Keong dan Kerang dari Sungai-Sungai di Kawasan Karst Gunung Kidul Zoo 2010. 20(1): 1-10

KEONG DAN KERANG DARI SUNGAI-SUNGAI DI KAWASAN KARST GUNUNG KIDUL

N.R. Isnaningsih' dan Dwi A. Listiawan?

'Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi-Puslit Biologi LIPI JI. Raya Jakarta-Bogor Km 46 Cibinong 16911 [email protected] 2Fakultas Biologi - Universitas Gadjah Mada JI. Teknika Selatan, Jogjakarta 55281

ABSTRAK Isnaningsih, N.R. & D.A. Listiawan. 2011. Keong dan kerang dari sungai-sungai di kawasan karst Gunung Kidul. Zoo Indonesia 20(1),1-10. Karakteristik karst Gunung Kidul yang khas mempengaruhi keragaman dan cara hidup fauna-fauna yang ada di kawasan tersebut. Salah satu kelompok hewan yang dapat dijumpai di daerah karst Gunung Kidul adalah moluska (keong dan kerang). Kegiatan penelitian dititikberatkan pada pengungka- pan jenis-jenis keong dan kerang air tawar. Sungai-sungai di kawasan karst Gunung Kidul memiliki kandungan kalsium karbonat yang relatif tinggi sehingga moluska yang ditemukan rata-rata memiliki cangkang yang tebal dan kuat. Berdasarkan hasil koleksi, diperoleh delapan jenis keong dari suku , Ampullariidae, Thiari- dae, , Buccinidae, Lymnaeidae dan tiga jenis kerang anggota suku Unionidae dan Corbiculidae. Masing-masing jenis moluska yang ditemukan di sungai memiliki mikrohabitat tersendiri.

Kata kunci: karst, Gunung Kidul, moluska, sungai, kalsium karbonat.

ABSTRACT Isnaningsih, N.R. & D.A. Listiawan. 2011. Snails and shells in Gunung Kidul karst rivers. Zoo Indonesia 20(1), 1-10. The specialization of Gunung Kidul karstic ecosystem may bring its own specification toward the faunas inhabiting in that area. One group of which can be found in karst area is molluscs (gastropod and bivalve). This research emphasize on the disclosure of the kind offreshwater gastropod and bivalve. As the rivers in Gunung Kidul area have relatively high calcium carbonate concentration, the molluscs commonly have solid and thick shell. Based on the collections got, it had been found eight species of gastropod belong to family Vivi- paridae, Ampullariidae, Thiaridae, Pachychilidae, Buccinidae, Lymnaeidae and three species ofbivalve belong to Unionidae and Corbicullidae. Each of those species which were obtained in the rivers has its own micro habitat.

Key words: karst, Gunung Kidul, mollusc, river, calcium carbonate.

PENDAHULUAN (Daerah Istimewa Yogyakarta) hingga ke Pacitan (Jawa Kawasan karst merupakan salah satu bentang Timur). Ciri yang membedakan karst Pegunungan alam yang memiliki keunikan tersendiri. Kandungan Sewu dengan daerah karst lain di Indonesia diantaranya bahan kapur yang tinggi dalam lapisan batuan gamping adalah kubah karst yang berbentuk kerucut tumpul dan menjadi ciri khas kawasan karst. Kawasan tersebut, tidak terjal (conicalhills) (Adji 2011). umurnnya juga memiliki jenis tanah yang mudah larut Keberadaan air pennukaan di kawasan karst dan sistem perairan permukaan yang terputus. Adanya Gunung Kidul sangat terbatas, dan mengering di gua dan sistem perairan bawah tanah yang berkembang musim kemarau, tetapi potensi air tanah cukup besar baik merupakan nilai tambah bagi kawasan karst (Robu (Ritohardoyo 2007). Sungai-sungai bawah tanah yang 2009; Currens 2002) mengalir di dalam gua-gua di kawasan Gunung Kidul Indonesia memiliki kawasan karst terluas di merupakan sumber air yang sangat bemilai dan sudah Asia Tenggara yaitu total 154.000 km2 (Day dan Urich mulai dimanfaatkan. Gua Jomblang misalnya, mampu 2002). Fakta tersebut merupakan tambahan potensi menghasilkan debit air 2 liter/detik, Gua Ngobaran dan aset kekayaan bagi Indonesia. Salah satu kawasan menghasilkan air hingga 70 liter/detik, yang paling besar karst yang ada di Indonesia adalah karst Pegunungan adalah sistem gua Bribin-Baron bisa menghasilkan Sewu yang membentang dari kabupaten Gunung Kidul debit air hingga 5.684 liter/detik. Masih banyak gua- Keong dan Kerang dari Sungai-Sungai di Kawasan Karst Gunung Kidul Zoo Indonesia 2010.20(1): 1-10 gua di kawasan Gunung Kidul yang berpotensi sebagai pada pengungkapan jenis-jenis keong dan kerang yang sumber air yang belum dimanfaatkan (Widjanarko hidup di sungai-sungai di kawasan karst Gunung Kidul. 2011). Menurut Suhardjono (2006), kekhususan METODE PENELITIAN ekosistem karst dapat membentuk kekhasan tersendiri Koleksi dilakukan pada beberapa sungai bagi fauna-fauna yang hidup di kawasan tersebut. Salah permukaan dan sungai bawah tanah. Keong dan kerang satu kelompok hewan yang dapat dijumpai hidup di daerah dikumpulkan dalam kondisi hidup dan diawetkan dalam . - karst adalah moluska (keong dan kerang). Kelompok alkohol 70%. Cangkang yang dijumpai disimpan dalam hewan ini, memang merniliki kemampuan hidup yang plastik. Sampling dilakukan dengan tangan (handling) tinggi pada berbagai tipe ekosistem dan habitat termasuk atau menggunakan serokan. Di laboratorium, alkohol di daerah karst. Sistem perairan muka tanah dan bawah dari lapang diganti dengan alkohol yang baru dengan tanah di daerah tersebut tentunya juga dipengaruhi oleh konsentrasi yang sama. Sebelum penggantian alkohol, kekhasan faktor-faktor alamiah pegunungan kapur. Hal semua spesimen dicuci dan disikat bersih terlebih ini sedikit banyak akan memberikan pengaruh pada dahulu. Identifikasi dilakukan dengan mengamati dan keragaman jenis moluska (Clement et al. 2006). mendeskripsi karakter morfologi cangkang. Selain itu Penelitian yang bertujuan untuk dilakukan pula pengukuran cangkang menggunakan mengungkapkan keragaman jenis keong dan kerang jangka sorong manual dengan tingkat ketelitian 0.05 dari kawasan karst Gunung Kidul belum banyak mm. Parameteryang diukur meliputi ; Tinggi cangkang dilakukan, dan mulai tahun 2006 Laboratorium (TC), Lebar cangkang (LC), Tinggi mulut cangkangl Malakologi Museum Zoologi Bogor melakukan apertura (TA) dan Lebar apertura (LA). Koleksi kegiatan tersebut. Kegiatan penelitian di titikberatkan dilakukan di 4 Kecamatan seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel di Kawasan Karst Gunung Kidul: (a) Kec. Playen, (b) Kec. Semanu, (c) Kec. Ponjong, (d) Kec. Tepus

