Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017

TRADISI MASYARAKAT SUKU BANGSA REJANG DI KECAMATAN PONDOK KELAPA

Silvia Devi

Abstract This paper describes the tradition of Rejang tribe community in Pondok Kelapa Sub- district, Central Regency of Bengkulu Province. The Rejang tribe is one of the largest tribes in Bengkulu Province. They are scattered to various regions. Rejang tribe has its own customary law. Wherever they disperse, they undoubtedly refers to their ancestral tradition. Their traditions are brought from their home land of Jang then they go to into various dispersed areas and create new communities. However, the spreading and interaction that occurs between different communities leads to a change of tradition. The marriage of the Rejang tribe is known through several sequences of pre-marital activities: midiak, bekulo, betunang, sembeak sujud, majok bakea sematen melandai, basen asuak-basuak and basen kutei. Rejang tribe community also has tradition in time of pregnancy and death. Keywords: Tradition, Rejang tribe, and Pondok Kelapa Sub-district

suku yang terbesar di Propinsi Bengkulu. Pendahuluan Mereka tersebar ke berbagai daerah. Suku Tradisi dimiliki setiap kelompok bangsa Rejang memiliki hukum adat sendiri. masyarakat dimana pun berada. Tradisi Hukum adat yang dimiliki mengatur segala antara satu masyarakat dengan masyarakat adat istiadat dan tradisi yang harus lainnya memiliki perbedaan. Tradisi dilaksanakan sebagai suku bangsa Rejang. dilaksanakan oleh suatu masyarakat Hukum adat merupakan nilai luhur serta mencakup perjalanan hidup manusia, antara kekayaan spiritual yang perlu dipertahankan lain tradisi pada perkawinan, kelahiran dan oleh kita anak Jang, umumnya penduduk kematian. Masing-masing melaksanakan yang ada di Rejang.1 Namun pemberlakukan sesuai dengan ajaran yang didapatkan dari secara hukum adat dan apabila melanggar nenek moyangnya. Tradisi itu sendiri ada akan dikenakan sanksi adat hanya berlaku yang bersifat sakral dan dijalani setiap pada Kabupaten Rejang Lebong yang tahapannya oleh generasi penerusnya, dan memang telah memiliki perda dan perbub. banyak juga yang telah mengalami Sebagai suku bangsa Rejang perubahan. dimanapun berada tentu mengacu pada Suku bangsa Rejang adalah salah satu

1 Maksud kita anak Jang adalah bahwa hukum adat Rejang yang sudah ada memang wajib dilaksanakan oleh suku bangsa Rejang. Hukum adat Rejang ini diberlakukan di Kabupaten Rejang Lebong. Hal ini dikarenakan disebut bahwa daerah asal suku bangsa Rejang adalah di Kabupaten Rejang Lebong. Lihat lebih jauh Tim BMA Rejang Lebong,tanpa tahun, Lepeak Hukum Adat Jang ,Badan Musyawarah Adat Rejang Lebong.

62 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 tradisi yang memnag sudah diajarkan oleh perkembangannnyapada saatb ini dan nenek moyang mereka yang suku bangsa adanya interaksi suku bangsa yang lain. Rejang. Semua ajaran nenek moyang pada intinya adalah membawa kebaikan dan Hasil dan Pembahasan membantu masyarakat untuk menciptakan 1. Perkawinan kenyamanan dan ketentraman sesuai dengan Perkawinan merupakan salah satu keyakinan yang mereka miliki. tahapan penting dalam perjalanan hidup Tradisi mereka yang di bawa dari seseorang. Karena dengan perkawinan daerah asalnya tanah Jang kemudian mereka seseorang memasuki satu kehidupan yang pergi ke berbagai daerah tersebar dan baru bersama dengan pasangan hidupnya. memiliki komunitas baru. Namun begitu Bersama-sama membangun sebuah keluarga persebaran yang terjadi dan interaksi yang yang mereka impikan dengan mengharapkan terjadi antar masyarakat yang berbeda maka adanya kebahagiaan dengan lahirnya anak menyebabkan terjadinya perubahan tradisi. keturunan dari perkawinan tersebut. Fajar, Mereka tidak hanya tinggal dengan sesama dkk (1995/1996:118) menyebut sebuah suku bangsa Rejang melainkan hidup istilah dalam bahasa Rejang mengenai tujuan bersama orang lain yang berasal dari suku perkawinan yakni mesoa kuat temuun juoi, bangsa yang berbeda. Jika suatu kelompok menurutnya dengan melangsungkan sebuah suku bangsa tertentu memaksakan adat perkawinan maka tujuan perkawinan secara istiadat dan tradisi tentu kerukunan dan adat terpenuhi yakni untuk memenuhi kedamaian akan sulit terjadi. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan memperoleh status agar dapat hidup damai maka harus sosial ekonomis. dilakukan cara adaptasi yang baik sehingga Terdapat bentuk-bentuk perkawinan dalam berinteraksi antar sesama yang dimiliki oleh suku bangsa Rejang. menciptakan kenyamana. Adapun bentuk-bentuk tersebut adalah : Adaptasi yakni proses penyesuaian 1. Perkawinan biasa yakni perkawinan dilakukan pada lingkungan alam yang yang diawali dengan asen/perasaan berbeda dan kelompok masyarakat yang menurut adat bekulo. Adat bekulo berbeda. Oleh karena itu tak bisa dihindari adalah segala tahapan yang dilalui terjadinya akulturasi dan asimilasi dalam dengan mengutamakan mufakat dan sebuah kebudayaan masyarakat. Antara suku diketahui oleh masyarakat luas. bangsa Rejang dengan suku bangsa lain akan 2. Perkawinan sumbang yakni saling menghormati adat istiadat dan tradisi perkawinan yang terjadi dikarenakan yang dimiliki. Bahkan seringkali terjadi di adanya kesalahan dalam perilaku suatu daerah dengan adanya suku bangsa yang menyebabkan orangtua malu. yang dominan maka yang suku bangsa yang Salah satunya bisa dikarenakan lari minoritas akan berbaur dan menyesuaikan dikarenakan tidak disetujui salah satu diri dengan tradisi yang dimiliki oleh suku pihak. Sehingga dalam pelaksanaan bangsa dominan. Berikut diuraikan beberapa perkawinannya tidak semua tahapan tradisi yang dimiliki oleh suku bangsa dilakukan. Namun begitu denda adat Rejang sebagai suku bangsa dominan di yakni mas kutei wajib dibayarkan. beberapa desa di Kecamatan Pondok Kelapa. 3. Perkawinan ganti tikar Namun begitu, meski merupakan suku (mengebalau), yakni perkawinan bangsa dominan, tentu terdapat perubahan yang apabila salah satu pihak dari adat istiadat dan tradisi yang biasa meninggal dunia kemudian mereka lakukan pada masa lalu jika dilihat digantikan oleh saudara dari pihak

