UPAYA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI MELALUI LOCO TOUR UNTUK MENGEMBANGKAN POTENSI WISATA BLORA

Kristiani1 Al Sentot Sudarwanto2 Bambang Iskamto3

Abstract The purposes of this study are to reveal the natural potential to be developed as a natural tourist attraction, tours loco condition, condition of facilities, accessibility of natural tourist attractions, tourist activities undertaken visiting tourists, business activities in the field of nature tourism that can improve the community economy , and Department policy strategies in developing Perhutani loco tour as an effort to increase tourism and conservation of natural teak forests in Blora. This research was based on the development and nature ekploratif with data collection techniques with questionnaires, in-depth interviews, participant observation, and analysis of documents / archives. The validity of data the used peerdebriefing, triangulation of data and informants review the analysis techniques with interactive models. Conclusions The study showed that the potential of existing natural potential maximum but not enough developed, condition loco tour, physically feasible for use as tourist transportation management but it is not managed properly, the condition and accessibility of support facilities have comprehensive facilities and many of fasilities are not well cared for and destroyed, tourists visiting just to see and enjoy nature tourism, local arts and local foods, as well as the lack of cooperation between loco tour manager in this case KPH Perhutani Department Cepu with District Government, Department of Tourism, private, and communities

Keywords: Economics, Loco Tour, Ecotourism

1 Kristiani: Dosen pada FKIP Universitas Sebelas Maret 2 Al Sentot Sudarwanto : Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret 3 Bambang Iskamto : Dosen pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 113

A. PENDAHULUAN Selama beberapa tahun terakhir kembali agar dapat menunjang upaya bangsa menghadapi pelestarian lingkungan hidup, wisata masalah nasional yang cukup besar alam diharapkan dapat memadukan antara lain musibah stunami, tanah tourism dan coneservation. longsor dan banjir yang melanda di Upaya untuk menanggulangi berbagai daerah. Salah satu kerusakan lingkungan yang lebih penyebab musibah tersebut adalah parah diperlukam langkah nyata dan kerusakan lingkungan hidup yang segera, salah satunya melalui sektor semakin parah. Hal ini disebabkan pengembangan wisata alam yang oleh rendahnya kepedulian lebih dikenal dengan ekowisata. masyarakat terhadap pentingnya Tahun 2002 telah dicanangkan oleh menjaga kelestarian fungsi Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai lingkungan hidup, disamping pihak- tahun ekowisata Internasional (The pihak terkait belum secara optimal Ecotourism Year). Ini menunjukkan untuk mengatasi masalah tersebut. adanya kesadaran bahwa upaya Kerusakan lingkunan hidup yang menyelamatkan lingkungan hidup semakin parah tersebut perlu segera melalui ekowisata adalah penting mendapat penanganan yang intensif karena dua unsur tersebut memiliki dari berbagai pihak secara terpadu. hubungan simbiotik. Di satu sisi Secara internasional masyarakat lingkungan hidup merupakan aset sudah memberikan perhatian yang paling utama dalam pambangunan cukup besar pada upaya pelestarian ekowisata, di sisi lain ekowisata lingkungan hidup melalui berbagai dapat membantu melestarikan fungsi program green product and services lingkungan hidup recycling, iso, dan, energy savings ( Sektor wisata alam diperkirakan Raka Dalem, 2002). Pembangunan akan meningkat sebesar 25% per pariwisata, khususnya yang berkaitan tahun dan telah menghasilkan dengan kegiatan mass torism, pemasukan secara global sebesar selama ini dianggap telah 200 milyar dollar setiap tahunnya mengakselerasi kerusakan (Linberg & Hawkins, 1998), bahkan lingkungan hidup oleh karena itu pola disebutkan bahwa —ecotourism will pengembangan dan pengelolaan be a chief purpose for internasional pariwisata harus segera ditinjau

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 114

leisure travel in the fist part of the 21 Propinsi Jawa Tengah yang terletak st century: ( Ayala, 1996). di wilayah ujung timur propinsi Sektor pariwisata merupakan tersebut, berbatasan dengan Propinsi salah satu industri yang menjadi Jawa Timur. Meskipun kondisi andalan untuk meningkatkan tanahnya tandus dan kurang pemerolehan devisa non-migas. produktif untuk usaha pertanian, Pariwisata Indonesia telah wilayah ini memiliki sumber daya mengalami perkembangan yang alam yang melimpah berupa hutan cukup berarti semenjak tiga dasa dan minyak bumi. Sejak tahun 1998 warsa terakhir. Hal ini terlihat dari sampai sekitar tahun 2000 aksi meningkatnya jumlah kunjungan penjarahan hutan jati di Jawa Tengah wisatawan mancanegara dari tahun meningkat tajam yang ke tahun. Meskipun sempat mengakibatkan kondisi hutan jati mengalami penurunan semenjak tesebut baik dari segi frekuensinya terjadinya krisis ekonomi pada akhir maupun tingkat kerugian terbesar tahun 1997, jumlah kunjungan mulai terjadi di kawasan hutan jati menunjukkan kenaikan pada tahun Kabupaten Blora. Pada tahun 1998 1999. Bahkan pada tahun 2005 sebanyak 888.000 pohon jati dijarah, wisatawan yang berkunjung ke yang mengakibatkan kerugian Indonesia ditargetkan mencapai sebesar Rp. 18,746 milya(Kompas, 11.000.000 orang. (Kompas, 2002). 2000). Pada tahun 1999 jumlah Apabila perkembangan jumlah pohon jati yang dijarah meningkat wisatawan yang ke Indonesia sebanyak 1,85 juta dengan nilai semakin meningkat telah kerugian sebesar Rp 276,5 memberikan kontribusi ekonomi yang milyar,sementara para paeriode cukup besar kepada masyarakat Januari sampai Oktober, terdapat pelaku wisata. 1,215 juta pohon jati dijarah dengan Indonesia memiliki ribuan titik nilai kerugian mencapai Rp 256,2 wilayah potensial yang dapat milyar lebih (Solopos, 2000). Hutan dikembangkan sebagai daerah tujuan jati di wilayah Kesatuan Pemangkuan wisata. Salah satu titik potensial Hutan Randublatung, Blora, Jawa tersebut adalah kawasan hutan jati Tengah, tinggal 60 persen dari total Kabupaten Blora. Kabupaten Blora luas areal 32.1 ribu hektare. Kasus merupakan salah satu Kabupaten di illegal logging menjadi penyebab