2 Kcong dan Kerang dari Sungai-Sungai di Kawasan Karst Gunung Kidul Zoo Indonesia 2010_ 20(1): I-IO

HASIL DAN PEMBAHASAN Berwama kuning atau coklat hingga coklat tua. Delapan jenis keong dan 3 jenis kerang Terdapat pita berwama gelap dan tampak jelas di berhasil dikoleksi dari kawasan karst Gunung Kidul bagian seluk tubuh . Garis tumbuh aksial terlihat tipis dengan deskripsi sebagai berikut: sedangkan garis spiral tidak tampak. Puncak cangkang runcing tetapi tidak tajam dan seringkali rusak. Seluk Filum Moluska berjumlah 4 dengan sulur yang rendah. Garis seluk Kelas cembung, bentuk seluk bulat dengan besar seluk tubuh Anakkelas Prosobranchia % tinggi cangkang. Sutura dalam dan berkanal. Mulut Bangsa Mesogastropoda cangkang oval membulat. Tepi mulut cangkang lurus, menerus dengan jeda dan tajam. Sisi kolumela tebal dan berwama coklat. Pusat cangkang berbentuk celah. Suku VIVIPARIDAE Ukuran cangkang. TC : 34,85 mm, LC : 29,77 mm, Pttopatudlno javanica (von dem Busch, 1844) TA: 24,23 mm, LA: 16,01 mm Cangkang berukuran sedang dengan bentuk Habitat. Sungai, sawah, rawa, danau, saluran irigasi, cangkang membulat, sudut puncak 35-50° Arah terutama menyukai perairan menggenang putaran cangkang ke kanan. Cangkang agak tebal Lokasi. S.Gua Semuluh (Semanu). dengan pennukaan yang halus dan agak mengkilat. Catatan. Spesimen dari lokasi sungai Gua Semuluh Berwama kuning hingga kuning kecoklatan atau pennukaan cangkangnya polos tanpa ada pita gelap kuning kehijauan. Terdapat pita berwarna gelap tipis di bagian tengah seluk. Garis tumbuh aksial terlihat Suku THIARIDAE jelas terutama pad a seluk tubuh sedangkan garis spiral Thlara scabra (Muller, 1774) sangat tipis. Puncak cangkang runcing tetapi tidak Cangkang berukuran kecil dengan bentuk tajam berwama coklat kemerahan, Seluk berjumlah 5 cangkang con tong prndek, sudut puncak ± 56° Arah hingga 6 dengan sulur yang agak tinggi. Garis seluk putaran cangkang ke kanan. Cangkang tebal dan cembung, bentuk seluk membulat dengan besar seluk tidak transparan. Berwarna kuning hingga kuning tubuh % tinggi cangkang. Sutura tidak dalam. Mulut kecoklatan. Terdapat duri kecil pada bagian atas cangkang membulat. Tepi mulut cangkang lurus,tidak seluk di bawah sutura. Garis aksial terlihat lebihjelas menerus dan tidak tajam. Sisi kolumela tebal dan dibanding garis spiralnya. Puncak cangkang agak tinggi berwama putih. Pusat cangkang berbentuk celah. dan runcing. Seluk berjumlah 6. Garis seluk cernbung. Ukuran cangkang, TC : 30,92 mm, Le : 21,79 mm, bcntuk seluk bulat dcngan besar seluk tubuh 1/2 tinggi TA: 14,91 mm, LA: 11,53 mm cangkang. Sutura sempit dan berbentuk seperti anak Habitat. Sungai, danau, rawa, saluran irigasi tangga. Mulut cangkang oval memanjang. Tepi rnulut (menempel pada batuan di dasar atau tcpian perairan, cangkang kurva, menerus dengan jeda dan tajam. Sisi bersembunyi di dasar berlumpur, umumnya menyukai kolumela tebal dan berwarna kuning. Pus at cangkang perairan berarus tenang) tertutup. Lokasi. S. Kalisuci (Semanu), S.Gua Semuluh Ukuran cangkang. TC : 11,19 mm, LC : 6,14 mm, TA (Semanu), S. Oyo (Playen), S.Prambutan (Playen), S. : 5,32 mm, LA: 3,19 mm Beton (Ponjong), S.Petung (Ponjong). Habitat. Sungai atau danau (perairan berarus tenang Catatan. Jenis ini biasa disebut keong Tutut dan atau deras dengan dasar berbatu, lumpur atau pasir), ditemukan juga di sawah-sawah. beberapa dijumpai pula di perairan payau. Lokasi. S.Gua Gremeng (Ponjong), S. Oyo (Playen), S. Suku AMPULLARIIDAE mudal (Tepus), S.Beton (Ponjong), S.Luweng Grubug Pomacea canuliculata (Lamarck, 1822) (Sernanu), S.Gua Sernuluh (Sernanu), S. Prambutan Cangkang berukuran besar dengan bentuk (Playen). cangkang bulat, sudut puncak 85-90° Arah putaran Catatan. Spesimen yang dijunpai berukuran relatif cangkang ke kanan. Cangkang agak tebal dengan lebih kecil dibandingkan dengan Thiara scabra pada pennukaan yang beralur dan sedikit mengkilat. umumnya.

