KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DALAM FILM (Analisis Semiotika Model Roland Barthes)

Skripsi Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)

Oleh: MUHAMMAD NAUFAL IRFANDY NIM: B06215025

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019 PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI

v

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

iii

ABSTRAK

Muhammad Naufal Irfandy, B06215025, 2019, Komunikasi Kepemimpinan dalam Film Moneyball (Analisis Semiotika Model Roland Barthes), Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci: Film, Komunikasi Kepemimpinan, Semiotika

Dasar yang melandari penyusunan penelitian ini adalah

fenomena penyampaian sebuah pesan mengenai komunikasi kepemimpinan baik secara eksplisit maupun implisit dalam bentuk karya sinematografi berupa film. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball. Dengan menggunakan pendekatan kritis dipadupadankan dengan analisis semiotika model Roland Barthes, diharapkan petanda dan penanda serta makna denotatif dan konotatif dalam ditemukan. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah temuan data mengenai simbol dan makna komunikasi kepemimpinan berupa tindakan seorang pemimpin yang mendengarkan suara para bawahan, memiliki rasa empati terhadap bawahan, memberi motivasi dan dukugan kepada bawahan, serta memberi reward dan juga punishment

yang sesuai. Peneliti memberikan rekomendasi yakni agar penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian serupa nantinya.

vi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN...... iv PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI...... v ABSTRAK ...... vi KATA PENGANTAR ...... vii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR GAMBAR ...... xiii

DAFTAR BAGAN...... xiv

BAB I: PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 5 C. Tujuan Penelitian ...... 6 D. Manfaat Penelitian ...... 6

E. Definisi Konsep...... 7 1. Simbol Komunikasi Kepemimpinan ...... 7 2. Film ...... 10 3. Analisis Semiotika Model Roland Barthes ...... 11 F. Sistematika Pembahasan ...... 12

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II: KAJIAN TEORETIK ...... 14

A. Kerangka Teoretik ...... 14 1. Kajian Pustaka...... 14 a) Simbol ...... 14 1) Pengertian Simbol ...... 14 2) Simbol dalam Komunikasi ...... 15 b) Komunikasi Kepemimpinan ...... 16 1) Pengertian Komunikasi Kepemimpinan . 16 2) Jenis-Jenis Kepemimpinan ...... 19 3) Pembentukan dan Karakteristik Seorang Pemimpin ...... 22 4) Kepemimpinan dalam Kelompok Olahraga ...... 24 c) Film ...... 30 d) Negara Bagian California, Amerika Serikat . 32 1) Gambaran umum California ...... 32 2) Sosio-Kultural Masyarakat California .... 33 3) Interaksi Kelompok di California ...... 35 e) Analisis Semiotika ...... 36

1) Pengertian Analisis Semiotika ...... 36 2) Analisis Semiotika Model Roland Barthes ...... 37 3) Film dalam Pandangan Semiotika...... 40 2. Kajian Teori ...... 41 3. Alur Pikir Penelitian...... 44 B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...... 46 BAB III: METODE PENELITIAN ...... 54

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...... 54 B. Unit Analisis ...... 55 C. Jenis dan Sumber Data ...... 55 D. Tahap-Tahap Penelitian ...... 56 E. Teknik Pengumpulan Data ...... 57 x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Teknik Analisis Data ...... 57

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 59 A. Gambaran Umum Subyek Penelitian ...... 59 1. Profil Film Moneyball ...... 59 2. Profil Sutradara Film Moneyball, Bennett Miller ...... 66 3. Sinopsis Film Moneyball ...... 68

B. Penyajian Data ...... 72 1. Scene 1: Permintaan ...... 72 2. Scene 2: Sisa Kontrak Art Howe ...... 76 3. Scene 3: Rapat Staff Kepelatihan ...... 80 4. Scene 4: Rumah Scott Hatteberg ...... 84 5. Scene 5: Ponsel Casey Beane ...... 91 6. Scene 6: Grady Fuson Tidak Senang ...... 95 7. Scene 7: Amarah Billy Beane ...... 99 8. Scene 8: Carlos Pena Didepak ...... 104 9. Scene 9: Keangkuhan David Justice ...... 108 C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ...... 112 1. Hasil Temuan Penelitian ...... 112 a) Mendengarkan Suara Para Bawahan ...... 113

b) Memiliki Rasa Empati Terhadap Bawahan 114 c) Memberi Motivasi dan Dukungan Kepada Bawahan ...... 115 d) Memberi Reward dan Juga Punishment yang Sesuai ...... 116 2. Konfirmasi dengan Teori ...... 118

BAB V: PENUTUP ...... 122

A. Kesimpulan ...... 122 B. Rekomendasi ...... 123

DAFTAR PUSTAKA ...... 124

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

2.1 Analisis Semiotika Model Roland Barthes ...... 38 2.2 Penelitian Terdahulu Skripsi Karya Moch. Chalid Firdaus ...... 46

2.3 Penelitian Terdahulu Skripsi Karya Rabella Misnawati . 48

2.4 Penelitian Terdahulu Skripsi Karya Tengku Abubakar .. 49

2.5 Penelitian Terdahulu Jurnal Karya Hamidah dan Ahmad Syadzali ...... 51

2.6 Penelitian Terdahulu Tesis Karya Nova Dwiyanti ...... 52

4.1 Daftar Anggota Tim Produksi Film Moneyball ...... 62 4.2 Daftar Penokohan Beberapa Karakter Film Moneyball .. 63 4.3 Penyajian Data Scene 1: Permintaan Billy Beane ...... 73 4.4 Penyajian Data Scene 2: Sisa Kontrak Art Howe ...... 76 4.5 Penyajian Data Scene 3: Rapat Staff Kepelatihan ...... 81 4.6 Penyajian Data Scene 4: Rumah Scott Hatteberg ...... 85 4.7 Penyajian Data Scene 5: Ponsel Casey Beane ...... 92 4.8 Penyajian Data Scene 6: Grady Fuson Tidak Senang ..... 96 4.9 Penyajian Data Scene 7: Amarah Billy Beane ...... 100 4.10 Penyajian Data Scene 8: Carlos Pena Didepan ...... 105 4.11 Penyajian Data Scene 9: Keangkuhan David Justice .. 109

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR GAMBAR

4.1 Sampul Depan Film Moneyball ...... 59

4.2 Foto Sutradara Film Moneyball, Bennett Miller ...... 66

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR BAGAN

2.1 Alur Pikir Penelitian...... 44

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Tiap jiwa yang terlahir di era masyarakat modern akan sangat sulit untuk melepaskan diri dari pengaruh media massa. Faktanya, mayoritas dari topik aktual yang biasa didiskusikan dalam sebuah komunitas masyarakat

itu sendiri adalah topik yang berasal dari kehadiran media massa itu sendiri. Sekelompok beranggotakan bapak-bapak yang sedang jagongan tidak mungkin dapat dengan lugas berdebat antara satu sama lain tentang situasi politik jelang pemilu, jika tidak mendapatkan informasi dari media massa elektronik seperti televisi dan radio. Pun seorang dosen tidak mungkin dapat menjelaskan mengenai sebuah teori kepada mahasiswanya, jika tidak belajar terlebih dahulu melalui media massa cetak seperti buku. Kedua ilustrasi tersebut menjelaskan bahwa kehadiran media massa membawa hal yang positif, selama masyarakat sebagai komunikan yang heterogen sanggup melakukan proses peyaringan terhadap segala jenis pesan yang ditransmisikan oleh media massa. Media massa sendiri adalah sebuah saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern.1 Media massa seringkali menampilkan pesan yang berhubungan dengan realitas-realitas yang terjadi di sekitar masyarakat untuk menarik minat masyarakat sebagai komunikannya. Salah satu media massa yang kerap mempresentasikan bentuk realitas yang tak jauh

1 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Depok: Rajawali Press, 2017), hlm. 4 1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

dari kehidupan masyarakat adalah film. Film sendiri

merupakan sarana komunikasi atau medium yang digunakan oleh sang pembuat untuk menyampaikan pesan atau pengaruh tertentu kepada para audiensnya.

Pesan-pesan yang dipresentasikan dalam film dapat meliputi informasi dan pengetahuan mengenai suatu subjek yang difilmkan, hingga propaganda dari pihak yang memiliki kepentingan untuk mengajarkan suatu nilai ideologi, nasionalisme, budaya, dan sosial.2 Maka dari itu sudah bukan menjadi rahasia umum lagi jika masyarakat banyak menganggap film sebagai lembaga 3 pendidikan non-formal. Karena terdapat proses penyampaian pesan dan kebanyakan orang hanya menonton film untuk hiburan semata, maka film haruslah menjadi sebuah media yang menarik baik dari segi audio maupun visual untuk dapat ditangkap pesan- pesanya.4 Dalam proses penyampaian pesan pun sang pembuat film tetap harus memperhatikan segmentasi pasar yang diincar. Pesan-pesan yang dituju harus sesuai dengan kapasitas komunikan dalam menangkap pesan. Kelompok umur dan tingkat pendidikan komunikanlah yang menjadi faktor penting bagi pembuat film dalam mempertimbangkan suatu pesan untuk disampaikan. Komunikasi dalam kepemimpinan memiliki kontribusi besar karena seorang pemimpin ditunjuk

2 Teguh Trianton, Film Sebagai Media Belajar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. ix

3 Sigit Surahman, Media Film Sebagai Konstruksi dan Representasi Sosial, dalam

https://www.academia.edu/9613958/Media_Film_Sebagai_Konstruksi_dan _Representasi?auto=download, diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pukul 12.49 WIB 4 Nurul Muslimin, Bikin Film, Yuk!, (Yogyakarta: Araska, 2018), hlm. 22 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

karena memiliki kapasitas dalam melakukan proses

komunikasi. Kepemimpinan sendiri adalah proses memberi pengaruh kepada tiap bagian dari organisasi, maka dari itu seorang yang diangkat menjadi pemimpin

wajib hukumnya untuk menjadi komunikatif.5 Sejalan dengan berkembangnya studi psikologi kontemporer yang menyatakan bahwa 80% dari keberhasilan seseorang ditentukan oleh kemampuannya dalam pengelolaan diri dan kecerdasan emosional dalam hubungannya dengan orang lain, sedangkan 20% sisanya adalah kontribusi dari kecerdasan intelektual.6 Dari pernyataan studi psikologi kontemporer itu dapat dipadukan dengan kesuksesan dalam komunikasi kepemimpinan, bahwa pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang selain mampu mengendalikan kecerdasan emosi juga mampu mengelola hubungan dengan orang lain, baik yang berada di dalam maupun luar organisasi. Kecerdasan intelektual sendiri adalah kemampuan yang hanya dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas pribadi saja, bukan tugas kelompok secara kolektif. Pesan-pesan komunikasi kepemimpinan sering kali menjadi komoditas bagi para produsen film untuk diangkat realitasnya dalam sebuah karya sinematik. Apalagi jika komunikasi kepemimpinan tersebut disadur dari kisah nyata para tokoh inspiratif. Tentu saja film bertemakan komunikasi kepemimpinan berdasarkan kisah nyata akan sangat bisa meraih atensi dari kaum

5 Moh. Salim Al-Djufri, Kepemimpinan, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014) hlm. 101 6 Akh. Muwafik Saleh, Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi, (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2016), hlm. 45 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

milenial yang saat ini memang memiliki kecenderungan

untuk mencari inspirasi dan motivasi lewat media massa. Karena fenomena tersebut, produsen-produsen film berlomba-lomba untuk memproduksi film-film dengan

menyisipkan pesan komunikasi kepemimpinan di dalamnya. Moneyball merupakan sebuah judul film bergenre drama dan olahraga yang menampilkan pesan komunikasi kepemimpinan di dalamnya. Film ini diproduksi oleh Scott Rudin Productions, Michael De Luca Productions, serta Plan B Entertainment dan didistribusikan secara global pada tahun 2011 oleh Columbia Pictures.7 Film karya Sutradara Bennett Miller ini adalah saduran dari kisah nyata seseorang bernama William Lamar Beane III atau akrab dipanggil Billy Beane, yang sudah terlebih dahulu dipublikasikan dalam buku berjudul Moneyball: The Art of Winning an Unfair Game karya Michael Lewis. Billy Beane yang diperankan oleh aktor kelas atas Brad Pitt merupakan seorang duda yang bekerja sebagai manajer umum sebuah klub bisbol bernama di Amerika Serikat. Film berdurasi 133 menit ini secara umum menyampaikan pesan tentang komunikasi kepemimpinan Billy Beane dalam mengelola dan mengatasi konflik yang timbul dalam klub tersebut. Pesan komunikasi kepemimpinan yang disampaikan dalam film Moneyball dipresentasikan secara tersirat atau implisit. Pesan komunikasi kepemimpinan dikemas melalui berbagai scene seperti adegan konflik Billy Beane dengan pemain yang

7 http://en.wikipedia.org/wiki/Moneyball_(film), diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pukul 13.43 WIB digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

sombong dan stafnya yang tidak mematuhi instruksi dan

terkesan melawan, proses negosiasi dengan petinggi klub lain untuk mendapatkan pemain incaran, dan juga kedewasaan Billy Beane dalam menyikapi bayangan

penyesalannya di masa lalu yang lebih memilih menjadi pemain bisbol profesional daripada menerima beasiswa dari Stanford University ketika lulus dari Sekolah Menengah Atas, yang nantinya akan menjadi pemantik munculnya sifat kepemimpinan dalam diri Billy Beane. Selain penyampaian pesan melalui cerita, film ini juga menyuguhkan efek sinematografi, editing, dan juga sound mixing sesuai yang akan menarik sisi emosional penonton sebagai komunikan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti merasa bahwa pengkajian mengenai komunikasi kepemimpinan perlu untuk dilakukan. Selain itu, film Moneyball juga mengandung pesan dan nilai yang dibutuhkan dalam menyusun penelitian tentang

komunikasi kepemimpinan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah Untuk memfokuskan penelitian ini, maka peneliti memberi batasan dan lebih tertuju pada adegan- adegan yang mengandung pesan komunikasi kepemimpinan saja. Berdasarkan batasan tersebut,

rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball?. 2. Bagaimana makna denotatif dan konotatif simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball?.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada hakikatnya adalah untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah, dengan kata lain adalah hasil akhir yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penenelitian. Maka dari itu tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball. 2. Untuk memahami dan mendeskripsikan makna simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat dipetik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Besar sekali harapan peneliti agar hasil dari pemelitian ini dapat berkontribusi dalam pengembangan keilmuan khususnya tentang komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rekomendasi ketika hendak memahami pesan komunikasi kepemimpinan yang terkandung dalam film Moneyball.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

E. Definisi Konsep Untuk mengawali penelitian dengan baik, diperlukan sebuah wadah yang berisikan berbagai penjelasan mengenai definisi-definisi konsep yang akan digunakan selama proses penulisan. Karenanya, peneliti diharuskan memberi batasan dan juga penjelasan singkat

tentang definisi yang akan digunakan dalam penelitian ini. 1. Simbol Komunikasi Kepemimpinan Menjadi seorang pemimpin tidak hanya sebatas duduk di kursi yang nyaman dan membiarkan orang- orang yang posisinya berada di bawah untuk melakukan pekerjaan berat sesuai dengan perintah. Semua orang tahu bahwa setiap bawahan pasti akan mengikuti perintah atau instruksi dari pemimpinnya, tetapi tidak banyak orang tahu bahwa kualitas keefektifan penyampaian perintah atau instruksi tersebut juga mempengaruhi kualitas hasil kerja dari bawahan. Agar instruksi yang disampaikan kepada

para bawahan dapat diterima dan dimengerti dengan baik, diperlukanlah kemampuan berkomunikasi yang baik pula. Kecakapan seorang pemimpin ditentukan juga dari bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain. Istilah komunikasi dari segi bahasa berasal dari bahasa Inggris communication yang juga merupakan kosa kata dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang memiliki arti “sama”. Arti kata “sama” disini memiliki arti “sama makna”.8 Sedangkan menurut Effendi (1986: 17), komunikasi adalah proses menyampaikan suatu pernyataan (simbol) dari seorang individu ke

8 Onong Uchjana Effendi, ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Karya, 1985), hlm. 11 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

individu lain sebagai konsekuansi dari adanya hubungan sosial.9 Dengan demikian, yang dinamakan komunikasi adalah sebuah proses yang digunakan seseorang untuk menyampaikan suatu simbol yang dapat berupa ide, gagasan, pernyataan, perasaan, dan lain sebagainya dengan tujuan tertentu,

yakni salah satunya untuk memberi pengaruh kepada orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki.10 Mendengar kata kepemimpinan memang selalu dikaitkan dengan kata dalam bahasa Inggris yaitu leadership, karena memang kata kepemimpinan sendiri adalah kata terjemahan. Kata leadership memiliki bentuk dasar leader yang berarti ‘pemimpin’ atau ‘pimpinan’.11 Kepemimpinan memiliki definisi yang berubah- ubah selama satu abad terakhir ini. Definisi tertua diperkirakan muncul di tiga dekade awal abad ke-20 yang menekankan pada kontrol penuh dan

sentralisasi kekuasaan dengan tema umum tentang 12 dominasi. Tentu saja penetapan definisi yang dilakukan oleh ahli-ahli pada masa itu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi aktual seperti masalah politik. Setelah itu, hampir setiap dekade selalu muncul perdebatan karena ketidakcocokan tentang pengertian kepemimpinan. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai definisi pasti dari

9 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 1986), hlm. 17

10 Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi, (Surabaya: Jaudar Press, 2015), hlm. 7

11 Tikno Lensufiie, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa, (Jakarta: Esensi, 2010), hlm. 2 12 Peter G. Northouse, Kepemimpinan: Teori dan Praktik, Edisi Keenam, (Jakarta: Indeks, 2013), hlm. 2 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

kepemimpinan, terdapat empat komponen tetap yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan yaitu: kepemimpinan merupakan sebuah proses; kepemimpinan adalah untuk memberikan pengaruh; kepemimpinan terjadi dalam lingkup kelompok; kepemimpinan membutuhkan suatu tujuan

bersama.13 Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan komponen tersebut bahwa definisi dari kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu memberikan pengaruh kepada individu-individu lain dalam lingkup kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan yang efektif seringkali membutuhkan kemampuan yang baik dapat mengantisipasi kemungkinan akan gangguan dalam menyampaikan pesan. Kemampuan komunikasi dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan dinamakan komunikasi kepemimpinan. Menurut Barrett (2014: 7) komunikasi kepemimpinan adalah

sebuah proses penyampaian makna yang terkontrol dan terarah, yang digunakan seseorang untuk memberi pengaruh kepada satu orang atau satu kelompok dengan menggunakan berbagai bentuk kecakapan berkomunikasi dan sumber daya mereka untuk terhubung secara positif, mengantisipasi gangguan, dan menciptakan pesan yang bersifat memandu, mengarahkan, memotivasi, atau menginspirasi orang lain untuk bertindak.14

13 Ibid, hlm. 5 14 Deborah Barrett, Leadership Communication Fourth Edition, (New York: McGraw-Hill, 2014), hlm. 7 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Film Menurut definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).15 Menurut Irawanto

(1999: 13), film adalah potret masyarakat dimana film tersebut diproduksi, karena film selalu menyajikan hasil rekaman mengenai suatu gambaran sosial yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat. Rekaman itulah yang dinamakan film dan yang kemudian diproyeksikan ke atas layar.16 Secara garis besar, film adalah bentuk dari pemanfaatan teknologi di bidang media massa. Unsur realitas masyarakat seperti potret keseharian, fantasi, hingga kritik sosial dikemas dalam bentuk karya sinematik yang berisi kumpulan gambar dan suara. Karya sinematik tersebut dinamakan film. Selain menyampaikan suatu pesan, film juga

memiliki kekuatan besar sebagai media pembujuk atau persuasi. Berdasarkan jenisnya, film dapat dibedakan menjadi dua yakni film fiksi dan non-fiksi. Film fiksi adalah film yang ide narasi ceritanya muncul berdasarkan kekuatan imajinasi dan karangan sang pembuat film. Sedangkan film non-fiksi adalah film yang menceritakan tentang kejadian (event) dan pengalaman (experience) sesungguhnya dan bukan merupakan hasil rekaan sang pembuat film. Film Moneyball yang dikaji dalam penelitian ini jelas termasuk ke dalam kategori film non-fiksi,

15 https://kbbi.web.id/film, diakses pada tanggal 19 Maret 2019 pukul 06.08 WIB 16 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 128 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

karena murni menceritakan tentang realitas kejadian (event) yang dialami oleh Billy Beane dalam karir manajerialnya di dunia bisbol. Selain itu dari aspek pesan, film ini juga menyampaikan tentang simbol komunikasi kepemimpinan kepada khalayak.

