Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan (IPLBI) 6, I 179-190 https://doi.org/10.32315/ti.6.i179

Studi Perkembangan Fisik Arsitektural Masjid Taluk, Barat

Bambang Setia Budi

Asisten Profesor, Kelompok Keahlian Sejarah Teori Kritik Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung

Korespondensi : [email protected]

Abstrak

Makalah ini bertujuan untuk menganalisis perubahan dan perkembangan fisik arsitektural Masjid Taluk atau Taluak, di Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Ini penting karena telah banyak terjadi perubahan fisik arsitektural dari sejak pertama kali dibangun hingga saat ini baik disebabkan karena penambahan/pengurangan elemen-elemen baru atau karena renovasi akibat gempa yang sering terjadi di wilayah Sumatra Barat. Terkait hal ini akan diklarifikasi dan diinvestigasi perubahan apa saja, kapan, dan seperti apa perubahannya didiskusikan lebih detil dalam makalah ini. Selain itu, masjid ini merupakan satu-satunya masjid kuno di Sumatra Barat yang paling banyak difoto di masa Kolonial Hindia Belanda, terbukti dengan banyaknya foto lama khususnya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sehingga pada tiap-tiap perubahannya dapat ditelusuri dan dirunut dengan baik dan teliti. Data-data diambil dari foto-foto lama koleksi dari berbagai sumber baik melalui buku maupun internet/website yakni dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), Tropenmuseum, dan Rijksmuseum Amsterdam serta survey lapangan untuk kondisi terkini di tahun 2009 dan 2017. Dari analisis didapat bahwa telah dan terus terjadi perubahan yang terus menerus seperti dari tidak adanya menara, kemudian ada menara, hingga tidak ada lagi menaranya, perubahan penggunaan material dari kayu ke bata yang sangat masif atau material atap ijuk ke seng, dan munculnya ruang dan fasad baru hingga hilangnya ekspresi lantai bangunan panggung yang menjadi salah satu karakteristik penting bangunan masjid kuno di Sumatra Barat. Secara umum, bahwa perubahan-perubahan ini khususnya sejak pergeseran ke material bata dan seng serta fasad yang baru sebenarnya telah semakin terjadi penurunan kualitas arsitektural dari sebuah bangunan warisan cagar budaya.

Kata-kunci: masjid, masjid taluk, agam, perkembangan, arsitektural

Pendahuluan Masjid ini pertama kali didirikan oleh Haji Abdul Majid pada tahun 1860.i Ciri penting dari masjid Masjid Taluk atau Taluak adalah salah satu ini adalah adanya kolam yang kalau dalam masjid kuno di wilayah Sumatra Barat. Lokasi bahasa setempat disebut luhak. Kolam tersebut tepatnya di Nagari Taluak IV Suku, Kecamatan sering digunakan untuk wudlu atau keperluan Banuhampu, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra sehari-hari penduduk setempat, dan biasanya Barat. Karena letaknya juga di dekat perbatasan ditanam ikan. Pada masjid ini terdapat tiga dengan Bukittinggi, masjid juga sering dikenal kolam atau tiga luhak, dan ada yang sangat dengan nama Masjid Jami’ Taluak Bukittinggi. besar yakni kolam di sisi timur bangunan masjid. Dalam banyak teks dan penyebutan bahasa Dalam bahasa setempat kolam besar disebut Belanda, termasuk penamaan file foto-foto taluk atau taluak. Taluk yang sangat besar di dokumentasinya sering disebut dengan Moskee depan/di sisi timur ini menjadi ciri penting dari en visvijver in Taloek bij Fort de Kock atau masjid ini. Itu sebabnya masjid ini dikenal artinya Masjid dan Kolam Ikan di Taluk dekat dengan sebutan Masjid Taluk atau Taluak. (benteng) Fort de Kock. Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | I 179 ISBN 978-602-17090-8-5 E-ISBN 978-602-51605-0-9 Studi Perkembangan Fisik Arsitektur Masjid Taluk, Sumatra Barat