3 Keong dan Kerang dari Sungai-Sungai di Kawasan Karst Gunung Kidul Zoo Indonesia 2010. 20(1) 1-10

Melanoides tuberculata (Muller, 1774) TA: 10,83 mm, LA : 5,36 mm Cangkang berukuran sedang hingga besar Habitat. Perairan menggenang atau mengalir dengan bentuk cangkang con tong panjang, sudut Lokasi. S. Kalisuci (Sernanu), S. Gua Gremeng puncak ± 30° Arah putaran cangkang ke kanan. (Ponjong), S. Oyo (Playen), S. Mudal (Tepus), S. Beton Cangkang agak tebal dan tidak transparan. Berwama (Ponjong), S. Prambutan (Playen), S. Petung (Ponjong). kuning kecoklatan hingga coklat. Pada bagian seluk Catatan. M granifera memiliki keragarnan morfologi di bawah sutura terlihat adanya berkas lateral (flame) cangkang terutama terlihat pad a tinggi rendahnya berwama coklat kehitaman. Terdapat pita spiral sulur dan keberadaan pita coklat pada seluk tubuh berwama coklat tua di bagian seluk tubuh sekitar (Isnaningsih 2006). umbilikus dan pada 2 seluk di at as seluk tubuh. Pennukaan cangkang beralur tipis. Garis aksial dan Suku PACHYCHILlDAE garis spiral samajelas, pada beberapa spesimen, berkas Sulcospira testudinaria (von dem Busch, 1842) garis aksial pad a beberapa seluk sebelum seluk puncak Cangkang berukuran besar dengan bentuk terlihat sangat kuat hingga membentuk alur . Puncak cangkang contong panjang, sudut puncak ± 35° Arah cangkang tinggi, runcing, dan tajam. Seluk berjumlah putaran cangkang ke kanan. Cangkang tebal dan tidak 7-8. Garis seluk lurus, bentuk seluk membulat di bagin transparan. Berwama coklat hingga coklat kehitaman. tengah dengan besar seluk tubuh 1/3 tinggi cangkang. Pada bagian seluk di bawah sutura terlihat adanya Sutura tidak dalam. Mulut cangkang oval memanjang. berkas lateral «(lame) berwarna coklat kehitaman. Tepi mulut cangkang kurva, menerus dengan jeda dan Permukaan cangkang ha Ius. Garis aksiallebihjelas dari tajam. Sisi kolumela tebal dan berwarna kuning. Pusat pada garis spiral terutama pad a se luk tubuh. Puncak cangkang tertutup. cangkang tinggi dan runcing tetapi hampir semua Ukuran cangkang. TC : 32,97 mm, LC : 11,14 mm, spesimen puncak cangkang terkikis secara alami. Seluk TA: 10,09 mm, LA: 5,15 mm berjumlah 51/2 - 61. . Garis seluk lurus, bentuk seluk Habitat. Perairan berm-us lambat atau menggenang mernbulat di bagin bawah dcngan besar seluk tubuh 1/3 dengan dasar berbatu, lumpur atau pasir. Dapat tinggi cangkang. Sutura tidak dalam. Mulut cangkang bertoleransi dengan perairan payau. oval memanjang. Tepi mulut cangkang kurva, menerus Lokasi. S. Kalisuci (Semanu), S. Gua Grcmeng clan tajam. Sisi kolumela tebal dan berwama kuning. (Ponjong), S. 0)'0 (Playen), S. Kalirnudal (Tepus), Pusat cangkang tertutup. S. Beton (Ponjong), S. Prambutan (Playen), S. Gua Ukuran cangkang. TC : 36.20 mm, LC : 14.88 mm, Semuluh (Semanu), G. Jomblang (Ponjong). TA: 12,99 mm, LA: 7,64 mm Habitat. Sungai atau danau (perairan berarus tenang Melanoides granifera (Lamarck, 1822) atau deras) Cangkang berukuran sedang dengan bentuk Lokasi. S. Kalisuci (Sernanu), S. Gua Gremeng cangkang contong panjang, sudut puncak 29-30° Arah (Ponjong), S. Oyo (Playen), S. Beton (Ponjong), S. putaran cangkang ke kanan. Cangkang tebal dan tidak Prambutan (Playen). transparan. Berwarna coklat hingga coklat kehitaman. Pada bagian di bawah sutura dan periphery terlihat Suku BUCCINIDAE adanya pita spiral berwarna coklat tua. Perrnukaan Anentome helena (von dem Busch, 1847) cangkang beralur tip is. Garis aksial dan garis spiral Cangkang berukuran sedang dengan bentuk sama jelas. Puncak cangkang tinggi, runcing, dan cangkang contong, sudut puncak ± 40° Arah putaran tajam. Seluk berjumlah 6-7. Garis seluk lurus, bentuk cangkang ke kanan. Cangkang tebal dan tidak seluk membulat dengan besar seluk tubuh 1/2 tinggi transparan. Berwama coklat hingga coklat kehitaman. cangkang. Sutura tidak dalam. Mulut cangkang oval Pada bagian seluk di atas sutura dan pada periphery mernanjang. Tepi mulut cangkang kurva, menerus terlihat ad any a pita berwama putih. Pennukaan dengan jeda dan tajam. Sisi kolumela tebal dan cangkang beralur jelas. Garis aksial lebih jelas dari berwama kuning. Pusat cangkang tertutup. pada garis spiral. Puncak cangkang tinggi dan runcing, Ukuran cangkang. TC : 28,94 mm, LC : 10,74 mm, Puncak cangkang beberapa spesimen terkikis. Seluk