63 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017

yang meninggal tersebut. salah satu daerah di Bengkulu Tengah yang 4. Kawin paksa, yakni perkawinan yang masyarakat terdiri dari berbagai macam suku dipaksakan untuk dilangsungkan, bangsa. Suku bangsa tersebut antara lain terutama pada tahapan akad nikah suku bangsa Rejang, Melayu, Jawa, Sunda, dikarenakan telah hamil duluan. Batak, dan Aceh. Namun begitu, suku bangsa Apabila ini terjadi maka orangtua Rejang masih merupakan suku bangsa yang dikenakan denda yakni memotong dominan di daerah ini. Meski mereka hidup kambing untuk menepung mata hari. berbaur tetapi kerukunan tetap terjaga. Tak sekalipun terjadi konflik antar suku bangsa Perkawinan pada suku bangsa Rejang di daerah ini. Oleh karena hidup berbaur dikenal dengan melalui beberapa rangkaian dengan suku bangsa lain maka biasanya yakni kegiatan sebelum perkawinan yakni : terjadi perubahan tradisi yang mereka midiak, bekulo, betunang, sembeak sujud, lakukan dalam menjalankan tradisi mereka. majok bakea sematen melandai, basen Perkawinan di masyarakat Pondok asuak-basuak dan basen kutei. Kegiatan Kelapa tidak semuanya melakukan yang diselenggarakan pada tahap perkawinan dengan sesama suku bangsa perkawinan yakni: m’duo sudut, temje mereka. Tetapi banyak terjadi perkawinan kemujung, nyebeliak, mengesok, demaper campur, yakni perkawinan yang terjadi bakea sematen ngen ngenyan, temu’un gung antara suku bangsa Rejang dengan suku kecitang, megikeak dan mei suwei. Setelah bangsa lainnya. Selain pemakaian pakaian perkawinan maka dilakukan tempung adat Rejang dan segala perlengkapan yang sematen ngen ngeyan dan percikan kepada khas suku bangsa Rejang, salah satu kesenian kedua pengantin (Devi, Silvia dan yang juga dimiliki oleh suku bangsa Rejang Christyawaty, Eny (2011). Jadi perkawinan yang ditampilkan ketika perkawinan tradisi di dalam suku bangsa Rejang tidak hanya suku bangsa Rejang yakni kesenian berzikir dilakukan secara adat tetapi yang lebih utama sarafal anam yang dikenal dengan sebutan adalah perkawinan secara agama yakni bedeker. Jadi untuk membedakan suku menikah yang dilakukan ijab qabul. Oleh bangsa Rejang dengan yang masih kuat karena itu dari seluruh bentuk perkawinan, memegang tradisinya adalah dengan melihat maka ijab qabul wajib dilaksanakan sebagai kesenian mana yang dipakai, apakah syarat sahnya sebuah perkawinan. bedendang yang merupakan kesenian suku Fajar, Thamrin, (1995/1996:134) bangsa Melayu atau berzikir sarafal anam mengungkapkan bahwa dua bentuk kegiatan kesenian suku bangsa Rejang. Sedangkan dalam perkawinan masyarakat suku bangsa kesenian orgen adalah kesenian yang dipakai Rejang yakni mengikeak dan uleak. sebagai bentuk perubahan kesenian di dalam Mengikeak dan uleak bisa dilakukan era yang lebih modern. bersamaan atau berbeda waktu tapi yang Menurut Thaulani seorang Pjs Kades didahulukan adalah menikah karena Pondok Kelapa2 mengungkapkan bentuk kewajiban ijab kabul yang menjadi sahnya tatacara perkawinan suku bangsa Rejang sebuah perkawinan. Sedangkan uleak bisa yang dilaksanakan di Desa Pondok Kelapa dilakukan di hari yang berbeda setelah adalah dimulai dengan acara perkawinan adanya hasil mufakat waktu dan tempat (akad nikah). Setelah itu jam empat atau dilaksanakannya pesta tersebut. setengah lima sore pengantin bercampur3. Kecamatan Pondok Kelapa adalah

2 Hasil wawancara pada.... suku bangsa Rejang dan memiliki istri yang berasal dari Orang Lembak Linggau. 3 Pengantin bercampur adalah istilah pengantin duduk bersanding di pelaminan

64 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017

Sebelum pengantin bercampur ada acara selendang, tari saputangan, dan muncak. pengantin berarak keliling desa dari ujung Acara ini dikenal dengan sebutan acara ke ujung. Saat bararak menggunakan serunai Melayu yang artinya bukan merupakan disertai dengan gendang. Pertama sekali tradisi suku bangsa Rejang. Sedangkan yang sebelum pengantin bertemu ada penghadang- dimaksud dengan acara Muslim atau suku penghadang4, penghadang pertama adalah bangsa Rejang adalah berzikir Syarafal jenang (ketua bagian masak). Setelah jenang Anam atau dikenal dengan istilah bedeker. di pintu masuk halaman, nanti sebelum Kesenian ini bisa dilakukan keduanya mereka bertemu muka dihadang pakai kipas, ataupun salah satu bentuk kesenian saja, hal dan yang menghadang ini adalah induk inang ini disesuaikan dengan kemampuan si tuan (perias pengantin). Di tiap penghadang rumah, dan bagi masyarakat yang tergolong dibuka dengan amplop, amplop dibuka dan mampu maka akan juga mengadakan baru mereka mempersilahkan pengantin kesenian orgen musik yang dipesannya untuk masuk. meramaikan pesta perkawinannya. Setelah cara penghadangan selesai maka pengantin laki-laki menaiki ke rumah Perkawinan beda suku bangsa. dengan sebelumnya diasapi dengan Berikut beberapa informan yang kemenyan dan disirami tepung tawar dan air anaknya melakukan perkawinan dengan kelapa dan barulah mereka duduk berbeda suku bangsa. Rajo Iskandar (90 bersanding. Pada saat pengantin duduk tahun) seorang pensiunan memiliki anak ditampilkan berbagai kesenian dari kalangan sebanyak enam orang dari istri pertamanya remaja. dan seorang anak dari istri ke duanya. Anak- Pengantin juga mengikuti acara mandi- anaknya tidak hanya menikah dengan sesama mandi. Mandi-mandi ini terdapat dua macam suku bangsa Rejang tetapi ada juga dengan yakni pengantin mandi-mandi yakni suku bangsa lain baik Jawa maupun Melayu pengantin mandi seorang diri di kamar pada Bengkulu. Pernikahan anak yang dengan siang hari oleh induk inang, dan pengantin suku Melayu Bengkulu dilaksanakan dengan mandi-mandi rendai yang artinya pengantin memakai adat Rejang. Adapun tatacara yang mandi bersama-sama di penghujung pada dilakukan adalah dengan pelaminan rejang malam hari oleh induk inang dan ditonton kecil dan tidak pakai rendo-rendo. Adat oleh orang banyak serta dimeriahkan dengan Rejang jika anak laki-laki maka pelaminan bunyi-bunyi tetabuhan, gendang dan serunai dipasang di luar, sedangkan kalau anak dan dipertunjukkan atraksi tari rendai (nn, perempuan maka pelaminannya dipasang di 1991:153). dalam. Sebelum naik pelaminan juga Kemudian acara dilanjutkan pada dilakukan malam bainai. Sebelum malam hari yakni dengan dua bentuk acara memasang pelaminan kalau dulu harus kesenian, yakni acara Melayu dan ada acara memotong Kambing dan memakai nasi Muslim. Kalau Melayu istilahnya kunyit. Hal ini sudah menjadi kewajiban “berdendang”. Acara bedendang dibarengi adat, jika dilanggar maka akan dikenakan dengan beberapa tari seperti tari piring, tari denda adat. Tapi saat ini tidak ada lagi.

