FUNGSI PEMBINAAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KAMPUNG OLEH KEPALA DISTRIK KWOOR KABUPATEN TAMBRAUW (Penelitian Deskriptif Kualitatif di Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program StudiI lmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Oleh :
MUSA YEKWAM NIM 17610062
PROGRAM MAGISTER (S-2) SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2019
i
Motto
”Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10).
iv DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PENGESAHAN ...... ii SURAT PERNYATAAN ...... iii MOTTO ...... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR TABEL ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xiv INTISARI ...... xv ABSTRACT ...... xvi BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Fokus Penelitian ...... 10 C. Rumusan Masalah ...... 10 D. Tujuan Penelitian ...... 11 E. Manfaat Penelitian ...... 11 F. Kerangka Konseptual ...... 12 1. Kecamatan / Distrik ...... 12 2. Pemerintahan Desa / Kampung ...... 25 3. Pembinaan Desa / Kampung oleh Camat / Kepala 30 Distrik G. Metode Penelitian ...... 41 1. Jenis Penelitian ...... 41 2. Obyek Penelitian ...... 43 3. Lokasi Penelitian ...... 43 4. Teknik Pemilihan Informan ...... 43 5. Teknik Pengumpulan Data ...... 45
ix 6. Teknik Analisis Data ...... 47 BAB II. PROFIL DISTRIK KWOOR ...... 50 A. Kondisi Geografis dan Pembagian Wilayah ...... 50 B. Peta Wilayah Pemerintahan Distrik Kwoor ...... 51 C. Demografi (Kependudukan) Distrik Kwoor ...... 52 D. Pemerintahan Distrik Kwoor ...... 60 E. Struktur Pemerintahan Distrik Kwoor ...... 62 F. Tugas Pokok dan Fungsi ...... 63 G. Sarana dan Prasarana Distrik Kwoor ...... 70 H. Kelembagaan Distrik Kwoor ...... 71 BAB III. ANALISIS FUNGSI PEMBINAAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KAMPUNG OLEH KEPALA DISTRIK KWOOR KABUPATEN TAMBRAUW ...... 73 A. Fungsi Pembinaan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kampung oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 73 1. Kebijakan tentang Fungsi Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 74 a. Pembinaan Berdasarkan Kebijakan Nasional dan Daerah ...... 74 b. Pembinaan berdasarkan kebijaksanaan / Inisiatif Kepala Distrik Kwoor ...... 77 c. Pembinaan Berdasarkan program Pemerintahan Kampung ...... 79 2. Program dan Kegiatan Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 80 a. Program dan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Umum ...... 81 b. Program dan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung Khusus Pembinaan...... 85
x 3. Bentuk Program dan Kegiatan Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 88 a. Fasilitasi Pelaksanaan Tugas Kepala Kampung dan Perangkat Kampung ...... 88 b. Fasilitasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan Kampung ...... 89 c. Fasilitasi Administrasi Tata Pemerintahan Kampung.. 91 d. Arahan Kebersihan Kampung (Jumat Bersih) dan Kebersihan Jalan Lingkungan Kampung ...... 92 e. Arahan Disiplin Kepala Kampung dan Perangkat Kampung ...... 94 f. Arahan Apel Pagi oleh Pemerintah Kampung bersama Masyarakat Setiap Hari Senin Pagi di kantor / Balai Kampung ...... 96 4. Proses Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 98 a. Rencana Kegiatan Pembinaan ...... 98 b. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan ...... 99 1. Kegiatan Pembinaan yang sudah dilaksanakan ...... 100 2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pembinaan ...... 100 3. Biaya Pelaksanaan Pembinaan ...... 101 c. Pengawasan Kegiatan Pembinaan 102 5. Peluang dan Motivasi dalam Pembinaan yang dilakukan Kepala Distrik Kwoor ...... 103 a. Peluang dalam Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 103 b. Motivasi dalam Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 104 6. Peserta yang pernah mengikuti kegiatan Pembinaan oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 106 B. Hambatan dan Kendala yang dihadapi oleh Kepala Distrik
xi Kwoor Kabupaten Tambrauw dalam melakukan Pembinaan 125 1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia ...... 125 2. Kurang Disiplin Kepala Kampung dan Perangkat Kampung ...... 127 3. Belum ada kemauan Kepala Kampung dan Perangkat Kampung untuk Mengembangkan Diri ...... 128 4. Tidak ada Biaya untuk Pelaksanaan yang direncanakan oleh Kepala Distrik Kwoor ...... 130 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 132 A. Kesimpulan ...... 132 B. Saran ...... 134
xii Daftar Tabel
No. Judul Tabel Hal 1.1 Deskripsi Informan Menurut Jabatan ...... 44 2.1 Data Jumlah Penduduk (Jiwa) Menurut Jenis Kelamin ...... 51 2.2 Data Jumlah Kepala Keluarga (KK) Menurut Kampung ...... 53 2.3 Data Jumlah Penduduk Menurut Umur ...... 54 2.4 Data Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...... 55 2.5 Data Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan ...... 57 2.6 Data Jumlah Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial di Wilayah Pemerintahan Distrik Kwoor ...... 58 2.7 Data ASN dan Honorer Pemerintah Distrik Kwoor Menurut Jabatan ...... 60 3.1 Peserta yang mengikuti Pembinaan tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Kampung dan Perangkat Kampung di Kampus STPMD”APMD” Yogyakarta 2018 ...... 105 3.2 Peserta yang mengikuti Pembinaan tentang Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi Badan Permusyawaratan Kampung (Baperkam) di Kampus STPMD”APMD” Yogyakarta 2018 ...... 108 3.3 Peserta yang mengikuti Fasilitasi tentang Administrasi Tata Pemerintah Kampung di Desa Panggungharjo melalui kerjasama STPMD”APMD” Yogyakarta Tahun 2018 ...... 110 3.4 Dokumentasi Peserta yang Mengikuti Arahan Kepala Distrik Kwoor tentang Kebersihan Kampung (Jumat Bersih) dan Kebersihan Jalan Lingkungan Kampung saat turun ke Kampung Sunggak Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Tahun 2017 ...... 114 3.5 Peserta yang mengikuti arahan Kepala Distrik Kwoor tentang Disiplin Kepala Kampung dan Perangkat Kampung di Kantor Distrik Kwoor Tahun 2017 ...... 118 3.6 Peserta yang mengikuti arahan Kepala Distrik Kwoor tentang Apel Pagi oleh Pemerintah Kampung bersama Masyarakat setiap Hari Senin Pagi di Kantor Distrik Kwoor tahun 2018 ...... 121
xiii Daftar Gambar
No. Judul Gambar Hal 2.1 Peta Wilayah Pemerintahan Distrik Kwoor ...... 50 2.2 Sarana dan Prasarana Distrik Kwoor ...... 69 3.1 Dokumentasi Kegiatan Pembinaan tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Kampung dan Perangkat Kampung di Kampus STPMD “APMD” Yogyakarta 2018 ...... 106 3.2 Dokumentasi Kegiatan Pembinaan tentang Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan Kampung (Baperkam) di Kampus STPMD”APMD” Yogyakarta 2018 ...... 108 3.3 Dokumentasi Kegiatan Pembinaan tentang Administrasai Tata Pemerintah Kampung di Desa Panggungharjo melalui Kerjasama STPMD “APMD”Yogyakarta tahun 2018 ...... 111 3.4 Dokumentasi Perjalanan Pulang setelah arahan Kepala Distrik Kwoor tentang Kebersihan Kampung (Jumat Bersih) dan Kebersihan Jalan Lingkungan Kampung saat turun ke Kampung Sunggak Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Tahun 2017 ...... 115 3.5 Dokumentasi Peserta yang Mengikuti arahan Kepala Distrik Kwoor tentang Disiplin Kepala Kampung dan Perangkat Kampung di Kantor Distrik Kwoor Tahun 2017 ...... 119 3.6 Dokumentasi Peserta yang Mengikuti Arahan Kepala Distrik Kwoor tentang Apel Pagi oleh Pemerintah Kampung bersama Masyarakat setiap Hari Senin Pagi di Kantor Distrik Kwoor Tahun 2018 ...... 122
xiv Intisari
Penelitian ini terkait dengan Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung Oleh Kepala Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Distrik Kwoor adalah salah satu distrik dibawah Pemerintah Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat yang memiliki jumlah kampung sebanyak 06 (enam) kampung terdiri dari Kampung Esmambo, Hopmare, Orwen, Kwoor, Barar dan Sunggak yang mana tugas seorang Kepala Distrik wajib melaksanakan fungsi pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan kampung sesuai amanat undang-undang tersebut, namun dari pengamatan awal penulis masih terindikasi kurangnya Fungsi Pembinaan Kepala Distrik Kwoor terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung di 06 (Enam) kampung tersebut. Penyelenggaraan pemerintahan kampung pada 06 (Enam) kampung ini belum berjalan secara efektif untuk memberikan pelayanan publik bagi masyarakat secara maksimal.
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek dalam penelitian ini adalah Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung Oleh Kepala Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Adapun informan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 20 orang yaitu Sekretaris Distrik Kwoor, Staf Seksi Pemerintahan Distrik kwoor, Kepala Kampung Kwoor, Kepala Kampung Hopmare, Kasi. Kesejahteraan Kamp. Kwoor, Sekretaris Kamp. Hopmare, Kasi. Pemerintahan Kamp. Kwoor, Kasi. Pemerintahan Kamp. Hopmare, Ketua Bamuskam Kamp. Kwoor, Ketua Bamuskam Kamp. Hopmare, Sek. Bamuskam Kamp. Kwoor, Sek. Bamuskam Kamp. Hopmare, Tokoh Adat Kamp. Kwoor, Tokoh Adat Kamp. Hopmare Tokoh Masyarakat Kamp. Kwoor, Tokoh Masyarakat Kamp. Hopmare, Tokoh Pemuda Kamp. Kwoor, Tokoh Pemuda Kamp. Hopmare, Tokoh Perempuan Kamp. Kwoor, Tokoh Perempuan Kamp. Hopmare. Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis Data dalam penelitian ini terhadap Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung Oleh Kepala Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat dengan cara pengumpulan data, pemilihan data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan saran. Hasil penelitian ini terkait dengan Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung Oleh Kepala Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat yaitu memfasilitasi administrasi tata Pemerintahan Kampung dilakukan dengan memberikan bimbingan tentang bagaimana menyusun Buku Register Kampung dan mengoperasikan computer, memberikan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Aparatur Kampung yang bekerjasama dengan Kampus STPMD’APMD” Yogyakarta. Memfasilitasi pelaksanaan Kebersihan Kampung (Jumat Bersih) dan Kebersihan Jalan Lingkungan Kampung dilakukan dengan turun ke lapangan dan memberikan arahan teknis kepada Pemerintah Kampung di masing-masing kampung yang ada di Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw. Kata kunci: Fungsi Pembinaan, Administrasi Pemerintahan Desa.
xv Abstract
This research is related to the Guiding Function in the Administration of Village Government by the Head of the Kwoor District, Tambrauw Regency, West Papua Province. Kwoor District isa one of the districts under the Government of Tambrauw Regency, West Papua Province, which has a total of 06 (six) villages consisting of Esmambo, Hopmare, Orwen, Kwoor, Barar and Sunggak villages where the duty of a District Head is to carry out the fostering function of government administration The village is in accordance with the mandate of the law, but from the initial observation the author still indicated the lack of the Development Function of the Head of the Kwoor District on the Administration of the Village Administration in the 06 (Six) villages. The village administration in 6 (Six) villages has not yet run effectively to provide maximum public services for the community. This type of research is descriptive qualitative. The object of this research is the Guiding Function in the Administration of Village Government by the Head of the Kwoor District, Tambrauw Regency, West Papua Province. The informants involved in this study were 20 people, namely the Secretary of the Kwoor District, the Staff of the District Government of the Kwoor District, the Head of Kwoor Village, the Head of Hopmare Village, Kasi. Camp Welfare. Kwoor, Secretary of the Camp. Hopmare, Kasi. Camp Government. Kwoor, Kasi. Camp Government. Hopmare, Chairwoman of Bamuskam Camp. Kwoor, Chairperson of Bamuskam Camp. Hopmare, Sek. Bamuskam Camp. Kwoor, Sek. Bamuskam Camp. Hopmare, Traditional Figure of the Camp. Kwoor, Traditional Figure of the Camp. Hopmare Community Figure Camp. Kwoor, Camp Community Figure. Hopmare, Youth Camp Figure. Kwoor, Youth Figure of the Camp. Hopmare, Female Figure Camp. Kwoor, Female Figure of the Camp. Hopmare. Data collection techniques in this study were observation, interviews and documentation. Data analysis techniques in this study of the Guiding Function in the Administration of Village Government by the Head of the Kwoor District Tambrauw Regency, West Papua Province by collecting data, selecting data, presenting data and drawing conclusions and suggestions. The results of this study are related to the Guiding Function in the Administration of Village Government by the Head of the Kwoor District, Tambrauw Regency, West Papua Province, namely facilitating the administration of village governance by providing guidance on how to compile a Village Register Book and operate a computer, providing Capacity Building Training for Village Officials in collaboration with the Campus STPMD'APMD "Yogyakarta. Facilitating the implementation of Village Cleanliness (Clean Friday) and Village Road Cleanliness The village environment is carried out by going to the field and providing technical guidance to the Village Government in each village in the Kwoor District, Tambrauw Regency. Keyword : Coaching Function, village government administration.
xvi Persembahan
Tesis ini aku mempersembahkan kepada :
1. Istriku yang tercinta Yusan Yustina Yesnath dan ketiga anak-anakku yakni Dracontomelon M. Yekwam, Gemelina Esemina Yekwam dan Tri Filvanus D. Yekwam yang sangat aku cintai dalam hidupku ini.
