanding kecamatan lainnya di Kota Tanjungbalai. Sampai dengan 2015, Kecamatan Tanjungbalai Utara memiliki kepadatan 20.420 jiwa/ha, sedangkan Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah dengan kepadatan terkecil dengan kepadatan 1.625 jiwa/ha.

Gambar 2.12. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Tanjungbalai menurut Kecamatan, 2011- 2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.13. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kecamatan, 2015

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-18 Bila dilihat berdasarkan laju pertumbuhan penduduk menurut Kecamatan selama Tahun 2011-2015, laju pertumbuhan setiap kecamatan tidak jauh berbeda. Kecamatan Datuk Bandar Timur memiliki laju pertumbuhan terbesar dengan angka rata-rata sebesar 1,1552 persen per tahun, sedangkan Tanjungbalai Utara dengan jumlah penduduk terkecil juga memiliki laju pertumbuhan penduduk terkecil dibandingkan kecamatan lainnya, yakni rata-rata sebesar 1,1535 setiap tahunnya. Tabel 2.8. Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2015 Menurut Kecamatan Laju Pertumbuhan Kecamatan 2011 2015 Penduduk 2011-2015 (%) Datuk Bandar 34.509 36.547 1,1542 Datuk Bandar Timur 27.509 29.135 1,1552 Tanjungbalai Selatan 19.737 20.903 1,1546 Tanjungbalai Utara 16.197 17.153 1,1535 Sei Tualang Raso 23.190 24.560 1,1546 Teluk Nibung 36.556 38.714 1,1537 Tanjungbalai 157.698 167.012 1,1543 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. Pertumbuhan PDRB Salah satu indikator utama untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Manfaat yang dapat diperoleh dari data PDRB adalah: (1) Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi; (2) Untuk mengetahui struktur perekonomian; (3) Untuk mengetahui besarnya PDRB per kapita penduduk dan (4) Untuk mengetahui tingkat inflasi. a. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya pendapatan per kapita riil bersumber dari dalam suatu daerah yang berlangsung terus-menerus. Untuk kepentingan analisis ekonomi, dapat digunakan pertumbuhan PDRB riil sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan dilihat melalui laju pertumbuhan ekonomi dengan data series dari tahun ke tahun. Selama lima tahun terakhir, PDRB Kota Tanjungbalai mengalami tren meningkat setiap tahunnya. Nilai PDRB Kota Tanjungbalai atas dasar harga konstan pada periode 2015 telah menembus sekitar Rp 4,637 triliun, atau mengalami peningkatan signifikan sebesar 18,3 persen dibanding periode 2012 yang hanya sebesar Rp 3,919 triliun. Dilihat dari sisi pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, Kota Tanjungbalai relatif mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir. Pada 2011, pertumbuhan PDRB Kota Tanjungbalai sebesar 6,02 persen. Angka pertumbuhan PDRB mencapai puncak tertinggi pada periode 2012 dengan nilai pertumbuhan sebesar 6,22 persen. Namun

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-19 pada periode 2015 pertumbuhan PDRB Kota Tanjungbalai kembali turun dengan pertumbuhan hanya sebesar 5,58 persen.

Gambar 2.14. Perkembangan Nilai PDRB dan pertumbuhan PDRB Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 *)Angka Sementara

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungbalai mengalami perubahan pola pertumbuhan yang hampir sama dengan Sumatera Utara yaitu mengalami perlambatan pertumbuhan sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, posisi pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 berada diatas pertumbuhan Sumatera Utara yaitu sebesar 5,78 persen, sedangkan Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,24 persen pada tahun 2014.

Gambar 2.15. Pertumbuhan PDRB KotaTanjungbalai dan Perbandingannya dengan Provinsi dan Nasional, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Laju pertumbuhan PDRB Tahun 2015 sebesar 4,6 persen, angka tersebut mengami penurunan bila dibandingkan Tahun 2014 yang mencapai 5,78 persen. Bila dilihat berdasarkan lapangan usaha selama tahun 2014-2015, maka yang mengalami pertumbuhan adalah kategori pertanian, kehutanan dan perikanan; kategori industri pengolahan; kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; kategori konstruksi; kategori penyediaan akomodasi dan makan minum; kategori Jasa

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-20 keuangan dan asuransi; dan kategori jasa pendidikan sedangkan lapangan usaha lainnya mengalami penurunan laju PDRB. Tabel 2.9. Laju Pertumbuhan PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut lapangan Usaha di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,26 3,29 3,30 5,14 5,42 B Pertambangan dan Penggalian 7,66 7,65 7,68 7,42 5,81 C Industri Pengolahan 4,76 6,71 5,13 5,53 6,01 D Pengadaan Listrik dan Gas 10,87 3,15 -0,89 4,11 2,73 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 5,27 5,63 3,02 3,21 3,42 Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 8,06 6,35 7,29 6,46 6,96 G Perdagangan Besar dan Eceran; 6,71 7,77 7,07 6,97 5,24 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

H Transportasi dan Pergudangan 7,88 6,22 6,88 2,88 2,62 I Penyediaan Akomodasi dan Makan 7,97 6,51 7,72 6,47 6,95 Minum J Informasi dan Komunikasi 8,08 7,13 6,57 6,11 6,01 K Jasa Keuangan dan Asuransi 7,52 10,32 9,10 2,65 2,92 L Real Estat 5,27 4,97 4,96 4,71 4,65 M, Jasa Perusahaan 5,90 4,79 3,29 3,34 2,89 N O Administrasi Pemerintahan 7,32 7,64 6,72 6,74 6,63 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 3,80 2,99 6,27 5,20 5,31 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,74 6,80 7,40 7,40 7,32 R,S Jasa lainnya 8,00 7,83 7,45 7,04 6,69 ,T, U JUMLAH 6,02 6,22 5,94 5,78 5,58 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 b. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peran masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor ekonominya. Untuk membaca PDRB berdasarkan struktur ekonomi maka digunakan PDRB atas dasar harga berlaku.

Selama lima tahun terakhir (2011-2015), secara struktural perekonomian Tanjungbalai cenderung tidak mengalami perubahan. Jika ditelaah kontribusi tiap kategori terhadap PDRB tahun 2011-2015 atas dasar harga berlaku maka diketahui bahwa sektor penyumbang terbesar pertama terhadap PDRB adalah kategori perdagangan besar

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-21 dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, kemudian diikuti oleh kategori industri pengolahan dan penyumbang ketiga terbesar adalah kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan, dengan sumbangan masing-masing di atas 15 persen.

Tabel 2.10. Nilai (Miliar) dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011-2015 Atas dasar Harga Berlaku Tahun 2010 Kota Tanjungbalai

2011 2012 2013 2014 2015*) No Lapangan Usaha (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % A Pertanian, Kehutanan, 701.416 17,98 754.106 17,43 841.349,5 17,33 982.647,3 18,11 1.029.878,6 17,09 dan Perikanan

B Pertambangan dan 77.003,7 1,97 87.070,1 2,01 98.069,1 2,02 107.984,9 1,99 123.473,6 2,05 Penggalian

C Industri Pengolahan 733.828,1 18,81 806.989,0 18,65 890.863,7 18,35 991.121,9 18,27 1.103.564,6 18,31

D Pengadaan Listrik dan 34.114,9 0,87 39.851,4 0,92 39.876,8 0,82 39.992,8 0,74 42.070,4 0,70 Gas E Pengadaan Air, 7.649,80 0,20 8.359,70 0,19 8.910,3 0,18 9.536,9 0,18 10.246,9 0,17 Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 558.020,7 14,31 645.511,6 14,92 731.650,1 15,07 817.470,6 15,07 929.370,1 15,42

G Perdagangan Besar 824.328,5 21,13 908.173,1 20,99 1.020.769,2 21,02 1.173.584,4 21,63 1.296.099,0 21,50 dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

H Transportasi dan 254.407,2 6,52 282.048,6 6,52 324.318,7 17,33 350.011,5 6,45 378.636,8 6,28 Pergudangan

I Penyediaan 85.972,0 2,20 95.561,0 2,21 109.262,3 2,02 124.099,7 2,29 137.447,7 2,28 Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan 40.700,0 1,04 44.449,4 1,03 46.737,5 18,35 48.920,4 0,90 52.442,8 0,87 Komunikasi K Jasa Keuangan dan 75.479,8 1,94 87.992,3 2,03 101.007,6 0,82 108.969,9 2,01 117.306,8 1,95 Asuransi L Real Estat 133.001,2 3,41 146.553,5 3,39 167.593,8 0,18 185.591,7 3,42 200,871,5 3,33

M, Jasa Perusahaan 13.562,6 0,35 14.795,7 0,34 15.854,5 15,07 17.040,4 0,31 18.201,2 0,30 N O Administrasi 231.909,9 5,95 264.263,4 6,11 301.384,6 21,02 343.964,3 6,34 388.021,6 6,44 Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 62.234,70 1,60 66.250,60 1,53 72.441,1 1,49 80.397,4 1,48 86.970,2 1,44

Q Jasa Kesehatan dan 28.947,30 0,74 32.317,40 0,75 35.777,0 0,74 41.129,3 0,76 47.775,1 0,79 Kegiatan Sosial

R, Jasa lainnya 37.901,00 0,97 42.083,30 0,97 49.972,7 1,03 57.621,8 1,06 64.941,2 1,08 S, T, U 3.900.477 4.326.376, 4.855.838,8 5.426.084,7 6.027.318,2 JUMLAH 2 Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016 *) Angka Sementara

Bila dilihat berdasarkan pertumbuhan kontribusi setiap kategori berdasarkan harga berlaku maka terdapat 8 (delapan) sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan atau pertumbuhan positif, yaitu Pertambangan dan penggalian, Konstruksi, Perdagangan besar dan eceran, reperasi mobil dan sepeda motor, Penyediaan akomodasi dan makan minum, Jasa keuangan dan asuransi, Administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib, Jasa kesehatan dan kegiatan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-22 sosial dan Jasa lainnya. Kategori yang mengalami pertumbuhan kontribusi terbesar adalah sektor Jasa laninya yaitu sebesar 2,09 persen. Untuk sektor yang tidak disebutkan di atas mengalami penurunan. Kategori yang mengalami penurunan terbesar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB adalah Pengadaan listrik dan gas. Tabel 2.11. Pertumbuhan Kontribusi Kategori Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015 Kota Tanjungbalai Pertumbuhan No Lapangan Usaha Hb Hk % % A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -1,02 -1,21 B Pertambangan dan Penggalian 0,74 0,95 C Industri Pengolahan -0,54 -0,03 D Pengadaan Listrik dan Gas -4,41 -2,75 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur -2,82 -1,56 Ulang F Konstruksi 1,51 0,67 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 0,35 0,66 Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan -0,75 -0,94 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,68 0,78 J Informasi dan Komunikasi -3,57 0,43 K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,11 0,23 L Real Estat -0,46 -0,80 M,N Jasa Perusahaan -2,78 -1,75 O Administrasi Pemerintahan Pertahanan dan Jaminan Sosial 1,60 0,79 Wajib P Jasa Pendidikan -1,99 0,31 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,33 1,02 R,S,T,U Jasa lainnya 2,09 1,04 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2. Laju Inflasi Sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungbalai, pendataan terhadap inflasi tidak dilakukan di Kota Tanjungbalai. Ukuran inflasi Kota Tanjungbalai mengacu pada perkembangan inflasi Kota . Sehingga gambaran inflasi Kota Pematangsiantar dianggap dapat mewakili inflasi di Kota Tanjungbalai. Selama lima tahun terakhir, perkembangan inflasi Kota Pematangsiantar mengalami perubahan yang dinamis. Pada periode 2013, inflasi Kota Pematangsiantar mencapai nilai tertinggi sebesar 12,02 persen. Angka inflasi tersebut bahkan lebih tinggi dari inflasi Provinsi Sumatera Utara dan inflasi nasional. Namun pada 2015, nilai inflasi mengalami penurunan menjadi sebesar 3,36 persen.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-23

Gambar 2.16. Perkembangan Inflasi Beberapa Daerah Di Sumatera Utara Dan Nasional, 2011-2015 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016

3. PDRB Per kapita PDRB per kapita Kota Tanjungbalai mengalami kenaikan setiap tahunnya, baik atas dasar harga konstan maupun atas harga berlaku. Pada 2012, PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2010 hanya sebesar Rp 24,497 juta. Angka tersebut tumbuh sebesar 13,3 persen pada periode 2015, sehingga PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2010 Kota Tanjungbalai telah mencapai Rp 27,767 juta. Sementara itu jika dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita Kota Tanjungbalai pada 2012 sebesar Rp 27,045 juta. Tiga tahun kemudian angka tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 33,4 persen. Sehingga pada periode 2015 PDRB per kapita Kota Tanjungbalai atas harga berlaku mencapai Rp 36,089 juta.

Gambar 2.17. Perkembangan PDRB Per Kapita Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai 2016, (diolah) *) Angka Sementara

4. Tingkat Kemiskinan Kemiskinan menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi Kota Tanjungbalai. Jumlah penduduk miskin di Kota Tanjungbalai mengalami tren penurunan selama Tahun 2011-2014. Pada periode 2015, jumlah penduduk miskin di Kota Tanjungbalai meningkat menjadi sebanyak 25.090 jiwa dengan persentase

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-24 15,08 persen dibanding jumlah seluruh penduduk atau meningkat sebesar 7,56 persen. Berdasarkan hal tersebut, tugas pemerintah kota dalam menanggulangi kemiskinan semakin berat. Untuk itu kemiskinan perlu dijadikan sebagai isu strategis yang membutuhkan arah kebijakan yang tepat.

Gambar 2.18. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016 Menurut BPS, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) adalah ukuran kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas kemiskinan. Pada Tahun 2012-2014 terjadi peningkatan pada indeks kedalaman kemiskinan, hal tersebut menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin di Kota Tanjungbalai semakin terpuruk. Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Berdasarkan kondisi Tahun 2014, indeks keparahan kemiskinan mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan berkurangnya ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Tabel 2.12. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kota Tanjungbalai, 2010─2014

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 2,65 2,21 1,85 2,63 2,62 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,72 0,48 0,39 0,64 0,63 Sumber: BPS KotaTanjungbalai, 2016 5. Gini Rasio Gini rasio adalah angka yang digunakan untuk menunjukkan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan. Besar gini rasio dimulai dari 0 sampai dengan 1. Jika gini rasio sama dengan 0, berarti distribusi pendapatan sudah merata dengan sempurna (dengan kata lain tidak terjadi ketimpangan distribusi pendapatan). Sebaliknya, jika

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-25 gini rasio sama dengan 1, berarti distribusi pendapatan tidak merata secara sempurna. Untuk lebih jelasnya, standar penilaian gini rasio dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria (Heri Susanti dkk, Indikator-Indikator Makro Ekonomi, LPEM- FEUI, 1995) sebagai berikut: - GR < 4 : ketimpangan rendah - 0,4 < GR < 0,5 : ketimpangan sedang - GR > 0,5 : ketimpangan tinggi Perkembangan gini rasio Kota Tanjungbalai selama Tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tetapi kembali meningkat tajam pada Tahun 2015 dari 0,2900 menjadi 0,3647. Berdasarkan penilaian kriteria gini rasio dapat disimpulkan bahwa Kota Tanjungbalai memiliki tingkat ketimpangan pendapatan yang rendah.

Gambar 2.19. Perkembangan Gini rasio Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016

6. Indeks Williamson Model lain yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan antardaerah adalah Indeks Williamson yang dikemukakan oleh Williamson (1965). Indeks Williamson yang diperoleh terletak antara 0 sampai dengan 1. Jika Indeks Williamson mendekati 0, maka ketimpangan distribusi pendapatan antardaerah rendah, sebaliknya jika Indeks Williamson mendekati 1, maka ketimpangan distribusi pendapatan antardaerah tinggi. Dengan kriteria hasil uji indeks 0 s/d 1 (Mudrajad Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang, Penerbit Erlangga, 2004) sebagai berikut : - 0 s/d 0,5 indeks disparitasnya rendah - 0,5 s/d 1 indeks disparitasnya tinggi Pada Tahun 2014 Kota Tanjungbalai memiliki Indeks Williamson sebesar 0,29, maka berdasarkan kriteria hasil uji dapat disimpulkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi yang rendah antarkecamatan di Kota Tanjungbalai.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-26

Gambar 2.20. Perkembangan Indeks Williamson Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2016

7. ICOR (Incremental Capital Output Ratio) Menurut BPS, ICOR merupakan suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. Selama Tahun 2011-2014 nilai ICOR mengalami peningkatan. Nilai ICOR yang tinggi pada sektor tersebut disebabkan oleh modal besar yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap output yang diinginkan. Semakin tinggi nilai ICOR mengindikasikan bahwa produksi di daerah tersebut semakin tidak efisien, karena dibutuhkan semakin banyak investasi untuk bisa menghasilkan satu unit tambahan output Tabel 2.13. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kota Tanjungbalai, 2010─2014 2011 2012 2013 2014 2015 ICOR 0,35 0,24 2,61 12,97 -0,97 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat A. Aspek Pendidikan Pendidikan menjadi salah satu isu strategis dalam fokus peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Tanjungbalai. Berikut ini diuraikan mengenai gambaran umum tentang pendidikan di Kota Tanjungbalai dalam kurun waktu lima tahun.

1. Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf merupakan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya, tanpa harus mengerti apa yang di baca/ditulisnya. Angka melek huruf untuk Kota Tanjungbalai selama lima tahun menunjukkan peningkatan, bahkan jenis kelamin laki- laki sudah mencapai 100 persen.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-27 Tabel 2.14. Tingkat Melek Huruf 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, 2011─2015

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Laki-laki 99,28 99,60 99,82 98,96 100 Perempuan 96,84 98,76 97,60 97,69 99,50 Laki-laki + 98,05 99,18 98,71 99,32 99,75 Perempuan Sumber: Susenas,2011-2016

2. Angka rata-rata lama sekolah Selama beberapa tahun terakhir, angka rata-rata lama sekolah Kota Tanjungbalai mengalami fluktuasi meskipun tidak terlalu besar. Pada 2011, angka rata-rata lama sekolah sebesar 8,66 tahun. Pada periode 2015, angka rata-rata lama sekolah meningkat sebesar 0,41 menjadi 9,07 tahun. Artinya bahwa penduduk Kota Tanjungbalai rata-rata telah berpendidikan SLTP.