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 115

utama kerusakan hutan di wilayah ini. variable yang saling terkait seperti Sementara 40 persen atau sekitar 12 persepsi masyarakat desa hutan hektare sisanya berupa hutan lindung bahwa hutan milik rakyat, dendam rata-rata usia 50 tahun, hutan masyarakat terhadap pemerintahan produksi sekitar 10 -40 tahun. Daerah orde baru, pengaruh kerusuhan Mei yang masih rawan terjadi pencurian 1998 melalui media masa, sebab kayu jati yaitu daerah Karang Anyar, provokasi pihak lain, krisis moneter Puntuk, Randublatung, dan Balong, pertengahan 1997, keterlibatan Trembes (Tempo, 2006). aparat pemerintah Perum Perhutani, Sedangkan kerugian akibat TNI dan Polri ( Solopos, 2000). gangguan keamanan hutan Namun demikian setelah meningkat 179%. Sebanyak 2,4 juta dilaksanakan Pengelolaan Hutan pohon jati dijarah, dan Bersama Masyarakat (PHBM) mengakibatkan sebesar Rp 37,360 penjarahan semakin lama semakin milyar (Kompas 2000). Luas hutan menurun, Di wilayah hutan, KPH Randublatung 32.464,1 ha, kecamatan Jati Blora, kehilangan terdiri dari hutan produksi seluas pohon akibat pencurian Agustus 31.261,2 ha dan hutan nonproduksi 2001 mencapai 556 batang, Agustus seluas 1.202,9 ha. Dari luas hutan tahun 2002 pencurian kayu menurun produksi tersebut, yang ditanami sebanyak 279 batang dan April 2003 22.179 ha dan sisanya 9.082,2 ha turun hanya 6 batang.setelah merupakan hutan nonproduktif pelaksanaan PHBM ( Kompas, termasuk di dalamnya tanah kosong 2003). akibat penjarahan hutan (Kompas. Hasil penjarahan kayu jati oleh 2000). Aksi penjarahan tersebut masyarakat, ditinjau dari segi diikuti oleh aksi-aksi yang tidak ekonomi masyarakat penjarah, beradab seperti pembakaran fasilitas sebetulnya tidaklah signifikan dengan Perum Perhutani, pengrusaan, serta risikonya baik dari sisi hukum, sisi penyanderaan aparat Perum lingkungan, sisi agama, dan sisi yang Perhutani oleh para penjarah dan lainnya. Kondisi tingkat ekonomi masyarakat pengikutnya. penduduk Blora adalah tergolong Aksi penjarahan hutan jati yang miskin. Hal ini terlihat pada tahun berlangsung tahun 1998-2000, 2000, dari 207.270 keluarga di Blora, diduga disebabkan oleh beberapa keluarga yang termasuk prasejahtera

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 116

sebanyak 57,6%; keluarga yang Kedung jambu. Ini dibangun agar termasuk sejahtera 1 sebanyak terbentuk kawasan hutan sebagai 23,5%; keluarga yang termasuk konservasi plasma nutfah yang sejahtera II sebanyak 11,5%, dan mampu menjadi ciri khas kabupaten keluarga yang termasuk sejahtera III Blora. Keutamaan lain model yang hanya 7,4%.( Blora dalam angka akan dikembangkan ialah akan 2002). Sedangkan dilihat dari sumber memberikan pembelajaran kepada daya manusia masyarakat Blora masyarakat terhadap pelestarian tergolong masih rendah. Pada tahun sumber daya (hutan), dengan 2000, dari jumlah penduduk usia 5 menggunakan loco tour sebagai tahun ke atas sebanyak 667.283 jiwa, upaya menanamkan kesadaran penduduk yang tamat PT dan konservasi sumber daya alam akademi hanya 1,2%; tamat SLTA terhadap generasi muda sejak dini dan sederajat sebanyak 7,9 %; tamat (Kompas, 2003). SLTP dan sederajat sebanyak Keprihatinan kerusakan 10.3%; tamat SD dan sederajad lingkungan, menurunnya sebanyak 35,6%; serta penduduk kesejahteraan penduduk lokal pada yang tidak tamat SD, belum dan tidak satu sisi, dan kemajuan sekolah sebanyak 45,0%. pembangunan yang bertumpu pada Sejak kawasan hutan yang aspek ekonomi semata, melahirkan terbentang luas dijadikan tempat paradigma pembangunan yang wisata, Blora langsung merengkuh secara komprehensif memahami dua keuntungan, 1). berupa retribusi prinsip-prinsip ekowisata. Karena yang meningkatkan Pendapatan Asli apabila kondisi tersebut dibiarkan Daerah, dan 2). pengakuan dari akan terjadi degradasi lingkungan masyarakat luar daerah, bahwa hutan jati yang semakin parah. Untuk ternyata tidak seburuk yang itu diperlukan solusi yang tepat agar dikatakan orang. (Suara Karya, kerusakan lingkungan yang lebih 2007). buruk tidak tejadi. penelitian ini Mulai tahun anggaran 2003-2004 dimaksudkan untuk membantu Perum Perhutani Kesatuan menyelamatkan lingkungan hutan jati Pemangkuan Hutan Randublatung, di Kabupaten Blora melalui ekowisata Blora membangun wisata hutan, di dengan loco tour yang diharapkan petak 109 RPH Jatikusumo BKPH

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 117

mampu meningkatkan ekonomi Perum Perhutani. Akan tetapi dengan masyarakat sekitar. dibangunnya berbagai taman Berdasarkan pada uraian diatas nasional, sebagian hutan jati yang sudah saatnya wisata alam di menjadi satu kesatuan dengan kawasan hutan jati Blora wilayah taman nasional, dikembangkan supaya dapat menarik pengelolaannya diserahkan kepada wisatawan sebanyak-banyaknya pihak taman nasional dan dijadikan sekaligus memimgkatkan ekonomi sebagai hutan suaka alam. masyatakat. Pengembangan Douglas ( dalam Roro Sugiarti, pariwisata alam itu dapat dilakukan di 2001) . Hutan adalah — ………a antaranya dengan pengembangan collection of trees and associated model pelestarian lingkungan hutan vegetation that creates ils own melalui ekowisata dengan loco tour climate or environment. Space, solitude, inspiration, habitat for Pariwisata di Kawasan Hutan wildife, and above all an opportunity Dengan Loco Tour for a person to practice a slight Juandi, dkk, 2005. Hutan degree of self-reliance can be found merupakan salah satu sumber alam in the forests for those who seek it. yang menjadi modal dasar Hal ini menunjukkan bahwa hutan pembangunan yang peruntukannya memiliki multi fungsi sesuai dengan bagi kesejahteraan rakyat. beragamnya kebutuhan manusia. Sedangkan Cosmas, dkk. Hutan fungsi hutan yang beragam tersebut merupakan salah satu dari beberapa dapat mengurangi eksploitasi hutan. sumber devisa negara dari hasilnya Lebih lanjut dikatakan, akhir-akhir ini berupa kayu maupun non kayu. kebutuhan manusia terhadap Hutan jati terdiri atas hutan-hutan rekreasi di luar rumah semakin yang dikelola oleh negara, dan hutan- meningkat dan bahwa hutan dapat hutan yang dikelola oleh rakyat. berfungsi sebagai lokasi rekreasi di Hutan jati rakyat adalah salah satu alam bebas yang menawarkan bentuk hutan yang umumnya berbagai kegiatan rekreasi kepada dibangun di atas tanah milik dan wisatawan. Bahkan dikatakan dikelola dalam bentuk wanatani. sebagai —Outdoor recreation has Sedangkan hutan jati kawasan hutan become a major factor in modern negara, pengelolaan dilakukan oleh living“

