Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi ..., Hendik Kubelaborbir

Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua Berdasarkan Pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) Hendrik Kubelaborbir *** dan Karel Yarangga STIPER Santo Thomas Aquinas , Jl. Aquatan Kemiri Sentani Jayapura *Korespondensi: [email protected]

ABSTRACT

Agroecological ZonZoneeee of Keerom District Papua province based on Geographic Information System (GIS) Approach The availability of data and information on the agroecological zona would significantly optimize sustainable land use and agricultural production. Study to provide database on physical environment and to determine agroecological zona of Keerom in Papua Province has been done by using interpretation method and spatial analysis. Primary data was agroecosystem of studied area, type of vegetation and land use; and secondary data such as general condition of area, social economic potency and agricultural production, climate as well as several maps comprised of contour, soil type and land use maps. Collected data were then organized in the form of spatial and digital data information, and analyzed by using Geographic Information System. Results showed that Keerom Regency had an area of 1,017,027.22 ha consisted of 5 agroecological zonas i.e. zona I of 569,258.33 ha with slope of > 40 % for forest , zona II of 150,641.84 ha with 16 %-40 % slope, a typical land use were for plantation of annual, zona III of 75,063.49 hectares with slope of 8-15% slope for agroforestry, zona IV of 187,126.93 ha with slope of < 8%, a typical land use for food crops. and zona V of 34,936.63 ha with slope of < 3%, marsh, a typical land use was for wet land agriculture as well as freshwater fisheries. Key Word : Agricultural Land, Agroecosytem Zona, Geografi Information System,

ABSTRAK

Ketersediaan data dan informasi zona agroekologi akan sangat membantu optimasi penggunaan lahan dan produksi tanaman yang berkelanjutan. Kajian dengan tujuan untuk menyajikan informasi basis data keadaan fisik lingkungan Kabupaten Keerom dan menentukan zona agroekologi (ZAE) telah dilakukan di Kabupaten Keerom Provinsi Papua. Data penelitian berupa data primer yaitu agroekosistem wilayah, jenis penutupan lahan dan penggunaan lahan; serta data sekunder berupa keadaan umum wilayah, data sosial, data potensi dan produksi pertanian, data iklim, peta kontur, peta jenis tanah, dan peta penggunaan lahan. Data dianalisis dengan menggunakan program Sistem Informasi Geografis . Hasil menunjukkan bahwa luas Kabupaten Keerom adalah 1.017.027,22 ha dengan lima kawasan zona agroekologi yaitu Zona I untuk kawasan lindung seluas 569.258,33 ha, Zona II untuk perkebunan (budidaya tanaman tahunan) seluas 150.641,84 ha, Zona III , untuk wanatani seluas 75.063,49 ha, Zona IV untuk tanaman pangan seluas 187.126,93 ha dan Zona V bertanah rawa atau gambut untuk pertanian lahan basah dan perikanan darat seluas 34.936,63 ha. Kata Kunc: Lahan Pertanian, Zona agroekologi, Sistem Informasi Geografi.

