BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV.1. Profil dan Kondisi Geografis Kabupaten Indragiri Hilir

Kabupaten Indragiri Hilir terletak dibagian selatan Provinsi

dengan ibu kotanya adalah Tembilahan dengan luas wilayah 18.812,97 km²

yang terdiri dari luas daratan 11.605,97 km², luas perairan laut 6.318 km dan

luas perairan umum 888,97 km serta memiliki garis pantai sepanjang 339,5

km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Pelelawan

Selatan : Kabupaten Tanjung Jabung Provinsi

Barat : Kabupaten Indragiri Hulu

Timut : Provinsi Kepulauan Riau

Sebagian dari luas wilayah atau 93,31 % daerah Kabupaten Indragiri

Hilir merupakan daerah dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah

rawa dengan tanah gambut (peat), daerah hutan payau (mangrove), dan terdiri

atas pulau-pulau besar dan kecil dengan luas leih kurang 1.082.953,06 Ha

dengan rata-rata ketinggian lebih kurang 0-3 Meter dari permukaan laut.

Sedangkan sebagian kecilnya 6,69% berupa daerah berbukit-bukit dengan

ketinggian rata-rata 6-35 meter dari permukaan laut yang terdapat dibagian

selatan Sungai Reteh Kecamatatn Keritang, yang berbatasan dengan Provinsi

Jambi.

1 Dengan ketinggian tersebut, maka pada umumnya daerah ini dipengaruhi oleh pasang surut, apalagi bila diperhatikan fisiografinya dimana tanah-tanah tersebut terbelah-belah oleh beberapa sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Kabupaten Indragiri Hilir memiliki potensi untuk mengembangkan daerah pada sector ekonomi. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki Kabupaten Indragiri Hilir maka salah satu factor pendukungnya adalah dengan memperbaiki system pelayanan publik sehingga dapat mengundang investor dalam menanamkan modalnya di

Kabupaten Indragiri Hilir. Kabupaten Indragiri Hilit memiliki potensi alam yang baik berupat pertanian, pertambangan, perikanan, maupun potensi perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri dan berbagai potensi lainnya.

Dalam perdagangan dan jasa masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir berorientasi ke daerah-daerah seperti Jambi, Tanjung Balai Karimun, , dan Malaysia dan Singapore. Untuk kawasan Industri, dapat menciptakan peluang bisnis dan investasi pada bidang perdagangan dan jasa berupa kegiatan ekspor perdagangan kapal barang dan ferry, pengembangan jasa peti kemas dan pengolahan kawasan industry. Pelayanan publik yang baik akan mendorong pemberdayaan potensi yang ada pada Kabupaten Indragiri Hilir.

Karena dalam setiap usaha memiliki izin yang sah dari pemerintah sehingga fungsi kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu faktor pendukung dalam kemajuan Kabupaten Indragiri Hilir. Untuk mencapai kesejahteraan Masyarakat hendaknya menggali seluruh potensi yang dimiliki Kabupaten Indragiri Hilir.

2 IV.2. Sejarah Kabupaten Indragiri Hilir.

1. Periode Sebelum Kemerdekaan Republik

a. Kerajaan Keritang

Kerajaan ini didirikan sekitar awal abad ke-6 yang berlokasi di

wilayah Kecamatan Keritang sekarang. Seni budayanya banyak

dipengaruhi oleh agama Hindu, sebagaimana terlihat pada arsitektur

bangunan istana yang terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh)

atau Kedaton Gunung Tujuh. Peninggalan kerajaan ini yang masih dapat

dilihat hanya berupa puing.

b. Kerajaan Kemuning

Kerajaan ini didirikan oleh raja Singapura ke-V yang bergelar Raja

Sampu atau Raja Iskandarsyah Zulkarnain yang lebih dikenal dengan

nama Prameswara. Pada tahun 1231 telah diangkat seorang raja muda

yang bergelar Datuk Setiadiraja. Letak kerajaan ini diperkirakan berada di

Desa Kemuning Tua dan Desa Kemuning Muda. Bukti-bukti peninggalan

kerajaan ini adalah ditemukannya selembar besluit dengan cap stempel

kerajaan, bendera dan pedang kerajaan.

c. Kerajaan Batin Enam Suku

Pada tahun 1260, di daerah Indragiri Hilir bagian utara, yaitu di

daerah Gaung Anak Serka, Batang Tuaka, Mandah dan Guntung dikuasai

oleh raja-raja kecil bekas penguasa kerajaan Bintan, yang karena

perpecahan sebagian menyebar ke daerah tersebut. Diantaranya terdapat

Enam Batin (Kepala Suku) yang terkenal dengan sebutan Batin Nan Enam

Suku, yakni :

3 1. Suku Raja Asal di daerah Gaung.

