Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling) 2 (1), 435 – 444 | 2018 ISSN: 2580-216X (Online) Available online at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SNBK/index

Konseling Multibudaya dan kearifan lokal Suku Karo Sumatera Utara dengan Pendekatan Realitas

Rahmadi Tarmizi Pascasarjana Universitas Negeri Semarang [email protected]

Kata Kunci / Abstrak / Abstract Keywords Konseling Multibudaya, Suku karo adalah salah satu suku di daerah sumatera bagian utara Kearifan Lokal, Suku tepatnya disekitaran kota meliputi wilayahnya Kab. Deli Karo, Pendekatan serdang, Kota , Stabat, Kab. Dairi dan Kab. Karo langsung Realitas berbatasan dengan kota medan saat ini. Mereka lebih akrab mengatakan daerah mereka “Taneh Karo(Tanah Karo)” dan etnis mereka “Kalak Karo (Orang Karo)” suku karo memiliki sedikit perbedaan dan kekhasan dengan suku lainnya yang ada di sumatera utara, seperti gaya berbicara kalak karo dalam berbicara mempunyai intonasi ataupun cangkok logatnya tersendiri, pakaian adat kalak karo lebih didominasi oleh warna Merah, hitam dan kuning warna keemasan rumah adat kalak karo berpondasi tinggi dengan diatas genteng tanduk dan di sekitaran dinding rumah adat ada gambar cicak warna merah dan hitam. Individu melalui kehidupannya menggunakan prinsip 3 R (Right, merujuk pada ukuran atau norma yang diterima secara umum dimana tingkah laku dapat diperbandingkan. Responsibility, merupakan kemampuan untuk mencapai suatu kebutuhan dan untuk berbuat dalam cara yang tidak merampas keinginan orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka terkait konteks sosial budaya. Reality, merujuk pada pemahaman individu pada ada dunia nyata bahwa individu harus memenuhi kebutuhannya dalam kerangka kerja tertentu)

Karo tribe is one of the tribes in the northern part of Sumatra precisely in the vicinity municipal field covering its territory District Deli serdang, Binjai City, Stabat, District Dairi and District Karo is directly adjacent to the current terrain city. They are more familiar to say their area is "Taneh Karo (Karo Land)" and their ethnic "Kalak Karo ()" karo tribe has little difference and peculiarity with other tribes present in north sumatera, as the speaking style people karo in speaking has intonation or grafted people it self, custom people karo clothing more dominated by the color Red, black and yellow golden house traditional people karo intonation high above the tile horns and around the walls of the custom house there is a picture lizard red and black. Individuals through their lives use the 3 R principle (Right, referring to a generally accepted measure or norm in which behavior can be compared.) Responsibility is the ability to achieve a need and to act in a way that does not deprive others of the desire to meet their needs in context social culture. Reality, refers to an individual's understanding of the real world that an individual must meet his needs within a particular framework)