Perkembangan atau perubahan arsitektural Makalah ini akan menginvestigasi dan meng- Masjid Taluak ini secara detil penting dan analisis perubahan dan perkembangan fisik menarik untuk dipelajari karena kondisi fisik arsitektural Masjid Taluk dan lingkungan sekitar- arsitekturnya pada saat ini sebenarnya sudah nya, dengan cara mengamati perubahan di sangat banyak terjadi perubahan bila di- setiap tahapan atau periode/waktu secara detil bandingkan dengan keadaan aslinya dulu yang dan kritis dalam menganalisis foto-foto lama diamati dari foto-foto lama tersebut. Bahkan yang ada tersebut. sebenarnya untuk kondisi fisik arsitektural saat ini mungkin perlu dipertimbangkan lagi bila Tujuan dari menginvestigasi dan menganalisis dimasukkan dalam situs cagar budaya karena perubahan dan perkembangan fisik arsitektural terlalu banyaknya perubahan itu kecuali bila ini adalah untuk mengetahui secara rinci pe- dilakukan restorasi atau upaya pengembalian rubahan dan perkembangannya yang terjadi kondisi orisinal atau pada periode tertentu. dari waktu ke waktu, sehingga bisa dipahami fisik aslinya/pada awalnya, bahkan sebelumnya, Selain alasan perubahan itu, Masjid Taluk atau atau sejak awalnya, hingga kondisi fisik pada Taluak ini - dibanding masjid-masjid kuno di periode atau waktu tertentu, dan perubahan- Sumatra Barat lainnya - adalah satu-satunya perubahan pada kondisi saat ini. Apabila akan masjid yang paling banyak terdapat dokumen- dilakukan restorasi pada arsitektur masjid tasinya dalam bentuk foto-foto lama oleh orang supaya dikembalikan pada keadaan aslinya atau Belanda yang saat ini tersimpan di beberapa dikembalikan sesuai fisiknya pada waktu ter- tempat di Negeri Belanda. Foto-foto itu diambil tentu, maka penelitian ini bisa dipakai untuk terutama sekitar akhir abad ke-19 hingga awal referensi dalam melakukan restorasi bangunan abad ke-20 sebagaimana terlihat pada penulisan masjid tersebut. atau keterangan pada foto-foto atau buku yang memuat foto-foto tersebut. Boleh jadi dan bisa Dengan demikian, membaca secara detil dimengerti juga, karena letaknya yang dekat perubahan atau perkembangan pada setiap benteng Belanda Fort de Kock di Bukittinggi. tahapan ini juga dapat dipahami sejauh mana Banyaknya dokumentasi foto-foto lama Masjid perubahan dan perkembangan fisik arsitektural Taluk atau Taluak ini oleh orang Belanda ini masjid dan lingkungan sekitarnya tersebut, dan mungkin menyamai banyaknya dokumentasi menjadi bukti sejauh mana karakteristik masjid foto-foto lama Masjid Agung Bandung atau kuno sebagai monumen yang hidup yang terus Masjid Agung di Pulau Jawa. dipakai dan mengalami perkembangan atau perubahannya hingga saat ini. Karakteristik Arsitektur Masjid Taluk atau Taluak ini pula yang digunakan untuk bahasan Metode Penelitian argumentasi teori asal-usul Masjid Jawa oleh Sejarawan Belanda H.J. de Graaf dalam Metode Pengumpulan Data makalahnya berjudul The Origin of Javanese Data-data yang digunakan dalam penelitian ini , di Journal of Southeast Asian History adalah data-data utamanya berupa foto-foto tahun 1963 dan dibantah oleh arkeolog dari lama yang tersimpan dan dikumpulkan dari Indonesia Wirjosuparto dalam makalahnya beberapa tempat di Belanda yang sudah berjudul Sedjarah Bangunan Mesdjid di tersedia di website/online. Beberapa sumber Indonesia di Al-Manak Muhammadiyah tersebut adalah 1) Koninklijk Instituut voor Taal-, 1962/1963 tentang perbandingan Masjid Taluk Land- en Volkenkunde atau biasa disingkat ini di Sumatra Barat dengan Masjid di Malabar.ii KITLV di website-nya http://kitlv.nl, 2) Tropen- Ini menandakan Masjid Taluk di Sumatra Barat museum di website-nya http://tropenmuseum.nl, ini sudah menjadi perbincangan dalam diskusi dan 3) Rijksmuseum Amsterdam di website-nya tentang asal usul masjid khusus masjid di rijksmuseum.nl. Untuk data-data foto yang Jawa.iii boleh jadi ada tetapi tidak atau belum dimasukkan dalam digital library atau belum di I 180 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Bambang Setia Budi online-kan di website institusi tersebut tidak bersumber dari sebagaimana yang telah di- dimasukkan karena memang juga belum atau jelaskan di atas. tidak diketahui. Hasil Pembahasan Selain itu data juga diperoleh dari foto-foto di internet yang mencantumkan pengambilan Sebelum dan Hingga tahun 1900 gambar atau watermark. Dan untuk foto-foto terbaru sekitar 10 tahun terakhir didapat dari Banyak yang menyebut bahwa masjid telah survey penulis tepatnya pada tahun 2009 dan didirikan 1860, tetapi foto-foto lama sebelum 2017. Selain foto, pada saat survey juga tahun 1900 sementara ini sangat sulit dilakukan wawancara kepada Imam atau ditemukan. Untuk foto-foto dokumentasi dari pengurus masjid setempat untuk kaitannya KITLV, paling lama adalah dituliskan waktunya dengan sejarah dan perubahan/perkembangan tahun 1900. Untuk dokumentasi di Tropen- masjidnya baik keseluruhan maupun bagian- museum dan Rijksmuseum, menuliskan-nya bagian atau elemen-elemen masjidnya. kebanyakan lebih longgar atau panjang meng- gunakan rentang waktu. Ada beberapa foto Metode Analisis yang disebut rentang sebelum tahun 1900 misalnya 1895-1915, namun agak bias karena Analisis kritis pada foto-foto tersebut dilakukan memasukkan rentang yang cukup panjang. fokusnya pada pengamatan perbedaan atau perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap Pada gambar 1, terlihat bangunan masjid berdiri tahapan, baik secara keseluruhan bangunan, sendiri dengan terdapat kolam atau taluk yang komposisi, bentuk, tata letak, ornamen, warna sangat luas berada di depan (yang saat ini bisa (pada foto-foto yang baru) dan lain sebagainya dipastikan bahwa itu dari sisi timur) bangunan beserta kondisi-kondisi lingkungan sekitarnya masjid. Fisik bangunan masjid sangat jelas yang mendukung ketajaman analisisnya. Selain beratap tumpuk tiga menjulang, dikelilingi itu, analisis juga secara kritis membaca tahun banyak pepohonan terutama pohon kelapa, pengambilan gambar karena yang dituliskan dari menggunakan bahan ijuk pada atapnya dan sumber beberapa kali terdapat ketidakjelas- kayu pada sebagian besar bangunannya, dan an/samar-samar, meragukan atau confusing bila jendela/bukaan yang berjejer di dinding sebelah iv membandingkan dengan foto-foto/sumber data timur sebagaimana terlihat pada foto. lainnya.

Dalam makalah ini akan diurutkan tata-letaknya secara kronologis waktunya dengan dipaparkan argumentasi secara logis dan kritis untuk me- minimalisir kemungkinan kesalahan interpretasi. Selain itu juga dilakukan crosscheck dengan wawancara tokoh setempat/pengurus masjid dan kajian literatur.