Gambar 2.21. Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

3. Angka Partisipasi Kasar APK merupakan proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia tertentu. Berikut ini diuraikan perkembangan APK Kota Tanjungbalai selama tahun 2011-2015. Tabel 2.15. Perkembangan APK Kota Tanjungbalai (%), 2011─2015 Jenjang No 2011 2012 2013 2014 2015 Pendidikan 1. PAUD 8,04 8,84 12,75 8,48 7,44 2. SD/MI 98,81 104,59 105,05 106,75 108,15 3. SMP/MTs 88,50 85,47 81,43 81,21 85,73 4. SMA/MA 89,57 93,53 70,06 79,17 83,31 5. PT N/A N/A N/A N/A 20,24 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-28 4. Angka Partisipasi Murni Keikutsertaan penduduk Kota Tanjungbalai dalam program pendidikan sesuai dengan usia sekolah menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Menurut data BPS Kota Tanjungbalai, pada tahun 2015 Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI) dan jenjang pendidikan menengah (SMA/MA) relatif tinggi. Seperti terlihat pada tabel 2.16, APM untuk jenjang SD/MI sebesar 95,27 persen dan APM untuk jenjang SMA/MA sebesar 71,09 persen. Sedangkan APM untuk jenjang SMP/MTs sebesar 69,43 persen. Tabel 2.16. Perkembangan APM Kota Tanjungbalai, 2011─2015 Jenjang No 2011 2012 2013 2014 2015 Pendidikan 1 SD/MI 89,46 92,86 94,05 95,05 95,27 2 SMP/MTs 65,85 65,18 65,33 67,30 69,43 3 SMA/MA 59,92 72,53 56,82 59,51 71,09 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

5. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan Persentase penduduk Kota Tanjungbalai yang memiliki ijazah/STTB menurut seluruh tingkat pendidikan masih sangat rendah. Selama Tahun 2013-2015 belum menunjukkan peningkatan secara signifikan, hal tersebut menandakan tingginya angka putus sekolah, bahkan pada tingkan pendidikan dasar.

Tabel 2.17. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

TAHUN TINGKAT 2011 2012 2013 2014 2015 SD/MI N/A N/A 27,56 27,64 23,55 SMP/MTs N/A N/A 23,03 21,14 21,82 SMA/MA N/A N/A 25,29 26,43 25,18 Perguruan Tertinggi (D IV/S1) N/A N/A 3,96 3,16 4,92 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

6. Sarana dan Prasarana Sekolah Sampai dengan periode 2015, jumlah sekolah sebagai prasarana pendidikan di Kota Tanjungbalai sebanyak 158 sekolah. Angka tersebut terbagi sesuai dengan tingkat pendidikan dengan rincian Taman Kanak-kanak (TK) 18 sekolah, Raudatul Atfal (RA) 3 sekolah, Sekolah Dasar (SD) 76 sekolah, Madrasah Ibtidaiyah (MI) 25 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 19 sekolah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 12 sekolah, Sekolah Menengah Atas (SMA) 11 sekolah, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8 sekolah, dan Madrasah Aliyah (MA) 7 sekolah.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-29

Gambar 2.22. Banyaknya Sekolah negeri dan swasta menurut jenisnya Kota Tanjungbalai, 2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

7. Harapan lama sekolah Sesuai dengan publikasi terbaru BPS Kota Tanjungbalai, angka melek huruf (AMH) yang biasanya digunakan sebagai salah satu komponen dalam menghitung Koefisien Pembangunan Manusia (IPM) dianggap sudah tidak relevan. Sehingga indikator untuk menghitung dimensi pendidikan penduduk salah satunya menggunakan angka harapan lama Sekolah (HLS). HLS merupakan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang, dengan asumsi kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Tujuan penghitungan HLS adalah untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Angka HLS Kota Tanjungbalai selama periode 2011-2013 menunjukan tren meningkat. Pada 2011, angka HLS Kota Tanjungbalai hanya sebesar 12,75 tahun meningkat menjadi 13,76 tahun pada 2013. Angka tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2014 menjadi 12,25 tahun tetapi meningkat kembali menjadi 12,40 tahun pada tahun 2015.

Gambar 2.23 .Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: Koefisien Pembangunan Manusia Kota Tanjungbalai, 2012-2015

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-30 B. Aspek Kesehatan Aspek kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan pelayanan dasar kesehatan kepada masyarakat harus dikedepankan seiring pembangunan aspek lainnya. Berikut ini diuraikan gambaran umum pembangunan kesehatan selama lima tahun terakhir. 1. Jumlah Kematian Bayi dan Balita Jumlah kematian bayi pada tahun 2015 mengalami penurunan signifikan sebesar 114 orang menjadi 38 orang, sedangkan jumlah kematian balita mengalami peningkatan sebesar 31 orang menjadi 83 orang. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan balita menjadi fokus perhatian yang harus lebih ditingkatkan ke depan. Tabel 2.18. Jumlah Kematian Bayi dan Balita Kota Tanjungbalai, 2011─2015 No Tahun Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita 1 2011 114 31 2 2012 25 128 3 2013 35 14 4 2014 77 52 5 2015 38 83 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2. Jumlah Kematian Ibu Angka jumlah kematian ibu yang tertinggi diperoleh pada tahun 2011 yaitu sebanyak 13 orang. Selanjutnya jumlah kematian ibu pada tahun 2015 relatif sama dengan tahun sebelumnya yakni sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui semakin membaik.

Gambar 2.24. Jumlah Kematian Ibu Kota Tanjungbalai, 2011─2015 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2015

3. Persentase Penolong Kelahiran Salah satu indikator yang bisa digunakan untuk melihat tingkat kelangsungan hidup bayi adalah persentase penolong kelahiran. Di Kota Tanjungbalai, persentase penolong kelahiran mengalami fluktuasi pada berbagai jenis penolong. Dari kedua jenis penolong yang diklasifikasikan, tenaga kesehatan menjadi penolong kelahiran dengan nilai persentase yang lebih tinggi dari penolong kelahiran lainnya.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-31 Pada tahun 2011, persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan sudah mencapai angka 100 persen tetapi angka tersebut menurun menjadi 88,27 persen pada periode 2015.

Tabel 2.19. Persentase Penolong Kelahiran di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Tahun

No Penolong Kelahiran 2011 2012 2013 2014 2015 1 Tenaga Kesehatan 100 75,89 92,45 88,08 88,27 2 Non Tenaga Kesehatan 0 24,11 7,55 11,92 11,73

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

4. Angka Harapan Hidup Perkembangan angka harapan hidup penduduk Kota Tanjungbalai mengalami berfluktiasi setiap tahunnya. Pada tahun 2013-2014 angka harapan hidup mengalami penurunan signifikan dari 64,42 tahun menjadi 61,40 tahun. Pada periode 2015 angka harapan hidup Kota Tanjungbalai sedikit meningkat menjadi 61,90 tahun. Dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara, Kota Tanjungbalai peringkat kedua terendah menurut Angka Harapan Hidup. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi pemerintah daerah untuk melakukan peningkatan dalam pemeliharaan kesehatan rakyatnya dengan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, menjaga kecukupan gizi dan kesehatan lingkungan.

Gambar 2.25. Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

5. Bayi Gizi Buruk Selama beberapa tahun terakhir, angka kelahiran bayi di Kota Tanjungbalai mengalami kenaikan. Sampai dengan 2015, jumlah bayi yang lahir di Kota Tanjungbalai tercatat sebanyak 3.459 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 bayi mengalami berat badan yang rendah saat dilahirkan. Di sisi lain, bayi dengan gizi buruk di Kota Tanjungbalai mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Menurut Ikatan Dokter Anak , ada 3 (tiga) faktor penyebabnya, yaitu: kemiskinan, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pemberian gizi yang baik

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-32 serta faktor penyakit bawaan pada anak seperti jantung, TBC, HIV,AIDS dan diare. Pada tahun 2011, terdapat 17 bayi gizi buruk. Setahun berikutnya, jumlah bayi gizi buruk menurun menjadi 8 jiwa. Namun pada 2015 angka bayi gizi buruk meningkat tajam menjadi 31 jiwa. Tabel 2.20. Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), BBLR Dirujuk, dan Bergizi Buruk di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Tahun No Kategori 2011 2012 2013 2014 2015 1 Bayi lahir 3.182 2.828 3.627 3.648 3.459 2 Jumlah BBLR 46 12 166 38 22 3 BBLR yang dirujuk 0 12 166 9 3 4 Gizi Buruk 17 8 37 26 31

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Selanjutnya beberapa indikator utama yang menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan di Kota Tanjungbalai selama Tahun 2011-2015 diuraikan pada tabel berikut. Tabel 2.21. Perkembangan Indikator Kesehatan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Capaian Kinerja Outcome No Indikator Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 1 Cakupan kelurahan Siaga Aktif % 13 13 18 18 18 2 Cakupan Balita Gizi Buruk % 21 13 43 37 39 mendapat perawatan 3 Persentase Balita ditimbang % 39,44 38,23 70,18 70 80,07 berat badannya (D/S) 4 Pemberian makanan % 43 137 0 0 3 pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan 5 Persentase Bayi 0-6 bulan % 65,07 35,27 8,56 8,6 11,5 mendapat ASI Eksklusif 6 Persentase Bayi mendapat % 0 80,48 34,82 80,14 73,18 kapsul vitamin A 7 Cakupan rumah sehat % 70 64,2 27,84 38,2 45,99 8 Persentase Hotel yang % 100 n.a 100 100 100 memenuhi syarat kesehatan 9 Persentase Restoran yang % 79,63 58,33 n.a n.a 74,8 memenuhi syarat kesehatan 10 Persentase rumah tangga % 56,45 12,18 32,45 n.a 27 berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),(%) 11 Cakupan Desa/ kelurahan % 100 100 100 100 100 Universal Child Immunization (UCI)

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-33 12 Tingkat kematian karena /100,00 2,06 2,54 2,5 1,21 4,79 tuberkulosis (per 100,000 0 Pddk penduduk)

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

C. Pertanahan Secara umum, kepemilikan tanah di Kota Tanjungbalai berstatus hak milik. Tanah dengan status hak milik terbanyak berada di Kecamatan Datuk Bandar dengan jumlah 180, sedangkan kepemilikan tanah dengan status hak milik terkecil berada di Kecamatan Tanjungbalai Utara dengan jumlah 28. Tabel 2.22. Status Kepemilikan Tanah Menurut Jenis Hak dan Kecamatan Kota Tanjungbalai, 2015 Hak Hak Guna Hak Hak Hak Guna Kecamatan Milik Bangunan Pakai Pengelolaan Usaha Datuk Bandar 24 0 0 0 0 Datuk Bandar Timur 7 0 0 0 0 Tanjungbalai 18 0 0 0 0 Selatan Tanjungbalai Utara 8 0 0 0 0 Sei Tualang Raso 2 0 4 0 0 Teluk Nibung 10 1 0 0 0 Tanjungbalai 69 1 4 0 0 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

D. Ketenagakerjaan 1. Kesempatan Kerja (Rasio Penduduk yang Bekerja) Kesempatan kerja merupakan perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Pada tahun 2011 dan 2015 rasio kesempatan kerja Kota Tanjungbalai berada pada angka yang tidak jauh berbeda yaitu 0,891 dan 0,899. Dengan kata lain, pada tahun 2011 dan tahun 2015 jumlah angkatan kerja yang telah mendapatkan pekerjaan sebanyak 89 persen, sedangkan sisanya sebesar 11 persen masih mencari pekerjaan atau menganggur.

Gambar 2.26. Rasio Kesempatan Kerja Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai 2016, (diolah)

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-34 2. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang relatif besar. Pada Tahun 2011, jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai hanya sebanyak 97.954 orang. Angka tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 2,5 persen pada 2015 sehingga jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai menjadi 110.888 orang. Menariknya, Penambahan jumlah tenaga kerja di Kota Tanjungbalai pada periode 2015 didapatkan dari pertumbuhan jumlah penduduk bukan berasal dari angkatan kerja sebesar 25 persen dibanding pada 2011.

Tabel 2.23. Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Tahun No Jenis Kegiatan 2011 2012 2013 2014 2015 A Angkatan Kerja 66.772 65.055 62.261 68.469 71.893 1. Bekerja 59.509 55.457 56.671 62.958 64.659 2. Mencari Pekerjaan 7.263 9.598 5.590 5.511 7.234 B Bukan Angkatan 31.182 32.472 41.712 40.619 38.995 Kerja Tanaga Kerja (A+B) 97.954 97.527 103.973 109.088 110.888

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Jumlah angkatan kerja menurut jenis pendidikan yang ditamatkan pada Tahun 2015 masih didominasi tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) yakni mencapai angka 23.210 orang. Hal ini menandakan masih rendahnya kualitas/mutu yang dimiliki tenaga kerja di Kota Tanjungbalai.

Tabel 2.24. Penduduk 15 Tahun ke Atas Termasuk Angkatan Kerja Menurut Jenis Pendidikan yang Ditamatkan Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Angkatan Kerja Tahun SD SLTP SLTA PT Total 2011 25.347 14.788 26.637 N/A 66.772 2012 23.878 15.230 25.947 N/A 65.055 2013 22.216 14.173 25.872 N/A 62.261 2014 24.710 14.471 29.288 N/A 68.469 2015 23.210 13.200 22.046 13.437 71.893 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 2.2.3 Fokus Seni Budaya Dan Olahraga A. Seni Budaya Kota Tanjungbalai merupakan sebuah kota yang sudah berusia lama dan memiliki kekayaan alam dan kekayaan budaya yang cukup besar dengan potensi budaya dan nilai-nilai tradisi yang telah mengakar. Kebijakan pembangunan seni dan kebudayaan selama ini diarahkan dalam rangka memperkuat, mengembangkan dan melestarikan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-35 potensi budaya lokal dalam rangka membentuk karakteristik masyarakat daerah, mencegah masuknya budaya lain yang negatif atau tidak sesuai dengan budaya lokal. Beberapa kebijakan pengembangan nilai seni dan budaya yang selama ini telah dilaksanakan di Kota Tanjungbalai antara lain pembangunan gedung sejarah yang bertujuan untuk penyediaan informasi tentang sejarah dan kebudayaan Kota Tanjungbalai dan sebuah balai di tepi sungai Asahan yang diberi nama Balai di Ujung Tanjung. Wisata budaya juga dilakukan dengan mengadakan ”Pesta Kerang” setiap tahun yang sekaligus untuk memperingati hari jadi Kota Tanjungbalai yang diisi dengan berbagai kegiatan seperti pagelaran dan festival budaya, pemilihan parano dan daro, wisata kuliner dan memperkenalkan makanan dan kerajinan khas Kota Tanjungbalai. Berikut ini merupakan tabel yang dapat menunjukkan potensi budaya Kota Tanjungbalai.

Tabel 2.25. Rekapitulasi Potensi Seni Budaya di Kota Tanjungbalai, 2015

No Gedung Seni dan Budaya Jumlah 1 Jumlah Grup Kesenian 33 2 Gedung Pertunjukan 2 3 Gedung Bersejarah 2 4 Bangunan Lama 5 Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016 Tabel 2.26. Jenis Sanggar Seni di Kota Tanjungbalai, 2015

No Gedung Seni dan Budaya 1 Teater 2 Pencat Silat 3 Gondang Sembilan 4 Tari Melayu Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa potensi seni budaya di Kota Tanjungbalai masih sangat minim, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah sarana dan prasarana seni budaya yang ada, maupun apresiasi penduduk Kota Tanjungbalai terhadap seni budaya tersebut. B. Olahraga Kebijakan pembangunan pada urusan pemuda dan olahraga diarahkan pada upaya mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana olahraga di lingkungan masyarakat, melakukan pembinaan atlet-atlet prestasi di tingkat daerah, pembinaan organisasi kepemudaan serta peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepemudaan dan fasilitasi aksi bhakti sosial kepemudaan melalui pelaksanaan jambore pemuda antar daerah, dengan harapan terwujudnya pemuda yang sehat, agamis dan berbudaya. Dalam mendukung kegiatan pemuda dan olahraga di Kota Tanjungbalai saat ini telah tersedia Jumlah sarana dan prasarana olah raga yang cukup memadai. Terdapat 1 buah gedung olahraga yang merupakan gedung olahraga serba guna atau multi fungsi dan 1 buah stadion. Kemudian, penyelenggaraan kegiatan olahraga dan kepemudaan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-36 selain difasilitasi oleh Pemerintah Kota juga bekerjasama dengan KONI dan organisasi pemuda lainnya. Berdasarkan data tahun 2016, terdapat 33 cabang olahraga dengan 70 atlet, selain itu terdapat 16 pelatih olahraga yang berada di Kota Tanjungbalai. Jumlah organisasi kepemudaan yang ada menyebar di beberapa kecamatan diantaranya merupakan organisasi pemuda yang sudah cukup terkenal di masyarakat seperti: AMPI, KNPI, Karang Taruna, OKP dan Kelompok Pemuda Produktif yang telah terdaftar dan dibina oleh Pemerintah Kota. Pada tahun 2011 jumlah organisasi pemuda yang terdaftar sebanyak 85 buah dengan jumlah organiasi pemuda yang aktif lebih kurang sebanyak 44 buah dan organisasi karang taruna sebanyak 7 buah. Tabel 2.27. Prasarana Olahraga Kota Tanjungbalai, 2015

No Bangunan Jumlah 1 Gelanggang/Balai Remaja 3 2 Lapangan Olahraga 15 Sumber: Dispora Budpar Kota Tanjungbalai, 2016 Penyelenggaraan kegiatan olah raga, yang dilaksanakan/diprogramkan oleh Pemerintah Daerah meliputi: Pekan Olahraga Daerah (PORDA), Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA), kompetisi, festival, Kejurda, Kejurnas dan turnamen turnamen lainnya dan kegiatan-kegiatan olahraga yang dilaksanakan oleh masyarakat/swasta/sponsor/pihak ketiga. Kegiatan olah raga yang rutin dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai adalah PORDA dan POPDA dan beberapa kegiatan atau even-even dalam rangka menyambut hari-hari besar seperti hari kemerdekaan, maupun event-event oleh masyarakat/swasta/ sponsor/pihak ketiga.