77

Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir

PENDAHULUAN Studi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk a) menyusun data dan informasi tentang Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam keadaan lingkungan fisik (iklim, tanah, topografi) penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi wilayah Kabupaten Keerom ke dalam suatu sistem pertanian maupun keperluan lainnya membutuhkan basisdata. b) menentukan zona agroekologi pemikiran seksama dalam perencanaan dan Kabupaten Keerom dengan menggunakan pende- pengambilan keputusan pemanfaatan yang paling katan Sistem Informasi Geografis. c) menentukan optimal. Sitorus (1989) mengemukakan bahwa untuk pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh, zona agroekologis masing-masing wilayah dan informasi faktor fisik lingkungan yang meliputi sifat d) menentukan ketersediaan lahan pertanian yang dan potensi lahan melalui kegiatan evaluasi ada di Kabupaten Keerom. sumberdaya lahan harus tersedia. Produksi pertanian menjadi optimum serta BAHAN DAN METODE berwawasan lingkungan tercapai apabila lahan digunakan secara tepat dan dengan cara pengelolaan Lokasi Penelitian yang sesuai. Penerapan paket teknologi sistem usaha Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Keerom tani harus didasarkan kepada suatu kajian zona Provinsi Papua selama 4 bulan, dimulai bulan agroekologi (ZAE) yang lebih menyeluruh sehingga Maret-Juli 2010. Wilayah administratif Kabupaten akan memudahkan perencanaan dan pengelolaan Keerom terletak antara 140 o-141 o BT dan 2,7 o-3,8 o tanaman (Amien, 2000). Penggunaan Sistem LS dengan luas wilayah sekitar 10.170,27 km 2. Informasi Geografis (SIG) telah digunakan untuk Kondisi topografi sebagian besar adalah dataran penentuan zona agroekologi sejumlah tanaman utama rendah dan sebagian kecil berbukit hingga di sembilan daerah utama di Asia, Afrika dan Amerika pegunungan yang membentang dari barat ke timur. dalam kaitannya dengan berat kering panen Daerah paling Selatan adalah Distrik Web dan (Sivakumar & Valentin, 1997). Aplikasi SIG dalam Senggi dan bagian Utara Distrik Skanto, Arso dan pewilayahan komoditas juga telah dilakukan oleh Waris. Wilayah Kabupaten ini berbatasan dengan Bhermana et al . (2004), yaitu untuk menyusun dan Kota Jayapura di sebelah Utara, Negara Papua Nue menganalisis pewilayahan komoditas daerah Kandul Guinea di sebelah Timur, dan dengan Kabupaten Kabupaten Barito Utara, Kalimatan Tengah. Pegunungan Bintang dan Kabupaten Yahukimo di Upaya penyediaan data dan informasi sebelah selatan (BPS, 2006). sumberdaya alam termasuk informasi sumberdaya Interpretasi data dan analisis spasial lahan sebagai basis data kabupaten merupakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu salah satu aspek penting yang perlu mendapat metode interpretasi data dan analisis spasial perhatian guna mendukung berbagai program (Balitbangtanak, 1991). Jenis data terdiri atas peta pembangunan pertanian yang akan dilaksanakan. kontur, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan Saat ini sudah ada peta ZAE yang (land use) dan data iklim. Data yang dihasilkan diterbitkan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan disusun dalam bentuk informasi data spasial dan Hidrologi. Namun ketersediaan data dasar masing- digital, kemudian dilakukan kompilasi dan analisis masing Kabupaten khususnya di Papua secara data dengan menggunakan program ArcView GIS akurat belum memadai. Ketersediaan data dan versi 3.3. Analisis data sosial dan data potensi informasi ZAE akan membantu penentuan cara pertanian juga dilakukan melalui kompilasi data dan pemanfaatan lahan secara tepat, sehingga dengan peta kabupaten dan kecamatan. produksi pertanian yang diperoleh menjadi Selanjutnya data biofisik agroekologi, sosial dan optimum dan kelestarian sumberdaya lahan tetap data potensi pertanian disusun dalam suatu sistem terjaga. Pewilayahan komoditas pertanian padi basis data menggunakan program ArcView GIS berdasarkan ZAE berbasis SIG telah dipelajari oleh versi 3.3 . Nurwadjedi et al . (2009) di Pulau Jawa. Studi untuk Prinsip yang sama juga digunakan dalam mengidentifikasi potensi sumberdaya lahan bagi pembuatan peta pewilayahan agroekologi utama pengembangan pertanian, menyusun informasi tipe tanaman pangan, di mana tanaman pangan penggunaan lahan untuk sistem pertanian yang tepat sebagai indikator utama dalam pemilihan dan sebagai dasar pembangunan pertanian berkelanjutan.