Tidak semua data foto-foto lama ditampilkan dalam makalah ini, namun hanya dipilih yang dianggap mendukung kejelasan perubahan atau perkembangan fisik arsitektural yang terjadi. Gambar 1. Masjid Taluk dengan kolam yang sangat Setidaknya, dalam makalah ini ada 20 foto yang luas di depan atau sisi sebelah timurnya, foto diambil ditampilkan dan diurutkan, dan dianalisis de- pada tahun 1900. (Sumber: KITLV). ngan membandingkan dari tahun ke tahun atau Namun pada beberapa foto dengan keterangan dari setiap tahapan serta setiap elemen tahun yang sama yakni tahun 1900, pada tambahan atau perubahan yang baru yang gambar 2 dan gambar 3, agak berbeda pe- I 181 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Studi Perkembangan Fisik Arsitektur Masjid Taluk, Sumatra Barat nampilannya yakni sudah terdapatnya ba- ngunan di sebelah kiri dan kanan atau di sebelah utara dan selatannya seperti terlihat pada gambar. Bangunan di sebelah utara dan selatan tersebut diduga adalah bangunan yang berfungsi untuk belajar agama/mengaji atau semacam surau tempat belajar dan menginap anak laki-laki sebagaimana tradisi di Minang- Gambar 2. Masjid Taluk pada tahun 1900, beratap kabau. tumpang tiga, di sebelahnya sudah terdapat beberapa bangunan, dan terlihat dua pohon kelapa di sisi Selain itu, hanya terdapat dua pohon kelapa di sebelah timur. (Sumber: KITLV). sisi sebelah timur masjid. Salah satunya berada Berbeda dengan foto yang ditunjukkan pada persis di pinggir taluk-nya. Ini agak sedikit gambar 3, bisa dimengerti kalau foto diberikan berbeda bila dibandingkan dengan gambar 1 keterangannya diambil circa atau “sekitar” tahun yang dikelilingi banyak pohon kelapa. Ke- 1900 karena tampak jelas pada foto sudah mungkinan yang lebih jelas dan tepat yang terdapat perkerasan semacam tembok pada tepi memperlihatkan kondisi bangunan masjid dan kolam atau taluk-nya. Ini yang paling terlihat sekitarnya di tahun 1900 ini ditunjukkan oleh membedakan antara gambar 2 dan gambar 3. foto pada gambar 2 dan 3 ini, karena tidak Dapat dipastikan foto pada gambar 3 adalah hanya satu tetapi diperlihatkan dalam beberapa foto yang lebih baru dibandingkan dengan foto foto. pada gambar 2. Pada gambar 2, tampak jelas bahwa bangunan Pada gambar tersebut juga dilihat banyak orang masjid berbahan utamanya kayu, dengan ragam laki-laki duduk-duduk dan jongkok di tepi kolam hias yang memenuhi hampir semua permukaan dan beberapa orang laki-laki berdiri di jendela dinding kayu, dan masjid berlantai panggung masjid. Para laki-laki itu kemungkinan adalah dengan kolongnya ditutup. Bentuk lantai dan para jamaah masjid dan mereka sadar penuh kolong seperti ini masih banyak ditemukan bila sedang diambil fotonya. Selain itu terdapat hingga saat ini. Pada bangunan sisi utara dan dua wanita berkerudung dan sepasang (laki-laki selatan juga berbahan utama kayu, dan dan wanita) keturunan asing (diduga orang berlantai panggung juga. Bahkan untuk ba- Belanda) berdiri di tepi kolam. Laki-lakinya ngunan di sisi utara, kolong dari lantainya tidak menggunakan baju dan celana panjang serta ditutup sebagaimana pada bangunan masjidnya, bertopi. jadi lebih jelas terlihat. Pada gambar 3 ini lebih memperlihatkan dengan Pada gambar 2 tersebut juga sangat jelas mem- jelas bahwa material atap masjidnya meng- perlihatkan bahwa belum ada perkerasan pada gunakan ijuk, begitu juga atap bangunan di sisi tepi kolam atau taluk-nya. Serta terdapat se- utara dan selatan juga menggunakan material macam saluran atau lekukan tanah yang me- yang sama yakni ijuk. Dinding masjidnya manjang di tepi kolam sebelah timur ke utara. menggunakan bahan kayu, dipenuhi ragam hias Di pinggir kolam terdapat jalan setapak tanpa dan terdapat 6 jendela pada sisi timur dan perkerasan untuk jalan kaki orang, kemungkinan melengkung pada bagian atasnya. Bentuk merupakan salah satu akses/jalan untuk menuju jendela menjadi sangat jelas karena pada foto ke masjid. ini kondisi 4 jendelanya dalam keadaan terbuka.

Ternyata ditemukan foto yang sama di gambar 3 pada koleksi KITLV ini dengan foto di gambar 4 di koleksi Rijksmuseum, tetapi bedanya pada koleksi Rijksmuseum terlihat lebih lebar atau luas sudut pandangnya. Selain dua pohon

I 182 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Bambang Setia Budi kelapa, dua orang sepasang pria wanita yang diduga warga Belanda dengan para laki-laki pribumi duduk dan jongkok dipinggir kolam maupun berdiri di jendela-jendela masjid, pada bagian sebelah kiri terdapat satu orang laki-laki pribumi berdiri di tepi kolam menggunakan sarung dan peci.

Gambar 4. Foto Masjid Taluk koleksi Rijksmuseum pada circa 1895 – 1915, terlihat sudut pandang lebih lebar sehingga terlihat satu orang berdiri di sisi sebelah kiri di samping kolam menggunakan sarung dan peci dan bangunan kecil beratap bagonjong. (Sumber: Rijksmuseum).