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Aspek pelayanan umum fokus pada layanan bidang wajib terdiri dari urusan: pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan pencatatan sipil, pemberdayaan perempuan & perlindungan anak, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daereh, kepegawaian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika serta perpustakaan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan capaian indikator yang mencakup fokus layanan bidang wajib.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-37 Tabel 2.28. Aspek, Fokus dan Indikator Kinerja Layanan Urusan Wajib Pemerintahan Daerah Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Bidang Urusan /Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 I PENDIDIKAN 1 Rasio ketersediaan sekolah terhadap murid PAUD 1:35 1:36 1:36 1:33 1:35 2 Rasio ketersediaan sekolah terhadap murid SD/MI 1:241 1:231 1:238 1:242 1:208 3 1:356 1:235 1:372 1:379 1:348 Rasio ketersediaan sekolah terhadap murid SMP/MTs 4 Rasio ketersediaan sekolah terhadap 1:360 1:320 1:385 1:388 1:376 murid SMA/MA 5 Rasio guru terhadap murid PAUD 1:11 1:11 1:11 1:9 1:10 6 Rasio guru terhadap murid SD/MI 1:21 1:16 1:21 1:21 1:18 7 Rasio guru terhadap murid SMP/MTs 1:13 1:8 1:14 1:14 1:15 8 Rasio guru terhadap murid SMA/MA/MK 1:14 1:12 1:15 1:15 1:15 9 Penduduk yang berusia >15 tahun 98,05 99,18 98,71 99,32 99,75 melek huruf tidak buta aksara 10 Sekolah pendidikan SD/MI kondisi 100% 100% 100% 100% 100% bangunan baik 11 Sekolah pendidikan SMP/MTS dan 100% 100% 100% 100% 100% SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik 12 Angka kelulusan (AL) SD/MI 100% 100% 99,97% N/A 100% 13 Angka kelulusan (AL) SMP/MTs 99,27% 100% 99,26% N/A 100% 14 Angka kelulusan (AL) SMA/SMK/MA 99,46% 100% 99,82% N/A 99,74% 15 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 63,63% 66,70% 78,27% 79,79% 81,60% II KESEHATAN 1 Jumlah posyandu 119 119 119 119 117 0,051 0,05 0,049 0,049 0,048 2 Rasio puskesmas per satuan penduduk 3 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 0,0127 0,0125 0,0123 0,0121 0,0120 4 Rasio dokter per satuan penduduk 0,399 0,375 0,351 0,395 0,299 Rasio tenaga medis per satuan 0,020 0,019 0,017 0,019 0,014 5 penduduk Cakupan komplikasi kebidanan yang 94% 91,81% 99,40% 91% 84,83% 6 ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh 100% 75,89% 92,05% 88,08% 88,27% tenaga kesehatan yang memiliki 7 kompetensi kebidanan 100% 100% 100% 100% 100% Cakupan Desa/kelurahan Universal 8 Child Immunization (UCI) Cakupan balita gizi buruk mendapat 100% 100% 100% 100% 100% 9 perawatan 25,97% 76,83% 77,14% 92,65% 91,79% Cakupan penemuan dan penananganan 10 penderita penyakit TBC BTA 100% 100% 100% 100% 100% Cakupan penemuan dan penanganan 11 penderita DBD 26,03 26,32 N/A 27,01 22,17 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan 12 pasien masyarakat miskin 13 Cakupan kunjungan bayi 81,43% N/A 82,41% 71,74% 91,09% 14 Cakupan puskesmas 133,33% 133,33% 133,33% 133,33% 133,33% 15 Cakupan pembantu puskesmas 216,67% 216,67% 216,67% 216,67% 216,67% III PEKERJAAN UMUM 1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam 61,61 64,1 64,26 66,44 69,49 kondisi baik N/A N/A 14,43 14,42 14,42 2 Rasio jaringan irigasi 8 Panjang jalan dilalui roda 4 N/A N/A N/A N/A 346,12

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-38 N/A N/A N/A N/A 264 km Panjang jalan kabupaten dalam kondisi 9 baik (>40 KM/jam) 10 Drainase dalam kondisi N/A N/A N/A 50% 60% baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat Luas irigasi kabupaten dalam kondisi N/A N/A N/A N/A 166 ha 11 baik 12 Lingkungan permukiman 28,62% N/A N/A N/A N/A IV PERUMAHAN 1 Rumah tangga pengguna air bersih 67,67% 50,82% 60,91% 51,58% 50,31% 98,54% 96,73% 99,66% 98,22% 98,46% 2 Rumah tangga pengguna listrik 78,18% 77,03% 77,81% 79,03% 83,06% 3 Rumah tangga bersanitasi layak N/A N/A N/A N/A 428,01 ha 4 Lingkungan permukiman kumuh N/A N/A N/A N/A 87,21% 5 Rumah layak huni

V PENATAAN RUANG 1 Luas ruang terbuka hijau N/A N/A N/A N/A 63,857 ha Ruang publik yang berubah 0 0 0 0 0 2 peruntukannya VI PERENCANAAN PEMBANGUNAN 1 Tersedianya dokumen perencanaan ADA ADA ADA ADA ADA RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA 2 Tersedianya dokumen perencanaan ADA ADA ADA ADA ADA RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA 3 Tersedianya dokumen perencanaan ADA ADA ADA ADA ADA RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA 4 Penjabaran program RPJMD ke dalam 90% 90% 90% 90% 90% RKPD VII PERHUBUNGAN Jumlah arus penumpang angkutan 120.450 130.086 139.722 144.540 163.812 1 umum 2 Rasio ijin Trayek 100% 100% 100% 100% 100% 3 Jumlah ijin trayek 7 trayek 7 trayek 7 trayek 7 trayek 7 trayek 4 Jumlah uji KIR angkutan umum 890 unit 823 unit 812 unit 798 unit 790 unit 5 Jumlah pelabuhan laut 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 7 Kepemilikan KIR angkutan umum 30% 36% 36% 33% 32% Lama pengujian kelayakan angkutan 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 8 umum Biaya pengujian kelayakan angkutan 40 rb/6 bln 40 rb/6 bln 40 rb/6 bln 40 rb/6 bln 40 rb/6 bln 9 umum 10 Pemasangan rambu-rambu 60% 60% 62% 65,00% 70,00% VIII Lingkungan Hidup 1 Persentase penanganan sampah 50% 53% 54% 58% 61% 2 Pencemaran status mutu air indeks- indeks-5,55 indeks - indeks - indeks - 5,55 5,611 5,68 5,68 3 Pencemaran status mutu udara 1 1 1 1 1 4 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 52 53 53 52 52 5 Rasio petugas kebersihan terhadap jlh N/A N/A N/A N/A 0,0009 pduduk 6 Cakupan penghijauan wilayah rawan 4% 4% 4% 5% 5% longsor 7 Cakupan pengawasan terhadap 100% 100% 100% 100% 100% pelaksanaan amdal 8 Tempat pembuangan sampah (TPS) per 1,5 L 1,5 L 1,7 L 1,8 L 2 L satuan penduduk 9 Penegakan hukum lingkungan 100% 100% 100% 100% 100%

IX PERTANAHAN 1 Persentase luas lahan bersertifikasi 244.643 m² 65.170 m² 198.935 m² 413.850 m² 176.450 m²

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-39 2 Penyelesaian kasus tanah negara 25% N/A 50% N/A 0% KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN X SIPIL Rasio penduduk ber KTP per satuan 63,40% 63,91% 64,36% 83,86% 83,77% 1 penduduk 2 Rasio bayi berakte kelahiran 31,54% 32,08% 35,54% 38,91% 43,37% 3 Rasio pasangan berakte nikah 4 Kepemilikan KK 33,08% 41,54% 50,67% 88,33% 89,01% Ada Ada Ada Ada Ada Ketersediaan database kependudukan 5 skal propinsi 6 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah XI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & PERLINDUNGAN ANAK 1 N/A N/A N/A N/A 0,46% Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah 2 Partisipasi perempuan di lembaga N/A N/A N/A N/A 0,86% swasta 3 Rasio KDRT 0,11% 0,16% 0,08% 0,12% 0,16% 4 Partisipasi angkatan kerja perempuan 3,08% 3,03% 3,03% 2,94% 1,32% 5 Penyelesaian pengaduan perlindungan 100% 100% 100% 100% 100% perempuan dan anak dari tindakan kekerasan 6 Rata-rata jumlah per keluarga 4,2 4,15 4,14 4,14 3,02 7 Rasio akseptor KB 63,67 65,33 65,79 65,84 65,62 8 Cakupan peserta KB aktif 62,67% 65,33% 65,33% 65,84% 65,63% 9 Keluarga pra sejahtera dan keluarga 38,31% 38,46% 38,46% 41,15% 41,15% sejahtera XII SOSIAL 1 0 0 0 0 0 Sarana sosial seperti panti asuhan,panti jompo dan panti rehabilitasi 2 PMKS yang memperoleh bantuan sosial 6.337 org 6.359 org 8.333 org 48.296 org 48.296 org XIII Ketenagakerjaan 1 Angka partisipasi angkatan kerja 66.772 65.055 62.261 68.469 71.893 2 Angka sengketa pengusaha pekerja per 0 0 0 0 0 tahun 3 Tingkat partisipasi angkatan kerja 68,17% 66,70% 59,88% 62,76% 65% 4 Pencari kerja yang ditempatkan 14% 16,50% 23% 5 Tingkat pengangguran terbuka 10,88% 14,75% 8,98% 8,05% 10,06% 6 0 0 0 0 0 Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah XIV Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 1 Persentase koperasi aktif 36,32% 43,44% 43,67% 43,67% 43,67% 2 Jumlah UKM non BPR/LKM UKM N/A N/A N/A 5626 5626 3 Jumlah BPR/LKM 0 0 0 0 0 4 Usaha mikro dan kecil N/A N/A N/A 5626 5626 XV PENANAMAN MODAL 1 Jumlah investor berskala nasional 0 0 0 0 0 (PMDN/PMA) 2 0 0 0 0 0 Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) XVI KEBUDAYAAN Penyelenggaraan festival seni dan 5 keg 5 keg 6 keg 9 keg 9 keg 1 budaya sarana dan penyelenggaraan seni dan 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 2 budaya 0 0 0 0 0 3 Benda,situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan XVII Kepemudaan dan Olah Raga 1 Jumlah organisasi pemuda 35 38 41 43 44 2 Jumlah organisasi olahraga N/A N/A 28 29 31

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-40 3 Jumlah kegiatan kepemudaan 3 keg 3keg 3 keg 5 keg 3 keg 4 Jumlah kegiatan olahraga 9 keg 10 keg 9 keg 14 keg 17 keg Gelanggang/balai remaja (selain milik 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 5 swasta) 6 Lapangan olah raga 10 buah 12 buah 14 buah 15 buah 15 buah Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam XVIII Negeri 1 3 keg 3 keg 3 keg 3 keg 3 keg Kegiatan pembinaan terhadap LSM,Ormas dan OKP 2 Kegiatan pembinaan politik daerah 3 keg 3 keg 3 keg 3 keg 3 keg XIX Otonomi Daerah,Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian 1 5,20 5,25 7,20 6,74 7,84 Rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk 2 Pertumbuhan Ekonomi 6,02% 6,22% 5,94% 5,78% 5,58% 3 Kemiskinan 15,52% 14,86% 14,85% 14,02% 13,48% 4 Ada Ada Ada Ada Ada Sistem informasi pelayanan perizinan dan administrasi pemerintah 5 Penegakan PERDA N/A N/A N/A N/A 66,67% 6 Cakupan patroli petugas satpol PP 42,68% 41,67% 29,91% 31,53% 30,53% 7 Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 100% 100% 100% 100% 88,89% (ketertiban,ketentraman,keindahan) di kabupaten 8 Cakupan pelayanan bencana kebakaran 0,4439% 0,4375% 0,4309% 0,4251% 0,4191% kabupaten 9 Tingkat waktu tanggap (response time 100% 100% 100% 100% 100% rate) daerah layanan wilayah manajemen kebakaran (WMK) 10 100% 100% 100% 100% 100% Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik 11 Sistem informasi manajemen pemda N/A N/A Ada Ada Ada 12 Indeks kepuasaan layanan masyarakat Ada Ada Ada Ada Ada XX KETAHANAN PANGAN 1 Regulasi ketahanan pangan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada XI Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 1 Rata-rata jumlah kelompok binaan 63 63 63 63 63 lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) 2 Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK 62 62 62 62 62 3 Jumlah LSM 42 42 42 42 42 4 LPM berprestasi 0 0 0 0 0 5 PKK aktif 37 37 37 37 37 6 Posyandu aktif 118 118 118 118 118 7 5% 5% 5% 5% 20% Swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat XXII STATISTIK 1 Buku Kabupaten dalam angka Ada Ada Ada Ada Ada 2 Buku PDRB kabupaten Ada Ada Ada Ada Ada XXIII KEARSIPAN 1 Pengelolaan arsip secara baku N/A N/A N/A 1.039 1.340 Arsip Arsip 2 Ketersediaan aparatur bidang kearsipan 3 org 3 org 3 org 3 org 3 org XXIV Komunikasi dan informatika 1 Jumlah jaringan komunikasi 49 unit 49 unit 49 unit 49 unit 49 unit 2 Rasio wartel/warnet terhadap penduduk 1 unit/180 1 unit/180 1 unit/180 1 unit/180 1 unit/180 org org org org org 3 Jumlah surat kabar nasional/lokal 70 harian 70 harian 70 harian 70 harian 70 harian 4 Jumlah penyiaran radio/TV lokal 3 unit 3 unit radio 3 unit 3 unit 3 unit radio radio radio radio 5 Web site milik pemerintah daerah 1 1 1 1 1

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-41 6 Pameran/expo 0 0 0 0 0 XXV Perpustakaan 1 Jumlah perpustakaan 139 unit 157 unit 187 unit 187 unit 187 unit 2 Jumlah pengunjung perpustakaan per 44.306 org 67.530 org 115.041 114.812 166.429 tahun org org org 3 koleksi buku yang tersedia di 8.572 8.839 judul/ 9.079 9.656 9.950 perpustakaan judul/ 36.625 eks judul/ judul/ judul/ 35.354 37.564 40.095 42.170 eks eks eks eks

2.3.1.1 Pendidikan A. Angka partisipasi sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Tanjungbalai selama beberapa tahun terakhir masih didominasi oleh usia 7-12 tahun. Pada periode 2011, sebanyak 98,09 persen penduduk usia tersebut telah berpartisipasi dalam berbagai sekolah yang tersedia di Kota Tanjungbalai. Sementara itu usia 16-18 tahun menjadi usia dengan angka partisipasi terkecil selama beberapa tahun terakhir. Pada 2011, APS usia 16-18 tahun sebesar 66,82 persen. Angka tersebut mengalami peningkatan pada 2015 menjadi 69,60 persen.

Gambar 2.27. Angka Partisipasi Sekolah di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2012-2016

B. Angka Putus Sekolah Perkembangan Angka Putus Sekolah SD/MI selama rentang waktu lima tahun yaitu 2010-2014 mengalami penurunan. Jika pada tahun 2010 sebanyak 1 persen, maka pada tahun 2014 menjadi 0,21 persen. Angka putus sekolah paling rendah terdapat pada tingkat SD/MI dibandingkan tingkat pendidikan lain. Angka Putus Sekolah SMP/MTS selama tiga tahun terakhir juga mengalami penurunan dari angka 13,33 persen menjadi 12,72 persen, walaupun pada tahun 2010 sempat mencapai angka 10,20 persen. Pada tingkat SMA/MA, Angka Putus Sekolah selama periode 2010-2014 mengalami tren naik turun. Pada tahun 2014 mencapai angka 31,55 persen. Angka tersebut merupakan tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan yang lain. Faktor penyebab tingginya angka putus sekolah di Kota Tanjungbalai, diantaranya disebabkan oleh kemiskinan serta rendahnya tingkat pendidikan orang tua

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-42 mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak untuk mendapatkan pendidikan formal. Selain itu disebabkan oeh anak itu sendiri, karena merasa malas untuk belajar dan lebih memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Gambar 2.28. Perkembangan Angka Putus Sekolah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Kota Tanjungbalai, 2010-2014 Ket: Data Tahun 2015 belum tersedia Sumber: TNP2K, 2015

C. Angka Kelulusan Tingkat kelulusan siswa pada jenjang SD-SMA di Kota Tanjungbalai relatif tinggi. Pada 2015, dari 2.950 siswa yang terdaftar pada jenjang SD, semua siswa dinyatakan lulus. Pada jenjang SMP, dari 2.694 siswa yang terdaftar, semua siswa juga dinyatakan lulus. Sementara pada jenjang SMA, dari 1.895 siswa yang terdaftar terdapat 1.890 siswa yang lulus, dengan kata lain terdapat 5 siswa yang tidak lulus. Tabel 2.29. Hasil Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional SD-SMA Kota Tanjungbalai, 2015 SD SMP SMA No Kecamatan Terdaftar Lulus Terdaftar Lulus Terdaftar Lulus 1 Datuk Bandar 276 276 236 236 505 503 2 Datuk Bandar Timur 282 282 579 579 198 197 3 Tanjungbalai 1.213 1.213 850 850 527 526 Selatan 4 Tanjungbalai Utara 251 251 105 105 226 225 5 Sei Tualang Raso 320 320 486 486 252 252 6 Teluk Nibung 608 608 438 438 187 187 Tanjungbalai 2.950 2.950 2.694 2.694 1.895 1.890

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

D. Kualifikasi Guru Kualifikasi guru cenderung dilihat berdasarkan pendidikan yang ditamatkannya. Kualifikasi guru SD/MI dan SMP/MTs yang memiliki pendidikan D-IV/S1 selama periode 2011-2015 cenderung mengalami peningkatan. Pada tingkat SMA/SMK/MA

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-43 justru mengalami penurunan, dari angka 96,8 persen pada tahun 2011 menjadi 91,9 persen pada tahun 2015. Penurunan tersebut disebabkan sejumlah guru yang memiliki pendidikan D-IV/S1 telah pensiun, pindah ke daerah lain bahkan mutasi dari fungsional guru ke struktural untuk mengambil jabatan.