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 435 PENDAHULUAN beberapa suku bangsa yang bermukim dan Negara Kesatuan Republik berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, adalah salah satu negara yang cukup besar di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dan memiliki banyak keanekaragaman dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak budaya, keberagamaan budaya yang Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak dimiliki Indonesia dikarenakan Indonesia Simalungun, Batak Angkola, dan Batak memiliki suku-suku yang mendiami setiap Mandailing. Walaupun sebenarnya ada wilayah di Indonesia bentuk bermacam- sebagian kelompok disana yang menolak macam kebudayaan seperti upacara untuk mengatakan bahwa suku karo tradisional, tari-tarian, maupun adat istidat merupakan bukan bagian dari batak, yang memiliki nilai-nilai yang berbeda-beda di terpenting antara suku Karo dan Batak antara suku-suku Indonesia lainnya, mempunyai kesamaan dalam beberapa segi memberikan gambaran adanya nilai-nilai budaya oleh karena itu dalam keberagaman kebudayaan yang dimiliki artikel ini lebih spesifik menjelaskan oleh Indonesia, perbedaan kebudayaan tentang suku karo. Karo adalah salah Suku yang dimiliki oleh setiap suku di Bangsa yang mendiami Dataran Tinggi Indonesia, bukanlah suatu cara untuk Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini saling bertikai dan konflik, tetapi merupakan salah satu suku terbesar di menunjukan adanya keberagaman Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. salah satu nama Kabupaten di salah satu Budaya merupakan hasil dari pemikiran wilayah yang mereka diami dataran tinggi manusia setelah melakukan interaksi Karo yaitu Tanah Karo dan Suku karo dengan manusia lainnya maupun alam mendiami daerah sumatera bagian utara sekitarnya sehingga Interaksi ini dilakukan tepatnya disekitaran Kota Medan meliputi oleh sekelompok masyarakat dan menjadi wilayahnya Kab. Deli serdang, Kota Binjai, sebuah kebudayaan setelah menjadi suatu Stabat, Kab. Dairi dan Kab. Karo langsung tradisi dalam kelompok masyarakat serta berbatasan dengan kota medan saat ini. Masyarakat Karo Mereka lebih akrab menjadi kebiasaan dilingkungan sehingga mengatakan daerah mereka “Taneh menjadi nilai-nilai budaya yang dirawat, Karo(Tanah Karo)” dan etnis mereka “Kalak dijaga dan dilestarikan. Karo (Orang Karo)” sangat dekat dengan Salah satu dari sekian banyak wilayah alam, karena itu kehidupan suku Karo juga yang ada di Indonesia adalah pulau sangat dipengaruhi oleh alam, dalam artian Sumatera salah satunya yang memiliki segala ativitas baik itu mata pencarian banyak suku-suku dan kekayaan budaya ataupun upacara budaya yang di lakukan melimpah seperti di Sumatera Utara yang sebagian besar terlukiskan untuk alam, dikenal dengan nama kotanya adalah Kota beserta segala bentuk yang menjadi bagian Medan, suku yang cukup terkenal ada di dari alam. Dalam alam, antara makhluk Sumatera Utara ini adalah Melayu dan yang satu terhadap makhluk yang lainnya Suku Batak. Suku Batak adalah salah satu membentuk sebuah siklus saling yang banyak mendiami daerah Sumatera membutuhkan manusia membutuhkan khususnya Sumatera Utara. Batak makhluk lainnya untuk memenuhi merupakan salah satu suku bangsa kebutuhannya, begitu juga sebaliknya. Indonesia ini. Nama ini merupakan sebuah Dengan kata lain semua makhluk hidup tema kolektif untuk mengidentifikasikan