Gambar 3. Foto Masjid Taluk pada sekitar tahun 1900, terlihat banyak laki-laki pribumi berkumpul di tepi kolam, sebagian berdiri melihat dari jendela dan ada sepasang orang asing berdiri di tepi kolam. (Sumber: KITLV).

Karena sudut pandang yang lebih lebar atau luas ini, juga terlihat ada satu bangunan agak Gambar 5. Foto Masjid Taluk sekitar tahun 1900 kecil beratap bagonjong dengan sebuah- terlihat bangunan masjid dan materialnya dengan /semacam papan nama di bawah atap. Kedua sangat jelas, dan mulai terlihat beberapa bangunan foto tersebut sangat mungkin ini dari sumber berdiri di sekitarnya. (Sumber: KITLV). yang sama, hanya koleksi KITLV sudah ter- potong untuk bagian sebelah kiri sementara Selain itu, terlihat dipasangnya pagar bambu di koleksi Rijksmuseum masih asli/belum terpotong. pinggir kolam pada foto sisi sebelah kiri, dan Selain itu, yang membedakan lagi adalah, kalau jembatan sederhana juga dari bambu pada koleksi KITLV secara jelas disebut sekitar tahun saluran atau lekukan tanah yang menerus ke 1900, kalau koleksi Rijksmuseum disebut dalam jalur jalan setapak yang sebelumnya diper- rentang sekitar tahun 1895-1915. Lihat gambar kirakan sebagai jalan/akses menuju masjid di 4. tepi kolam. Lihat gambar 5. Secara logis bisa diperkirakan foto pada gambar 5 ini meskipun Bangunan beratap bagonjong sebagaimana disebut juga sebagai circa atau “sekitar” tahun terlihat pada gambar 4, semakin jelas terlihat 1900, sebagai foto yang lebih baru dibanding bentuk dan materialnya pada foto koleksi KITLV dengan gambar 3 maupun 4. di gambar 5. Hal ini berbeda bahannya dengan atap bangunan masjid dan atap-atap bangunan Penambahan Menara Masjid lainnya. Atap bagonjong ini diperkirakan dari bahan seng hal ini terlihat karena tidak tampak Perubahan signifikan pada tampilan masjid tekstur, gelap-terang permukaan, maupun khususnya penambahan bangunan menara pada warnanya terlihat lebih terang. Bila benar dari sisi timur, diperlihatkan pada foto koleksi KITLV bahan seng sebagai banyak ditemukan saat ini, tahun 1911. Dari foto ini dapat dipastikan artinya bisa diperkirakan - berdasar dari foto ini bahwa pembangunan menara masjid sudah - atap seng telah digunakan pada sekitar tahun terjadi pada sekitar 1911 dan masih ber- 1900. langsung penyelesaiannya dengan terlihat-nya

I 183 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Studi Perkembangan Fisik Arsitektur Masjid Taluk, Sumatra Barat menara yang masih polos dan belum di- pasangnya railing-railing pada balkon menara, dan lain sebagainya. Akibat dibangunnya menara ini, satu pohon kelapa yang persis di tepi kolam di sisi sebelah timur masjid hilang atau dipotong karena lokasinya sama di tempat menara ini dibangun. Sementara satu pohon kelapa yang lainnya masih dibiarkan tumbuh seperti terlihat pada foto. Lihat gambar 6.

Gambar 7. Koleksi foto tahun 1911, sudut

pengambilannya dari selatan. Terlihat masjid dan

lingkungan sekitarnya, dan menara sudah hampir selesai serta terdapat bangunan tambahan di sisi

selatan. (Sumber: Tropenmuseum)

Hal ini lebih terlihat pada foto koleksi KITLV pada gambar 8, bahwa terdapat bangunan baru di sisi selatan masjid yang persis di tepi/pinggir taluk, dan terdapat tiang-tiang dengan relung- relung (arches) dan sudah dipasang atap miring Gambar 6. Foto Masjid Taluk pada tahun 1911, untuk berbentuk pelana. Dapat dipastikan bahwa ini pertama kali terlihat menaranya, dan kondisinya bangunan baru dengan material yang berbeda belum selesai pekerjaan finishingnya. (Sumber: KITLV). dengan masjidnya, baik dinding maupun atap- Pada foto tahun 1911 ini pula, baik di koleksi nya yakni diperkirakan menggunakan bata pada KITLV maupun Tropenmuseum terdapat foto dinding dan seng pada atapnya. dengan sudut pengambilan yang hampir sama Untuk menara pada masa ini, paling terlihat dan yakni dari arah selatan sehingga besarnya kolam sudah selesai pengerjaannya bisa dilihat di- atau taluak –nya. Pada kedua foto yang dapat gambar 9. Di sini KITLV menyebutkan kete- dilihat pada gambar 7 dan 8, terlihat bahwa rangannya bahwa foto diambil tahun 1910, menara diperkirakan hampir selesai dibangun namun menyisakan pertanyaan. Bila pada lengkap dengan finishing-nya kecuali ragam hias gambar 6 atau foto sebelumnya pada tahun atau ornamennya yang masih terlihat samar- 1910 sudah terdapat menara dan tahun 1911 samar. Railing-railing pada balkon dan atap baik sumber dari KITLV maupun Tropenmuseum menara di puncaknya sudah selesai dibuat dan pada gambar 7 dan 8 sudah menunjukkan dipasang. selesainya semua pekerjaan menara, maka Namun perbedaannya, untuk foto koleksi keterangan foto pada gambar 9 yang menyebut Tropenmuseum pada gambar 7, terlihat ada 1910 agak diragukan, yang paling mungkin bangunan di sisi selatan dengan atap yang adalah setelah 1911. Karena menara sudah berbeda jenisnya dengan material atap ijuk sangat lengkap dengan railing-railing pada masjidnya, juga didepannya terdapat bangunan balkon, dipenuhi dengan ornamen seluruh per- yang mengarah ke kolam dengan samar-samar mukaan, dan pemasangan jam dinding pada belum terlihat atapnya (kemungkinan belum setiap bidang dinding menara. dipasang atapnya atau menggunakan atap datar), tetapi yang pasti menggunakan tiang- tiang dengan relung-relung (arches).

