2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Makna Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam, diantaranya : a. Mansoer Pateda mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata- kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. b. Menurut Ullman (Pateda 82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. c. Menurut Ferdinand de Saussure (Chaer 286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

Makna jika dikaitkan dalam arti interior berarti lebih mengarah kepada arti atau filosofi dalam sebuah ruang tersebut yang dapat dilihat dari segi bentuk, warna, pencahayaan, penghawaan, suasana, dan gaya ruang tersendiri yang sesuai dengan teori interior. Contoh: penggunaaan warna putih memberikan makna ketenangan, kebersihan, dan menciptakan suasana luas dan lapang; plafond yang terlalu tinggi pada kamar dapat menciptakan makna seram dan besar pada ruang.

2.2. Teori Fungsi Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama. Fungsi dapat dihubungkan dengan: a. Fungsi (bahasa) : dalam linguistik berarti suatu cara untuk mencapai tujuan dengan menggunakan bahasa tersebut. b. Function (object/ functor / functionoid) : suatu konsep dalam pemrograman object-oriented.

10 Universitas Kristen Petra

Fungsi dalam kaitannya dengan interior menurut Christian Norberg Schulz mengatakan bahwa sebuah bangunan atau ruangan dibedakan dari aktivitas yang terjadi di dalamnya, dimana dihubungkan dengan fungsi–fungsi elemen interior dalam hubungannya dengan sebuah ruang, dimana akan memberi dampak positif maupun negatif pada ruang tersebut. Contoh: pemberian banyak jendela pada rumah dapat memperlancar akses keluar masuknya udara dan memberi suasana segar pada rumah; penggunaan Foyer bisa digunakan sebagai ruang perantara atau transisi.

2.3 Teori Bentuk Menurut Dwidoria, dalam teori arsitektur, bentuk dapat diartikan sebagai: • Penampilan luar yang dapat dilihat. • Gambar struktur formal, tata susun, komposisi yang menghasilkan gambaran nyata. • Massa 3 dimensi, wujud, penampilan, konfigurasi.

Dalam arsitektur maupun interior, bentuk selalu dikaitkan dengan wujud, yaitu sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu. Di samping wujud, bentuk juga memiliki ciri visual: 1. Dimensi Berupa panjang, lebar, dan tebal. Dimensi-dimensi tersebut menentukan proporsi dari bentuk, sedangkan skala ditentukan oleh ukuran relatifnya. 2. Warna Merupakan fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas, dan warna. Warna adalah atribut yang paling menyolok dan membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga berpengaruh terhadap bobot visual suatu bentuk. 3. Tekstur Kualitas yang dapat dilihat dan diraba yang diberikan kepermukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan, dan proporsi bagian benda.

11 Universitas Kristen Petra

4. Posisi Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya atau lingkungan visual dimana bentuk tersebut terlihat. 5. Orientasi Arah dari sebuah bentuk relatif terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk-bentuk benda-benda lain atau terhadap seseorang yang melihatnya. 6. Inersia Visual Merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk.

Dalam kaitannya dengan interior, bentuk merupakan wujud sebuah elemen interior yang dapat mempengaruhi keindahan sebuah ruang. Contoh: bentuk lengkung dapat memberi suasana yang lebih santai dan menarik; bentuk statis memberi suasana formal dan kaku.

2.4. Teori Interior 2.4.1. Pengertian Interior Dalam bahasa Inggris interior adalah ruang dalam atau bagian dalam (Echols dan Shadily 327). Interior selalu dikaitkan dengan ruang. Menurut D.K. Ching, desain interior adalah perencanaan, tata letak dan desain ruang interior dalam bangunan. Pengaturan ini fisik memenuhi kebutuhan dasar kita untuk penampungan dan perlindungan, mereka menetapkan panggung untuk dan mempengaruhi bentuk kegiatan kami, mereka memelihara aspirasi kita dan mengekspresikan ide-ide yang menemani tindakan kita, mereka mempengaruhi pandangan kita, suasana hati dan personality. Tujuan dari desain interior adalah perbaikan fungsional, estetika pengayaan, dan peningkatan psikologis ruang interior.

2.4.2. Prinsip Desain Interior • Unity and Harmony Yaitu suatu ruangan dianggap sebagai suatu kesatuan dimana semua elemen yang ada saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lainnya sehingga menghasikan komposisi yang seimbang.