2. Ayahku Agustinus Yekwam dan ibuku Emma Yesnath yang telah melahirkan aku kedalam dunia ini dan sudah membesarkan aku, kamu adalah orang terhebat dan sangat berarti dalam hidupku.
3. Saudara dan Saudari kandungku yang telah lahir bersama aku dalam satu kandungan dan dari satu darah yaitu Kakak Dina Yekwam, Kakak Baldus Yekwam, S.AN, Kakak Mince Yekwam, S.PAK, adik Lesias Yekwam, Adik Maklon Yekwam dan Adik Fince Yekwam.
4. Semua pihak, keluarga dan sahabatku yang aku tidak menyebutkan satu persatu.
Terimah kasih atas Doa dan dukungannya baik secara spiritual maupun material sehingga saya boleh selesaikan tesis ini.
v KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung oleh
Kepala Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw” yang dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar kesarjanaan Strata 2 (S-2).
Terselesaikannya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam proses penelitian maupun selama penulisan. Ucapan terima kasih ini disampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Supardal, M.Si, selaku Direktur Program Magister (S-2) Program
Studi Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta sekaligus sebagai Dosen Penguji I yang meluangkan
waktu dan pikiran untuk menguji tesis ini serta memberikan masukan yang
sangat berarti demi kesempurnaan tesis ini.
2. Bapak Dr. R. Widodo Triputro, selaku Dosen pembimbing utama dan
sekaligus Sekretaris Program Studi Magister (S-2) Ilmu Pemerintahan,
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama
penyusunan tesis.
3. Bapak Drs. Suharyanto, MM selaku Dosen Penguji II yang meluangkan
waktu dan pikiran untuk menguji tesis ini serta memberikan masukan yang
sangat berarti demi kesempurnaan tesis ini.
vi 4. Bapak/Ibu Dosen Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu atas ilmu yang telah diberikan selama masa studi.
5. Staf Sekertariat Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta, atas bantuannya dalam mengurus
keperluan akademik dan administrasi selama penulis melaksanakan studi.
6. Pemerintah Kabupaten Tambrauw yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan kepada penulis untuk studi lanjut pada Program Studi Magister (S-
2) Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
7. Pemerintah Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw yang telah menerima
penulis selama melakukan penelitian dan memberikan data untuk penyusunan
tesis ini.
8. Pemerintah Kampung, Badan Permusyawaratan Kampung (BPD), Tokoh
Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda dan Tokoh Perempuan Se- Distrik
Kwoor Kabupaten Tambrauw yang telah menerima penulis selama
melakukan penelitian dan memberikan data untuk penyusunan tesis ini.
9. Kedua orang tua ku (Mama dan Bapak), Kakak, Adik, dan keluarga besar
yang ada di Kabupaten Tambrauw atas kepercayaan, kesabaran, dukungan
moril dan materi serta semangat yang tak pernah berhenti sehingga menjadi
kekuatanku selama menyelesaikan tesis ini. Kalian adalah orang yang paling
berarti dalam hidupku.
vii 10. Istriku dan anak-anakku yang menjadi saluran berkat bagi hidupku dan
menjadi kekuatanku selama menempuh pendidikan Magister (S2) di Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
11. Teman-teman seperjuangan Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta angkatan 20B kelas
khusus dari Kabupaten Tambrauw untuk keceriaan dan kenangan serta telah
menjadi bagian dalam perjalanan studiku.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Ibarat tiada gading yang tak retak “tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan”maka penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak.
Yogyakarta, Oktober 2019
Penulis
MUSA YEKWAM
viii BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pemerintahan daerah menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melaluai
peningkatan pelayanan masyarakat. Berdasarkan paradigma tersebut aparat
pemerintah daerah khususnya aparat pemerintah Kecamatan dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat.
Penjelasan Undang-Undang tersebut selaras dengan tuntutan rakyat
yang menghendaki suatu penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa serta berwawasan pelayanan kepada masyarakat. Akan tetapi pada
kenyataannya masih terdapat beberapa kasus yang kurang memperhatikan
bagaimana memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Hal ini dapat
dilihat pada karakter birokrasi yang belum sesuai harapan di wilayahnya.
Secara teoritis otonomi daerah akan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan umum, karena dengan adanya otonomi daerah dapat menciptakan
kesetaraan posisi tawar antara pemerintah daerah sebagai penyelenggara jasa
pelayanan dengan masyarakat sebagai pengguna jasa. Pelayanan umum adalah
merupakan instrumen kebijakan pemerintah untuk menurunkan kemiskinan
dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat serta perbaikan yang berkualitas
dari pelayanan umum merupakan suatu investasi dalam peningkatan modal
manusia.
1 Dengan demikian akan membawa dampak pada produktivitas masyarakat di masa yang akan datang dan pada saat yang sama, pelayanan umum itu secara langsung memenuhi konsumsi dasar yang merupakan tujuan dari kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dalam bidang pemerintahan, pembangunan aparatur pemerintah diarahkan untuk menciptakan aparatur yang lebih efisien, efektif, bersih dan berwibawa serta mampu melaksanakan seluruh tugas umum pemerintah dengan sebaik-baiknya dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan Negara.
Sehingga dalam hubungan ini kemampuan aparatur pemerintah untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi serta mengendalikan pembangunan perlu ditingakatkan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pegawai negeri sipil sebagai bagian dari aparatur pemerintah abdi Negara dan abdi masyarakat senantiasa dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan/kecakapan, kemauan bekerja displin, etos kerja berkualitas tinggi, motivasi kerja bahkan menjadi teladan atau panutan bagi lingkungan masyarakat yang ada di Kecamatan/Distrik.
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Otonomi Daerah terlebih setelah ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintah Daerah diberikan kewenangan yang demikian luas oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk didalamnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Namun berbagai isu yang muncul di
2 kalangan masyarakat, ternyata hak pelayanan yang diterima oleh masyarakat atau perorangan terasa belum memenuhi harapan semua pihak baik dari kalangan masyarakat umum maupun dari kalangan pemerintah sendiri.
Pemerintahan Desa selalu berkaitan erat dengan Pelayanan masyarakat dan dapat dikategorikan efektif apabila masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang singkat, biaya murah, cepat, tepat dan memuaskan. Keberhasilan meningkatkan efektivitas pelayanan Umum ditentukan oleh faktor kemampuan pemerintah dalam meningkatkan disiplin kerja aparat pelayanan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2016 tentang Perangkat Daerah pasal 5 ayat (2) huruf f tentang Kecamatan.
Kecamatan pada pasal 50 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf f dibentuk
dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan,
pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa atau sebutan lain dan
kelurahan.
2. Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh camat atau
sebutan lain yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota melalui sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.
3. Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas :
a. Menyelenggarakan Urusan Pemerintahan umum;
b. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
3 c. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum;
d. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Peraturan
Bupati/Walikota;
e. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;
f. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang
dilakukan oleh Perangkat Daerah di tingkat Kecamatan;
g. Membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa atau sebutan
lain dan/atau kelurahan;
h. Melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Kabupaten/Kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota yang ada di Kecamatan; dan
i. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh peraturan perundang -
undangan.
4. Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), camat
melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota untuk
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah Kabupaten/Kota.
5. Camat dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) dibantu oleh perangkat Kecamatan.
Berdasarkan penjelasan diatas, camat merupakan seorang pemimpin yang diberikan amanat dalam menjalankan proses pemerintahan di suatu
4 wilayah Kecamatan dibawahi oleh Bupati/Walikota serta memiliki wewenang yang diatur dalam undang-undang pemerintahan daerah.
Pada pasal 50 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2016 mengatakan Camat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) mempunyai tugas, dimana salah satu dari tugas itu adalah membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa atau sebutan lain dan/atau kelurahan.
Dari penjelasan diatas jelas, fungsi Camat/Kepala Distrik sangat berpengaruh terhadap penyelengaraan pemerintahan Kampung, Camat / Kepala
Distrik diembankan tugas untuk membina dan mengawasi pemerintah
Kampung demi terciptanya suatu pelayanan masyarakat yang maksimal, sehingga peneliti merasa perlu melakukan suatu kajihan ilmiah (Penelitian) yang berjudul “Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Kampung oleh Kepala Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw”.
Distrik Kwoor adalah salah satu distrik dibawah Pemerintah
Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat yang memiliki jumlah Kampung sebanyak 06 (Enam) Kampung terdiri dari Kampung Esmambo, Hopmare,
Orwen, Kwoor, Barar dan Sunggak yang mana tugas seorang Kepala Distrik wajib melaksanakan fungsi pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan Kampung sesuai amanat undang-undang tersebut, namun dari pengamatan awal penulis masih teridikasi kurangnya Fungsi Pembinaan
Kepala Distrik Kwoor terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung di 6
(Enam) Kampung tersebut.
5 Penyelenggaraan pemerintahan Kampung pada 6 (Enam) Kampung ini belum berjalan secara efektif untuk memberikan pelayanan publik bagi masyarakat secara maksimal. Mengingat banyaknya Kampung serta jumlah penduduk dan sulitnya aksesibiltasi, maka sangat dibutuhkan seorang pemimpin Kepala Distrik yang kompeten dan professional dalam menjalankan fungsinya untuk membina penyelenggaraan pemerintahan Kampung.
Untuk kepentingan penelitian, waktu, dana serta sumberdaya penulis hanya memfokuskan penelitian ini di 2 (Dua) Kampung yang ada di Distrik
Kwoor yaitu Kampung Kwoor dan Kampung Hopmare, alasan penulis memilih kedua Kampung ini karena berdasarkan pengamatan penulis Kampung Kwoor dan Hopmare Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat, merupakan Kampung induk sebelum dimekarkan menjadi beberapa Kampung, dan kedua Kampung ini sudah cukup tua waktu dalam penyelenggaraan pemerintahan Kampung dan juga akses transportasi sudah terjangkau.
Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai karakteristik yang relatif hampir sama dalam hal tema kajian, meskipun berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel penelitian atau metode analisis yang digunakan. Penelitian yang akan dilakukan mengenai Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Kampung oleh Kepala Distrik Kwoor. Penelitian terkait dan hampir sama dengan hasil dari beberapa penelitian terdahulu.
Penelitian terdahulu pertama adalah Ichwann Hastona, 2015, dengan judul Fungsi Pembinaan Lurah Terhadap Rukun Tetangga dan Rukun Warga di
6 Kelurahan Tangkerang Tengah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru
Tahun 2013-2014, Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Riau (jurnal).
Hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi penelitian, maka dapat disimpulkan :
1. Fungsi Lurah dalam perencanaan terlaksana dengan baik, yaitu pada
penetapan misi dan tujuan diterima oleh masing-masing ketua RW dan RT,
serta pemilihan program kerja diserahkan oleh Lurah kepada masing-masing
RW dan RT untuk menentukannya dan kemudian diusulkan dalam
MUSRENBANGDA setelah itu disalurkan kepada tingkat pemerintahan
yang lebih tinggi yaitu BAPPEDA Kota Pekanbaru kemudian direalisasikan
berdasarkan urusan dan anggaran. Serta pada identifikasi pengarahan
sumber terdapat dua sumber daya yang ada di Kelurahan Tangkerang
Tengah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru yaitu sumber daya
manusia yang kompeten dibidangnya masing-masing yaitu para ketua RW
dan RT dan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat yaitu tersedianya
jalan, drainase dan air bersih karena sebagian besar wilayah Tangkerang
Tengah adalah daerah dataran rendah berawa;
2. Fungsi Lurah dalam pengorganisasian pada pembinaan organisasi
kelembagaan RW dan RT sudah sangat jelas akan tetapi RW dan RT yang
salah menafsirkan maksud dan tujuan yang tertulis dalam Peraturan Daerah
Kota Pekanbaru Nomor 12 Tahun 2002 tentang Rukun Tetangga dan Rukun
Warga dan Permendagri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
7 Lembaga Kemasyarakatan yaitu uang insentif yang diterima masing-masing
ketua RW dan RT adalah keuangan lembaga RW dan RT untuk kegiatan
operasional seperti kebersihan lingkungan atau kerja bakti, penghijauan,
alat-alat kerja kebersihan, dan penggunaan lainnya untuk kepentingan
masyarakat bukanlah untuk kepentingan pribadi pengurus;
3. Fungsi Lurah dalam pembinaan penggerakan keamanan lingkungan
masyarakat sangat kurang karena tidak ada solusi yang diberikan Lurah
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di masyarakat;
4. Fungsi Lurah pada melakukan pembinaan pada pengawasan kepada RW dan
RT tidak terlaksana dengan baik, hal ini disebabkan karena Lurah tidak
menentukan standar atau dasar kontrol agar pengawasan yang dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama, dan tidak
membuat ukuran yang telah ditetapkan harus sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan dan melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan
dan pada terjadi penyimpangan dan kesalahan pada kelembagaan
masyarakat kelurahan yaitu RW dan RT dalam melakukan kegiatan dapat
dicegah serta diperbaiki.
Penelitian kedua adalah Nurhazizah, 2017, dengan judul Fungsi
Pembinaan Pemerintahan Kepenghuluan Terhadap Lembaga Kemasyarakatan
Kepenghuluan Di Kepenghuluan Bagan Nibung Kecamatan Simpang Kanan
Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2015-2016, Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau (jurnal).
8 Hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pembinaan yang dilkukan oleh pemerintahan kepenghuluan terhadap lembaga kemasyarakata kurang maksimal sehingga lembaga kemasyarakatan khususnya PKK dan RW belum melaksanakan tugasnya dengan baik.
Harusnya pemerintah daerah harus memberikan pembinaan kepada pemerintahan kepenghuluan mengenai lembaga kemasyarakatan seperti pelatihan sehingga pembinaan yang dilakukan oleh pemerintahan kepenghuluan semestinya berjalan maksimal.
Hambatan yang dihadapi oleh pemerintahan kepenghuluan dan lembaga kemasyarakatan dalam menjalankan kegiatan yaitu, kondisi kerja, keterampilan dan sumber daya manusia.
Kesamaan penelitian ini yang dilakukan oleh penelitian terdahulu pertama dan kedua diatas dibandingkan dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama menjelaskan Fungsi Pembinaan sebagai variabel bebasnya, sedangkan perbedaan pada variabel terikat, karena penelitian pertama menjadikan Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kelurahan Tangkerang
Tengah sebagai variabel terikatnya, begitupula penelitian kedua menjadikan
Lembaga Kemasyarakatan Kepenghuluan sebagai variabel terikat, sedangkan peneliti menjadikan Kepala Distrik Kwoor sebagai variabel terikat, serta perbedan lainnya sperti informen, lokasi penelitian, waktu, dan juga judul tesis yang tidak persis sama.
Berdasarkan uraian di atas, walaupun telah ada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan
9 Pemerintahan Kampung oleh Kepala Distrik, namun tetap berbeda dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Dengan demikian, topik penelitian yang
peneliti lakukan ini benar-benar asli.
Oleh karena itu, keaslian penulisan tesis ini dapat
dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus
dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka. Hal ini
merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga
dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya konstruktif
(Membangun).
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang peneliti mau meneliti berdasarkan judul tesis
diatas, maka peneliti lebih fokus pada beberapa permasalahan untuk lebih
mempermudah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung oleh
Kepala Distrik Kwoor;
2. Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh Kepala Distrik Kwoor dalam
melakukan pembinaan;
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang permasalahan di atas
maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan untuk lebih mempermudah
fokus penelitian sebagai berikut :
10 1. Bagaimana Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Kampung oleh Kepala Distrik Kwoor?
2. Apakah Hambatan dan Kendala yang dihadapi oleh Kepala Distrik dalam
melakukan Pembinaan?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Kampung oleh Kepala Distrik Kwoor;
2. Untuk mengetahui apakah Hambatan dan Kendala yang dihadapi oleh
Kepala Distrik dalam melakukan pembinaan.
E. Manfaat/Kegunaan Penelitian
Manfaat/kegunaan penelitian ini yaitu :
1. Secara teoritis, peneliti mengharapkan dari penelitian ini memberikan
pengetahuan dalam bidang Akademik bagi mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lebih khusus ilmu
pemerintahan, Fungsi Pembinaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Kampung oleh Kepala Distrik.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu Pemerintah
Distrik Kwoor secara khusus bagi siapa saja orangnya yang menjabat
Kepala Distrik Kwoor agar aktif dalam melakukan Fungsi Pembinaan dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung di Kampung-Kampung Se-Distrik
Kwoor guna Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung dalam mengatur dan
11 mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
F. Kerangka Konseptual
1. Kecamatan/Distrik
Pemerintahan Kecamatan/Distrik dan Camat/Kepala Distrik
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1, yang dimaksud dengan :
Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD
dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah.
Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian
wilayah dari Daerah Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh camat.
Pembagian Wilayah Negara, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 2 :
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah provinsi dan
Daerah provinsi itu dibagi atas Daerah Kabupaten dan Kota.
2. Daerah Kabupaten/Kota dibagi atas Kecamatan dan Kecamatan dibagi
atas kelurahan dan/atau Desa.
Pembagian Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 3 :
12 1. Daerah provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) merupakan Daerah dan masing-masing mempunyai
Pemerintahan Daerah.
2. Daerah provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibentuk dengan undang-undang.
Status Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan Wilayah
Administratif, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Pasal 4 :
1. Daerah provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan Wilayah
Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat dan wilayah kerja bagi gubernur dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah
provinsi.
2. Daerah Kabupaten/Kota selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan
Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Bupati/Walikota
dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah
Kabupaten/Kota.
Kekuasaan Pemerintahan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 5 :
1. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Kekuasaan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diuraikan
dalam berbagai Urusan Pemerintahan.
13 3. Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Presiden dibantu oleh menteri yang menyelenggarakan
Urusan Pemerintahan tertentu.
4. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) di Daerah dilaksanakan berdasarkan asas Desentralisasi,
Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pasal
6 Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan.
Klasifikasi Urusan Pemerintahan, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 9 :
1. Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.
2. Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat.
3. Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
4. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi
dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
14 5. Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan.
Urusan Pemerintahan Umum yang dapat dilaksanakan oleh
Bupati/Walikota, dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada tingkat Kecamatan maka Bupati/Walikota melimpahkan pelaksanaannya kepada camat, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 25 :
1. Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(5) meliputi :
a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam
rangka memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian
Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras,
dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal,
regional, dan nasional;
d. Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di
wilayah Daerah provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota untuk
15 menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
g. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan
kewenangan Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
2. Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh gubernur dan Bupati/Walikota di wilayah kerja
masing-masing.
3. Untuk melaksanakan urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), gubernur dan Bupati/Walikota dibantu oleh Instansi
Vertikal.
4. Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum, gubernur bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri dan Bupati/Walikota
bertanggung jawab kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.
5. Gubernur dan Bupati/Walikota dalam melaksanakan urusan
pemerintahan umum dibiayai dari APBN.
6. Bupati/Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada tingkat Kecamatan
melimpahkan pelaksanaannya kepada camat.
16 7. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (6)
diatur dalam peraturan pemerintah.
Legalitas kepemimpinan Camat / Kepala Distrik di Kecamatan /
Distrik diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 Pasal 224 sebagai berikut :
Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala Kecamatan yang disebut camat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota melalui sekretaris Daerah.
Bupati / Walikota Wajib mengangkat Camat dari Pegawai
Negeri Sipil yang menguasai Pengetahuan Teknis Pemerintahan dan
Memenuhi Persyaratan Kepegawaian sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.
Pengangkatan Camat yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibatalkan Keputusan
Pengangkatannya oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.
Yang perlu digaris bawahi bahwa pengangkatan Camat, pada penjelasan pasal 224 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan menguasai Pengetahuan Teknis Pemerintahan adalah dibuktikan dengan Ijazah Diploma/Sarjana Pemerintahan atau
Sertifikat Profesi Kepamongprajaan. Kenyataan yang berlaku sekarang ini banyak Camat yang tidak memenuhi syarat dimaksud diatas.
17 Tugas Camat diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 225 sebagai berikut :
1. Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 ayat (1) mempunyai
tugas :
Menyelenggaraan urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (6);
a) Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b) Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
c) Mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Perkada;
d) Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan
umum;
e) Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang
dilakukan oleh Perangkat Daerah di Kecamatan;
f) Membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa dan/atau
kelurahan;
g) Melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah Kabupaten/Kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang ada di Kecamatan; dan
h) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.
2. Pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dibebankan pada APBN dan pelaksanaan
18 tugas lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i dibebankan
kepada yang menugasi.
3. Camat dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibantu oleh perangkat Kecamatan.
Selain tugas tersebut diatas Camat juga mendapat pelimpahan wewenang, hal ini diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2014 Pasal 226, sebagai berikut :
Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 225 ayat (1), Camat mendapatkan pelimpahan sebagian kewenangan
Bupati/Walikota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/Kota.
Pelimpahan kewenangan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pemetaan pelayanan publik yang sesuai dengan karakteristik Kecamatan dan/atau kebutuhan masyarakat pada
Kecamatan yang bersangkutan.
Pelimpahan kewenangan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pasal
227 Pendanaan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan yang dilakukan oleh camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 225 ayat (1) huruf b sampai dengan huruf h serta Pasal 226 ayat (1) dibebankan pada APBD
Kabupaten/Kota.
19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pasal
228 Ketentuan lebih lanjut mengenai Kecamatan diatur dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia.
Tujuan pelimpahan kewenangan : a) Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan Kecamatan secara optimal b) Terwujudnya pelayanan umum yang lebih baik, murah dan cepat c) Terwujudnya pemberdayaan masyarakat d) Terwujudnya keseimbangan dan kesinambungan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Fungsi Kecamatan untuk mendukung pelaksanaan tugas yang diembankan yaitu : a) Pengkoordinasian penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kecamatan b) Penyelenggaraan kegiatan Pembinaan Ideologi Negara dan Kesatuan
bangsa c) Penyelenggaraan pelayanan masyarakat d) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat e) Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum, keagrariaan dan
kependudukan f) Penyelenggaraan kegiatan pembinaan Pemerintahan Desa g) Pembinaan Kelurahan h) Pembinaan ketentraman dan ketertiban umum i) Pelaksanaan koordinasi operasional Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
Kabupaten/Kota
20 j) Penyelenggaraan kegiatan pembinaan pembangunan dan partisipasi
masyarakat k) Penyusunan program, pembinaan administrasi, ketata usahaan dan rumah
tangga.
Pembinaan dan Pengawasan Desa oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 112 yang berbunyi :
1. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota membina dan mengawasi penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
2. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat mendelegasikan pembinaan dan pengawasan
kepada perangkat daerah.
3. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota memberdayakan masyarakat Desa dengan :
a. Menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
teknologi tepat guna, dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan
pertanian masyarakat Desa;
b. Meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat Desa melalui
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; dan
c. Mengakui dan memfungsikan institusi asli dan/atau yang sudah ada di
masyarakat Desa.