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 118

Pariwisata di kawasan hutan rangkaian kereta api yang ditarik merupakan rekreasi yang unik karena lokomotif tua buatan Maschinenbaun, daya tarik utamanya merupakan Jerman, tahun 1928. Obyek utama lingkungan alam yang rentan perjalanan ini adalah melihat hutan terhadap perubahan dan kerusakan, grandis yang dikelola dengan faktor-faktor fisik tertentu termasuk memperhatikan azas kelestarian., climate, topography, soil, water, serta mengunakan loco tour yang general environment mempengaruhi dipersiapkan khusus untuk para kualitas wisata yang dikembangkan wisatawan. Dengan melintasi hutan dikawasan hutan. Agar lingkungan jati di wilayah BKPH Cepu melewati hutan dapat memberikan kepuasan Pasar Sore, Blungun, Ngobo, Cabak, kunjungan kepada wisatawan, dan Ngebur. pengelola lingkungan hutan tersebut Untuk menuju loco tour, para harus disesuaikan dengan karaktristik wisataan dapat dengan kendaraan hutan dan prinsip pengelolaan dan roda empat atau bus melalui jalur pembangunan yang berwawasan Surakarta-Cepu (122 km), Surakarta- lingkungan. Purwodadi-Blora-Cepu (162 km), Mengeksplorasi potensi alam dan -Purwodadi-Blora-Cepu budaya di kawasan hutan jati di (162 km), Semarang-Cepu (182 km), Pulau Jawa untuk dikembangkan dan -Bojonegoro-Cepu sebagai daya tarik wisata minat (149km). Khusus perjalanan yang khusus. Potensi alam berupa hutan ditempuh dari Surakarta, jauh namun jati dengan berbagai flora dan fauna lebih menguntungkan bagi serta potensi seni budaya yang wisatawan. Sebab wisatawan dapat terdapat di dalamnya merupakan singgah terlebih dulu di Museum di daya tarik yang unik. (Marcelinus Kabupaten Sragen, atau Molo, dalam Rara sugiarti, 2001). menyaksikan keajaiban alam Salah satu sarana bagi Grobogan, Bledug Kuwu yang wisatawan untuk dapat melihat merupakan daerah penghasil garam wisata alam hutan Blora antara lain dimana bahan baku air asinnya dengan memanfaatkan kereta unik bersumber dari kawah yang ada di dan antic yaitu Loco tour yang dalam tanah. merupakan paket perjalanan wisata Sejumlah obyek wisata yang bisa di hutan jati KPH Cepu dengan disaksikan dalam perjalanan dengan

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 119

loco tour, juga ada tempat wisata Pengembangan Ekowisata Bentolo. Batokan, Bergojo, kegiatan Berdasarkan Prinsip Konservasi, Pengelolaan Hutan Jati berprinsip Partisipasi Masyarakat pelestarian hutan (penanamam, Ekonomi, Edukasi, dan Wisata pemeliharaan, tebang, angkutan), Pengembangan ekowisata serta Gubug Payung. Bergojo adalah apabila dikaitkan dengan semacam tempat penampungan air pertumbuhan ekonomi, merupakan yang terletak di tengah hutan. Di sini, suatu yang saling mempengaruhi, lokomotif sejenak mengisi air, pengembangan pariwisata secara sedangkan para wistawan dapat tidak langsung ikut mengatrol menyaksikan keelokan hutan Blora ekonomi bagi suatu daerah. Tetapi yang terkenal dengan pencuri ketika memaksimalkan pariwisata kayunya itu. Sekitar dua kilomter dari hanya untuk mengejar Pendapatan bengkel Traksi, peserta ditunjukkan Asli Daerah (PAD) merupakan suatu Tempat Penimbunan Kayu (TPK) kesalahan. Pariwisata adalah sebuah Batokan, seluas 36,2 hektar, berdaya investasi yang memiliki multiplier tampung 40.000 m3 kayu, effect pada sektor yang lain. bersebelahn dengan Pengolahan Sehingga dengan pengembangkan Kayu Jati Cepu. Setelah itu pariwisata diharapkan akan mampu wisatawan dibawa ke Gubug Payung meningkatkan ekonomi daerah yang merupakan tempat melalui partisipasi akif masyarakat peristirahatan, yang terletak pada yang memungkinkan masyarakat petak 1.092a BKPH Pasar Sore, terlibat secara langsung dalam wisatawan dapat melihat pohon- pengelolaan tempat pariwisata yang pohon jati tua yang berumur lebih pada akhirnya akan meningkatkan 100 tahun dengan menghitung ekonomi masyarakat setempat. lingkaran tahun pada penampang Ekowisata juga diyakini yang dipotong, berjumlah sekitar 108 beberapa pihak memiliki kemampuan lingkaran, selanjutnya wisatawan untuk membangun periwisata yang dapat melanjutkan perjalanan dengan ramah lingkungan dan berkelanjutan, meyaksikan hutan saradan, dan jika dikembangkan dan dikelola pengangkutan kayu jati secara berdasarkan prinsip-prinsip yang langsung. (Suara Karya. 2007). dikandungnya yaitu, (1).ekowisata sangat tergantung pada kualitas

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 120

sumber daya alam, peninggalan yaitu, (1). Prinsip Edukasi; (2). Prinsip sejarah dan budaya; (2). Ekowisata Wisata. (www.conservation.or.id). meningkatkan kesadaran dan Hal ini penting sesuai dalam apresiasi terhadap alam, nilai-nilai konsep konservasi, partisipasi peninggalan sejarah dan budaya; (3). masyarakat, Ekonomi, Edukasi dan Ekowisata memprioritaskan Wisata yaitu menjaga keseimbangan partisipasi masyarakat, sebagai salah antara pemenuhan kebutuhan untuk satu prinsip dalam mencapai melindungi sumber daya alam dan keberlanjutan. Oleh karena itu dalam budaya Memiliki kepedulian, konteks ekowisata maka sumber tanggung jawab dan komitmen daya alam jangan dipandang hanya terhadap pelestarian lingkungan alam sebagai sumber daya, akan tetapi dan budaya, melaksanakan kaidah- sumber daya alam harus dipandang kaidah usaha yang bertanggung sebagai aset, sehingga bagaimana jawab dan ekonomi berkelanjutan, mengelola sumber daya alam ini serta pembangunan bekaidah menjadi aset yang memiliki nilai ekologi, peka dan menghormati nilai- ekonomi tinggi. Pendekatan yang nilai sosial budaya dan tradisi harus digunakan para masyarakat setempat. kebutuhan pengembangan ekowisata harus pendidikan bagi wisatawan agar bersifat simbiotik, dimana para memahami makna tempat dan pelaku wisata berinteraksi aktif dan masyarakat sekitar serta mengetahui positif dengan kawasan yang etika berkunjung dan kebutuhan dikelolanya dan bukan bersifat untuk memberdayakan ekonomi parasitis. Untuk itu perlu upaya, masyarakat setempat agar melibatkan kepedulian banyak pihak, pengembangan ekowisata dapat untuk menekan laju kerusakan alam. memberikan manfaat ekonomi dan Dalam upaya mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan maka penerapan ekowisata masyarakat Pengembangan sebaiknya mencerminkan 3 (tiga) ekonomi berbasis konservasi, prinsip utama yaitu, (1). Prinsip Partisipasi masyarakat, Ekonomi, Konservasi; (2). Prinsip Partisipasi Edukasi dan Wisata, dimaksudkan Masyarakat; (3). Prinsip Ekonomi; untuk menghindari adanya trade-offs selain tiga prinsip diatas, dua prinsip sebagaimana telah banyak terjadi di penunjang juga perlu diperhatikan berbagai daerah tujuan wisata yang