4 Penghadang ini disebut juga sebagai hambatan. Hambatan ini dapat diatasi oleh pengantin. Hambatan pertama disebut juga dengan istilah kadang galah yakni menjelang masuk kampung hamanan dan ditebus dengan memberi uang tebusan untuk tua kerja. Hambatan kedua disebut juga dengan istilah kadang pangkal tangga yakni hambatan yang dapat ditembus dengan memberikan uang tebusan kepada tukang sambal, dan hambatan ke tiga adalah kadang kipas yakni dengan memberikan uang tebusan untuk bagian induk inang. (Adat Istiadat Kota Bengkulu, nn, 1991:152)

65 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017

Kemudian adat Rejang dulu yakni bendera namun demikian hal ini pernah terjadi di kuning di pasang dan memakai perlengkapan Desa Pondok Kelapa yang dilakukan oleh terbuat dari perak. Namun yang terjadi suku bangsa Jawa. Sementara oleh suku sekarang adalah telah secara umum memakai bangsa Melayu maupun Rejang tidak ada pakaian adat Bengkulu. Hiburan dalam pesta yang melakukannya. Meskipun agama di perkawinan yakni diadakan malam daerah ini bermacam-macam, namun dlaam berdendang, dendang gedang berbentuk tari. hal perkawinan biasanya tetap dilangsungkan Kalau masa lalu bedendang dilaksakan di dalam satu kepercayaan dan sesuai dengan siang hari. Jika kita melanggar aturan adat tradisi yang mereka anut. Seperti pernikahan maka denda harus dibayar terlebih dahulu yang dilakukan oleh masyarakat yang baru bisa dilakukan dendang. beragama Kristen, maka tradisi pun Pada perkawinan campur, biasanya dilakukan sesuai dengan ajaran agamanya, tradisi yang akan dipakai adalah hasil begitu juga agama Hindu atau Budha. kesepakatan kedua belah pihak. Namun Di Kecamatan Pondok Kelapa ini begitu, secara umum perkawinan dilakukan pernah terjadi sebuh perkawinan antara anak di Pondok Kelapa ini menggunakan tradisi imam suku bangsa Rejang dengan anak Rejang yang sudah mengalami penyesuaian imam agama Hindu Bali. Pada saat proses dengan suku bangsa yang lain. Hal ini seperti pernikahannya dilakukan dengan tatacara yang dilakukan oleh anak-anak pak H. M. Islam, namun seminggu sesudah itu Rosdan (82 tahun) yang memiliki istri orang dilangsungkan dengan adat Bali. Hal ini Rejang dan Pak Rosdan sendiri suku bangsa dikatakan bahwa mereka tetap dengan Melayu. Ketiga anaknya yang menikah agamanya masing-masing. Namun dengan suku lain yakni ada yang dari suku perkawinan itu tidak berlangsung lama, dan Jawa dan dan menggunakan pakaian setelah memiliki seorang anak terjadi adat Rejang dengan kesenian beberapa perceraian. Saat ini mereka tetap pada macam yakni orgen, kemudian dendang dan agamanya dan saling toleran dan terhadap bedeker Sarafal Anam. keluarga besar masing-masing tidak terjadi Sedangkan di Desa kembang Ayun perselisihan. salah satu desa di Kecamatan Pondok Kelapa Seperti yang diungkapkan oleh Dewa yang didominasi oleh orang Jawa, terdapat Beda5 seorang pensiunan yang berasal dari perkawinan campur antara orang rejang Bali dan menetap di Desa Sunda Kelapa dengan orang jawa Syaiful (jawa) dengan Kecamatan Pondok Kelapa bahwa bagi Relawati (rejang), mereka nikah di Desa mereka yang merupakan suku bangsa Bali Busakim di Pondok Kelapa. Oleh karena yang telah lama menetap di sini sudah Desa Busakim itu adalah desa yang terbiasa jika ada keluarga yang menikah mayoritas orang jawa di Pondok Kelapa, ada dengan suku bangsa dan agama yang kemungkinan ia memakai adat jawa dalam berbeda. Seperti dalam keluarganya yakni upacara pernikahannya. kakak laki-lakinya menikah dengan Muslim dan ada juga yang menikah dengan Katolik. Perkawinan beda agama. Kemudian ada juga saudaranya yang muslim Perkawinan beda suku sudah lazim menikah dengan suku bangsa Rejang yang dilakukan oleh berbagai macam suku bangsa muslim. Dewa memahami ini sesuai dengan di Kecamatan Pondok Kelapa ini. Sedangkan ajaran ayahnya bahwa persoalan perkawinan beda agama sangat tidak lazim, kepercayaan itu seperti air sungai, semuanya