3. Analisis Semiotika Model Roland Barthes Secara bahasa, istilah semiotika atau semiologi merupakan kosa kata Bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri dapat dijelaskan sebagai atau sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.17 Menurut Roland Barthes (1988:179) dan Kurniawan (2001: 53), semiotika adalah ilmu atau metode analisis yang digunakan untuk mengkaji data. Pada hakikatnya, semiotika bertujuan untuk mengkaji bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai (to signify) hal- hal (things). Memaknai tidak dapat dicampuradukan

dengan mengkomunikasikan (to communicate). Dari sini dapat diketahui bahwa memaknai memiliki arti bahwasanya objek tersebut tidak hanya menyimpan informasi, tetapi objek tersebut ingin berkomunikasi, dan juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.18 Model analisis semiotika yang dikenalkan oleh Roland Barthes merupakan pengembangan dari model hasil pemikiran serupa dari Ferdinand de Saussure. Model ini menekankan pada hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Roland Barthes melontarkan konsep yang oleh John

17 Indiwan Seto Wahjuwibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Edisi 3, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2018), hlm. 7 18 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hlm. 15-16 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Fiske dianggap sebagai signifikansi dua tahap (two order of signification). Pada tahap pertama, Signifikansi lebih menekankan pada hubungan antara penanda atau ekspresi (signifier) dan petanda atau isi (signified), hal tersebut yang kemudian dikenal sebagai denotasi. Sedangkan signifikansi

tahap kedua adalah penggambaran tentang interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca atau audiens serta nilai kebudayaan yang berlaku.19 Jadi, analisis semiotika model Roland Barthes adalah suatu model analisis yang mengkaji tanda- tanda atau simbol dengan menemukan makna denotasi dan konotasi yang ada dalam tanda itu sendiri.

F. Sistematika Pembahasan Sebagai acuan penyusunan dan mempermudah pembahasan dalam memahami isi penelitian ini, disusunlah sistematika pembahasan yang berisikan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini terdapat enam sub-bab yang menjadi pendahulu yang mengawali penelitian ini. Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, dan juga Sistematika Pembahasan.

19 Indiwan Seto Wahjuwibowo, Semiotika Komunikasi, hlm. 21-22 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

BAB II: KAJIAN TEORETIK

Pada bab ini terdapat pembahasan-pembahasan secara mendalam tentang fokus penelitian. Berisi gagasan atau opini dari para ahli yang terkait dengan komunikasi kepemimpinan, film, dan juga analisis semiotika model Roland Barthes yang didapat melalui literatur-literatur yang tersedia. Tidak ketinggalan juga

pemaparan mengenai teori sosial yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini terdapat penyajian data secara lengkap mengenai metode penelitian. Terdapat enam sub-bab yang ada yakni Pendekatan dan Jenis Penelitian, Unit Analisis, Jenis dan Sumber Data, Tahap-Tahap

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini terdapat penjelasan secara rinci tentang gambaran umum dari subyek dalam penelitian ini. Lalu ada penyajian data-data yang didapat, dan juga pembahasan berupa analisis dari data yang telah

disajikan. BAB V: PENUTUP Pada bab ini terdapat kesimpulan akhir dari penelitian dan juga terdapat rekomendasi dan keterbatasan penelitian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kerangka Teoretik 1. Kajian Pustaka a) Simbol 1) Pengertian Simbol Manusia menurut Adam Smith dalam

kesehariannya merupakan makhluk homo homini socius, yakni sebagai makhluk sosial yang selalu terkait dengan manusia lainnya. Dalam istilah yang lebih sederhana lagi, manusia oleh Aristoteles disebut sebagai zoon politicon, atau makhluk sosial. Tentu saja penyebutan yang dikemukakan oleh kedua filsuf beda zaman tersebut tidak berlebihan dan cenderung relevan, karena memang sejak dulu sampai saat ini manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya. Dalam proses saling keterkaitan tersebut, manusia menggunakan komunikasi sebagai cara untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dari yang telah diketahui, komunikasi adalah sebuah proses yang dibangun atas keberadaan simbol atau tanda. Simbol tersebut yang akan menjadi penentu dalam keberhasilan sebuah komunikasi,

karena pemahaman dari lawan komunikasi juga ditentukan salah satunya oleh jelas atau tidaknya simbol yang mereka terima. Simbol itu sendiri merupakan kata yang diserap dari bahasa Inggris yakni symbol. Selain dari bahasa Inggris, kata-kata bermakna sama 14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

dapat ditemukan dalam bahasa Latin yakni symbolium dan bahasa Yunani yakni symbolon dari symballo yang semuanya memiliki makna “menarik kesimpulan”, “berarti”, dan “memberi kesan”.20 Kata lain dalam bahasa Yunani sym- ballein juga memiliki makna yang kurang lebih

sama yaitu “melemparkan suatu benda atau perbuatan” dan symbolos yang bermakna “ciri yag memberitahukan sesuatu kepada orang lain”.21 Simbol ialah sesuatu yang merupakan representasi dari gagasan, objek, arti, dan abstraksi.22 Pemaknaan keempat hal tersebut dalam simbol dapat dilakukan atas persetujuan umum dan kesepakatan bersama, hal tersebut dilakukan agar penafsiran setiap orang terhadap suatu simbol menjadi sama. Sebagai contoh, sebuah lampu lalu lintas memiliki ketiga warna yang masing-masing warnanya memiliki arti

tertentu. Merah untuk berhenti, kuning untuk siaga, dan hijau untuk jalan. Ketiga warna tersebut merupakan bentuk pewujudan simbol dalam bentuk kode warna yang telah dipahami oleh banyak orang. 2) Simbol dalam Komunikasi Di dalam komunikasi, dua atau lebih orang yang terlibat melakukan proses pertukaran simbol, tanda, atau lambang. Dengan adanya nilai-nilai simbol yang telah disepakati dan dimengerti oleh banyak orang, maka proses pertukarannya pun tidak akan sulit.

20 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 1007 21 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hlm. 155 22 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, hlm 1007 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Simbol dalam komunikasi adalah perwujudan dari bentuk pesan bahasa verbal dan perilaku non-verbal yang makna-maknanya telah disepakati secara bersama dalam proses komunikasi. Manusia diberi kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan simbol.

Kemampuan yang sudah menjadi ciri khas manusia ini memiliki proses berupa perubahan data-data hasil pengalaman yang dirasakan oleh indera manusia menjadi simbol-simbol yang dapat diaplikasikan dalam proses komunikasi. Saat dua atau lebih orang berkomunikasi, komunikator yang telah melemparkan isyarat atau pesan tentu akan membuat komunikannya secara tidak langsung berusaha untuk memaknai 23 pesan tersebut. Penggunaan isyarat atau pesan inilah yang menandai adanya proses sosial dalam komunikasi yang terjadi, sehingga komunikasi sering disebut sebagai sarana penyampaian pesan

dalam bentuk simbol.

b) Komunikasi Kepemimpinan 1) Pengertian Komunikasi Kepemimpinan Menjadi seorang pemimpin tidak hanya sebatas duduk di kursi yang nyaman dan membiarkan orang-orang yang posisinya berada di bawah untuk melakukan pekerjaan berat sesuai dengan perintah. Semua orang tahu bahwa setiap bawahan pasti akan mengikuti perintah atau instruksi dari pemimpinnya, tetapi tidak banyak orang tahu bahwa kualitas keefektifan penyampaian perintah atau instruksi tersebut

23 Nina Winangsih Syam, Sosiologi Komunikasi (Bandung: Humaniora, 2009), hlm. 42 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

juga mempengaruhi kualitas hasil kerja dari bawahan. Agar instruksi yang disampaikan kepada para bawahan dapat diterima dan dimengerti dengan baik, diperlukanlah kemampuan berkomunikasi yang baik pula. Kecakapan seorang pemimpin ditentukan juga

dari bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain. Istilah komunikasi dari segi bahasa berasal dari bahasa Inggris communication yang juga merupakan kosa kata dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang memiliki arti “sama”. Arti kata “sama” disini memiliki arti “sama makna”.24 Sedangkan menurut Effendi (1986: 17), komunikasi adalah proses menyampaikan suatu pernyataan (simbol) dari seorang individu ke individu lain sebagai konsekuansi dari adanya hubungan sosial.25 Dengan demikian, yang

dinamakan komunikasi adalah sebuah proses yang digunakan seseorang untuk menyampaikan suatu simbol yang dapat berupa ide, gagasan, pernyataan, perasaan, dan lain sebagainya dengan tujuan tertentu, yakni salah satunya untuk memberi pengaruh kepada orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki.26 Mendengar kata kepemimpinan memang selalu dikaitkan dengan kata dalam bahasa Inggris yaitu leadership, karena memang kata kepemimpinan sendiri adalah kata terjemahan.

24 Onong Uchjana Effendi, ilmu Komunikasi..., hlm. 11 25 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, hlm. 17 26 Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi, hlm. 7 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Kata leadership memiliki bentuk dasar leader yang berarti ‘pemimpin’ atau ‘pimpinan’.27 Kepemimpinan memiliki definisi yang berubah-ubah selama satu abad terakhir ini. Definisi tertua diperkirakan muncul di tiga dekade awal abad ke-20 yang menekankan pada

kontrol penuh dan sentralisasi kekuasaan dengan tema umum tentang dominasi.28 Tentu saja penetapan definisi yang dilakukan oleh ahli-ahli pada masa itu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi aktual seperti masalah politik. Setelah itu, hampir setiap dekade selalu muncul perdebatan karena ketidakcocokan tentang pengertian kepemimpinan. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai definisi pasti dari kepemimpinan, terdapat empat komponen tetap yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan yaitu: kepemimpinan merupakan sebuah proses; kepemimpinan adalah untuk memberikan

pengaruh; kepemimpinan terjadi dalam lingkup kelompok; kepemimpinan membutuhkan suatu tujuan bersama.29 Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan komponen tersebut bahwa definisi dari kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu memberikan pengaruh kepada individu-individu lain dalam lingkup kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan yang efektif seringkali membutuhkan kemampuan yang baik dapat mengantisipasi kemungkinan akan gangguan dalam menyampaikan pesan. Kemampuan

27 Tikno Lensufiie, Leadership untuk Profesional..., hlm. 2 28 Peter G. Northouse, Kepemimpinan:..., hlm. 2 29 Ibid, hlm. 5 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

komunikasi dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan dinamakan komunikasi kepemimpinan. Menurut Barrett (2014: 7) komunikasi kepemimpinan adalah sebuah proses penyampaian makna yang terkontrol dan terarah, yang digunakan seseorang untuk memberi

pengaruh kepada satu orang atau satu kelompok dengan menggunakan berbagai bentuk kecakapan berkomunikasi dan sumber daya mereka untuk terhubung secara positif, mengantisipasi gangguan, dan menciptakan pesan yang bersifat memandu, mengarahkan, memotivasi, atau menginspirasi orang lain untuk bertindak.30 2) Jenis-Jenis Kepemimpinan Dalam menjalankan proses kepemimpinan, terdapat berbagai macam model, tipe, atau jenis yang dapat digunakan. Jenis-jenis tersebut yang membedakan antara pemimpin satu

dengan pemimpin lainnya. Setidaknya ada tujuh pembagian tipologi kepemimpinan sebagai berikut: (a) Otokratis Identik dengan kekuasaan absolut, pemimpin melakukan keseluruhan proses penetapan keputusan hanya pada dirinya sendiri (tidak melibatkan partisipasi bawahan). Kecenderungan pemimpin juga untuk selalu memberi pengawasan ekstra ketat disertai pemberian sanksi kepada para bawahan sehingga para bawahan sulit untuk dapat berimprovisasi dalam bekerja.31 Dari

30 Deborah Barrett, Leadership Communication..., hlm. 7 31 Akh. Muwafiq Saleh, Komunikasi dalam Kepemimpinan ..., hlm. 63 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

sudut pandang bawahan, tipe kepemimpinan ini menyebabkan sikap ketergantungan kepada atasan. Mereka hanya melakukan apa yang diperintahkan saja, tanpa dapat memberi pendapat atau masukan. (b) Demokratis

Pemimpin menganggap bawahan sebagai makhluk yang dewasa dan dapat mempertanggung jawabkan semua keputusan yang mereka ambil sesuai dengan 32 masing-masing tugas yang diembannya. Karena itu pemimpin yang demokratis cenderung untuk mempersilahkan para bawahannya untuk berimprovisasi dalam pekerjaan selama itu menghasilkan output yang positif. Proses pengambilan keputusan pun ditentukan secara bersamaan dengan memberi partisipasi kepada para bawahan. (c) Bebas

Pemimpin cenderung untuk bersikap permisif, yaitu serba membolehkan dan mengizinkan. Pemimpin seperti ini tidak memiliki ketegasan dalam membimbing para bawahannya dan diam saja ketika bawahan melakukan kesalahan.33 Sikap bebas dapat disebabkan oleh keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain atau sikap “sungkan” karena kurangnya pengalaman dalam mengarahkan bawahan.

32 Ibid 33 Ibid, hlm. 64 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

(d) Kharismatik Ciri-ciri tertentu yang ada dalam diri pemimpin seperti wibawa, pengaruh, ketenangan, dan daya tarik. Pemimpin yang memiliki kharisma tinggi akan dengan mudah memancing para bawahan untuk

mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Hal itu disebabkan oleh tarikan motivasi dari pemimpin yang menimbulkan kekaguman dalam diri masing-masing bawahan.34 (e) Situasional Seperti namanya, kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang mengikuti pada situasi dan kondisi pada lingkungan di sekitar pemimpin, yaitu para bawahan. Apabila kondisi sedang baik, maka pemimpin akan melakukan hal seperti ini, apabila kondisi sedang tidak mendukung maka pemimpin akan melakukan hal seperti

itu. Terdapat dua faktor yang menyebabkan pemimpin dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan bawahannya, yaitu berdasasarkan tingkatan kompetensi dan 35 komitmen dari bawahan. (f) Transaksional Inti dari gagasan kepemimpinan transaksional berada dalam keberadaan seorang pemimpin yang dapat memancing motivasi para bawahan dengan janji memenuhi kebutuhan dan kepuasan bawahan.36 Dapat dikatakan bahwa

34 Sutarto Wijono, Kepemimpinan dalam Perspektif Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2018), hlm. 94 35 Tikno Lensufia, Leadership untuk Profesional..., hlm. 116 36 Ibid, hlm. 81-82 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

kepemimpinan transaksional adalah proses “jual-beli” dimana pemimpin memberi suatu motivasi untuk mendapatkan loyalitas dari bawahan dengan memberi imbalan, yakni memenuhi kepuasan bawahan. Contoh nyata dari imbalan tersebut adalah promosi

jabatan. (g) Transformasional Kepemimpinan transformasional menjawab gagasan yang dilontarkan oleh kepemimpinan transaksional, bahwa pemimpin tidak hanya memotivasi bawahan untuk satu tujuan jangka pendek. Kepemimpinan ini lebih menekankan pada peningkatan motivasi dan juga moralitas dalam diri bawahan dan juga pemimpin sendiri.37 3) Pembentukan dan Karakteristik Seorang Pemimpin

Seseorang ketika telah duduk di pucuk tertinggi dalam hierarki organisasi ialah seseorang yang memang paling layak diantara rekan seorganisasinya. Layak dapat berarti memang orang tersebut memiliki kualifikasi yang sesuai untuk memimpin dan dapat berarti bahwa dia memang seseorang yang “mendingan” karena tidak ada orang lain yang mampu memimpin. Yang sering jadi pertanyaan besar adalah apa pemimpin itu memang dilahirkan atau diciptakan?. Terdapat dua pendekatan mengenai pembentukan sifat kepemimpinan dalam diri manusia, yaitu trait approach dan style approach.

37 Peter G. Northouse, Kepemimpinan:..., hlm. 176 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Pendekatan pertama yakni trait approach seringkali dikaitkan dengan teori kepemimpinan great man theory yang menyatakan bahwa sifat kepemimpinan adalah sifat alamiah yang dibawa oleh faktor genetika sejak manusia dilahirkan.38 Dengan kata lain, bakat dan kemampuan

seseorang dalam memimpin tidak memerlukan pengalaman untuk muncul pertama kalinya, namun berdasarkan sifat yang ada dalam diri manusia. Pada mulanya, manusia yang tercipta dari sel sperma sudah memiliki kemampuan untuk memimpin melalui prinsip survival of the fittest karena hanya satu sel sperma terbaiklah yang dapat mencapai dan membuahi sel telur. Pada tahap kedua, sel telur yang telah dibuahi hingga menjadi janin tinggal di dalam rahim sang ibu yang penuh kenyamanan. Kemampuan manusia menjadi seorang pemimpin secara mengejutkan

langsung muncul ketika bayi mampu bertahan hidup setelah dilahirkan ke dunia luar yang asing, dingin, dan kotor. Pada tahap ketiga, sikap percaya diri manusia muncul saat bayi yang lucu dan menggemaskan sanggup menarik perhatian banyak orang untuk menyukainya. Dan pada tahap terakhir, bayi secara otomatis memiliki sikap pantang menyerah. Hal itu terbukti saat bayi mulai belajar untuk berjalan, tak peduli seberapa seringnya jatuh namun bayi tetap bangkit untuk tetap berjalan lagi. Sifat-sifat kepemimpinan seperti: menjadi yang pertama; mampu menyesuaikan diri sesaat setelah meninggalkan zona nyaman; memiliki sifat

38 Tikno Lensufie, Leadership untuk Profesional..., hlm. 54 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

percaya diri; dan pantang menyerah untuk satu tujuan adalah semua sifat yang muncul secara tiba-tiba dalam diri manusia sejak awal penciptaannya.39 Berbeda dengan trait approach yang menekankan pada karakteristik sifat manusia,

style approach lebih menekankan pada perilaku seseorang yang menjadikannya layak sebagai pemimpin.40 Dengan kata lain, kepemimpinan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, bukan hanya dari bakat bawaan. Nilai-nilai kepribadian seseorang yang matang dan juga berkarakter akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi kemampuan mempimpinnya. Pendektan ini memandang bahwa ketika seseorang diangkat menjadi raja, itu bukan hanya karena dia adalah anak raja sebelumnya, tetapi karena semenjak dini telah dididik oleh guru-guru terbaik di kerajaan soal kepemimpinan dan juga mendapat

asupan makanan bergizi yang menunjang kemampuan otak dan fisiknya. 4) Kepemimpinan dalam Kelompok Olahraga Olahraga menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial.41 Olahraga selain menjadikan pelakunya sehat dan bugar, juga dapat melatih seluruh aspek komponen manusia,

39 Ibid, hlm. 55-56 40 Peter G. Northouse, Kepemimpinan:..., hlm. 73 41 Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 1 ayat (4) digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.42 Dalam hal inilah mengapa olahraga dianggap penting dalam salah satu proses pembentukan nilai-nilai kepemimpinan manusia. Bentuk implementasi nyata dari kepemimpinan dalam dunia olahraga adalah

dengan tersedianya posisi-posisi dalam tim atau kelompok olahraga kompetitif yang memungkinkan seseorang untuk melakukan praktik kepemimpinan. Dalam kompetisi bisbol termahsyur di Amerika Serikat, Major League Baseball, setiap tim professional memiliki struktur organisasi yang terdiri atas orang-orang berkompetensi atas masing-masing peran dan tugasnya. Dalam situs resmi MLB, terdapat banyak sekali posisi berbeda yang bertanggung jawab atas tiap divisinya untuk mengoperasikan sebuah tim bisbol, mulai dari pihak yang berada di balik meja hingga mereka yang turun

bertanding di lapangan. Posisi tersebut antara 43 lain: (a) President Presiden menduduki pucuk tertinggi dalam sistem hierarki tim bisbol. Pada umumnya, presiden adalah seseorang yang menjadi pemilik tunggal tim atau pemegang saham mayoritas. Tugas dari seorang presiden adalah menunjuk seorang manajer umum dalam timnya yang akan menjadi kepanjangan tangannya dalam menjalankan

42 Osa Maliki, Kepemimpinan dalam Olahraga Membangun Karakter

Bangsa (Sebuah Perspektif Pembangunan Kewarganegaraan), Jurnal Ilmiah CIVIS, vol. V, no. 2, Juli 2015 43 https://www.mlb.com/athletics/team/front-office, diakses pada tanggal 18 September 2018 pukul 21.05 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

tim bisbol, dan menerima laporan pertanggungjawaban. Jabatan presiden dalam tim bisbol adalah sebuah jabatan eksekutif. Dalam lingkup eksekutif, terdapat posisi lain yang menjadi penunjang presiden, seperti excecutive vice

president, chief operating officer, dan beberapa orang yang duduk sebagai board member. Kepemimpinan seorang presiden dinilai dalam kemampuannya untuk memilih orang- orang yang berkompetensi dalam menjalankan tugas. Selain itu seorang presiden dituntut untuk melakukan intervensi jika tim sedang berada dalam situasi tertentu, seperti keterpurukan performa atau berada di ambang kebangkrutan. (b) General Manager