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 121

hanya mementingkan manfaat menaikkan kesejahteraan penduduk ekonomi dari pembangunan lokal yang mendiami sekitar wilayah pariwisata namun mengesampingkan seperti jasa pemandu, pemilik keselamatan lingkungan hidup. Hal penginapan, driver, penjual cindera ini sering berakibat pada terciptanya mata, penjual makanan atau jasa dampak negative terhadap lainnya. lingkungan alam dan budaya yang Salah satu bentuk pengelolaan menjadi aset utama pengembangan hutan yang terpadu yaitu terencana, ekowisata. Dengan demikian hal intensif dan aspirasi meupakan yang perlu digaris bawahi adalah pengelolaan hutan melalui program menjaga keseimbangan antara pola Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang pengembangan dan karakteristik diharapkan mempunyai dampak lingkungan alam dan budaya yang terhadap perbaikan kondisi hutan dimiliki, mengutamakan aspek (rehabilitasi) dan sosial ekonomi pendidikan dalam rangka mengelola (kesejahteraan) masyarakat. lingkungan secara bertanggung Kemanfaatan Hutan Kemasyarakatan jawab dan berkesinambungan serta (HKm) berdasarkan suatu keputusan menekankan pada upaya pemerintah daerah yang merupakan mengembangkan perekonomian ijin pemanfaatan kepada suatu desa daerah untuk meningkatkan selama jangka waktu tertentu kesejahteraan masyarakat. Sektor biasanya lima (5) tahun. Kemudian ekowisata diharapkan dapat diperlukan kajian dan analisis menyumbang peran ekonomi secara mengenai dampak pelaksanaan mikro dan makro, seperti, Hutan Kemasyarakatan sebagai menghasilkan produk-produk wisata, salah satu upaya yang bertujuan kemasan, kualitas. Pelaku dan harga. mengembalikan kualitas hutan Manfaat ekonomi lain sektor sekaligus meningkatkan ekowisata dapat dilihat dalam ukuran pemberdayaan dan kesejahteraan devisa penerimaan negara sebagai masyarakat setempat. pajak, atau tenaga kerja, tenaga kerja Ditinjau dari aspek sosial bukan sektor ini terdistribusi pada lapangan hanya mengidentifikasi stakeholders kerja hotel, restauran, hiburan, tetapi juga mengorganisasikan cindera mata, dan barang/jasa sehingga menghasilkan manfaat dan penunjangnya. Sehingga dapat insentif ekonomi yang optimal bagi

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 122

masing-masing stakeholders. aktifitasnya telah melebihi daya Stakeholders dalam sektor ekowisata dukung lingkangan atau wilayah meliputi penduduk lokal. Pemerintah, akibat menerima suatu perubahan kelompok masyarakat nirlaba (LSM yang signifikan. Perubahan- atau sejenisnya), sektor swasta, dan perubahan tersebut berupa ancaman tentu saja wisatawan. Masing-masing potensial misalnya erosi, longsor, stakeholders mempunyai fungsi yang hilangnya spesies, kekeringan, atau memberi dan menerima aliran polusi. Dampak global ekowisata manfaat kepada satu sama lain. mempengaruhi secara signifikan Networking di antara stakeholders kehidupan. Dampak tersebut telah demikian komplek dan canggih diantaranya biodiversity, menipisnya didukung oleh sistem bisnis lapisan ozon dan perubahan iklim ekowisata yang modern dan global. Sebaliknya dampak tersebut terintegrasi. juga akan mempengaruhi sektor Sedangkan kualitas lingkungan pariwisata. merupakan komponen sangat Sasaran Ekowisata penting dalam aktifitas pariwisata dan Ekowisata pada dasarnya ekowisata. Hubungan tersebut merupakan bentuk kegiatan melibatkan beragam aktifitas yang pariwisata yang memanfaatkan dapat menghasilkan dampak-dampak kekayaan alam yang potensial untuk positif atau negatif. Dampak dikembangkan. Tujuan positifnya, lahirnya manfaat berupa pengembangan pariwisata adalah perlindungan dan konservasi meningkatkan, mengembangkan dan lingkungan. Sedangkan dampak melestarikan obyek wisata yang negatifnya adalah aktifitas-aktifitas berdaya guna dan berhasil guna selama pembangunan infrasrtuktur (Dinas Priwisata Jateng, 1993). jalan, jembatan, airport dan Dalam upaya meningkatkan sebagainya, hingga sarana wisata income masyarakat dan pemerintah seperti hotel, restoran, atau lapangn setempat, pemerintah perlu golf. Dampak-dampak tersebut dapat menggarap secara sungguh-sungguh bersifat langsung, atau tidak dapat potensi alam seperti hutan, gua, air terdeteksi saat sekarang. terjun, melalui pemberdayaan yang Dampak lokal ekowisata akan disesuaikan tuntutan zaman. terjadi ketika jumlah pengunjung dan Pemberdayaan yang dimaksud

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 123

adalah usaha-usaha pengembangan kualitas sumber serta kualitas yang bersifat menggarap alam kehidupan. tersebut dalam kegiatan pariwisata, Kualitas sumber dalam hal ini dengan tujuan meningkatkan mutu sangat tergantung pada cara sarana, produk, fasilitas, dan mutu bagimana suatu industri pariwisata pelayanan. Karena, kegiatan difungsikan. Oleh karena itu, perlu pariwisata merupakan semua merawat warisan sebagai bagian kegiatan yang berhubungan segala aktivitas manusia bagi kepentingan fasilitas-fasilitas yang diperlukan pariwisata, baik yang berupa artefak seperti: akomodasi, rekreasi, maupan keindahan alam sebagai pelayanan-pelayanan dan fasilitas- tempat wisata. Untuk memperoleh fasilitas lainnya yang diperlukan para kebutuhan infrastruktur, dalam wisatawan. memelihara unsur ekowisata . Pengembangan wisata alam diperlukan pemaduan yang kuat dari mutlak diperlukan adanya perangkat berbagai aspek. Karena itu warisan keras (struktur), dan perangkat tidak hanya cukup dilihat sebagai lunaknya (penampilan) dengan nilai itu sendiri, tetapi sebagai aset dukungan infrastuktur (hotel, yang dapat dimanfaatkan untuk restoran, transportasi dan mutu peningkatan kualitas kehidupan. pelayanan seperti misalnya Dengan demikian untuk mencapai ketrampilan bekerja guide, staf hotel kualitas kehidupan, sarana yang dan sebagainya). dikembangkan hendaknya melalui Scouten (1992), mengemukakan pengembangan pariwisata alam. perlunya arah pengembangan Itulah sebabnya dalam pariwisata yang sasarannya pemberdayaan ekowisata penduduk mencakup tiga bagian, yaitu (1) lokal dapat memperoleh keuntungan kualitas pengalaman (2) kualitas secara riil dalam pengembangan ini, sumber, dan (3) kualitas kehidupan. misalnya sebagai pekerja atau Keterkaitan ini mencerminkan filosofi pengusaha warung, pelaku atraksi yang mendasar dalam kesenian, maupun memasarkan hasil mengembangkan pariwisata. kerajinan. Bagaimanapun aspek Pengembangan aspek kualitas tidak ekonomi ini adalah sangat penting akan ada, jika tidak disertai dalam ekowisata. Secara skematis pemeliharaan dan pengembangan