5 Seorang pensiunan berumur 62 tahun dan wawancara dilakukan pada tanggal...

66 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 baik dan pada akhirnya akan mengalir ke melangsungkan pernikahan dengan ajaran sungai juga. Bagi sang ayah yang bekerja agamanya, maka masyarakat yang bukan sebagai tentara ABRI dikatakannya bahwa orang Bali tidak diundang, dan hal ini tidak kita memang diciptakan berbeda-beda dari menjadi sebuah permasalahan. Namun saat Bina Iku Tunggal Iku, itulah yang menjadi ini mereka telah mengundang masyarakat Bhineka Tunggal Ika, itulah tuturan leluhur lain meski berbeda agama. Biasanya yang kami dari Hindu. Jadi perkawinan beda suku dilakukan adalah dengan menyewa orang bangsa dan beda agama tidak menjadi Islam untuk memasak masakan yang persoalan asalkan mereka melakukannya diperbolehkan oleh orang beragama Islam. sesuai dengan kesepakatan yang telah Agar tidak menimbulkan kecurigaan maka mereka buat. Masyarakat Bali yang terdapat mereka akan membuat masakan yang bisa di daerah ini sudah berasal dari berbagai dimakan secara bersama di hari pesta. daerah yakni datang dari , dari Arga Sedangkan untuk hidangan khusus yang Makmur serta dari . Mereka memang tidak diperbolehkan oleh agama hidup berbaur satu sama lain dan kerukunan Islam, maka mereka akan mengadakan di antara umat beragama sangat terjaga sampai hari terpisah. Kondisi seperti itu sudah saat ini. berlangsung sejak 10 tahun. Hal ini seperti Masyarakat Kecamatan Pondok Kelapa yang diungkapkan oleh Dewa Beda berikut banyak yang melakukan perkawinan campur ini : antara suku bangsa Melayu dengan suku Kalau kami disini yang sering ini kalau bangsa Rejang karena mereka merupakan ada acara pernikahan, kita bisa bergabung, suku bangsa mayoritas di daerah ini. Jadi kalau kami ada acara pernikahan mereka dalam hal perkawinan mereka umumnya juga kita undang dan mereka juga ikut memakai salah satu tradisi suku bangsa berpartisipasi. Begitu juga sebaliknya kalau Rejang dengan perpaduan kesenian antara orang Rejang ada acara pernikahan kami melayu dengan Rejang yakni kesenian juga ikut membantu. Jadi kami saling bedendang dengan berdeker Sarafal Anam. berkerja sama, yang membedakan kami Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan orang muslim adalah kalau kami bahwa tradisi perkawinan itu juga sudah kan ada acara sakralnya, itu khusus kami banyak perubahan. Meskipun tradisi suku yang disini saja semua. Nanti ada acara bangsa Rejang yang digunakan tetapi tidak pestanya, acara pesta itu sifatnya umum, semua tahapan tradisi suku bangsa Rejang maka kita undang saudara kita yang muslim, dilaksanakan. Hal ini dikarenakan sudah nanti merekalah yang menjadi panitianya. keinginan masyarakat yang lebih mudah dan Merekalah yang mengaturnya kami tidak direpotkan dengan berbagai tradisi hanya menyerahkan mentahnya saja, yang biasanya memakan waktu dan biaya silahkan penganturan seperti apa. Jadi yang besar. Terlebih keadaan ekonomi yang tempatnya memasaknya juga dibedakan sekarang ini sudah sulit, jadi mereka hanya orang memasaknya juga dibedakan, tempat melakukan tahapan-tahapan yang sifatnya atau lokasi menghidangkan juga dibedakan, wajib saja sementara yang bisa mereka orang yang menghidangkannya juga tinggalkan maka mereka memilih tidak dibedakan, jadi semua itu adalah untuk melaksanakannya. menghilangkan keraguan saudara kita yang Selain itu, ada perubahan yang terjadi muslim. Jadi begitu cara kami untuk saling pada salah satu suku bangsa yang ada di menghargai dan saling menghormati sesama Pondok Kelapa, yakni pada suku bangsa umat bergama. Selain acara pernikahan ada Bali. Pada masa lalu jika orang Bali juga acara kami seperti potong rambut,

67 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 potong gigi, itu biasanya juga kita sepupunya sehingga ia memiliki kebebasan mengundang orang-orang atau tetangga kita menentukan pakaian mana yang akan yang muslim. dipakai. Meskipun orang Bali sudah banyak Salah daerah di Kecamatan Pondok yang menganut agama Islam, namun secara Kelapa yakni di desa Talang Boseng yang adat istiadat masih sangat terlihat kental masyarakat desanya hampir 90% merupakan nuansa Balinya. Perubahan ini sangat suku bangsa Rejang, meskipun di sana masih memberikan nilai positif dimana masyarakat ada suku bangsa Serawai, Lembak, Melayu, berbeda suku dan agama bisa bersama-sama Bugis maupun Jawa. Namun dikarenakan merayakan hari bahagia yakni perkawinan suku bangsa Rejang sangat mendominasi dengan cara yang disepakati bersama-sama maka tradisi mereka masih bertahan sampai dan tidak menjadi sebuah konflik tetapi saat ini. justru semakin mempererat hubungan antara Salah satunya terlihat pada suku bangsa. penyelenggaraan perkawinan yang menurut Pada perkawinan sepasang pengantin Sahaluddin tahapan adatnya tidak bisa yang berasal dari dua suku bangsa yang ditinggalkan. Adapun tahapan-tahapan berbeda, seperti yang dilakukan oleh tersebut yakni dimulai dengan penetapan hari Hasnatul6 dengan suami yang berasal dari yang dimusyawarahkan bersama sanak Aceh. Namun perkawinan yang saudara dan masyarakat. Hal ini dikarenakan diselenggarakan oleh Hasnatul dalam penyelenggaraan melibatkan menggunakan adat Bengkulu. Pernikahan masyarakat luas dan jika ini diungkapkan diselenggarakan di rumah perempuan kepada mereka maka akan ditanyakan dengan memakai beberapa macam pakaian kesediaan mereka membantu. Hal ini yakni pakaian rejang, pakaian padang, menjadi sangat penting dikarenakan sifat pakaian sunda, pakaian aceh dan pakaian gotong-royong merupakan sifat utama dalam slayer. Salah satu tradisi suku bangsa Rejang berbagai kegiatan di masyarakat suku bangsa yang ia pakai terlihat pada saat akan menikah Rejang. memakai sirih lanang yang diatasnya dibuat Sifat gotong-royong itu terlihat pada burung-burung sebanyak tujuh tingkat dan saat warga berkumpuluntuk memotong sirih tino diatasnyo kipas. Pada waktu Kambing atau Sapi. Pada pagi hari mereka penyelenggaraan menikah sirih itu dipanggil dari rumah ke rumah, ada anak si diletakkan. tamang, menantu yang telah sekian tahun Jadi cara yang diselenggarakan yakni menikah dan mereka ditugaskan memanggil. hari Jumat menikah dengan menggunakan Pada saat proses pernikahan dibaut punjung kebaya putih sedangkan yang laki-laki nasi kunyit yang ditutupi dengan ayam menggunakan jas. Kemudian pada malam kampung. Setelah proses pernikahan selesai harinya duduk bersanding menggunakan kemudian punjung dibagi-bagikan kepada pakaian bengkulu diselenggarakan berzikir tamu yang hadir dalam ruangan yang bisa sarapal anam. Keesokan harinya memakai dibawa pulang atau makan di tempat. pakaian padang dan sunda kemudian Setelah proses pernikahan dialnjutkan memakai pakaian aceh. Hal ini dilakukannya sorenya dengan menyambut pengantin karena ini akan menjadi kenangan sekali midang, dengan menyambut dengan seumur hidup dan juga salon itu dimiliki oleh kesenian pencak silat. Setelah pengantin