21 4. Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan Pembangunan Desa dan Kawasan PerDesaan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Pasal
113 Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (1) meliputi : a. Memberikan pedoman dan standar pelaksanaan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa; b. Memberikan pedoman tentang dukungan pendanaan dari Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
kepada Desa; c. Memberikan penghargaan, pembimbingan, dan pembinaan kepada
lembaga masyarakat Desa; d. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan
partisipatif; e. Memberikan pedoman standar jabatan bagi perangkat Desa; f. Memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan lembaga
kemasyarakatan; g. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan
lembaga kemasyarakatan Desa; h. Menetapkan bantuan keuangan langsung kepada Desa;
22 i. Melakukan pendidikan dan pelatihan tertentu kepada aparatur
Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa; j. Melakukan penelitian tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa di
Desa tertentu; k. Mendorong percepatan pembangunan perDesaan; l. Memfasilitasi dan melakukan penelitian dalam rangka penentuan
kesatuan masyarakat hukum adat sebagai Desa; dan m. Menyusun dan memfasilitasi petunjuk teknis bagi BUM Desa dan
lembaga kerja sama Desa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Pasal
114 Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (1) meliputi : a. Melakukan pembinaan terhadap Kabupaten/Kota dalam rangka
penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur Desa; b. Melakukan pembinaan Kabupaten/Kota dalam rangka pemberian alokasi
dana Desa; c. Melakukan pembinaan peningkatan kapasitas Kepala Desa dan perangkat
Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan; d. Melakukan pembinaan manajemen Pemerintahan Desa; e. Melakukan pembinaan upaya percepatan Pembangunan Desa melalui
bantuan keuangan, bantuan pendampingan, dan bantuan teknis; f. Melakukan bimbingan teknis bidang tertentu yang tidak mungkin
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
23 g. Melakukan inventarisasi kewenangan Provinsi yang dilaksanakan oleh
Desa; h. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penetapan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dalam
pembiayaan Desa; i. Melakukan pembinaan terhadap Kabupaten/Kota dalam rangka penataan
wilayah Desa; j. Membantu Pemerintah dalam rangka penentuan kesatuan masyarakat
hukum adat sebagai Desa; dan k. Membina dan mengawasi penetapan pengaturan BUM Desa
Kabupaten/Kota dan lembaga kerja sama antar-Desa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Pasal
115 Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (1) meliputi: a. Memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan Kabupaten/Kota
yang dilaksanakan oleh Desa; b. Memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala
Desa; c. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan
partisipatif; d. Melakukan fasilitasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; e. Melakukan Evaluasi dan Pengawasan Peraturan Desa; f. Menetapkan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk Desa;
24 g. Mengawasi pengelolaan Keuangan Desa dan pendayagunaan Aset Desa;
h. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
i. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Pemerintah Desa,
Badan Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan, dan lembaga
adat;
j. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa,
lembaga kemasyarakatan, dan lembaga adat;
k. Melakukan upaya percepatan pembangunan perDesaan;
l. Melakukan upaya percepatan Pembangunan Desa melalui bantuan
keuangan, bantuan pendampingan, dan bantuan teknis;
m. Melakukan peningkatan kapasitas BUM Desa dan lembaga kerja sama
antar-Desa; dan
n. Memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh Kepala Desa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pemerintahan Desa/Kampung
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasa
l1 yang dimaksud dengan :
Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
25 prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam Undang - Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 2 terdiri dari Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 3 Pengaturan Desa berasaskan :
1. Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul;
2. Subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan
pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat Desa;
3. Keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai
yang berlaku di masyarakat Desa, tetapi dengan tetap mengindahkan
sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
26 4. Kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama
dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat Desa
dan unsur masyarakat Desa dalam membangun Desa;
5. Kegotongroyongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong untuk
membangun Desa;
6. Kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian
dari satu kesatuan keluarga besar masyarakat Desa;
7. Musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak
yang berkepentingan;
8. Demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat Desa dalam suatu
sistem pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat Desa atau dengan
persetujuan masyarakat Desa serta keluhuran harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan
dijamin;
9. Kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Pemerintah Desa
dan masyarakat Desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka
memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan sendiri;
10. Partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan;
11. Kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran;
12. Pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan
27 yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat
Desa; dan
13. Keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi,
terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan
melaksanakan program pembangunan Desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 4 Pengaturan Desa bertujuan : a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada
dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia; b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia; c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa; d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; e. Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif,
terbuka, serta bertanggung jawab; f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial
sebagai bagian dari ketahanan nasional;
28 h. Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional; dan i. Memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
Kewenangan Desa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 18 meliputi kewenangan di bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.
Kewenangan Desa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 19 meliputi : a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul; b. Kewenangan lokal berskala Desa; c. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai amanat Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa, Pasal 24 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa berdasarkan asas :
1. Kepastian hukum;
29 2. Tertib penyelenggaraan pemerintahan;
3. Tertib kepentingan umum;
4. Keterbukaan;
5. Proporsionalitas;
6. Profesionalitas;
Pembangunan Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Pasal 78 :
1. Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana
Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber
daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
2. Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.
3. Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan
guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
3. Pembinaan Desa/Kampung oleh Camat/Kepala Distrik
Pembinaan dan Pengawasan Desa oleh Camat dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
menyebutkan bahwa Pembinaan dan Pengawasan Desa oleh Camat atau
sebutan lain, Pasal 154 yang berbunyi :
30 1. Camat atau sebutan lain melakukan tugas pembinaan dan pengawasan
Desa.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui :
a. Fasilitasi Penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa;
b. Fasilitasi Administrasi Tata Pemerintahan Desa;
c. Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa dan Pendayagunaan Aset Desa;
d. Fasilitasi Penerapan dan Penegakan Peraturan Perundang-Undangan;
e. Fasilitasi Pelaksanaan Tugas Kepala Desa dan Perangkat Desa;
f. Fasilitasi Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa;
g. Fasilitasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan
Desa;
h. Rekomendasi Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa;
i. Fasilitasi Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Daerah dengan
Pembangunan Desa;
j. Fasilitasi Penetapan Lokasi Pembangunan Kawasan Perdesaan;
k. Fasilitasi Penyelenggaraan Ketenteraman dan Ketertiban Umum;
l. Fasilitasi Pelaksanaan Tugas, Fungsi, dan Kewajiban Lembaga
Kemasyarakatan;
m. Fasilitasi Penyusunan Perencanaan Pembangunan Partisipatif;
n. Fasilitasi Kerja Sama antar-Desa dan Kerja Sama Desa dengan Pihak
Ketiga;
31 o. Fasilitasi Penataan, Pemanfaatan, dan Pendayagunaan Ruang Desa
serta Penetapan dan Penegasan Batas Desa;
p. Fasilitasi Penyusunan Program dan Pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
q. Koordinasi Pendampingan Desa di wilayahnya; dan
r. Koordinasi Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan di
wilayahnya.
Dengan demikian Pembinaan merupakan totalitas kegiatan yang meliputi perencanaan, pengaturan dan penggunaan pegawai sehingga menjadi pegawai yang mampu mengemban tugas menurut bidangnya masing-masing, supaya dapat mencapai prestasi kerja yang efektif dan efisien. Pembinaan juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan lebih baik.
Dalam hal suatu pembinaan menunjukkan adanya suatu kemajuan peningkatan, atas berbagai kemungkinan peningkatan, unsur dari pengertian pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan menunjukkan kepada “Perbaikan” atas sesuatu istilah pembinaan hanya diperankan kepada unsur manusia, oleh karena itu pembinaan haruslah mampu menekan dan dalam hal-hal persoalan manusia maka didefinisikan, pengertian pembinaan bahwa :
1. Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, atau pernyataan menjadi lebih
baik. Pembinaan merupakan suatu strategi yang unik dari suatu sistem
pambaharuan dan perubahan.
32 2. Pembinaan merupakan suatu pernyataan yang normatif, yaitu
menjelaskan bagaimana perubahan dan pembaharuan yang berencana
serta pelaksanaannya.
3. Pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam suatu
perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti.
Manajemen Kepegawaian di Indonesia disebutkan bahwa, yang
dimaksud dengan pengertian pembinaan adalah : “Segala suatu tindakan
yang berhubungan langsung dengan perencanaan, penyusunan,
pembangunan, pengembangan, pengarahan, penggunaan serta
pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna.
4. Pembinaan pula merupakan tugas yang terus menerus di dalam
pengambilan keputusan yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan
instruksi-intruksi, dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu
organisasi atau lembaga. Usaha-usaha pembinaan merupakan persoalan
yang normatif yaitu menjelaskan mengenai bagaimana perubahan dan
pembaharuan dalam pembinaan.
Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, maka diperlukan adanya pegawai-pegawai yang setia, taat, jujur, penuh dedikasi, disiplin dan sadar akan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan kepegawaian yang berlaku, fungsi pembinaan diarahkan untuk :
1. Memupuk kesetiaan dan ketaatan.
33 2. Meningkatkan adanya rasa pengabdian rasa tanggung jawab,
kesungguhan dan kegairahan bekerja dalam melaksanakan tugasnya.
3. Meningkatkan gairah dan produktivitas kerja secara optimal.
4. Mewujudkan suatu layanan organisasi dan pegawai yang bersih dan
berwibawa.
5. Memperbesar kemampuan dan kehidupan pegawai melalui proses
pendidikan dan latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
organisasi (wadah yang ditentukan).
Pembinaan Organisasi mengidentifikasikan karakteristik pembinaan, yaitu :
1. Lebih memberikan penekanan walaupun tidak eksklusif pada proses
organisasi dibandingkan dengan isi yang subtantif.
2. Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai suatu kunci untuk
mempelajari lebih efektif mengenai berbagai perilaku.
3. Memberikan penekanan pada manajemen yang kolaboratif dari budaya
kerja tim.
4. Memberikan penekanan pada manajemen yang berbudaya sistem
keseluruhan.
5. Mempergunakan model “action research atau penelitian tindakan”.
6. Mempergunakan ahli-ahli perilaku sebagai agen pembaharuan atau
katalisator.
7. Suatu pemikiran dari usaha-usaha perubahan yang ditujukan bagi proses-
proses yang sedang berlangsung.
34 8. Memberikan penekanan kepada hubungan-hubungan kemanusiaan dan
sosial.
Dengan memahami karakteristik diatas, membedakan setiap perubahan, pengembngan atau pembinaan yang dapat dijadikan suatu ukuran yang dapat membedakan antara pembinaan dengan usaha-usaha pembaharuan dan pembinaan lainnya.
Teknik pembinaan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks, yang ditujukan untuk melaksanakan setiap kegiatan. Teknik yang dimaksud adalah bagaimana setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya mempunyai hasil yang sempurna dengan mencapi efisiensi.
Penggunaan daripada teknik ini tidak hanya untuk mencapi efisiensi, tetapi juga terhadap kualitas pekerjaannya dan keseragaman daripada hasil yang diharapkan. Teknik ialah berhubungan dengan cara atau jalan bagaimana suatu kebijakan itu dilakukan.
Teknik pembinaan bertujuan untuk mengetahui secara pasti arus daripada informasi yang diperlukan, yang diperoleh dari suatu kegiatan pembinaan yang berwujud data-data, dimana setiap orang terlibat lebih mendetail dan telah dipraktekkan secara luas di dalam kegiatan pembinaan.
Teknik-teknik dalam suatu pembinaan yang fokusnya luas dan pada umumnya berjangka panjang, maka digambarkan empat cara mengenai teknik-teknik dalam suatu pembinaan, yaitu :
1. Teknik Adaptif (teknik yang berliku-liku).
35 Teknik yang sifatnya relatif dan terfragmentasi serta fleksibilitas, yakni
suatu teknik yang mampu berjalan berliku-liku dalam menghadapi suatu
hambatan.
2. Teknik Perencanaan (planning strategy).
Teknik ini memberikan kerangka pedoman dan petunjuk arah yang jelas.
Menurut teknik ini perencana tingkat puncak mengikuti suatu prosedur
sistematik yang mengharuskan menganalisis lingkungan dan
lembaga/organisasi, sehingga dapat mengembangkan suatu rencana untuk
bergerak ke masa depan.
3. Teknik Sistematik dan Terstruktur.
Teknik yang berdasarkan pilihan yang rasional mengenai peluang dan
ancaman yang terdapat di dalam lingkungan dan yang disusun begitu
rupa, supaya sesuai dengan misi dan kemampuan lembaga/organisasi.