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 124

dapat dilihat pada bagan segitiga pokok sasaran, dalam ekowisata :

1. Quality of life Integration in society Economic viability Social impact

2. Quality of the experience 3. Quality of the resources

Uniquences Integraty Curiousity Capacity Imagination Preservation

Bagan Sasaran Kegiatan Ekowiata

B. METODE PENELITIAN Para informan yang akan Penelitian ini bersifat research diwawancarai meliputi komponen : 1) and development yang dilakukan penjaga wana, 2) pengelola secara bertahap dalam waktu tiga pariwisata (swasta dan pemerintah), tahun. Tahun pertama dilakukan 3) wisatawan, serta 4) dinas pada tahun ke I, tahap kedua kehutanan, dan 5) pengamat atau dilakukan pada tahun ke II, dan tahap pemerhati pariwisata hutan. Informan terakhir pada tahun ke III. Penelitian swasta meliputi pimpinan hotel atau tahap pertama mendasari pada tahap public relation (PR), asosiasi biro berikutnya atau tahuk kedua, perjalanan wisata. Informan dari demikian pula temuan tahap kedua pemerintah dalam hal ini Dinas merupakan landasan bagi Pariwisata Seni dan Budaya. pengembangan tahap selanjutnya Sedangkan pemerhati mencakup atau tahap ke tiga. Dengan demikian akademisi lingkungan-pariwiwsata, rangkaian metode dari tahun ke wartawan lingkungan-pariwiwsata, tahun merupakan satu kesatuan yang LSM lingkungan. Informan pedagang integral dalam memecahkan masalah dan jasa, meliputi warung, penjual yang diteliti. souvenir, parkir, tiket masuk dll.

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 125

Informan bagian jasa bisa seperti dokumen berdasarkan tunjukan atau tukang becak, sopir angkut dan rekomendasi dari pihak informan guide. Data hasil informasi melalui sebelumnya. wawancara digunakan untuk Untuk menggali data dari sumber mengetahui persepsi pelaku wisata informan dilakukan dengan dan masyarakat dalam kaitannya menggunakan teknik wawancana dengan lingkungan dan konteks mendalam. Wawancara pariwisata, serta untuk mengetahui direncanakan secara terbuka dan capaian dan keadaan kelestarian bebas, tidak terstruktur tetapi terfokus lingkunngan dan peningkatan pada masalah yang diteliti kepada ekonomi masyarakat di sekitar informan yang dipilih. Sumber tempat tempat wisata. dan peristiwa yang digunakan Penelitian ini dengan pendekatan sebagai focus observasi meliputi kualitatif, yang menekankan proses beberapa tempat seperti tempat dari pada sekedar hasil. Metode wisata hutan, dan hotel serta penelitian tahun pertama lebih kegiatan ekonomi di sekitar tempat bersifat penjelajahan (eksploratif) pariwisata budaya. Sumber lain yang terhadap berbagai informasi yang akan dikaji adalah dokumentasi mampu mengungkap kedalaman ataupun arsip-arsip yang terkait. mengenai keberadaan seni Langkah pengumpulan data pertunjukan wayang kulit purwo selain ketiga sumber di atas ialah selama ini. Untuk mewujudkan tujuan dengan FGD (Focus Group tersebut akan dilakukan penelusuran Discussion) yang melibatkan ke berbagai sumber data yang ada stakeholders. Untuk mendapatkan dengan langkah terencana. keabsahan data, atau agar data yang Teknik sampling menggunakan diperoleh mencerminkan kenyataan purposive dan snow ball sampling. sebenarnya, dilakukan uji validitas Teknik purposive digunakan untuk dengan teknik peerdebriefing, memilih sample penelitian baik triangulasi sumber dan review informan, menentukan lokasi amatan informan. Peerdebriefing dilakukan dan seleksi informasi dokumen/arsip dengan cara diskusi dengan dilakukan dengan secara purposive. beberapa ahli (seni pertunjukan, Teknik snow ball digunakan untuk pariwisata, kebudayaan, ahli memilih informan, tempat dan ekonomi) yang setara

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 126

pengetahuannya dengan tim peneliti kebenaran informasi setiap informan (penulis), hal ini dimaksudkan untuk dilakukan review informan, hingga mempertajam dan untuk koreksi data terakhir hasil wawancara maupun untuk memperoleh mencerminkan reliabilitas data. masukan-masukan. Teknik Pengolahan data hasil penelitian triangulasi sumber juga dilakukan dilakukan dengan teknik analisis sebagai cara mempertinggi model interaktif atau model of kebenaran data, yakni dengan interactive (Miles dan Huberman, mengecek data dari beberapa 1984) yang meliputi komponen 1) sumber yang berbeda mengenai pengumpulan data, 2) reduksi data, masalah yang sama. Sedangkan 3) sajian data dan 4) penarikan langkah untuk mendapatkan kesimpulan (verifikasi).

Pengumpulan data

2. Sajian data

1. Reduksi Data

3. Penarikan

kesimpulan

C. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan Kabupaten Kabupaten Kondisi Geografis dan Rembang dan Kabupaten Pati di Kependudukan Kabupaten Blora utara, Kabupatan Tuban dan Kabupaten Blora secara Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah Geografis termasuk salah satu timur, Kabupaten Ngawi (Jawa Kabupaten di Jawa Tengah. Timur) di selatan, serta Kabupaten Ibukotanya adalah Blora, sekitar 127 Brobogan di sebelah barat. Blok km sebelah timur Semarang. Berada Cepu, daerah penghasil minyak di bagian timur Jawa Tengah, paling utama di Pulau Jawa, terdapat Kabupataen Blora berbatasan di bagian timur Kabupaten Blora. langsung dengan Provinsi Jawa Wilayah Kabupaten Blora terdiri Timur. Kabupaten ini berbatasan atas dataran rendah dan perbukitan