4 Keong dan Kerang dari Sungai-Sungai di Kawasan Karst Gunung Kidul Zoo Indonesia 2010.20(1): 1-10

berjumlah 5 - 51/2 . Garis seluk lurus, bentuk seluk arah umbo wama cangkang semakin memudar. Garis lurus dengan besar seluk tubuh 3/4 tinggi cangkang. tumbuh konsentris tersusun rap at dan sejajar. Di daerah Sutura tidak dalam. Mulut cangkang oval memanjang sekitar umbo, selain terlihat adanya garis konsentris dengan celah atau kanal kecil di bagian bawahnya. Tepi juga terdapat berkas garis zigzag. Garis radial tidak mulut cangkang kurva, menerus dan tidak tajam. Sisi terlihat. Permukaan dalam cangkang mengkilat kolumela tebal dan berwama kuning. Pusat cangkang berwama putih keperakan dan jingga. tertutup. Ukuran cangkang. PC: 48,62 mm, LC : 27,22 mm Ukuran cangkang. TC: 19,21 mm, LC: 8,33 mm, TA Habitat. Perairan berarus tenang atau deras dengan : 8,20 mm, LA : 3,94 mm dasar perairan pasir atau lumpur Habitat. Sungai atau danau , terutama pada perairan Lokasi. S. Prambutan (Playen) yang dipenuhi lumut atau tanaman air lainnya. Lokasi. S.Kalisuci (Semanu), S.Prambutan (Playen). Elongaria orientalis (Lea, 1840) Cangkang berukuran kecil hingga sedang, Anak kelas Pulmonata berbentuk oval memanjang dan agak pipih. Bagian Bangsa Basommatophora posterior lebih panjang dari bagian anterior dengan Suku LYMNAEIDAE ujung yang agak meruncing di bagian bawah. Ujung Lymnaea rubiginosa (Michelin, 1831) anterior membulat. Garis ligamen antara bagian Cangkang berukuran sedang dengan bentuk posterior dan anteriorhampir sejajar. Tonjolan umbo cangkang silinder, sudut puncak tidak begitu jelas terlihat dan biasanya terkikis. ± 60° Arah putaran cangkang ke kanan. Cangkang Wama cangkang hijau tua terutama di bagian ventral tipis, transparan dan mengkilat. Berwama kuning dan posterior, semakin ke arah umbo wama semakin atau kuning keemasan. Permukaan cangkang halus. pudar dan berangsur-angsur menjadi berwama kuning. Garis aksial lebiihjelas daripada garis spiral. Puncak Garis tumbuh tersususn konsentris, rapat dan sejajar. cangkang agak tinggi dan tajam. Seluk berjumlah 6. Mendekati daerah ventral terlihat adanya garis radial Garis seluk cembung, bentuk seluk datar dengan besar tetapi sangat tipis. Permukaan cangkang bagian dalam seluk tubuh 3/4 tinggi cangkang. Sutura tidak dalam. berwama putih keperakan dan mengkilat. Mulut cangkang memanjang. Tepi mulut cangkang Ukuran cangkang. PC: 38,43 mm, LC : 17,73 mm lurus, tidak menerus dengan jeda dan tajam. Sisi Habitat. Perairan berarus tenang atau deras dengan kolumela agak tebal dan berwama kuning kecoklatan. dasar perairan pasir atau lumpur Pusat cangkang tertutup. Lokasi. S. Prambutan (Playen), S. Oyo (Playen) Ukuran cangkang. TC : 22,35 mm, LC : 11,66 mm, TA: 15,57 mm, LA: 8,03 mm Suku CORBICULIDAE Habitat. Pada perairan berarus lambat atau menggenang Corbicula ja van ica (Mousson, 1849) Lokasi. S. Oyo (Playen), S. Beton (Ponjong), S. Cangkang berukuran kecil, berbentuk oval Prambutan (Playen), S. Petung (Ponjong). atau agak segitiga. Bagian posterior dan anterior simetris, masing-rnasing dengan ujung membulat. Kelas Bivalvia Garis ligamen antara bagian posterior dan anterior Suku UNIONIDAE sejajar. Tonjolan agak tinggi dan jelas terlihat. Contradens contradens (Lea, 1838) Warna cangkang hitam, kuning kehijauan, kuning