4. Teknik Inkrementalisme Logis.
Merupakan suatu teknik perencanaan yang mempunyai gagasan yang
jelas mengenai tujuan lembaga/organisasi dan secara informal
menggerakan lembaga/organisasi ke arah yang diinginkan. Dengan
teknik ini paling sesuai dengan situasi tertentu untuk mendorong
lembaga/organisasi secara tahap demi tahap menuju sasarannya. Atas
dasar itu, maka salah satu alternatif harus dipilih atau sudah menentukan
pilihannya daripada beberapa alternatif itu.
Strategi pembinaan dapat didefinisikan paling sedikit dari dua perspektif yang berbeda dari perspektif apa yang akan dilakukan oleh
36 sebuah organisasi, dan juga dari perspektif apa yang pada akhirnya dilakukan oleh sebuah organisasi. Dari perspektif yang pertama strategi adalah program yang luas untuk mendefinisikan dan mencapai tujuan organisasi serta melaksanakan fungsinya. Kata “program” menyiratkan adanya peran yang aktif, yang disadari dan yang rasional dalam merumuskan strategi. Dari perspektif yang ke dua, strategi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
Lima ciri utama dari strategi pembinaan (directing strategy), yaitu :
1. Wawasan waktu (time horizon).
Strategi dipergunakan untuk menggambarkan kegiatan yang meliputi
waktu yang jauh ke depan, yaitu waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut dan juga waktu yang diperlukan untuk
mengamati dampaknya.
2. Dampak (impact).
Dengan mengikuti suatu strategi tertentu, dampak akhirnya akan sangat
berarti.
3. Pemusatan Upaya (concentration of effort).
Sebuah stategi yang yang efektif mengharuskan pusat kegiatan, upaya
atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit.
4. Pola Keputusan (pattern decision).
Keputusan-keputusan harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu
pola yang konsisten.
37 Suatu strategi mencakup spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan dalam pelaksanaannya.
Strategi pembinaan adalah upaya menciptakan kesatuan arah bagi suatu organisasi dari segi tujuannya yang berbagai macam itu, dalam memberikan pengarahan dan mengarahkan sumber daya untuk mendorong organisasi menuju tujuan tersebut.
Materi pembinaan mencakup mengenai pengaturan sumber-sumber yang diperlukan, antara lain : pegawai, biaya (money), peralatan
(equipment), bahan-bahan/perlengkapan (material), waktu yang diperlukan
(time will be needs), hal tersebut harus sudah tersedia bila diperlukan.
Materi pembinaan yang meliputi bagaimana mengalokasikan dalam pelaksanaan suatu kegiatan yang berhubungan dengan prosedur pengambilan keputusan dan cara-cara mengorganisasikannya, sehingga bahan-bahan pembinaan tersebut dapat diinformasikan dalam pelaksanaannya. Materi pembinaan sangat diperlukan dalam persiapannya baik dalam bentuk standar atau formulir yang dapat digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang penting daripada kegiatan tersebut.
Materi merupakan suatu sumber nilai dan merupakan sumber data setelah diolah menjadi sumber informasi yang kemudian diatur, dinilai, sehingga mudah untuk dijadikan bahan dalam suatu kegiatan. Selanjutnya diperlukan adanya system pencatatan informasi dan penyimpanan (filling and record system) yang sewaktu-waktu dapat digunakan dalam suatu kegiatan berikutnya.
38 Hasil pembinaan adalah suatu proses yang berkesinambungan dan tidak ada rencana pembinaan bersifat final, tetapi selalu merupakan bahan untuk diadakan perbaikan. Oleh karena itu pembinaan bukan merupakan hasil daripada proses perencanaan, tetapi hanya sebagai laporan sementara
(interiwn report). Hasil pembinaan adalah spesifikasi dari tujuan- tujuan/sasaran-sasaran target dari perencanaan yang ditentukan dengan apa yang ingin dicapai, dan bagaimana mencapainya. Pada suatu deretan, fakta- fakta dan pandangan untuk waktu yang akan datang, maka harus menyimpulkan apa yang akan mempengaruhi tujuan dari kegiatan tersebut
“hasil yang akan dicapai”.
Jelasnya, hasil pembinaan dengan maksud/tujuan untuk mencapai tujuan organisasi itu adalah merupakan suatu pertimbangan yang pokok dalam halnya pengambilan keputusan, maka efisiensi sangat diperlukan, karena efisiensi merupakan perbandingan yang terbaik antar input dan output (hasil pelaksanaan dengan sumber-sumber yang dipergunakan) jadi tujuan hasil pembinaan adalah untuk mencapai efektif (berhasil guna) dan efisien (berdaya guna).
Manfaat Pembinaan bagi sebuah organisasi adalah : a. Membuka potensi organisasi, dan diri pegawai/karyawan untuk
mengidentifikasi dan tujuan. b. Pembinaan memungkinkan pegawai/karyawan untuk menambah
wawasan atau memiliki ide kreatif dan berpikir positif untuk diri sendiri
atau organisasinya.
39 c. Untuk mengenali karakter dari masing-masing karyawan yang memiliki
potensi yang dapat dikembangkan dan juga merupakan bibit unggul bagi
masa depan organisasi.
Dari semua penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa :
“fungsi pembinaan dalam penyelenggaraan pemerintahan Kampung oleh seorang Kepala Distrik menjadi suatu kebutuhan dan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam membina penyelenggaraan pemerintahan Kampung guna pemerintah Kampung mampu membangun kehidupan organisasi yang di dalamnya terutama warga masyarakatnya dari berbagai aspek pembangunan yang diamanatkan dalam peratuan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga pemerintahan Kampung mampu “Berdikari” untuk membangun kehidupan organisasai pemerintahan Kampungnya dengan apa yang di cita-citakan dapat tercapai sesuai yang diharapkan”.
Untuk itu penulis nyatakan bahwa kuncinya terletak pada penyerahan sebagian wewenang Bupati/Walikota kepada Kepala Distrik disertai pendanaanya, apabila tidak ada Kebijakan Bupati/Walikota dimaksud maka sebagian wewenang Bupati/Walikota tidak terlaksana secara efektif dan efisien sampai ke tingkat Desa/Kampung sebagaimana diharapkan untuk dilaksanakan oleh seorang Kepala Distrik yang merupakan perangkatnya.
40 G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis Penelitian
Deskriptif Kualitatif (Qualitative Descriptive Research) yang merupakan
salah satu dari jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian
kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan
kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi
saat penelitian berlangsung dengan menyungguhkan atau menggambarkan
apa yang sebenarnya terjadi.
Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan
yang terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan
atau lebih, hubungan antar variable yang timbul, perbedaan antar fakta yang
ada serta pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.
Menurut Sugiyono (2017:9), metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat potpositivisme atau
enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan observasi, wawancara,
dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat untuk
memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena, dan
menemukan hipotesis.
41 Sugiyono (2017:23), Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami dan mengeksplorasi fenomena utama pada obyek yang diteliti, sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam dan menemukan sesuatu yang unik. Langkah-langkah atau proses penelitian kualitatif bersifat artistic, sehingga tidak baku, dan akan tergantung pada tujuan penelitian.
Langkah-langkah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengkonstruksi fenomena baru dan menemukan hipotesis.
Dalam penelitian ini, pada umumnya akan terjadi 3 hal kemungkinan masalah yang dibawa oleh peneliti ke penelitian tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1. Masalah yang dibawa peneliti adalah masalah tetap, yaitu judul dari
penelitian deskriptif kualitatif mulai awal pengajuan proposal hingga
akhir laporan tetap sama.
2. Masalah yang diajukan oleh peneliti menjadi berkembang serta lebih
mendalam sesudah peneliti melakukan penelitian tersebut di lapangan,
dalam hal ini tidak terlalu banyak hal yang berubah, hanya butuh
penyempurnaan saja.
3. Masalah yang diajukan oleh peneliti sesudah melakukan penelitian
tersebut di lapangan akan berubah total, akan terjadi pergantian objek
masalah secara menyeluruh dan akan berbeda dari penelitian awal
sebelum memasuki lapangan penelitian.
Setiap penelitian tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda, termasuk juga penelitian deskriptif kualitatif ini. Tujuan dari dilakukannya
42 penelitian ini adalah tidak hanya untuk menjelaskan secara menyeluruh
masalah yang akan diteliti dan diamati saja, namun juga ada tujuan lainnya.
Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif akan menjadi pedoman bagi kita
ketika akan melakukan suatu penelitian.
Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatifsearah dengan rumusan
masalah serta pertanyaan penelitian/identifikasi masalah penelitian. Hal ini
disebabkan tujuan dari penelitian ini akan menjawab pertanyaan yang
sebelumnya dikemukakan oleh rumusan masalah serta pertanyaan
penelitian/identifikasi masalah. Tujuan ini juga menentukan bagaimana
peneliti mengolah atau menganalisis hasil penelitian yaitu dengan membuat
analisisnya memakai metode penelitian ini.
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah Fungsi Pembinaan dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung oleh Kepala Distrik di Distrik
Kwoor Kabupaten Tambrauw Papua Barat.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Distrik Kwoor Kabupaten
Tambrauw Provinsi Papua Barat.
4. Teknik Pemilihan (Informen, Narasumber)
Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini
adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan,
memiliki data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat.
Informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus
43 memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber (informan) dalam penelitian ini adalah Aparat Pemerintah Kampung, Baperkam dan informen lain yang terkait dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung pada wilayah kerja Kepala Distrik kwoor.
Untuk mengetahui secara mendalam mengenai permasalahan yang akan diteliti, maka penulis menggunakan informan yang dinilai layak sebagai sumber informasi penelitian. Dalam menentukan informan penulis menggunakan purposive yaitu pengambilan informan dengan memilih unsur-unsur tertentu yang dianggap penting dan benar-benar mengetahui informasi mengenai permasalahan penelitian.
Penentuan Informan yang tepat dalam pemberian informasi dan data yang tepat dan akurat mengenai Fungsi Pembinaan dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung oleh Kepala Distrik Kwoor
Kabupaten Tambrauw yang dipilih oleh penulis sebanyak 20 (dua) puluh informan yang tertera pada tabel dibawah ini :
44 Tabel 1.1
Pemilihan Informan Menurut Jabatan
No. Nama Jabatan 1 Baldus Yekwam, S.AN Sekretaris Distrik Kwoor 2 Linus Tobione, S.AN Staf Seksi Pemerintahan Distrik kwoor 3 Softinus Yesnath, S.IP Kepala Kampung Kwoor 4 Aksamina Tawer Kepala Kampung Hopmare 5 Yermias Yesnath Kasi. Kesejahteraan Kamp. Kwoor 6 Beri Yenjau Sekretaris Kamp. Hopmare 7 Lenora Malak Kasi. Pemerintahan Kamp. Kwoor 8 Decky Yembra Kasi. Pemerintahan Kamp. Hopmare 9 Yohanis Yembra Ketua Bamuskam Kamp. Kwoor 10 Yorfen Yeudi Ketua Bamuskam Kamp. Hopmare 11 Soleman Yekwam Sek. Bamuskam Kamp. Kwoor 12 Abner Rumarakon Sek. Bamuskam Kamp. Hopmare 13 Yohanis Yembra Tokoh Adat Kamp. Kwoor 14 Agustinus Yekwam Tokoh Adat Kamp. Hopmare 15 Elias Yekwam, A,Md Tokoh Masyarakat Kamp. Kwoor 16 Yulianus Rumarakon, S.Pd Tokoh Masyarakat Kamp. Hopmare 17 Onesimus Yesnath, S.Hut Tokoh Pemuda Kamp. Kwoor 18 Alex Yesnath Tokoh Pemuda Kamp. Hopmare 19 Selviana Yesnath Tokoh Perempuan Kamp. Kwoor 20 Yusufina Yewer Tokoh Perempuan Kamp. Hopmare Sumber : Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw 2019
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-
hal, keterangan-keterangan, atau karakteristik-karakteristik sebagian atau
seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data guna
terlaksananya sebuah penelitian terkait. Pengumpulan data dapat dilakukan
menggunakan teknik tertentu, antara lain :
45 a) Pengamatan (Observasi)
Observasi atau pengamatan, yakni pengambilan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung untuk mengidentifikasi berbagai
gejala yang terkait dengan permasalahan penelitian di lokasi penelitian.
Observasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka
pengumpulan data sesuai dengan masalah penelitian, melalui proses
pengamatan di lapangan. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti memiliki
pedoman observasi yang berisi daftar mengenai sesuatu yang ingin di
observasi, dan melakukan pencatatan yang sistematis. Penelitian ini
menggunakan observasi non partisipan, karena peneliti tidak terlibat
langsung dalam kehidupan informan. Observasi dilakukan di tempat yang
menjadi objek penelitian dan sekitarnya. b) Wawancara Mendalam (Interview atau indept interview)
Interview atau indept interview, yakni wawancara secara
langsung terhadap beberapa narasumber yang telah ditentukan guna
memperoleh data-data primer secara mendalam;
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi
antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (informan).
Wawancara dilakukan dengan cara pewawancara memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada informan, dengan asumsi bahwa informan
adalah sumber data yang paling tahu mengenai variabel yang akan
diteliti.
46 Penggunaan wawancara mendalam adalah metode yang selaras
dengan perspektif interaksionisme simbolik, karena hal tersebut
memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya
sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka
sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab
pertanyaan. Maka peneliti harus mendorong subjek penelitian agar
jawabannya bukan hanya sekedar jujur tetapi juga cukup lengkap atau
terjabarkan.
c) Dokumentasi (Document)
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (lifehistories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2017:124).
6. Teknis Analisis Data
Menurut Miles and Huberman (1984) yang dikutip oleh Sugiyono
(2017:133), dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
47 sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Langkah- langkah analisis data sebagai berikut :
1. Data reduction (Reduksi Data), berarti merangkum, memilih dan
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu;
2. Data Display (Penyajian data), yaitu penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uaraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) oleh Sugiyono
(2017:137) menyatakan “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah teks yang bersifat naratif;
3. Conclusion Drawing/Verification (Gambar kesimpulan dan Verifikasi),
kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
48 kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Penganalisaan akhir yang diperoleh berdasarkan hasil reduksi data dan penyajian data (Sugiyono,
2017:142).
49 BAB II
PROFIL DISTRIK KWOOR
A. Kondisi Geografis dan Pembagian Wilayah
Distrik Kwoor secara astronomis terletak antara 0°23'6.30" LS dan
32°20'51.39" BT pada ketinggian 18 mdpl dengan jarak ± 32 km dari pusat
kota Kabupaten Tambrauw sementara di ibu kota distrik sausapor (sumber :
Sasplanet.Bingsatelit). Luas wilayah pemerintahan Distrik Kwoor adalah
212.140 ha (1.84%) yang terbagi dari sebagian luas wilayah Kabupaten
Tambrauw seluas 11.529.180 km² (100%). Luas wilayah pemerintahan Distrik
Kwoor terbagi dalam 6 (enam) wilayah pemerintahan Kampung Distrik Kwoor
Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat, sebagai berikut :
1. Kampung Esmambo : 65.612 Ha
2. Kampung Hopmare : 34.939 Ha
3. Kampung Orwen : 52.602 Ha
4. Kampung Kwoor : 4.269 Ha
5. Kampung Barar : 29.915 Ha
6. Kampung Sunggak : 24.803 Ha
Wilayah Pemerintahan Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw memiliki
batas-batas wilayah pemerintahan sebagai berikut :
Sebelah Timur : Distrik Abun
Sebelah Barat : Distrik Bikar
Sebelah Utara : Samudra Pasifik
Sebelah Selatan : Distrik Tobouw dan Kwesefo
50 Secara topografi, 5 Kampung di Distrik Kwoor berada di wilayah
dataran rendah pisisir pantai yang berhadapan laut pasifik dan 1 Kampung
berada di pedalaman dengan jarak ± 20 km dari pesisir pantai dan ibu kota
Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw.
B. Peta Wilayah Pemerintahan Distrik Kwoor
Gambar 2.1
Peta Distrik Kwoor
Sumber : DUKCAPIL Kab. Tambrauw 2018
Peta wilayah Pemerintahan Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw
Provinsi Papua Barat terdiri dari 6 (enam) wilayah pemerintahan Kampung
yaitu :
1. Wilayah Pemerintahan Kampung Esmambo
2. Wilayah Pemerintahan Kampung Hopmare
3. Wilayah Pemerintahan Kampung Orwen
51 4. Wilayah Pemerintahan Kampung Kwoor
5. Wilayah Pemerintahan Kampung Barar, dan
6. Wilayah Pemerintahan Kampung Sunggak
Sesuai peta wilayah Pemerintahan Distrik Kwoor diatas penulis amati
Kepala Distrik Kwoor dalam melaksanakan fungsi pembinaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan Kampung di wilayah pemerintahan Distrik
Kwoor, Kepala Distrik Kwoor cukup mengalami kendala dimana ada beberapa
Kampung yang letaknya di pinggir jalan utama trans provinsi papua barat
tetapi juga ada Kampung yang letaknya di pidalaman Distrik Kwoor yang di
tempuh melalui sungai Kwoor dengan menggunakan boddy longboad 4-5 jam
baru tiba di pelabuhan pinggir sungai Kwoor di bagian tengah dan selanjutnya
berjalan kaki 2-3 jam perjalanan pulang pergi (pp).
C. Demografi (Kependudukan) Distrik Kwoor
Tabel 2.1
Data Jumlah Penduduk (Jiwa) Menurut Jenis Kelamin
Penduduk (Jiwa) Jumlah Presentase No. Nama Kampung Laki-Laki Perempuan (Jiwa) (%) 1 Kampung Esmambo 48 39 87 10.39 2 Kampung Hopmare 117 113 230 27.48 3 Kampung Orwen 51 41 92 10.99 4 Kampung Kwoor 127 121 248 29.63 5 Kampung Barar 47 44 91 10.87 6 Kampung Sunggak 49 40 89 10.63 Total 439 398 837 100.00 Sumber : Dinas DUKCAPIL Kabupaten Tambrauw 2018
Dari data diatas dapat penulis uraikan bahwa jumlah penduduk Distrik
Kwoor Kabupaten Tambrauw pada tahun 2018 sebanyak 837 jiwa (2.57%) dari
52 total penduduk Kabupaten Tambrauw tahun 2018 sebanyak 32.549 jiwa
(100%).
Penduduk menurut jenis kelamin sesuai jumlah menunjukan bahwa penduduk tertinggi di Distrik Kwoor adalah laki-laki sebanyak 439 jiwa
(52.45%) dan jumlah penduduk terendah adalah perempuan sebanyak 398 jiwa
(47.55%) dari total penduduk Distrik Kwoor tahun 2018.
Penduduk terbanyak menurut Kampung-Kampung se-Distrik Kwoor sesuai data diatas, Kampung yang penduduk tertinggi pertama adalah
Kampung Kwoor sebanyak 248 jiwa (29.63%), kedua adalah Kampung hopmare 230 jiwa (27.48%) dan ketiga adalah Kampung barar 91 jiwa (10.87%), sedangkan Kampung yang penduduknya rendah atau rata hampir sama adalah
Kampung orwen, esmambo dan sunggak.
Fungsi Kepala Distrik Kwoor dalam mengimplementasi tugas pembinaan dalam penyelenggaraan pemerintahan Kampung kepada aparatur pemerintah Kampung di 06 (enam) Kampung Distrik Kwoor beserta masyarakatnya berdasarkan data penduduk diatas, menurut penulis sudah tentu membutuhkan pembinaan serius karena angka 837 jiwa masih terbilang jumlah penduduk yang masih sedikit/kurang. Namaun pembinaan harus dilaksanakan lebih khusus difokuskan kepada penduduk laki-laki dimana jumlah penduduk laki-laki di Distrik Kwoor lebih banyak dibanding penduduk perempuan.
53 Tabel 2.2
Data Jumlah Kepala Keluarga (KK) Menurut Kampung
Jumlah Presentase No. Nama Kampung (KK) (%) 1 Kampung Esmambo 52 14.36 2 Kampung Hopmare 76 20.99 3 Kampung Orwen 49 13.54 4 Kampung Kwoor 88 24.31 5 Kampung Barar 47 12.98 6 Kampung Sunggak 50 13.81 Total 362 100.00 Sumber : Dinas DUKCAPIL Kabupaten Tambrauw 2018
Total kepala keluarga di Distrik Kwoor berdasarkan data diatas yaitu sebanyak 362 kepala keluarga (2.72%) dari jumlah kepala keluarga menurut jenis kelamin di Kabupaten Tambrauw tahun 2018 sebanyak 13.309 kepala keluarga (100%). Kepala keluarga (kk) menurut Kampung diatas menunjukan bahwa Kampung yang jumlah kepala keluarga tertinggi pertama adalah
Kampung Kwoor sebanyak 88 kepala keluarga (24.31%), kedua adalah Kampung hopmare sebanyak 76 kepala keluarga (20.99%) dan ketiga adalah Kampung esmambo sebanyak 52 kepala keluarga (14.36). Sedangkan Kampung yang jumlah kepala keluarga rendah adalah Kampung barar sebanyak 47 kepala keluarga
(12.98%).
Menurut penulis sesuai data diatas menunjukan bahwa untuk pertumbuhan penduduk (jiwa) dan juga kepala keluarga (kk) di Distrik Kwoor masih kurang dibandingkan dengan distrik yang lain, sehingga dalam proses percepatan pembangunan kurang begitu cepat dan nampak terutama dalam bidang ekonomi pasti sulit dalam perputaran uang/modal yang dimiliki oleh seseorang maupun pengusaha.
54 Untuk itu penulis menawarkan kepada pemerintah Kabupaten maupun distrik untuk lebih fokus dalam membina pemerintah Kampung dan masyarakat Kampung tentang hal hidup sehat “Kesehatan Keluarga” karena kesehatan menjadi kunci utama untuk mempercepat lajunya pertubuhan penduduk mapun kepala keluarga (kk) di Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw.
Tabel 2.3
Data Jumlah Penduduk Menurut Umur
Jumlah Presentase No. Umur (Org) (%) 1 0-4 125 14.93 2 5-9 74 8.84 3 10-14 150 17.92 4 15-19 79 9.44 5 20-24 71 8.48 6 25-29 56 6.69 7 30-34 52 6.21 8 35-39 97 11.59 9 40-44 39 4.66 10 45-49 21 2.51 11 50-54 18 2.15 12 55-59 23 2.75 13 60-64 18 2.15 14 65-69 12 1.43 15 70-74 1 0.12 16 75-79 1 0.12 Total 837 100.00 Sumber : Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw 2018
Data penduduk menurut umur diatas menunjukan bahwa umur penduduk tertinggi pertama adalah umur 10-19 tahun sebanyak 150 jiwa
(17.92%), umur penduduk tertinggi kedua adalah umur 0-4 tahun sebanyak 125 jiwa (14.93%) dan umur penduduk tertinggi ketiga adalah umur 35-39 tahun
55 sebanyak 97 jiwa (11.59). Sedangkan umur penduduk terendah ada pada umur
70-79 tahun sebanyak 2 jiwa (0.24%).
Dari data tersebut diatas menurut penulis, Kepala Distrik Kwoor dalam melaksanakan fungsi pembinaan kepada pemerintah Kampung maupun masayarakatnya boleh dibilang populasi penduduk masih sedikit atau rendah, untuk itu Kepala Distrik Kwoor dalam melakukan fungsi pembinaan masih muda untuk bisa tercapai hasil yang diinginkan.
Perlu diketahui oleh para pihak bahwa umur penduduk tertinggi yaitu umur 10-19 tahun sebanyak 150 jiwa (17.92%) adalah umur dimana masa puberitas bagi generasi muda yang tentu dan sangat sensitive dan membutuhkan pembinaan khusus secara fisik maupun mental dalam mengahapi perkembangan jaman dalam dunia moderen yang begitu mengandung unsur positif tetapi juga negatif. Maka salah satu solusi yang penulis sampaikan untuk mencegah hala-hal yang tidak diinginkan terhadap generasi muda dimaksud adalah membina generasi muda.
Tabel 2.4
Data Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah Persentase No. Pendidikan (Orang) (% 1 SD 97 11.59 2 SMP 48 5.73 3 SMK/SMA 76 9.08 4 DI,II 2 0.24 5 DIII 6 0.72 6 DIV/S-1 20 2.39 7 Belum Tamat SD 100 11.95 8 Tidak/Belum Sekolah 488 58.30 Total 837 100.00 Sumber : Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw 2018
56 Berdasarkan data penduduk menurut tingkat pendidikan diatas
menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk berdidikan masih
sangat kurang dimana data menunjukan jumlah penduduk yang tidak
sekolah/belum sekolah sangat tinggi dibanding yang berpendidikan yaitu 488
jiwa (58.30%). Dan tingkat pendidikan terendah ada pada perguruan tinggi
yaitu jumlah pendidikan diploma sebanyak 8 jiwa (0.96%) dan strata satu (S-1)
sebanyak 20 jiwa (2.39%), dari data ini cukup memprihantikan masalah
peningkatan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan di Distrik Kwoor
Kabupaten Tambrauw.