Seorang manajer umum dalam tim bisbol memiliki tugas paling kompleks dalam sisi operasional tim. Dari sisi tingkatan hierarki, manajer umum berada di tingakatan yang menjadi penghubung antara orang-orang yang duduk di kursi eksekutif dengan mereka yang berada di bawah. Tugas dari manajer umum adalah menjalankan tim dari banyak sisi seperti perekrutan dan pemecatan pemain dan staff kepelatihan. Jabatan manajer umum berada dalam lingkup baseball operation yang menjadi atasan dari beberapa divisi teknis dan non- teknis. Divisi teknis adalah divisi yang bertanggung jawab atas hal-hal yang berkaitan langsung dengan permainan bisbol

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

seperti development, scouting, dan research. Sedangkan divisi non-teknis adalah divisi yang menjalankan tim dari sisi administratif seperti equipment dan medical. Kemampuan seorang manajer dalam memimpin dapat dilihat dari bagaimana

memuaskan petinggi-petinggi klub yang berada dalam lingkup executive dan tetap menjadi petinggi yang baik bagi pekerja- pekerja lain di klub. Karena tugas yang kompleks itu, seorang manajer umum harus dapat menyeimbangkan beberapa kepentingan yang ada. Selain itu seorang manajer umum dapat melakukan intervensi jika dirasa terdapat pekerjaan dari bawahan yang kurang memuaskan. (c) Manager Manajer atau dalam dunia olahraga lumrah disebut sebagai pelatih kepala

memiliki tanggung jawab khusus terhadap hal-hal teknis yang berkaitan dengan permainan bisbol. Seorang manajer harus memastikan pemain-pemain yang ada dalam skuad dapat menampilkan permainan terbaiknya dan membawa pulang kemenangan. Hal yang dapat dilakukan oleh manajer adalah menyusun daftar pemain yang dimainkan, membuat strategi permainan, menyusun batting order, dan memotivasi para pemainnya. Dalam menjalankan tugasnya, seorang manajer biasanya didampingi oleh assistant manager, fitness coach, dan juga pelatih-pelatih lain yang memiliki spesialisasi di berbagai sektor

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

seperti batting, pitching, catching, dan lain sebagainya. Terdapat hal khusus terkait teknis bisbol yang tak boleh dilakukan oleh manajer, yaitu melakuka perekrutan dan pemecatan terhadap pemain dan staff kepelatihan. Jika

manajer merasa bahwa salah satu pemainnya tidak cocok dengan skema kepelatihannya, seorang manajer dapat meminta manajer umum untuk melepas atau menukarkan pemain tersebut dengan pemain dari tim lain yang direkomendasikan oleh manajer. Tantangan bagi seorang manajer untuk unjuk kemampuannya dalam memimpin sering terlihat dalam pertandingan kompetitif bisbol. Ketika tim sedang dalam posisi unggul, manajer sama sekali tak boleh bersifat jemawa dan mengendorkan strateginya. Sama halnya ketika dalam posisi

tertingal, seorang pelatih dituntut untuk memiliki mental yang kuat untuk segera menemukan strategi guna membalikkan ketertinggalan angka. (d) Captain Kapten tim adalah satu orang pemain diantara pemain-pemain yang diturunkan ke lapangan yang diberi mandat oleh manajer untuk memimpin rekannya. Pada umumnya, pemain yang memiliki kualifikasi khusus untuk menjadi kapten adalah pemain yang selalu bermain tiap pertandingannya, tergolong senior di timnya, dan memang memiliki kemampuan dalam memimpin. Karena seorang manajer tidak memiliki akses kepada para pemainnya di tengah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

pertandingan, maka seorang kapten juga menjadi penghubung antara manajer dan pemain. Kapten harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk menangkap isyarat verbal yang dilemparkan oleh manajer dari sisi lapangan dan dalam sekejap

harus dapat menginformasikan kepada semua rekannya. Seorang kapten juga harus dapat memotivasi rekannya yang mengalami kegugupan dan kelelahan di lapangan. Selain posisi-posisi di atas, juga terdapat divisi-divisi yang menangani tugas administratif. Tugas menangani pihak external dipegang oleh divisi communications dan partnership; tugas menangani perekonomian dipegang oleh divisi marketing, bussiness operations, dan juga finance; tugas menangani infrastruktur dipegang oleh divisi stadium operations dan ticket service; tugas menangani hukum dipegang oleh divisi

legal; hingga tugas menangani sumber daya manusia dipegang oleh divisi people operations. Masing-masing divisi tersebut dipimpin oleh vice president dan director yang berada di luar lingkungan executive.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

c) Film Sebagai salah satu alat komunikasi massa, film seringkali digadang-gadang hanya sebagai komoditas yang diperdagangkan saja. Memang, data menunjukkan bahwa dari tahun 2014-2018 jumlah pendapatan film 2D box office

secara global mengalami tren kenaikan per tahunnya, dimulai dari USD 29,6 miliar di tahun 2014 sampai USD 34,4 miliar di tahun 2018.44 Jumlah tersebut mengindikasikan bahwa bisnis perfilman memang bisnis yang menjanjikan dari segi keuntungan yang didapat. Manfaat baik dari segi hiburan dan edukasi yang didapat menjadi faktor besarnya minat masyarakat kepada hadirnya film, hal tersebut juga menjadi alasan mengapa pendapatan yang diperoleh dari bisnis film sangatlah besar. Menurut pengertian secara bahasa yang didapat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, film

adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).45 Definisi resmi lain dapat ditemukan pada UU No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Dalam Pasal 1 disebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.46

44 https://www.statista.com/statistics/259987/global-box-office-revenue/,

diakses pada tanggal 9 September 2019 pukul 16.03 WIB 45 https://kbbi.web.id/film, diakses pada tanggal 9 September 2019 pukul 19.31 WIB 46 Undang-Undang No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman Pasal 1 ayat (1) digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

Pendapat Ahli yang menyatakan tentang definisi film muncul dari Onong Uchjana Effendy. Menurut Effendy (1989: 134), film ialah media yang dapat bersifat audio visual atau visual saja yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan kepada sekelompok orang yang

berkumpul di suatu tempat.47 Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa film adalah suatu media yang digunakan oleh penciptanya untuk menyampaikan suatu pesan tertentu. Pesan yang disampaikan biasanya tidak jauh dari realitas suatu masyarakat itu sendiri, agar lebih mudah diterima oleh audiens. Film sebagai salah satu bentuk media massa juga menandakan bahwa film memiliki fungsi-fungsi utama seperti: media yang memberikan hiburan bagi masyarakat dan memenuhi kebutuhan psikis manusia; media yang mampu mengedukasi penontonnya dengan

penyampaian baik informasi maupun propaganda; sebagai alat transmisi kebudayaan atau penyaluran nilai-nilai budaya; dan sebagai alat kritik sosial atas fenomena atau realitas sosial yang terjadi belakangan ini. Menurut jenisnya, film dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yakni: film dokumenter yang mengisahkan kejadian faktual baik yang direkam secara langsung maupun yang berbentuk rekonstruksi; film fiksi yang keseluruhannya dibangun oleh sebuah plot yang memang ditujukan untuk menarik minat pasar; dan juga film eksperimental yang berbentuk

47 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 134 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

abstrak yang erat kaitannya dengan emosi para pembuatnya. Sama halnya dengan lagu, film juga merupakan karya seni yang terbagi menjadi beberapa jenis genre. Istilah genre berasal dari kosakata bahasa Prancis yang memiliki arti

“bentuk” atau “tipe”. Genre dalam film adalah pembagian umum yang dapat membedakan film satu dengan film lainnya berdasarkan struktur juga isi narasi yang diceritakan, penokohan, dan 48 setting. Jika dalam dunia musik seluruh dunia mengenal pembagian lagu rock, pop, jazz, dan klasik berdasarkan lirik dan alunan nadanya, maka unsur narasi cerita inilah yang membedakan antara satu genre film dengan genre lainnya. Genre-genre populer dalam film antara lain adalah: aksi; biografi atau dokudrama; drama; fantasi; fiksi ilmiah; horor; komedi; musikal; olahraga; perang; romantis; dan thriller.

d) Negara Bagian California, Amerika Serikat 1) Gambaran Umum California Berlokasi di pesisir pantai barat, California adalah negara bagian dengan tingkat populasi tertinggi (39,6 juta jiwa) dan wilayah terluas ketiga (423.970 km2) di Amerika Serikat. Kebanyakan orang mengenal kota-kota seperti Los Angeles dan San Francisco sebagai kota terpopuler di California, kenyataannya kota Sacramento- lah yang memiliki kedudukan sebagai ibu kota negara bagian ini.

48 Himawan Prasista, Memahami Film Edisi 2, (Sleman: Montase Press, 2017), hlm. 39 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Kontribusi California bagi Amerika Serikat sangatlah besar, dari segi ekonomi California menghasilkan gross state product sebesar 3 triliun USD yang jauh lebih besar dari negara bagian manapun di Amerika Serikat. Kontribusi lainnya yang umum

diketahui oleh masyarakat Indonesia adalah California menjadi kiblat dari dunia hiburan dan industri film. Memang, banyak sekali pelaku industri film memilih California atau Hollywood khususnya sebagai markas mereka. Hal tersebut menyebabkan wisata tur berbau film menjamur di sini. 2) Sosio-Kultural Masyarakat California Sebagai negara bagian yang sangat maju dibandingkan negara bagian lainnya, tentu saja kultur masyarakat di California akan berbeda juga. Kemajuan ekonomi yang pesat tentu saja mempunyai korelasi dengan

kompleksnya sosio-kultural dalam lingkungan masyarakatnya. California sendiri dikenal sebagai wilayah yang sangat diverse. Hal itu berkenaan dengan letaknya yang berbatasan langsung dengan Meksiko, yang menyebabkan banyak orang Meksiko menyebrang untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Selain itu dari sisi barat atau laut juga banyak orang-orang dengan beragam ras yang datang sejak dahulu kala. Mereka disana hidup bersamaan dengan penghuni asli Amerika yang kerap disebut sebagai native beserta dengan konflik-konfilknya. Sensus penduduk California yang dilakukan pada tahun 2000 atau yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

berdekatan dengan waktu saat kejadian Moneyball berlangsung menunjukkan bahwa terdapat lima kelompok besar berdasarkan ras. Ras-ras tersebut adalah: kulit putih (59,5%), kulit hitam atau Afrika (6,7%), indian atau Alaskan native (1,0%), Asia

(10,9%), dan juga Hispanik atau Latin (32,4%).49 Dengan status sejarah California yang pernah menjadi wilayah jajahan bangsa Spanyol, maka jelas pengaruh budaya Spanyol kental terasa di California. Dari sisi penamaan kota dan juga daerah di California banyak menggunakan kata-kata dari bahasa Spanyol. Budaya dari orang-orang kulit hitam juga menjamur ditandai dengan munculnya aliran musik hip-hop dengan cara berpakaian dan gaya rambut dreadlocknya, juga cara berbicara yang mumble yang sulit

dimengerti kebanyakan orang. Dari segi bahasa, California adalah negara bagian yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama mereka. Namun faktanya, pada tahun 2000 terdapat 39,5% masyarakat California yang menggunakan bahasa selain bahasa Inggris dalam interaksi di dalam rumah. Bahasa Spanyol menjadi bahasa nomor dua paling banyak digunakan di sana dengan persentase sebesar 25,8%.50

49 https://www.census.gov/prod/2002pubs/c2kprof00-ca.pdf, diakses pada tanggal 23 Desember 2019 pukul 8.04 WIB 50 Ibid digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

3) Interaksi Kelompok di California Individu-individu yang tergabung di dalam sebuah kelompok adalah mereka yang membawa budaya mereka. Faktor utama yang menjadi pembeda antara satu anggota dan anggota lain tentu saja adalah sebuah

stereotip. Tentu saja stereotip tidak selalu berbicara mengenai keburukan suatu kelompok etnis, tetapi juga berbicara mengenai kelebihannya. Dalam hal kinerja kelompok, masing-masing etnis punya stereotip yang menunjukkan kelebihan, seperti: orang Asia yang sangat pandai berhitung, orang Afrika yang selalu dapat diandalkan dalam pekerjaan yang membutuhkan fisik, dan orang Hispanik yang merupakan tenaga kerja terampil di bidang lapangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh California Institute of Technology (Caltech), sebuah kelompok tentu saja memiliki dinamika tersendiri, tak terkecuali kelompok-kelompok yang berada dalam California. Bagi orang yang bekerja dalam sebuah tugas kolaboratif dengan orang lainnya dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola konflik saat pembuatan keputusan. Yang menjadi masalah adalah orang cenderung untuk memihak sebuah keputusan yang dibuat oleh orang yang mereka percayai berada di “pihak” mereka.51

51 http://www.its.caltech.edu/~e105/readings/team/communication.pdf, diakses pada tanggal 23 Desember 2019, pukul 22.35 WIB digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

Bagi seorang pemimpin, keefektivan kepemimpinan tidak hanya ketika memiliki sifat-sifat atau karakteristik pemimpin yang baik saja, namun harus mampu memposisikan diri di tengah keberagaman atau diversity yang ada dalam kelompok.

Memang, tidak semua keberpihakan dalam kelompok didasari oleh warna kulit atau ras, namun harus lebih pada rasionalitas. Seperti di belahan dunia manapun, pemimpin dapat menentukan tingkat kontrol dominasi mereka terhadap bawahan dan tugas. Tingkat dominasi dimulai dari tingakatan dimana pemimpin memperbolehkan kebebasan bagi bawahan dalam berinisiatif ketika bertugas, sampai tingkatan dimana pemimpin serba memaksakan kehendak dan keputusan.

e) Analisis Semiotika

1) Pengertian Analisis Semiotika Semiotika memiliki cakupan yang luas, baik sebagai ilmu pengetauan dan sebagai metodologi kajian dan analisis terhadap tanda atau simbol (the study of sign). Istilah semiotika itu sendiri muncul pada penghujung abad ke-19 dan diperkenalkan oleh filsuf Amerika, Charles Sanders Pierce. Dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda, tetapi tidak hanya soal tanda yang menyusun bahasa dan sistem komunikasi saja, melainkan seluruh dunia yang terkait dengan akal pikiran manusia, karena keseluruhannya juga terdiri atas tanda-tanda. Karena itu manusia dapat menjalin hubungannya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

dengan realitas.52 Semiotika juga memungkinkan manusia untuk dapat memandang entitas-entitas 53 sebagai suatu hal yang memiliki makna. Secara bahasa, istilah semiotika atau semiologi merupakan kosa kata Bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Tanda itu

sendiri dapat dijelaskan sebagai atau sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.54 Menurut Roland Barthes (1988: 179) dan Kurniawan (2001: 53), semiotika adalah ilmu atau metode analisis yang digunakan untuk mengkaji data. Pada hakikatnya, semiotika bertujuan untuk mengkaji bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai (to signify) hal-hal (things). Memaknai tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Dari sini dapat diketahui bahwa memaknai memiliki arti bahwasanya

objek tersebut tidak hanya menyimpan informasi, tetapi objek tersebut ingin berkomunikasi, dan juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.55 2) Analisis Semiotika Model Roland Barthes Salah satu tokoh semiotika yang model analisisnya digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Roland Barthes (1915-1980). Tokoh intelektual yang juga kritikus sastra ini merupakan penerus praktik semiologi Saussurean dari Ferdinand de Saussure, bahkan Barthes mengembangkannya lagi menjadi

52 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hlm. 13 53 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik, 2004), hlm. 3 54 Indiwan Seto Wahjuwibowo, Semiotika Komunikasi ..., hlm. 7 55 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hlm. 15-16 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

metode yang tepat untuk menganalisis kebudayaan.56 Barthes menegaskan konsep denotasi dan konotasi sebagai inti dari model analisisnya, atau yang oleh John Fiske lebih populer disebut dengan nama two order of signification

(signifikansi dua tahap). Dalam kedua tahap tersebut terdapat tanda denotatif dan tanda konotatif. Tanda denotatif yang merupakan signifikansi tahap pertama adalah hubungan antara penanda dan petanda yang merupakan makna paling nyata dari sebuah tanda. Sedangkan tanda konotatif pada tahapan kedua adalah penggambaran interaksi antara tanda dengan ideologi, nilai kebudayaan, serta emosi masing-masing orang. Karena itu tanda konotatif memiliki sifat subjektif.57 Perhatikan tabel di bawah ini: Tabel 2.1

Analisis Semiotika Model Roland Barthes

1. Signifier 2. Signified (penanda) (petanda) 3. Denotative sign (tanda

denotatif) 4. Conotative signifier (penanda 5. Conotative konotatif) signified (petanda konotatif) 6. Conotative sign (tanda konotatif)

56 https://id.wikipedia.org/wiki/Roland_Barthes, diakses pada tanggal 13 September 2019 pukul 10.00 WIB 57 Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., hlm. 128 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

Pada tahap signifikansi pertama, yaitu perpaduan antara penanda (1) dan petanda (2) akan menghasilkan tanda denotatif (3). Tanda denotatif memiliki makna yang bersifat eksplisit atau langsung nampak, dan merupakan pemaknaan yang disepakati secara sosial. Lalu

pada tahap kedua, tanda denotatif yang juga merupakan penanda konotatif (4) dipadukan dengan penanda konotatif (5). Tanda konotatif (6) memiliki makna yang bersifat implisit atau tersirat. Jadi, tanda konotatif amatlah terbuka dengan berbagai kemungkinan dalam penafsiran maknanya. Dalam konsep yang dikemukakan oleh Barthes, tanda konotatif tidak hanya sebatas memberi makna tambahan, tetapi juga mengandung kedua bagian dari tanda denotatif yang menjadi dasar keberadaaanya.58 Terdapat perbedaan mendasar antara denotasi dengan konotasi. Jika pada denotasi

biasanya dapat dipahami sebagai makna harfiah atau “sesungguhnya”, maka pada konotasi lebih identik dengan operasi ideologi bernama mitos. Mitos berasal dari kosa kata bahasa Inggris yaitu myth dan dari bahasa Yunani yaitu mythos yang berarti “hikayat”, “legenda”, dan lain sebagainya. Mitos dapat berarti sesuatu yang oleh masyarakat seringkali dianggap benar, walaupun sebenarnya tidak ada pembuktian megenai kebenarannya.59 Dalam pandangan Barthes sendiri, mitos tidak berbicara mengenai hal-hal yang bersifat tahayul, tetapi mitos adalah suatu pesan tempat dimana

58 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 27 59 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, hlm. 658-659 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

ideologi berada. Mitos dalam sebuah teks memiliki fungsi naturalisasi guna menjadikan nilai-nilai yang bersifat kultural tampak menjadi sebuah common sense.60 3) Film dalam Pandangan Semiotika Selain menjadi metode analisis teks,

semiotika juga dapat digunakan untuk menelaah makna dibalik pesan yang disampaikan oleh film. Kekuatan film mampu menjadi alat komunikasi massa sejati, dan dapat mempengaruhi berbagai segmen masyarakat berdasarkan muatan pesan yang terkandung. Karena potensinya yang kuat, muncullah berbagai macam penelitian komunikasi yang menjadikan film dan sejumlah permasalahan sebagai objek kajiannya, seperti representasi gender dalam film, film dan pengaruh terhadap agresitivitas, hingga film dan hegemoni politik. Kajian semiotika pada film dilakukan

dengan menganalisis sistem tanda yang ada dalam film. Film dibangun atas kumpulan tanda- tanda dalam tiap scenenya. Karena sifatnya yang audiovisual, maka hal terpenting dalam menganalisis film adalah dengan memperhatikan gambar dan suaranya.61 Gambar adalah semua hal yang nampak dalam proyeksi layar, dapat berupa mimik, bahasa tubuh, latar tempat, sudut pengambilan gambar, dan lain-lain. Sedangkan suara adalah semua bunyi yang terdengar dari pemancar suara. Unsur terpenting dari bunyi adalah kata-kata yang diucapkan baik dalam

60 Roland Barthes, Elemen-Elemen Semiologi, (Bantul: Basabasi, 2017), hlm. 9 61 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hlm. 128 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

dialog maupun monolog yang diucapkan masing- masing tokoh, lalu diikuti oleh suara-suara lain yang mengikuti gambar, dan juga musik sebagai backsound film.