Gambar 2.29. Guru yang Memenuhi Kualifikasi D-IV/S1 Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.2. Kesehatan A. Fasilitas kesehatan Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan di Kota Tanjungbalai relatif tidak banyak mengalami perubahan. Sampai dengan 2015 Kota Tanjungbalai tidak memiliki rumah bersalin. Sedangkan Posyandu menjadi fasilitas kesehatan terbanyak di Kota Tanjungbalai dengan jumlah 118 posyandu. Tujuan mengadakan posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan balita, serta diharapkan dapat meningkatkan angka harapan hidup rata-rata. Jumlah posyandu di Kota Tanjungbalai mencapai 118 unit menurun dari tahun sebelumnya. Posyandu yang ideal adalah jika 1 (satu) posyandu dapat melayani 100 balita/700 kepala keluarga, maka dilihat dari kondisi tersebut Kota Tanjungbalai sudah memenuhi syarat Tabel 2.30. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kota Tanjungbalai, 2011–2015 No Jenis Fasilitas Kesehatan 2011 2012 2013 2014 2015 1 Rumah sakit 2 2 2 2 2 2 Rumah bersalin 0 0 0 0 0 3 Puskesmas 8 8 8 8 8 4 Posyandu 119 119 119 119 118 5 Balai Pengobatan 2 6 5 5 5 6 Polindes 0 13 0 0 0

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

B. Tenaga Kesehatan Menurut UU Nomor 36 Tahun 2014 yang dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-44 dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Ketersediaan tenaga kesehatan di Kota Tanjungbalai masuk kategori cukup. Sampai dengan 2015, perawat menjadi tenaga kesehatan terbanyak di Kota Tanjungbalai dengan jumlah 223 orang. Berikutnya bidan dan dokter dengan jumlah 72 orang dan 43 orang. Tenaga kesehatan masyarakat menjadi tenaga kesehatan non medis yang paling sedikit di Kota Tanjungbalai dengan jumlah 5 orang. Tabel 2.31. Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja dan Sarana Pelayanan Kota Tanjungbalai, 2015

Tenaga Medis Tenaga Non Medis

Bidan

Dokter

Sanitasi

Farmasi Kesmas AhliGizi No Unit Kerja Perawat 1 Datuk Bandar 0 25 13 1 2 1 0 2 Semula Jadi 2 12 3 1 1 0 0 3 MU Damanik 0 12 6 0 1 0 0 4 Kp. Baru 1 10 4 1 2 1 0 5 Kp. 1 13 2 1 1 1 0 Persatuan 6 ST Raso 3 27 6 2 0 0 0 7 Teluk Nibung 1 19 4 2 1 1 0 8 Sipori-pori 3 12 2 1 1 2 1 9 Sub jumlah 11 130 40 9 9 6 1 10 Instalasi 0 0 0 4 0 0 0 Farmasi 11 Dinkes 0 0 0 0 0 0 0 12 Rumah Sakit 32 93 32 4 3 1 4 Jumlah 43 223 72 17 11 7 5

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Jumlah tenaga dokter pada setiap kecamatan di Kota Tanjungbalai tidak merata. Masih terdapat kecamatan yang tidak memiliki dokter umum, antara lain Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Tanjungbalai Selatan. Dilihat dari keberadaan dokter ahli juga sangat tidak merata karena hanya terdapat pada Kecamatan Tanjungbalai Selatan. Meski demikian, hal tersebut tidak menghambat masyarakat memperoleh layanan kesehatan karena jarak antarkecamatan yang relatif dekat. Sementara kebutuhan tenaga dokter di RSUD Tengku Mansyur sebanyak 36 orang sudah tercukupi.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-45 Tabel 2.32. Banyaknya Tenaga Dokter Menurut Kecamatan Kota Tanjungbalai, 2015 Dokter Dokter No Kecamatan Dokter Umum Gigi Ahli 1 Datuk Bandar 0 1 0 2 Datuk Bandar Timur 2 0 0 3 Tanjungbalai Selatan 0 1 9 4 Tanjungbalai Utara 2 1 0 5 Sei Tualang Raso 3 0 0 6 Teluk Nibung 4 0 0 Tanjungbalai 11 3 9

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 C. Temuan penyakit Penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas menjadi penyakit terbanyak yang diderita oleh penduduk Kota Tanjungbalai. Kebakaran lahan yang banyak terjadi di wilayah Sumatera diduga menjadi penyebab utama banyaknya penderita penyakit tersebut. Sampai dengan 2015, sebanyak 7.939 penduduk terkena penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas. Sementara itu infeksi penyakit usus yang lain, hipertensi dan penyakit pada sistem otot dan penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat menjadi penyakit terbanyak berikutnya. Masing-masing jumlah kasus yang penyakit tersebut adalah 4.093, 3.999, dan 3.271. Berikut ini jumlah temuan penyakit terbanyak di Kota Tanjungbalai:

Tabel 2.33. Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Di Kota Tanjungbalai, 2015 No Jenis Penyakit Banyaknya 1 Penyakit lain pada ISPA 7.939 2 Infeksi Penyakit Usus yang lain 4.093 3 Hipertensi 3.999 4 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat 3.271 5 Penyakit lainnya 2.951 6 Diare 2.920 7 Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian 2.821 atas 8 Penyakit kulit infeksi 2.381 9 Gangguan gigi dan gangguan lainnya 1.854 10 Penyakit kulit alergi 1.201

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-46 Jumlah kasus HIV/AIDS pada tahun 2015 meningkat tajam menjadi 9 kasus dibandingkan tahun 2014 yang hanya terdapat 2 kasus. Setiap tahunnya jumlah kasus terbanyak terdapat pada jenis penyakit diare. Angka tersebut juga mengalami peningkatan yang tajam pada tahun 2015 menjadi 9.811 dibandingkan tahun 2014 terdapat 1.893 kasus.

Tabel 2.34. Jumlah Kasus HIV/AIDS, IMS, DBD, Diare, TB dan Malaria Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Tahun No Jenis Penyakit 2011 2012 2013 2014 2015 1 HIV/AIDS 1 2 0 2 9 2 IMS 23 5 2 0 0 3 DBD 61 37 36 88 46 4 DIARE 4723 2.332 2.835 1.893 9.811 5 TB 181 189 243 199 220 6 MALARIA 9 0 1 0 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.3. Pekerjaan Umum A. Kondisi jalan Keadaan jalan dalam kondisi baik di Kota Tanjungbalai selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada 2011 sebanyak 61,61 persen jalan dalam kondisi baik, sedangkan pada 2015 persentase jalan dalam kondisi baik meningkat signifikan menjadi 69,49 persen. Sementara itu, kondisi jalan yang rusak berat pada 2015 sebanyak 5,18 persen meningkat dari Tahun 2011 yang hanya sebesar 1,91 persen. Tabel 2.35. Persentase Kondisi Jalan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Kondisi Jalan 2011 2012 2013 2014 2015 1 Baik 61,61 64,10 64,26 66,44 69,49 2 Sedang 23,73 27,81 24,69 21,10 19,18 3 Rusak 12,76 6,28 7,02 7,95 6,13 4 Rusak Berat 1,91 1,81 4,02 4,51 5,18

Sumber: Dinas PU Kota Tanjungbalai, 2016 Dalam rangka penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan, oleh karenanya jalan dikelompokkan ke dalam kelas jalan. Kelas jalan terpanjang di Kota Tanjungbalai tergolong dalam Kelas III C mencapai 94,16 km pada Tahun 2015. Kelas III C bermakna jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-47 Tabel 2.36. Panjang Jalan Menurut Kelas di Kota Tanjungbalai (km), 2011-2015

No Kondisi Jalan 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kelas I 0 0 0 0 0 2 Kelas II 0 0 0 0 0 3 Kelas III 20,48 15,24 15,24 15,23 15,24 4 Kelas III A 68,26 63,05 67,17 67,17 68,23 5 Kelas III B 46,08 52,97 54,77 58,84 58,87 6 Kelas III C 69,16 86,74 88,40 93,32 94,16 7 Kelas tidak 104,84 108,27 109,93 111,54 112,08 dirinci Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Dalam rangka mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah maka jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Dari tabel dilihat bahwa status jalan kota mendominasi keseluruhan panjang jalan yang ada di Kota Tanjungbalai. Tabel 2.37. Panjang Jalan Menurut Administrasi Pemerintahan Kota Tanjungbalai (km), 2015

No Kondisi Jalan Panjang (km) 1 Jalan Nasional 6,54 2 Jalan Provinsi 8,7 3 Jalan Kota 330,880 Sumber: Dinas PU Kota Tanjungbalai, 2016

B. Tempat ibadah Sebagai daerah dengan mayoritas penduduk beragama islam, tempat ibadah bagi penduduk muslim menjadi yang terbanyak di Kota Tanjungbalai. Pada Tahun 2015, jumlah masjid sebanyak 54 buah dan mushola sebanyak 98 buah.

Tabel 2.38. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015 No Kecamatan Masjid Mushola Gereja Kuil/Wihara Jumlah 1 Datuk Bandar 13 29 19 0 61 2 Datuk Bandar 9 17 2 1 29 Timur 3 Tanjungbalai 5 8 4 7 24 Selatan 4 Tanjungbalai Utara 7 8 1 1 17 5 Sei Tualang Raso 8 15 0 0 23 6 Teluk Nibung 12 21 0 0 33 Kota Tanjungbalai 54 98 26 9 187 Sumber: BPS Kota.Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-48 C. Irigasi Kota Tanjungbalai hanya memiliki irigasi jenis setengah teknis sebagai media pengairan irigasi pada sawahnya. Sampai dengan Tahun 2014, jumlah irigasi setengah teknis di Kota Tanjungbalai telah mengairi 164 ha lahan sawah yang semuanya berada di Kecamatan Datuk Bandar.

Tabel 2.39. Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan dan Kecamatan Kota Tanjungbalai, 2015 (ha) Irigasi No Kecamatan Teknis Setengah Teknis Sederhana 1 Datuk Bandar 0 164 0 2 Datuk Bandar Timur 0 0 0 3 Tanjungbalai Selatan 0 0 0 4 Tanjungbalai Utara 0 0 0 5 Sei Tualang Raso 0 0 0 6 Teluk Nibung 0 0 0 Tanjungbalai 0 164 0

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.4. Perumahan

A. Pengguna Listrik Pemakai listrik pada jenis rumah tangga menjadi jumlah terbesar di Kota Tanjungbalai pada Tahun 2015 dengan jumlah 73.087 pelanggan. Daya yang tersambung pada jenis pemakai rumah tangga sebanyak 59.685.300 VA dan jumlah KWH terjual 10.492.045 KWH.

Tabel 2.40. Banyaknya Pelanggan, Daya Tersambung, KWH Terjual dan Nilai Listrik yang disalurkan menurut Jenis Pemakai di Kota Tanjungbalai, 2015 Daya KWH Nilai No Jenis Pemakai Pelanggan Tersambung Terjual (Juta Rp) (VA) (KWH) 1 Rumah Tangga 73.087 59.685.300 10.492.045 7.209.942.564

2 Bisnis 2.380 11.076.800 1.587.873 2.062.188.372

3 Industri 53 14.020.900 3.026.335 3.521.584.426 4 Sosial 1.530 2.287.600 348.743 216.732.719

5 Instansi 343 3.536.126 905.557 1.336.548.573 Pemerintah

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai,2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-49 Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik PLN sebagai sumber penerangan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah pelanggan setiap tahunnya, sedangkan daya listrik yang tersambung masih terbatas tergantung pada gardu induk yang terdapat di Kota Rantau .

Tabel 2.41. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama, 2011-2015 Tahun Listrik PLN Listrik Non PLN Bukan Listrik 2011 98,54 0,31 1,14

2012 96,73 0,93 2,34

2013 99,66 0,12 0,23

2014 98,22 0,69 1,10

2015 98,46 0,44 1,11

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai,2016

B. Pengguna Air Minum Terhitung sampai 2015, jumlah pelanggan air minum di Kota Tanjungbalai didominasi oleh rumah tempat tinggal dengan jumlah pelanggan sebanyak 5,8 juta pelanggan dan nilai Rp 1.088.479.375. Nilai tersebut berada di bawah pemakai Hotel/Objek Wisata/Pertokoan dan Industri dengan nilai Rp 4.168.651.930, dengan jumlah pelanggan sebanyak 848 ribu pelanggan. Tabel 2.42. Banyaknya Pelanggan, Air Minum yang Disalurkan, dan Nilai Air Minum Menurut Jenis Pemakai di Kota Tanjungbalai, 2015

No Jenis Pemakai Pelanggan Banyaknya (m3) Nilai(Rp) 1 Rumah Tempat Tinggal 5.879.417 17.181 1.088.479.375 2 Hotel/Objek 848.476 2.016 4.168.651.930 Wisata/Pertokoan dan Industri 3 Sosial 259.102 299 369.362.985 4 Umum 35.704 68 36.404.290 5 Instansi Pemerintah 103.493 125 322.131.065 Jumlah 7.126.192 546.190 5.985.029.695 Sumber: PDAM Kota Tanjungbalai, 2016

Selama lima tahun terakhir, rumah tangga pengguna air minum layak mengalami penurunan. Pada Tahun 2015 terdapat sekitar 50,31 persen rumah tangga yang mendapatkan air minum layak. Angka tersebut tersebut masih tergolong rendah karena hanya setengah dari seluruh RT yang ada di Kota Tanjungbalai yang menikmati air bersih, hal tersebut disebabkan peralatan Water Treatment Plant (WTP) atau instalasi pengolahan air yang masih kurang memadai, saat ini masih berjumlah 4 buah, sedangkan kebutuhan seharusnya 5 buah, selain itu daya yang dibutuhan untuk menggerakan WTP tersebut belum maksimal karena daya listrik yang terbatas.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-50 Tabel 2.43. Persentase Rumah Tangga Menurut Kondisi Air Minum, 2011-2015

Tahun Layak Tidak Layak 2011 67,67 32,33 2012 50,82 49,18 2013 60,91 39,09 2014 51,58 48,42 2015 50,31 49,69

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.5. Penataan Ruang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan area yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Jika dilihat berdasarkan perbandingan antara luas wilayah dengan luas RTH maka Tanjungbalai Selatan memiliki RTH terluas dibandingkan kecamatan lain. Berdasarkan data pada tabel dapat disimpulkan bahwa luas RTH Kota Tanjungbalai sampai dengan 2015 baru mencapai 0,15 persen. Berdasarkan angka tersebut maka disimpulkan bahwa Kota Tanjungbalai belum memenuhi ketentuan yang mensyaratkan setiap daerah menyediakan 30 % lahan dari seluruh luas wilayah.

Tabel 2.44. Luas Ruang Terbuka Hijau Kota Tanjungbalai, 2015

Perbandingan Luas Luas RTH terhadap Kecamatan Jumlah Penduduk Wilayah RTH Luas Wilayah (%)

Datuk Bandar 2.249 5,339 36.547 0,237 Datuk Bandar Timur 1.457 0,826 29.135 0,057 Tanjungbalai Selatan 198 0,911 20.903 0,460 Tanjungbalai Utara 83 - 17.153 - Sei Tualang Raso 810 0,814 24.560 0,100 Teluk Nibung 1.255 1,356 38.714 0,108 Tanjungbalai 6.052 9,246 167.012 0,153 Sumber: RTRW Kota Tanjungbalai BPS Kota Tanjungbalai (2016)

2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan Perencanan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya guna pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang tersedia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk menyusun sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dokumen perencanaan pembangunan daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-51 Daerah (RPJP Daerah) yang merupakan rencana pembangunan dengan jangka waktu 20 tahun; Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) untuk jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Tanjungbalai ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Kota Tanjungbalai Nomor 05 Tahun 2009 tentang Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tanjungbalai Tahun 2005-2025. Dokumen tersebut merupakan acuan bagi pemerintah Kota Tanjungbalai dalam melaksanakan pembangunan selama 20 (dua puluh) tahun ke depan,dimulai tahun 2005 hingga tahun 2025. Pelaksanaan RPJP Kota Tanjungbalai Tahun 2005-2020 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan jangka menengah (RPJM) Kota Tanjungbalai. Pelaksanaan yang terakhir adalah RPJM Kota Tanjungbalai II Tahun 2011-2016 yang ditetapkan sebagai Peraturan daerah Kota Tanjungbalai Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2016. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan RPJM Kota Tanjungbalai III Tahun 2016- 2021. Pelaksanaan RPJMD Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021 setiap tahunnya akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Kota Tanjungbalai yang memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. Selama Tahun 2011-2015 RKPD telah memuat RPJMD secara optimal.

2.3.1.7. Perhubungan Kota Tanjungbalai memiliki 6 (enam) buah terminal bis, tetapi tidak satupun yang banyak dimasuki angkutan umum. Selain itu, terdapat satu stasiun kereta api yang terletak di Kecamatan Tanjungbalai Utara yang menyediakan rute perjalanan Tanjungbalai-Medan. Kota Tanjungbalai terletak di pinggir Sungai Silau dan Sungai Asahan yang menyebabkan banyak usaha masyarakat terkait trasportasi di kedua sungai ini. Hal ini didukung oleh ketersediaan tangkahan boat yakni sebanyak sehingga terdapat 10 (sepuluh) buah baik yang dimiliki pemerintah maupun milik masyarakat. Tabel 2.45. Banyaknya Sarana Transportasi Menurut Jenisnya dan Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015 Kecamatan Terminal Bis Stasiun Kereta Tangkahan Api Boat Datuk Bandar 1 0 0 Datuk Bandar Timur 1 0 1 Tanjungbalai Selatan 1 0 2 Tanjungbalai Utara 1 1 1 Sei Tualang Raso 1 0 1 Teluk Nibung 1 0 5 Tanjungbalai 6 1 10 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-52 Secara geografis Kota Tanjungbalai memiliki posisi strategis yag dekat dengan negara tetangga , Singapura dan Thailand. Posisi ini memudahkan akses orang baik dalam maupun luar negeri yang ingin berkunjung ke negara-negara tersebut dengan didukung adanya pelabuhan Teluk Nibung. Dalam sehari terdapat 6 unit ferry yang melayani transportasi rute Tanjungbalai- Malaysia yang bisa ditempuh hanya dengan waktu lebih kurang selama 4 (empat) jam. Selama kurun waktu Tahun 2011-2015 terjadi peningkatan jumlah penumpang ke luar negeri sebesar 14 persen setiap tahunnya. Selain itu terdapat pula kapal ferry yang melayani jurusan antardaerah, yakni melayani jurusan Tanjungbalai-Ledong, Tanjungbalai-Sei Berombang, Tanjungbalai-Panipahan dan dan Tanjungbalai-Bagan Siapi-api.