I 184 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Bambang Setia Budi

Gambar 9. Foto ini disebutkan sebagai foto tahun Gambar 8. Foto koleksi tahun 1911, terlihat masjid 1910, namun kemungkinan tahunnya kurang tepat, dan lingkungan sekitar, menara yang mungkin sudah diperkirakan kemungkinannya setelah 1911, karena selesai dan terdapat bangunan di utara dan selatan menara sudah tampak jelas dan komplit dengan menggunakan atap yang berbeda (seng) dengan ragam hias seperti ini dan pohon kelapa sudah hilang masjidnya. Pada bangunan tambahan di sisi selatan, semuanya. (Sumber: KITLV). sangat jelas menggunakan tiang-tiang dan elemen lengkung/busur (arches). (Sumber: KITLV).

Sampai pada tahap ini, masjidnya sendiri masih terlihat asli sebagaimana pertama kali yang di- tunjukkan pada foto tahun 1900. Belum ada perubahan signifikan kecuali penambahan ba- ngunan menara di sisi timur dan penambahan bangunan di utara dan selatan. Pada gambar 9, foto ini juga sudah sangat jelas, dari dua pohon Gambar 10. Foto Masjid Taluk koleksi kelapa yang sebelumnya selalu ada, kemudian Tropenmuseum, dituliskan keterangannya sekitar berkurang satu karena dibangun menara, tahun 1910-1930. Foto ini terlihat adanya hingga keduanya menjadi hilang. seseorang/tukang sedang memperbaiki atau melakukan sesuatu pada atap menggunakan tangga. Beberapa foto koleksi Tropenmuseum ini (Sumber: Tropenmuseum). menegaskan dan memperjelas kondisi fisik menara dengan detil-detil pada seluruh per- mukaan bidang bangunan menaranya, serta bangunan masjidnya yang masih asli dengan menggunakan bahan kayu pada hampir seluruh bangunan dan bahan ijuk pada atap. Arsitektur masjid tetap utuh dan asli seperti semula, beratap tumpuk tiga, berlantai panggung dan pada sekeliling dinding bangunan dipenuhi ornamen/ragam hias dan terdapat jendela- jendela pada sekeliling bangunan.

Pada foto-foto terlihat bangunan baru di sisi utara dan selatan, masing-masing menggunakan Gambar 11. Foto Masjid Taluk koleksi Tropenmuseum circa 1910-1930. Memperlihatkan material atap yang berbeda dengan atap menara sudah selesai dan komplit dengan ornamen masjidnya. Ini menandakan kemungkinan peng- serta jam pada dinding keliling menara di bawah gunaan material baru untuk atap (dalam hal ini balkon pertama. Sementara bangunan masjidnyanya sangat kuat diduga seng), yang penggunaannya masih asli menggunakan kayu dan atap ijuk. (Sumber: cenderung makin disukai atau makin marak- Tropenmuseum). /mulai sering atau popular digunakan. Hal yang perlu dicatat, penulisan tahun untuk keterangan foto-foto dokumentasi dari Tropen- I 185 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Studi Perkembangan Fisik Arsitektur Masjid Taluk, Sumatra Barat museum pada gambar 10, 11, dan 12 tersebut bangunan masjid aslinya, dan terlihat meng- dibuat rentang waktunya dan bahkan panjang gunakan bahan bata, tiang-tiang, dan unsur rentangnya yakni 20-26 tahun. Kelebihannya relung/busur (arches). Tangga masuk pun juga mungkin bisa lebih hati-hati, tetapi kekurang- berubah dari sebelumnya di sisi sebelah selatan annya sangat kurang/sulit akurasinya tahunnya. saja di luar masjid, saat ini masuk ke dalam Karena dalam rentang waktu itu, foto-foto ruang selasar atau transisi tersebut dari sisi lainnya juga sudah cukup banyak memper- kanan dan kirinya atau sisi utara dan selatannya. lihatkan perubahan-perubahan. Ditambah lagi detil-detil atau ragam hias pada semacam balustrade di atap datarnya. Penambahan Ruang dan Fasad Baru

Perubahan pada arsitektural masjid yang terlihat sangat mencolok adalah pada masa sekitar tahun 1920 dan setelahnya, dibuktikan dengan foto-foto pada