12 Universitas Kristen Petra

• Keseimbangan (Balance) Tidak terlalu condong ke sisi sebelah kanan atau kiri. Style keseimbangan terbagi 3, yaitu: simetris, asimetris, dan radial. • Focal Point Focal Point adalah aksen yang menjadi daya tarik ruangan. Contohnya, focal point pada ruangan adalah jendela besar yang ada di ruangan, perapian atau lukisan. • Ritme Dalam interior ritme adalah semua pola pengulangan tentang visual. • Details Adalah mulai dari pemilihan saklar, tata cahaya, letak pot bunga, dsb. Detail biasanya tidak jelas tetapi harus benar sehingga meningkatkan nuansa keseluruhan ruangan. • Skala dan Proporsi Adalah kedua prinsip desain yang berjalan beriringan karena keduanya berhubungan dengan ukuran dan bentuk. Contohnya, ukuran kursi tamu dan meja tamu yang seimbang; apabila mejanya terlalu tinggi, maka pengguna kursi akan merasa tidak terlalu nyaman dengan desain meja tersebut • Warna Memegang peranan penting dalam menghasilkan mood dan nuansa suatu ruangan.

2.4.3. Sirkulasi Ruang dan Organisasi ruang Sirkulasi adalah elemen yang sangat kuat dalam membentuk struktur lingkungan. Terdapat beberapa pola sirkulasi yang biasa digunakan dalam ruang, yaitu linier, radial, spiral, network, dan campuran. Tiga prinsip utama dalam pengaturan teknik sirkulasi dan organisasi ruang : • Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif. • Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada seseorang yang melewatinya dan membuat ruang menjadi jelas terbaca.

13 Universitas Kristen Petra

• Sektor ruang harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

2.4.4. Elemen Interior Secara garis besar elemen interior dikelompokkan menjadi: 1. Elemen Struktural • Dinding Dinding secara fisik dapat dimasudkan sebagai pembatas antara ruang satu dengan ruang lainnya. Di samping itu dinding dapat memberi kesan tertutup dan memberi rasa aman, sekaligus memberi batasan seseorang. Untuk memberi nilai visual, dinding umumnya diberi penyelesaian (finishing) dengan mempergunakan material seperti cat, wallpaper, vinyl, panel akustik, dan batu. • Lantai Lantai, merupakan salah satu bagian penting dalam ruang dan penunjang segala sesuatu yang berada didalam ruang, karena setiap komponen ruang akan selalu berada diatas lantai dan terhubungkan satu dengan lainnya. Lantai berfungsi sebagai pembatas, penghubung ruang, dan sebagai isolasi suara. Untuk lebih memberi nilai estetis, maka dapat dilakukan dengan memberi pengolahan pada material atau warna lantai. • Langit-langit Langit-Langit (ceilling) adalah salah satu unsur penting dalam interior selain dinding dan lantai. Langit-langit adalah bagian dari suatu bangunan yang tidak lepas dari fungsi, bentuk, dan karakter ruang. Aktivitas yang terjadi dalam ruang akan menentukan fungsi ruang tersebut dan fungsi akan menentukan bentuk langit-langit serta material dan bentuk yang dipakai untuk memenuhi fungsi ruang tertentu akan menciptakan spesifikasi atau karakteristik dari langit- langit yang akan dipergunakan dalam ruang tersebut. Di samping itu langit-langit dipergunakan untuk meletakkan titik lampu sebagai pencahayaan ruang.

2. Elemen Non Struktural Elemen non struktural atau aksesoris interior (accessories interior) yaitu elemen yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan struktur interior atau

14 Universitas Kristen Petra

bangunan. Aksesoris interior berkenaan dengan hal-hal yang melengkapi sebuah ruang dengan kaya estetis dan hiasan-hiasan yang dapat memberikan suasana yang menyenangkan untuk mata, tekstur yang menarik untuk tangan atau stimulasi untuk pikiran.

2.5. Restoran 2.5.1. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Restoran Pengertian restoran secara etimologi berasal dari kata “re-store” yang berarti memulihkan kondisi badan. Sedangkan pengertian secara umum restoran adalah tempat usaha yang komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan pelayanan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya (Suarthana 23). Selain itu, terdapat pengertian restoran yang lain, yaitu suatu tempat dimana seseorang yang datang menjadi tamu yang akan mendapatkan pelayanan untuk menikmati makanan, baik pagi, siang, ataupun malam sesuai dengan jam bukanya dan oleh tamu yang menikmati hidangan itu harus membayar sesuai dengan harga yang ditentukan sesuai daftar yang disediakan di restoran itu (Sihite 16). Berdasarkan pernyataan dari dua tokoh tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari restoran adalah tempat usaha yang melayani tamu yang datang dengan ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman yang bersifat komersial dan tujuan dari restoran adalah untuk mencari keuntungan di bidang jasa boga dan memberikan kepuasan kepada tamu dalam pelayanan makanan maupun minuman (Suyono 11).