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 436 memiliki keterkaitan yang erat demi Kabupaten Karo mempunyai iklim yang kelestarian keberadaannya apapun yang sejuk dengan suhu berkisar 16-17 derajat membentuk sistem ekologi di alam ini, Celcius. Kabupaten Karo terletak pada baik organik maupun yang non-organik, koordinat 2° 50' lintang utara sampai 3° secara tradisional mereka membagi 19' lintang utara dan 97° 55' bujur timur wilayah asal (asli) nya kepada 3 sampai 98° 38' bujur timur. Adapun pusat Pembagian wilayah ini menyebabkan Suku pemerintahan Kabupaten Karo, sejak awal Karo terbagi menjadi 3, yaitu Suku Karo di berdirinya sampai sekarang berkedudukan Kabupaten Tanah Karo(kotanya di Kota Kabanjahe, Ibukota Kabupaten kabanjahe), suku Karo di Kabupaten Karo ini jaraknya lebih kurang 77 Langkat dan Deli Serdang dan Suku Karo kilometer dari ibukota Provinsi Sumatera di Kabupaten Dairi (Tarigan, 2011:7) Karo Utara, Kota Medan, yang memiliki Gugung Istilah ini merujuk kepada hubungan sejarah dengan orang Karo. pengertian wilayah hunian dan budaya Selanjutnya, perjalanan dari Kota Medan etnik Karo yang berada di Pegunungan menuju Kota Kabanjahe, dalam kondisi Bukit Barisan di Tanah Karo Simalem dan lalu lintas normal dapat ditempuh dalam sekitarnya. Artinya orang-orang Karo dan waktu dua jam dengan kenderaan umum wilayahnya yang berada di dataran tinggi dan satu setengah jam dengan kenderaan Tanah Karo kemudian orang-orang Karo pribadi. Selain itu, Kabupaten Karo dan wilayah budayanya yang ada di Pesisir merupakan salah satu kabupaten dari Sumatera Utara, seperti Langkat, Deli, sejumlah 33 kabupaten dan kota di Serdang, dan lainnya. Mereka ini disebut wilayah Provinsi Sumatera Utara. sebagai Karo Jahe (di wilayah pesisir timur Berdasarkan wilayah geografis, Kabupaten Sumatera Utara). Karena wilayah pesisir Karo berada pada posisi 2’50-3’19’ ini, tidak hanya dihuni oleh etnik Karo, Lintang Utara, dan 97’35’-98’38’ Bujur namun juga Melayu dan kini masuk juga Timur. Keseluruhan daerah Kabupaten yang lain-lainnya seperti Jawa, Sunda Karo beriklim sejuk, berada di kisaran 14- Minangkabau, Tamiang Aceh Raya, dan 26 derajat Celsius. Penggunaan lahan di lain-lain, maka densitas akulturasinya Kabupaten Karo di dominasi oleh lebih tinggi pada orang-orang Karo Jahe penggunaan lahan kering berupa ini dan Suku Karo di Kab. Dairi yaitu perladangan dan perkebunan seluas 96.045 disekitar pinggiran Danau Toba. ha atau 41% dari luas wilayah. Selanjutnya Meskipun ada pembagian dan diikuti oleh kawasan hutan seluas 77.142 perbedaan antara wilayah budaya dan ha. Tanah yang subur, udara yang sejuk, wilayah administratfi pemerintahan, tetapi panorama yang indah, serta hutan lindung dilihat dari banyak populasi yang yang luas, sangat sesuai dengan usaha mendiami dideskripsikan tentang wilayah dibidang sektor pertanian (sumber: BPS geografis. Secara geografis, Kabupaten Kabupaten Karo, 2012). Karo berada pada ketinggian 400 sampai Abad ini, para konselor di tuntut untuk 1600 meter di atas permukaan laut, dengan paham bahwa mereka sedang bekerja di luas wilayah seluruhnya kira-kira 2.127,25 sebuah zaman global yang berbasis km persegi, atau 27,9 % dari luas budaya, konselor harus menyadari tengah keseluruhan Provinsi Sumatera Utara. menghadapi beragam manusia, bukan Berdasarkan klimatologi atau iklimnya sekedar minoritas saat bicara tentang

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 437 budaya masyarakat yang heterogen tentang keseharian, tentang apa dan memiliki budaya sendiri yang bagaimana bertindak kearifan itu membimbing perilaku. Dalam konteks ini, tergambar dalam berbagai ungkapan yang konseling sebagai penghubung antara ada dalam suku tersebut. Pada prinsipnya, manusia dan profesi penolong harus dapat suku Karo memberi terlebih dahulu baru memberikan pengaruh besar yang menerima, prinsip demikian menjadi signifikan dan positif, sedangkan wilayah filosofi masyarakat Karo dalam semua spesialisasi yaitu konseling pribadi, bidang kehidupan kesahihan filosofi ini konselor harus memperlihatkan secara dapat juga dilihat dari ungkapan lain yang konsisten dan konklusif bahwa seorang senada dengan itu, yakni “mangkok lawes konselor berorientasi secara multibudaya mangkok reh” maknanya mereka yang baik dalam teori maupun praktiknya, dan memberi maka akan menerima konselor memang efektif serta mampu balasannya. Bagi suku Karo, setiap sebagai konselor untuk budaya apapun dan perbuatan akan mendatangkan akibat yang dimanapun, di dalam konseling setimpal, seperti terungkap dalam pepatah, multibudaya, hasil-hasil yang ingin dicapai “adi ngalo la rido, nggalar la rutang” tidak boleh dihalangi oleh perbedaan artinya jika menerima sesuatu yang tidak budaya antara konselor dan konseli sah atau tidak wajar, maka akan tentunya asumsi-asumsi dasar yang sering mendatangkan bencana. Sebab itu dalam dinyatakan sebagai keberhargaan dan pepatah lainnya disebutkan “pangan labo martabat yang melekat pada individu, ate keleng, tapi angkar beltek” Artinya penghargaan atas keunikan pribadi, hak boleh melakukan apa saja tetapi harus individu bagi aktualisasi diri dan lain-lain, memikirkan dampak yang ditimbulkannya mengindikasikan komitmen konselor bagi (Prinst, 2004:66). Dalam bidang ekologi konseling yang efektif untuk semua atau lingkungan, maka kearifan konseli yang berbagai macam masyarakat tercermin dari adanya latarbelakang budaya, etnik religius atau penetapan tentang hutan-hutan larangan sosial-ekonominya. Dengan demikian, yang belakangan hari juga ditetapkan yang sama pentingnya dengan komitmen sebagai hutan lindung oleh pemerintah. tersebut adalah konselor harus bergerak Kearifan masyarakat Karo terhadap menuju pengejaran aktif fondasi teoritis lingkungan tercermin dari penggunaan yang tepat, dan praktik-praktik yang kayu hutan yang hanya diperbolehkan efektif, kalau ingin berhasil melakukan diambil untuk kebutuhan rumah tangga, konseling konseli dari latar belakang bukan untuk diperdagangkan. Jika ingin budaya yang berbeda-beda. menjual, maka harus menanam terlebih Kearifan lokal merupakan bagian dari dahulu. budaya suatu masyarakat yang tidak dapat Prinsip-prinsip inti dari teori dipisahkan dari bahasa masyarakat itu pilihan(Choice)/terapi realitas banyak sendiri. Kearifan lokal (local wisdom) digunakan dalam area konseling biasanya diwariskan secara turun temurun multibudaya, dalam terapi lintas-budaya dari satu generasi ke generasi melalui sesuatu yang esensial adalah sikap cerita dari mulut ke mulut Sebagai suku konselor untuk menghormati perbedaan yang memiliki tradisi ratusan tahun, maka pandangan antara dirinya sendiri dan adat suku Karo mengajarkan banyak hal konseli. Konselor menunjukkan