Gambar 13. Foto Masjid Taluk tahun 1920 yang memperlihatkan penambahan ruang baru dan fasad Gambar 12. Foto Masjid Taluk koleksi Tropen- baru di sisi timur, pemasangan bata, tiang bata, museum circa 1900-1936. Terlihat bangunan masjid relung/arches, tangga masuk di sisi kanan dan kiri, masih asli, namun di sebelah kiri dan kanannya atau dan ornamen pada balustrade atap datar. Selain itu sebelah utara dan selatannya sudah terdapat adanya penggantian atap ijuk menjadi atap seng. bangunan-bangunan baru dengan material yang (Sumber: KITLV). berbeda sekali dengan bangunan masjid khususnya pada atap. Bangunan baru tersebut diduga Perubahan/Pergeseran Material menggunakan atap seng atau lembaran besi tipis yang saat ini sangat banyak dipakai. (Sumber: Tropen- Praktis ini mengubah secara total fasad dan museum). ekspresi arsitektural masjid yang sebelumnya menggunakan kayu dan lantai panggung yang gambar 13 dan seterusnya. Perubahan ini berkesan ringan, sejak ini berubah menjadi bata terlihat pada penambahan ruang baru di sisi plesteran dan tiang-tiang yang berkesan berat sebelah timur, diduga ini semacam ruangan serta hilang ekspresi panggungnya. Lebih dari teras atau pendopo yang menjadi ruang transisi itu, yang sangat mencolok adalah perubahan antara ruang luar ke ruang utama masjid. Bila bahan atap yang sebelumnya ijuk menjadi seng. sebelumnya bisa langsung masuk ruang utama Lihat gambar 13. sholat, dengan adanya penam-bahan ruangan ini, menjadi tidak langsung ke ruang utama Khusus pada atap, perubahan ini kemungkinan sholat dalam masjid tetapi melalui ruang transisi hanya perubahan material penutup atap ijuk ke ini. atap seng. Tetapi untuk sudut kemiringan atap masih sama, dan kemungkinan besar konstruksi Penambahan ruang baru tersebut membuat atapnya juga sama sekali tidak diubah. Pe- konsekwensi adanya fasad baru yang sangat rubahan material penutup atap tentu mengubah dominan pada sisi sebelah timur masjid. Ruang dan fasad baru ini sebenarnya telah menutup I 186 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Bambang Setia Budi ekspresi arsitekturalnya dan mengurangi peng- Perubahan fasad terjadi lagi dan cukup gunaan material alamnya. mencolok yakni adanya semacam bangunan kecil diujung kanan dan kiri atau utara dan Pada gambar 14 ada tambahan lagi, kemung- selatan untuk menutupi atau menaungi tangga kinan atap datar atau semacam overstek ringan masuk. Tentu ini menambah ruang baru dan sepanjang fasad bangunan tepatnya diletakkan elemen-elemen baru, seperti atap tumpang tiga pada ketinggian di bawah relung/busur (arches). yang pendek dan rapat, kolom pada semua Penambahan kurang jelas menggunakan sudutnya, serta unsur relung/busur (arches) materail apa, tetapi ini diduga karena untuk baru pada elemen bangunan kecil tersebut. menjaga tampias air hujan masuk ke dalam ruangan yang baru.

Gambar 15. Foto Masjid Taluk tahun 1932-1934, Gambar 14. Foto Masjid Taluk tahun 1930, bila setelah banyak perubahan pada bangunan masjid, dibanding foto tahun 1920, terlihat penambahan atap terlihat mulai banyak juga perubahan pada menaranya. datar memanjang sepanjang fasad dan dibawah (Sumber: KITLV). busur/relung (arches). Menaranya tetap sama persis dengan sebelumnya. (Sumber: KITLV).

Pada perkembangan selanjutnya, sekitar tahun 1932-1934 terjadi perubahan lagi pada be- berapa elemen fisik masjid dan menaranya. Ini bisa dilihat pada foto koleksi KITLV dengan keterangan foto pada tahun tersebut. Pe- rubahan pada masjid adalah bergesernya atap tipis/riangan yang sebelumnya di bawah relung- /busur (arches), saat ini dipindah ke atas relung/busur (arches). Gambar 16. Foto Masjid Taluk pada tahun 2003 yang bisa dilihat pada watermark foto. Terdapat dua Namun yang banyak berubahnya adalah menara bangunan kecil tambahan dengan atap tumpuk tiga masjidnya, terutama seperti pada railing pada untuk menaungi pintu masuk dan tangga di sebelah selasar balkon menara lebih sederhana baik kanan dan kirinya. (Sumber: Anonim). balkon pertama maupun kedua. Perubahan railing ini bila diamati adalah dari material besi Belum pasti penambahan bangunan kecil kanan yang lebih tipis menjadi bata yang dibuat garis- kiri tersebut pada tahun berapa, tetapi pada foto garis dan lebih simpel. Selain itu ruang di bagian tahun 2003 pada gambar 16 membuktikan atas menara yang menjadi lebih besar, dan adanya bangunan pintu masuk kanan dan kiri kubah di puncak menara berubah lebih pendek yang masih polos belum dipenuhi ornamen. serta atap miring pada puncak menara yang Selain itu fasadnya juga bertambah lebih masif lebih melebar. Lihat gambar 15. karena diberikan elemen dinding dan jendela I 187 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Studi Perkembangan Fisik Arsitektur Masjid Taluk, Sumatra Barat pada relung tiang ruangan tambahan di sebelah tiang pada dinding masjid maupun tiang-tiang timur. Sebelumnya ruangan baru tambahan pada bangunan tambahan di sisi kiri dan kanan sebelah timur tersebut terbuka tanpa dinding masjid untuk menaungi tangga dan pintu masuk. dan jendela dan pada masa ini ditutup. Sementara menara masih sama seperti tampak Namun yang paling kelihatan adalah sangat pada tahun 1932-1934 di gambar 15. berbeda lagi adalah hilangnya menara. Menurut hasil wawancara, pada tahun 2007 terjadi Pada foto tahun 2005, atap masjid diganti lagi gempa di Sumatra Barat yang cukup besar. dari bahan seng yang rata menjadi atap Menara masjid saat itu patah, lalu daripada semacam lembaran genteng yang bermodul dan diubah lagi oleh kekuatan alam, maka diputus- bergaris-garis. Ini perubahan material atap kan oleh masyarakat untuk menghilangkannya. untuk ketiga kalinya, yang sebelumnya dari ijuk, ke seng, dan lembaran mirip genteng. Semen- Dengan hilangnya menara yang sudah usianya tara menara juga terdapat perubahan, pada kurang lebih 100 tahun, tentu sangat mengubah elemen bagian atas terlihat baru, dengan citra dan ekspresi bangunan masjidnya. Karena, proporsi yang lebih kecil, ruangnya juga kecil, bagaimanapun selain bangunan masjidnya, dan seperti belum di-finishing. Sementara menara juga telah menjadi elemen penting yang perubahan mencolok juga terjadi pada aspek menandai kompleks bangunan. warna bangunan dan menaranya. Semua bernuansa warna salem dan pink.