Tabel 2.46. Banyaknya Penumpang dan Barang yang Berangkat tiap Bulan di Pelabuhan Tanjungbalai-Asahan, 2011-2015

Penumpang Muatan Tahun Ke LN DN Ekspor Antar Pulau 2011 103945 109259 41719 75623 2012 100603 59136 16927 70315 2013 34376 39851 35845 65761 2014 197991 47479 23110 43339 2015 178247 41215 18153 84776 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.8. Lingkungan Hidup Penanganan Sampah Pemerintah daerah melakukan pengelolaan sampah melalui pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang berjumlah 2 lokasi. Pada tahun 2015 Kota Tanjungbalai memiliki 422 unit tempat pembuangan sampah dengan kapasitas daya tampung (TPS) sebanyak 3.225.000 ton. Volume sampah yang dapat ditangani adalah sebanyak 790.385 ton dari volume produksi sampah sebanyak 4.757.970 atau sebesar 16,61 persen.

2.3.1.9. Pertanahan Perbedaan antara Hak Guna Bangunan (HGB) dengan Hak Milik (HM) adalah jika hak guna bangunan memiliki hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu 30 tahun ,dan jangka waktunya dapat diperpanjang sampai 20 tahun. Sedangkan jika hak milik hanya bisa dipunyai oleh WNI yaitu hak yang sifatnya turun temurun, terkuat, dan terpenuhi oleh WNI. Pada Tahun 2015 luas lahan yang bersertifikat hak guna bangunan sebesar 14.810m2, sedangkan lahan bersertifikat hak milik seluas 161.640 m2.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-53 Tabel 2.47. Luas Lahan (m2) Bersertifikat Menurut Kecamatan, 2011-2015

Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015 HGB HM HGB HM HGB HM HGB HM HGB HM Datuk Bandar 112.900 24.890 98.300 178.900 78.240 Tanjungbalai 74.520 11.800 25.890 35.980 2.920 24.800 Selatan Tanjungbalai 471 15.860 6.353 5.750 15.200 10.590 58.600 18.800 5.820 Utara Sei Tualang 5.120 2.997 4.210 18.400 1.935 Raso Teluk Nibung 8.972 3.880 19.945 21.750 35.820 11.890 14.895 Datuk Bandar 26.800 9.500 24.800 45.600 35.950 Timur Tanjungbalai 471 244.172 6.353 58.817 15.200 183.735 80.350 333.500 14.810 161.640

Sumber: BPN Kota Tanjungbalai, 2016 Tabel 2.48. Persentase Penduduk Memiliki Tanah, 2011-2015

Jumlah Penduduk Kecamatan Luas Tanah Memiliki Tanah Datuk Bandar 78.240 147 Tanjungbalai Selatan 27.720 45 Tanjungbalai Utara 5.820 12 Sei Tualang Raso 1.935 33 Teluk Nibung 26.785 39 Datuk Bandar Timur 35.950 199 Tanjungbalai 176.450 475 Sumber: BPN Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil Aktivitas penduduk Kota Tanjungbalai yang berkaitan dengan urusan kependudukan dan catatan sipil, salah satunya didominasi dengan mengurus dokumen kelahiran. Pada Tahun 2015, kegiatan pengurusan dokumen kelahiran sebanyak 3.716 kegiatan, menurun dari tahun sebelumnya yang sebanyak 5.131 kegiatan. Sementara kegiatan pengurusan perceraian pada Tahun 2015 sebanyak 8 kegiatan yang juga menurun dari tahun sebelumnya yang berjumlah 10 kegiatan.

Tabel 2.49. Banyaknya Kegiatan Pengurusan di Kantor Catatan Sipil Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Pengurusan NO 2011 2012 2013 2014 2015 Kegiatan 1 Kelahiran 6.703 4.476 6.639 5.131 3.716 2 Kematian 38 46 58 112 70 3 Perkawinan 81 83 119 169 219

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-54 4 Perceraian 2 3 4 10 8 5 Pengesahan Anak 4 0 5 46 0 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Jika dilihat lebih detail, dokumen akta kelahiran yang dikeluarkan di Kota Tanjungbalai paling banyak dikeluarkan di Kecamatan Datuk Bandar. Sampai dengan Tahun 2015 total dokumen dikeluarkan di Kecamatan Datuk Bandar sebanyak 16.549 dokumen. Sementara kecamatan dengan jumlah dokumen akta kelahiran terkecil adalah Kecamatan Sei Tualang Raso yakni hanya sebanyak 9.111 dokumen. Tabel 2.50. Banyaknya Akta Kelahiran yang Dikeluarkan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Jumlah Akta kelahiran No Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015 Total 1 Datuk Bandar 13067 430 1230 956 866 16.549 2 Datuk Bandar Timur 9267 522 1157 826 580 12.352 3 Sei Tualang Raso 6900 642 1113 104 352 9.111 4 Tanjungbalai Selatan 7044 1127 544 483 396 9.594 5 Tanjungbalai Utara 11627 990 757 551 648 14.573 6 Teluk Nibung 10292 762 1727 1211 839 14.831 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender tanpa membedakan laki-laki dan perempuan dengan membangun sumber daya manusia terutama dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan agar setara dengan kaum laki-laki dalam pembangungan di berbagai bidang. Dalam bidang pendidikan pada tahun 2015, rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan terhadap laki-laki pada tingkat SD sebesar 96,01 persen, SMP sebesar 92,04 persen dan SMA sebesar 150,68 persen. Angka ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015 target MDGs sudah hampir tercapai (on track) terkait kesetaraan gender dalam bidang pendidikan. Rasio Angka Partisipasi Murni untuk jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.51. Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di Kota Tanjungbalai, 2015

Jenjang APM No APM Laki-laki Rasio APM Pendidikan Perempuan

1 SD 95,27 99,23 96,01

2 SMP 69,43 75,43 92,04

3 SMA 71,09 47,18 150,68

Sumber : Susenas 2015

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-55 Di bidang ketenagakerjaan, menurut data BPS dari tahun 2011 sampai 2015 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan lebih rendah dibandingkan TPAK laki- laki. Perkembangan TPAK laki-laki dan perempuan dalam kurun lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.52. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut jenis kelamin Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Jenis Kelamin 2011 2012 2013 2014 2015

Laki-laki 79,51 89,49 78,88 81,95 85,41

Perempuan 56,92 43,99 40,92 43,54 44,53

Jumlah 68,17 66,70 59,88 62,76 65,00

Sumber : Sakernas 2015 Kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam bidang politik diukur berdasarkan proporsi perempuan di lembaga-lembaga publik. Anggota DPRD Kota Tanjungbalai hasil pemilu 2009 berjumlah 25 orang, yang terdiri dari 19 orang (76 persen) laki-laki dan 6 (enam) orang (24 persen) perempuan. Selanjutnya hasil pemilu tahun 2014 partisipasi perempuan yang duduk di DPRD menurun menjadi 3 orang (12 persen) dan laki-laki sebanyak 22 orang (88 persen). Namun seiring ketentuan dan mekanisme partai, telah terjadi pergantian antar waktu pada partai Golkar yang menempatkan 1 (satu) orang perempuan di Lembaga DPRD. Sehingga jumlah perempuan di DPRD sebanyak 4 orang (16%), seperti digambarkan pada grafik berikut.

25 22 20 19

15 Laki-laki 10 Perempuan 6 5 4 0 Pemilu 2009 Pemilu 2014

Gambar 2.30. Proporsi kursi yang diduduki di DPRD Kota Tanjungbalai Berdasarkan hasil Pemilu Sumber : KPU Kota Tanjungbalai

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-56 Masalah perlindungan anak dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi isu nasional yang memerlukan penanganan serius dari semua pihak. Hal ini dikarenakan masih tingginya bentuk-bentuk pelanggaran terhadap perempuan dan anak. Sebanyak 19 kementerian dan lembaga telah meluncurkan empat dokumen terkait perlindungan perempuan dan anak. Dokumen tersebut adalah Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak, Rencana Aksi Nasional (RAN) Perlindungan Anak, RAN Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), serta Peta Jalan Pemulangan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKIB). Keberadaan empat dokumen tersebut diharapkan dapat memperkuat perlindungan dan pemberdayaan perempuan serta anak dengan metode konkret yang bisa langsung diterapkan di lapangan. Menurut data yang diperoleh dari Polresta Tanjungbalai, jumlah perkara perlindungan perempuan dan anak pada tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Perkembangan perkara perlindungan perempuan dan anak di Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.53. Jumlah Perkara Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Perkara Perlindungan 2011 2012 2013 2014 2015 Perempuan dan Anak

1. Perkara Terselesaikan 12 5 19 37 21

2. Perkara Tidak 20 18 2 18 5 Terselesaikan

Jumlah Perkara 32 23 21 55 26

Sumber : Polres Tanjungbalai, 2016

2.3.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera A. Akseptor KB Sampai dengan 2015, realisasi jumlah akseptor aktif maupun akseptor baru di Kota Tanjungbalai kurang dari sasaran yang ditargetkan. Untuk jenis akseptor aktif, Kecamatan Tanjungbalai Selatan dan Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah dengan realisasi yang lebih besar daripada sasaran yang ditargetkan. Realisasi akseptor aktif di Kecamatan Tanjungbalai Selatan sebanyak 1.896 atau sebesar 92,89 persen dari target sasaran sebanyak 2.041 akseptor, sedangkan Kecamatan Teluk Nibung sebanyak 3.893 atau sebesar 98,15 persen dari dari yang ditargetkan sebanyak 3.966 akseptor. Sementara itu untuk jenis akseptor baru, semua kecamatan di Kota Tanjungbalai mencapai angka sasaran yang ditargetkan. Secara keseluruhan, pada tahun 2015 realisasi jumlah akseptor baru sebanyak 4.725 orang dari yang ditargetkan sebanyak 4.593 orang.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-57 Tabel 2.54. Sasaran dan Realisasi Akseptor Aktif, PUS, dan Akseptor Baru Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015

Akseptor Aktif PUS Akseptor Baru No Kecamatan Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi 1 Datuk Bandar 3.563 3.554 5.460 5.406 1.039 1.308 2 Datuk Bandar 2.887 2.824 4.318 4.266 625 614 Timur 3 Tanjungbalai 2.041 1.896 2.997 2.931 662 739 Selatan 4 Tanjungbalai 1.328 1.280 2.119 2.063 392 402 Utara 5 Sei Tualang 2.402 2.312 3.660 3.571 686 785 Raso 6 Teluk Nibung 3.966 3.893 5.834 5.777 1189 877 Kota Tanjungbalai 16.187 15.759 24.388 24.014 4.593 4.725

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

B. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Kecamatan Teluk Nibung menjadi daerah dengan jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak di Kota Tanjungbalai. Sampai dengan 2015, jumlah keluarga pra sejahtera di Kecamatan Teluk Nibung sebanyak 2.008 keluarga. Sedangkan Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah dengan jumlah keluarga pra sejahtera terkecil dengan jumlah 452 keluarga. Di sisi lain, Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah dengan jumlah keluarga sejahtera terbanyak di Kota Tanjungbalai. Sampai dengan 2015, terdapat 7.147 keluarga sejahtera di Kecamatan Datuk Bandar.

Gambar 2.31. Banyaknya Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera di Kota Tanjungbalai, 2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.13. Sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang atau keluarga yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-58 fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Menurut Kementerian Sosial RI, saat ini tercatat ada 26 jenis PMKS. Berikut ini hanya disajikan 25 jenis PMKS, karena data Komunitas Adat Terpencil (KAT) tidak tersedia disebabkan Kota Tanjungbalai tidak memiliki daerah pedalaman. Pada Tahun 2015, jumlah jenis PMKS yang terbanyak adalah fakir miskin sebanyak 15.037 keluarga. Tabel 2.55. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Tanjungbalai, 2011-2015

No Jenis PMKS 2011 2012 2013 2014 2015 1 Anak Balita Terlantar 204 136 36 55 196 2 Anak Terlantar 264 253 116 193 196 3 Anak Berhadapan dengan Hukum n.a n.a 19 10 8 4 Anak Jalanan 168 68 56 34 58 5 Anak dengan Kedisbilitasan 168 24 90 115 151 6 Anak Korban Tindak Kekerasan 7 4 13 17 11 7 Anak Memerlukan Perlindungan Khusus n.a n,a 47 14 31 8 Lanjut Usia Terlantar 365 413 892 477 1.783 9 Penyandang Disabilitas 359 204 204 250 274 10 Tuna Susila 162 47 32 17 26 11 Gelandangan 27 20 18 13 5 12 Pengemis 130 30 12 17 16 13 Pemulung 27 20 89 89 56 14 Kelompok Minoritas n.a n,a 9 4 3 15 Bekas Warga Binaan Lembaga n.a n.a 114 149 157 Pemasyarakatan 16 Orang dengan HIV AIDS (ODH) n.a n.a 14 2 - 17 Korban Penyalahgunaan n.a n.a 98 176 258 18 Korban Trafficking n.a n.a 3 1 - 19 Korban Tindak Kekerasan 50 9 22 9 7 20 Pekerja Migran bermasalah sosial n.a n.a 18 44 293 21 Korban Bencana Alam n.a n.a 54 62 33 22 Korban Bencana Sosial n.a n.a 5 2 - 23 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 931 779 1.133 1.714 2.634 24 Fakir Miskin n.a n.a 1.685 3.165 15.037 25 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 66 69 64 100 67 Sumber: Dinas Sosial Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.14. Ketenagakerjaan Jumlah tenaga kerja laki-laki di Kota Tanjungbalai pada 2015 sebanyak 64.659 orang yang terdiri dari angkatan kerja laki-laki sebanyak 43.068 orang dan bukan angkatan kerja sebanyak 21.591 orang.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-59 Dilihat dari jenis lapangan pekerjaan utama, penduduk Kota Tanjungbalai dominan bekerja pada sektor jasa yang terdiri dari sektor perdagangan, transportasi, keuangan jasa kemasyarakatan. Jumlah tenaga kerja terbanyak terdapat pada sektor jasa yakni sebanyak 45.392 orang atau sekitar 70 persen, kemudian diikuti oleh sektor pertanian sebanyak 12.711 orang atau sebesar 20 persen dan selanjutnya manufaktur sebanyak 6.556 orang sebesar 10 persen. Tabel 2.56. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai, 2015

Lapangan No Pekerjaan Utama Laki-Laki Persentase Perempuan Persentase 1. Pertanian 12152 0,29 559 0,03 2. Manufaktur 5391 0,13 1165 0,05 3. Jasa 25525 0,59 19867 0,92 Jumlah 43068 21591 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sangat mempengaruhi banyaknya tenaga kerja yang diserap. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar kemungkinan orang tersebut memperoleh pekerjaan. Pada tahun 2015 tingkat pendidikan pekerja Kota Tanjungbalai yang dominan adalah lulusan SD yaitu sebanyak 13.089 orang atau sebesar 39,24 persen. Selanjutnya adalah penduduk yang bekerja dengan pendidikan SMA sebanyak 9.428 atau sebesar 28,26 persen dan yang berpendiidkan SLTP sebanyak 7.715 orang atau sebesar 23,12 persen.

A. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota Tanjungbalai selama beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 sebanyak 68,17 persen dan pada tahun 2015 sebanyak 65 persen, setelah mengalami peningkatan dari tahun 2014 yang memiliki persentase 62,76 persen.

Gambar 2.32. Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2015

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-60 B. Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat pengangguran Kota Tanjungbalai untuk kurun waktu 2011-2015 cukup fluktuatif. Pada Tahun 2011 sebesar 10,88 persen, meningkat tajam pada Tahun 2012 yakni sebesar 14,75 persen dan kembali menurun di Tahun 2013 dan 2014 masing- masing sebesar 8,98 persen dan 8,05 persen. Selanjutnya untuk Tahun 2015 kembali meningkat menjadi sebesar 10,06 persen.

Gambar 2.33. Tingkat Pengangguran di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: Kota Tanjungbalai dalam angka 2015

2.3.1.15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Koperasi memiliki kontribusi terhadap peningkatan perekonomian suatu daerah karena dapat menyerap tenaga kerja. Cakupan koperasi aktif selama periode 2011-2015 meningkat. Pada tahun 2011 terdapat 36 persen koperasi aktif, selanjutnya meningkat menjadi 44 persen pada tahun 2015 dari total jumlah koperasi yang ada. Pada tahun 2015 terdapat 18.561 orang yang menjadi anggota koperasi dengan jumlah koperasi sebanyak 245. Jenis koperasi yang paling banyak di Kota Tanjungbalai adalah jasa-jasa. Tabel 2.57. Kondisi Koperasi di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Tahun Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Koperasi Aktif 81 106 107 107 107 Koperasi Tidak Aktif 142 138 138 138 138 Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Tanjungbalai, 2016 Tabel 2.58. Banyaknya Koperasi dan Anggota Koperasi Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Jenis Koperasi Banyak Koperasi Banyak Anggota KUD 5 1047 Fungsional 31 2435 Jasa-jasa 188 8649 Lainnya 21 6610 Jumlah 245 18561 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-61 2.3.1.16. Penanaman Modal Jumlah investasi (non PMDN/PMA) selama Tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi, investasi tersebut berasal dari industri kecil dan jasa. Pada Tahun 2013 investasi mencapai 704 miliar, tetapi mengalami penurunan secara signifikan menjadi 18 miliar pada Tahun 2015.

Gambar 2.34. Nilai Investasi di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.17. Kebudayaan Setiap tahun diadakan pagelaran seni dan kebudayaan serta pameran yang dilaksanakan dalam rangka menyemarakkan Hari Jadi Kota Tanjungbalai yang jatuh pada Tanggal 27 Desember, serta menyongsong penyambutan Tahun Baru. Kegiatan tersebut dipusatkan di lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah. Kegiatan seni yang dilaksanakan adalah parade budaya berupa parade keliling “Kota Kerang” yang diikuti oleh berbagai etnis, antara lain: Melayu, Karo, Aceh, Simalungun, Tionghoa. Kemudian acara prosesi Kesultanan Asahan yang merupakan gambaran kilas balik tentang perjalanan sejarah berdirinya Kota Tanjungbalai, acara tersebut juga diisi dengan pemilihan “perano dan daro”. Kegiatan pameran diisi dengan penyampaian informasi tentang pembangunan daerah dan ajang mempromosikan hasil industri kerajinan.