78

Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir

pengkriteriaan variabel yang digunakan. Karena ekonomi, data potensi dan produksi pertanian faktor-faktor topografis, tanah dan iklim serta keadaan lapangan melalui pengambilan mempunyai variabel yang cukup banyak dan gambar dengan menggunakan camera digital. masing-masing tanaman membutuhkan syarat Data tersebut selanjutnya akan digunakan untuk ekologi yang berbeda. Faktor ekologi yang menentukan arahan komoditas pertanian mempengaruhi produktivitas tanaman secara optimal berdasarkan ZAE masing-masing wilayah (Samijan antara lain masa bertanam ( growing period ), suhu et al ., 2000). Data primer yang dikumpulkan udara, sifak kimia dan fisik tanah serta topografi meliputi batas wilayah masing-masing distrik, (Syarifuddin & Las, 1998). Dengan demikian, perlu agroekosistem masing-masing wilayah distrik, jenis dilakukan pentahapan pewilayahan seperti yang penutu lahan, penggunaan lahan pertanian di disajikan dalam bentuk diagram alir pada tingkat petani dan pengambilan gambar bentuk Gambar 1. penggunaan lahan. Kerangka dasar pemikiran yang dikemuka- Data sekunder diambil dari instansi peme- kan oleh Las (1989) tidak digunakan seluruhnya, rintah yang terkait dengan kegiatan penelitian. tetapi disederhanakan yaitu dengan mengintegrasi- Data sekunder yang dikumpulkan adalah: kan berbagai sifat iklim (data iklim tahun 2007), 1. Data keadaan umum Kabupaten Keerom topografi (peta kontur tahun 2006) dan tanah (peta (Kantor Bupati Keerom); tanah tahun 2006) diperoleh peta agroekologi 2. Peta kontur (Kanwil BPN Provinsi Papua); alamiah. 3. Peta jenis tanah (Kanwil BPN Provinsi Papua); Pengumpulan data primer dilakukan melalui 4. Peta penggunaan lahan (Kanwil BPN Provinsi kegiatan survei dan pengamatan langsung di Papua); lapangan. Kegiatan survei lapangan dilaksanakan 5. Data iklim (Stasiun Klimatologi-Jayapura untuk mendapatkan informasi data sosial Provinsi Papua);

Gambar 1. Kerangka Kerja dan Diagram Alir Proses Pewilayahan Agroekologi Tanaman Pangan (Las, 1989)

79

Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir

6. Data sosial Kabupaten Keerom (Pemda diperoleh 5 (lima) zona agroekologi (ZAE). Kabupaten Keerom); Zona agroekologi dengan spesifikasi sistem 7. Data potensi dan produksi pertanian Kabupaten pertanian atau kehutanan (agriculture type) Keerom. Kabupaten Keerom terperinci sebagai berikut : Pembagian ZAE berdasarkan perbedaan Zona I : zona dengan lereng > 40%, tipe iklim dan relief (kelas lereng). Data iklim yang pemanfaatan lahan untuk kehutanan. digunakan ialah kelembaban dan suhu udara. Zona II : zona dengan lereng 16-40%, tipe Kelembaban suatu wilayah dibedakan berdasarkan pemanfaatan lahan untuk perkebunan jumlah bulan kering dalam satu tahun, yaitu suatu (tanaman tahunan bulan yang mempunyai curah hujan rata-rata < 60 Zona III : zona lereng 8-15%, tipe pemanfaatan mm, dengan pembagian zona iklim menurut lahan untuk wanatani. Agussalim et al. (2000). Zona IV : zona lereng < 8%, tipe pemanfaatan Data/informasi sumberdaya lahan yang berupa lahan pertanian lahan kering. layer digital yang terdiri dari tiga sub zona, yaitu sub Zona V : zona