Menara dicat warnanya menjadi pink, dari sebelumnya warna abu dan putih. Kemudian kubah pada puncak menara juga diganti dengan bentuk yang lebih “bulat”, dari seng mengkilap, dan ruang di bawah kubah pada puncak menara menjadi lebih kecil atau sempit. Lihat gambar 17.

Gambar 18. Foto tahun 2009, seminggu persis setelah gempa 2009. Terjadi perubahan pada hilang menaranya dan pewarnaan atau pengecatan ulang pada hampir seluruh permukaan masjid. (Sumber: Survey lapangan, Koleksi Pribadi Penulis).

Dengan dihilangkannya menara masjid ini, halaman di sisi timur menjadi jauh lebih luas dari sebelumnya. Meluasnya halaman timur masjid, dengan cara menguruk sebagian kolam Gambar 17. Foto dari survey lapangan tanggal 18 di sisi timur masjid. Januari 2005, masih ditemukan menara di sisi sebelah timur (Nangkula Utaberta, 2015). Bila menggunakan analisis dari foto, foto-foto telah menjadi bukti bahwa menara hilang Hilangnya Menara dan Perubahan Material diperkirakan antara tahun 2005 – 2009. Dan Atap benar jika di-crosscheck berdasarkan informasi dan wawancara dengan tokoh agama dan Pada tahun 2009, penulis berkesempatan untuk pengurus masjid, hilangnya menara karena mengunjungi dan menginvestigasi kondisi fisik terjadi kerusakan cukup parah (patah) pada Masjid Taluk ini. Didapat bahwa masjid telah saat gempa tahun 2007, akhirnya menara mengalami perubahan warna secara menyeluruh masjid dihilangkan atau belum dibangun yakni ke arah oranye. Termasuk pada tiang- kembali hingga saat ini. Hilangnya perubahan I 188 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Bambang Setia Budi penting ini yang sebelumnya menara menutupi Terakhir pada foto tahun 2017 yang baru lalu, atau menjadi bagian penting dari komposisi saat dilakukan survey semua masjid-masjid fasad sebelah timur yang telah berlangsung kuna di Sumatra Barat. Bila diamati foto selama hampir satu abad. bangunannya, tetap diperoleh perbedaan antara foto-foto lama pada gambar 19 dengan Masjid Sementara elemen-elemen lainnya sama atau Taluk dengan foto-foto baru pada foto tahun hampir persis sama dengan foto tahun 2005. 2017 yang ditunjukkan pada gambar 20. Hanya terjadi pengecatan ulang dengan warna Perbedaan itu terlihat pada railing-railing dan yang sama dengan sebelumnya dan pengecatan pagar masjid di sebelah timur penambahan kolom atau tiang bangunan penutup pintu kolom. masuk dan tangga pada kanan dan kirinya. Pada gambar 19, bangunan gerbang pintu masuk Kesimpulan kanan dan kiri sudah dipenuhi ornamen dan warna berubah dominan menjadi oranye pastel. Dari uraian dan analisis tahapan sebagaimana di Penambahan tiang juga terjadi di tengah-tengah atas, beberapa poin kesimpulan dapat di- antara dua bangunan penutup ruang/pintu nyatakan atau disebutkan sebagai berikut, masuk dan tangga. yakni:

Secara umum, bentuk dan proporsi bangunan utama masjidnya masih dipertahankan, ter- utama pada bentuk dan kemiringan atap. Namun terjadi banyak penambahan hal-hal baru seperti ruang di sebelah/sisi timur dan material. Sebenarnya hampir semua bagian/bidang sudah terjadi perubahan sejak pergeseran penggunaan material dari kayu ke bata (pada dinding- /enclosure), dan dari atap ijuk ke seng. Gambar 19. Foto Masjid Taluk pada tanggal 16 Desember 2014. Foto ini menggambarkan adanya Perubahan yang mencolok lainnya juga pada pengecatan ulang, warna bangunan masjid yang tadinya cenderung ke warna pink-pastel atau salem, elemen tambahan itu sendiri seperti adanya kemudain diganti warna krem. Selain itu penambahan menara dan kemudian hilang lagi. Perubahan tiang di tengah-tengah untuk menyangga atap selasar, yang kecil-kecil baik berupa penambahan, dan atap selasarnya itu sendiri, menjadi disangga oleh pengurangan, atau penggantian, selalu saja mahasiswa. (Sumber: masjidmohhatta.com) terjadi meski itu hanya pengecatan ulang tetapi dengan warna yang sesuai dengan selera

masyarakat pada waktu itu khususnya pada beberap tahun belakangan ini.