2. Kajian Teori

Teori Path-Goal (Robert J. House) Teori ini pada awalnya diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1970 oleh Martin G. Evans, lalu dipopulerkan oleh Robert J. House setahun berselang. Teori ini secara umum berbicara tentang bagaimana seorang pemimpin memberi motivasi kepada bawahan sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Selain mencapai tujuan, harapannya teori ini dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kualitas kinerja serta tingkat kepuasan bawahan.62 Path disini disebut dengan jalur, yakni bagaimana proses peningkatan kinerja bawahan, serta goal yang berarti tujuan.

Northouse menyatakan bahwa teori path-goal sama sekali berbeda dengan teori-teori lain seperti teori situasional dan teori kontingensi sehingga pemimpin tidak perlu beradaptasi maupun menyesuaikan diri dengan bawahan dalam kondisi tertentu.63 Asumsi yang ditekankan dalam teori ini dibuat berdasarkan sebuah harapan, dan hal tersebut dapat berisikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja bawahan. Karena dalam proses peningkatan kinerjanya membutuhkan motivasi, maka dari itu komunikasi memegang peran penting dalam keberhasilan teori - path-goal. Pemimpin harus mampu untuk

62 Peter G. Northouse, Kepemimpinan ..., hlm. 131 63 Ibid digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi antara bawahan dengan tujuan melalui pemberian motivasi, pelatihan, serta pengerahan yang mana kesemuanya dicapai melalui proses komunikasi. Dalam teori path-goal, dikenal juga dengan

pembagian perilaku pemimpin menjadi empat jenis yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tetap terbuka untuk melibatkan variabel lainnya. Empat jenis tersebut antara lain:64 a) Kepemimpinan yang Directive Pemimpin yang memberi instruksi yang jelas kepada bawahan. Instruksi yang jelas adalah mengandung muatan informasi tentang apa yang pemimpin harapkan dari bawahan dan bagaimana bawahan dapat melaksanakan tugas itu. Pemimpin membuat sebuah peraturan berisikan penghargaan beserta hukuman yang jelas untuk para bawahan.

b) Kepemimpinan yang Mendukung Pemimpin yang memberi perhatian dan memenuhi kepuasan serta kesejahteraan para bawahan. Disini pemimpin cenderung berperan sebagai teman atau sahabat yang ramah terhadap para bawahan.. Tentu saja, bawahan akan leih nyaman untuk menyelesaikan tugasnya dalam kondisi pimpinan yang seperti ini. c) Kepemimpinan yang Berorientasi pada Prestasi Pemimpin menentukan sendiri tujuan apa yang harus dicapai oleh bawahan serta memberi tantangan dengan harapan bawahan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Pemimpin disini beranggapan bahwa masing-

64 Ibid, hlm. 133 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

masing bawahannya tenaga kerja yang hebat serta memasang standar yang tinggi bagi tingkat perkembangan bawahan. Gaya ini dapat membantu bawahan untuk semakin terpacu dalam mengembangkan diri. d) Kepemimpinan Partisipasif

Pemimpin banyak melibatkan bawahan dan mengundangnya dalam proses pengambilan keputusan. Gaya seperti ini mirip dengan jenis kepemimpinan demokratis dimana peminpin menyaring ide serta gagasan dari bawahan untuk kemudian diintegrasikan menjadi keputusan bagaimana organisasi akan melangkah ke depannya. Gaya perilaku kepemimpinan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan bagi karakteristik bawahan dan juga karakteristik tugas. Karena itu banyak nilai tambah dan nilai kurang dari masing-masing gaya yang kemudian akan dimaknai oleh perbedaan

karakteristik. Sebagai contoh, pemimpin yang gemar memerintah cocok dengan bawahan yang bersikap dogmatis dengan tugas yang kompleks. Pemimpin yang mendukung cocok dengan bawahan yang gampang tidak puas akan kinerjanya dengan tugas yang membosankan. Pemimpin yang partisipasif cocok dengan bawahan yang memiliki kesadaran untuk melakukan kontrol dan dengan penugasan yang kurang terstruktur. Dan pemimpin yang berorientasi pada prestasi cocok dengan bawahan yang memiliki harapan, serta keinginan untuk menjadi yang terbaik dan juga memiliki tugas yang menantang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

3. Alur Pikir Penelitian Alur pikir penelitian atau akrab disebut kerangka pemikiran adalah sebuah bagan yang berisi skema atau alur dasar pemikiran yang mendukung fokus dari penelitian. Alur pikir penelitian disusun berdasarkan berbagai faktor seperti teori yang

berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis tentang simbol komunikasi kepemimpinan yang ada dalam film berjudul Moneyball dengan menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes. Perhatikan bagan di bawah ini:

Bagan 2.1 Alur Pikir Penelitian

Komunikasi Produser dan Kepemimpinan sutradara film Billy Beane

Film Moneyball

Analisis Teori path-goal semiotika model Roland Barthes

Komunikasi Kepemimpinan dalam film Moneyball digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

Produser film mempunyai tujuan untuk mengangkat kisah Billy Beane yang sangat menginspirasi dengan pesan-pesan kepemimpinan yang terkandung di dalamnya. Karena sifat film pada hakikatnya adalah mempresentasikan realitas, maka akan dengan mudah produser dalam menarik

minat calon audiens khususnya mereka yang merupakan penggemar berat olahraga bisbol untuk menonton film ini. Ditambah lagi sosok Billy Beane yang merupakan pionir dalam bisbol, sehingga para calon audiens akan sangat penasaran bagaimana

sosok kepemimpinan Billy Beane digambarkan dalam film Moneyball. Pesan-pesan tentang kepemimpinan Billy Beane oleh produser diharapkan untuk juga dapat ditangkap oleh calon audiensnya. Dengan menggunakan metode analisis yang dikenalkan oleh Roland Barthes, peneliti dapat membedah tentang simbol-simbol komunikasi kepemimpinan yang ada di film Moneyball. Roland Barthes mengenalkan E (ekspresi) untuk penanda (signifier) dan C (isi/ content) untuk petanda (signified). Barthes juga mengungkapkan perlu adanya R (relasi) dari E dan C sehingga nantinya

akan terbentuk Sn (tanda/ sign). Konsep tersebut dikemukakan oleh Barthes sebagai E-R-C. Penggunaan metode analisis milik Roland Barthes dianggap cocok untuk menganalisis simbol- simbol komunikasi kepemimpinan sebagai subjek penelitian, karena komunikasi dan kepemimpinan tidak jauh kaitannya dengan budaya yang berkembang di kelompok masyarakat saat ini. Apa yang nampak dari simbol komunikasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

kepemimpinan dalam film Moneyball akan dibedah secara denotatif, dan bagaimana simbol komunikasi kepemimpinan tersebut dipresentasikan dalam film Moneyball akan dibedah secara konotatif. Hasil analisis melalui metode Roland Barthes dikonfirmasikan dengan teori yang telah peneliti

pilih. Dalam hal ini teori path-goal dinilai cocok untuk dikonfirmasikan. Teori yang menekankan pada hubungan atasan dan bawahan ini memiliki empat gaya pemimpin yang berbeda dengan cara interaksi yang berbeda pula.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan Guna menghasilkan penelitian yang lebih relevan, peneliti melakukan upaya pencarian terhadap referensi-refensi hasil penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan yang sangat membantu dalam proses penyusunan penelitian ini. Berikut ini peneliti tampilkan ringkasan materi dari lima penelitian terdahulu yang

peneliti gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Skripsi Karya Moch. Chalid Firdaus Nama Peneliti Moch. Chalid Firdaus

Judul MAKNA KECANTIKAN

DALAM IKLAN (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES IKLAN CITRA SAKURA FAIR UV VERSI 65 FEBBY RASTANTY)

65 Moch. Chalid Firdaus, Makna Kecantikan dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland Barthes Iklan Citra Sakura Fair UV Versi Febby digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

Jenis Penelitian Skripsi

Institusi/ Tahun UIN Sunan Ampel/ 2018 Tujuan 1. Untuk mengetahui penanda dan Penelitian petanda kecantikan yang ada dalam iklan Citra Sakura Fair UV. 2. Untuk mengetahui makna tanda kecantikan yang ada dalam iklan Citra Sakura Fair UV. Metode Menggunakan pendekatan Penelitian Kualitatif- Interpretatif dengan metode analisis semiotika model Roland Barthes. Hasil Penelitian 1. Makna denotatif yang ditemukan

adalah tentang kekecewaan wanita yang mendambakan kulit cerah merona setelah mencoba banyak produk kulit, dan akhirnya keinginannyaterwujud setelah menemukan produk Citra Sakura Fair UV. 2. Sedangkan makna konotatifnya adalah kulit cerah merona seperti layaknya kulit wanita Jepang adalah dambaan dan bentuk kebahagiaan setiap wanita. Persamaan Analisis semiotika model Roland

Barthes sama-sama digunakan. Perbedaan Penelitian ini dilakukan melalui iklan yang ada di media massa televisi.

Rastanty), Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018, hlm. 78 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Skripsi Karya Rabella Misnawati Nama Peneliti Rabella Misnawati Judul EKSISTENSI NABI MUHAMMAD SAW DALAM FILM INNOCENCE OF MUSLIMS (ANALISIS

SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) 66 Jenis Penelitian Skripsi Institusi/ Tahun UIN Raden Fatah/ 2017 Tujuan 1. Mendeskripsikan fakta dan Penelitian pemahaman yang sebenarnya tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW.

2. Mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos yang tergambar dalam film Innocence of Muslims. Metode Menggunakan pendekatan Penelitian kualitatif dengan metode analisis semiotik model Roland Barthes. Hasil Penelitian Penelitian ini menjelaskan tentang kontradiksi yang terjadi antara isi film dengan fakta eksistensi Rasulullah yang sebenarnya. 1. Untuk makna denotatifnya, representasi kepribadian dan

fisik Rasulullah digambarkan dengan jelas tanpa fakta dari

66 Rabella Misnawati, Eksistensi Nabi Muhammad SAW dalam Film Innocence of Muslims (Analisis Semiotika Roland Barthes), Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah, 2017, hlm. 113 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

riwayat hadits yang shahih. Lalu Rasulullah digambarkan sebagai sosok intoleran terhadap non- muslim, kejam, penggila wanita yang ditunjukan dalam beberapa adegan tak senonoh.

2. Sedangkan untuk makna konotatifnya, Rasulullah diperankan sebagai sosok yang mata keranjang, terlihat dari gestur dan ekspresi muka penuh nafsu saat menatap lawan jenis. 3. Penelitian ini juga menggunakan unsur mitos dalam analisisnya yang bermakna bahwa Rasulullah yang memiliki banyak istri dan gila birahi, yang mana sangat bertentangan dengan sosok asli

beliau yang mulia. Persamaan Sama-sama mengkaji tentang pesan yang ada dalam seseorang yang difilmkan. Perbedaan Hal yang dikaji dalam seseorang di film ini lebih luas, karena menekankan pada sifat dan juga fisiknya.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu Skripsi Karya Tengku Abubakar

Nama Peneliti Tengku Abubakar Judul ANALISIS SEMIOTIKA NILAI- NILAI KEPEMIMPINAN DALAM KOMIK 99 PESAN digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

NABI KARYA VBI_DJENGGOTTEN67 Jenis Penelitian Skripsi Institusi/ Tahun UIN Syarif Hidayatullah/ 2016 Tujuan Untuk mengetahui apa makna Penelitian denotatif, konotatif, dan mitos yang terdapat dalam komik 99 Pesan Nabi edisi nilai-nilai kepemimpinan. Metode Menggunakan pendekatan Penelitian kualitatif-deskriptif dengan metode analisis semiotika model Roland Barthes. Hasil Penelitian 1. Makna denotasi yang ditemukan

menyimpulkan bahwasanya nilai dalam kepemimpinan itu berawal dari dalam diri sendiri, dan banyak pemimpin yang mengemis untuk mendapatkan kedudukan tinggi padahal kapabilitasnya belum memenuhi. 2. Sedangkan makna konotasinya adalah gambaran pemimpin masa kini yang hanya mengutamakan urusan perut dan singgasana megah untuk pribadi saja. Selain itu pemimpin juga terlalu sering

mengumbar janji. 3. Makna mitos yang ditemukan adalah pemimpin harus

67 Tengku Abubakar, Analisis Semiotika Nilai-Nilai Kepemimpinan dalam Komik 99 Pesan Nabi Karya VBI_Djenggotten, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2016, hlm. 90 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

mengetahui sifat dan perilaku kesehariannya. Persamaan Sama-sama mengkaji tentang kepemimpinan. Perbedaan Penelitian ini dilakukan melalui media massa cetak yaitu komik.

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Jurnal Karya Hamidah dan Ahmad Syadzali Nama Peneliti Hamidah dan Ahmad Syadzali Judul ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES TENTANG FENOMENA JILBOOBS68

Jenis Penelitian Jurnal Institusi/ Tahun UIN Antasari/ 2016 Tujuan Menjelaskan fenomena jilboobs Penelitian melalui analisis semiotika model Roland Barthes. Metode Menggunakan metode analisis Penelitian semiotika model Roland Barthes. Hasil Penelitian Fenomena jilboobs adalah budaya

fashion yang mempengaruhi gaya berpakaian muslimah saat ini. Dengan alasan tidak mau ketinggalan zaman, muslimah saat ini mengenakan jilbab dengan tanpa memperhatikan esensinya sebagai penutup aurat dan bentuk

68 Hamidah dan Ahmad Syadzali, Analisis Semiotika Roland Barthes Tentang Fenomena Fenomena Jilboobs, Jurnal Studi Insania Vol. 4 No. 2 Oktober 2016 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

tubuh, tetapi malah menjadi mode yang memperlihatkan bentuk dada karena pakaian yang ketat. Persamaan Analisis semiotika model Roland Barthes sama-sama digunakan. Perbedaan Penelitian ini melalui mode atau tren yang sedang marak akhir- akhir ini, bukan melalui bentuk karya media massa. Walaupun tren jilboobs sendiri sebenarnya juga dapat disebarkan melalui media massa internet.

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu Tesis Karya Nova Dwiyanti

Nama Peneliti Nova Dwiyanti

Judul ANALISIS SEMIOTIK CITRA WANITA MUSLIMAH DALAM FILM “ASSALAMUALAIKUM BEIJING” 69 Jenis Penelitian Tesis Institusi/ Tahun UIN Sumatera Utara/ 2016 Tujuan 1. Untuk menganalisis sikap wanita Penelitian muslimah yang menjalankan perintah Allah dalam film “Assalamualaikum Beijing”. 2. Untuk mengetahui peran wanita muslimah dalam meningkatkan citra Islam di mata dunia dalam

film “Assalamualaikum Beijing”.

69 Nova Dwiyanti, Analisis Semiotika Citra Wanita Muslimah dalam Film “Assalamualaikum Beijing”, Thesis Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2016, hlm. 113 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

3. Untuk menganalisis wanita muslimah berinteraksi di negara minoritas dengan mempertahankan aqidah Islam dalam film “Assalamualaikum Beijing”.

Metode Menggunakan metode analisis Penelitian semiotika model Roland Barthes. Hasil Dalam film ini terdapat kriteria citra Penelitian wanita muslimah antara lain: 1. Dalam film Assalamualaikum Beijing, wanita muslim selalu senantiasa menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi

laranganNya, seperti tidak bersentuhan secara langsung dengan lawan jenis yang bukan muhrim, dan menjaga aurat serta kehormatannya.

2. Wanita muslimah memiliki peran dalam memberi citra Islam yang baik, seperti menjadi tenaga pendidik, dan menjadi pondasi juga tiang agama. 3. Wanita muslimah juga tetap mempertahankan aqidah Islam meskipun menjadi minoritas di negara lain. Persamaan Sama-sama melakukan analisis melalui media massa film. Perbedaan Hal yang dikaji dalam seseorang di film ini lebih luas, karena menekankan pada citranya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kritis. Paradigma ini memiliki suatu anggapan terhadap bagaimana media harus dipahami secara keseluruhan

dalam proses produksi dan juga struktur sosial.70 Paradigma ini juga beranggapan bahwa media justru dikuasai oleh pihak-pihak yang memiliki tujuan tertentu. Jadi, pandangan kritis mengungkapkan bahwa komunikasi tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kekuatan-kekuatan yang memberi pengaruh terhadap keberlangsungan komunikasi.71 2. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian berjenis analisis semiotika dengan model semiotika Roland Barthes. Sebagai salah satu model keilmuan sosial, semiotika memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut sebagai tanda.72 Model semiotika Roland Barthez yang di dalamnya mencakup makna denotatif dan konotatif digunakan untuk mengetahui simbol komunikasi kepemimpinan yan terdapat pada film Moneyball.

70 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2003), hlm. 21 71 Ibid, hlm. 48 72 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 87 54

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

B. Unit Analisis Agar subjek yang dikaji tidak melebar ke mana- mana, maka diperlukan suatu batasan pada subjek yang dikaji untuk kemudian dijadikan sebagai unit analisis. Maka dari itu, unit analisis dalam penelitian ini adalah setiap scene dari film Moneyball baik audio maupun

visual yang terdapat simbol komunikasi kepemimpinan.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data utama dan asli (didapatkan secara langsung tanpa melalui perantara) dari sebuah penelitian. Data primer yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah tiap scene dalam film Moneyball yang mengandung simbol komunikasi kepemimpinan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data-data yang didapatkan secara tidak langsung dari sumbernya, dan sifatnya berupa pendukung sampai menguatkan kebenaran dari data primer. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder berupa buku-buku yang berkaitan dengan komunikasi kelompok, analisis semiotika, dan film. Situs-situs berisikan artikel yang terkait dengan film Moneyball dan penelitian- penelitian terkait sebelumnya juga tidak ketinggalan menjadi data sekunder dalam penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

D. Tahap-Tahap Penelitian 1. Menentukan Tema Ketika menonton film Moneyball untuk pertama kalinya, peneliti menyadari bahwa terdapat banyak sekali unsur-unsur kepemimpinan dan manajemen dalam film ini. Untuk itu peneliti selanjutnya

menentukan tema penelitian dengan tujuan untuk memfokuskan sesuatu yang akan dikaji dalam penelitian ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah tentang komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball.

2. Menyusun Rancangan Rancangan termasuk langkah-langkah apa yang akan diambil ketika melakukan penelitian harus dilakukan, karena nantinya rancangan ini yang akan mempermudah peneliti dalam proses penelitian. 3. Menentukan Sumber Data Dari banyaknya kemungkinan sumber data yang dapat peneliti jadikan acuan dalam penelitian ini, peneliti melakukan kajian dan membagi sumber data menjadi dua jenis, yakni sumber data primer yang merupakan data utama, dan sumber data sekunder yang merupakan data pendukung penelitian ini. 4. Menyiapkan Alat Penelitian

Peneliti mempersiapkan segala alat yang akan dibutuhkan selama proses penelitian, seperti mempersiapkan alat tulis lengkap guna mempermudah proses pengkajian data. 5. Menganalisis Data Ketika melakukan penelitian analisis teks media khususnya semiotika, peneliti menemukan banyak jenis model analisis yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data. Maka dari itu peneliti harus

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

dengan cermat menentukan satu pilihan terhadap beberapa jenis model analisis tersebut. Peneliti menentukan pilihan pada analisis semiotika model Roland Barthes.

E. Teknik Pengumpulan Data Peneliti dalam tahap ini melakukan pengumpulan terhadap data-data yang bersangkutan. Tahapan ini dinamakan dokumentasi. Data-data yang didapat melalui proses observasi adalah potongan-potongan scene yang menunjukkan simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball. Data-data tersebut selanjutnya akan dikelompokkan dan diuraikan penanda (signifier) dan

petandanya (signified).