Cangkang berukuran sedang hingga besar, hingga kuning kecoklatan, semakin ke arah ventral berbentuk oval. Bagian posterior lebih besar dari bagian wama semakin mud a dan mengkilat.Bagian umbo anterior. Ujung posterior meruncing di bagian bawah adakalanya terkikis. Garis tumbuh konsentris terlihat sedangkan ujung anterior membulat. Garis ligamen agak menonjol dan terlihat nyata, tidak begitu rapat dan bagian posterior lebih tinggi dan menaik dibandingkan sejajar. Mendekati daerah ventral terlihat adanya garis dengan garis ligamen anaterior. Tonjolan umbo terlihat radial tetapi sangat tipis. Permukaan cangkang bagian jelas. Wama cangkang hijau kecoklatan di bagian dalam berwama putih dengan wama kemerahan atau posterior dan coklat tua di bagian ventral, semakin ke ungu di bawah umbo. Bidang ligamen berwarna ungu.

5 Keon~ don Kerlln~ dsri Sungai·Sungai di KawlI8l1nKm! Ounung Kidul Zoo Indone9ia2010. 20(1): 1·10

Ukuran eangkang. PC : 23,98 mm, LC : 20,59 mm Keong dan kerang yang dari kawasan Karst Habitat. Perairan berarus tenang atau deras dengan Gunung Kidul (Gambar 2.) tidak pemah dijumpai di dasar perairan pasir atau lumpur. dalam perairan gua. Kelembapan yang tinggi di dalam Lokasl, S. Prambutan (Playen), S. Oyo (Playen), S. gua sebenamya menciptakan kondisi lingkungan yang Kalisuci (Semanu), sesuai bagi moluska, akan tetapi terbatasnya sirkulasi

Gambar 2. Beberapa moluska air tawar dari sungai-sungai di kawasan Gunung Kidul (1) Corbiculajavanica, (2) Contradens contradens, (3) Pomacea analiculata, (4) Filopaludinajavanica, (5) Lymnaea rubiginosa, (6)Anentome helena, (7) Sulcospira testudinaria, (8)Melanoides tuberculata, (9)Melanoides granifera (Foto. NR. Isnaningsih)

6 Keong dan Kerang dari Sungai-Sungai di Kawasan Karst Gunung Kidul Zoo Indonesia 2010. 20(1): 1-10

02-C02 justru membatasi kemampuan hidupnya. karena cangkang tersebut, terbawa aliran sungai yang Selain itu, suhu perairan di dalam gua yang relatif lebih mempunyai hulu di luar gua. rendah, dapat menurunkan aktivitas fisiologi organ- Sesuai dengan karakteristik kawasan karst, organ moluska. Kondisi intensitas cahaya yang kurang sungai-sungai di kawasan Gunung Kidul (Gambar 3) di dalam gua . menjadi faktor pembatas bagi alga, memiliki kandungan kalsium karbonat yang tinggi. Hal lumut dan tumbuhan air. Hal ini secara tidak langsung ini membuat kawasan karst seperti di Gunung Kidul . juga membatasi . keberadaan keong dan kerang yang menjadi habitat yang cocok untuk keong dan kerang sebagian besar rnemakan tumbuhan air, lurnut atau (Tweedie 1961). Kalsium karbonat sendiri merupakan alga (Hubendick 1958). Meskipun demikian selama bahan utama penyusun cangkang moluska (Beesley penelusuran di dalam gua, masih dapat dijumpai jenis et al. 1998), sehingga tidak mengherankan apabila moiuska darat yang hidup menempel di dinding-dinding spesimen keong dan kerang yang ditemukan memang gua yangbasah tetapi tidak terlalu jauh dari mulut gua, rata-rata memiliki cangkang yang tebal dan kuat. sehingga cahaya matahari masih sampai pada bagian Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Brodersen gua terse but. Cangkang keong adakalanya dijumpai & Madsen (2003), memang terdapat hubungan yang pada aliran-aliran sungai di dalam gua, kemungkinan linier antara besamya diameter cangkang (berat in-