lereng < 3 % dengan jenis lahan zona kelerengan dan tanah, sub zona suhu, dan sub rawa atau gambut, tipe pemanfaatan zona kelembaban, selanjutnya di-overlay -kan untuk lahan untuk pertanian lahan basah dan mendapatkan sel kombinasi data yang memiliki perikanan. karakteristik fisik yang relatif homogen dengan Zona III menggunakan teknologi SIG. Tahap analisis Zona I merupakan zona dengan tipe pemanfaatan selanjutnya adalah penyusunan peta ZAE yang lahan untuk kawasan lindung (konservasi). Kawasan dilakukan melalui proses editing dan reklasifikasi ini meliputi daerah dataran rendah hingga data tabel. Peta digital yang digunakan dalam pegunungan dengan ketinggian 1550 m dpl, penyusunan ZAE adalah peta kelas lerang, peta memiliki luas 569.258,33 atau 55,97 hektar dari total penggunaan lahan (land use ), peta jenis tanah, peta luas wilayah Kabupaten Keerom. Zona I terbagi atas elevasi serta digunakan pula data iklim. dua subzona yaitu subzona dengan ketinggian tempat > 1250 m dpl diberi simbol Ibz meliputi areal PPParameterParameter dan skor dalam penentuan zona seluas 343,11 hektar terdapat di Distrik Web. Zona agroekologi ini bersuhu sedang dan kelembaban lembab, jenis Penentuan ZAE berbasis SIG hanya menggunakan tanah aluvial dengan drainase baik. sedangkan kelas data dan informasi fisiografi tanah dan iklim. Data lereng > 40 % merupakan lahan dengan lereng sosial ekonomi budaya diintegrasikan ke dalam curam. Subzona Icz meliputi daerah dataran rendah sistem komputer sebagai basis data yang menjadi sampai dataran tinggi 1250 m dpl dengan luas areal informasi penting dalam kebijakan dan keputusan 568.915,22 hektar dan terdapat pada seluruh wilayah arahan pemanfaatan sumberdaya lahan. distrik. Subzona ini memiliki suhu tinggi dan Proses klasifikasi lahan untuk penentuan kelembaban lembab. zona agroekologi dalam penelitian ini digunakan Kondisi lahan dengan kelerengan sangat metode parametrik. Pada metode parametrik, sifat- curam dan curah hujan tinggi sehingga sangat rawan sifat lahan yang menentukan kualitas lahan diberi terhadap erosi yang dapat berakibat degradasi nilai atau skor dari 10 hingga 100, kemudian setiap kualitas lahan dan kerusakan lingkungan. Menurut nilai digabung dengan jalan penambahan dan BPS (2006), di kawasan hutan ini terdapat spesies ditentukan selang nilai untuk tiap kelas. Nilai satwa dilindungi antara lain burung cenderawasih tertinggi untuk kelas terbaik dan nilai terendah untuk (Paradisaea apoda ), burung kakatua raja ( Probosciger kelas terburuk (Luthfi, 2007). aterrimus ), serta kakatua besar jambul kuning (Cacatua galerita ) kakatua-besar jambul-kuning HASIL DAN PEMBAHASAN (Cacatua galerita ). Dengan mempertimbangkan tingkat kerawanan degradasi lingkungan yang cukup Penentuan zona agroekologi dilaksanakan dengan tinggi serta keberadaan satwa liar yang dilindungi, terlebih dahulu membuat skoring terhadap masing- maka pemanfaatan lahan pada Zona I harus masing komponen lingkungan fisik tersebut. diarahkan sebagai kawasan lindung sebagaimana Berdasarkan hasil overlay peta sumberdaya lahan, diamanatkan dalam UU Kehutanan No. 41 Tahun iklim dan penggunaan lahan kabupaten Keerom, 1999.