2.5.2 Tipe restoran Bisnis restoran merupakan bisnis favorit bagi para pembisnis untuk menjalankan sebuah usaha. Pada zaman sekarang ini, dunia bisnis restoran berkembang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya restoran yang beraneka ragam tipe dan menu yang bervariasi.

15 Universitas Kristen Petra

Tipe restoran yang ada secara umum, antara lain : a. Fast Food, yaitu restoran yang menawarkan menu yang terbatas, makanannya sudah disiapkan terlebih dulu, dimasak dalam jumlah besar dan disimpan panas. Biasanya kita harus memesan dan mengambil sendiri pesanan kita, meskipun duduk juga bisa. Restaurant cepat saji biasanya adalah bisnis waralaba. Kata fast food dimasukkan dalam kamus oleh Merriam-Webster tahun 1951. Sebagai contohnya adalah McDonald dan KFC, yaitu beberapa bisnis waralaba terkenal didunia. Keunggulannya “kecepatan”. Bisnis waralaba ini biayanya lebih mahal daripada membuka restaurant independen. b. Fast Casual, yaitu jenis restoran yang tidak menawarkan layanan meja penuh tetapi menjanjikan kualitas makanan dan suasana yang lebih dari sebuah restoran cepat saji tapi kualitasnya masih dibawah Casual Dinning. Ini adalah konsep yang relatif baru. Biasanya di restoran ini, pengunjung dapat melihat proses makanan yang dibuat. Contohnya adalah “restoran sushi”. c. Casual Dinning, yaitu restoran yang melayani hampir semua jenis orang. Pengunjung yang datang ke restoran ini memiliki banyak pilihan makanan sambil menikmati suasana santai. Harga makanan di restoran ini biasanya tidak terlalu mahal dan pengunjung akan mendapatkan pelayanan meja. d. Family Style, yaitu restoran yang memiliki banyak pilihan menu dari menu untuk anak anak sampai dewasa dan biasanya restoran ini memiliki meja yang besar sehingga bisa dinikmati bersama keluarga besar. e. Fine Dining, yaitu restoran dengan layanan penuh dengan sajian masakan yang lebih spesifik, khusus dan berkelas. Dekorasi restorannya berkualitas tinggi dengan suasana elegan yang ingin diciptakan oleh restoran tersebut, pelayannya sangat terlatih dan memakai pakaian yang lebih formal, serta chef yang sangat profesional yang akan memberi sentuhan dan racikan masakan yang mahal tapi layak untuk dinikmati. Restoran Fine Dining memiliki aturan tertentu yang harus diikuti oleh pengunjungnya.

16 Universitas Kristen Petra

Selain tipe-tipe restoran yang umum terdapat di dunia, terdapat juga berbagai macam tipe restoran saat ini terkenal di kalangan masyarakat, diantaranya : a. Restoran yang free standing (berdiri) atau prasmanan dengan struktur yang ada. b. Restoran yang independen (terbuka) seperti kios pinggir jalan atau yang tertutup. c. Restoran yang hanya bisa makan di tempat saja atau yang bisa dibawa pulang. d. Restoran yang dengan tema atau tanpa tema. e. Restoran yang etnis atau biasa saja. f. Restoran yang kombinasi dari semuanya.