Gambar 3. Lokasi pengambilan sampel moluska di area karst Gunung Kidul; (A) S. Kalisuci, aliran sungai masuk ke dalam gua. (B) Area di sekitar mulut gua yang menjadi habitat hidup keong darat. (C) S. Beton, contoh aliran sungai bebas tetapi masih termasuk dalam sistem perairan khas daerah karst. (Foto. Dok tim karst)

7 Keong dan Kerang dari Sungai-Sungai di Kawasan Karst Gunung Kidul Zoo Indonesia 20 I o. 20( I): 1-10

organik) dengan konsentrasi kadar kalsium. Bahkan, tinggi dalam proses kompetisi dengan jenis lain dalam konsentrasi kalsium juga mempengaruhi berat tubuh habitat yang sama. moluska (berat organik). Hal ini disebabkan karena Jenis lain yang juga hampir selalu dijumpai moluska yang hidup pada daerah dengan kadar kalsium pada lokasi penelitian adalah keong Sulcospira yang rendah, membutuhkan lebih banyak energi untuk testudinaria. Benthem Jutting (1956), memasukkan memproses kalsium menjadi eangkang. keongjenis ini (semula Brotia testudinariai dalam suku Moluska air t~war, memiliki tipe mikrohabitat Thiaridae bersama dengan Melanoides dan Thiara. sendiri yang berbeda untuk tiap jenis atau kelompok Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Kohler et. al taksanya. Keong Filopaludina javanica atau yang lebih (2004) dan Kohler dan Glaubreeht (2006) memisahkan dikenal dengan keong Tutut dijumpai pada 6 lokasi S. Testudinaria dari famili Thiaridae. Pemisahan sungai di kawasan Gunung Kidul. Selain di sungai, terse but didasarkan antara lain pada tipe operkulum keong ini sangat eoeok hidup di area persawahan (tutup eangkang) yang berbeda, dimana suku Thiaridae atau perairan menggenang lain. Dasar perairan yang memiliki inti operkulum di tepi dengan tipe paueispiral sedikit berpasir, lunak seperti lumpur atau lapisan sementara S. Testudinaria inti operkulumnya berada bahan organik seperti serasah daun merupakan habitat di tengah dan bertipe multispiral. S. Testudinaria yang coeok untuk keong Filopaludina. Soes et al. dijumpai pada 5 lokasi sungai di kawasan karst Gunung (2011), juga menginformasikan bahwa keong Kidul. Indrowati et al. (2003) dalam penelitiannya Filopaludina yang mulai menginvasi Eropa daratan yang dilakukan di Sungai Pepe, Surakarta menuliskan mampu bertahan hidup pada temperatur perairan 0- bahwa, S. Testudinaria dijumpai di perairan sungai 3,3°C. Pepe yang memiliki karakterisitik abiotik suhu 27,93 Keong Pomacea canaliculata atau yang lebih - 28,4°C, keeepatan arus 0,07 - 0,18 mldt, dan pH ± 7. dikenal dengan keong Mas, hanya dijumpai di satu Anentome helena dan Lymnaea rubiginosa lokasi saja yaitu di Sungai Gua Semuluh. Keongjenis ini dijumpai hidup di beberapa sungai di Gunung Kidul. memang lebih menyukai hid up di perairan menggenang Berbeda dengan golongan Thiaridae, A. Helena dan L. dengan substrat dasar yang berlumpur, seperti sawah rubginosa ditemukan dalam jumlah atau populasi yang dan rawa-rawa (Cazzaniga 2006; Martin et al. (200). lebih sedikit. Kedua jenis keong tersebut lebih banyak P Canaliculata merupakan keong introduksi dari dijumpai pada sungai-sungai yang dipenuhi oleh lumut Amerika yang masuk ke Indonesia pada awal tahun atau alga. Menurut Islam et al. (2001), keong-keong ini 80an. Jenis ini mampu beradaptasi dan berkembang memakan detritus organik dan membutuhkan zat-zat biak dengan pesat sehingga pada dasawarsa terakhir P hasil metabolisme tanaman air serta berasosiasi dengan Canaliculata menjadi ham a yang serius bagi tanaman tanaman tersebut dengan memanfaatkannya sebagai padi (Yusa et al.,2006; Hayes et al. 2008). tempat hidup. Melanoides tuberculata, M. granifera dan Jenis kerang-kerangan atau bivalvia jarang Thiara scabra yang tennasuk dalam suku Thiaridae, dijumpai di kawasan Gunung Kidul. Dari 12 lokasi banyak ditemukan menempel pada batu-batu di dasar sampling, jenis kerang-kerangan hanya dijumpai tepi sungai, atau menempel pada batang tanaman tepi pada 3 sungai, yaitu sungai Prambutan, sungai sungai yang terendam air. Menurut Giusti et al. (1995), Oyo, dan sungai Kalisuei. Pada tempat hidupnya, anggota Thiaridae biasanya tidak akan dijumpai pada kerang-kerangan dijumpai terbenam di dasar sungai. sungai yang berpeluang mengering sama sekali. Hewan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith dan ini, dapat bertoleransi pada tingkat salinitas yang Meyer (2010), keragaman jenis dan jumlah individu sedang sehingga masih bisa hidup pada bagian mulut- Unionidae di daerah hulu lebih tinggi dibandingkan mulut sungai yang berbatasan dengan laut. Jenis-jenis dengan daerah hilir. Selain itu, kerang-kerangan lebih ini seringkali dijumpai dalam populasi yang melimpah menyukai habitat dengan aliran air yang konstan dan terdistribusi seeara luas. Pointier et al. (1998) dan substrat dasar berupa pasir atau sisa-sisa bahan menjelaskan, tingginya densitas jenis-jenis Thiaridae organik. Kerang-kerangan kelompok Unionidae dan di suatu area, terjadi karena sifat phartenogenetic Corbieulidae bersifat filter feeder yang mendapatkan kelompok ini, dan juga kemampuan survival yang makanan dengan eara menyaring air dari lingkungan