80

Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir

Zona IIIIII didominasi aluvial dan podsolik serta sebagian kecil Zona ini merupakan zona dengan tipe pemanfaatan jenis tanah organosol dan mediteran dengan luas lahan perkebunan/budidaya tanaman tahunan/buah- areal 75,063.49 hektar atau 7,38 % dari total luas buahan. Di kabupaten Keerom berdasarkan rejim wilayah Kabupaten Keerom. suhu dan kelembaban zona ini hanya terdapat 1 Pilihan jenis tanaman seperti kacang tanah, kedele, subzona yaitu subzona IIcz. Sub zona ini berada pada kacang hijau, ubi jalar, talas dan ubi kayu dapat ketinggian < 1250 m dpl dengan suhu tinggi, ditanam di antara jenis tanaman tahunan atau kelembaban lembab, fisiografi berbukit-bergunung tanaman kakao, kopi, kelapa sawit, matoa, rambutan, dan lereng berkisar 16-40 %. Jenis tanah duku dan lain-lain sebagai tanaman tetap. didomimasi tanah latosol aluvial, podsolik dan Meskipun tingkat kerawanan terhadap bahaya erosi latosol. Sub zona ini meliputi seluruh wilayah dan degradasi kualitas lahan relatif kecil distrik di Kabupaten Keerom dengan luas areal dibandingkan dengan zona I dan II, namun untuk 150,641.84 hektar atau 14,81 % dari total luas jangka panjang bahaya tersebut tetap ada sehingga wilayah Kabupaten Keerom. perlu pengelolaan yang tepat. Sistem pertanian Arahan pemanfaatan untuk budidaya konservasi masih sangat perlu diterapkan pada zona tanaman perkebunan atau tanaman tahunan dengan ini yaitu pengolahan tanah minimal, terasering dan sistem pertanian konservasi. Penanaman tanpa pilihan jenis tanaman sela yang tepat akan sangat pengolahan tanah, pengolahan tanah minimal membantu dalam mencegah erosi sekaligus (minimum tilage) dan penggunaan tanaman penutup meningkatkan kesuburan tanah khususnya jenis tanah (cover cropp) di bawah tanaman tanahunan tanaman legum (Rahim, 2000). sangat membantu mencegah erosi yang dapat Zona IVIVIV mengakibatkan degradasi kualitas lahan dan Zona ini merupakan zona dengan arahan pemanfaatan kerusakan lingkungan (Manik, 2007). Jenis komoditas lahan untuk budidaya pertanian lahan kering baik yang sesuai bagi perkebunan atau tanaman tahunan tanaman pangan maupun hortikultura dataran pada zona ini yaitu kakao, kopi, karet dan kapuk. rendah. Berdasarkan kondisi suhu dan kelembaban, Zona ini juga dapat diarahkan bagi pemanfaatan di Kabupaten Keerom zona ini hanya terdapat satu hutan produksi terbatas, dengan prinsp-prinsip sub zona. Subzona ini berada pada ketinggian < 500 m pengelolaan ramah lingkungan. Sistem silvikultur dpl diberi simbol IVcz, merupakan subzona dengan (tebang pilih, tanam) dapat diterapkan dalam rejim suhu tinggi dan kelembaban lembab, fisiografi pengelolaan hutan secara konsisten dan datar-berombak dengan kemiringan lereng < 8 %. berkelanjutan mengingat kondisi lahan masih relatif Jenis tanah didominasi oleh jenis latosol, aluvial dan rawan terhadap bahaya erosi. Dengan prinsip podsolik meliputi seluruh wilayah Distrik di pengelolaan demikian kelestarian hutan dan lahan Kabupaten Kerom dengan luas areal 187,126.93 tetap terjaga dan produksi kayu sebagai salah satu hektar atau 18,40 % dari total luas wilayah sumber pendapatan bagi perekonomian daerah Kabupaten Keerom. berkelanjutan. Pilihan jenis-jenis pohon seperti Merujuk pada program pertanian nasional, matoa ( Pometia Pinnata ), linggua ( Petrocarpus maka lahan dengan kondisi relatif datar lebih Indicus ), kayu besi ( Intsia bijuga ) dan lebani ( Xilopia diarahkan bagi pertanian tanaman pangan untuk sp. ) merupakan jenis yang cocok dikembangkan juga memperkuat ketahanan pangan nasional. Secara bernilai ekonomis tinggi. ekologis alternatif komoditas yang dapat Zona IIIIIIIII dikembangkan di Kabupaten Keerom yakni jagung, Zona ini merupakan zona dengan arahan pemanfaatan padi gogo, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang lahan wanatani atau Agroforetri. Berdasarkan rejim panjang, kacang kedele, cabe, tomat dan mentimun. suhu dan rejin kelembaban hanya terdapat satu zub Selain jenis tanaman pangan dan sayuran, tanaman zona di Kabupaten Keerom yaitu sub zona IIIcy. Sub perkebunan seperti kakao, kelapa sawit dan tebu zona ini memiliki rejim suhu tinggi dan rejim sangat potensial untuk dikembangkan terutama di kelembaban lembab. Fisiografi berombak- Distrik Arso, Skamto dan Senggi. bergelombang dengan lereng berkisar 8-15 % Zona VVV terdapat pada seluruh distrik di Kabupaten Keerom Zona ini merupakan zona dengan kelas lereng < 3 % kecuali Distrik Web, meliputi dataran rendah berupa rawa atau lahan gambut dengan ketebalam > sampei ketinggian 750 m dpl. Jenis tanah 1,5 m. Alternatif arahan pemanfaatan untuk lahan