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 438 kepedualiannya terhadap nilai-nilai budaya PEMBAHASAN dari konseli dengan cara membantu Suku Karo mereka mengekplorasi sampai seberapa Suku karo memiliki sedikit perbedaan dan tingkat kepuasan yang dapat diberikan kekhasan dengan suku lainnya yang ada di oleh perilaku mereka, baik terhadap diri sumatera utara, seperti gaya berbicara kalak mereka sendiri maupun terhadap orang karo dalam berbicara mempunyai intonasi lain dengan demikian konseli memberikan ataupun cangkok logatnya tersendiri, pakaian adat kalak karo lebih didominasi oleh warna penilaian, mereka pun bisa memperjelas Merah, hitam dan kuning warna keemasan rencana realistik yang konsisten dengan rumah adat kalak karo berpondasi tinggi nilai-nilai budaya mereka. Hal ini lebih dengan diatas genteng tanduk dan di sekitaran jauh merupakan pertanda respek dari pihak dinding rumah adat ada gambar cicak warna konselor yang menahan diri dari usaha merah dan hitam, rumah dengan panjang menetapkan/meutuskan perilaku apa yang kurang lebih 16 meter dan lebar 10 meter seharusnya diubah. Melalui ketrampilan- di mana dipasang belahan kayu besar keterampilan bertanya yang cermat dari dengan tiang-tiang kayu yang berukuran konselor, konseli dari kelompok etnik diameter 60 cm, dinding bagian bawah minoritas tertentu bisa ditolong untuk agak miring kurang lebih 30 derajat, menentukan sampai ke tingkat berapa disertai ukiran-ukiran di sepanjang bagian penyesuaian budaya (akulturasi) dalam dinding dan lain sebagainya yang agak masyarakat dominan ini memiliki rumit disertai pemasangan tali-tali ijuk di kemungkinan bagi mereka untuk sepanjang dinding itu yang menemukan keseimbangan, dengan masih menggambarkan sejenis binatang melata tetap mempertahankan identitas serta nilai seperti cicak. Pembuatan rumah adat ini etniknya ketika mengintegrasikan sendiri pun memakan waktu lama, sekitar beberapa dari nilai-nilai dan praktik- satu sampai empat tahun pembuatannya praktik dari kelompok dominan yang ada dirancang oleh arsitektur kepala yang konselor tidak menetapkan keseimbangan disebut ”pande tukang” Pada masyarakat untuk konseli tetapi menentang mereka Karo terdapat suatu rumah yang dihuni untuk sampai pada jawaban yang mereka oleh beberapa keluarga, yang penempatan buat sendiri dengan fokus pada tindakan jabu-nya didalam rumah tersebut diatur dan pikiran daripada mengidentifikasi dan menurut ketentuan adat dan didalam mengali perasaan, banyak para konseli rumah itu pun berlaku ketentuan adat, yang sedikit kemungkinan untuk itulah yang disebut dengan rumah adat menyatakan resistensi terhadap Karo rumah adat Karo ini berbeda dengan konseling.Tujuan yang diharapkan dengan rumah adat suku lainnya dan memiliki mengenal nilai-nilai budaya suku karo kekhasan itulah mencirikan rumah adat dapat memberikan informasi tentang Karo bentuknya sangat megah diberi pemahaman konseling multikultural tanduk. Proses pendirian sampai dengan pendekatan realitas teori pilihan kehidupan dalam rumah adat itu diatur Willian Glasser dapat mendukung dan oleh adat Karo, dan karena itulah disebut membatu konseli untuk mengekplorasi rumah adat. budaya suku karo dan budaya konseli yang Setiap suku bangsa ini mempunyai lain setiap konseli. sistem kekerabatan sendiri dan merupakan