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 127

dengan ketinggian 20 œ 280 meter dan terendah 30 ml Dpl. Luas wilayah dpl. Bagian utara merupakan secara keseluruhan ±182.058.777 kawasan perbukitan, bagian dari Ha, sebagian besar luas daerah rangkaian Pegunungan Kapur Utara. berupa Hutan Jati dengan luas Bagian selatan juga berupa ±79.559.749 Ha. Kondisi iklim perbukitan kapur yang merupakan menyebabkan pebedaan curah yang bagian dari Pegunungan Kendeng, nyata antara musim kemarau dengan yang membentang dari timur curah hujan tahunan antara 1496 mm Semarang hingga Lamongan (Jawa sampai 2596 mm. Kabupaten Blora Timur), Ibukota Kabupaten Blora termasuk zona C3 dan D3 yang sendiri terletak di cekungan dicirikan bulan kering 4 œ 6 bulan, Pegunungan Kapur Utara. Separuh basah 3 - 5 bulan. Suhu udara rata- dari wilayah Kabupatn Blora rata bulanan berkisar antara 28,5ºC merupakan kawasan hutan, terutama sampai rata-rata tahunan sebesar di bagian utara, timur, dan selatan. 27.5ºC. Dataran rendah di bagian tengah Jumlah penduduk di Kabupaten umumnya merupakan areal Blora adalah 8.33.566 jiwa dan pada persawahan. Sebagian besar tingkat kecamatan antara 23.749 jiwa Wilayah Kabupaten Blora merupakan (kecamatan Bogorejo) sampai 87.207 daerah kritis air (baik untuk air minum jiwa (kecamatan Blora), kepadatan maupun untuk irigasi) pada musim penduduknya adalah 458 jiwa per kemarau, terutama di daerah km2 dengan variasi dari 1.5 pegunungan kapur. Sementara pada kecamatan Cepu sampai 221 musim penghujan, rawan banjir jiwa/km2 di kecamatan Jiken. longgsor di sejumlah kawasan. Kali Kepadatan tertinggi terdapat di Lusi merupakan sungai terbesar di kecamatan dekat pusat kegiatan Kabupaten Blora, bermata air di tinggi, misal Blora yang meliputi Pegunungan Kapur Utara kabupatan dan Cepu sebagai pusat (Rembang), mengalir ke arah timur perdagangan. Makin jauh dari pusat yang akhirnya bergabung dengan kepadatannya semakin kecil. Kali Serang. Penggunaan lahan di daerah Secara astronomi terletak pada penelitian didominasi oleh sawah BT 14º-15º-15º-111º.33º dengan seluas 89.859 ha, hutan jati seluas ketinggian maksimum ±250 m Dpl, 78.082 ha (40,77%), sedangkan

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 128

penggunan lainnya tardiri dari 18.011 jagung, kacang tanah atau cabai, ha (9.30%), padang rumput/tanah pisang, mangga, dan kelapa, kosong seluas 125 ha (0,06%), mempunyai luas sebesar (18,20%); semak (1,82%), dan pemukiman dan (3). Sistem pertanian lahan lerng 8 œ pekarangan seluas 16.724 ha 1 5 persen jenis komoditas padi (8,63%). Bahan induk tanah di sawah selaus (0,54%); (4). Lahan daerah Blora terdiri dari 6 jenis, yaitu kering untuk tanaman pangan aluvium (endapan), kolovium (bahan (kacang tanah), holtikultura (pisang, halus), batugamping, napal, batuliat, mangga, dan perkebunan (kelapa) dan batupasir berkapur. dengan lerng 8 œ 15 persen seluas Berdasarkan kelas kesesuaian (15,90%); (5). Pertanian lahan kering lahan, perwilayahan komoditas tanaman holtikultura (pisang, pertanian unggulan tanaman pangan mangga, dan durian) kelapa pada di kelompokan menjadi 5 sistem lereng 15 œ 30 persen seluas pertanian, yaitu: (1) sistem pertanian (13.17%). Secara Administrasi lahan basah dengan komoditas padi Pemerintah Kabupaten Blora dibagi sawah, jagung, cabai, kedelai dan dalam 16 wilayah terdiri dari 16 tembakau mempunyai luas sebesar Kecamatan dan 295 desa/kalurahan (29,50%); (2) Sistem pertanian lahan dideskripsikan pada tabel di bawah kering untuk tanaman pangan, ini. holtikultura dengan jenis komoditas

Tabel Jumlah Kalurahan, RW,RT, Desa Di Kecamatan Kabupaten Blora Tahun 2004 œ 2006

Kecamatan Kalurahan RW RT Desa (1) (2) (3) (4) (5) 1. Jati 0 94 311 93 2. Randublatung 2 91 398 95 3. Kradenan 0 50 214 46 4. Kedungtuban 0 64 415 45 5. Cepu 6 84 411 38 6. Sambong 0 39 169 30 7. Jiken 0 60 257 39 8. Bogorejo 0 45 191 37 9. Jepon 1 86 430 52 10. Blora 12 157 550 58 11. Banjarejo 0 75 400 76 12. Tunjungan 0 63 307 55

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 129

13. Japah 0 45 219 38 14. Ngawen 2 91 379 69 15.Kunduran 1 94 442 93 16. Todanan 0 76 336 77 Jumlah/total 2006 24 1.204 5.429 941 2005 24 1.204 5.429 941 2004 24 1.203 5.499 941 Sumber: Blora Dalam Angka 2006 BAPPEDA dan PBS Kabupaen Blora

Potensi Alam Yang Bisa Tingkat nasional maupun Dikembangkan Mancanegara. Adapun Wisata Budaa Kabupaten Blora kaya akan yang dimiliki masyarakat Kbupeten potensi Kepariwisataan Alam, Blora diantaranya adalah: (1). Adat/Budaya, Geologi, Sejarah, serta Kesenian Tayup; (2). Barongan ; (3). beraneka ragam Kesenian Wayang Krucil; (4).Wayang Tengul; Rakyat/Tradisional yang mempunyai (5). Kentrung; (6). Kotekan Lesung, kunikan atau daya tarik tersendiri di dan masih banyak lagi yang lain . kalangam wisatawan Nusantara dengan smakin brkembangnya maupun Mancanegara. kepariwisataan di Kabupataen Blora, Potensi Wisata budaya adalah potensi Wisata Budaya Blora sesuatu bentuk jenis potensi wisata samakin banyak diminati Wisatawan dengan berbagai atraksi kesenian Nusantara maupun mancanaegara rakyat/tradisional adat budaya yang baik lewat Event khusus maupun berkembang di masyarakat Paket Wisata daerah. Kapupaten Blora yang mampu berkiprah sebagai pndukung daya tarik Kepariwisataan Daerah di

Tabel. Potensi Wisata Alam/Buatan Kabupaten Blora No Nama Obyek 1. Obyek Wisata Goa Terawang 2. Obyek Wisata Waduk Bentolo 3. Obyek Wisata Gunung Mangir 4. Obyek Wisata Agrowisata Temanjang 5. Obyek Wisata Loco Tour 6. Obyek Wisata Geologi 7. Obyek Wisata Sayuran 8. Obyek Wisata Waduk Tempuran 9. Obyek Wisata Waduk Geneng

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 130

10. Obyek Wisata Taman Sarbini 11. Obyek Wisata Taman Budaya dan Seni Tirtonadi Sumber: Dinas Pariwisata dan budaya kabupataen Blora