2.3.1.18. Kepemudaan dan Olahraga Berbagai upaya pembinaan bidang kepemudaan & olahraga kerap dilakukan oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai baik pembinaan terhadap atlet, pemuda dan anak-anak sekolah, yang salah satu diantaranya adalah membina pemuda dengan kegiatan olahraga. Selanjutnya pmbinaan kepada anak sekolah selain pembinaan pendidikan formal dalam kelas, masih terdapat kegiatan ekstrakurikuler sebagai bentuk pembinaan yang dapat melatih keterampilan siswa/pemuda di bidang tertentu. misalnya pramuka, olah raga, kegiatan keagamaan dan musik. Sementara itu melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata telah dilakukan pembinaan terhadap atlit yang masih bersekolah untuk berbagai cabang olahraga sebagaimana tercantum pada tabel berikut:

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-62 Tabel 2.59. Pembinaan Atlet di Kota Tanjungbalai, 2015 No Nama Cabang Olahraga Keterangan 1. Cabang olahraga Gulat Klub olahraga Gulat Datuk bandar. Jl. Anwar Idris Kel. Gading Kec. Datuk Bandar 2. Cabang Olahraga Pencaksilat Pencak Silat Bapopsi 3. Cabang Olahraga Bola Vooley Olahraga Bola volley Bapopsi 4. Cabang Olahraga Atletik 5. Cabang Olahraga Tenis Meja 6. Cabang Olahraga Badminton 7. Cabang Olahraga Renang 8. Cabang Olahraga Sepakbola Sumber: Dispora & Budpar Kota Tanjungbalai, 2016 Olahraga unggulan seperti pencak silat, gulat, atletik dan futsal Kota Tanjungbalai pernah diunggulkan. Tetapi sayang fasilitas berupa sarana dan prasarana olahraga belum mendukung peningkatan di cabang olah raga tersebut. Semenjak berdirinya Dinas pemuda olahraga kebudayaan dan pariwisata kota Tanjungbalai pada tahun 2009, pengembangan keolahragaan akan terus dilaksanakan. Tabel 2.60. Banyaknya Sarana dan Prasarana Olah Raga di Kota Tanjungbalai, 2015

No Jenis Olah Raga Keterangan 1 Sepak Bola - Lapangan Sepak Bola Stadion Asahan Sakti - Lapangan Sepak Bola Teluk Nibung - Lapangan Sepak Bola Sei Tualang Raso 2 Bola Volley - Lapangan Bola Volley Gedung Serbaguna - Lapangan Bola Volley lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah - Lapangan Bola Volley Taman Stadion Asahan Sakti 3 Badminton Sebanyak 4 (empat) gelanggang di gedung serbaguna 4 Sepaktakraw Sebanyak 2 (dua) lapangan di gedung serbaguna 5 Olah Raga Tembak Lapangan tembak perbakin di Gedung serbaguna 6 Bola Basket Lapangan Bola Basket di Gedungserbaguna 7 Tennis Sarana Tenis Lapangan di Jl. Pengadilan Kota Tanjungbalai Sumber: Dispora & Budpar Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Dalam rangka pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP maka dilakukan 3 (tiga) kegiatan setiap tahunnya. Secara umum tujuan kegiatan tersebut adalah untuk menjaga keamanan di Kota Tanjungbalai agar tetap kondusif. Selanjutnya untuk tujuan penguatan kelembagaan serta peningkatan peran partai politik, Badan Kesbangpol & Linmas juga melakukan kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 3 (tiga) kegiatan setiap tahunnya. Kota Tanjungbalai tidak memiliki petugas linmas tetap atau yang mempunyai SK pengangkatan dari kepala daerah. Petugas linmas dipilih hanya pada saat pelaksanaan pilkada atau pemilu. Pada saat tersebut, akan dipilih 270 personil linmas untuk ditempatkan disetiap lingkungan dalam kelurahan.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-63 2.3.1.20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum Jumlah petugas satpol PP selaku penegak perda selama tahun 2011-2015 mengalami peningkatan, walaupun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) karena pada Tahun 2015 cakupan penyelesainya justru menurun dari tahun sebelumnya 100 persen menjadi 88,89 persen. Untuk menangani kejadian kebakaran yang terjadi di Kota Tanjungbalai, Pemerintah Pusat menyediakan 7(tujuh) mobil pemadam kebakaran. Pada Tahun 2015 terjadi 28 kejadian kebakaran dan pada setiap kejadian tingkat waktu tanggap (response time rate) sekitar 15 menit.

2.3.1.21. Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan pemenuhan kebutuhan pangan, artinya diupayakan agar pangan selalu tersedia setiap saat dan harganya terjangkau oleh masyarakat. Kebutuhan beras Kota Tanjungbalai setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada Tahun 2015 kebutuhan akan beras sebesar 23.130 ton, padahal masyarakat hanya mampu memproduksi sebesar 762 ton. Artinya produksi beras lokal hanya mampu memenuhi 3,29% dari seluruh kebutuhan beras di Kota Tanjungbalai. Tabel 2.61. Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Beras Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Kebutuhan beras (ton) 18341,25 20563,8 21002 23427 23130 Produksi beras (ton) 1755 669,7 736,4 419 762 Perimbangan beras (ton) (16586,25) (19894,1) (20265,6) (23008) (22368) Swasembada 9,57% 3,26% 3,51% 1,78% 3,29% Konsumsi (kg/kpt/tahun) 108,8 108,8 108,8 128,3 126,32 Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.1.22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan di tingkat kelurahan. Jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat setiap tahunnya tidak mengalami peningkatan yakni sebanyak 63, dan sampai Tahun 2015 belum ada LPM yang memperoleh prestasi. Selain LPM, lembaga yang diharapkan memiliki peran aktif dalam di dalam pemberdayaan masyarakat adalah Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Jumlah PKK selama Tahun 2011-2015 juga tidak mengalami peningkatan yaitu berjumlah 37. PKK Kota Tanjungbalai beranggotakan PNS dan masyarakat dengan ketua TP PKK adalah istri kepala daerah.

2.3.1.23. Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungbalai setiap tahunnya selalu menerbitkan buku Tanjungbalai Dalam Angka. Dalam buku tersebut dimuat data-data mengenai Kota Tanjungbalai yang berhubungan dengan keadaaan geografi, pemerintahan,

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-64 penduduk dan ketenagakerjaan, sosial, pertanian, perindustrian, perdagangan, transportasi, keuangan, pengeluaran penduduk, pendapatan regional dan kemiskinan. Untuk buku PDRB Kota Tanjungbalai, selama Tahun 2011-2015 selalu diterbitkan oleh BPS Kota Tanjungbalai. Data-data yang diterbitkan oleh BPS menjadi rujukan bagi penyusun kebijakan di masa yang akan datang. 2.3.1.24. Kearsipan Pengelolaan arsip secara baku sangat penting agar file-file, arsip dan dokumen tidak hilang ataupun rusak karena alasan tertentu. Kota Tanjungbalai telah melakukan pengelolaan yang baku terhadap 1340 arsip yang tersedia. Hal yang dilakukan antara lain penataan, penilaian dan penyusutan untuk menentukan apakah arsip tersebut dimusnahkan atau diserahkan ke Kantor Perpustakaan dan Arsip. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, disediakan 3 (tiga) aparatur bidang kearsipan.

2.3.1.25. Komunikasi dan Informatika Pada saat ini informasi komunikasi berbasis teknologi sangat diperlukan. Dalam rangka pemenuhan hal tersebut, pemerintah Kota Tanjungbalai telah membuat sebuah website resmi yang dapat diakses oleh semua pengguna internet, yaitu: http://www.tanjungbalaikota.go.id. Pemerintah Kota Tanjungbalai juga berlangganan koran harian. Ada 70 jenis surat kabar yang diterima setiap harinya, 26 jenis untuk koran nasional dan 44 jenis untuk koran harian. Pada tahun 2015 persentase penduduk yang mengakses internet ada sebanyak 25,17 persen. Lokasi mengakses internet terbanyak adalah di rumah sendiri yaitu sebesar 63,86 persen, dengan pengakses terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 25,99 persen, sedangkan perempuan yang mengakses internet ada sebanyak 24,34 persen.

2.3.1.26. Perpustakaan Jumlah perpustakaan yang ada di Kota Tanjungbalai mencakup 187 unit yang terdapat di setiap kantor kecamatan dan kelurahan, sekolah, serta milik pemerintah daerah. Jumlah pengunjung perpustakaan setiap tahunnya mengalami peningkatan signifikan. Pada Tahun 2015 sudah mencapai 166.429 orang dibandingkan Tahun 2011 yang hanya mencapai 44.306 orang atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 39,22 persen setiap tahunnya. Jumlah buku yang tersedia juga mengalami peningkatan, pada Tahun 2015 terdapat 9.950 judul dengan jumlah sebanyak 42.170 eksemplar.

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan Analisis kinerja atas layanan bidang pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelenggaraan bidang pilihan pemerintahan Kota Tanjungbalai yang meliputi: bidang pertanian, perikanan dan kelautan dan bidang perdagangan.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-65 2.3.2.1. Pertanian Sektor pertanian masih merupakan sektor penting dalam perekonomian Kota Tanjungbalai karena sebagian besar penduduk Kota Tanjungbalai masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian setelah sektor perdagangan dan sektor jasa kemasyarakatan. Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, kontribusi sektor pertanian selama tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Pada Tahun 2011 kontribusi sektor pertanian sebesar 17,98 persen, kemudian menurun menjadi 17,09 persen pada Tahun 2015 atau menurun rata-rata sebesar 1,27 persen setiap tahunnya.

Gambar 2.35. Peranan Kategori Pertanian dan Perikanan terhadap PDRB Kota Tanjungbalai Atas Dasar Harga Berlaku, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 a. Pertanian Tanaman Pangan Tanaman pangan yang di tanam yaitu padi sawah dengan irigasi setengah teknis. Lahan sawah yang ada di Kota Tanjungbalai terdapat pada Kecamatan Datuk Bandar, Datuk Bandar Timur, dan Sei Tualang Raso. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) ditemukan bahwa jumlah usaha pertanian di Kota Tanjungbalai didominasi oleh kegiatan usaha pertanian rumah tangga. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian, jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau usaha pertanian lainnya, yaitu selain rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Tanjungbalai tercatat sebanyak 3.164 rumah tangga, menurun sebesar 14,95 persen dari hasil Sensus Pertanian 2003 (ST2003) yang tercatat sebanyak 3.720 rumah tangga. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tidak ada dan usaha pertanian lainnya sebanyak 3 unit. Kecamatan Datuk Bandar tercatat sebagai Kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu sebanyak 1.285 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di masing-masing kecamatan tidak ada dan Kecamatan Datuk Bandar tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah usaha pertanian lainnya terbanyak. Usaha subsektor tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija. Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman pangan di Kota Tanjungbalai didominasi oleh rumah tangga yang mengelola Ubi Kayu. Dari

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-66 keseluruhan rumah tangga yang mengelola tanaman pangan sebanyak 515 rumah tangga, 46,60 persen (240) diantaranya mengelola tanaman ubi kayu, sedangkan rumah tangga yang mengelola tanaman padi adalah sebanyak 46,40 persen (239) dari seluruh rumah tangga tanaman pangan. Selain itu, terdapat 9,12 persen (47) dari seluruh rumah tangga tanaman pangan di Kota Tanjungbalai yang mengelola komoditas padi dan palawija sekaligus. Luas tanam padi mengalami penurunan selama periode 2011-2015, yaitu sebelumnya seluas 268 ha menjadi 256 ha. Hal tersebut berdampak pada penurunan hasil produksi beras, pada Tahun 2011 menghasilkan sebanyak 1.496 ton menjadi 1.067 ton pada Tahun 2015. Panen padi di Kota Tanjungbalai terjadi pada bulan Januari sampai Maret dan Agustus sampai Oktober. Hal yang sama dialami pada tanaman jagung dan ubi kayu. Tanaman jagung terjadi penurunan luas tanam sebesar 32,25 persen. Pada tahun 2011 mencapai 31 ha kemudian menurun menjadi 21 ha pada Tahun 2015, mengakibatkan penurunan pada produksi jagung sebesar 12,72 persen. Untuk tanaman ubi mengalami penurunan luas tanam sebesar 28,57 persen sehingga penurunan produksi ubi kayu menjadi sebesar 35,86 persen. Tabel 2.62. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Tahun No. URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 1 Padi Luas Tanam (ha) 268 251 266 126 256 Luas Panen (ha) 347 46 276 139 226 Produktivitas (kw/ha) 46,33 1154,6 46 47,24 1063 Produksi (ton) 1496 1154,6 1269,64 657 1067 2 Jagung Luas Tanam (ha) 31 23 41 39 21 Luas Panen (ha) 24 39 27 35 16 Produktivitas (kw/ha) 44,33 89,7 31 39,71 60 Produksi (ton) 110 n.a 89,7 139 96 3 Kedelai Luas Tanam (ha) - - - - n.a Luas Panen (ha) - - - - 1 Produktivitas (kw/ha) - - - - 1

Produksi (ton) - - - - 10 4 Ubi Kayu Luas Tanam (ha) 28 36 34 29 20 Luas Panen (ha) 34 168 32 28 22 Produktivitas (kw/ha) 260,28 604,8 170 176,07 235 Produksi (ton) 806 n.a 544 493 517

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-67 4 Hortikultura Luas Panen (ha) 188 n.a 220 203 96 Produktivitas (kw/ha) 102,36 71,3 n.a 93,17 85,1 Produksi (ton) 1718 n.a 2049,7 2078 817 Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016 Luas lahan yang ditanami padi setiap tahun mengalami penurunan rata-rata sebesar 13,2 persen setiap tahunnya. Luas lahan pada Tahun 2011 seluas 601 ha menjadi 294 ha pada Tahun 2015. Penurunan ini disebabkan karena terjadinya alih fungsi lahan, dari lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk. Tabel 2.63. Luas Lahan Pertanian (ha) yang Diusahakan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Tahun No Lahan Pertanian (Ha) 2011 2012 2013 2014 2015 1 Lahan Sawah 601 621 319 314 294 2 Lahan Pertanian bukan 2.211 1.790 2.077 2.081 2.101 Sawah Jumlah 2.812 2.411 2.396 2.395 2.395 Sumber: Indikator Pertanian Sumatera Utara, 2014 Berdasarkan jenis penggunaannya maka lahan bukan pertanian merupakan lahan terbesar dengan luas 3.657 ha atau sekitar 0,604 persen dari luas Kota Tanjungbalai. Penggunaan lahan terluas selanjutnya adalah untuk perkebunan yaitu sekitar 0,276 persen dari luas Kota Tanjungbalai. Jenis tanaman yang banyak ditanami untuk perkebunan adalah pohon kelapa.

Gambar 2.36. Luas Lahan (ha) Menurut Jenis Penggunaannya di Kota Tanjungbalai (ha), 2015 Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016

Luas lahan sawah biasanya ditanami satu, dua, tiga kali tanam dalam setahun tergantung dengan kondisi lahan, pola tanam dan jenis benih padi yang ditanam. Kota Tanjungbalai berada pada lingkungan dengan kurang ketersediaan air maka kegiatan tanam dan panen tidak pernah mencapai tiga kali dalam setahun.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-68 Tabel 2.64. Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Sawah di Kota Tanjungbalai, 2014

Jenis Irigasi Tadah Hujan Pasang Surut Jumlah Satu Kali Penanaman 97 - - 97 Dua Kali Penanaman - 12 10 22 Sumber: Indikator Pertanian Sumatera Utara, 2014 b. Pertanian Tanaman Holtikultura Menurut BPS, tanaman hortikultura adalah hasil menurut bentuk produk dari setiap tanaman sayuran, biofarmaka dan tanaman hias yang diambil berdasarkan luas dipanen/tanaman yang menghasilkan pada bulan/triwulan laporan. Selanjutnya untuk sub sektor tanaman sayur-sayuran di kota Tanjungbalai mencakup komoditas kacang panjang, terong, bayam, cabai, sawi, kangkung, dan ketimun. Luas panen pada Tahun 2015 untuk seluruh tanaman sayur mengalami penurunan. Dibandingkan Tahun 2011, tanaman kangkung merupakan jenis sayur yang mengalami penurunan paling besar pada tahun 2015 yaitu sebesar 65 persen, kemudian disusul tanaman bayam sebesar 58 persen. Berdasarkan produkstivitas maka terlihat peningkatan pada semua jenis tanaman. Dibandingkan Tahun 2011, tanaman yang mengalami peningkatan produktivitas terbesar adalah cabai sebesar 201,5 persen pada Tahun 2015, kemudian diikuti oleh tanaman terong sebesar 74,44 persen. Tabel 2.65. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayur di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Tahun No. URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kacang Panjang Luas Panen (ha) 41 52 49 43 24 Produksi (ton) 285 1.105,8 426,3 533 175 Produktivitas (kw/ha) 70 203 87 12,4 72,92 2 Terong Luas Panen (ha) 15 24 23 25 14 Produksi (ton) 78,5 346,4 200,1 315 127 Produktivitas (kw/ha) 52 127 87 126 90,71 3 Bayam Luas Panen (ha) 24 37 27 22 10 Produksi (ton) 117,6 675,9 236,9 290 62 Produktivitas (kw/ha) 49 173 87 132,8 62 4 Cabai Luas Panen (ha) 26 26 25 27 12 Produksi (ton) 143 251,5 195,7 225 199

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-69 Produktivitas (kw/ha) 55 76 78 83,33 165,83 5 Sawi Luas Panen (ha) 17 17 22 21 10 Produksi (ton) 261,8 166,6 209,8 152 199 Produktivitas (kw/ha) 154 102 95 72,38 165,83 6 Kangkung Luas Panen (ha) 40 42 41 33 14 Produksi (ton) 212 826,9 396,1 231 76 Produktivitas (kw/ha) 53 188 97 70 54,29 7 Ketimun Luas Panen (ha) 25 27 33 32 17 Produksi (ton) 187,5 558,1 384,8 332 209 Produktivitas (kw/ha) 75 154 117 103,75 112,99 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 Sub sektor tanaman buah-buahan di Kota Tanjungbalai mencakup komoditi mangga, pisang, pepaya, sawo, jambu biji, jambu air, semangka, nenas, dan nangka. Pada tahun 2015, produksi tanaman buah-buahan yang merupakan tiga terbesar di Kota Tanjungbalai masing-masing adalah pisang sebesar 307 ton, mangga sebesar 168 ton, dan nangka sebesar 74 ton, sedangkan pada tahun yang sama produksi tanaman buah-buahan yang merupakan tiga terendah adalah semangka sebesar 1 ton, jambu air sebesar 6 ton, dan nanas sebesar 8 ton. Untuk tanaman jeruk, rambutan, dan salak sudah tidak berproduksi lagi selama 5 tahun terakhir.