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 439 ciri khas dari setiap suku bangsa setiap 1. Sembiring 1. Brahmana upacara adat tidak terlepas dari sistem 2. Bunuhaji kekerabatan yang ada begitu juga dengan 3. Busuk suku Karo yang juga memiliki sistem 4. Colia 5. Depari kekerabatan sendiri. Kerabat (kade-kade) 6. Gurukinayan memiliki pengertian yang sangat luas, baik 7. Keling atas dasar hubungan darah maupun 8. Keloko hubungan yang disebabkan oleh terjadinya 9. Kembaren sebuah pernikahan, sehingga terjadilah 10. Maha hubungan kekerabatan baik antara pihak 11. Meliala 12. Muham wanita dan pihak pria yang menikah, 13. Pandebayang kelompok kekerabatan suku karo juga 14. Pandia berdiam di daerah pedesaan yang disebut 15. Pelawi Huta atau Kuta menurut istilah Karo 16. Sinukapar biasanya satu Huta didiami oleh keluarga 17. Sinulaki dari satu marga. Ada pula kelompok 18. Sinupayung kerabat yang disebut marga taneh yaitu 19. Tekang 2. Perangin- 1. Bangun kelompok pariteral keturunan pendiri dari angin 2. Benjerang Kuta marga tersebut terikat oleh simbol- 3. Kacinambun simbol tertentu misalnya nama marga, 4. Keliat merupakan kerabat patrilineal yang masih 5. Laksa berdiam dalam satu kawasan sebaliknya 6. Mano yang anggotanya sudah banyak hidup 7. Namohaji tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi 8. Pencawan 9. Penggarun mereka dapat mengenali anggotanya 10. Perbesi melalui nama marga yang selalu disertakan 11. Pinem dibelakang nama kecilnya. 12. Sebayang Kelompok merga tersebut terdiri dari 13. Singarimbun lima merga induk yang lebih dikenal 14. Sinurat dengan sebetuan “merga silima” yaitu, (1) 15. Sukatendel

Karo-karo (2) Ginting (3) Tarigan (4) 16. Tanjung 17. Ulujandi Sembiring dan (5) Perangin-angin. Setiap 18. Uwir merga terdiri dari cabang-cabang merga 3. Ginting 1. Ajar Tambun istilah merga merupakan sebutan pada 2. Babo laki-laki, dan beru untuk perempuan 3. Beras kelima merga dalam peradaban masyarakat 4. Capah karo ini dibentuk oleh merga-merga 5. Garamata 6. Gurupatih kecilnya, lebih jelas pembagian dari 5 7. Jadibata marga induk tersebut adalah : 8. Jawak Tabel 1 9. Juhar Bagian dari marga induk 10. Manik No Marga Induk Sub bagian marga 11. Munte . 12. Pase 13. Seragih

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 440 14. Sinusinga Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan 15. Sugihen bahwa masyarakat Karo masing-masing 16. Suka sadar dan mengetahui poisisinya dalam 17. Tumangger sistem kekerabatan dalam adat-istiadat 4. Karo-Karo 1. Barus Karo dalam kaitannya antara merga silima 2. Bukit 3. Gurusinga dengan rakut sitelu. Sehingga dalam 4. Jung pelaksanaan sebuah upacara adat masing- 5. Kaban masing individu (keluarga) telah 6. Kacaribu mengetahui posisinya sebagai bagian dari 7. Karosekali upacara tersebut. Pemahaman mengenai