6 Hasnatul berasal dari Rejang lembah Penanjung menikah dengan laki-laki berasal dari Aceh.

68 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 dihias dan duduk bersanding dari sore pergi ke rumah mertua dengan membawa sampai pagi hari. Para tamu datang di malam ayam, kelapa, beras secara lengkap untuk hari dan dipertunjukkan kesenian berdeker dimasak. Setelah sampai di rumah pihak laki- sarapal anam. Namun saat ini kesenian laki maka dengan bahan masakan tersebut sarapal anam sudah jarang ditampilkan tetapi dimasak untuk dilaksanakan kegiatan kesenian orgen yang lebih banyak mendoa yang disebut tradisi mulang apue ditampilkan. yang artinya pihak laki-laki diantar ramai- Adapun makanan yang dihidangkan ramai ke tempat wanita dan kembali pulang terdiri dari beberapa macam, yakni jam 8 ke rumahnya dan dilaksanakan kegiatan malam diadakan mencak nasi yakni hidangan mendoa. Setelah itu laki-laki akan menetap nasi dan gulai. Salah satu makanan yang di rumah perempuan. Oleh karena itu ketika wajib ada pada suku bangsa Rejang di laki-laki sampai di rumah orangtuanya maka Kecamatan Pondok Kelapa yakni rostim ia akan meminta izin untuk membawa segala seperti ubi kentang, hati ayam/kambing, di peralatan yang dibutuhkan untuk dibawa ke cucuk dg kelapa kemudian dicampur dengan rumah istrinya. Sedangkan menantu bumbu dan diberi kecap, bentuknya seperti meninggalkan kain selendang yang akan sate. Makanan ini wajib dihidangkan pada diberikan kepada mertua dan ipar. Kemudian tua kerja, ketua salapan anam.. Masing- jika telah melangkahi saudara untuk menikah masing diberikan satu piring nasi dan satu maka harus memberikan pelangkahan yakni gulai, sambal di letakkan di tengah dan . satu stel pakaian lengkap yang diberikan Rostim itu dibagikan. Caranya adalah jika sebelum proses pernikahan berlangsung. ada 200 orang maka disediakan 200 piring Namun meskipun suku bangsa Rejang dan makan bersama. Setelah itu istirahat dan mendominasi, perubahan tetap terjadi. Pada merokok kemudian dilanjutkan bedeker masa lalu menggunakan kesenian berdeker salapan anam. Kemudian disuguhkan kopi sarapal anam, tapi saat ini sudah banyak yang pada jam jam 10 malam lalu setelah itu tidak menggunakan kesenian ini dan lebih disuguhkan minuman sirup dan kerupuk. memilih orgen tunggal. Salah satu alasannya Pada saat tengah malam disuguhkan tebu kurang diminati meskipun kelompok yang telah dipotong-potong dengan pisang kesenian tersebut masih ada. yang dihidang dalam satu piring saja. Lalu sekitar jam tiga malam, makan nasi santan 2. Kehamilan dan Kelahiran dengan lauk bebas, dan ditutup pada jam Masyarakat suku bangsa Rejang juga lima subuh dengan kue. Diletakkan satu- memiliki tradisi pada saat melalui proses persatu setiap orang dengan minuman bisa kehamilan. Kehamilan adalah suatu berita kopi atau teh dan pemain bedeker salapan bahagia yang memang sangat diharapkan anam itu berdiri menandakan acara selesai. setelah melalui tahap perkawinan. Pagi-pagi jam tujuh diselenggarakan Kehamilan bagi kedua belah pihak menjadi pembubaran panitia dengan acara makan suatu hal yang ditunggu-tunggu karena bersama. Pengantin berdua memanggil tamu merupakan generasi penerus dari keturunan. semua yang telah membantu selama kegiatan Biasanya orangtua akan memperhatikan acara berlangsung dan mengundang makan segala keperluan anaknya atau menantunya bersama, dengan terlebih dahulu yang sedang menjalani proses kehamilan. mengucapkan sambutan dan terimakasih dan Tdak hanya memenuhi keinginan ngidam dilakukan pembubaran panitia. yang sedang dialami, tepi juga memberikan Dilanjutkan dengan acara dara ombak. segala nasehat dan juga larangan-larangan Setelah tiga hari maka menantu perempuan yang harus dipatuhi ketika selama

69 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 mengandung. Hal ini demi kebaikan ibu dan maka akan diazankan pada telinga kanan, anak yang ada dalam kandungan. sedangkan jika yang dilahirkan bayi Biasanya pantang larangan yang perempuan maka akan diiqomatkan pada selalu dinasehati ke anak atau menantu yang telinga kiri. Memberi nama yang baik untuk sedang mengandung antara lain dilarang bayi dan memberi makanan yang bergizi sekali makan gula mentah, tabu mentah hal untuk bayi. Hal ini secara umum dilakukan ini agar mencegah terjadi kembar darah. oleh seluruh umat muslim di berbagai daerah Dilarang makan beras agar anak tidak putih tidak hanya oleh suku bangsa Rejang. berlemak. Dilarang makan pisang kembar Namun begitu, terdapat tatacara suku agar anak yang dilahirkan tidak kembar. bangsa Rejang dalam memperlakukan ari- Selain larangan makan ada juga larangan ari yang keluar pada saat bayi dilahirkan. dalam bersikap yakni dilarang tegak di depan Adapun tata caranya9 yang pertama adalah pintu, dilarang membunuh ular, dan berbagai ari-ari dibersihkan terlebih dahulu, setelah larangan lainnya sesuai dengan kepercayaan itu dibungkus dengan kain putih (kain kaci/ para orang tua dulu (nn,1991:136). belacu). Setelah itu ari-ari tersebut Menurut Sahaluddin 7 proses diletakkan ke dalam tempurung kelapa kehamilan dilalui sebagaimana biasanya dan bagian bawahnya, tapi sebelumnya pada saat usia kehamilan memasuki tujuh dimasukkan terlebih dahulu syarat-syarat bulan, maka dilakukan suatu acara mendo’a. berupa kunyit, tujuh butir beras, kapas, daun Pada acara mendoa tersebut harus disediakan durian, daun rambutan, dan lembaran Al lemang. Acara tujuh bulanan ini biasanya Quran dan dibenamkanlah ke dalam tanah. dipimpin oleh sang dukun, dan kepada sang Sambil diiringi pembacaan doa. Setelah itu dukun lemang ini diberikan. Setelah acara sebagai tanda maka di atas tanah diberi pagar mendoa selesai maka lemang dibagikan kayu dengan dipancang menyilang diikat kepada orang-orang yang hadir pada acara dengan tali. Di bawah pengikat tersebut tersebut. Adapun upacara di usia kehamilan digantungkan tempurung kelapa bagian atas tujuh bulan disebut juga dengan upacara yang menghadap ke bawah. Kalau malam menduduk dukun atau memegang dukun8 diletakkan lampu togok sebagai Pada saat tiba waktunya bayi lahir, penerangnya. maka proses dibantu oleh dukun. Sanak Satu lagi yang menjadi tradisi suku famili datang turut merayakan kebahagiaan bangsa Rejang adalah membawa anak ke tepi atas kelahiran sang bayi. Sebagaimana ajaran sungai atau disebut mbin cupik moi munen10. Islam maka bayi yang lahir apabila laki-laki Pelaksanaan tradisi ini banyak yang harus