Hilangnya ekspresi material kayu dan konstruksi

lantai panggung serta penggantian material bangunan secara masif dari kayu ke bata pada seluruh permukaan selubung vertikal (dinding) bangunan dan dari ijuk ke seng, telah me- ngubah banyak sekali penampilan dan ekspresi Gambar 20. Foto tahun 2017, terdapat pengecatan bangunan masjidnya. Ini tentu menjadi tan- pagar dan railing tangga dari warna coklat ke warna tangan dan sekaligus ancaman dalam konservasi krem dan cat pada seluruh permulaan, merupakan bangunan kuno/bersejarah. perubahan terakhir yang dapat ditanggap disesuaikan dengan kebutuhannya. (Sumber: Survey Lapangan, Bangunan masjid sebagai bangunan yang hidup Koleksi Pribadi Penulis). masih dan terus digunakan dari dulu hingga sekarang. Maka untuk bangunan kuno yang I 189 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Studi Perkembangan Fisik Arsitektur Masjid Taluk, Sumatra Barat menjadi warisan sejarah dan budaya seperti ini Vernakular di Indonesia, makalah dalam blog seharusnya mendapat perhatian dan penga- pribadi, walan khusus agar tidak terjadi penurusan http://mosqueandislamicdevelopment.blogspot.co.id /2015/06/masjid-tradisional-vernakular-di.html kualitas aristektural sebagaimana yang terlihat Zaim Rais (2001), Against Islamic Modernism The dan terjadi pada bangunan Masjid Taluk ini. Minangkabau Traditionalist Responses to The Modernist Movement, : Logos Ini juga akan menjadi bukti bahwa bangunan masjid kuno khususnya pada Masjid Taluk ini i sebenarnya tidak statis, tetapi dinamis, sebagai Sebenarnya hingga saat ini belum ditemukan bukti yang living monument atau monumen yang hidup valid atau otentik terkait dengan pendiri dan tahun didirikan. yang terus dipakai dan selalu bisa terjadi Apa yang ditulis di makalah ini terkait pendiri dan tahun pendirian hanya mengikuti pendapat umum yang sudah perubahan dan perkembangan dari waktu ke popular. Sementara ini argumennya adalah hanya karena ada waktu. makam seseorang bernama H. Abdul Majid tersebut di belakang masjid. Namun siapakah sebenarnya H. Abdul Majid dan apa hubungannya dengan masjid ini belum ada kajian Masjid Taluk ini merupakan bangunan heritage, yang mendalam dan kritis tentang hal ini. semestinya perubahan dan perkembangan ini ii diawasi dengan ketat dan tidak dibiarkan begitu Wirjosuparto membantah hipotesis H.J. de Graaf terkait asal usul masjid Jawa dengan memberikan pernyataan saja, sehingga sangat perlu diberikan panduan perbandingan bahwa meskipun masjid di Malabar - India dan pendampingan dari ahli/pakar bangunan dengan Masjid Taluk - Sumatra Barat sama-sama beratap bersejarah agar kondisi fisiknya lebih terawat tumpang, tetapi masjid di Malabar berdenah persegi panjang sementara Masjid Taluk di Sumatra Barat berdenah segi dan perubahannya lebih dapat terkontrol dan empat bujur sangkar. Selain itu masjid di Malabar tidak kualitas arsitekturalnya terjaga dengan baik. mempunyai kolam yang mengelilingi masjid sementara Masjid Taluk memilikinya. Lihat detil diskusi ini di makalah Wirjosuparto berjudul Sedjarah Bangunan Mesdjid di Daftar Pustaka Indonesia di Al-Manak Muhammadiyah 1962/1963.

iii Alam, Rudi H (ed) (1998), Sejarah Masjid-masjid Kuno Sepanjang kajian dan penelitian penulis tentang asal-usul di Indonesia, Badan Litbang Agama Departemen masjid Jawa, keduanya baik masjid di Malabar maupun Masjid Agama RI. Taluk di Sumatra Barat tidak terkait satu dengan yang lainnya Amran, Rusli (1988), Padang Riwayatmu Dulu, termasuk dengan Masjid Jawa. Meskipun sama-sama beratap Jakarta: CV Yasaguna. tumpang dan sebagian besar berdenah bujur sangkar, tetapi Arnold, T.W. (1979), The Preaching of , Lahore: masjid-masjid Jawa sangat berbeda karakteristiknya dengan Ashraf Printing Press. Masjid-masjid di Sumatra Barat, termasuk dengan Masjid Budi, Bambang Setia (2004), A Study on the History Taluk ini. Perbedaan yang paling mencolok adalah sistem and Development of the Javanese Mosque – part 1: lantai, bila Masjid di Sumatra Barat aslinya berkolong A Review of Theories on the Origin of the Javanese (lantainya diangkat) bila di Jawa hampir tidak pernah ditemui Mosque, Journal of Asian Architecture and Building lantai yang berkolong (lantai diangkat) kecuali pada beberapa Engineering (JAABE), Vol. 3, No. 1, Mei, hal. 189- langgar (masjid kecil). Semua telaah penulis tentang gagasan teori asal-asul Masjid Jawa bisa dibaca lebih lanjut dalam 191. makalah penulis berjudul A Study on the History and Gazalba, Sidi (1983), Mesjid Pusat Ibadat dan Development of the Javanese Mosque – part 1, A Review of Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Theories of the Origin of the Javanese Mosque, Journal of Graff, H.J. de (1963), The Origin of the Javanese Asian Architecture and Building Engineering (JAABE), Vol. 3, Mosque, Journal of Southeast Asian History (JSEAH), No. 1, Mei, 2004. hal. 1-2. Hadi, Wisran (2007), Sejarah Perkembangan Surau di iv Foto ini disebutkan sebagai Masjid Taluk namun apakah Minangkabau, Materi Pelatihan Pemberdayaan benar ini bangunan Masjid Taluk di tahun 1900, atau apakah Gerakan Kembali Ke Surau, Biro Pemberdayaan sebelumnya karena beberapa foto lainnya yang dituliskan juga Sospora Sekretaris Daerah Prov.Sumbar 15 2/d 17 pada tahun 1900 tidak dikelilingi banyak pohon kelapa hanya Juli 2007 di Hotel Pangeran City, Padang. ada dua pohon kelapa di sebelah depan/samping timur Kern, Ra. (1956), The Origin of the Malay Surau, bangunan masjid, dan juga bagaimana dengan terdapatnya bangunan/pagar pendek di sisi sebelah utara. Beberapa hal JMBRAS, 29, no. 1. untuk foto ini memang masih bisa didiskusikan lebih lanjut. Mansur, M.D. et.al (1970), Sedjarah Minangkabau, Djakarta: Bharata. P.E. de Josselin de Jong (1984), Minangkabau and Negeri Sembilan, New York: AMS Press Utaberta, Nangkula. (2015), Masjid Tradisional-

I 190 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017