F. Teknik Analisis Data Proses pengolahan data mentah menjadi informasi adalah pengertian dari teknik analisis data. Proses ini dilakukan agar data yang masih mentah tersebut dapat dengan lebih mudah dipahami guna

menjawab pertanyaan yang diajukan di awal penelitian ini. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis semiotika dengan model yang diperkenalkan oleh Roland Barthes. Analisis tersebut bertujuan untuk membaca dan mengurai scene yang berisi simbol komunikasi kepemimpinan yang ada dalam film Moneyball. Berikut peneliti sampaikan tentang urutan teknik analisis data: 1. Menetapkan simbol atau tanda komunikasi kepemimpinan yang terdapat dalam film Moneyball.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

2. Mencari penanda (signifier) dan petanda (signified) yang terdapat dalam potongan scene yang berisi simbol komunikasi kepemimpinan. 3. Menginterpretasi, menganalisis, dan mendeskripsikan secara lebih mendalam tentang penanda (signifier) dan petanda (signified) melalui dua tahapan, yaitu

berdasarkan makna denotasi dan makna konotasinya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subyek Penelitian 1. Profil Film Moneyball Gambar 4.1 Sampul Depan Film Moneyball

Moneyball merupakan judul film bergenre drama, biografi, dan olahraga yang diproduksi oleh Scott Rudin Productions, Michael De Luca Productions, serta Plan B Entertainment. Columbia Pictures sebagai distributor resmi Moneyball merilis film ini secara global pada tanggal 23 September

2011, setelah sebelumnya ditayangkan premiere dalam acara Toronto International Film Festival. Film Moneyball yang berdurasi 133 menit sendiri merupakan bentuk adaptasi dari buku best-seller berjudul Moneyball: The Art of Winning an Unfair

Game yang ditulis oleh Michael Lewis. Sutradara Bennett Miller ditunjuk oleh Sony untuk mengarahkan proses produksi film setelah 59

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

sebelumnya Steven Soderberg meninggalkan posisi tersebut karena perbedaan pendapat dengan produser. Masyarakat selalu beranggapan bahwa hiruk pikuk sebuah kompetisi olahraga bisbol hanyalah terjadi di dalam stadion saja. Tak banyak orang tahu

bahwa apa yang dipertandingkan di stadion adalah hasil dari kerja keras orang-orang di balik meja. Billy Beane sebagai manajer umum tim Oakland Athletics adalah salah satu orang yang berkontribusi dalam dunia bisbol. Tanpa kehadiran orang-orang seperti Beane, bisbol hanyalah permainan biasa yang tidak memiliki sistematika, yang bahkan anak-anak pun bisa memainkannya di lapangan. Pada musim MLB 2002, Billy Beane mengaplikasikan sebuah pendekatan bernama moneyball yang merupakan proses prekrutan dan pelepasan pemain berdasarkan data statistika. Metode ini kelak akan merubah struktur perekrutan pemain, tidak hanya di olahraga

bisbol saja, tetapi hampir di semua cabang olahraga. Sukses film Moneyball dibuktikan dengan perolehan pendapatan total sebesar USD 110,2 juta. Jumlah keuntungan yang lebih dari dua kali lipat, mengingat film ini menghabiskan USD 50 juta (estimasi) dalam proses pembuatannya. Selain dari sisi bisnis, Moneyball juga sukses meraih respon positif dari kritik yang ada. Metacritic, halaman yang memiliki fokus dalam pemberian ratings film, game, acara tv, dan lagu memberikan nilai 87/100 berdasarkan kumpulan review dari jurnalis film beberapa media besar seperti TIME, The New York Times, dan Variety.73 Sedangkan situs pangkalan

73 https://www.metacritic.com/movie/moneyball/critic-reviews, diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 09.47 WIB digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

data film terbesar, IMDb memberikan nilai 7,6/10 berdasarkan vote dari 331.619 usersnya.74 Organisasi Academy of Motion Picture Arts and Sciences pun mengakui kualitas film Moneyball. Pada acara seremonial paling bergengsi, 84th Academy Awards, Moneyball tercatat dapat meraih

nominasi dalam enam kategori berbeda, antara lain: Best Motion Picture of the Year, Best Performance by an Actor in a Leading Role untuk Brad Pitt, Best Performance by an Actor in a Supporting Role untuk Jonah Hill, Best Achievement in Film Editing, Best Achievement in Sound Mixing, dan Best Writing Adapted Screenplay.75 Walaupun tidak dapat memenangkan satupun Oscar (sebutan untuk piala yang dimenangkan dalam satu kategori Academy Awards), prestasi ini merupakan raihan positif mengingat ketatnya persaingan dari ribuan film untuk dapat menembus nominasi Academy Awards. Untuk menyelesaikan sebuah proyek besar

seperti pembuatan film Moneyball, dibutuhkan para ahli yang berkompeten dalam bidangnya masing- masing. Kerumitan dalam proses produksi film tidak hanya terjadi dalam proses pengambilan gambar saja, tetapi di baliknya juga terdapat proses pra- produksi yang sangat rumit karena semua perencanaan disusun dalam proses itu, lalu juga ada proses pasca-produksi yang lebih melelahkan karena di sanalah semua proses untuk menyempurnakan film terjadi. Berikut ini adalah para anggota tim kreatif yang menjadi kontributor dalam pembuatan film Moneyball:

74 https://www.imdb.com/title/tt1210166/ratings?ref_=tt_ov_rt, diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 09.50 WIB 75 https://www.oscars.org/oscars/ceremonies/2012, diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 10.19 WIB digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

Tabel 4.1: Daftar Anggota Tim Produksi Film Moneyball Posisi Nama Anggota Produser Scott Rudin, Andrew S. Eksekutif Karsch, Sidney Kimmel, dan Mark Bakshi Produser Michael de Luca, Rachel Horovitz, dan Brad Pitt Sutradara Bennett Miller Penulis Cerita Stan Chervin (adaptasi dari buku karya Michael Lewis) Penulis Skenario Steven Zaillian dan Aaron Sorkin Sinematografer Wally Pfister Penyuting Christopher Tellefsen Penata Musik Mychael Danna Penata Set Nancy Haigh

Penata Busana Kasia Walicka-Maimone Penata Rias Francisco X. Perez Penata Rambut Kathrine Gordon Penata Peran Francine Maisler Pemeran Brad Pitt, Jonah Hill, Philip Seymour Hoffmann, Robin Wright, Kerris Dorsey, Chris Pratt, Stephen Bishop, Reed

Diamond, Brent Jennings, Ken Medlock, Tammy Blanchard, Jack McGee, Vyto Ruginis, Nick Searchy, Glenn Morshower, dan lain-lain.

Film seperti pada umumnya juga memiliki tokoh- tokoh yang tampil dan diceritakan dalam narasinya. Masing-masing tokoh diberi oleh pembuat cerita

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

sebuah penokohan. Penokohan sendiri merupakan hal yang mendasari seorang tokoh termasuk di dalamnya sifat dan watak seseorang. Penokohan itulah yang membuat masing-masing tokoh dalam film terasa berbeda dan unik. Berikut ini adalah daftar tokoh-tokoh utama beserta penokohannya

dalam film Moneyball: Tabel 4.2 Daftar Penokohan Beberapa Karakter Film Moneyball Cast Foto Penokohan Billy Beane Manajer umum (Brad Pitt) tim Oakland Athletics. Memiliki sifat tegas, komunikatif, dan tidak mudah menyerah.

Merupakan seorang duda dan memiliki seorang anak perempuan. Peter Brand Analis data dan (Jonah Hill) statistik tim Oakland Athletics. Memiliki sifat lugu, rajin, dan jujur. Merupakan seorang fresh graduate yang

memperkenalkan pendekatan moneyball digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

kepada Billy Beane. Art Howe Manajer atau (Philip pelatih kepala Seymour tim Oakland Hoffmann) Athletics. Memiliki sifat membangkang dan terkesan berlawanan dengan Billy Beane mengenai pendekatan moneyball.

Sharon Mantan istri (Robin Billy Beane dan Wright) ibu kandung dari Casey Beane. Memiliki sifat

baik hati dan responsif terhadap ayah dari putrinya. Telah menikah lagi dengan lelaki yang lebih mapan.

Casey Putri kandung Beane Billy Beane dan (Kerris Sharon. Dorsey) Memiliki sifat yang baik hati,

lucu, dan penyayang. Menggemari alat digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

musik gitar dan menulis lagu untuk ayahnya. Scott Pemain Oakland Hatteberg Athletics (Chris Pratt) berposisi sebagai first-baseman yang didatangkan oleh Billy Beane. Memiliki sifat kurang percaya diri namun memiliki etos kerja yang bagus. David Pemain Oakland Justice Athletics yang (Stephen berposisi sebagai

Bishop) outfielder yang juga didatangkan oleh Billy Beane. Memiliki sifat yang sedikit sombong dan angkuh mengingat dirinya merupakan pemain veteran

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

2. Profil Sutradara Film Moneyball, Bennett Miller Gambar 4.2 Foto Sutradara Film Moneyball, Bennett Miller

Bennet Altman Miller adalah seorang sutradara yang lahir di New York City pada tanggal 30 Desember 1966. Miller merupakan putra dari ayah yang berprofesi sebagai insinyur dan ibu yang berprofesi sebagai seniman. Bakat dan kegemarannya di bidang perfilman sudah terendus sejak muda, diawali oleh perkenalannya dengan penulis Dan Futterman dan aktor Philip Seymour

Hoffman saat mengikuti program New York State Summer School of the Arts. Program tersebut merupakan sebuah pelatihan kesenian intensif yang terbuka untuk seluruh siswa yang bersekolah di wilayah Negara Bagian New York. Setelah lulus dari sekolah, Miller memutuskan untuk mendalami kemampuan di bidang perfilman dengan melanjutkan pendidikan di Tisch School of the Arts milik New York University. Sayangnya, Miller dikeluarkan dari sekolah tinggi tersebut sebelum dapat lulus. Walaupun begitu, Miller tetap menekuni perfilman dengan mendirikan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

perkumpulan teater Bullstoi Ensemble bersama teman lamanya, Hoffmann dan Steven Schub. Pada tahun 2009, Sony sebagai pemilik Columbia Pictures menunjuk Miller untuk menahkodai proses produksi film Moneyball. Nama Miller sebetulnya bukanlah pilihan pertama untuk

posisi sutradara. Miller menggantikan peran sutradara Steven Soderbergh yang memutuskan keluar karena bersitegang dengan produser karena perbedaan pendapat. Sebelum menjadi sutaradara Moneyball, Miller hanya memiliki dua karya film dalam cvnya, yakni The Cruise (1998) dan Capote (2005). Miller sendiri menyebut diriya lebih fokus dalam mengerjakan proyek iklan komersial dan video klip, sehingga banyak menolak tawaran mengerjakan proyek film. Di kalangan para sutradara sendiri, Miller dianggap sebagai orang yang “pemilih” khususnya mengenai tawaran proyek yang masuk. Ketika

dirinya memutuskan untuk menerima tawaran menjadi sutradara Moneyball, tentu Miller telah membuat perhitungan yang matang. Miller tak ingin membuat film bertemakan olahraga yang hanya sekedar menceritakan soal latihan, bertanding, dan menang. Maka dari itu, saat membaca naskah awal, Miller tidak langsung tertarik, melainkan harus melakukan beberapa hal terlebih dahulu. Salah satu cast dalam film Moneyball yakni Brad Pitt menjadi orang yang ditemui oleh Miller untuk berbicara dan menyelaraskan pikiran soal Moneyball. Kisah inspiratif dari Billy Beane menjadi alasan utama Miller ikut andil dalam pembuatan film ini. Dalam wawancaranya kepada IndieWire, Bennett Miller mengatakan bahwa sosok Billy Beane tak selalu identik dengan kesuksesan, tetapi Beane hanya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

ingin “meremidi” satu hal dalam hidupnya, dan dia ingin memenangkan pertandingan bisbol.76 Bagi orang-orang yang mengikuti kisah Billy Beane, atau minimal mengetahui rekam jejaknya pasti mengetahui bahwa Beane pernah menolak tawaran beasiswa untuk menjadi mahasiswa di salah satu

kampus paling prestis di dunia, Stanford University demi mewujudkan mimpinya menjadi pemain bisbol professional, tetapi dia gagal sebagai pemain bisbol. Kegagalan itulah yang disebut “remidi” oleh Miller dan menjadi salah satu point of interest yang coba ditampilkan dalam film garapannya.

3. Sinopsis Film Moneyball Oakland Athletics, sebuah tim bisbol yang berkompesisi di kejuaraan paling ketat di dunia, MLB sedang mengalami masa kesulitan finansial. Disaat tim-tim elit seperti New York Yankees dan Boston Red Sox dapat bersaing untuk mendapatkan

gelar juara dengan sokongan dana tak terbatas dari pemilik dan sponsornya, Oakland Athletics hanya dapat melangkah terseok-seok dengan sokongan dana hanya USD 38 juta. Dana tersebut terbilang kecil dan tidak akan cukup untuk mendatangkan beberapa pemain kelas dunia guna menambah kekuatan tim. Terlebih lagi pada musim 2002, Oakland Athletics baru saja kehilangan tiga pemain terbaik mereka yaitu Johnny Damon, Jason Giambi, dan Jason Isringhausen. Billy Beane, sang duda yang menjadi manajer umum tim Oakland Athletics pun mendapat tugas tambahan selain menambah

76 https://www.indiewire.com/2011/09/how-did-moneyball-director- bennett-miller-make-a-smart-studio-movie-brad-pitt-184766/, diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 22.02 WIB digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

kekuatan tim, yakni mengganti pemain bintang yang hengkang dengan pemain yang kualitasnya sepadan. Ketika mengunjungi rekan sesama manajer umumnya di tim Cleveland Indians, Beane bertemu dengan seorang fresh-graduate dari Yale University bernama Peter Brand. Brand merupakan seorang

analis data dan statistik yang pendapatnya sangat didengarkan oleh manajer umum Cleveland Indians. Karena penasaran, Beane mencoba untuk berkenalan dengan Brand dan mengajaknya untuk bergabung dengan Oakland Athletics. Peter Brand pun setuju untuk menjadi analis data dan statistik merangkap menjadi asisten manajer umum Oakland Athletics. Hal yang melandasi ketertarikan Beane kepada Brand adalah teori perekrutan pemain yang terbilang sangat radikal, yakni dengan mengandalkan data dan statistik pemain yang disajikan oleh sistem komputer. Para staff kepelatihan termasuk para scout (pemandu bakat) tim jelas meremehkan teori Brand

dan mengatakan bahwa pengalamandan intuisi seseorang dalam mengamati pemain tidak bisa serta merta digantikan oleh perangkat komputer. Kepala scout Oakland Athletics, Grady Fuson secara terang- terangan menentang Beane dan menyebabkan dirinya dipecat oleh Beane. Dengan pendekatan milik Brand, Beane setuju untuk mendatangkan pemain-pemain yang memiliki statistik on-base percentage (OBP) yang lumayan seperti Chad Bradford, David Justice, Scott Hatteberg. Manajer tim Art Howe juga melayangkan protes karena ketiga pemain yang datang merupakan pemain yang tidak lazim; Bradford merupakan pitcher dengan gaya melempar yang aneh, Justice merupakan pemain tua yang sudah tidak lagi prima, dan Hatteberg sendiri merupakan pemain yang masih cedera.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

Perkambangan Oakland Athletics di awal musim sangatlah buruk, konflik internal disinyalir jadi penyebab lambannya proses tim untuk dapat meraih kemenangan. Howe sebagai manajer juga kerap menolak saran strategi dari Beane dan Brand dan lebih memilik memainkan pemain yang disukainya

saja. Salah satu pemain yang tidak dimainkan oleh Howe adalah Scott Hatteberg karena Howe lebih suka memainkan Carlos Pena di first-base. Sebagai bentuk intervensinya, Beane terpaksa harus mendepak Pena dari Oakland Athletics agar Howe tidak punya pilihan selain memainkan Hatteberg. Beane pun memberikan sebuah “ancaman” kepada Howe dengan akan melakukan tindakan serupa, jika Howe menolak untuk kooperatif. Berawal dari situlah tim Oakland Athletics berhasil melaju kencang dan memenangkan 19 pertandingan beruntun. Pada pertandingan ke-20, Oakland Athletics

berada di dalam ambang kemenangan setelah di inning ketiga berhasil memimpin angka 11-0 atas Kansas City Royals. Beane yang sebelumnya tidak ingin datang menyaksikan timnya bermain tiba-tiba dihubungi oleh putrinya, Casey untuk menyuruhnya datang ke stadion. Beane mempercayai sebuah tahayul untuk mengindari datang ke stadion ketika pertandingan sedang berlangsung. Tepat ketika Beane tiba, timnya secara lagsung mengalami penurunan performa, keunggulan 11-0 secara perlahan berhasil dibalikkan oleh Kansas City Royals menjadi 11-11. Pada akhirnya, Beane memilih untuk masuk ke dalam ruang ganti pemain dan menenangkan diri. Manajer Howe yang sedang putus ata memutuskan untuk memanggil Scott Hatteberg dan menyuruhnya menjadi pemukul bola.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

Bola yang dipukul oleh Hatteberg melesat jauh ke tribun penonton dan mencetak walk-off home run yang memberikan kemenangan 20 pertandingan beruntun bagi Oakland Athletics, sebuah rekor baru dalam 103 tahun terakhir. Setelah hiruk pikuk perayaan kemenangan 20

pertandingan beruntun, Oakland Athletics kembali menelan kekalahan atas Minnesota Twins di pertandingan terakhir musim itu. Mimpi menjadi juara MLB yang kembali pupus tetap menjadi sebuah kekecewaan bagi Billy Beane. Sisi positif datang tak lama setelah itu, salah satu tim bisbol terbesar di dunia, Boston Red Sox menyadari kehebatan metode moneyball yang dipopulerkan oleh Beane dan memutuskan untuk merekrut Beane sebagai manajer umumnya. Dalam sebuah epilog film Moneyball, tertulis bahwa Billy Beane dengan kebesaran hatinya memutuskan menolak tawaran gaji USD 12,5 juta untuk menjadi manajer umum Boston Red Sox dan

tetap bekerja di Oakland Athletics. Gaji tersebut sebenarnya akan menjadikan Billy Beane sebagai manajer umum dengan bayaran tertinggi sepanjang sejarah olahraga manapun. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2004, Boston Red Sox sukses menjadi juara MLB World Series dengan menggunakan metode moneyball. Film Moneyball juga kerap memasukkan flashback singkat berupa kenangan masa muda Billy Beane yang dulunya merupakan calon pemain bisbol berbakat. Beane menolak tawaran beasiswa dari Standford University demi menjadi pemain bisbol professional. Tak dapat disangka, pilihan yang dijatuhkan oleh Beane akan menjadi penyesalan seumur hidupnya, karena Beane gagal total dalam bisbol dan menjadi seseorang tanpa gelar yang hanya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

dapat menggantungkan hidupnya sebagai scout bisbol biasa.

B. Penyajian Data Film Moneyball mengandung banyak simbol komunikasi kepemimpinan yang dapat peneliti analisis petanda dan penandanya untuk mendapatkan denotasi dan konotasinya. Berikut ini adalah scene-scene yang terkait dengan simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball. 1. Scene 1: Permintaan Billy Beane (05:15-07:22) Dalam scene pertama film Moneyball yang terkait dengan simbol komunikasi kepemimpinan,

terdapat percakapan antara Billy Beane dengan Stephen Schott, pemilik tim Oakland Athletics. Beane mengutarakan kekesalannya lantaran Oakland Athletics kalah di pertandingan terakhir melawan New York Yankees. Selain itu, Beane juga mengeluhkan soal minimnya dana dari pemilik tim untuk mendatangkan pemain. Schott menegaskan kembali kepada Beane soal posisinya sebagai manajer umum, yakni untuk terus menjalankan tim dengan dana berapapun. Oakland Athletics tetap pada pendiriannya untuk tidak membayar belasan juta USD hanya untuk seorang pemain bintang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

Tabel 4.3 Penyajian Data Scene 1: Permintaan Billy Beane Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene pertama yang didalamnya terdapat simbol komunikasi kepemimpinan ini memiliki durasi

selama 1 menit Billy Beane duduk lebih 7 detik. menghadap pemilik tim, Peneliti mengmbil Stephen Schott dan sebagian scene mengutarakan (06:00-06:19), permintaannya. yang mana sudah cukup untuk Gambar 2 dijadikan bahan analisis.

Visual berupa tangkapan layar di

gambar pertama Stephen Schott duduk di diambil secara mejanya menghadap Billy close up. Beane. Menampilkan sosok Billy Beane

Billy: “I need more money, yang duduk Steve.” menghadap Stephen: “Billy, we don’t have kepada atasannya, anymore money.” Stephen Schott di ruang kerjanya. Billy: “I can’t compete against 120 million dollars payroll with 38 million Visual di gambar dollars.” kedua diambil digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

Stephen: “We’re not gonna dengan teknik compete with these teams that over shoulder dan have big budgets. We’re juga secara gonna work within the medium shot. Kali constraints that we have. And ini menampilkan you’re gonna have to do the sosok Stephen

best job that you can Schott yang duduk recruitting new players. secara nyaman di We’re not gonna pay 17 meja kerjanya million dollars a year to a menghadap Billy player.” Beane.

Dialog di samping menceritakan tentang Billy Beane yang mengeluhkan kurangnya dana dari pemilik tim,

Stephen Scott sehingga tidak bisa mendatangkan pemain-pemain bintang. Schott menegaskan bahwa dirinya tidak akan membuang uang hanya untuk pemain berlabel bintang, dan

memerintahkan kepada Beane untuk tetap digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

memimpin tim dan mencari pemain pengganti dengan dana seadanya. Schott berbicara dengan nada yang

halus dan penuh pengertian kepada Beane.