7 Seorang mantan Kepada Desa Talang Boseng yang berasal dari suku bangsa Rejang. Biasanya seorang calon ibu akan sering didekati oleh mahluk halus oleh karena itu sebagai penangkal maka akan disuruh memakai pisau kecil, gunting atau peniti yang disatukan dengan bangle disisipkan pada baju bagian depan, atau dengan lidi aren bila hari menjelang petang (lihat lebih lengkap pada Hasan, Zulman, 2015:234) 8 Dilakukan dengan mengundang dukun ke rumah dengan mengharap bantuan dukun dan lindungan Tuhan serta berkah kelahiran anaknya nanti. Adapun perlengkapan yang dibawa adalah limau yang di tawari oleh dukun, air limau untuk pembersih, kain pelulus terdiri dari dua ragi atau warna yang akan diberikan kepada dukun, dan pelenggang yakni orang yang melenggangkan sebanyak tujuh orang jumlahnya (nn, 1991:136). Hal ini adalah tradisi yang dilakukan di tahun penelitian tersebut yakni 1991, sementara di saat penelitian ini berlangsung sudah banyak perubahan yang terjadi dan segala keperluan yang dulu dipakai sudah mengalami perubahan dan tidak dipakai lagi. 9 Devi, Silvia dan Eny Chistyawaty, 2011, Syair Tempung Sematen Ngen Nyenyan dalam Perkawinan Suku Bangsa Rejang, BPSNT Padang Press, hal 27. Lihat juga Kadirman, 2004 dan Hasan, 2015 10 Devi, Silvia dan Eny Chistyawaty, 2011, Syair Tempung Sematen Ngen Nyenyan dalam Perkawinan Suku Bangsa Rejang, BPSNT Padang Press, hal 29-34. Lihat juga Kadirman, 2004 dan Hasan, 2015

70 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 dipersiapkan, antara lain perlengkapan di berbaris duluan, bayi yang digendong oleh tempat mandi yang terdiri dari 7 helai sirih ibunya di samping bapaknya diapit oleh masak, 7 helai sirih mentah, minyak, dupa, dukun perempuan, ulubalang dan anak kemenyan, beras kunyit, sabai, mangkuk penari kejai berbaris di belakang, berisi sitawar sidingin, kapas dan benang perlengkapan mandi dan hidangan dan anak untuk mengikat lidi, daun dan tikar. lain yang mengikuti. Perlengkapan untuk memandikan terdiri dari Selanjutnya dukun mengibas jalan bedak kemiri, bedak kunyit, pisau yang dengan menggunakan lidi kelapa hijau dan tajam, uang perak atau uang logam, puntung kain hitam yang bertujuan untuk mengusir api yang masih hidup, bunga sembilan warna, mahluk halus yang menghadang di jalan telur tiga butir, jeruk nipis, air, kelicung dan sampai tiba di tepi sungai. Sampai di tepi baskom tempat air dan bunga. Hidangan sunagi dibentangkan tikar untuk meletakkan yang harus disediakan yakni bajik, benik, perlengkapan yang disusun dengan baik dan tipe, tang buruk yang kesemuanya diletakkan dukun kemudian membacakan mantera dan dalam bakul, sawo, bungai diletakkan dalam membakar kemenyan. Setelah itu dukun lalu takar yang besar. Syarat di jalan terdiri dari, memancang lidi kelapa hijau yang ada lidi hijau 7 biji diikat jadi satu, kain dasar kelincung dan daun tadi di dekat air. Setelah dan dupa. Pengiring terdiri dari laki-laki itu sang dukun menyuruh tukang membawa lidi hijau dan dasar kain, tukang memandikan bayi untuk melaksanakan membawa dupa, dukun perempaun tukang tugasnya. memandikan bayi, orang kecil tukang Pada saat proses memandikan juga menggendong bayi dari dusun ke tepi sungai, menjalankan proses yang panjang yakni anak laki-laki dan perempuan menari kejai, mempersiapkan campuran air dan bunga, ulu balang membawa tombak, keris dan uang perak, puntung api dicelupkan, kemiri pedang ekor belelang, saudara ibu dan bapak dan kunyit yang sudah digiling semua yang lebihtua, anak-anak kecil, orang tua dan dimasukkan ke dalam baskom. Lalu dukun orang lainnya. Keperluan untuk dukun yang membacakan doa sambil menyibakkan memandikan bayi antara lain : kain dasar, airdan mulai memandikan bayi. Setelah perlengkapan mentah, ayam seekor,minyak, dimandikan maka bayi dipercikkan air sabun, uang kalau ada. Syarat waktu balik setawar sidingin dan dipakaikan pakaian dari tepi sungai ke dalam rumah antara lain : yang bagus dan digendong oleh sang ibu sabut kelapa untuk dibakar, mangkuk putih dengan selendang samban suku Riman dan untuk diletakkan jeruk nipis dan mangkuk tak lupa memakai sarung yang disulam putih berisi air diletakkan setawar. dengan benang mas. Setelah semua keperluan dipersiapkan, Sebelum kembali maka segala maka yang dilakukan adalah dukun perlengkapan yang telah disiapkan tadi mendatangi si mahluk halus memohon izin seperti sirih, rokok, minyak, hidangan dan untuk mulai melaksanakan tradisi ini dengan kolak ketan sedikit ditinggalkan di tepi air. membakar kemenyan di dalam rumah serta Sedangkan hidangan dalam bakul tadi memohon izin pada seluruh yang hadir untuk dibagikan kepada seluruh orang yang hadir. mengiringi dengan doa. Mereka lalu Semua perlengkapan lain yakni uang logam membentuk barisan dengan posisi sang dan pisau dibawa pulang ke rumah. dukun memegang lidi dari kelapa hijau dan Pada saat kembali ke rumah, maka di kain hitam berada di barisan terdepan, jalan barisan tetap seperti barisan yang ketika tukang membawa dupa di belakang sang akan berangkat ke sungai, anak penari kejai dukun, ulubalang dan anak penari Kejai menebar beras kunyit dan bayi tadi diajak

71 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 ibunya untuk menaiki tangga rumah. bukan lagi anak pertama. Adapun tujuan dari Sebelum naik maka sang ibu harus tradisi ini adalah untuk mengenalkan sang memenuhi syarat melangkahi puntung api anak bahwa kehidupan sangat membutuhkan yang dari sabut yang masih hidup sebanyak air dan tanah. Oleh karena itu menjadi alasan 3x barulah bisa memasuki rumah. bahwa sejak kecil anak sudah dikenalkan Sesampainya di rumah maka sang ibu dengan kehidupan di tepi sungai. menepuk tangan dukun perempuan tadi dengan air dalam mangkuk putih yang sudah 3.Kematian dicampur dengan air asam. Setelah itu bayi Kematian adalah salah tahapan yang tadi memberi kain dasar baju yang sudah akan dilalui setiap yang bernyawa. disiapkan dan lap tangan bernama, kemudian Penyelenggaraan kematian pada masing- tangan dukun memercikkan setawar. masing masyarakat memiliki tradisi sendiri. Mendatangai dukun perempuan dengan Meskipun agama Islam telah dianut oleh membagi perkakas mentash seperti sabun, masyarakat suku bangsa Rejang, namun uang dan kasin dasar baju tadi, kemudian ajaran nenek moyang mereka tetap mendatangi dukun laki-laki untuk membagi dilaksanakan. Khususnya di beberapa desa pula perkakas mentah. Setelah itu semua yang dominan masyarakat aslinya berasal selelsai dilakukan maka sebelum jamau kutei dari suku bangsa Rejang. Seperti di Desa (makan bersama) dilakukan temimang cupik Talang Boseng, desa Kembang Ayun sedang yakni menimang bayi dengan cara dukun desa-desa lainnya di Kecamatan Pondok meletakkan bayi dalam pangkuannya sambil Kelapa ini sudah mengalami perubahan. menyanyikan syair temimang. Mereka tidak lagi menyelenggarakan Jika pada sukubangsa lain terdapat kematian menggunakan tradisi nenek tradisi mencukur rambut pada setiap bayi moyang dengan memotong kambing, tetapi yang lahir pada bagian jambul, maka tradisi hanya melaksanakan pengajian. mencukur rambut jambul tersebut tidak Adapun tata cara penyelenggaraan dilakukan suku bangsa Rejang. Hal ini kematian yang dilaksanakan dengan dikarenakan bagi anak laki-laki rambut itu mengikuti tradisi suku bangsa Rejang di dicukur habis apabila ia bersunat rasul. Kecamatan Pondok Kelapa yang masih Pemeliharaan jambul hanya berlaku bagi diselenggarakan di beberapa tempat tersebut anak tunggal, anak tertua dan anak bungsu adalah seperti uraian berikut ini. Ketika ada atau anak tersayang yang dikatakan sulit salah satu warga yang meninggal dan bukan nyawo.11 anak-anak, yakni orang dewasa baik itu Menurut Sadina12 tradisi membawa orangtua, kakek atau nenek maka menurut anak turun mandi ke tepi sungai oleh tradisi maka orang di rumah tersebut harus masyarakat suku bangsa Rejang di memotong Kambing. Jadi pada saat orang- Kecamatan Pondok Kelapa dilakukan kalau orang sibuk menyelenggarakan tahapan si anak sudah berumur sepuluh minggu. mayit akan di bawa ke kuburan, maka Sampai saat tradisi ini masih terus terdapat keluarga yang memotong Kambing dilestarikan dengan cara tetap dilaksanakan di belakang rumah. Tidak hanya itu, ada juga oleh keluarga meskipun anak yang lahir memotong kelapa dan digunakan untuk