Selain itu, ada pendapat lain mengenai tipe-tipe restoran menurut Marsum (1994): a. Table D’Hote Restaurant, yaitu suatu restoran yang menjual makanan khusus menu di hotel (dari hidangan pembuka sampai hidangan penutup) secara lengkap dengan harga yang telah ditentukan pula. b. Coffe Shop / Brasserie, yaitu restoran yang berhubungan dengan hotel, dimana tamu bisa mendapatkan makan pagi, siang, dan malam yang penyajiannnya secara prasmanan dengan harga yang relatif murah. c. Cafetaria / Cafe, yaitu restoran kecil yang mengutamakan penjualan cake (kue), sandwich (roti isi), kopi, dan teh. d. Canteen, yaitu restoran yang berhubungan dengan pabrik, kantor, dan sekolah. e. Dining Room, yaitu restoran yang terdapat di hotel kecil (motel), yang tidak lebih ekonomis dari tempat makan biasa, pada dasarnya disediakan bagi para tamu di hotel, namun juga terbuka untuk tamu luar. f. Inn Tavern, yaitu restoran dengan harga murah yang dikelola oleh perorangan di tepi kota. g. Pizzeria, yaitu restoran yang khusus menjual pizza, dan kadang menjual spaghetti dan makanan italia lainnya. h. Speciality Restaurant, yaitu restoran yang seluruh dekorasi dan suasananya disesuaikan dengan temanya atau tipe khas masakan yang

17 Universitas Kristen Petra

disajikan, serta tata cara pelayanannya juga berdasarkan asal makanan spesial tersebut. Contoh : restoran Jepang, Cina, India, Korea, dll. i. Family Type Restaurant, yaitu suatu restoran sederhana yang menghidangkan makanan dan minuman dengan harga yang tidak mahal, terutama disediakan untuk tamu – tamu keluarga / rombongan.

Berdasarkan berbagai ragam tipe restoran diatas, disimpulkan bahwa restoran Dae Jang Geum termasuk dalam tipe Speciality Restaurant karena keseluruhan dekorasi dan suasana restoran ini disesuaikan dengan tema / konsep yang diambil, yaitu budaya Korea yang sangat khas yang dapat terlihat juga pada pakaian yang digunakan pelayannya dan cara penyajiannya, serta masakan yang asli Korea.

2.5.3 Tipe Speciality Restaurant 2.5.3.1 Pengertian Speciality Restaurant Speciality Restaurant adalah restoran yang memiliki karakteristik tersendiri. Suasana, interior, dan eksterior restoran, serta pakaian yang dikenakan pelayannya disesuaikan dengan tipe khas masakan yang disajikan yang berasal dari daerah maupun negara asal masakan tersebut. Tata cara pelayanannya juga mirip atau disesuaikan dengan tata cara dari daerah maupun negara asal masakan tersebut.

2.5.3.2 Ciri tipe Speciality Restaurant Ciri khas tipe Speciality Restaurant adalah : • Dekorasi dan suasana restoran disesuaikan dengan tema / konsep yang digunakan. Contoh : Restoran Cina, dekorasi dan suasananya disesuaikan dengan karakteristik budaya Cina (dari ornamen, warna, maupun perabot yang khas Cina).

18 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.1. Restoran Table 8, Hotel Mulia, Jakarta Sumber : (Media Indonesia.com)

Restoran India, dekorasi dan suasananya disesuaikan dengan karakteristik budaya India (dari ornamen, warna, maupun perabot yang khas India).

Gambar 2.2. Restoran Sitara, Surabaya Sumber: (www.tripadvisor.co.id)

• Pakaian yang digunakan pelayan restoran disesuaikan dengan konsep restoran yang diambil. Contoh : Pakaian pelayan restoran Korea menggunakan Hanbok, pakaian pelayan restoran India menggunakan Sari, dan pakaian pelayan restoran Cina menggunakan Cheongsam, dll.

• Masakan yang disajikan asli berasal dari negera maupun daerah yang sesuai dengan konsep yang digunakan restoran ini. Contoh : restoran Dae Jang Geum, jenis masakan yang disajikan adalah masakan asli Korea baik dari segi penyajiannya, maupun cita rasanya.

19 Universitas Kristen Petra

2.5.4 Syarat-syarat sebuah Restoran Standart ruang lingkup restoran beberapa diantaranya adalah : 2.5.4.1 Penampilan Fisik dan Komponen Restoran • Penampilan fisik Restoran Sebuah restoran harus berlokasi pada tempat yang strategis dan mudah ditemukan pengunjung, serta memperhatikan eksterior restoran karena dua hal inilah yang menjadi pusat perhatian utama bagi pengunjung restoran. Oleh karena itu, syarat eksterior yang baik adalah : - Memperhatikan fasilitas bagi pejalan kaki. - Memberikan kesan dan kualitas interior yang baik dan benar. - Selaras dengan lingkungan.