Denotative Sign (Tanda Denotatif) Stephen Scott menolak permintaan Billy Beane untuk mengeluarkan tambahan dana dan menegaskan kembali kepada Beane untuk

memanfaatkan sumber daya yang ada. Conotative Signifier Conotative (Penanda Konotatif) Signified (Petanda Konotatif) Permintaan untuk menambah Penting bagi dana guna merekrut pemain seorang pemimpin ditolak oleh Stephen Schott. untuk dapat memahami batasan dan memprioritaskan kebutuhan dalam penyusunan

anggaran tim. Tidak serta merta mengeluarkan uang hanya untuk mendatangkan pemain bintang saja. Conotative Sign (Tanda Konotatif) digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

Stephen Schott memberikan pengertian kepada Billy Beane tentang kebijakan pengeluaran tim dan meyakinkan Beane tentang tugas utamanya.

2. Scene 2: Sisa Kontrak Art Howe (29:36-31:25) Dalam scene kedua, terdapat sebuah percakapan antara Billy Beane dengan Art Howe, pelatih kepala

tim Oakland Athletics. Howe yang merasa tertekan dengan pendeknya sisa durasi kontraknya mencegat Beane yang hendak memasuki ruang rapat. Howe menyampaikan bahwa sisa masa baktinya yang tinggal satu tahun menjadi penghambat keleluasaannya dalam bekerja. Dalam arti lain, Howe merasa bahwa Beane tidak memberikan banyak kepercayaan pada dirinya. Dengan mempertimbangkan keluhan dari Howe, Beane menyadari bahwa tidak mudah untuk menjalankan sebuah tim dengan kontrak yang mepet. Untuk itu, Beane mengatakan bahwa dirinya akan segera mengevaluasi kembali kontrak Art Howe

sebagai pelatih kepala tim Oakland Athletics. Tabel 4.4 Penyajian Data Scene 2: Sisa Kontrak Art Howe Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene kedua ini memiliki durasi 1 menit lebih 49 detik. Peneliti mengambil sebagian potongan (30:13-30:55) Art Howe berdiri berhadapan untuk dijadikan dengan Billy Beane. bahan analisis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

Gambar 2 Visual berupa tangakapan layar pada gambar pertama diambil secara medium

long shot. Sosok Billy Beane berdiri yang ditampilkan berhadapan dengan Art adalah Art Howe, Howe. pelatih kepala tim

Oakland Athletics Art: “I can’t manage this yang berdiri di team under a one-year depan ruang rapat contract.” sambil Billy: “Well, sure you can.” menyilangkan Art: “No, i can’t.” kedua tangannya. Billy: “Okay, i gotta put a Bagian belakang team on the field. After that, Billy Beane juga i’ll take a good long look at terlihat dalam

your contract.” gambar ini. Art: “How about you to deal

with the manager’s contract, Visual pada then put a team on the field.” gambar kedua Billy: “Art, at this moment, if diambil dengan a grounder hit to first, teknik over nobody’s there to stop it from shoulder secara rolling.” medium shot. Art: “It’s not easy doing what Gambar i do under the cloud of one- menampilkan year contract.” Billy Beane yang Billy: “Okay, i understand berdiri menghadap that. I’ve been there.” Art Howe sambil

Art: “I know you have. And a menyandarkan one-year contract means the sikunya pada pintu same thing to a manager does ruang rapat. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

to a player. There’s not a lot of faith there. Which is Dialog di samping strange after a 102-wins menceritakan season.” tentang Art Howe, Billy: “I see. If you lose the pelatih kepala tim last game of the season, Oakland Athletics

nobody give a s***.” yang mengatakan Art: “So, it’s on me now?.” kepada Billy Billy: “No, Art, it’s on me.” Beane bahwa ia tak dapat melatih jika hanya memiliki sisa setahun dalam kontraknya. Beane menjanjikan dirinya akan segera mengevaluasi kontraknya setelah

berhasil membentuk tim yang siap tanding. Howe kurang sependapat dan mengatakan kalau kontrak pelatih kepala harus diselesaikan lebih dulu. Tidak hanya itu, Howe juga mengungkit keberhasilannya

musim lalu dengan membawa Oakland Athletics digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

memenangi 102 laga. Beane langsung menyanggahnya dengan mengatakan kalau

orang tidak akan peduli seberapa banyak kemenangan yang diraih jika kalah pada pertandingan di akhir musim. Beane mengatakan akan melaksanakan tugas dan bertanggung jawab atas

tugasnya, termasuk masalah kontrak Howe. Denotative Sign (Tanda Denotatif) Art Howe merasa kontrak yang pendek mengindikasikan kurangnya kepercayaan dalam pekerjaan. Billy Beane menjanjikan akan mengevaluasi kontrak Howe setelah berhasil menyusun tim. Conotative Signifier Conotative (Penanda Konotatif) Signified (Petanda Konotatif) Art Howe yang Durasi kontrak mengeluhkan pendeknya kerja yang pendek mengindikasikan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

durasi kontrak kepada kurangnya atasannya. kepercayaan dari atasan terhadap pekerjaan yang diberikan. Conotative Sign (Tanda Konotatif) Art Howe merasa bahwa dirinya kurang dipercaya oleh Billy Beane walaupun musim sebelumnya sukses membawa timnya meraih 102 kemenangan.

3. Scene 3: Rapat Staff Kepelatihan (31:26-36:42) Dalam scene ketiga, tampak para staff kepelatihan duduk di sebuah ruang rapat menyatukan pikiran dan berusaha menemukan pemain pengganti untuk pemain bintang yang hengkang. Masing-

masing staff telah mengajukan alternatif pemain pilihan mereka untuk dipertimbangkan oleh Billy Beane. Beane yang sebelumnya terpana dengan pendekatan data dan statistik yang diperkenalkan oleh asisten barunya, Peter Brand menolak seluruh nama-

nama pemain yang diajukan, lalu mulai mengajukan nama-nama pemain yang sesuai dengan pendekata barunya. Para staff sontak terkejut ketika Beane mulai menyebutkan nama-nama pemain yang dianggap “ cacat” dan “buangan” oleh sebagian besar tim di MLB. Beane mengajukan tiga nama untuk mengisi pos first-base yang ditinggalkan oleh Jason Giambi, nama-nama tersebut adalah: Jeremy Giambi, adik kandung dari Jason Giambi yang memiliki kegemaran berpesta di klub malam; lalu ada David Justice, mantan pemain bintang yang saat ini sudah tidak lagi prima kondisi fisiknya; dan juga Scott Hatteberg, yang memiliki masalah pada syaraf di lengannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

Penolakan demi penolakan dihadapi oleh Billy Beane pada rapat tersebut tetapi tidak menggoyahkan keyakinan Beane akan pemain yang hendak dipilihnya. Alasan utama dipilihnya tiga nama tersebut adalah karena mereka memiliki rasio on-base yang cukup bagus untuk harga mereka yang murah.

Selain itu, faktor eksternal seperti sikap, usia, dan kelainan medis pemain bukan menjadi kekhawatiran Beane selama pemain tersebut dapat meraih base. Tabel 4.5 Penyajian Data Scene 3: Rapat Staff Kepelatihan Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene ketiga ini memiliki durasi sangat panjang, yakni 5 menit 16 detik. Peneliti hanya menyertakan 21 detik (35:21 -35:42) dari

Grady Fuson menyanggah scene ini untuk Billy Beane dengan dianalisis. sebuah pertanyaan. Visual berupa Grady: “Wait, let me get it tangkapan layar pada straight. So, you’re not gambar pertama gonna bring in one but diambil secara big three defective players to close up. replace Giambi?.” Menampilkan wajah

dari Grady Fuson, Gambar 2 kepala pencari bakat tim Oakland Athletics dari

samping kanan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

Seorang anggota staff Lalu visual pada kepelatihan yang duduk di gambar kedua sebelah Grady Fuson ikut diambil secara close menimpali. up. Menampilkan sosok anggota staff Seorang staff di sebelah kepelatihan yang

Grady: “You’re not buying duduk di sebelah into this Bill James Grady Fuson. bulls**t, right?.” Anggota itu ikut menimpali dan Gambar 3 menyanggah Billy Beane dengan ekspresi kebingungan sambil memegang kacamatanya.

Dan visual pada Billy Beane dengan penuh gambar ketiga rasa optimis menjawab diambil secara close

keraguan beberapa up. Menampilkan staffnya. sosok Billy Beane dari sebelah kirinya. Billy: “This is the new Menjelaskan dengan direction of Oakland A’s. penuh rasa optimis We are card counters at kepada para staffnya the blackjack table. And tentang arah baru dari we’re gonna turn the odds tim Oakland on the casino.” Athletics.

Dialog di samping menceritakan tentang sebuah rapat staff

kepelatihan. Sesaat setelah Billy Beane mengumumkan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

kepada staffnya bahwa ia ingin merekrut Jeremy Giambi, David Justice, dan Scott Hatteberg, para staff

seperti kebingungan karena ketiga pemain tersebut bukanlah pemain yang bagus. Bahkan Grady Fuson sampai menyebut ketiga pemain tersebut “cacat”. Seorang anggota staff yang duduk di sebelah Fuson ikut menimpalinya dengan menyamakan

metode Beane dengan metode Bill James, seorang penulis buku bisbol. Beane tidak mempermasalahkann ya dan malah mengatakannya dengan nada optimis bahwa Oakland Athletics memiliki arah baru dalam merekrut pemain,

yakni berdasarkan statistik. Denotative Sign (Tanda Denotatif) digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

Billy Beane mengabaikan nama-nama pemain yang diajukan oleh para staffnya dan lebih memprioritaskan ketiga pemain yang memiliki statistik bagus namun kerap diremehkan. Conotative Signifier Conotative Signified (Penanda Konotatif) (Petanda Konotatif) Tiga pemain “cacat” Billy Beane tidak tersebut membuat para mempedulikan staff di ruang rapat faktor-faktor terheran karena Billy eksternal dalam Beane sangat optimis merekrut pemain, dengan ketiga pemain tetapi lebih tersebut. menekankan pada rasio persentase on-

base tiap pemain. Conotative Sign (Tanda Konotatif) Billy Beane membuat gebrakan dengan merekrut tiga pemain yang oleh para staff kepelatihan disebut “cacat” untuk menggantikan Jason Giambi, salah satu pemain bintang mereka.

4. Scene 4: Rumah Scott Hatteberg (36:43-39:49) Dalam scene keempat, Billy Beane mengajak salah seorang anggota pelatih tim, Ron Washington untuk mengunjungi Scott Hatteberg, seorang pemain yang ingin Beane rekrut. Pada awalnya, Hatteberg merasa terkejut ketika Beane datang ke kediamannya

dan menawarkan sebuah kontrak untuk menjadi first- baseman di Oakland Athletics menggantikan pemain bintang Jason Giambi. Terkejutnya Hatteberg dianggap wajar oleh Beane yang memang memahami bahwa Hatteberg merupakan sosok yang kurang percaya diri. Beane meminta Ron Washington untuk melatih Hatteberg di posisi first-base, posisi yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

asing bagi seorang yang sebelumnya bermain hanya sebagai catcher. Kemudahan yang ditawarkan oleh Beane tidak serta merta membuat Hatteberg menjadi tenang. Hal lain yang merisaukannya adalah tentang bagaimana reaksi para penggemar Oakland Athletics saat mereka

tahu pemain bintang mereka digantikan oleh pemain biasa yang memiliki masalah pada syaraf lengan. Tabel 4.6 Penyajian Data Scene 4: Rumah Scott Hatteberg Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene keempat memiliki durasi 3 menit lebih 43 detik. Peneliti mengambil sebagian scene (37:45-39:49)

Istri Scott Hatteberg untuk dianalisis. menyuguhkan makanan

kepada Billy Beane dan Ron Visual berupa Washington. tangkapan layar

pada gambar Billy: “Oh, thank you.” pertama diambil Ron: “Thank you, mam.” secara long shot. Billy: (sambil menoleh ke Menunjukkan arah istri Scott Hatteberg) sebuah ruang “Very kind.” tamu di rumah Scott Hatteberg. Gambar 2 Scott sendiri duduk di sebuah

sofa menghadap ke arah Billy Beane dan Ron digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

Washington. Istri Scott menghampiri untuk menyuguhkan makanan sejenak

Billy Beane melemparkan lalu beranjak bola bisbol kepada Scott pergi. Hatteberg dan memulai percakapan. Selanjutnya visual

pada gambar Gambar 3 kedua diambil secara mediun shot. Menampilkan sosok Billy Beane yang

Scott Hatteberg menangkap melemparkan sebuah bola bisbol bola dan setelah itu bercakap dengan Billy Beane dan Ron yang dipajang di Washington. meja kecil di sebelah tempat

Billy: “How’s the elbow, duduknya ke arah Scott?.” Scott Hatteberg. Scott: “You know it’s good, Terlihat juga Ron it’s really good, it’s great.” Washington yang duduk di sebelah Scott: (menunduk lalu terdiam sejenak) “I can’t Beane. throw a ball, at all.” Billy: “Yeah, you thrown your Visual pada last ball from the home plate. gambar ketiga juga diambil That’s what i’d say. Good news is, we want you at first.” secara mediun Scott: (terkejut dan terdiam) shot. Scott Hatteberg digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

Billy: “We want you to play menangkap first-base for the Oakland dengan agak kaku A’s.” bola yang Scott: “Okay, wow, i’ve only dilemparkan oleh ever played catcher.” Billy Beane. Lalu Billy: “Scott, you’re not a mereka

catcher anymore. If you were, mengobrol. our call wouldn’t have been the only one you got when Visual pada your contract expired.” gambar keempat Scott: “Yeah, Hey, Listen, No, diambil secara i appreciate it.” mediun shot. Putri Billy: “You’re welcome.” Scott Hatteberg Scott: “But, the thing is.” muncul dari Billy: (langsung belakang Billy menyahut)“You don’t know Beane dan Ron how to play first-base.” Washington Scott: “That’s right.” dengan piyama Billy: “Scott, it’s not that dan bonekanya,

hard, Scott. Tell him, Wash.” berjalan sambil (mengarahkan pembicaraan memanggil ke Ron Washington) ayahnya. Baik Ron: (mencoba mematahkan Beane maupun semangat Scott) “It’s Washington incredibly hard.” sama-sama Billy: “Hey, anything worth menoleh ke arah doing is. And, we’re gonna putri Hatteberg. teach you.” Hatteberg sendiri Scott: (kebingungan) “Wait a meminta istrinya minute here, i mean, but what untuk membawa about?.” putrinya menjauh. Billy: “Jason’s gone, Scott.”

Scott: “Giam, you want me to Visual pada take Giambi’s spot at first- gambar kelima base?.” diambil secara digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

Billy: “Yeah.” close up. Billy Scott: “What about the Beane berdiri fans?.” sambil merogoh Ron: (menyahut sambil dan mengeluarkan melemparkan lelucon) “Yeah, sebuah amplop maybe i can teach one of berisikan kontrak

them.” untuk bermain di Billy: (tersadar dengan Oakland Athletics lelucon itu) “The fans don’t, kepada Scott good one. Fans don’t run my Hatteberg. Setelah ball club.” memberikan amplop, Beane Gambar 4 dan Ron Washington pamit kepada Scott, istri, dan putrinya.

Dan visual pada gambar keenam

Tiba-tiba, putri Scott diambil secara Hatteberg datang long shot. Scott menghampiri ayahnya. Hatteberg Putri Scott Hatteberg: memeluk dengan (berteriak antusias dan bahagia istri dan berjalan menuju ayahnya) putrinya karena Scott: (tidak ingin diganggu) baru saja “Honey, what are you doing mendapat tawaran awake?.” (memanggil kerja di tim yang istrinya) “Sweetheart, can baru. you?.” Istri Scott Hatteberg: (datang Dialog di samping lalu menggendong putrinya menceritakan

menjauh) tentang Billy Scott: “That’s my daughter. Beane yang You got kids?.” meluangkan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

sebagian besar Gambar 5 waktunya di sana untuk berbincang- bincang dengan Hatteberg. Dari percakapannya,

dapat diketahui bahwa Hatteberg Billy Beane berdiri dan merupakan menyerahkan amplop. Lalu pribadi yang berpamitan kepada Scott kurang percaya Hatteberg, istri, dan putrinya. diri. Dapat dilihat dari Billy: (merogoh kantong pengakuannya jaket) “Uh, yeah, a daughter.” yang sudah tidak Billy: (berdiri dan dapat melempar menyodorkan amplop) “Scott, bola sama sekali, this is a contract to play a mengaku tidak ball for the Oakland A’s. A dapat bermain

copy has been sent over to sebagai first-base, your agent. Discuss with your dan juga takut wife. Let us know.” (berjalan para penggemar menuju pintu dan berpamitan tim tidak akan kepada istri dan putri Scott menyukainya Hatteberg) “Thank you. Bye- sebagai pengganti bye.” Jason Giambi. Putri Scott Hatteberg: “Bye.” Beane sebagai Billy: “Um, Scott.” calon atasannya Scott: “Yeah?.” tentu memberikan Billy: “Don’t tell anyone semangat dan about the first-base thing. meminta Scott: “Yes, Sir.” Hatteberg agar

Billy: “Okay.” mau menerima tawarannya. Bahkan tujuan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

Ron: (pamit kepada Scott Beane membawa Hatteberg) “Happy Washington Holidays.” adalah agar Scott: “Alright.” Washington mau melatih Hatteberg Gambar 6 bermain di posisi

yang baru, walaupun Washington kerap kali melontarkan candaan bernada sinis kepada Scott Hatteberg memeluk istri Hatteberg. Di dan putrinya. akhir scene dapat terlihat kalau Beane benar- benar serius dengan memberikan

secara langsung kontrak tim Oakland Athletics kepada Hatteberg. Denotative Sign (Tanda Denotatif) Billy Beane meyakinkan Scott Hatteberg agar mau menjadi first-baseman di tim Oakland Athletics. Conotative Signifier Conotative

(Penanda Konotatif) Signified (Petanda Konotatif) Scott Hatteberg yang sejak Scott Hatteberg awal memang kurang percaya merasa para diri ragu-ragu untuk penggemar tim menerima tawaran Billy akan keberatan Beane. jika dirinya yang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

menjadi pengganti Jason Giambi. Conotative Sign (Tanda Konotatif) Billy Beane berhasil meyakinkan Scott Hatteberg dengan menjanjikan pelatihan sesuai dengan posisi yang ditentukan.

5. Scene 5: Ponsel Casey Beane (39:50-42:16) Pada scene kelima ini, Billy Beane tidak bersentuhan langsung dengan dunia bisbol, melainkan dengan urusan pribadinya. Beane datang mengunjungi kediaman mantan istrinya karena sebelumnya telah berjanji untuk bertemu dengan

Casey Beane, putrinya. Sayangnya, Casey sedang tidak ada di rumah karena ada aktivitas di luar dengan teman-temannya. Sharon, mantan istri Beane memintanya untuk masuk ke dalam rumah sambil menunggu Casey datang. Di dalam rumah, terjadilah obrolan ringan basa- basi antara Beane, Sharon, dan Alan, suami baru Sharon. Sisi yang peneliti tekankan dalam percakapan ini adalah ketika Alan dan Sharon membahas soal mereka menghubungi ponsel Casey. Beane terkejut karena mereka telah memberikan putrinya yang masih berusia 12 tahun sebuah ponsel yang pada saat itu umum digunakan oleh orang dewasa. Dari raut

wajahnya, Beane nampak tidak suka dengan keputusan itu dan melontarkan sedikit sindiran hingga Alan terlihat sungkan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

Tabel 4.7 Penyajian Data Scene 5: Ponsel Casey Beane Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene kelima ini memiliki durasi 3 menit lebih 6 detik. Peneliti mengambil bagian akhir

(41:36-42:16) dari Sharon menanyakan dimana scene ini untuk Casey berada kepada kemudian suaminya. dianalisis.

Sharon: “Where is, where was Visual berupa she? Down the street, or?.” tangkapan layar Alan: “Oh, sorry, yeah. I just pada gambar talked to her on her cell. pertama diambil

She’s coming up the hill.” secara medium Sharon: “Okay.” long shot. Memiliki fokus Gambar 2 pada Sharon dan Alan yang sedang duduk bersebelahan di sebuah sofa. Tampak juga

Billy Beane memotong punggung dari pembicaraan Sharon dan Billy Beane yang suaminya. duduk menghadap mereka. Billy: “She’s got a cellphone?.” Sharon: “Yeah.” Lalu visual pada gambar kedua digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

Billy: (kebingungan) “A 12- diambil secara year-old?.” close up. Billy Sharon: “Yeah.” Beane yang Billy: “Huh.” duduk sambil Alan: “For emergencies.” menyilangkan Billy: (sedikit menyindir) kedua lengannya.