11 Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di Propinsi Bengkulu, namun ternyata tidak semua suku melakukannya. Hal ini dapat dilihat pada Adat Istiadat Daerah Bengkulu, 1991, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bengkulu. 12 Usia 58 tahun yang berasal dari suku bangsa Rejang merupakan Sekretaris Desa Kembang Ayun.

72 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 memasak kambing tersebut. Kemudian menyelanggarakannya sampai saat ini. keluarga memasak Kambing tersebut untuk Sedangkan masyarakat suku bangsa Rejang dihidangkan setelah magrib. Pada waktu yang sudah tinggal di luar desa tersebut penyelenggaraan kematian semua sudah tidak lagi menyelanggarakan acara masyarakat dengan berbagai suku bangsa dengan memotong kambing. Tetapi berbaur, termasuk orang Batak, Minang dan menyelanggarakan sesuai dengan lainnya dan masyarakat yang bukan kemampuan saja. Tapi tahapan-tahapan beragama Islam pun datang. mendoa dimulai dari malam pertama sampai Setelah orang-orang yang membantu 100 hari tetap dilakukan hanya saja membawa mayit ke kuburan balik kerumah disesuaikan dengan kemampuan keluarga dan makan bersama dan mendoa balik kubur. masing-masing. Jadi acara yang umum Makanan yang dihidangkan adalah dengan dilakukan adalah shalat Magrib berjamaah, lauk ayam maupun ikan bukan masakan dari doa, yasinan (terserah tuan rumah, mau apa, kambing yang telah dipotong tadi. mengaji atau sistem takziah). System takziah Sedangkan setelah magrib maka seluruh dengan berceramah, sedangkan sistem masyarakat desa diundang datang ke rumah mengaji adalah dengan mengaji membaca untuk makan bersama daan mendoa. ayat-ayat suci Al Qur’an sampai khatam. Makanan yang dihidangkan pada makan Kalau pengajian sampai berapa malam bersama ini adalah kambing yang telah kesanggupan mereka, 2 atau 3 malam, dipotong dan dimasak di siang hari tadi. dikembalikan pada tuan rumah.13 Namun Setelah makan bersama maka dilanjutkan begitu, setiap malam jumat petang kamis di dengan pengajian Al-Qur’an. Pengajian rumah orang yang meninggal itu ada acara dilakukan sampai tiga hari berturut-turut dan do’a gunanya untuk menepati bulan bagi disebut niga hari. Kemudian terus pengajian orang yang meninggal. dilakukan selama 7 hari dan dinamakan Meskipun di Kecamatan Pondok nujuh hari. Setelah selesai tujuh hari maka Kelapa ini didominasi oleh suku bangsa itu disebut “menyudah” dan setelah itu Rejang, dan diketahui bahwa suku bangsa dilanjutkan dengan 2x 7 dengan memotong Rejang adalah suku tertua di Bengkulu kambing kembali. Kemudian dilakukan memiliki berbagai adat istiadat dan tradisi mendoa pada saat 40 hari dan 100 hari. yang sangat mereka junjung tinggi. Namun Saat ini acara memotong kambing tidak persebaran suku bangsa Rejang ini sudah lagi banyak dilakukan oleh si keluarga yang sangat meluas, dan mereka telah hidup meninggal, hal ini dikarenakan dianggap berbaur dengan masyarakat berasal dari suku menyulitkan keluarga dimana sedang bangsa lainnya. Oleh karena itu pelaksanaan tertimpa kemalangan tetapi harus adat istiadat dan tradisi di dalam menyediakan makanan yang cukup menjalankan kehidupannya, tentu telah memberatkan. Namun begitu bagi beberapa banyak mengalami perubahan oleh masyarakat di desa-desa tersebut masih tetap masyarakatnya.

13 Hal ini juga dilakukan oleh suku bangsa Rejang yang ada di Curup. Meski suku bangsa Rejang yang ada di Curup juga dikatakan merupakan suku bangsa Rejang yang ada di Kabupaten Rejang Lebong dan sebagain berpendapat bahwa merupakan daerah asal suku bangsa Rejang, namun seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Iriani dan kawan-kawan pada tahun 2004 tidak lagi ditemukan penyelenggaraan kematian yang menggunakan tradisi khusus selain pada pelaksanaan tradisi kematian yang umum dilaksanakan yakni malam pertama. Ketiga, seminggu, 40 hari dan 100 hari. Penyelenggaraannyapun bersifat pengajian dan sedekah dari si tuan rumah. Baca lebih lanjut pada Iriani, 2004, Tatakrama Suku Bangsa Rejang di Kecamatan Curup Provinsi Bengkulu. BPNST Padang.