Penataan ruangan restoran terbagi dalam dua bagian, yaitu : smoking area disebelah kiri dan no smoking area ditempatkan sebelah kanan ruangan restoran. Aspek pembentuk ruang : a. Plafond Permukaan plafond harus menutup seluruh atap ruang dapur, permukaan rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan, tidak terdapat lubang-lubang, serta tinggi plafond dari lantai sekurang-kurangnya 2,4 m. b. Dinding Permukaan dinding sebelah dalam harus rata dan mudah dibersihkan, konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap, permukaan dinding yang terkena percikan air harus kedap air dan mudah dibersihkan. c. Lantai Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan, serta pertemuan antara lantai dan dinding tidak boleh dibuat sudut mati.

Selain itu, untuk menciptakan kepuasan dan kenyamanan bagi pengunjung, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah: - Waktu - Mood

20 Universitas Kristen Petra

- Antisipasi - Perilaku - Penilaian - Kenyamanan - Atmosfer - Kesan - Pelayanan - Harga

• Komponen Utama Restoran 1. Restaurant Area 2. Kitchen Area 3. Area Bar 4. Steward Area 5. Parking Area 6. Employee Area 7. Storeroom 8. Garbage Area 9. Toilet 10. Area Ibadah

2.5.4.2 Interior Restoran Tahap awal yang harus diperhatikan dalam penataan interior sebuah restoran adalah: 1. Merencanakan denah sebuah bangunan restoran, lalu hubungannya dengan bar dan dapur. 2. Posisi pintu dan jendela dengan memperhatikan aspek-aspek eksternal dan rute jalan pengunjung dan karyawan restoran. 3. Memperhatikan konstruksi interior pada area restoran. 4. Merencanakan skema dekorasi restoran dan desain khusus yang diinginkan restoran.

21 Universitas Kristen Petra

5. Menyeleksi material lantai dan dinding yang akan digunakan beserta dengan finishingnya. 6. Merencanakan jenis dan pengaturan furniture yang akan digunakan secara keseluruhan (meja, kursi, buffet, trolley makanan, dll). 7. Merencanakan lokasi dan desain dari area pelayanan, bar, meja kasir, dan unit area yang lain. 8. Merencanakan kebutuhan instalasi listrik dan gas, serta peletakkannya. 9. Merencanakan sistem lighting beserta pilihan lampu yang akan digunakan. 10. Memperhatikan metode alat pemanas, ventilasi, AC, dll. 11. Merencanakan alat peredam suara kegaduhan dan akustik. 12. Merencanakan alat keamanan restoran, termasuk keamanan dari api. 13. Merencanakan fasilitas kebersihan, higenis, dan perawatan berkelanjutan. 14. Merencanakan desain simbol atau tanda, motif pada desain restoran, buku menu, dsb. 15. Merencanakan desain seragam karyawan. 16. Menyeleksi peralatan makan dan masak yang digunakan yang dihubungkan dengan makanan yang disajikan di restoran.

• Prinsip Interior Restoran, beberapa diantaranya: 1. Style, dilihat dari berbagai aspek : - Mood (realisme atau eskapisme) - Periode (futuristik, kontemporer) - Fashion (tradisional, modern, ultra-modern) - Kebangsaan (Cina, India, Italia, Swiss, dll) - Intensitas (flamboyan, mewah, tenang, bermartabat) 2. Proporsi Untuk kenyaman visual komposisi desain harus proporsional agar tidak mengganggu, jika kekurangan keseimbangan maka restoran ini akan kurang dihargai oleh konsumen. Skala desain harus proporsional dengan ukuran ruangan dan di daerah intim yang lebih kecil, perhatian terhadap detail juga sangat penting. Pencahayaan juga dapat digunakan untuk mengubah bentuk, ukuran, dan proporsi dengan menekankan atau menutupi fitur tertentu. Ini sangat berguna dalam