“Big parenting decision.” Mimiknya terlihat Alan: (menurunkan kaki, kurang setuju mulai sungkan, dan gugup) dengan Alan yang “But, it’s something that, you memberikan know, we, you know, all ponsel untuk should discuss. Because if you Casey. have any objections, of course.” Dialog di samping Billy: “Her mother and i will menceritakan discuss it. But, thank you.” tentang Billy Beane yang mengetahui fakta bahwa Casey,

putrinya yang memiliki sebuah ponsel. Dengan rasa tidak suka, Beane menanyakan alasan mereka memberikan ponsel kepada anak berusia 12 tahun. Alasan “kondisi darurat” merupakan kata

yang terucap dari mulut Alan. Beane pun digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

94

menimpalinya dengan melemparkan sindiran “keputusan orang tua yang besar”.

Alan pun nampak sungkan dan gugup saat berbicara setelah itu. Beane mengucapkan terima kasih dan mengatakan kedepannya akan berdiskusi dengan Sharon soal putri kandungnya. Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Billy Beane merasa dilangkahi oleh keputusan ayah tiri putrinya yang memutuskan untuk memberikan ponsel di usianya yang masih 12 tahun. Conotative Signifier Conotative (Penanda Konotatif) Signified (Petanda Konotatif) Billy Beane merasa bahwa Selayaknya

anak berusia 12 tahun belum seorang layak untuk mendapatkan pemimpin yang ponsel. memberikan reward kepada bawahan yang berprestasi, seorang ayah juga harus mengerti digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

95

kapan harus memberikan sesuatu kepada anaknya. Conotative Sign (Tanda Konotatif) Billy Beane yang kecewa karena mantan istri dan suami barunya memutuskan sesuatu terkait putrinya secara sepihak.

6. Scene 6: Grady Fuson Tidak Senang (46:51-49:55) Dalam scene keenam, Grady Fuson yang menjabat sebagai kepala pencari bakat di Oakland Athletics berbincang dengan Billy Beane. Beane menanyakan alasan mengapa Fuson nampak tidak

bahagia. Dengan nada penuh hinaan, Fuson mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Beane dan Peter Brand adalah hal yang salah. Olahraga bisbol tidak dapat disatukan dengan angka dan komputer karena kedua hal tersebut tidak memiliki pengalaman dan intuisi seperti manusia. Dengan sedikit tersulut namun tetap menunjukkan ketenangan, Beane membalas ucapan Fuson dengan singkat, padat, dan jelas. Beane mengucapkan kalimat yang berarti bahwa penggunaan angka dan komputer adalah bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman. Selain mempermasalahkan soal pendekatan baru,

Fuson juga mengemukakan ketidaksukaannya kepada Peter Brand. Menurutnya, Beane mendengarkan orang yang salah, karena dirinyalah yang memiliki pengalaman bisbol lebih banyak dibandingkan dengan Brand yang masih muda.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

96

Tabel 4.8 Penyajian Data Scene 6: Grady Fuson Tidak Senang Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene keenam ini memiliki durasi 3 menit lebih 4 detik. Peneliti mengambil bagian awal scene (46:51-

48:02) untuk Billy Beane berjalan dianalisis. mengikuti Grady Fuson yang sedang mencari tempat untuk Visual berupa berbicara. tangkapan layar

dari gambar Gambar 2 pertama diambil secara medium long shot. Billy

Beane berjalan mengikuti Grady Fuson mencari

Billy Beane bertanya kepada tempat untuk Grady Fuson. berbicara.

Billy: (menepuk tangan) Lalu visual pada gambar kedua “You’re unhappy, Grady. Why?.” diambil dengan teknik over Gambar 3 shoulder secara close up. Billy Beane berdiri

menghadap Grady Fuson sambil

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

97

meletakkan tangan di pinggang.

Dan visual pada gambar ketiga juga diambil dengan

Grady Fuson berbicara teknik yang sama. kepada Billy Beane. Grady Fuson berdiri berhadapan Grady: (tertawa) “Wow. May dengan Billy dan i speak candidly?.” juga meletakkan Billy: “Sure, go ahead.” tangan di Grady: “Major League pinggang. Baseball and its fans, they’re gonna be more than happy to Dialog di samping throw you and your Google menceritakan boy under the bus if you keep tentang Grady what you’re dong here. You Fuson yang tak don’t put a team together suka dengan

with a computer, Billy.” kehadiran Peter Billy: “No?.” Brand. Pasalnya, Grady: “No. Baseball isn’t Peter Brand yang just numbers, it’s not science. tak memiliki If it was, then anybody could pengalaman apa- do what we’re done but they apa dalam bidang can’t, because they don’t bisbol tiba-tiba know what we know.They datang dengan don’t have our experience membawa sebuah and they don’t have our pendekatan baru intuition.” dan membuat Billy Billy: (setuju dengan Grady Beane lebih Fuson) “Okay.” mendengarkannya

Grady: “Billy, ou got a kid in daripada Fuson there that’s got a degree in yang menjabat economics from Yale. You kepala pencari digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

got a scout here with 29 bakat. Fuson years of baseball experience. mengatakan You’re listening to the wrong bahwa bisbol tidak one. Now, there are dapat diaitkan intangibles that only baseball dengan angka people understand. You maupun komputer,

discounting what scouts have karena bisbol done for 150 years, even memiliki kaitan yourself?.” dengan Billy: “Adapt or die.” pengalaman serta (menepuk tangan) intuisi. Beane menepuk tangan seraya menjawab kalau semua itu merupakan bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman. Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Grady Fuson meragukan tentang konsep Moneyball yang diterapkan oleh Billy Beane karena menyalahi prinsip scouting. Namun dibantah oleh Billy Beane. Conotative Signifier Conotative (Penanda Konotatif) Signified (Petanda Konotatif) Grady Fuson kesal lantaran Konsep Moneyball

Billy Beane lebih percaya disebut oleh Billy pada statistik daripada intuisi Beane sebagai dan pengalaman seorang proses adaptasi pencari bakat. olahraga bisbol terhadap perkembangan zaman. Conotative Sign (Tanda Konotatif) digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

Billy Beane yang tetap pada pendiriannya dan keyakinannya pada konsep Moneyball walaupun ditentang oleh kepala pencari bakatnya sendiri.

7. Scene 7: Amarah Billy Beane (1:10:08-1:11:59) Dalam scene ketujuh, Oakland Athletics baru saja menderita kekalahan atas Baltimore Orioles. Billy Beane yang nampak kesal terlihat berjalan menelusuri lorong dan tidak menghiraukan Art Howe yang berpapasan dengannya. Saat melewati depan pintu ruang ganti pemain, Beane merasa mendengar kebisingan dari dalam ruang ganti pemain. Sontak, Beane langsung berputar arah dan memasuki ruang ganti pemain sambil mengabaikan sejumlah wartawan yang menunggu untuk mewawancarainya. Di dalam ruang ganti, mayoritas pemain Oakland Athletics melakukan pesta kecil dengan menyalakan musik dengan suara yang keras sambil berjoget ria. Para pemain tidak tersadar bahwa manajer umum

mereka sedang menyaksikan tindakan mereka. Beane langsung mengambil tongkat bisbol dan memukulkannya ke music player yang ada di rak lemari hingga musik mati. Para pemain, termasuk Jeremy Giambi yang berjoget di atas meja kecil terkejut dan terdiam seribu bahasa. Beane berusaha sekuat tenaga mengendalikan emosinya dan bertanya kepada para pemain apa alasan mereka bersenang- senang saat baru saja mengalami kekalahan. Karena tidak mendapat jawaban, Beane kembali tersulut emosi dan merobohkan dispenser air sebelum akhirnya meninggalkan ruangan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100

Tabel 4.9 Penyajian Data Scene 7: Amarah Billy Beane Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene ketujuh ini memiliki durasi 1 menit lebih 51 detik. Peneliti mengambil keseluruhan scene

sebagai bahan Billy Beane berjalan di analisis. lorong dan tidak menyapa Art Howe yang berpapasan Visual berupa dengannya. tangkapan layar

pada gambar Gambar 2 pertama diambil secara medium long shot.

Menampilkan Billy Beane yang berjalan menyusuri

Billy Beane melewati pintu lorong. Art Howe ruang ganti pemain, berjalan dari arah mendengarkan kebisingan, yang berlawanan. dan berputar arah memasuki Namun saat berpapasan, tidak ruang ganti tanpa mengiraukan wartawan yang ada dari keduanya menunggu. yang saling menegur sapa. Wartawan 1: “Billy, quick Visual pada question. Do you expect these guys to produce more gambar kedua or?.” diambil secara medium shot. Billy digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

Wartawan 2: “What’s the Beane yang reason for the slump?.” berjalan tiba-tiba Billy: “Not now, guys.” mendengar suara bising saat Gambar 3 melewati ruang ganti pemain.

Beane langsung berputar arah memasuki ruang ganti. Di depan

ruang ganti, para Melihat para pemain wartawan sudah berpesta, Billy Beane menanti untuk memukulkan tongkat bisbol mewawancarainya ke arah pemutar musik. , namun Beane

tidak melayani Gambar 4 wawancara dan langsung memasuki ruang

ganti.

Visual pada

Para pemain terkejut, dan gambar ketiga Billy mulai memarahi para diambil secara pemain. mediun shot. Menunjukkan eskpresi Billy: (menunjuk ke arah Jeremy Giambi yang sedang kemarahan Billy berdiri di atas meja) “Get Beane saat down!. Is losing fun?. Is mengetahui para losing fun?.” pemainnya berpesta setelah Jeremy: “No.” Billy: “What are you having menderita fun for?.” (menunjuk ke arah kekalahan. Beane langsung digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

langit) “That’s what losing mengambil sebuah sounds like.” tongkat bisbol dan memukulkannya Gambar 5 ke pemutar musik hingga musik mati.

Visual pada gambar keempat diambil dengan teknik over Billy merobohkan dispenser shoulder secara air sebelum keluar medium long shot. meninggalkan ruang ganti. Para pemain yang terkejut langsung menunjukkan ekspresi menyesal. Namun tidak dengan Jeremy Giambi yang tetap

berdiri tegak di atas meja lalu turun saat Billy Beane menyuruhnya. Giambi berdiri sambil meletakkan kedua tangan pada pinggang dan membiarkan resleting celananya terbuka lebar.

Dan visual pada

gambar kelima diambil secara long shot. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

Menunjukkan Billy Beane yang berbalik arah dan merobohkan sebuah dispenser air hingga tumpah

sebelum akhirnya meninggalkan ruangan.

Dialog di samping menceritakan tentang Billy Beane yang bertanya kepada para pemainnya apa alasan untuk berpesta padahal tidak ada hal yang

dapat dirayakan dari sebuah kekalahan. Denotative Sign (Tanda Denotatif) Billy Beane memukul music player dengan tongkat bisbol dan merobohkan dispenser air karena marah dengan sikap para pemain yang berpesta setelah mengalami kekalahan.

Conotative Signifier Conotative (Penanda Konotatif) Signified (Petanda Konotatif) Billy Beane marah karena Sikap yang para pemain masih bisa seharusnya berpesta di ruang ganti dilakukan oleh para bawahan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

setelah mengalami setelah mengalami kekalahan. kegagalan adalah dengan melakukan evaluasi. Pemimpin pun juga punya hak

untuk bersikap tegas dalam menyikapi bawahan yang santai. Conotative Sign (Tanda Konotatif) Tindakan tegas berupa pemukulan music player dan perobohan dispenser air dilakukan oleh Billy

Beane saat mengetahui para pemain tidak menyikapi kekalahan dengan bijak.

8. Scene 8: Carlos Pena Didepak (1:18:42-1:20:47) Scene kedelapan ini menunjukkan kelanjutan dari dua scene dimana pelatih kepala, Art Howe menolak permintaan Billy Beane untuk lebih memainkan Scott Hatteberg daripada Carlos Pena di first-base. Howe, yang berpendapat bahwa Hatteberg bukanlah pemain bagus justru lebih sering bersebrangan pendapat dengan Beane dan tetap pada pendiriannya untuk memainkan Carlos Pena. Beane merasa bahwa sejak awal tindakan preventifnya

dengan memberitahu secara baik-baik kepada Howe tidak pernah digubris, hingga akirnya Beane terpaksa melakukan tindakan represif. Dengan sangat terpaksa, Billy Beane memberi mandat kepada Peter Brand untuk menemui Carlos

Pena dan memberitahukannya bahwa dirinya telah ditukar ke tim Detroit Tigers. Bahkan, setelah itu Beane memberitahu secara langsung kepada Howe digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

kalau pemain favoritnya telah pergi sehingga tidak ada alasan untuk tidak memainkan Hatteberg. Rasa kaget dan sedih melanda Howe karena merasa bahwa tindakan Beane dinilainya akan menghancurkan tim. Justru sebaliknya, alasan Beane lebih mempercayai Hatteberg adalah karena sejak awal menggunakan

pendekatan Moneyball, Hatteberg adalah salah satu pemain yang diperhitungkan. Tabel 4.10 Penyajian Data Scene 8: Carlos Pena Didepak Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene kedelapan ini memiliki durasi 2 menit lebih 5 detik. Peneliti mengambil bagian awal scene

Billy Beane dan Peter Brand (1:18:42-1:19:34) mendatangi Art Howe. untuk kemudian dianalisis. Billy: (membuka pintu) “Art, you got a minute?.” Visual berupa tangkapan layar Gambar 2 pada gambar pertama diambil secara medium long shot. Billy Beane dan diikuti Peter Brand

membuka pintu Art Howe sedang membuat minuman dan dan ingin mempersilahkan Billy Beane mengajak Art dan Peter Brand untuk duduk. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

Howe untuk Art: (menoleh) “Yeah, take a berbicara. seat.” Lalu visual pada gambar kedua Gambar 3 diambil secara medium shot. Art

Howe yang sedang membuat minuman mempersilahkan

Billy Beane dan Billy Beane memberitahu Art Peter Brand untuk Howe bahwa dirinya telah duduk. mendepak Carlos Pena. Dan visual pada Billy: “You can’t start Pena gambar ketiga at first tonight, you’ll have to diambil secara start Hatteberg.” medium long shot. Art: “I don’t wanna go 15 Billy Beane dan

rounds, Billy. The line-up Peter Brand yang card is mine, and that’s all.” telah duduk mulai (meminum minumannya berbicara kepada sambil berdiri) Art Howe. Billy: “That line-up card is

definitely yours. I’m just Dialog di samping saying you can’t start Pena at menceritakan first.” tentang Billy Art: (meletakkan gelas dan Beane yang menyandarkan telapak tangan mengatakan pada tembok lalu kepada Art Howe membantah) “Wow, i am kalau dia tak bisa starting him at first.” memainkan

Billy: “I don’t think so, he Carlos Pena lagi. plays fro Detroit now.” Howe tentu saja seperti sebelum- digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

107

Gambar 4 sebelumnya selalu tidak pernah mematuhi Beane dan lebih suka berdebat. Akhirnya Beane

memberitahu Art Howe terkejut. kalau Pena dan beberapa pemain Art: “You traded Pena?.” lain telah ditukar Billy: “Yeah, and Menechino, ke tim lain. Hiljus, Tam, are all being Dengan sangat sent down.” terkejut, Howe Art: (kesal) “You are outside mengatakan kalau your mind!.” Beane telah Billy: “Yeah, cuckoo.” kehilangan akal sehatnya. Denotative Sign (Tanda Denotatif) Billy Beane melepas Carlos Pena agar Scott

Hatteberg dapat menjadi first-baseman pilihan pertama. Conotative Signifier Conotative (Penanda Konotatif) Signified (Petanda Konotatif) Billy Beane yang muak Seorang karena peringatannya tidak pemimpin yang

digubris oleh Art Howe tindakan preventif akhirnya memutuskan untuk seperti tegurannya melepas Carlos Pena agar tidak digubris Scott Hatteberg dapat oleh bawahan bermain. dapat melakukan tindakan represif. Ketegasan diperlukan agar digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

108

tujuan awal dapat tercapai. Conotative Sign (Tanda Konotatif) Dengan terpaksa Carlos Pena harus dilepas oleh Billy Beane untuk memberikan ruang bagi Scott Hatteberg sebagai first-baseman.

9. Scene 9: Keangkuhan David Justice (1:22:20- 1:24:22) Dalam scene kesembilan ini, Billy Beane mendatangi David Justice, seorang pemain veteran yang sedang berlatih batting. Dengan nada penuh kecurigaan, Justice menanyakan apa maksud kedatangan Beane. Beane pun membalas sikap skeptis

Justice dengan menanyakan ada masalah apa. Lalu dengan penuh kesombongan, Justice mengatakan bahwa omong kosong dari Beane tidak mempengaruhinya karena merasa dirinya spesial dibanding pemain lainnya. Billy Beane terlihat tidak nyaman dengan keangkuhan David Justice. Pada akhirnya, Beane mengatakan bahwa dirinya tidak patut untuk menyombongkan diri dengan gaji besar atau status bintangnya. Beane juga menambahkan bahwa Oakland Athletics hanya membayar separuh gaji Justice karena separuhnya lagi dibayar oleh New York Yankees, mantan tim Justice. Itu menunjukkan

bahwa Justice sudah tidak dibutuhkan lagi oleh mantan timnya sehingga mereka rela mengelurakan uang untuk menyingkirkannya. Di akhir percakapan, Beane pun meminta pada Justice untuk bekerja sama dan menjadi contoh yang baik bagi pemain-pemain

yang lebih muda.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

109

Tabel 4.11 Penyajian Data Scene 9: Keangkuhan David Justice Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Gambar 1 Scene kesembilan ini memiliki durasi 2 menit lebih 2 detik. Peneliti mengambil keseluruhan scene

sebagai bahan Billy Beane mendatangi analisis. David Justice yang sedang berlatih memukul bola. Visual berupa tangkapan layar Billy: “Mr. Justice. Had a pada gambar few thoughts.” pertama diambil David: “Yeah, gonna teach secara long shot. me something?.” Billy Beane

Billy: “Excuse me?.” mendatangi David David: (memukul bola lalu Justice yang berbicara) “Never seen a GM sedang latihan talked to players like that.” memukul bola dan Billy: “You never seen a GM berdiri di luar net who was a player.” sambil membawa David: (memukul bola lalu segelas minuman. melihat Billy Beane) “Huh.” Billy: (maju ke arah David Visual pada Justice) “We got a problem, gambar kedua David?.” diambil secara medium shot. Gambar 2 David Justice

berbicara dengan Billy Beane sambil tetap digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

110

memukul bola, dengan ekspresi sedikit angkuh.

Visual pada gambar ketiga

David Justice merasa bahwa diambil secara dirinya lebih spesial medium shot. Billy dibanding pemain lain. Beane yang tetap berdiri di belakang David: “Nah, it’s okay. I net sambil konw your routine, it’s a meletakkan kedua patter, for effect.” (memukul tangan pada bola lalu berbicara) “But it’s pinggang. for them, alright?. That s**t ain’t for me.” Dialog di samping Billy: “Oh, you’re special?.” menceritakan David: (memukul bola lalu tentang Billy berbicara) “You’re paying me Beane yang ingin

seven million bucks a year, menyampaikan man. So, yeah, maybe i am, a sesuatu kepada little bit.” David Justice. Tetapi David Gambar 3 Justice bersikap angkuh dengan mangatakan kalau ucapan Beane adalah patter atau ucapan yang

Billy Beane mengatakan sering sebuah kenyataan kepada dipraktekkan. Justice pun merasa David Justice. bahwa dirinya Billy: “No man, i ain’t paying berbeda dengan you seven. Yankees are pemain yang lain digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

111

paying half oy your salary. karena gajinya That’s what the New York yang besar. Beane Yankees think of you. They’re pun dengan nada paying you 3,5 million menantang dollars to play against them.” mengatakan David: (menurunkan kebenaran kalau

tongkatnya) “Where you tim laanya, New going with this, Billy?.” York Yankees lah Billy: “David, you’re 37. yang membayar How about you and i be setengah gajinya honest about what each of us demi agar dirinya want out of this?. I wanna bisa keluar dari milk tha last ounce of tim. Justice terlihat baseball you got in you, and terkejut dengan you wanna stay in the show. perkataan Beane Let’s do that. I’m not paying dan menghentikan you for the player you used to sejenak be, i’m paying you for the latihannya. Beane player you are right now. pun mengakhiri

You’re smart, you get what pembicaraan we’re trying to do here. Make tersebut dengan an example for the younger mengatakan guys, be a leader. Can you do bahwa dirinya that?.” akan memerah David: (berpikir sejenak dan kemampuan bisbol mengiyakan) “Alright, i got terkhir Justice dan you.” akan Billy: “We’re cool?.” menjadikannya David: “We’re cool.” figur pemimpin (melanjutkan memukul bola) bagi pemain- pemain muda. Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Billy Beane mendatangi David Justice yang sedang berlatih. Namun Justice bersikap angkuh dan menyebabkan Beane untuk berterus terang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

112

dengannya. Setelah itu, Beane memintanya untuk jadi figur pemimpin. Conotative Signifier Conotative (Penanda Konotatif) Signified (Petanda Konotatif) Billy Beane yang harus Menyombongkan menyadarkan David Justice diri merupakan agar tidak merasa paling sifat yang sering spesial. kali dimiliki olahragawan dengan status bintang. Namun, tugas manajer

umum adalah untuk menekan sifat buruk itu dengan cara berterus terang.