2. Suku Raja Rubiah di daerah Gaung.

3. Suku Nek Gewang di daerah Anak Serka.

4. Suku Raja Mafait di daerah Guntung.

5. Suku Datuk Kelambai di daerah Mandah.

6. Suku Datuk Miskin di daerah Batang Tuaka d. Kerajaan Indragiri

Kerajaan Indragiri diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja

pertama bergelar Raja Merlang I berkedudukan di Malaka. Demikian pula

dengan penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap

berkedudukan di Malaka. Sedangkan untuk urusan sehari-hari

dilaksanakan oleh Datuk Patih atau Perdana Menteri. pada tahun 1473,

waktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan

Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam ( Sultan Indragiri IV ),

beliau menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua

sekarang. Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan

dipindahkan ke Rengat. dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini,

Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan mengangkat

Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke

Hilir sampai dengan batas Japura.

Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan Isa, berdatanganlah

orang-orang dari suku Banjar dan suku Bugis sebagai akibat kurang

amannya daerah asal mereka. Khusus untuk suku Banjar, perpindahannya

4 akibat dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Gubernement pada tahun

1859 sehingga terjadi peperangan sampai tahun 1963. e. Masa Penjajahan Belanda

Dengan adanya tractaat Van Vrindchaap ( perjanjian perdamaian

dan persahabatan ) tanggal 27 September 1938 antara Kerajaan Indragiri

dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur.

berdasarkan ketentuan tersebut, di wilayah Indragiri Hilir ditempatkan

seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah keamiran :

1. Amir Tembilahan di Tembilahan.

2. Amir Batang Tuaka di Sungai Luar.

3. Amir Tempuling di Sungai Salak.

4. Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah.

5. Amir Enok di Enok.

6. Amir Reteh di Kotabaru

Controlleur memegang wewenang semua jawatan, bahkan juga

menjadi hakim di pengadilan wilayah ini sehingga Zelfbestuur Kerajaan

Indragiri terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang tahun 1942. f. Masa Pendudukan Jepang

Balatentara Jepang memasuki Indragiri Hilir pada tanggal 31 Maret

1942 melalui Singapura terus ke Rengat. Tanggal 2 April 1942 Jepang

menerima penyerahan tanpa syarat dari pihak Belanda yang waktu itu

dibawah Controlleur K. Ehling . Sebelum tentara Jepang mendarat untuk

pertama kalinya di daerah ini dikumandangkan lagu Indonesia Raya yang

dipelopori oleh Ibnu Abbas.

5 Pada masa pendudukan Jepang ini Indragiri Hilir dikepalai oleh

seorang Cun Cho yang berkedudukan di Tembilahan dengan membawahi

5 Ku Cho, yaitu :

1. Ku Cho Tembilahan dan Tempuling di Tembilahan

2. Ku Cho Sungai Luar

3. Ku Cho Enok

4. Ku Cho Reteh

5. Ku Cho Mandah

2. Periode Setelah Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pada awal Kemerdekaan RI, Indragiri (Hulu dan Hilir) masih

merupakan satu kabupaten. Kabupaten Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan,

yaitu Kewedanaan Kuantan Singingi dengan ibukotanya Taluk Kuantan,

Kewedanaan Indragiri Hulu dengan ibukotanya Rengat dan Kewedanaan

Indragiri Hilir dengan ibukotanya Tembilahan.