Tabel 2.66. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Produksi (Ton) Jenis Buah 2011 2012 2013 2014 2015 Mangga 22,8 27,5 29,1 187,1 168 Pisang 258,3 81,9 101,2 179,3 307 Pepaya 34,2 11,3 24,6 40,3 22 Sawo 73 12,7 10,1 28,2 41 Jambu Biji 5,4 6,3 7,4 47,1 15 Jambu Air 1,6 5,2 86 30,5 6 Semangka 25,1 0 4,9 64,7 1 Nenas 1,3 1,8 1,4 14,8 8 Nangka 28,3 20,6 228 232,8 74 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 c. Peternakan Pada tahun 2015 populasi jenis ternak besar di Kota Tanjungbalai lebih kecil jika dibandingkan tahun 2014 yakni dari sebanyak 646 ekor menjadi 633 ekor, sedangkan jumlah ternak kecil Tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 4.674 ekor menjadi 5.012 ekor atau meningkat sebesar 7,23 persen. Pada tabel, populasi jenis ternak unggas tahun 2015 menurun dibandingkan Tahun 2014.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-70 Tabel 2.67. Banyaknya Ternak/Unggas Menurut Jenis Ternak Di Kota Tanjungbalai, 2011 – 2015 No Ternak/Unggas 2011 2012 2013 2014 2015 1. Ternak Besar Sapi 202 466 636 639 628 Kerbau 17 69 7 7 5 Kuda - - - - - 2. Ternak Kecil Kambing 960 1.149 1.175 1.241 1.397 Domba 210 721 682 740 766 Babi 1.048 2.613 2.704 2.693 2.849 3. Ayam Kampung 34.331 56.368 55.741 55.457 55.328 4. Ayam Ras n.a 6612 5016 4.000 n.a 5. Itik Manila 8.187 13.029 10.530 11.617 11.456 6. Burung Puyuh 600 4.796 3.657 3.750 2.000 Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjungbalai, 2016

Produksi daging terbesar berasal dari Kecamatan Datuk Bandar. Kecamatan tersebut menghasilkan daging berasal dari ternak sebanyak 52.559 kg. Menurut jenis ternak, maka sapi merupakan penyumpang terbesar terhadap produksi daging yakni sebesar 62.800 kg, kemudian produksi daging kambing sebesar 13.970 kg.

Tabel 2.68. Produksi Daging Menurut Jenis Ternak dan Kecamatan di Kota Tanjungbalai (kg), 2015 Jenis Ternak (Kg) No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba Babi 1 Datuk Bandar 33.900 750 9.960 5.670 2.279 2 Datuk Bandar Timur 4.700 0 1.990 450 0 3 Tanjungbalai 0 0 0 0 0 Selatan 4 Tanjungbalai Utara 0 0 0 0 0 5 Sei Tualang Raso 11.900 0 1.070 700 0 6 Teluk Nibung 12.300 0 950 840 0 Jumlah 62.800 750 13.970 7.660 2.279 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Bila dilihat berdasarkan produksi daging menurut jenis unggas maka penghasil terbesar adalah Kecamatan Datuk Bandar Timur. Jenis unggas penghasil daging terbesar adalah ayam kampung dengan produksi sebanyak 33.196 kg.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-71 Tabel 2.69. Produksi Daging Menurut Jenis Unggas (kg) dan Kecamatan di Kota Tanjungbalai, 2015

Ayam Ayam Ayam No Kecamatan Itik Manila Kampung Petelur Pedaging 1 Datuk Bandar 9.384,6 0 0 3.367,44 2 Datuk Bandar Timur 12.590,4 0 0 1.432,08 3 Tanjungbalai Selatan 511,8 0 0 254,88 4 Tanjungbalai Utara 351,6 0 0 254,16 5 Sei Tualang Raso 1.855,2 0 0 1.745,28 6 Teluk Nibung 8.503,2 0 0 1.194,48 Jumlah 33.196,8 0 0 8.248,32 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.2.2. Perikanan dan Kelautan Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Tahun 2015, kontribusi sub sektor pertanian dan perikanan sebesar 17,09 persen, merupakan penyumbang ketiga setelah sektor perdagangan dan industri pengolahan dalam perekonomian Kota Tanjungbalai. Perkembangan produksi ikan menurut asal tangkapan di Kota Tanjungbalai sepanjang tahun 2011 s/d 2015 secara keseluruhan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya produksi perikanan tangkap dan budidaya tak lepas dari bantuan pembinaan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Tanjugbalai, baik dalam bentuk pembinaan kelompok masyarakat pesisir, pemberian bantuan sarana dan prasarana perikanan serta bantuan alat tangkap kepada nelayan. Selain penanganan aspek produktivitas perikanan, kebijakan lain yang juga menjadi prioritas adalah pengawasan sumberdaya laut terdiri dari penanganan dan penindakan terhadap kasus-kasus pelanggaran, seperti kasus penangkapan ikan tanpa menggunakan izin penangkapan, penangkapan ikan di luar areal penangkapan ikan dan kasus penangkapan ikan dengan menggunakan bahan beracun dan aliran listrik (strum).

Tabel 2.70. Banyaknya Produksi Ikan menurut Asal Tangkapan (Ton) di Kota Tanjungbalai, 2011– 2015

Perairan No Tahun Laut Budidaya Produksi Umum 1 2011 35.381,00 34,86 54,10 35.469,96 2 2012 36.629,00 35,38 43,94 36.708,32 3 2013 31.106,00 33,28 34,30 31.173,58 4 2014 32.849,14 17,57 31,29 32.897,86

5 2015 42.647,99 21,25 243,56 42.912,80 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-72 Konsumsi ikan darat dan laut di Kota Tanjungbalai selama Tahun 2011-2015 mengalami peningkatan. Pada Tahun 2011 konsumsi ikan sebesar 2,50 persen, menjadi 4,50 persen pada Tahun 2015 atau meningkat rata-rata sebesar 12,47 persen setiap tahunnya. Konsumsi ikan laut pada Tahun 2011 sebesar 22,50 persen menjadi 37,20 persen atau meningkat rata-rata sebesar 10,58 persen setiap tahunnya.

Tabel 2.71. Konsumsi Ikan Perkapita (kg/kapita/thn), 2011-2015 Tahun Konsumsi Ikan Darat Laut 2011 2,50 22,50 2012 2,75 24,60 2013 2,90 25,80 2014 3,12 27,23 2015 4,50 37,20 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.37. Jumlah Bina Kelompok Nelayan Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: Dinas Perkanan dan Kelautan Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.2.3. Perdagangan 1. Peranan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran terhadap PDRB Perdagangan besar dan eceran mempunyai kontribusi cukup signifikan terhadap perolehan nilai PDRB Kota Tanjungbalai, yang mencapai kisaran 20 persen pertahun dan kategori tersebut merupakan kontributor utama pembentukan PDRB agregat Kota Tanjungbalai. Kontribusi kategori tersebut pada Tahun 2015 sebesar 20,47 persen, menurun dibandingkan Tahun 2014 sebesar 20,56 persen

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-73

Gambar 2.38. Peranan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Terhadap PDRB Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 2. Nilai Ekspor Impor Kota Tanjungbalai Kegiatan perdagangan ekspor impor di Kota Tanjungbalai terjadi melalui pelabuhan Teluk Nibung, tempat perantaraan barang dari luar negeri terutama Malaysia. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai ekspor bersih perdagangan di Kota Tanjungbalai selama kurun waktu tahun 2011-2015. Tabel 2.72. Bobot dan Nilai Ekspor/ Impor dari Pelabuhan Tanjungbalai – Asahan, 2011 – 2015 Volume Nilai (US$ 000000) No Tahun Ekspor Impor Ekspor Impor 1 2011 24.336,97 54.153,26 24,75 33,65 2 2012 38.542,69 40.497,71 12,13 21,45 3 2013 18.803,78 35.482,36 13,99 17,43 4 2014 14.623,76 27.469,3 13,26 11,76 5 2015 15.950,58 20.135,2 11,44 7,68 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

3. Sarana dan Prasarana Perdagangan Demikian juga dengan ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan di Kota Tanjungbalai, pada Tahun 2015 terdapat 20 pasar umum, 59 toko, dan 1.071 kios dengan total sarana perdagangan sebesar 1154. Selama Tahun 2011-2015 jumlah sarana perdangan tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-74 Tabel 2.73. Banyaknya Sarana Perdagangan Menurut Jenisnya di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Jenis Sarana 2011 2012 2013 2014 2015 Perdagangan Pasar Umum 20 20 20 20 20 Toko 59 59 59 59 59 Kios 1012 1036 1047 1049 1071 Warung 0 0 0 0 0 Rumah Makan 0 0 0 0 0 Total 1095 1115 1130 1132 1154 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Pasar tradisional memegang peranan penting dalam kegiatan perdagangan di Kota Tanjungbalai. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang menengah dan pedagang kecil. Adapun pasar tradisional yang banyak melakukan aktivitas ekonomi di Kota Tanjungbalai adalah Pasar Bahagia dan Pasar Bengawan di Kecamatan Tanjungbalai Selatan dan Pasar Suprapto di Kecamatan Tanjungbalai Utara. Selain itu terdapat juga beberapa pasar modern yaitu Hypermart, Indomaret, Alfamidi. Menurut jenisnya maka jumlah pedagang terbesar di Kota Tanjungbalai adalah pedagang kecil sebanyak 1983 pedagang.

Tabel 2.74. Banyaknya Pedagang di Kota Tanjungbalai, 2015 Pedagang Pedagang Pedagang Kecamatan Besar Menengah Kecil Datuk Bandar 0 0 0 Datuk Bandar Timur 0 0 1 Tanjungbalai Selatan 0 37 809 Tanjungbalai Utara 0 22 1169 Sei Tualang Raso 0 0 3 Teluk Nibung 0 0 1 Tanjungbalai 0 59 1983 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) merupakan suatu bukti bahwa badan usaha atau yang berbentuk perusahaan telah terdaftar berdasarkan Undang-undang No. 3 Th. 1982. Pada prinsipnya TDP bertujuan untuk mencatat keterangan dari suatu perusahaan, dan merupakan sumber informasi resmi untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Keterangan itu dapat meliputi identitas dan keterangan lainnya tentang perusahaan. Setiap tahun badan hukum yang terbanyak memiliki TDP di Kota Tanjungbalai adalah untuk perorangan. Meskipun suatu kewajiban, masih banyak usaha perorangan yang tidak memilik TDP karena umumnya usaha tersebut mengurus TDP pada saat akan meminjam dari perbankan, disebabkan TDP merupakan salah satu syarat bagi setiap usaha untuk mendapatkan pinjaman.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-75 Tabel 2.75. Jumlah Usaha Terdaftar yang Memiliki TDP Menurut Bentuk Usaha, 2011-2015 Badan Hukum 2011 2012 2013 2014 2015 PT. Incorporated 21 28 14 12 11 Company CV/Firma 63 73 38 44 37 Koperasi 0 14 2 1 2 Perorangan 205 147 179 131 151 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.2.4. Perindustrian Perindustrian di Kota Tanjungbalai menjadi sektor ekonomi yang menopang kehidupan masyarakat. Pada Tahun 2015 kategori industri pengolahan memberi kontribusi sebesar 18,31 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Tanjungbalai. Kategori ini merupakan kontributor kedua terbesar setelah sektor perdagangan. Pada kategori industri pengolahan, lapangan usaha yang menyumbang peranan terbesar adalah industri makanan dan minuman sebesar 17,34 persen pada Tahun 2014.

Gambar 2.39. Peranan Kategori Industri Pengolahan Terhadap PDRB Kota Tanjungbalai, 2011- 2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 Kategori Industri pengolahan adalah perubahan bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat sama dimana produk tersebut dijual. Pada kategori Industri pengolahan, lapangan usaha yang menyumbang peranan terbesar adalah Industri Makanan dan Minuman yaitu sebesar 94,92 persen pada Tahun 2015. Industri makanan mencakup pengolahan produk pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi makanan. Industri minuman mencakup pembuatan minuman baik minuman beralkohol maupun tidak beralkohol.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-76 Tabel 2.76. Peranan Kategori Industri Pengolahan Menurut Sub Kategori Terhadap Kategori Industri Pengolahan, 2011-2015 No Sub Kategori 2011 2012 2013 2014 2015 1 Industri Makanan dan Minuman 94,20 94,28 94,51 94,70 94,92 2 Pengolahan Tembakau 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 3 Industri Tekstil dan Pakaian 0,39 0,38 0,37 0,35 0,32 Jadi 4 Industri Kayu, Barang dari Kayu 2,38 2,35 2,21 2,12 2,05 dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 5 Industri Kertas dan Barang dari 0,16 0,15 0,15 0,14 0,13 Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 6 Industri Kimia, Farmasi dan 0,07 0,06 0,06 0,06 0,05 Obat Tradisional 7 Industri Barang Galian bukan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 Logam 8 Industri Barang dari Logam, 0,90 0,85 0,80 0,76 0,71 Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 9 Industri Mesin dan 1,11 1,10 1,08 1,05 1,01 Perlengkapan YTDL 10 Industri Alat Angkutan 0,48 0,49 0,50 0,50 0,48 11 Industri Furnitur 0,24 0,24 0,25 0,24 0,23 12 Industri Pengolahan lainnya, 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Jasa Reperasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 Selama periode tahun 2010-2014 jumlah perusahaan yang beroperasi di Kota Tanjungbalai mengalami penurunan yang cukup signifikan, Pada Tahun 2013 terdapat 531 perusahaan menjadi hanya 151 perusahaan pada Tahun 2014, tetapi tidak sama dengan yang dialami jumlah tenaga kerja, karena terjadi peningkatan pada Tahun 2015 menjadi sebesar 1285 dari tahun sebelumnya yang hanya sebanyak 962 tenaga kerja. Tabel 2.77. Perkembangan Industri Kecil dan Jasa di Kota Tanjungbalai, 2010-2014 Jumlah Jumlah Nilai Nilai No Tahun Tenaga Perusahaan Investasi Produksi Kerja 1 2010 449 2050 2.911.051 6.809.505 2 2011 444 2036 2.823.719 6.605.220 3 2012 585 2380 357.345.085 51.762.770 4 2013 531 962 704.021.000 5.406.503.000 5 2014* 151 1285 17.967.380 203.532.657 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-77 Selama Tahun 2011-2015 Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungbalai selalu bermitra dengan Dewan Kerajianan Nasional Daerah (Dekranasda) melaksanaan pembinaan dan pemberian peralatan kepada kelompok pengrajin batok kelapa, pengrajin kulit kerang, pengrajin eceng gondok dan pengrajin lidi.

Gambar 2.40. Cakupan Bina Kelompok Pengrajin Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungbalai, 2016

2.3.2.5 Parawisata Pemerintah Kota Tanjungbalai kini terus bekerja keras membenahi kawasan pelabuhan Teluk Nibung setelah ditetapkan sebagai pintu gerbang potensi pariwisata Danau Toba dengan berupaya mengundang para investor, tetapi kendala klasik masih belum teratasi yaitu kondisi infrastruktur yang belum memadai. Menurut data Kantor Imigrasi Tanjungbalai Tahun 2015, terdapat 91.215 WNI yang datang dari luar negeri ke Kota Tanjungbalai. Adapun potensi pariwisata yang dimiliki dan sedang dikembangkan di Kota Tanjungbalai adalah Pusat Pasar Ikan yang merupakan tempat penjualan ikan segar termasuk ikan asin yang jarang ditemukan di pasar lain, Sungai Asahan, Water Boom Tanjungbalai, Vihara Tri Ratna yang memiliki keindahan arsitektur, Jembatan Tabayang yang merupakan jembatan terpanjang di Sumatera Utara, menghubungkan Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan, Teluk Nibung yang merupakan lokasi transit dan perdagangan komoditas pertanian dan perikanan, Pulau Besusen yang menurut penduduk setempat terdapat patung sigale-gale. Selain itu pengembangan wisata kuliner menjadi salah satu alternatif untuk menjadi bagian dari pengembangan pariwisata ke depan.

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH 2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-78 Kondisi Kota Tanjungbalai terkait dengan kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat dari produktivitas total daerah. Produktivitas total daerah dapat menggambarkan seberapa besar tingkat produktivitas tiap sektor dalam rangka mendorong perekonomian suatu daerah. A. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Kondisi Kota Tanjungbalai terkait aspek daya saing daerah dapat dilihat dari kemampuan ekonomi daerah,fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. Bila dilihat dari segi pengeluaran masyarakat Kota Tanjungbalai maka dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu makanan dan non makanan. Sumbangan dari sisi pengeluaran konsumsi terhadap total PDRB sebesar 2,3 persen. Pengeluaran konsumsi di Kota Tanjungbalai Tahun 2015 sebesar 121 milyar meningkat sebesar 40 persen dibandingkan Tahun 2014.

Tabel 2.78. Perkembangan Industri Kecil dan Jasa di Kota Tanjungbalai, 2010-2014 Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015 Konsumsi 90.142,10 87.750,70 82.875,70 84.857,50 121.858,80 - Makanan 48.705,3 49.680,9 47.671,1 53.359,3 65.397,2 - Non 41.436,8 38.069,8 35.204,6 31.498,2 56.461,6 Makanan PDRB 3.900.477 4.326.376,20 4.855.838,8 5.426.084,7 6.027.318,2 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Selama periode 2011-2015 konsumsi makanan memiliki proporsi yang lebih besar dari non makanan. Pada Tahun 2015 pengeluaran untuk makanan sebesar 53,67 persen, sedangkan untuk non makanan sebesar 46,33 persen. Terdapat kecenderungan umum bahwa semakin rendah kelas pengeluaran masyarakat semakin dominan alokasi belanjanya untuk pangan Sejak 2011 besarnya kelompok pengeluaran untuk makanan dan non makanan mengalami fluktuasi.