Untuk mengatasi tingkat pendidikan masyarakat yang masih sangat kurang/lemah ini, menurut penulis sebaiknya hal ini harus ditanggapi secara serius oleh pemerintah Kabupaten Tambrauw melalui Kepala Distrik Kwoor untuk membangun relasi dengan para pihak yang punya kepedulian terhadap pendidika agar masyarakat distrik juga mendapat pendidikan yang sejajar dengan distrik yang lain.
57 Tabel 2.5
Data Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
Jumlah Presentase No. Pekerjaan (Orang) (%) 1 PNS 46 5,50 2 TNI 1 0,12 3 Polri 0 - 4 Pendeta 1 0,12 5 Guru Jemaat 1 0,12 6 Perawat 4 0,48 7 Aparatur Kampung 48 5,73 8 Baperkam 36 4,30 9 Petani/Pekebun 293 35,01 10 Belum /Tidak kerja 407 48,63 Total 837 100.00 Sumber : Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw 2018
Data penduduk menurut pekerjaan di Distrik Kwoor ini menunjukan bahwa tingkat penduduk menurut pekerjaan tertinggi pertama adalah penduduk yang belum/tidak kerja sebanyak 407 orang (48.63%), kedua petani sebanyak
293 orang (35.01%) dan ketiga adalah Aparatur Kampung sebanyak 48 orang
(5.78%). sedangkan penduduk menurut pekerjaan yang terendah atau sama sekali belum ada adalah pekerjaan polisi dimana data menunjukan bahwa penduduk Distrik Kwoor belum sama sekali memiliki pekerjaan sebagai polisi republik indonesia dengan angka terendah yaitu 0 orang (0.00%).
Maka menurut penulis bahwa dilihat dari kesejahteraan ekonomi penduduk Distrik Kwoor sudah tentu berada dalam garis kemiskinan yang cukup tinggi, maka penulis sarankan agar fungsi pembinaan pemerintahan
Kampung dan masyarakat oleh bupati Tambrauw melalui Kepala Distrik
Kwoor sangat penting dan dibutuhkan untuk membina mereka sesuai talenta yang dimiliki agar mereka mampu membangun dirinya sendiri dengan diberi
58 dukungan yang berarti dari pemerintah Kabupaten Tambrauw, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat terutama membuka lapangan kerja untuk masyarakat Distrik Kwoor .
Tabel 2.6
Data Jumlah Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
di Wilayah Pemerintahan Distrik Kwoor
Jumlah Presen- Kondisi No. Uraian (Unit) tase (%) 1 Kantor Distrik 1 0.71 Baik 2 Kantor Kampung tetap 2 1.42 Baik 3 Kantor Kampung Sementara 4 2.84 Baik 4 Balai Kampung 2 1.42 1 Rusak 1 Baik 5 Gedung SMP 1 0.71 Baik 6 Gedung SD 2 1.42 Baik 7 Gedung PAUD tetap 1 0.71 Baik 8 Gedung PAUD Sementara 2 1.42 Baik 9 Gedung Puskesmas 1 0.71 Baik 10 Gedung Pustu 1 0.71 Baik 11 Gedung Posyandu 1 0.71 Baik 12 Gedung Gereja 2 1.42 Baik 13 Gedung Pastori Jemaat 2 1.42 Baik 14 Gedung Pasar Rakyat 2 1.42 2 Rusak 15 PLTS 2 1.42 1 Rusak 1 Baik 16 Telkomsel 1 0.71 Baik 17 Air bersih 4 2.84 Baik 18 Rumah sosial 50 35.46 Baik 19 Mandi, Cuci, Kakus (MCK) 60 42.55 18 Rusak 42 Baik Total 141 100.00 Sumber : Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw 2018
Fasilitas umum dan fasilitas sosial di wilayah pemerintahan Distrik
Kwoor tahun 2018 sesuai data diatas menunjukan bahwa fasilitas yang paling banyak atau lebih dominan pertama adalah fasilitas Mandi, Cuci, Kakus
(MCK) sebanyak 60 unit (42.55%), kedua ialah Rumah Sosial sebanyak 50 unit (35.46%) dan yang ketiga ialah Kantor Kampung Sementara 4 Unit (2.84).
59 Namun beberapa fasilitas yang jumlahnya masih rendah atau kurang bahkan
ada beberapa fasilitas yang sudah rusak seperti MCK 18 unit, Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1 unit dan Balai Kampung 1 unit.
Menurut penulis bahwa Kepala Distrik Kwoor dalam melakukan
fungsi pembinaan perlu di dukung oleh fasilitas umum maupun sosial,
mengapa harus dibutuhkan karena fasilitas umum dan sosial merupakan alat
utama dan pendukung dalam proses suatu maksud dan tujuan yang akan di
capai dalam pembinaan pemerintahan Kampung beserta masyarakat.
Maka penulis rekomendasikan kepada pemerintah Kabupaten
Tambrauw agar membangun fasilitas umum dan sosial di wilayah
pemerintahan Distrik Kwoor yaitu di 06 (enam) Kampung Distrik Kwoor. Lagi
pula pemerintah harus memperbaiki fasilitas yang sudah rusak agar bisa dapat
di fungsikan kembali.
D. Pemerintahan Distrik Kwoor
Untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan, Kepala Distrik Kwoor
dan Perangkat Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw adalah sebagai berikut :
60 Tabel 2.7
Data ASN dan Honorer Pemerintah Distrik Kwoor Menurut Jabatan
Jumlah Presentase No. Jabatan (Org) (%) 1. Kepala Distrik 1 5.00 2. Sekretaris Distrik 1 5.00 3 Sub bag. Umum dan Kepeg. 1 5.00 4 Sub bag. Keuangan 1 5.00 5 Kasi Pemerintahan 1 5.00 6 Kasi Ketentra. dan ketertiban 1 5.00 7 Kasi Pemb. dan Kesejahteraan 1 5.00 8 Staf 7 35.00 9 Honor Daerah 1 5.00 10 Honor Distrik/Cleaning Service 5 25.00 Total 20 100.00 Sumber : Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw 2018
Data perangkat pemerintahan Distrik Kwoor menurut jabatan diatas menunjukan bahwa pada tahun 2018 total pegawai negeri sipil, honor daerah maupun honor tidak tetap/cleaning service Distrik Kwoor adalah sebanyak 20 orang (100%). Data pegawai yang lebih tinggi pertama adalah yang menduduki jabatan sebanyak 7 orang (35%), kedua staf sebanyak 7 orang (35%), ketiga yaitu honor tidak tetap/cleaning service 5 orang (25%). Sedangkan data pegawai yang paling rendah adalah honor daerah sebanyak 1 orang (5%).
Untuk pelaksanaan tugas penyelengaraan pemerintahan umum yang diantaranya adalah tugas pembinaan yang sesungguhnya dilimpakan oleh bupati kepada kepala distrik maupun yang menugaskan, menurut penulis bahwa dari jumlah pegawai Distrik Kwoor yang ada sudah cukup malah lebih.
Karena penulis amati dalam pelaksanaan beban kerja setiap hari kerja belum terlalu banyak dibanding dinas-dinas yang ada di Kabupaten Tambrauw.
61 E. Struktur Pemerintahan Distrik Kwoor
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Distrik Kwoor
Kepala Distrik
Kelompok Jabatan Sekretaris Distrik Fungsional
Ka. Subbag Ka. Subbag Umum & Kepeg Keuangan
Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi Ketentraman dan Pembangunan Pemerintahan ketertiban dan Kesra
Sumber : Perbup Kabupaten Tambrauw Nomor 22 tahun 2016
Struktur Organisasi Pemerintahan Distrik Kwoor diatas penulis dapat
menggambarkan berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Tambrauw Nomor
22 Tahun 2016 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Distrik Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tambrauw.
Namun menurut penulis bahwa secara ideal sudah baku dan terlaksana
tetapi secara realita masih banyak tugas-tugas pemerintahan yang belum
terlaksana akibat dari belum ada pelantikan struktur pemerintahan Distrik
62 Kwoor secara kolektif untuk mengisi posisi jabatan yang ada sesuai struktur
yang sudah di tetapkan.
Selama penulis melakukan observasi di kantor Distrik Kwoor penulis
hannya temukan 2 jabatan struktural yang sudah dilantik pejabatnya yakni
kepala distrik dan sekretaris distrik sedangkan jabatan lainnya masih kosong
karena bupati Tambrauw belum melantik pejabat esselon dan juga belum ada
tugas pelimpahan dari bupati Tambrauw, maka menurut penulis bahwa bupati
Tambrauw harus melantik struktur pemerintahan distrik serta melimpahkan
sebagian kewenangan yang disertai biaya kepada kepala distrik agar fungsi
pemerintah Distrik Kwoor dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
F. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Kepala Distrik
a. Distrik mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh bupati untuk menangani sebagian urusan otomi daerah;
b. Distrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga menyelenggarakan tugas
umum pemerintahan meliputi :
1) Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
2) Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum;
3) Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
4) Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
63 5) Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
distrik;
6) Membina penyelenggaraan pemerintahan Kampung dan/atau kelurahan;
7) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan
Kampung atau kelurahan.
8) Melakukan pengkoordinasian dalam rangka penyusunan/penetapan
program prioritas penggunaan dana Kampung dimasing-masing
Kampung dalamwilayah kerja nya
9) Melakukan pengawasan, pengendalian dan monitoring pengelolaan dana
Kampung diwilayah kerja nya
10) Memberikan rekomendasi dalam rangka pencairan dana Kampung
untuk semua tahap kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai ketentuan
yang berlaku
11) Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan pengendalian dan pengawasan
pemberdayaan masyarakat kepada Bupati secara periodik.
2. Sekretaris Distrik
a. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan memberikan pelayanan
administrasi, mengkoordinasikan, pengendalian dan mengevaluasi serta
membuat laporan.
b. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat mempunyai fungsi :
1) Pengendalian dan pembinaan pengelolaan administrasi ketatausahaan,
rumah tangga dan perlengkapan;
64 2) Penyusunan dan penatausahaan pengelolaan keuangan;
3) Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian;
4) Pengkoordinasian kegiatan masing-masing seksi; dan
5) Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai tugas
dan fungsinya.
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
1. Menyusun program dan rencana kerja serta rencana kegiatan subbagian
umum dan kepegawaian;
2. Mempelajari dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan subbagian umum kepegawaian;
3. Membagi tugas, memberi petunjuk dan membimbing bawahannya dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan jabatan dan kompetensi;
4. Mengelola surat menyurat yang meliputi pengetikan, penggandaan,
pengiriman dan pengarsipan serta mengurus perjalanan dinas;
5. Melakukan penggandaan, inventarisasi, pembelian bahan dan
perlengkapan kantor;
6. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
7. Menyusun rencana penempatan, mutasi dan pelatihan pegawai;
8. Menyiapkan usul kenaikan pangkat, gaji berkala serta kesejahteraan
pegawai lainnya; dan
9. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
65 4. Sub Bagian Keuangan
1. Menyusun program dan rencana kerja serta rencana kegiatan Subbagian
Keuangan;
2. Mempelajari dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan Subbagian Keuangan;
3. Membagi tugas, memberi petunjuk dan membimbing bawahannya dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan jabatan dan kompetensi;
4. Mengumpul dan mengolah data;
5. Mengkoordinasikan bahan penyusunan rencana kerja masing-masing
bidang;
6. Menyiapkan konsep rencana kerja dan program kerja masing-masing
bidang;
7. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja;
8. Melakukan pengelolaan tata pembukuan penerimaan dan pengeluaran
keuangan;
5. Seksi Pemerintahan
1. Membuat laporan Menyusun program dan rencana kerja serta rencana
kegiatan Seksi Pemerintahan;
2. Mempelajari dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan Seksi Pemerintahan;
3. Membagi tugas, memberi petunjuk dan membimbing bawahannya dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan jabatan dan kompetensi;
66 4. Melakukan pembinaan keagrariaan, pembinaan penyelenggaraan
pemerintahan Kampung dan kelurahan;
5. Melakukan pembinaan ideology, administrasi kependudukan dan
kesatuan bangsa;
6. Melakukan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di Seksi Pemerintahan, serta mencari alternatif
pemecahannya;
9. Melaksanakan penilaian prestasi kerja bawahan berdasarkan sasaran
kerja pegawai dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan;
10. Mengevaluasi kerja dari masing-masing bidang dan anggaran yang
dipergunakan; dan
11. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai tugas
dan fungsinya;
12. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Pemerintahan sesuai
dengan hasil pelaksanaan kegiatan; dan melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh atasan.