81

Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir

jenis ini adalah sistem pertanian lahan basah. Di akan cepat menurun dan ekosistem terancam Kabupaten Keerom hanya terdapat 1 subzona yaitu kerusakan. Penggunaan lahan yang tepat selain sub zona Vcz yang berada pada ketinggian < 500 m menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan dpl, rejim suhu dan kelembaban tinggi dan drainase manfaat untuk pemakai masa kini, juga menjamin terhambat, didominasi jenis tanah organosol dan bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk hanya terdapat di Distrik Senggi, Arso dan Web generasi penerus di masa mendatang. dengan luas areal 34,936.63 hektar atau 3,44 % dari Menurut Reijntjes et al. (1999), pertanian total luas wilayah Kabupaten Keerom. berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang Alternatif arahan komoditasnya adalah untuk berhasil untuk usaha pertanian guna membantu pengembangan padi sawah, sawi, kangkung, bawang kebutuhan manusia yang berubah sekaligus merah, bawang putih dan perikanan darat. Apabila mempertahankan atau meningkatkan kualitas hendak dimanfaatkan untuk pengembangan padi lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. sawah, maka perlu dibangun infrastruktur irigasi yang Apabila pengembangan pertanian dilaksanakan memadai, shingga nantinya pengairan tidak menjadi dengan memperhatikan zona agroekologi, maka kita penghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. akan mempertahan kualitas lahan untuk kepentingan Hamparan sagu yang mulai berkurang populasinya masa depan. Kegiatan pertanian dikatakan ditemukan pada wilayah ini. Perlu dilakukan berkelanjutan apabila mencakup hal-hal sebagai pengutuhan vegetasi melalui budidaya tanaman sagu, berikut : sebagai salah satu upaya penguatan ketahanan pangan 1. Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa bagi masyarakat lokal yang umumnya masih kualitas sumber daya alam dipertahankan dan menggunakan sagu sebagai bahan makanan pokok. kemampuan agroekosistem secara keseluruhan Bentuk lahan ini juga sangat potensial untuk dari manusia, tanaman, dan hewan sampai pengembangan perikanan darat. organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini Berdasarkan karakteristik lahan, alternatif akan terpenuhi jika tanah dikelola dan ke- pengembangan komoditas pada masing-masing zona sehatan tanaman, hewan serta masyarakat agroekologi adalah: dipertahankan melalui proses biologis (regulasi a) Matoa, kayu besi, linggua, lebani, sukun, aren sendiri). serta tanaman-tanaman spesifik lokal untuk 2. Bisa berlanjut secara ekonomis, yang berarti kegiatan konservasi jika ada kerusakan hutan bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk untuk Zona I. pemenuhan kebutuhan dan/atau pendapatan b) Karet, aren, kopi, kakao, vanili, kapuk, lebani, sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang linggua, dan matoa untuk Zone II mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan c) Linggua, matoa dan aren atau tanaman budidaya biaya yang dikeluarkan. seperti vanili, karet, kakao, kopi, apukat, 3. Adil, yang berarti bahwa sumber , daya dan mangga, kelapa sawit dan kelapa dan tanaman kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa palawija (padi gogo, jagung, kacang tanah, sehingga kebutuhan dasar semua anggota kacang hijau, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, talas) masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka atau tanaman sayuran (terong, mentimun, cabe, dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, buncis, kacang panjang, tomat) untuk Zone III bantuan teknis serta peluang pemasaran d) Jagung, padi gogo, ubi kayu, ubi jalar, kacang terjamin. tanah, kacang hijau, kedelai, cabe, tomat, 4. Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk mentimun, jahe dan nilam. Sub zona dengan kehidupan (tanaman, hewan, dan manusia) kelembaban basah dengan kondisi drainase dihargai. Martabat dasar semua makhluk terhambat diperuntukan bagi pengembangan hidup dihormati. padi sawah, sagu dan perikanan darat untuk 5. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat Zone IV pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung Agroekologi dan Pertanian Berkelanjutan terus. Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud hanya Penerapan konsep pembangunan pertanian apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang hendaknya selalu memper-timbangkan keadaan tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Apabila agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem lahan tidak digunakan dengan tepat, produktivitas