73 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017

Masyarakat di wilayah Kecamatan Penutup Pondok Kelapa yang wilayahnya di dominasi Suku bangsa Rejang adalah salah satu oleh suku bangsa Rejang adalah di Desa suku yang terbesar di Propinsi Bengkulu. Kembang Ayun, Desa Pagar Dewa, dan Desa Mereka tersebar ke berbagai daerah. Suku Talang Bonseng. Umumnya yang berasal bangsa Rejang memiliki hukum adat sendiri. dari suku bangsa Rejang tetap melaksanakan Sebagai suku bangsa Rejang dimanapun adat istiadat dan tradisi yang selama ini berada tentu mengacu pada tradisi yang mereka dapatkan dari nenek moyang, akan memnag sudah diajarkan oleh nenek moyang tetapi mereka sesuaikan dengan keadaan mereka yang suku bangsa Rejang. Tradisi yang mereka alami saat ini. Jadi tidak semua mereka yang di bawa dari daerah asalnya tahapan-tahapan dilakukan sesuai dengan tanah Jang kemudian mereka pergi ke adat istiadat dan tradisi secara ideal baik itu berbagai daerah tersebar dan memiliki di perkawinan, kehamilan dan kelahiran serta komunitas baru. Namun begitu persebaran kematian. Semua tetap dilaksanakan tetapi yang terjadi dan interaksi yang terjadi antar yang sifatnya tidak lagi memberatkan masyarakat yang berbeda maka masyarakat tersebut, dikarenakan adanya menyebabkan terjadinya perubahan tradisi. berbagai halangan baik itu secara ekonomi Perkawinan pada suku bangsa Rejang ataupun kesepakatan antara keluarga. Selain dikenal dengan melalui beberapa rangkaian itu, satu hal yakni penggunaan kemenyan dan yakni kegiatan sebelum perkawinan yakni : dupa yang bagi masyarakat suku bangsa midiak, bekulo, betunang, sembeak sujud, Rejang pada masa lalu selalu digunakan majok bakea sematen melandai, basen dalam setiap pelaksanaan adat istiadat dan asuak-basuak dan basen kutei. Masyarakat tradisi. Hal tersebut adalah adanya pengaruh suku bangsa Rejang juga memiliki tradisi peninggalan nenek moyang yang pada masa pada saat melalui proses kehamilan dan lalu dipengaruhi dinamisme dan animisme. kematian. Saat ini penggunaan kemenyan dan dupa Terdapat bentuk-bentuk perkawinan sudah sangat jarang digunakan, meskipun yang dimiliki oleh suku bangsa Rejang. ada yang masih menggunakan tetapi tidak Adapun bentuk-bentuk tersebut yakni (1). lagi banyak seperti pada masa lalu. Hal ini Perkawinan biasa yakni perkawinan yang adanya perubahan pemikiran dan keyakinan diawali dengan asen/perasaan menurut adat mereka akan ajaran Islam yang mereka bekulo. Adat bekulo adalah segala tahapan terima. Begitu juga pemotongan Kambing yang dilalui dengan mengutamakan mufakat pada saat ada anggota keluarga yang dan diketahui oleh masyarakat luas. (2). meninggal tidak lagi wajib dilakukan oleh Perkawinan sumbang yakni perkawinan yang semua suku bangsa Rejang yang ada di terjadi dikarenakan adanya kesalahan dalam Kecamatan Pondok Kelapa. Pelaksanaan hal perilaku yang menyebabkan orangtua malu. ini sudah jauh berkurang dan mereka sadar Salah satunya bisa dikarenakan lari bahwa hal itu menjadi suatu hal yang dikarenakan tidak disetujui salah satu pihak. memberatkan bagi keluarga yang sudah Sehingga dalam pelaksanaan perkawinannya mengalami musibah. Jadi saat ini tidak semua tahapan dilakukan. Namun pelaksanaannya sudah jauh diringankan dan begitu denda adat yakni mas kutei wajib disesuaikan dengan kemampuan keluarga dibayarkan. (3). Perkawinan ganti tikar masing-masing. (mengebalau), yakni perkawinan yang apabila salah satu pihak meninggal dunia kemudian digantikan oleh saudara dari pihak yang meninggal tersebut, (4). Kawin paksa,

74 Suluah, Vol. 20, No. 2, Desember 2017 yakni perkawinan yang dipaksakan untuk kambing tersebut. Kemudian keluarga dilangsungkan, terutama pada tahapan akad memasak Kambing tersebut untuk nikah dikarenakan telah hamil duluan. dihidangkan setelah magrib. Pada waktu Apabila ini terjadi maka orangtua dikenakan penyelenggaraan kematian semua denda yakni memotong kambing untuk masyarakat dengan berbagai suku bangsa menepung mata hari. berbaur, termasuk orang Batak, Minang dan Perkawinan pada suku bangsa Rejang lainnya dan masyarakat yang bukan dikenal dengan melalui beberapa rangkaian beragama Islam pun datang. yakni kegiatan sebelum perkawinan yakni : midiak, bekulo, betunang, sembeak sujud, majok bakea sematen melandai, basen Daftar Pustaka asuak-basuak dan basen kutei. Kadirman, 2004, Ireak Ca’o Kutei Jang, : Masyarakat suku bangsa Rejang juga Balai Pustaka memiliki tradisi pada saat melalui proses Hasan, Zulman, 2015, Anok Kutai Jang : Sejarah kehamilan. Kehamilan adalah suatu berita Adat Budaya Bahasa dan Aksara, Dinas bahagia yang memang sangat diharapkan Pariwisata Kebudayaan dan Perhubungan setelah melalui tahap perkawinan. Kabupaten Lebong Kehamilan bagi kedua belah pihak menjadi Tim BMA Rejang Lebong, tt, Lepeak Hukum suatu hal yang ditunggu-tunggu karena Adat Jang Kabupaten Rejang Lebong, merupakan generasi penerus dari keturunan. Badan Musyawarah Adat Rejang Lebong Biasanya orangtua akan memperhatikan Devi, Silvia dan Eny Christyawaty, 2011, Syair segala keperluan anaknya atau menantunya Tempung Sematen Ngen Ngenyan dalam yang sedang menjalani proses kehamilan. Upacara Perkawinan Suku Bangsa Tdak hanya memenuhi keinginan ngidam Rejang. Padang : BPSNT Press yang sedang dialami, tepi juga memberikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan segala nasehat dan juga larangan-larangan Propinsi Bengkulu, 1991. Adat Istiadat yang harus dipatuhi ketika selama Daerah Bengkulu. Proyek Penelitian dan mengandung. Hal ini demi kebaikan ibu dan Pencatatan Kebudayaan Daerah anak yang ada dalam kandungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dalam hal kematian, adapun tata cara Propinsi Bengkulu penyelenggaraan kematian yang Iriani, 2004, Tatakrama Suku Bangsa Rejang di dilaksanakan dengan mengikuti tradisi suku Kecamatan Curup Provinsi Bengkulu. bangsa Rejang di Kecamatan Pondok Kelapa BPNST Padang. yang masih diselenggarakan di beberapa Hasan, Zulman, 2015, Anok Kutai Rejang. Dinas tempat tersebut adalah seperti uraian berikut Pariwisata Kebudayaan dan Perhubungan ini. Ketika ada salah satu warga yang Kabupaten Lebong: Kabupaten Lebong. meninggal dan bukan anak-anak, yakni orang dewasa baik itu orangtua, kakek atau nenek maka menurut tradisi maka orang di rumah tersebut harus memotong Kambing. Jadi pada saat orang-orang sibuk menyelenggarakan tahapan si mayit akan di bawa ke kuburan, maka terdapat keluarga yang memotong Kambing di belakang rumah. Tidak hanya itu, ada juga memotong kelapa dan digunakan untuk memasak

75