Kewedanaan Indragiri Hilir membawahi 6 wilayah yaitu :

1. Wilayah Tempuling/Tembilahan.

2. Wilayah Enok.

3. Wilayah Gaung Anak Serka.

4. Wilayah Mandah/Kateman.

5. Wilayah Kuala Indragiri.

6. Wilayah Reteh

6 Seiring dengan pembentukan Kabupaten Indragiri Hilir yang diawali pada dekade kemerdekaan Indonesia, Indragiri (Hulu dan Hilir) masih menjadi satu kesatuan Kabupaten Indragiri terdiri atas 3 kewedanan, yaitu

Kewedanan Kuantan Singingi ibu kotanya Teluk Kuantan, Kewedanan

Indragiri Hulu ibu kotanya Rengat dan kewedanan Indragiri Hilir ibu kotanya

Tembilahan. Berawal dari keinginan untuk memisahkan diri maka melalui kesepakatan bersama, masyarakat Indragiri Hilir meminta kepada Menteri

Dalam Negeri melalui Gubernur Riau, agar Indragiri Hilir dimekarkan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II berdiri sendiri (Otonom). Setelah melalui penelitian, oleh Gubernur dan Departemen Dalam Negeri, pemekaran disetujui dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Riau (Propinsi Riau) tertanggal 27 april 1965 nomor 052/5/1965 sebagai Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir.

Selanjutnya pada tanggal 14 Juni 1965 berdasarkan Undang-Undang nomor 6 tahun 1965 Lembaran Negara Republik Indonesia No. 49, Daerah

Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir resmi menjadi sebuah daerah Kabupaten tingkat II Indragiri Hilir (sekarang Kabupaten Indragiri Hilir) sebagai salah satu Kabupaten di Riau terhitung tanggal 20 November 1965. Perkembangan tata pemerintahan selanjutnya, menjadikan Indragiri Hilir dipecah menjadi 2 kewedanan masing-masing:

Kewedanan Indragiri Hilir Utara dengan ibu kotanya Tembilahan meliputi Kecamatan :

1. Kecamatan Tempuling

7 2. Kecamatan Tembilahan

3. Kecamatan Gaung Anak Serka

4. Kecamatan Mandah

5. Kecamatan Kateman

6. Kecamatan Kuala Indragiri

Kewedanan Indragiri Hilir Selatan dengan ibu kotanya Enok meliputi

Kecamatan:

1. Kecamatan Enok

2. Kecamatan Reteh

IV.3. Profil Kecamatan Tembilahan Hulu

a. Geografis Kecamatan Tembilahan

Kecamatan Tembilahan Hulu adalah salah satu dari 20 Kecamatan yang

ada di Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan hasil pemekaran dari

Kecamatan Tembilahan berdasarkan SK Gubernur Riau tanggal 14 agustus

Nomor : kpts.402.a/VIII/1999 dengan ibukotanya Kelurahan Tembilahan

Hulu. Kecamatan Tembilahan Hulu mempunyai luas wilayah 180.62 Km²

atau 18.062 Ha yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 3 (tiga) Desa.

Wilayah Kecamatan Tembilahan Hulu berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Tuaka

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Enok

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tempuling

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tembilahan

8 b. Keadaan Alamnya

Keadaan tanahnya sebagian besar terdiri dari tanah gambut dan endapan

sungai serta rawa-rawa. Tinggi wilayah pusat pemerintahan kecamatan

Tembilahan Hulu mempunyai ketinggian 1 (satu) hingga 4 (empat) meter dari

permukaan laut. Daerah pinggiran sungainya banyak ditubuhi pohon nipah. c. Iklim dan Curah Hujan

keadaan tanahnya yang sebagian besar terdiri dari tanah gambut maka

daerah ini digolongkan sebagai daerah beriklim tropis basah dengan udara

agak lembab. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan juni 2010 yaitu 217

mm dan terendah pada bulan desember yaitu 42 mm, sedangkan hari hujan

tertinggi terjadi pada bulan juli sebanyak 23 hari dan terendah terjadi pada

bulan januari sebanyak 7 hari. d. Penduduk

Penduduk asli daerah Indragiri Hilir adalah suku melayu dan sering

disebut Melayu Riau. Sebagamana halnya suku-suku melayu yang ada

didaerah Riau lainnya. Suku melayu di daerah ini juga mempunyai sistem

kekerabatan yang bersifat parental dan beragama Islam, hal tersebut terlihat

dengan datangnya dan menetapnya suku-suku lain dari daerah asalnya

kedaerah ini yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lain yang berlangsung terus menerus dan diikuti dengan pembauran atau

asimilasi antara suku melayu dengan suku-suku pendatang tersebut.