6. Seksi Ketentraman dan Ketertiban
1. Menyusun program dan rencana kerja serta rencana kegiatan Seksi
Ketentraman dan Ketertiban;
2. Mempelajari dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan Seksi Ketentraman dan Ketertiban;
3. Membagi tugas, member petunjuk dan membimbing bawahannya dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan jabatan dan kompetensi;
67 4. Melaksanakan pembinaan Ketentraman dan Ketertiban masyarakat,
penanganan dan penanggulangan bencana dan penegakan peraturan
perundang-undangan;
5. Melakukan koordinasi penegakan peraturan perundang-undangan dan
penegakan peraturan daerah;
6. Melakukan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di Ketentraman dan Ketertiban, serta mencari alternative
pemecahannya;
7. Melaksanakan penilaian prestasi kerja bawahan berdasarkan sasaran
kerja pegawai dan perilaku kerja sesuai ketentuan;
8. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Ketentraman dan
Ketertiban berdasarkan program kerja;
9. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Seksi Ketentraman dan
Ketertiban sesuai dengan hasil pelaksanaan kegiatan, dan
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
7. Seksi Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat
1. Menyusun program dan rencana kerja serta rencana kegiatanSeksi
Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat;
2. Mempelajari dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan Seksi Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat;
3. Membagi tugas, memberikan petunjuk dan membimbing bawahannya
dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan jabatan dan kompotensi;
68 4. Melaksanakan pembinaan pembangunan masyarakat, pembinaan
perekonomian, produksi dan distribusi;
5. Melakukan pembinaan sumber pendapatan asli serta pembinaan dibidang
perhubungan, sarana dan prasarana fasilitas umum, kesehatan
masyarakat, meliputi pembinaan kerukunan beragama, kesehatan,
pendidikan, tenaga kerja, keluarga berencana dan sejahterah;
6. Melakukan koordinasi penegakan peraturan perundang-undangan dan
penegakan peraturan daerah;
7. Melakukan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di Seksi Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat serta
mencari alternative pemecahannya;
8. Melaksanakan penilaian prestasi kerja bawahan berdasarkan sasaran
kerja pegawai dan perilaku kerja sesuai ketentuan;
9. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Ketentraman dan
Ketertiban berdasarkan program kerja;
10. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Seksi Pemerintahan sesuai
dengan hasil pelaksanaan kegiatan;dan melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh atasan.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
1. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagai
kegiatan Dinas secara professional dengan kebutuhan;
69 2. Tugas kelompok jabatan fungsional sebagai manadi maksud ayat (1),
akan diatur tersendiri dengan keputusan Bupati sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3. Kelompok jabatan fungsional terdiri atas sejumlah tenaga, dalam jenjang
jabatan fungsional yang terbagi dalam bebrbagai kelompok sesuai
dengan bidang keahliannya;
4. Jumlah jabatan fungsional di maksud ayat (1), ditentukan berdasarkan
sifat, jenis, kebutuhan dan beban kerja; dan
5. Jenis dan jenjang jabatan fungsional dimaksud ayat (1), diatur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
G. Sarana dan Prasarana Distrik Kwoor
Gambar 2.2
Kantor Distrik Kwoor
Sumber : Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw 2018
70 Letak tanah pembangunan kantor pemerintahan Distrik Kwoor berada
di Kampung Kwoor Disrik Kwoor Kabupaten Tambrauw. Kantor Distrik
Kwoor memiliki luas lahan ± 20.000 M² (P 200 M x L 100 M) dan diatas tanah
milik pemerintah Distrik Kwoor tersebut sudah di bangun ada 5 (lima)
bangunan permanen dan sarana prasarana pendukung lainnya, terdiri dari :
1. Gedung kantor distrik lama 1 unit yang sekarang digunakan sebagai tempat
tinggal pegawai Distrik Kwoor dengan kondisi baik.
2. Gedung kantor distrik baru 1 unit sekarang digunakan sebagai kantor
penyelenggaraan pemerintahan Distrik Kwoor dengan kondisi baik.
3. Rumah dinas Kepala Distrik Kwoor 1 unit dengan kondisi baik.
4. Rumah dinas sekretaris Distrik Kwoor 1 unit dengan kondisi baik.
5. Bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpadu 1 unit dengan
kondisi rusak.
6. Mobil dinas 1 unit dengan kondisi baik.
7. Komputer 2 unit dengan kondisi baik.
8. Printer 2 unit dengan kondisi baik.
9. Meja kerja 20 unit dengan kondisi baik.
10. Kursi 50 unit dengan kondisi baik, dan
11. Lemari 6 unit dengan kondisi baik.
H. Kelembagaan Distrik Kwoor
1. Kepala Suku Abun : Raffles Kombo Yewen, SH 2. Ketua LMA Suku Abun : Pjs. Nelwan Yeblo 3. Tokoh Adat : Yohanis Yembra 4. Tokoh Agama : Pdt. Yeni Mambrasar, S.Th 5. Ketua Pemuda : Onesimus Yesnath, S.Hut 6. Ketua PKK : Yusan Yustina Yesnath
71 7. Kepala Sekolah SMP : Yafet Yeblo, S.Pd 8. Kepala Sekolah SD : Matias Yesnath 9. Kepala Puskesmas : Lince Mambrasar
Kelembagaan yang ada dalam pemerintahan Distrik Kwoor sebanyak
9 (sembilan) unsur kelembagaan yang sering koordinasi kerja dengan pemerintah Distrik Kwoor dalam penyelenggraan pemerintahan di tingkat distrik maupun Kampung-Kampung se-Distrik Kwoor .
Selama penulis lakukan observasi dilapangan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Distrik Kwoor terdapat hal yang sering timbul dikalangan masyarakat dan banyak diurus oleh kelembagaan yang ada dalam pemerintahan
Distrik Kwoor adalah masalah urusan adat dibanding urusan yang lain. Karena masalah adat sudah menjadi suatu kebiasaan/tradisi dimana ada masalah masyarakat mengadu kepada tokoh adat bersama tokoh-tokoh yang lain untuk menyelesaikan namun sering masalah itu masih mentah sehingga masyarakat mohon keterlibatan pemerintah Kampung dan distrik untuk ikut dalam menyelesaikan masalah adat.
72 DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Asril, Fitra. 2017. Teori Sistem Pemerintahan. PT. Raja Grafindo Persada. Depok. Echols, M. Jhon. dan Shadily Hasan. 2014. Kamus Indonesia-Inggris. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Echols, M. Jhon. dan Shadily Hasan. 2014. Kamus Inggris-Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Gava Media, Yogyakarta. Indradi, Sjamsuddin, Sjamsiar. 2017. Etika Birokrasi dan Akuntabilitas Pemerintahan. Intrans Publishing, Malang. Kamisa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cahaya Agency, Surabaya. Ndraha, Taliziduhu. 2015. Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru). PT. Rineka Cipta, Jakarta. Sugiono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung. Syafie, Inu, Kencana. 2013. Ilmu Pemerintahan. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Syafie, Inu, Kencana. 2014. Pengantar Ilmu Pemerintahan, PT. Rafika Aditama, Bandung.
Peraturan Perundang-Undangan :
Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Pemerintah Republik Indonesia. 2018. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2018 tentang Kecamatan. Republik Indonesia. 2001. Undang Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Republik Indonesia. 2008. Undang Undang No. 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw Di Provinsi Papua Barat. Republik Indonesia. 2014. Undang Undang No. 14 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008. Republik Indonesia. 2014. Undang Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Republik Indonesia. 2014. Undang Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Departemen Dalam Negeri RI. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 1 Tahun 2017 Tentang Penataan Desa.
136 Kabupaten Tambrauw. 2016. Peraturan Bupati No. 22 Tahun 2016 tantang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Distrik Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tambrauw. Kabupaten Tambrauw. 2016. Peraturan Bupati No. 30 Tahun 2017 tantang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Distrik pada Wilayah Kabupaten Tambrauw.
Sumber lain :
Ahap, Pater. 2012. Salah satu perubahan yang sangat esensial adalah yang berkenaan dengan kedudukan, kewenangan, tugas dan fungsi Camat. Perubahan ... Sehingga dalam hal penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan pemerintahan desa, Camat mempunyai peranan yang sangat penting, karena dalam hirarki. https://www.kompasiana.com/.../peran- camat-dalam-penyelenggaraan-pembinaan-dan. Diunduh tanggal 22 Maret 2018. Atharuddin. 2018. Tema "Pengaruh Pelaksanaan Fungsi Pembinaan Dan Pengawasan Camat Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Desa". Latar belakang sebagai Implementasi kebijakan otonomi daerah mendorong terjadinya perubahan secara struktural, fungsional dan kultural dalam keseluruhan tatanan. https://atharhn.blogspot.com › Skripsi Administrasi Negara. Diunduh tanggal 24 Maret 2018. Bidiantoro, Wahyu, Dwi. 2013. Fungsi Baperjakat Dalam Peningkatan Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta (Tesis) hal. 40- 43. Bupati/Walikota. Setelah melakukan pembinaan dan pengawasan. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/viewFile/1 6326/15829. Diunduh tanggal 23 Maret 2018. Deswandi, Doni. 2016. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa dimana camat memberikan pembinaan tentang pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD). Selain itu Faktor penghambat tugas Camat dalam pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa PantaiHarapanadalah.ejournal.ip.fisipunmul.ac.id/site/.../Doni%20Deswa ndi%20(10-21-16-10-54-12).pdf. Diunduh tanggal 22 Maret 2018. Humokor, Aphum. Artikel terkait untuk melakukan penelitian tentang Peran Pemerintah Kecamatan Dalam. Pelaksanaan Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Administrasi. Desa Di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Tinjauan Pustaka. Konsep Peran. Istilah peran dalam kamus besar bahasa Indonesia.
137 https://media.neliti.com/.../1163-ID-peran-pemerintah-kecamatan- dalam-pelaksanaan. Diunduh tanggal 22 Maret 2018. https://kbbi.web.id/fungsi Definisi/arti kata 'fungsi' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah n 1 jabatan (pekerjaan) yang dilakukan: jika ketua tidak ada, wakil ketua melakukan besaran yang lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5 Ling peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi. Diunduh tanggal 24 Maret 2018. Ichwann Hastona, 2015. Fungsi Pembinaan Lurah Terhadap Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kelurahan Tangkerang Tengah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru Tahun 2013-2014. Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau. Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau. Kampus bina widya jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293- Telp/Fax. 0761- 63277 Email : [email protected]. Pembimbing : Drs. H. Muhammad Ridwan. Diunduh tanggal 24 Maret 2018. Kedesa.id. 2016. Undang-Undang Desa telah mencantumkan klausul tentang peran dan tugas kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan Desa. Dalam pelaksanaan peran dan tugasnya tersebut dapat. kedesa.id/id_ID/wiki/pembinaan-dan- pengawasan/. Diunduh tanggal 25 Maret 2018. Nurhazizah. 2017. Fungsi Pembinaan Pemerintahan Kepenghuluan Terhadap Lembaga Kemasyarakatan Kepenghuluan di Kepenghuluan Bagan Nibung Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2015- 2016. Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau. Program Studi S1 Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau. Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293-Telp/Fax. 0761-63277 Email : Nurhazizah0595@gmail. com. Pembimbing : Drs. Raja Muhammad Amin, M.Si. Diunduh tanggal 24 Maret 2018. Pratama, Dinar. 2011, Contoh Usulan Penelitian Mahasiswa Dengan Menggunakan. Pendekatan Penelitian Kuantitatif Studi. Untuk penelitian dengan menggunakan tiga variabel diatas umumnya sering digunakan pada penelitian mahasiswa pascasarjana S2 (Tesis). Akan tetapi untuk mahasiswa S1 Skripsi). https://dinarpratama.files.wordpress.com /2011/02/contoh-usulan-penelitian.docx. Diunduh tanggal 27 Maret 2018.
138