22 Universitas Kristen Petra

menyamarkan ketinggian berlebihan dari sebuah ruang atau lorong dengan menciptakan kesan langit-langit rendah di bidang pencahayaan. 3. Form Desain harus meningkatkan kesatuan pada tiap bagian dalam sebuah restoran, yaitu dengan menyatukan beberapa bentuk menjadi satu kesatuan dengan melakukan pengulangan pola atau ciri khas desain. Di sisi lain, bila terdapat dinding panjang yang berkesinambungan, maka dapat diberikan perbedaan dengan memberikan panel warna atau tekstur yang berbeda. Selain itu, ruang yang terbuka dapat dibagi oleh ketinggian partisi yang berlubang atau rendah menjadi lebih kecil dan lebih intim. 4. Perbedaan ketinggian lantai dan plafond Perbedaan ketinggian lantai perlu diperhatikan dengan seksama karena bila tidak maka akan menimbulkan risiko kecelakaan bagi pengunjung maupun karyawan dan memberi batasan bagi pengunaan trolley. Sedangkan, untuk plafond untuk menghindari rasa penindasan ketinggian langit-langit sebuah ruangan harus proporsional dengan ukuran ruangan dan bila ketinggian ini dibatasi untuk alasan apapun, maka lebih baik untuk mengurangi ukuran nyata dari luas sebenarnya. 5. Pattern / Pola Secara umum, pola digunakan dalam sebuah interior agar memberi kesan permukaan agar tampak dekat. Selain itu, pola juga dapat memperbaiki skala dan proporsi ruang. Namun, pemilihan pola yang tidak tepat dalam interior restoran cenderung akan menimbulkan kelelahan mata dan iritasi bagi yang melihatnya. Oleh karena itu, hal ini perlu diperhatikan dengan baik. 6. Tekstur Tekstur dapat divisualisasikan dalam beberapa cara oleh efek cahaya dan bayangan, kekasaran atau kehalusan, kekerasan dan kelembutan, serta diinterpretasikan nuansa bahan yang digunakan pada interior sebuah restoran. Oleh karena itu, manfaat utama dari tekstur ini adalah memberikan sensasi tersendiri bagi sebuah interior.

23 Universitas Kristen Petra

• Syarat Ruang Restoran 1. Luas area memenuhi standar 2. Penyekat antara restoran dan dapur harus tahan terhadap api. 3. Tersedia pintu darurat dan tangga darurat. 4. Selalu terpasangnya alat deteksi kebakaran. 5. Pintu keluar / masuk pelanggan, pintu keluar / masuk pegawai, dan pintu jalanan harus terpisah. 6. Penerangan cukup. 7. Sirkulasi udara memadai dan tersedianya pengatur suhu udara. 8. Bersih, rapi, dan sanitasi (memenuhi syarat kesehatan). 9. Kualitas bahan bangunan memenuhi standar. 10. Layout ruangan yang tercipta mudah dirubah. 11. Mudah untuk dibersihkan dan dirawat.

• Syarat Ruang Makan Restoran 1. Sebuah restoran harus memiliki kursi tersedia minimal 0,85 m2. Adapun kursi yang digunakan berupa : - Long Sofa, yaitu sofa panjang yang diletakkan di bagian sisi kiri dan sisi kanan ruang restoran dengan menempel pada dinding. - Chair yaitu kursi-kursi yang terbuat dari bahan rotan yang di letakkan berhadapan dengan sofa panjang. - Meja yang digunakan berupa meja berbentuk segi empat yang kapasitasnya untuk: 2 orang sebanyak 9 meja, 4 orang sebanyak 13 meja, 8 orang sebanyak 12 meja. Meja, kursi, dan taplak meja harus dalam kondisi bersih. 2. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap dengan pintu membuka ke arah luar. 3. Tidak boleh berhubungan dengan WC, kamar mandi, dan tempat tinggal. 4. Lantai, dinding, dan langit-langit harus selalu bersih dan berwarna terang. 5. Tidak boleh mengandung gas-gas beracun sesuai ketentuan yang berlaku. 6. Harus bebas dari serangga, tikus, dan hewan lainnya.

24 Universitas Kristen Petra

• Syarat Dapur Restoran 1. Restoran harus memiliki dengan luas sekurang-kurangnya 40 % dari luas restoran. 2. Ruang dapur terdiri dari : -Ruang Persiapan -Ruang Pengolahan -Ruang Penyimpanan Bahan Makanan -Ruang administrasi (Chef) -Ruang Pencucian dan penyimpanan peralatan/perlengkapan -Ruang Penyimpanan bahan bakar gas/elpiji untuk dapur 3. Lantai dapur tidak licin sehingga menjaga keamanan pengguna dapur dan dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air limbah. 4. Dinding dapur dilapisi dengan tegel kedap air setinggi langit-langit. 5. Penerangan dapur minimal 200 lux. 6. Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur, permukaan rata, mudah dibersihkan, dan berwarna terang. 7. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap / hood, cerobong asap, alat perangkap asap, perangkap lemak, serta saringan. Semua tungku terletak di bawah sungkup asap / hood. 8. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin kenyamanan kerja di dapur, serta menghilangkan asap dan debu, sedangkan untuk penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun exhauster yang dipasang setinggi diameter dari lantai dan kapasitasnya. 9. Tidak boleh berhubungan langsung dengan WC, kamar mandi, dan tempat tinggal.