8. Kemit sistem kekerabatan ini oleh masing-masing 9. Ketaren 10. Purba individu terutama pada usia yang beranjak 11. Samura dewasa pada masyarakat Karo, didapat 12. Sinubulan dari para orang tua yang kesehariannya 13. Sinuhaji cenderung menjelaskan sistem kekerabatan 14. Sinukaban tersebut kepada generasi yang lebih muda 15. Sinuraya pada berbagai kesempatan. 5. Tarigan 1. Bondong Selain merga dan rakut sitelu, setiap 2. Gana-gana 3. Gerneng individu dalam suku karo juga sekaligus 4. Gersang mewarisi beru dari ibu kandungnya yang 5. Jompang disebut dengan “bere-bere” atau “bebere” 6. Pekan dengan demikian sistem kekerabatan pada 7. Purba suku karo mengikuti garis-garis keturunan 8. Sibero merga ayah dan beru ibu sekaligus dengan 9. Silangit demikian suku karo tidak murni menganut 10. Tambak 11. Tambun sistem patrineal (garis keturunan ayah) 12. Tegur melainkan parental (bilatreral) yang 13. Tua merupakan percampuran dari sistem patrineal dan matrilineal yaitu menarik Kemudian hubungan yang lebih luas garis keturunan ayah dan garis keturunan dari perwujudan merga-merga pada ibu sekaligus (Bangun, 1989). masyarakat Karo adalah “rakut sitelu” ikat Kepercayaan yang paling tua di Tanah yang tiga rakut sitelu ini mirip dengan Karo adalah dinamisme dan animisme pengertian dalihan natolu pada masyarakat (roh). Dalam kepercayaan ini dilakukan Batak Toba rakut sitelu pada masyarakat pemujaan atau penyembahan kepada roh- Karo merupakan suatu istilah untuk roh yang dianggap suci dan berkuasa; pada menyatakan sistem kekerabatan yang tempat-tempat dan waktu-waktu tertentu saling mengikat antara sesama anggota (E.P. Ginting,1999). Dalam lapisan sejarah masyarakat, sistem tersebut didapatkan Karo berikutnya, pengaruh Hindupun melalui kelahiran dan perkawinan. Rakut memasuki Karo, yang membawa sitelu dapat dipandang sebagai pembagian kepercayaan kepada Dewata H.Parkin kelompok berdasarkan adat istiadat Karo berpendapat dalam bukunya, “ Batak Fruit adapun kelompok-kelompok tersebut (a) of Hindu Thought” bahwa orang India senina, (b) anak beru, dan (c) kalimbubu. (Tamil) sebagai pedagang-pedagang