8 Kcong dan Kerang dari Sungai-Sungai di Kawasan Karst Gunung Kidul Zoo Indonesia 20 I O. 20(1): l-lO sekitarnya (Al-Mamun dan Khan 20 11). Untuk The Southern Synthesis Fauna of Australia. kelompok Contradens kemampuan menyaring bahan Vol 5. CSIRO Publishing. Melbourne. organik dari lingkungannya ini didukung olch struktur Bcnthcm Jut! ing, W.S.S. Van. 1956. Systematic studies insangnya yang bersilia (Berry 1974). on the non-marine of the lndo- Australian Archipelago. V. Critical revision of KESIMPULAN the Javanese freshwater gastropod. Treubia, Keong dan kerang tidak dijumpai hidup 23 (2). dalam gua-gua di kawasan karst Gunung Kidul. Suhu Berry, AJ. 1974. Freshwater Bivalves of Peninsular perairan yang relatif rendah, terbatasnya sirkulasi with Special Reference to Sex and 02-C02 serta intensitas cahaya yang kurang rnenjadi Breeding. Malayan Nature Journal, 27: 99-110. faktor yang membatasi kemampuan hidup keong dan Brodersen, J., H. Madsen.2003. The effect of calcium kerang di dalam gua. Di sisi lain aliran-aliran sungai concentration on the crushing resistance, di kawasan tersebut menjadi habitat yang baik untuk weight and size of Biomphalaria sudanica moluska air tawar. Kandungan kalsium karbonat yang (Gastropoda: Planorbidae). Hydrobiologia, relatif': tinggi sesuai dengan karakteristik kawasan 490: 181-186, karst membuat moluska yang diternukan umumnya Cazzaniga, NJ. 2006. Pomacea canaliculata: Harmless memiliki cangkang yang tebal dan kuat. Berdasarkan and Useless in Its Natural Realm (Argentina). hasil koleksi diperoleh 8 jenis keong dan 3 jenis kerang Dalam : Global Advances in Ecology and anggota suku Viviparidae, Ampullariidae, Thiaridae, Management of Golden Apple Snails. RC Pachychilidae, Buccinidae, Lymnaeidae, Unionidae, Joshi and LS Sebastian (Eds), 37-60. PhilRice. dan Corbiculidae. Masing-masing jenis moluska yang Philippines. diternukan di sungai memiliki mikrohabitat tersendiri. Clernents, R., N.S. Sodhi., M. Schilthuizen, P.K.L. Ng. 2006. Limestone Karsts of : UCAPAN TERJMA KASJH Imperiled Arks of Biodiversity. BioScience, Penelitian ini didanai oleh proyek DIPA puslit Vo!. 56 No. 9: 733-742. Biologi L1PI "Inventarisasi dan Karakterisasi Biota Current, J.e. 2002. Kentucky is Karst Country! What Karst Pegunungan Sewu' penul is menyampaikan You Should Know About Sinkholes and ucapan terima kasih kepada Ibu Ristiyunti M. Spring. University of Kentucky, Information Marwoto., M. Si yang telah membcrikan saran dan Circular -I. Series XII. 35 hal. masukan, Saudari Riena Prihandini, tim Karst dan Day, M. clan P. Urich. 2002. An Assessment of Protected rekan-rckan Marala Bio-UGM yang turut scrta dalam Karst Landscapes in Southeast Asia. Cave and kcgiatan koleksi serta Saudari A lfiah yang mernbantu Karst Science, 61-70. selama kegiatan di Laboratorium Malakologi. Giusti, F.,G. Manganelli., PJ Schembri. 1995. The Non-Marine Molluscs of the Maltese Islands. DAFTAR PUSTAKA Monografie xv. Torino: Museo Regionale di Adji, T.N. 2011. Kondisi Daerah Tangkapan Sungai Scienze Naturalli. Bawah Tanah Karst Gunung Sewu dan Hayes K.A., R.e. Joshi, S.e. Thiengo, H. Cowie. 2008. Kemungkinan Dampak Lingkungannya Out of South America: Multiple Origins of Terhadap Surnberdaya Air (hidrologis) Non-native Apple Snails in Asia. Diversity Karena Aktivitas Manusia. http://www. and Distributions, 14 (4): 70 1-712 ~.~.I.ibd.com/doc/59346554/ Ansaman- Karst- Hubendick, B. 1958. Factors conditioning the Habitat 8.quife.r. Diakses tanggal20 Juni 2011. of Freshwater Snails. Bull World Health AI-ManlLlI1, A., M.A. Khan. 2011. Freshwater Mussels Organ, 8(5-6): 1072-1080 (Margaritifera ntargaritiferai: Bio-filter Kohler, F., T. van Rintelen., A. Meyer., M. Glaubrecht.