9 Penduduk kecamatan Tembilahan Hulu pada tahun 2014 berjumlah

43,973 jiwa. Rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 4 jiwa. Desa/Kelurahan

yang paling banyak penduduknya adalah kelurahan Tembilahan Hulu yaitu

25,158 jiwa dan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Desa Pekan

Kamis yaitu 1,182 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Tembilahan Hulu

adalah 209 jiwa per Km². Desa yang paling padat penduduknya adalah di

Kelurahan Tembilahan Hulu dengan tingkat kepadatan 1821 Jiwa per Km²,

sedangkan Desa yang paling jarang penduduknya adalah Desa Pekan kamis

dengan tingkat kepadatan 15 jiwa per Km².

Tabel 4.1 : Jumlah Rumah Tangga (RT) dan Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tembilahan Hulu Tahun 2009

Desa/Kelurahan Rumah Penduduk Tangga 1 2 3 1 Pulau Palas 1.990 8.313 2 Tembilahan Hulu 5.901 25.633 3 Sialang panjang 633 2.780 4 Pekan Kamis 287 950 Jumlah 8.811 37.676 Sumber : BPS Kabupaten Indragiri Hilir 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat Jumlah Rumah Tangga (RT) dan Jumlah

Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tembilahan Hulu Tahun

2009 di Desa Pulau Palas jumlah rumah tangga sebanyak 1.990 dan jumlah

penduduk sebanyak 8.313. di Kelurahan Tembilahan Hulu jumlah rumah

tangga sebanyak 5.901 dan jumlah penduduk 25.633. kemudian di Desa

Sialang Panjang jumlah rumah tangga sebanyak 633 dan jumlah penduduk

2.780 selanjutnya di Desa Pekan Kamis memiliki jumlah rumah tangga

sebanyak 287 dan jumlah penduduk 950.

10 Dan dari tabel diatas dapat disimpulkan kelurahan Tembilahan hulu

memiliki jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk terbanyak yaitu 5.901

rumah tangga dan 25.633 penduduk. Dan desa Pekan Kamis memiliki jumlah

rumah tangga dan jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu 287 rumah

tangga dan 950 penduduk.

Tabel 4.2 : Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tembilahan Tahun 2009

Desa/Kelurahan Luas (Km²) Jumlah Penduduk 1 2 3 1 Pulau Palas 84,78 8.313 2 Tembilahan Hulu 14,08 25.633 3 Sialang panjang 19,38 2.780 4 Pekan Kamis 62,38 950 Jumlah 180.62 37.676 Sumber : BPS Kabupaten Indragiri Hilir 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat desa Pulau palas memiliki luas wilayah

84,78 Km². dengan jumlah penduduk 8.313 orang, dan Kelurahan Tembilahan

Hulu memiliki luas wilayah 14,08 Km². dengan jumlah penduduk sebanyak

25.633 orang, kemudian desa Sialang Panjang memiliki luas wilayah 19,38

Km². dengan jumlah penduduk 2.780 orang. Dan terakhir desa Pekan Kamis

memiliki luas wilayah 62,38 Km². dengan jumlah Penduduk 950 orang.

Dari tebel diatas dapat disimpulkan Kelurahan Tembilahan Hulu

memiliki luas wilayah terkecil yaitu 14,08 Km² dengan jumlah penduduk

terbanyak yaitu 25.633 dan desa pecan kamis memiliki luas wilayah terbesar

yaitu 62,38 Km². dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 950 orang.