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 441 masuk dari pantai Barat, Barus dan terus Pengeret-ret bahan dasar ornamen ini ke Dairi dan masuk ke Karo, kebalikan adalah tali ijuk yang dipilin dan diikat ke dari pengungsian Vietnam Utara yang dinding rumah (derpih) bagian depan- memasuki Pantai Timur Sumatera pada dimaksudkan sebagai pengganti paku. Abad III BC, bandingkan kebudayaan Lubang diatur terlebih dahulu sesuai Dongson (Deutro Melayu) maka terjadilah dengan gambar dan berfungsi untuk pertemuan kepercayaan serba roh memperkuat tiap lembar papan, sehingga (animisme) dan kepercayaan antara suku dinding menjadi kuat motif ornamen Karo yang Proto Melayu dan Deutro berupa gambar seekor cicak yang diyakini Melayu dengan orang India/Tamil secara memiliki kekuatan untuk menolak bala dan serasi (E.P. Ginting,1999) ancaman roh jahat yang mengganggu Kearifan Lokal Suku Karo penghuni rumah. Ornamen ini Masyarakat Karo juga sudah melambangkan suatu kekuatan, penangkal memahami konservasi lahan, misalnya setan, kewaspadaan, dan kesatuan dengan membuat terasering pada lahan keluarga. Embun Sikawiten. Ornamen curam yang disebut tambak-tambak, dengan motif alam ini merupakan tiruan sehingga lahan menjadi datar dan dari rangkaian awan yang beriringan kesuburan tanah terpelihara (Prinst, dibuat menyerupai gambar bunga yang 2004:69). Sementara untuk menjaga menjalar berbentuk segitiga. Fungsinya terjadinya erosi atau longsor pada dinding sebagai petunjuk hubungan antara sungai, tepian sungai biasanya ditanami kalimbubu (awan tebal bagian atas) dan dengan pohon bambu. Adat Karo juga anak-beru (bayangan awan di bagian melarang penebangan semak belukar bawah). Kalimbubu adalah pelindung sekitar 50 meter dari kiri dan kanan sungai, anak-beru dalam sistem hubungan dan melarang penebangan pohon sekitar masyarakat Karo. Bayangan awan di 100 meter dari sumber mata air, supaya bawah akan bergerak mengikuti iringan mata air tidak kering. Nilai-nilai filosofi gumpalan awal tebal di atasnya bila awan masyarakat Karo juga tercermin dari di bagian atas bergerak, sesuai dengan desain rumah tradisionalnya yang tahan fungsi kalimbubu. terhadap gempa. Usia bangunan bisa Teori Realita mencapai ratusan tahun dan dalam Individu melalui kehidupannya pembuatannya tidak memakai paku. Nilai menggunakan prinsip 3 R (Right, merujuk filosofi itu terlihat dari ornamen yang ada pada ukuran atau norma yang diterima di rumah tradisional tersebut. Keseluruhan secara umum dimana tingkah laku dapat ornamen dibuat atau diletakkan pada ayo- diperbandingkan. ayo (bagian depan rumah), dapur-dapur Responsibility, merupakan kemampuan (bagian dapur), dan pada derpih (bagian untuk mencapai suatu kebutuhan dan dinding), dan pada atap rumah diletakkan untuk berbuat dalam cara yang tidak dua atau empat kepala kerbau lengkap merampas keinginan orang lain dalam dengan tanduknya yang dipercaya sebagai memenuhi kebutuhan mereka terkait lambang kekuatan. Ornamen tersebut konteks sosial budaya. Reality, merujuk meliputi: Pangeret-ret, Embun Sikawiten pada pemahaman individu pada ada dunia dan lain-lain. nyata bahwa individu harus memenuhi kebutuhannya dalam kerangka kerja