82

Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir

produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat tanah dan Agroklimat. Balitbangtanak, dapat ditentukan. Bentuk wilayah atau fisiografi Bogor. merupakan faktor utama penentuan sistem produksi Amien, I. 2000. Analisis Zona Agroekologi Untuk di samping sifat-sifat tanah. Pembangunan Pertanian, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang SIMPULAN DAN SARAN Pertanian. Bogor. Aronoff, S. 1995. Geographic Information System. Simpulan A Management Perspective. Ottawa Canada. Sesuai dengan hasil analisis spasial dan pembahasan Balitbangtanak, 1991. Zona Agroekologi dan mengenai pendekatan Sistem Informasi Geografis Alternatif Pengembangan Pertanian Pulau dalam penentuan zona agroekologi Kabupaten Sumatera, Pusat Penelitian dan Keerom, maka dapat disimpulkan bahwa luas Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Kabupaten Keerom adalah 1.017.027,22 ha dengan Bogor. lima kawasan zona agroekologi yaitu Zona I untuk Balitbangtanak, 2004. Laporan Optimasi Lahan kawasan lindung seluas 569.258,33 ha, Zona II untuk Kritis di Provinsi Nusa Tenggara Timur, perkebunan (budidaya tanaman tahunan) seluas Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah 150.641,84 ha, Zona III , untuk wanatani seluas dan Agroklimat, Bogor. 75.063,49 ha, Zona IV untuk tanaman pangan BKSDA, 2006. Jenis-jenis Satwa Endemik Papua seluas 187.126,93 ha dan Zona V bertanah rawa atau yang Dilindungi. Balai Konservasi gambut untuk pertanian lahan basah dan perikanan Sumberdaya Alam (BKSDA) Wilayah XIV, darat seluas 34.936,63 ha. Papua. Ketersediaan lahan bagi pengembangan Bhermana, A, R Massinai dan R Ramli. 2004. pertanian di Kabupaten Keerom adalah seluas Aplikasi sistem informasi geografis untuk 420.794,06 hektar atau 41,37 % dari luas wilayah penvusunan dan analisis pewilayahan Kabupaten Keerom. Pengembangan komoditas komoditas (Studi kasus: Daerah Kandui, untuk masing-masing zone telah ditentukan Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah). berdasarkan karakteristik lahan. Hal. 291-303 dalam Prosiding Seminar Saran Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Perlu dilakukan penelitian lanjutan secara lebih Tanah dan Iklim, (K. Subagyono, E. detail dengan menggunakan skala peta 1:50.000 atau Runtunuwu, D. Setyorini, N. Sutrisno, lebih besar, untuk mendapatkan hasil penelitian Wahyunto, S. Saraswati dan B Kartiwa, dengan tingkat kesalahan yang lebih kecil. Eds). Penelitian dalam skala mikro untuk pengkajian sifat BPS, 2007. Keerom dalam Angka. Kerjasama fisik dan kimia masing-masing wilayah distrik sangat Badan Pusat Statistik dengan BAPPEDA disarankan, sehingga diperoleh kelas-kelas Kabupaten Keerom. kesesuaian lahan yang lebih terperinci untuk lebih Shivakumar, MKV and C Valentin. 1997. memudahkan penentuan kesesuaian dan Agroecological zones and the assessment of pewilayahan komoditas masing-masing wilayah crop production potential. Phil. Trans. R. Soc. distrik. Lond. B, 352:907-916 Las, I, AK Makarim, A Syarifuddin dan I Manwan. DAFTAR PUSTAKA 1989. Konsepsi Pewilayahan Agroekologi Puslitbangtan. Mimeograf. Rapat kerja Pusat Agussalim, A, BL Ishak, R Djamaluddin, Asmin, Z Penelitian dan Pengembangan Tanaman Abidin dan G Kartono. 2000. Karakterisasi Pangan, Sukamandi, 11-13 Januari 1989. Zona Agroekologi Kawasan Gulumas Las, I, AK Makarim, A Syarifuddin dan I Manwan. (Sulawesi Tenggara) Hal. 12-22 dalam 1991. Peta Agroekologi Utama Tanaman Prosiding Pemberdayaan Potensi Regional Pangan di Indonesia, Pusat Penelitian dan melalui Pendekatan Zona Agroekologi Pengembangan Tanaman Pangan. Menuju Gema Prima. (Triutomo, S, Balitbangtan Departemen Pertanian, Bogor. Subiyanto, Sobowo, E Husen dan W Adhy, Eds), Pusat Penelitian dan Pengembangan

83

Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir

Luthfi, RM. 2007. Metode Inventarisasi Rahim, SE. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Sumberdaya Lahan. Penerbit Andi Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup, Bumi Yogyakarta. Aksara, Jakarta. Nurwadjedi, B Mulyanto dan Suwardi. 2009. The Reijntjes, C, B Haverkort dan A Waters-Bayer. 1999. assessment of the rice field sustainability in Pertanian Masa Depan, Pengantar Untuk Java base on regional spatial use planning Pertanian Berkelanjutan dengan Input (RSUP). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Rendah (Di terjemahkan oleh Y. Sukoco), 9:80-87. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sitorus, SRP. 1998. Evaluasi Sumber Daya Lahan, Penerbit Transito Bandung.

84