• Syarat Gudang Bahan Makanan 1. Gudang bahan makanan tidak boleh digunakan untuk menyimpan bahan lain selain makanan. 2. Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan (Soekresno, 82) 3. Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran gudang. 4. Pencahayaan minimal 4 foot candle pada bidang setinggi lutut.

25 Universitas Kristen Petra

• Prinsip Sanitasi Restoran 1. Kebersihan peralatan makan dan minum. 2. Kebersihan cara penyimpanan bahan makanan. 3. Kebersihan dalam pengolahan bahan makanan dan minuman. 4. Kebersihan penyimpanan makanan matang. 5. Kebersihan proses pemindahan makanan dan minuman. 6. Kebersihan proses penyajian makanan dan minuman.

• Warna Interior Restoran Pemilihan warna dalam restoran harus tercipta dari 3 teknik, yaitu: 1. Warna lampu yang memberi kesan terang, menerangi tirai layar putih atau netral. 2. Warna lampu memberikan nuansa atas meja dan daerah lainnya. 3. Warna dalam dekorasi dan furniture akan menghasilkan efek refleksi.

• Standar Pencahayaan Restoran Manfaat pencahayaan pada restoran, yaitu : 1. Menciptakan atmosfir yang mengundang dan nyaman. 2. Terintegrasi seimbang dengan dekorasi interior dan image restoran. 3. Memberikan kondisi pengelihatan yang baik, baik untuk staf maupun pengunjung. 4. Mampu memberikan perubahan suasana dan mood pada kesempatan yang berbeda.

Standar pencahayaan restoran adalah sebagai berikut : 1. SNI Tingkat pencahayaan rata-rata secara umum adalah 250 lux; kelompok renderasiwarna 1, Ra > 85, dengan memberi kesan warna dingin, segar, atau hangat; daya listrik maksimum untuk pencahayaan 25W/m2. 2. IESNA - Intimate restaurant (lounge, club), tingkat pencahayaan rendah, disesuaikan dengan kebutuhan ruang (sekitar 50 lux rata-rata).

26 Universitas Kristen Petra

- Leisure Restaurant (kegiatan utamanya adalah makan), tingkat pencahayaan yang direkomendasi adalah 50-100 lux. - Quick Service Restaurant (cafetaria, coffee shop, makanan cepat saji), tingkat pencahayaan yang direkomendasikan adalah 500-100 lux.

• Sistem Penghawaan Pemanas, ventilasi, dan pendingin udara dikenal juga dengan “HVAC” digunakan untuk mempertahankan tingkat kenyamanan bagi tamu dan karyawan. Faktor kunci kenyamanan lingkungan di tempat kerja sebuah restoran adalah: - Indoor temperature - Kelembaban - Pergerakan udara - Ruang suhu permukaan - Kualitas udara

Beberapa jenis peralatan yang merupakan bagian dari sistem HVAC, yaitu: - Tungku (untuk menghasilkan udara panas) - Boliers (untuk menghasilkan udara panas) - AC (untuk menghasilkan udara dingin) - Pendingin (untuk menghasilkan udara dingin) - Penggemar (untuk sirkulasi dan mengeluarkan udara) - Saluran kerja (untuk memindahkan udara) - Filter (untuk membersihkan udara)

2.5.5 Perabot Restoran Pedoman Ukuran Meja dan Kursi

Gambar 2.3. Bentuk dan Ukuran Meja Bundar Restoran Sumber: Soekresno (2000, p.37)

27 Universitas Kristen Petra

Ukuran meja bundar : • Diameter 600 mm untuk 2 kursi. • Diameter 800 mm untuk 3 kursi. • Diameter 900 mm untuk 4 kursi. • Diameter 1100 mm untuk 5 kursi. • Diameter 1250 mm untuk 6 kursi. • Diameter 1400 mm untuk 8 kursi. • Diameter 1550 mm untuk 10 kursi. • Diameter 1850 mm untuk 12 kursi. • Diameter 2200 mm untuk 14 kursi. • Diameter 2500 mm untuk 16 kursi.