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 442 tertentu) Teori dasar konseling realitas keinginan spesifik dan unik untuk adalah “teori pilihan” yang menjelaskan memenuhi kebutuhan sebagai “album foto bahwa manusia berfungsi secara individu, batin” yang berisi gambaran atau simbol- dan juga berfungsi secara sosial (kelompok simbol orang, tempat, benda, keyakinan, atau masyarakat) dengan pilihan perilaku nilai-nilai budaya dan ide yang penting efektif yang bertanggungjawab sehingga atau spesial dan memiliki kualitas bagi dari pendekatan realita ini dapat manusia dan dapat dipilih disebut sebagai memberikan pemahaman tentang budaya dunia berkualitas. suku karo. Perilaku manusia termotivasi Frustasi Perbedaan antara kebutuhan oleh karena faktor internal dan terpilih, dan keyakinan yang dirasakan yaitu bahwa perilaku manusia termotivasi menimbulkan frustasi yang mendorong oleh kebutuhan manusia yang bersifat perilaku yang spesifik dan unik untuk universal yaitu salah satunya mendapatkan mengatasinya. Perilaku spesifik dan unik informasi baru terkhusus tentang tersebut merupakan upaya/usaha terbaik multibudaya sebagai konselor dan perlu untuk menutup celah antara kebutuhan pemenuhan dengan pilihan perilaku efektif yang diinginkan dan kenyataan yang yang bertanggung-jawab. Perilaku ada dirasakan sebagai totalitas fisiologi, disini dan saat ini here and now (realitas pikiran, perasaan dan tindakan. Perilaku terkini). Total Totalitas yang tak terpisahkan antara Kebutuhan Dasar Manusia Setiap fisiologi, pikiran, perasaan dan manusia memiliki kebutuhan dasar yang tindakan/perbuatan merupakan perilaku bersifat universal, yaitu kebutuhan dasar : total manusia. “ibarat mobil bagian depan (1) kelangsungan hidup atau pemeliharaan mewakili pikiran dan tindakan, sedang diri-kesehatan dan reproduksi, (2) cinta bagian belakangnya mewakili fisiologi dan dan kepemilikan-termasuk relasi/ perasaan.” Dalam proses bertindak/ keterhubungan dengan orang lain serta berperilaku kendali ada pada pikiran dan saling mengenal dengan berbagai latar tindakan. Sedangkan fisiologis dan belakang budaya, (3) Harga diri atau perasaan secara otomatis akan mengikuti. martabat atau kekuatan/kekuasaan, (4) Perubahan pikiran dan tindakan kebebasan/kemerdekaan membuat pilihan, disesuaikan dengan kenyataan yang dan (5) kesenangan, kegembiraan, atau dihadapi oleh manusia dalam upaya kebahagiaan. Kelima kebutuhan dasar memenuhi kebutuhan saat ini dan disini tersebut bukan merupakan hierarki dan rencana tindakan yang realistis melalui kebutuhan dasar saat ini yang belum pengubahan pikiran dan tindakan agar terpenuhi merupakan problema (konflik) perilakunya efektif. Persepsi Realitas yang perlu dipenuhi melalui pilihan terkini merupakan persepsi manusia/ perilaku (prioritas) dengan cara yang konseli terhadap diri sendiri dan spesifik. Dunia Berkualitas Manusia dalam lingkungannya. Terkait dengan hal upaya memenuhi kebutuhan dasar yang tersebut maka merupakan hal yang penting belum terpenuhi saat ini (problema/ dalam konseling realitas adalah konselor konflik) dengan pilihan perilaku yang membantu konseli untuk membentuk spesifik dan unik. Hal ini terkait dengan realitas terkini, namun demikian konseling realitas bahwa pada/dalam diri manusia realitas tidak mengabaikan pengalaman terdapat hasrat-hasrat atau keinginan- masa lalu konseli memiliki informasi

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 443 riwayat masa lalu konseli menjadikan denominasi oleh setiap konseli oleh karena konselor memahami luas, dalam dan itu memahami berbagai macam budaya jangka waktu problema yang dihadapi oleh sangat dibutuhkan sebagai konselor di konseli, serta ketika konseli mungkin indonesia ini yang memiliki berbagai mengalami kebahagiaan atau perilaku yang macam suku anak bangsa. lebih efektif, sebagai dasar membantu pemecahan problema saat ini dan disini. DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Tridah. (1989). Adat Istiadat Kesimpulan Karo. Jakarta: Balai Pustaka. Suku Karo merupakan salah satu dari suku di indonesia yang sampai sekarang Corey, Gerald. (2013). Theory and masih menjunjung tinggi kebudayaannya Practice of Counseling and baik itu nilai adat istiadat dan nilai-nilai Psychoterapy (9thEdition). lainnya. Banyak diantara kita yang California: Books/Cole. mengganggap suku -suku di indoneisa E.P. Gintings. (1999). Religi Karo adalah orang-orang primitif karena Membaca Religi Karodengan dianggap terlalu kuno dan tidak modren Matayang Baru. Kabanjahe: Abdi tapi kita harus menyadari bahwa Karya merekalah awal dari sebuah perkembangan. Perbedaan sebuah suku Latipun. (2011). Psikologi Konseling. bukanlah hal yang menjadi alasan kita Malang: UMM Press. untuk berpecah belah Namun dengan ini Perangin-angin, Martin. (2004). Orang adalah satu batu loncatan demi Karo Diantara Orang Batak : Pustaka perkembang Indonesia kedepannya dan Sora Mido meningkatkan pengetahuan konseling multibudaya konselor dalam menghadapi Prinst, Darwan. (2004). Adat Karo. konseli yang berlatar belakang budaya Medan: Bina Media Perintis. berbeda. Tarigan, Sarjani, (2011), Lentera Orang Sehingga dengan pendekatan Realitas Karo dalam Berbudaya : Medan ini, konselor memandang nilai budaya melalui setiap gambar yang ditampilkan Tarigan, Henry, Guntur. (1989). Percikan konseli di dunia kualitasnya. Faktanya, Budaya Karo. Jakarta: Yayasan bahwa nilai budaya masih sangat besar Merga Silima

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 444