Against Water Pollution. World Applied 2004.Multiple Origin of Viviparity III Sciences Journal, 12 (5): 580-585. Southeast Asian Gastropods (: Beesley, P.L., GJ.B. Ross, A. Wells. 1998. Mollusca: Pachychi lidae) and Its Evolutionary

9 Keong dan Kcrang d.lr; SlIngaj,Sllngaj cl. Kawnsan K.n,[ Cunung Kidul Zoo InJ(1t1csia2010 20(I}' 1-10

Implications. Evolution, 58( I0):2215-2226. 2003. Forum Gcografi, Vol. 21, No. 1: 78 - 92. Kohler, F., M. Glaubrecht. 2006. A Systematic Robu, M. 2009. Groundwater Vulnerability Revision of the Southeast Asian Assessmentin the Motru Sec Karst Area, Freshwater Gastropoda Brat ia the Mehedinti Mountains. Trav. Inst. Speol. (Cerithioidea: Pachychilidae). Malakologia, «Emile Racovitza», t. XLVIII: 69-81. 48{ 1-2): 159-251. Smith, T.A., E.S. Meyer. 20 I O. Freshwater Mussel lndrowati, M .. Wiryanto., P. Setiyono. 2003. Jenis dan (Bivalvia: Unionidae) Distributions and pola Distribusi Gastropoda di Sungai Pe pe, Habitat Relationships in the Navigational Surakarta. Enviro, 32 : 14-20. Pools of the Allegheny River, Pennsylvania. Islam, M.N., G.R. Port., AJ McLachlan. 2001. The Northeastern Naturalist, 17(4):541-564. Biology of Lymnaea peregra (Muller) Soes, D.M., G.D. Majoor., S.M.A. Keulen. 2011. (Gastropoda: Pulmonata: Basommatophora) Bellamya chinensis (Gray, 1834) (Gastropoda: with Special Reference to the Effects of Viviparidae), a new alien snai!.species for the Herbicides on its Reproduction. On Line European fauna. Aquatic Invasions, 6( I): 97- Journal of Biological Sciences, 1(6):532-540. 102. Isnaningsih, N.R. 2006. Melanoides (GASTROPODA: Suhardjono, YR. 2006. Biospeleologi Indonesia : Thiaridae) di Kawasan Karst Pegunungan Kini dan nanti. Disarnpaikan dalam Seminar Sewu. Disarnpaikan dalam Seminar Nasional Nasional Biospeleologi dan Ekosistern Karst. Biospcleologi dan Ekosistern Karst. Tidak Tidak dipublikasi. dipublikasi. Tweedie.1961. On Certain Mollusca of Malayan Martin P.R .. A.L. Estebenet, N. J. Cazzaniga. 200 I. Limestone Hills. Bulletin of Raffles Museum, Factors A Ifect ing the Distribution of Pontacea 26: 49-65. canaliculuta (Gastropoda : Arnpullariidac) Widjanarko, S. 2011. Harta Terpendam di Gunung Along Its Southernrnost Natural Limit. Kidul Satu Per Satu Diketemukan. h t t P : 11 Malacologia, 43( 1-2) : 12-23. tengkoraksakt i. b logs pot .com/20091 121 Pointier, J.P., S. Samadi., P. Jarne., B. Delay. 1998. ~gkap- m is te ri-se iarah -dan -ke kava an . lntroduciion and spread of Thiara gl"lll/ifcra htm I. Diakses tanggal 20 Juni 2011. (Lamarck, 1822) in Martinique, Frellch West Yusa Y, N. Sugiura., T. Wada. 2006. Predatory Potential

lndics. Biodivcrsiry and Conservation, 7 : of Freshwater 011 an Invasive 1277 -I 2')0. Agricultural Pest, the Apple Snail Pomacea Ritohardoyo, S. 2007. Perubahan l'ermukirnan canaliculatu (Gastropoda: Ampullariidae), in Perdesaan Pesisir Kabupaten Gunung Kidul Southern Japan. Biological Invasions, 8, 137- Daerah lstimcwa Yogyakarta tahun 1996- 147.

10