Kondisi Loco Tour Tour terletak dilokasi kantor KPH Loko tua itu merangkak di atas Jalan Sorogo Cepu, sekitar 35 Km ke rel yang usianya tidak kalah tua, arah Tenggara kota Blora. yakni buatan tahun 1915. mesti Tempat Penimbunan Kayu sudah cukup tua, sama sekali tidak Batokan tampak kesan barang itu akan Lokasi penimbunan kayu membahayakan bagi orang yang Batokan. Bersebelahan dengan TPK, menumpanginya. Tentu, saja dari sisi wisatawan dapat menyaksikan teknis sudah diperhitungkan masak- kegiatan yang dilakukan KPH Cepu, masak. Termasuk perawatan rutin juga proses pembuatan funiture. yang terus dilakukan dengan biaya dimulai dari pengembangbiakan yang tidak murah.Menurut Humas pohon jati, jaringan dan kebun benih Perhutani KPH Cepu, Murdijatmo, klonal di Pusat jati atau Teak Centre “setelah lama tidur, Launching yang dikerjakan dengan alat-alat perdana wisata Loco Tour (loko Uap) yang sangat modern dan canggih, yang dikelola KPH Cepu itu terwujud berpadu dengan pola tradisional berkat keja sama antara Perum penanaman yang dikenal dengan Perhutani Unit I Jateng œ KPH Cepu “Saradan“, yakni menggunakan dan PT Patawi“ lebih lanjut tenaga sapi untuk mengangkut kayu dikataan,“diharapan, dengan jati yang telah ditebang ke kendaraan beroperasinya Loko Tour itu satu- truk atau Tenaga Sapi Sarad, cara satunya sarana wisata alam yang tradisional untuk mengangkut kayu dimiliki Blora itu akan bisa hidup jati di tarik lori, melalui jaringan rel kembali. Jika saja terealisasi, fungsi yang dibuat tahun 1916, Ladang sebagai sarana memperkenalkan Minyak, Lesungan, dan Wisma Blora kepada dunia luar akan bisa Perum Perhutani melengkapi nuansa efektif kembali. hutan jati. Kondisi Fasilitas Pendukung Aksesibilitas Terhadap Daya Tarik Bengkel Traksi Wisata Alam Bengkel Traksi merupakan Untuk menuju lokasi wisata ini stasiun awal perjalanan wisata Loco tidak sulit, lokasi mudah dicari dan

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 131

bisa ditempuh dengan kendaraan pengembangbiakan pohon jati, roda empat, ataupun kereta api lintas jaringan dan kebun benih klonal di Jakarta-Semarang œ surabaya. pusat jati atau Teak Centre yang diakses dari jalan raya utama Cepu œ sangat canggih, berpadu dengan Blora, seperti yang diungkapkan oleh pola tradisional penanaman, salah seorang Jaga Wana Teguh: pemelihaaan, penebangan oleh “di Sini (Gubug Payung) belum Blandong yaitu pekerja tebang yang ada sarana transportasi yang bisa profesional yang tinggal di desa masuk sampai monumen, sehingga para pengunjung harus membawa sekitar hutan, ienaga sapi sarad, cara kendaraan sendiri atau menyewa tradisional mengangkut kayu jati. kereta wisata“ Kemudian wisatawan melanjutkan disamping itu belum adanya perjalanan di tempat peristirahatan kerjasama antara pengelola dalam terletak di Monumen Hutan Jati Alam hal ini perhutani KPH Sepu dengan BKPH Pasar Sore KPH Cepu. Pemerintah Kabupaten, dinas Disinilah wisatawan beristirahat Pariwisata, swasta, juga pelaku sambil menikmati pohon jati tertua ekonomi masyarakat setempat. yang diperkirakan berumur 132 Kegiatan Wisata Yang Dilakukan tahun, dengan disuguhi penyanyi Wisatawan. bersuara merdu, penari tayub juga Wisatawan dapat menikmati makanan khas Kabupaten Blora nuansa alam hutan jati dengan Lontong Tahu, Sate dan Ayam Bakar. keunikan lingkungan dilokasi hutan Bisa juga disajikan sesuai permintaan jati Kesatuan Pemangku Hutan wisatawan. Perhutani Cepu.setelah perjalanan Kegiatan Pariwisata Dapat menempuh jarak 2 km, wisataan Meningkatkan Ekonomi. akan dibawa ke hamparan Tempat Kontribusi untuk daerah Penimbunan Kayu Batokan, merupakan salah satu unsur penting bersebelahan dengan Tempat bagi pembangunan perekonomian Penimbunan Kayu Batokan, Kabupaten Blora tetapi Kantor wisatawan dapat menyaksikan Pariwisata dan Kebudayaan proses pembuatan funiture, diolah Kabupaten Blora sangat hati-hati dan menggunakan mesin modern. selektif dalam menarik kontribusi Disamping itu wisatawan dapat sektor pariwisata, teutama sejumlah melihat mulai dari obyek pariwisata yang dalam taraf

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 132

pengembangan. Tidak semua obyek ke waduk ini di antaranya restoran di wisata di daerah ini otomatis ditarik tepi waduk seluas 3,5 hektar ini retribusi agar obyek tersebut bisa dengan menu utama ikan bakar dan berkembang terlebih dahulu. goreng, sejumlah becak air, dan Pengelola selalu menambah fasilitas rencananya juga akan dibangun agar makin banyak orang berkunjung sejumlah home stay. Tampaknya hotel-hotel di 3.124 kamar hotel terjual dengan kabupaten Blora, terlebih yang ada di jumlah tamu mencapai 3.384 orang. Cepu mulai bersolek dan berbenah setelah beberapa tahun terakhir agak D. Kesimpulan. sepi. Dengan adanya ekowisata 1. Kabupaten Blora kaya akan hutan jati dengan melihat atraksi potensi Kepariwisataan mulai persemaian bibit jati, Alam, Adat/Budaya, Geologi, pembibitan, penebangan, Sejarah, serta beraneka pengangkutan sampai melihat ragam Kesenian Museum Hutan Jati dengan Rakyat/Tradisional yang menggunakan alat transportasi yang mempunyai kunikan atau unik yang dikenal dengan Wisata daya tarik tersendiri di Loco Tour. Tentunya sedikit banyak kalangam wisatawan berdampak terhadap peningkatan Nusantara maupun hunian hotel di Blora dan Cepu. Mancanegara. Dalam catatan Kantor Pariwisata 2. Kondisi Loco Tour dan Kebudayaan Kabupatn Blora, Loko kererta api dengan terdapat 21 hotel berbintang dan tenaga uap buatan tahun Melati di Blora serta belasan 1928, dalam paket loko tour restoran. Dari data tersebut ada di Perhutani KPH Cepu. peningkatan jumlah penjualan kamar Selama ini, paket wisata hotel.bulan Desember 2005 Loco Tour masih layak sebanyak 2.402 kamar hotel terjual digunakan saebagai sarana dengan jumlah tamu mencapi 2.876 transportasi wisata hutan. orang, bulan Januari 2006 sebanyak 3. Kondisi fasilitas pendukung 2.876 kamar hotel terjual dengan a. Bengkel Traksi jumlah tamu mencapai 3.239 orang, Bengkel Traksi merupakan dan Bulan Pebruari 2006 sebanyak stasiun awal perjalanan

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 133

wisata Loco Tour terletak hutan di kawasan, Pusat dilokasi kantor KPH Jalan Penelitian dan Sorogo Cepu, sekitar 35 Km Pengembangan Perum ke arah Tenggara kota Perhutani Cepu mulai Blora. menerapkan silvikultur intensif dengan b. Tempat Penimbunan pengembangan Jati Plus Kayu Batokan Perhutani.. Lokasi penimbunan kayu 4. Aksesibilitas Terhadap Daya Batokan. Bersebelahan Tarik Wisata Alam dengan TPK, wisatawan Agak sulit untuk menuju dapat menyaksikan kegiatan lokasi wisata hutan dengan yang dilakukan KPH Cepu, Loco tour, dan belum ada juga proses pembuatan kendaraan umum yang funiture, dimulai dari tersedia untuk menuju pengembangbiakan pohon tempat lokasi tersebut, jati, jaringan dan kebun disamping itu belum benih klonal di Pusat jati adanyanya kerjasama atau Teak Centre yang antara pengelola dengan dikerjakan dengan alat-alat pihak-pihak terkait. 5. Kegiatan Wisata Yang yang sangat modern dan Dilakukan Wisatawan canggih, berpadu dengan Wisatawan dapat menikmati pola tradisional. nuansa alam hutan jati c. Monomen Hutan Jati dengan keunikan lingkungan Alam dilokasi hutan jati Kesatuan Lahan seluas 31,8 hektar, Pemangku Hutan Perhutani dengan jumlah pohon jati di Cepu.setelah perjalanan Monumen Gubug Payung ± menempuh jarak 2 km, 1.646 pohon, dengan usia wisataan akan dibawa ke lebih kurang 180 tahun. hamparan Tempat d. Puslitbang Perum Penimbunan Kayu Batokan, Perhutani Cepu bersebelahan dengan Dalam rangka meningkatkan Tempat Penimbunan Kayu produktivitas hutan serta Batokan, wisatawan dapat memulihkan sumber daya menyaksikan proses