Tabel 2.79. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Kelompok Tahun Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015 Makanan 54,03 56,62 57,52 62,88 53,67 Non Makanan 45,97 43,38 42,48 37,12 46,33 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 B. Persandian Pelaksanaan persandian di Kota Tanjungbalai berjalan dengan baik. Petugas persandian selalu melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-79 dan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) di Jakarta. Setiap triwulan Lemsaneg membagikan kunci sandi kepada Pemerintah Daerah melalui simulasi dan rapat koordinasi. Tabel 2.80. Sarana dan Prasarana Persandian di Kota Tanjungbalai, 2015

No Komponen 1 Radio SSB 2 Buku Sandi OTP 3 layanan telepon bersandi menggunakan CR 7000 i 4 Fax SQP-34 MCT 5 All Fax 3000 6 Criptomactio 7 Laptop bersandi + VPN (Virtual Private Network) Sumber: Bagian Humas Kota Tanjungbalai, 2016

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Ketersediaan fasilitas wilayah atau infrastruktur yang menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya (availability) dalam mendukung aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor antara lain dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain jumlah orang yang terangkut angkutan umum dan jumlah orang melalui terminal, penataan wilayah, fasilitas bank dan non bank, ketersediaan air bersih, fasilitas listrik dan telepon, restoran/rumah makan, dan ketersediaan penginapan. a. Sarana Perhubungan Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu fasilitas yang sangat diperlukan dalam meningkatkan daya saing daerah. Sarana dan prasarana wilayah pada dasarnya merupakan elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan suatu wilayah karena masyarakat yang tinggal di suatu wilayah akan membutuhkan sarana prasarana untuk melangsungkan kegiatan. Panjang jalan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah 346,12 km, dimana 100,51 km diantaranya sudah berjenis permukaan hotmix dan 229,95 km sudah berkondisi baik. Hanya 15,62 km jalan di Kota Tanjungbalai yang rusak berat. Kendaraan sebagai sarana transportasi yang paling sering digunakan masyarakat Kota Tanjungbalai adalah becak mesin sehingga pada tahun 2014 tercatat 250 unit becak mesin melebihi mobil penumpang dan mobil barang. Kemudian sarana transportasi yang ada di Kota Tanjungbalai yaitu 6 terminal bis, 1 stasiun kereta api, dan 22 tangkahan boat. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas pada tahun 2014 sudah dilakukan sebanyak 128 rambu. Jumlah tersebut juga bertambah sebanyak 3 rambu pada tahun 2015 menjadi sebanyak 133 rambu.

Akses aksesibilitas terkait dengan kemudahan suatu wilayah untuk dijangkau melalui jaringan jalan yang ada. Pada Tahun 2015, kepadatan penduduk di Kota Tanjungbalai sebesar 2759,617 (Tinggi >1000). Menurut SPM bidang jalan maka indeks aksesibilitasnya lebih besar dari 1,5 (>1,5). Selanjutnya berdasarkan tabel, rasio panjang jalan per luas wilayah pada Tahun 2015 sebesar 5,10 (>1,5). Artinya jalan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-80 yang terbangun sudah efektif memenuhi kebutuhan penduduk atau telah memenuhi SPM. Tabel 2.81. Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Thn Panjang Jlh Luas Rasio Jumlah Rasio Jalan Pdduk wilayah Panjang kendaraan Panjang (km) (km) Jalan per (unit) Jalan per Jlh Luas Wilayah Kendaraan 2011 308,82 157698 60,52 5,10 3045 0,10 2012 326,27 160000 60,52 5,39 2849 0,11 2013 335,5 162454 60,52 5,54 861 0,39 2014 346,12 164675 60,52 5,72 544 0,64 2015 348,57 167012 60,52 5,76 795 0,44 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Kota Tanjungbalai memiliki terminal keberangkatan dan pemberhentian kereta api. Terminal tersebut hanya memiliki rute perjalanan Tanjungbalai menuju Medan. Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 jumlah penumpang yang berangkat mengalami penurunan sebesar 38,45%, sedangkan tahun 2014 jumlah penumpang meningkat sebesar 17,99%. Tahun 2015 jumlah penumpang tidak mengalami penurunan dan kenaikan, jumlah penumpang sama dengan pada tahun 2014.

Tabel 2.82. Banyaknya Penumpang Kereta Api di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Tahun Penumpang (orang)

2011 267.775 2012 257.070 2013 164.811

2014 194.475 2015 194.475

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

Jumlah penumpang yang tiba dan berangkat di Pelabuhan Teluk Nibung selama Tahun 2011-2015 mengalami penurunan signifikan. Jumlah penumpang tiba mengalami penurunan rata-rata sebesar 72,67 persen setiap tahunnya, sedangkan jumlah penumpang berangkat mengalami penurunan rata-rata sebesar 84,62 persen setiap tahunnya. Hal yang sama juga terjadi pada bongkar muat barang di pelabuhan, selama Tahun 2011-2015 bongkar barang mengalami penurunan rata-rata sebesar 32,37 persen setiap tahunnya, sedangkan muat barang mengalami rata-rata penurunan 26,25 persen setiap tahunnya.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-81 Tabel 2.83. Banyaknya Penumpang dan Barang di Pelabuhan Tanjungbalai-Asahan, 2011-2015

Tahun Penumpang (Orang) Barang (ton) Tiba Berangkat Bongkar Muat 2011 203.261 213.204 118.453 117.342 2012 163.323 159.739 84.776 87.286 2013 135.095 114.227 88.841 101.606 2014 97.743 87.727 57.269 66.449 2015 22.865 18.350 38.584 46.192 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 b. Fasilitas Jasa Perbankan Ketersediaan fasilitas bank dan non bank sangat penting dalam rangka menunjang aspek daya saing daerah. Dengan adanya fasilitas tersebut segala bidang berkaitan dengan jasa dan lalu lintas keuangan dapat berjalan dengan lancar. Secara keseluruhan, Kota Tanjungbalai memiliki fasilitas perbankan yang sangat lengkap, mulai dari Bank BUMN, Bank Swasta dan Bank Sumut. Tabel 2.84. Jenis dan jumlah Bank serta Perusahaan Asuransi di Kota Tanjungbalai Tahun No Sektor 2012 2013 2014 2015 1 Bank Umum a. Konvensional 3 9 8 8 b. Syariah 1 1

2 BPR a. Konvensional - - - - b. Syariah - - - -

3 Perusahaan Asuransi Jiwa 1 1 1 1 Sumber: Tanjungbalai Dalam Angka 2015 c. Ketersediaan Hotel dan Penginapan Ketersediaan penginapan sangat menunjang dalam pelaksanaan pembangunan perekonomian suatu daerah. Banyaknya penginapan dapat menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi pada suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan ketersediaan penginapan salah satunya dapat dilihat dari jumlah hotel/penginapan. Selama Tahun 2011-2015 terdapat 20 (dua puluh) restoran/rumah makan dan 10 (sepuluh) hotel yang ada di Kota Tanjungbalai, diantaranya 1 (satu) hotel berbintang dan 9 (sembilan) hotel non bintang. d. Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi rumah tangga. Menurut Susenas 2015 persentase rumah tangga yang menggunakan listrik PLN sebagai sumber

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-82 penerangan adalah sebesar 98,46 persen, sedangkan sisanya sebesar 0,44 menggunakan listrik non PLN dan 1,11 bukan listrik. e. Penduduk yang Menggunakan HP/telepon

Pada saat ini hp merupakan alat komunikasi yang sangat penting, melalui hp setiap orang dapat berkomunikasi dan mengakses internet. Pada Tahun 2015 persentase penduduk di atas 5 tahun yang menggunakan hp menurut jenis kelamin adalah lak-laki sebesar 59,87 persen, perempuan sebesar 50,29 persen maka total keseluruhan Kota Tanjungbalai sebesar 55,12 persen.

2.4.3. Fokus iklim Berinvestasi. a. Angka kriminalitas Kejahatan/pelanggaran yang terjadi di Kota Tanjungbalai relatif bisa ditangani oleh aparat yang berwenang. Meskipun demikian, angka kriminalitas yang terjadi di Kota Tanjungbalai tetap harus diwaspadai dan menjadi catatan tersendiri bagi kenyamanan penduduk Kota Tanjungbalai. Sampai dengan 2015, jumlah kejahatan/pelanggaran yang terjadi di Kota Tanjungbalai sebanyak 1.234 kasus. Jika dilihat lebih detail pada jenis kejahatan/pelanggaran yang terjadi, pencurian biasa menjadi jenis kejahatan/pelanggaran yang mengalami penurunan setiap tahunnya. Jenis kejahatan/pelanggaran yang perlu diwaspadai adalah narkotika yang mengalami tren meningkat setiap tahunnya dan kejahatan dalam jumlah terbesar. Jika pada 2011 terdapat 79 kasus, pada periode 2015 angka kejahatan/pelanggaran narkotika meningkat signifikan menjadi 200 kasus. Tabel 2.85. Banyaknya Kejahatan/ Pelanggaran Menurut Jenisnya di Kota Tanjungbalai, 2011 – 2015

Jenis Tahun No Kejahatan/Pelanggaran 2011 2012 2013 2014 2015 1 Pembakaran 0 0 0 3 0 2 Kebakaran 3 14 5 4 3 3 Pemalsuan Meterai, 5 0 0 0 0 Merek, dan Surat 4 Melanggar Kesopanan 0 0 1 0 20 5 Perkosaan 2 0 0 0 0 6 Perjudian 54 47 33 17 28 7 Penganiayaan Berat 0 0 0 0 56 8 Penganiayaan Ringan 85 53 53 76 0 9 Pencurian Biasa 187 124 114 80 4 10 Pencurian dengan 2 2 0 3 3 kekerasan 11 Pemerasan 2 0 0 0 3 12 Penggelapan 45 33 26 26 34

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-83 13 Penipuan 17 17 11 11 16 14 Merusak Barang Orang 8 8 5 0 7 Lain 15 Penadahan 0 0 2 0 0 16 Pembunuhan 0 0 1 4 1 17 Narkotika 79 95 95 121 200 18 Pencurian Kendaraan 83 83 47 57 97 Bermotor 19 Penculikan 0 0 0 0 0 20 Penghinaan 5 4 4 3 7 21 Penyelundupan 0 0 0 0 3 22 Lain-lain 110 0 0 0 24 Kecelakaan Lalu Lintas 71 70 61 58 68 25 Pidana 656 610 493 598 663 26 Perlindungan Perempuan n.a n.a n.a n.a 21 dan Anak Jumlah 1414 1160 951 1061 1234

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016 b. Jumlah Demonstrasi Unjuk rasa atau demonstrasi adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum yang biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tertentu atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai upaya penekanan politik atau kepentingan kelompok. Jumlah deminstrasi dihitung berdasarkan jumlah aksi demo selama satu tahun. Aksi demo yang terjadi di Tanjungbalai berfluktuasi setiap tahun. Aksi demo yang terjadi biasanya berkisar pada masalah ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan Pemerintah Kota Tanjungbalai yang diantaranya tentang politik dan masalah ekonomi. Tabel 2.86. Jumlah Demonstrasi di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

TAHUN No Uraian Jenis Demo 2011 2012 2013 2014 2015 1 Bidang Politik 25 25 30 45 2 2 Ekonomi 4 7 15 10 6 3 Kasus Pemogokan Kerja 0 0 0 0 0 4 Dll 1 3 2 2 75 Jumlah Demonstrasi 30 35 47 57 83 Sumber: Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai c. Kemudahan Perijinan Daya saing suatu daerah tidak terjadi secara serta merta. Ia berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Kemudahan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-84 perijinan yang diberikan oleh suatu pemerintah daerah menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya di daerah yang bersangkutan. Kemudahan perijinan meliputi kemudahan kepengbidang, rata- rata waktu yang dibutuhkan dan rata-rata biaya yang dikeluarkan. Tabel 2.87. Lama Proses Perijinan di Kota Tanjungbalai Lama Jumlah Biaya resmi No Uraian Mengurus Persayaratan (Rp.) (hari) (dokumen) 1 Surat Ijin Usaha Perdagangan 1 - 3 hari 5-7 - (SIUP) 2 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 1 - 3 hari 4-6 - 3 Ijin Usaha Industri (IUI) 1 - 3 hari 6 - 4 Tandan Daftar Industri (TDI) 1 - 3 hari 6 - 5 Ijin Mendirikan Bangunan 15 hari 4 Rp.37,5/m – Rp.24.300/m 6 Ijin Gangguan (HO) 7-15 hari 7 Rp.15.000 – Rp.250.000 Sumber: Kantor Pelayanan Perijinan Kota Tanjungbalai d. Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan Macama Pajak dan Retrubusi Daerah) Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi. Tabel 2.88. Jumlah dan Macam Insentif Pajak dan Retribusi Daerah yang Mendukung iklim Investasi di Kota Tanjungbalai, 2012-2015 Tahun No Uraian 2012 2013 2014 2015 1 Jumlah pajak yang dikeluarkan 9 9 11 11 2 Jumlah insentif pajak yang - - - - mendukung iklim investasi

3 Jumlah retribusi yang dikeluarkan 35 35 35 35 4 Jumlah retribusi yang mendukung 18 18 18 18 iklim investasi

Sumber: DPPKA Kota Tanjungbalai. e. Peraturan Daerah (Perda) yang Mendukung Iklim Investasi Perda yang mendukung iklim usaha biasanya dibatasi yakni perda yang terkait dengan perijinan, lalu lintas barang dan jasa serta perda yang tekait dengan ketenagakerjaan. Sampai tahun 2015 belum ada perda yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai yang diperuntukkan untuk mendukung iklim investasi. 2.4.4. Fokus Sumber Daya manusia Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan daerah dan nasional. Manusia merupakan subyek dan obyek dalam pembangunan. Oleh karenanya pembangunan SDM harus benar-benar diarahkan dan

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-85 ditingkatkan agar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif ,terampil, kreatif, disiplin, profesional dan mampu memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional. Kondisi aspek daya saing daerah Kota Tanjungbalai terkait dengan sumberdaya manusia salah satunya dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk. a. Kualitas Tenaga kerja Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja didalam negeri dan di luar negeri. Kualita stenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan berbagai jenjang pendidikan. Tabel 2.89. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Tanjungbalai (Persen), 2011-2015 Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 Tidak Berijazah 25,80 25,76 37,73 37,82 23,21 SD/MIPaket A SLTP 23,35 19,87 21,62 21,82 13,20 SMU 30,30 23,54 22,54 22,39 22,05 SMK 1,70 10,84 10,48 9,46 5,00 Diploma I II dan III 1,74 2,70 2,18 1,50 1,20 DIV, S1, S2, S3 0,00 4,22 5,45 7,01 7,24 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tanjungbalai, 2012-2016 Pada Tahun 2015 tingkat pendidikan pekerja di Kota Tanjungbalai didominasi oleh pekerja yang tidak/belum pernah sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD yang mencapai sebesar 23,21 persen, yang pada umumnya bekerja di sektor perdagangan, jasa kemasyarakatan, dan pertanian. Sementara itu pekerja yang lulusan SLTP dan SMU juga cukup besar yang mencapai diatas 40 persen. Pekerja dengan kualifikasi pendidikan menengah ini umumnya diserap oleh sektor jasa usaha dan industri. Sedangkan pekerja dengan kualifikasi pendidikan diploma dan sarjana hanya mencapai dibawah 10 persen yang umumnya bekerja pada sektor pemerintahan. b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan) Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masiht ergantung pada orangtua atau orang lain yang menanggungnya. Selainitu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-86 Penduduk usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tinggi persentase dependency ratio maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yangp roduktifu ntuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Tabel 2.90. Rasio Beban Ketergantungan Penduduk di Kota Tanjungbalai, 2011-2015

Tahun Rasio Beban Ketergantungan Rasio Beban Ketergantungan Anak Orang Tua

2011 62.45 6.33 2012 56.57 5.24 2013 54.33 5,12 2014 54.53 5,14 2015 53,74 5,35 Sumber : BPS Kota Tanjungbalai, 2016 Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 ada sekitar 53 sampai 54 orang usia anak-anak yang ditangggung oleh 100 orang usia produktif dan ada sekitar 5 sampai 6 orang usia lansia yang ditanggung oleh 100 orang usia produktif. Bila dibandingkan antara rasio beban ketergantungan anak dengan lansia pada tahun 2011 ada sekitar 62 sampai 63 orang usia anak-anak ditangggung oleh 100 orang usia produktif dan ada 6 sampai 7 orang usia lansia ditanggung oleh 100 orang usia produktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada tahun 2011 dan 2015, namun secara series angka rasio tersebut masih menunjukkan trend yang menurun dalam kurun waktu dua tahun terakhir. c. Koefisien Pembangunan Manusia Koefisien Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur pencapaian kemajuan dalam bidang ekonomi dan sosial. Adapun indikator yang digunakan dalam penentuan IPM adalah: i) indikator kesehatan (Angka harapan hidup), ii) indikator pendidikan (Angka rata-rata lama sekolah) dan iii) daya beli masyarakat. Secara umum IPM Kota Tanjungbalai menunjukkan peningkatan secara signifikan selama 2011-2015. Pada 2011 IPM Kota Tanjungbalai adalah sebesar 64,13 kemudian meningkat menjadi 66,74 pada tahun 2015. Berdasarkan kriteria UNDP menunjukkan Kota Tanjungbalai masuk dalam klasifikasi menengah atas.

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-87

Gambar 2.41. Perkembangan IPM di Kota Tanjungbalai, 2011-2015 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016 *) Data Sementara Komponen IPM Kota Tanjungbalai yang lebih tinggi dari Provinsi Sumatera Utara adalah Pengeluaran. Hal ini menunjukkan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa lebih besar. Untuk komponen angka harapan hidup dan rata-rata lama sekolah Kota Tanjungbalai relatif lebih rendah dari provinsi. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota se Sumatera utara maka IPM Kota Tanjungbalai berada pada peringkat ke-23.

Tabel 2.91. Komponen IPM Kota Tanjungbalai, 2015

Indikator Kota Tanjungbalai Provinsi Sumatera Utara Angka Harapan Hidup 61,9 68,29 Rata-rata Lama Sekolah 9,12 12,82 Pengeluaran 10,326 9,563 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2016

RPJMD Kota Tanjjungballaii Tahun 2016-2021 II-88