Conotative Sign (Tanda Konotatif) Billy Beane meminta kepada David Justice untuk berhenti bersikap angkuh dan menjadikan dirinya contoh bagi pemain-pemain muda.

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) 1. Hasil Temuan Penelitian Temuan juga dapat disebut dengan hasil analisis merupakan intisari dari dilakukannya sebuah

penelitian. Tentu saja, temuan yang didapat dipastikan sesuai dengan fokus utama dari sebuah permasalahan yang peneliti jadikan tujuan untuk diselesaikan. Tujuan utama yang peneliti tekankan dalam penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan simbol dan makna komunikasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

113

kepemimpinan dalam film Moneyball dengan menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap makna denotatif dan konotatif yang ada dalam scene terkait, peneliti menyimpulkan empat temuan berupa sikap-sikap komunikasi seorang

pemimpin, yaitu: a) Mendengarkan Suara Para Bawahan Billy Beane dalam film Moneyball digambarkan sebagai sosok pemimpin yang memiliki sebuah masalah pada aspek mendengarkan pendapat dari bawahan. Beane hanya cenderung untuk mendengarkan pendapat dari Peter Brand saja, karena dinilainya cocok dengan apa yang ia inginkan terhadap sebuah tim. Hal itu dapat terlihat dari sikapnya yang keras kepala saat beberapa staffnya mencoba menyanggahnya. Sebagai seorang pemimpin, sudah

sepatutnya untuk dapat mendengarkan suara dari bawahan. Mendengarkan dalam hal ini tidak selalu harus melakukan apa yang diutarakan bawahan, namun minimal pemimpin harus mampu untuk mengakomodasi dan mempertimbangkan pendapat tersebut. Tidak semua pendapat merupakan saran yang cocok dan mendukung, tidak sedikit pula pendapat yang dilontarkan bawahan dalam film Moneyball merupakan sanggahan atas ide, sindiran, dan bahkan ungkapan ketidak senangan. Walaupun bernada negatif, tetap saja saran adalah bentuk kepedulian bawahan kepada kelompok dan juga perkembangannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

114

b) Memiliki Rasa Empati Terhadap Bawahan Sikap ikut mengerti dan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain terutama bawahan adalah sikap yang juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Ketika seorang bawahan datang kepada atasannya

dan menceritakan tentang keluh kesahnya, maka seorang pemimpin wajib untuk mengerti, selain tentunya mendengarkan. Keluh kesah yang diutarakan oleh bawahan dapat berbentuk seperti durasi kontrak yang pendek, upah yang tak sesuai kualifikasinya, pekerjaan yang terlalu berat, dan lain sebagainya. Empati adalah bentuk tindakan dimana seseorang mampu menempatkan dirinya seakan-akan dirinya juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam konteks hubungan atasan-bawahan, seorang

atasan ikut memposisikan dirinya di dalam situasi yang membelit bawahan. Untuk dapat berempati terhadap bawahan, pemimpin harus terlebih dahulu memiliki kecerdasan emosional. Seperti yang telah dijelaskan pada Latar Belakang bahwasannya dalam berkomunikasi, seorang pemimpin lebih membutuhkan kecerdasan emosional daripada kecerdasan intelektual. Billy Beane ketika didatangi oleh Art Howe yang megeluhkan soal sisa durasi kontrak yang tinggal sebentar lagi pun sukses melakukan tindakan tersebut. Pasalnya, sebelum menjadi seorang manajer umum di sebuah tim, pasti Beane pernah merangkak naik dari posisi yang jauh lebih rendah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

115

Karena sama-sama merupakan pegawai yang dikontrak oleh tim, pasti Beane mengerti apa yang Howe rasakan.

c) Memberi Motivasi dan Dukungan Kepada Bawahan

Kaitan motivasi dengan performa bawahan dalam bekerja sangatlah tinggi. Bawahan yang kerap mendapat motivasi dan dukungan dari atasan cenderung untuk bekerja agar tidak mengecewakan atasan. Dengan pemberian motivasi serta dukungan, bawahan akan selalu merasa bahwa ataan mereka selalu senantiasa memperhatikan mereka dalam bekerja. Motivasi adalah suatu hal yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat memiliki pacuan dalam dirinya sendiri baik dalam menjalani kehiduapnya sehari-hari,

pekerjaanya ataupun kewajibannya. Tidak jarang juga menimbulkan rasa jenuh dan bosan terlebih dalam dunia kerja dimana seseorang dituntut untuk melakukan rutinitas dengan hasil terbaik dimata atasan dan rekan kerjanya. Sebagus apapun kualifikasi yang dimiliki, bawahan tetaplah manusia. Memiliki banyak bawahan sama dengan memiliki anggota keluarga. Tentu saja dengan perbedaan dari sisi sifat. Dalam potongan scene di film Moneyball, peneliti mengambil dua scene yaitu ketika Billy Beane berinteraksi dengan Scott Hatteberg dan juga David Justice. Baik kedua orang ini, Hatteberg dan Justice memiliki sifat yang berbeda. Hatteberg dengan sifat rendah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

116

hatinya dan cenderung kurang percaya diri, dan Justice yang angkuh dan merasa paling spesial dibanding rekan-rekannya. Persamaan yang dilakukan oleh Beane kepada dua orang ini adalah dengan sama- sama memberi motivasi dan dukungan

namun dalam konteks yang berbeda. Bagi bawahan yang kurang percaya diri, seorang pemimpin harus mampu meng-encourage bawahannya untuk dapat melakukan pekerjaannya, walaupun harus diberi suatu arahan atau bahkan pembinaan secara intensif. Sedangkan bagi bawahan yang memiliki rasa percaya diri yang terlalu tinggi dan berujung pada sikap angkuh, pemimpin harus dapat menetralkan sikap tersebut terlabih dahulu sebelum pada akhirnya memberi mereka motivasi. Pemimpin perlu memberikan pengertian pada setiap bawahan

bahwa mereka berada dalam tim pasti karena suatu alasan. Setiap bawahan berada dalam tim karena atasan percaya pada kemampuan mereka.

d) Memberi Reward dan Juga Punishment yang Sesuai Ketika atasan mendelegasikan sebuah tugas kepada bawahan, sudah menjadi kewajiban bagi bawahan untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut sesuai dengan standar kepuasan yang telah ditetapkan oleh atasan. Dalam situasi tim bisbol, seorang manajer umum akan membentuk sebuah tim dan tim tersebut akan diberi tugas untuk meraih kemenangan. Ketika tim meraih

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

117

kemenangan, manajer umum akan memberi apresiasi dan bahkan akan memberi reward yang dapat berupa bonus gaji. Ketika tim meraih kekalahan, manajer umum akan tetap menyemangati jika memang tim bermain bagus namun kurang beruntung.

Tim Oakland Athletics dalam film Moneyball baru saja mengalami kekalahan atas Baltimore Orioles. Billy Beane sebenarnya berniat membiarkan para pemain-pemainnya untuk intropeksi diri dan berbenah. Namun bukannya intropeksi diri, para pemain malah asyik berpesta. Hal tersebut membuat Beane naik pitam dan sangat emosional namun tetap menjaga wibawa saat menegur timnya. Disini, Beane juga meneruskan keinginannya untuk memberi punishment kepada Jeremy Giambi yang memang menjadi inisiator pesta pemain

tersebut. Beane mendepak Giambi ke tim lain tak lama setelah itu. Disini, proses penndepakan bawahan ke tim lain adalah sebuah bentuk sanksi yang diberikan oleh atasan karena bawahan selain tak mampu mencapai standar yang ditetapkan atasan, juga memiliki attitude yang buruk dalam menyikapi kegagalan tersebut. Berbanding terbalik dengan pemberian punishment, jika memang bawahan mampu untuk mencapai dan bahkan melampaui standar, maka bawahan pantas untuk diberi reward. Dalam memberi rewardpun pemimpin juga harus dapat memastikan apakah bawahan memang layak atau tidak untuk mendapatkannya. Alan, ayah tiri dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

118

Casey Beane memutuskan untuk membelikan Casey sebuah ponsel di usianya yang masih 12 tahun. Bagi anak dengan usia semuda itu di jaman yang belum serba digital, memberikan ponsel tentu merupakan hal yang aneh. Maka dari itu dalam scene ini

seorang ayah digambarkan sebagai pemimpin dalam keluarga yang harus bertindak sesuai dengan etika seorang pimpinan. Tetapi ayah juga tidak serta merta menganggap anak sebagai bawahan.

2. Konfirmasi dengan Teori Setelah mendapatkan temuan berupa simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball, tahap selanjutnya adalah dengan memastikan temuan tersebut memiliki kaitan dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Maka dari itu peneliti akan melakukan proses konfirmasi hasil temuan dengan

teori path-goal. Teori yang dikembangkan oleh Robert J. House ini menekankan pada hubungan yang tercipta antara atasan dengan bawahan. Karena dari hubungan tersebut akan terbentuk sebuah jalur yang bermuara pada pencapaian tujuan. Penciptaan jalur tersebut dapat didapatkan melalui proses bimbingan dari atasa kepada bawahan. Maka dari itu teori ini memiliki keterkaitan dengan proses komunikasi. Tetapi tidak dapat ditampik bahwa sistem pemberian penghargaan dan hukuman tetap terjadi dalam teori ini karena orientasinya yang menekankan pada tujuan tersebut. Dalam salah satu jenisnya, teori path-goal ini menyebutkan tentang empat gaya dan salah satu yang termasuk dalam gaya kepemimpinan dalam film Moneyball adalah orientasi prestasi. Dalam bagian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

119

awal film, sifat utama yang dimiliki baik oleh Billy Beane dan Stephen Schott adalah mereka sama-sama memiliki ambisi. Ambisi selalu bermuara pada aksi dan berujung pada tujuan. Namun, Beane dan Schott tidak memiliki ambisi yang sama. Beane ingin membawa tim yang dipegangnya menjadi juara,

sedangkan Schott memiliki ambisi yang tidak sejauh Beane. Walaupun terjadi perdebatan, pada akhirnya terjadi kesesuaian antara Beane dengan Schott karena dalam teori ini pemimpin tidak harus menyesuaikan diri mengikuti bawahan seperti pada teori situasional. Penyesuaian ambisi dari Beane yang menginginkan timnya meraih gelar telah mencakup ambisi Schott yang menginginkan timnya tetap eksis saja dengan dana terbatas dapat tercapai keduanya. Maka dari itu, jika Beane berhasil meraih gelar, maka otomatis ambisi dari Schott dapat terwujud juga. Dalam mencapai tujuan (goal) tersebut, maka diperlukan sebuah jalur (path). Jalur tersebut dapat

dibentuk melalui orientasi yang dipegang oleh para pemimpin. Masing-masing orientasi akan memberikan pengaruh secara spesifik ke dalam karakteristik bawahan dan juga karakteristik tugas. Komunikasi memegang peran penting yaitu sebagai perangkat yang digunakan sebagai penghubung atasan dengan bawahan dan bawahan dengan atasan. Karena teori path-goal menuntut adanya hubungan yang kuat antara atasan dengan bawahan, maka komunikasi yang dilakukan harus intens. Dalam kasus yang ada pada film Moneyball, penggunaan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi disebabkan oleh karakteristik bawahan yang memiliki harapan yang tinggi dan juga memiliki keinginan untuk menjadi yang terbaik. Karakteristik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

120

tersebut dapat terlihat dari para staff yang tetap bekerja dengan baik walaupun banyak perbedaan pendapat dengan Billy Beane. Ron Washington yang tetap melatih Scott Hatteberg, Art Howe yang tetap memainkan pemain-pemain yang didatangkan oleh Billy Beane dengan metode Moneyball, hingga para

pemain yang terus berjuang hingga mampu membuat rekor 20 kemenangan beruntun dalam satu musim. Dari segi tugas, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi juga disebabkan oleh karakteristik yang berbeda dengan gaya-gaya lainnya. Yang pertama adalah penugasan yang komplaeks dan menantang. Northouse menyatakan bahwa pemberian tugas yang bersifat ambigu juga termasuk ke dalam karakteristik tugas dalam gaya kepemimpinan yang 77 berorientasi pada prestasi. Hal tersebut dapat dicegah oleh Billy Beane dengan komunikasi kepemimpinannya. Beane tidak pernah mendapati para bawahannya tidak memahami tugas-tugas yang

ia berikan, malahan para bawahan justru sangat memahami sehingga dapat mengkritisi kebijakannya. Dalam sembilan scene yang termasuk dalam bahan analisis, terdapat dua scene dimana Beane memberikan tugas kepada bawahannya. Yang pertama adalah ketika Beane meminta Scott Hatteberg untuk menjadi first-baseman di timnya. Hatteberg yang sangat asing dengan posisi tersebut tentu saja akan mrasa kebingungan, tetapi Beane yang memutuskan untuk membawa Ron Washington berhasil menekan tingginya tingkat keraguan dalam diri Hattaberg. Yang kedua adalah ketika Beane berkomunikasi dengan David Justice untuk memintanya menjadi figur pemimpin dan role model

77 Peter G. Northouse, Kepemimpinan:..., hlm. 137 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

121

bagi pemain-pemain muda. Intinya, faktor keambiguan dalam pemberian tugas tidak diperlihatkan dalam film Moneyball dikarenakan sosok Beane yang selalu melakukan komunikasi dengan baik.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Setelah memalui proses analisis dan pembahasan megenai temuan data, kini peneliti mulai menjejakkan kaki pada babak penghujung dari penelitian ini, yaitu pemaparan kesimpulan. Kesimpulan merupakan penutup

dari sebuah penelitian dan juga menyimpulkan dengan lebih ringkas jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada rumusan permasalahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan dua poin penting yang ada dalam rumuan permasalahan, yakni simbol dan juga makna komunikasi kepemimpinan yang ada dalam film Moneyball. Dengan menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes, maka berikut kesimpulan yang dapat peneliti paparkan: 1. Film Moneyball mengandung simbol komunikasi kepemimpinan berdasarkan penanda dan petanda yang ditemukan dalam tiap scene yang terkait. Simbol-simbol komunikasi kepemimpinan yaitu tindakan seorang pemimpin yang mendengarkan suara para bawahan, memiliki rasa empati terhadap bawahan, memberi motivasi dan dukugan kepada bawahan, serta memberi reward dan juga punishment

yang sesuai. 2. Pemaknaan simbol-simbol komunikasi kepemimpinan yang terkandung dalam film Moneyball dapat ditemukan melalui analisis makna denotatif dan konotatif tiap scene yang terkait. Makna simbol komunikasi kepemimpinan yang ditampilkan 122

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

123

adalah sikap pemimpin yang harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan bawahan. Mampu untuk menjadi sosok yang mendengan dan didengarkan. Lalu pemimpin yang adil dalam memberi penghargaan dan juga hukuman sesuai dengan standar yang dicapai bawahan.

B. Rekomendasi Patut diakui banyak sekali simbol komunikasi kepemimpinan dalam film Moneyball yang belum terekspos dalam penelitian ini yang disebabkan oleh pembatasan objek kajian yang peneliti tekankan hanya kepada komunikasinya. Objek lain seperti aspek manajemen, aspek bisnis, dan juga kepemimpinan secara umum belum dilakukan pada penelitian ini. Peneliti berharap besar agar penelitian ini dapat dijadikan sebuah dasar untuk penelitian serupa yang lebih kompleks lagi pengerjaan dan analisisnya, karena tema komunikasi penelitian dalam film Moneyball ini

juga sangat menarik untuk diteliti khususnya bagi kaum millenial di luar sana. Peneliti juga berhadap agar penelitian seperti ini dapat berkembang menjadi objek kajian yang lebih mendapat perhatian di kalangan akademisi, praktisi, dan umum.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

124

DAFTAR PUSTAKA

Al-Djufri, Muhammad Salim. 2014. Kepemimpinan. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. Bagus, Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Barrett, Deborah. 2014. Leadership Communication Fourth

Edition. New York: McGraw-Hill.

Barthes, Roland. 2017. Elemen-Elemen Semiologi. Bantul: Basabasi.

Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual. Yogyakarta: Buku Baik.

Effendy, Onong Uchjana. 1985. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Karya.

Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.

Eriyanto. 2003. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS. Mudjiono, Yoyon. 2015. Ilmu Komunikasi. Surabaya: Jaudar Press

Mulyana, Deddy. 2017. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muslimin, Nurul. 2018. Bikin Film, Yuk!. Yogyakarta: Araska.

Northouse, Peter G. 2013. Kepemimpinan: Teori dan Praktek Edisi Keenam. Jakarta: Indeks.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

125

Nurudin. 2017. Pengantar Komunikasi Massa. Depok: Rajawali Press. Lensufie, Tikno. 2010. Leadership untuk profesional dan Mahasiswa. Jakarta: Esensi.

Prasista, Himawan. 2017. Memahami Film Edisi 2. Sleman: Montase Press.

Saleh, Akh. Muwafiq. 2016. Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Sobur, Alex. 2015. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. 2016. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syam, Nina Winangsih. 2009. Sosiologi Komunikasi. Bandung:

Humaniora.

Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wahjuwibowo, Indiwan Seto. 2018. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Edisi 3. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Wijono, Sutarto. 2018. Kepemimpinan dalam Prespektif

Organisasi. Jakarta: Kencana.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

126

PENELITIAN:

Hamidah dan Ahmad Syadzali, Analisis Semiotika Roland Barthes Tentang Fenomena Fenomena Jilboobs, Jurnal Studi Insania Vol. 4 No. 2 Oktober 2016

Nova Dwiyanti, Analisis Semiotika Citra Wanita Muslimah dalam Film “Assalamualaikum Beijing”, Thesis Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2016, hlm. 113

Moch. Chalid Firdaus, Makna Kecantikan dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland Barthes Iklan Citra Sakura Fair UV Versi Febby Rastanty), Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018 Rabella Misnawati, Eksistensi Nabi Muhammad SAW dalam Film Innocence of Muslims (Analisis Semiotika Roland Barthes), Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah, 2017

Tengku Abubakar, Analisis Semiotika Nilai-Nilai Kepemimpinan dalam Komik 99 Pesan Nabi Karya VBI_Djenggotten, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2016

INTERNET: Sigit Surahman, Media Film Sebagai Konstruksi dan Representasi Sosial, dalam https://www.academia.edu/9613958/Media_Film_Seb agai_Konstruksi_dan_Representasi?auto=download, diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pukul 12.49 WIB

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

127

http://en.wikipedia.org/wiki/Moneyball_(film), diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pukul 13.43 WIB https://kbbi .web.id/film, diakses pada tanggal 19 Maret 2019 pukul 06.08 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Bisbol, diakses pada tanggal 17 September 2018 pukul 19.59 WIB

https://www.mlb.com/athletics/team/front-office, diakses pada tanggal 18 September 2018 pukul 21.05

https://www.statista.com/statistics/259987/global -box-office- revenue/, diakses pada tanggal 9 September 2019 pukul 16.03 WIB https://www.census.gov/prod/2002pubs/c2kprof00 -ca.pdf, diakses pada tanggal 23 Desember 2019, pukul 8.04 WIB

http://www.its.caltech.edu/~e105/readings/team/communicatio n.pdf, diakses pada tanggal 23 Desember 2019, pukul 22.35 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Roland_Barthes, diakses pada tanggal 13 September 2019 pukul 10.00 WIB https://www.indiewire.com/2011/09/how -did-moneyball- director-bennett-miller-make-a-smart-studio-movie- brad-pitt-184766/, diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 22.02 WIB

https://www.metacritic.com/movie/moneyball/critic -reviews, diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 09.47 WIB https://www.imdb.com /title/tt1210166/ratings?ref_=tt_ov_rt, diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 09.50 WIB

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

128

https://www.oscars.org/oscars/ceremonies/2012, diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 10.19 WIB

UNDANG -UNDANG: Undang -Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman Pasal 1

ayat (1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id