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 134

pembuatan funiture, diolah bibit jati, pembibitan, menggunakan mesin penebangan, pengangkutan modern, sampai melihat Museum pengembangbiakan, dan Hutan Jati dengan melihat Moseum Hutan jati.. menggunakan alat 6. Kegiatan Pariwisata Dapat transportasi yang unik yang Meningkatkan Ekonomi dikenal dengan Wisata Loco Adanya beberapa obyek Tour. Tentunya sedikit wisata yang sedang banyak berdampak terhadap diberkembang dan digarap peningkatan hunian hotel di kerjasama dengan pihak Blora dan Cepu. swasta. Maka akan Dengan adanya obyek menjadikan perekonomian wisata yang akan daerah sekitar obyek wisata dikembangkan di menjadi meningkat dan Kabupaten Blora dan di ujungnya akan berdampak Cepu, juga adanya Blok secara tidak tidak langsung Cepu diharapkan oleh para kepada kontribusi pada kas penglola hotel akan dapat daerah. keterlibatan meningkatkan hunian hotel perusahaan minyak raksasa mereka,. Terlebih Exxon mobil dengan masyarakat Cepu menerima konsursium Indonesia yang dengan baik yang membawa menggarap sejumlah sumur dampak positif dalam minyak di Cepu, serta tidak perekonomian dan kalah menariknya ekowisata ujungnya akan memberi hutan jati dengan melihat kontribusi pendapatan atraksi mulai persemaian kepada daerah.

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 135

DAFTAR PUSTAKA Lingkungan Hidup, Surakarta: UNS (Laporan Ayala. H. (1996). Resor Penelitian) Eecotourism:A ParadigmFor http/www.wisataparlemen.com/front, The 21 st Century. Cornell (2007), Wisata Tur Mesin Hotel & Restaurant Uap di Hutan Jati Administration Quarterly, 3 http:/database.deptan.go.id/agrowisa (7). ta, Loco Tour: galery Bambang Winarto, 2008, http:/tranclassic.blogspot.com, 2008, Pemerintah Kabupaten Indo Classic Train Blora Rencana Kerja atuan http://www.suaramerdeka,com/haria Kerja Perangkat daerah, n/2007, Loco Tua Itu Blora: Kantor Pariwisata Beroperasi lagi dan kebudayaan. http://www2,kompas.com/kompas- Bambang Winarno, ( 2006), cetak/2006, Pesona Jati Kepariwisataan di Ratusan Tahun Kabupaten Blora, Blora: http://anshori.wordpress,com/2007, kantor Pariwisata dan Sejarah Blora Kebudayaan. http://www.wawasandigital.com/2008 Bappeda, BPS, (2006), Blora Dalam , Jati Terbesar dan Angka Tahun 2006, Blora. Termahal di dunia (1) Basuki Widodo, (2005), Kebijakan Ducatat Muri, terjual Rp 1 Pemerintah Daerah Miliar. Kabupaten blora Dalam http://regionalinvesment.com/2005, rangka Perlindungann Profil Daerah Kabupaten Hutan, Blora (Kebijakan Blora.Statistik Penduduk Pelestarian Hutan Lindung). Menurut Jenis Kelamindan Darmin Nasution. (1995). Faktor- Pendidikan. Faktor Penyebab http://www.indonesia.go.id/2007, Kemiskinan dan Wisata Kabupaten Blora Kesenjangan di Indonsia. http;//architecturetourism.wordprss.c Dalam Awan Setyo om/2007, Pariwisata Dewanto. (ed). Kemiskinan Industri stratgis abad 21. dan keasenjangan di http://www.ilusa.net/ 2007, Indonesia. : Mengeliatnya Pariwisata Aditya Media. Kabupaten Blora Dawam Raharjo. (1999). Program- http://www. Program Aksi Untuk Cobservation.or.id/Ekowisat Mengatasi Kemiskinan dan a, Konsep dan Pengertian, Kesenjangan pada PJP II. http;//www.wisata.parlemen.com/200 Dalam Awan Setyo 7 EkoWisata memberikan Dewanto. (ed). Kemiskinan Keuntungan Masyarakat dan kesenjangan di Lokal dan Sarana Indonesia. Yogyakarta: Konservasi Lingkungan Aditya Media http;//www.wisata.parlemen.com/200 Gamal Rindaryono. (2005). 7 Wisata Tur Mesin Uap di Pengembangan Wisata Hutan Jati Alam Berbasis Intetrpretasi Iwan Nugroho, ( 2004), Untuk Mendukung Upaya Ecotourism,Malang: Melestarikan Fungsi

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 136

Universitas Widyagama Schouten, Frans. 1992. —Cultural (Buku Ajar). Torism And Sustainable Kompas, (1999).Pardigma Baru Cultural Development“. Pengembangan Dalam Universal Torism Pariwisata.(7 Desember Enriching Or Degrading 1999) Culture?. Yogyakarta ------, (2000).Kerusakan Hutan Di Gadjah Mada University. Jawa Tengah.( 15 Maret Sekretaris Daerah Kabupaten Blora, 200) (2008), Peningkatan Linberg.K & Hawkins D.E.(eds). kemitraan Pengelolaan (1998).Ecotorism: A Guide Kwasan Hutanan dan for Planners and Manager. Pertambangan, Blora ( Vermont: The Ecotourism Makalah) Society. Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan: Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia Press. Pemerintah Kabupaten Blora, ( 2009), RencanaKerja Pemerintah Daerah Kabupaten Blora Tahun 2009, Blora (Peraturan Bupati Blora). Perum Perhutani, (2007) Standa Oprasional Prosdur Pengelolaan Kebun Pangkas dan Pembuatan Bibit Steak Pucuk jati Plus, Cepu: Puslitbang ...... , ( 2006) Panduan Sertifikasi Pengelolaan hutan Lestari di Perum Perhutani, Jakarta Raka Dalem, (2002).Ekowisata: Konsep dan Implementasi di Bali. Dinamika Kebudayaan, IV(3). Rara Sugiarti, (2000). Pelestarian Lingkungan dan Pengembangan Seni Budaya Di Kawasan Hutan Jati Blora Sebagai Altenatif Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembagan Pariwisata.Surakarta: UNS (Laporan Penelitian)

JUPE —Tourism Development Loco Tour.....“ 137