11 Tabel 4.3 : Rata-rata Penduduk /Jiwa Per rumah tangga Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tembilahan Hulu Tahun 2009

Desa/Kelurahan jumlah Rata-rata jiwa Jumlah Rumah Per rumah Penduduk Tangga tangga 1 3 4 4 1 Pulau Palas 8.313 1.990 4 2 Tembilahan Hulu 25.633 5.901 4 3 Sialang panjang 2.780 633 3 4 Pekan Kamis 950 287 4 Jumlah 37.676 8.811 4 Sumber : BPS Kabupaten Indragiri Hilir 2010

Dari tabel diatas dapat dilhat di Desa Pulau Palas jumlah penduduk

sebanyak 8.313 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.990 dengan rata-rata

jiwa per rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Di Kelurahan Tembilahan Hulu jumlah

penduduk sebanyak 25.633 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 5.901

dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Dan di Desa Sialang

Panjang jumlah penduduk sebanyak 2.780 dengan jumlah rumah tangga

sebanyak 633 dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 3 jiwa. Dan di

Pekan Kamis jumlah penduduk sebanyak 950 dengan jumlah rumah tangga

sebanyak 287 dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 4 jiwa.

Dan dari tabel diatas dapat disimpulkan rata-rata jiwa per rumah tangga

di setiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Tembilahan Hulu memiliki persentase

jumlah jiwa yang sama yaitu 4 jiwa per rumah Tangga.

12 IV.4. Visi dan Misi Kecamatan Tembilahan Hulu

a.Visi.

Terlaksanannya Kerjasama Kelembangaan Dalam Rangka Pelayanan

Prima Menuju Masyarakat Sejahtera di Kelurahan Tembilahan Hulu Tahun

2013.

b. Misi

1. Memantapkan Eksistensi Kelembagaan dan Organisasi Sosial

Masyarakat.

2. Menertibkan Administrasi Pemerintahan dari Tingkat RT / RW

dan Kelurahan

3. Memberikan Pelayanan Sesuai Dengan Prosedur dan Tepat Waktu.

4. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta

kebersihan lingkungan.

5. Pembangunan Infrastruktur dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Melalui Program Desa Mandiri dan PNPM Mandiri.

IV.5. Satpol PP

Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 maret

1950 moto praja wibawa, untuk mewadahi sebagian tugas pemerintahan

daerah, sebenarnya tugas ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman

colonial dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam

NKRI. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi

kemerdekaan, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan

13 Kapanewon di Yogyakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di

Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi

Detasemen Polisi Pamong Praja. Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong

Praja dibentuk tanggal 3 maret 1950. Inilah awal mula terbentukanya Satpol

PP sehingga setiap tanggal 3 maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi

Pamong Praja (satpol PP) dan diperingati setiap tahun. Pada tahun 1960, dimulai pembentukan Kesatuan Polisi Pamong Praja di luar Jawa dan

Madura, dengan dukungan para petinggi militer / angkatan perang.

Pada tahung 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar Baya untuk membedakan dar korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam UU

No. 13/1961 tentang pokok-pokok Kepolisian. Tahun 1963 berubah lagi menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No. 5/1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah.

Pada Pasal 86 (1) disebutkan, Satpol PP merupakan perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi.

Istila Pamong Praja berasal dari dua kata yaitu “Pamong” dan “Praja”.

Pamong memiliki arti pengurus, pengasuh atau pendidik. Sedangkan Praja memiliki arti Kota, Negeri atau Kerajaan. Sehingga secara harafiah Pamong

Praja dapat diartikan sebagai pengurus kota.

Peraturan Pemerintah No. 06 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi

Pamong Praja memberikan definisi Polisi Pamong Praja yang tidak jauh

14 berbeda dengan Undang-Undang No.32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, yaitu aparatur pemerintah daerah yang melaksanakan tugas kepala

daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban

umum, menegakkan peraturan daerah dan keputusan daerah.

Satuan Polisi Pamong Praja disebutkan juga dalam pasal 3 Peraturan

Pemerintah (PP) No. 06 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja

menyelenggarakan fungsi yaitu :

1. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,

penegakkan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah.

2. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan

Kepala Daerah.

3. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman

dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Keputusan

Kepala Daerah dengan aparat kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri

Sipil (PPNS) dan aparatur lainnya.

4. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan

Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 06 Tahun 2010 Tentang

Satuan Polisi Pamong Praja, Satuan Polisi Pamong praja juga berwenang :

1. Menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang

menggangu ketentraman dan ketertiban umum.

15 2. Melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum

yang melakukan pelanggaran atas peraturan daerah dan keputusan kepala

daerah.

3. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap warga masyarakat atau

badan hukum yang melakukan pelanggaran atas peraturan daerah dan

keputusan kepala daerah.

16