Gambar 2.4. Bentuk dan Ukuran Meja Empat Sisi Restoran Sumber: Soekresno (2000, p.38)

Ukuran meja empat sisi : • Panjang 800 mm, lebar 625 mm untuk 2 kursi. • Panjang 850 mm, lebar 850 mm untuk 4 kursi. • Panjang 1250 mm, lebar 800 mm untuk 4 kursi. • Panjang 1700 mm, lebar 800 mm untuk 6 kursi. • Panjang 2500 mm, lebar 800 mm untuk 8 kursi. • Panjang 3750 mm, lebar 800 mm untuk 12 kursi.

28 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.5. Meja dan Sofa Bar Sumber: Soekresno (2000, p.38)

• Untuk ditempatkan di ruang tunggu restoran atau untuk ditempatkan di cocktail lounge area berfungsi hanya untuk pelayanan minuman saja. • Untuk dipakai 4 s/d 6 pelanggan, bukan untuk meja makan.

(a) (b) Gambar 2.6.(a), dan (b) Tata Letak Meja dan Kursi Sumber: Soekresno (2000, p.39)

Ukuran dan Tata Letak : • Tinggi kursi keseluruhan sampai dengan sandaran 900 mm. • Tinggi kursi sampai bagian yang diduduki 450 mm. • Panjang dan lebar kaki kursi 450 x 450 mm. • Tinggi meja makan 730 mm. • Luas meja relatif, dapat disesuaikan dengan banyak atau sedikitnya jumlah tempat duduk. • Jarak kursi satu dengan kursi yang membelakangi 1350 mm sebagai jalur 2 pramusaji atau 900 mm untuk 1 pramusaji.

29 Universitas Kristen Petra

• Pengeseran maju mundur kursi antara 100-200 mm untuk kebutuhan duduk. • Penggeseran mundur kursi untuk pelanggan berdiri 300 mm.

Gambar 2.7. Meja Kotak dengan Tata Letak Simetris Sumber: Soekresno (2000, p.46)

Tata letak simetris Square Table : • Jumlah tempat duduk 24 kursi. • Luas ruangan 35 m2 (Panjang : 7500 mm dan Lebar : 4600 mm). • Luas meja 0,72 m2. • Luas kursi 0,20 m2. • Kepadatan 1,4 m2 (pertamu termasuk jalur pelayanan pramusaji).

Gambar 2.8. Meja Empat Sisi Sumber: Soekresno (2000, p.49)

30 Universitas Kristen Petra

Pengaturan Meja Empat Sisi : • Jumlah tempat duduk 28 kursi. • Luas area 21,28 m2. • Dengan jalur pelayanan utama dan jalur kecil. • Jarak tempat duduk yang saling membelakangi 900 mm. • Kepadatan 0,76 m2 (pertamu termasuk jalur pelayanan pramusaji).

2.5.6 Kebutuhan Fungsional Restoran 2.5.6.1 Sistem Akustik Dalam segala situasi, beberapa kebisingan latar belakang di dalam ruangan tidak dapat dihindari dari pergerakan orang, peralatan meja, percakapan, dll. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang membantu untuk menutupi suara mengganggu di dalam sebuah area tersebut. Dalam pengaturan restoran, suara frekuensi tinggi lebih menyenangkan daripada suara frekuensi rendah. Suara perjalanan dari sumber ke pendengar dan kembali lagi berada dalam mode sangat cepat sekitar, yaitu 1100 meter per detik. Sebagai panduan, tingkat suara yang mungkin ditemukan dalam sebuah ruang makan adalah: • Tipe Canteen Factory : 55 decibels • Tipe Average Restaurant : 50 decibels • Tipe Leisure Dining : 45 decibels • Tipe Banquet rooms-speeches : 40 decibels

Gambar 2.9. Perbandingan Tingkat Kebisingan untuk Jasa Makanan Sumber: Katsigris, Costas (2006, p.197)

31 Universitas Kristen Petra

2.5.6.2 Sistem Keamanan Ketentuan untuk keamanan dari bahaya api adalah: • Pertahanan aktif, yaitu melalui alat pendeteksi dan kontrol api. • Pertahanan pasif, yaitu melalui seleksi dan kombinasi bahan bangunan yang akan menahan penyebaran api dan dampaknya. • Sarana untuk melarikan diri yang aman dan sesuai untuk jumlah penghuni dalam sebuah ruangan jika terjadi bahaya.

Beberapa peralatan keamanan kebakaran adalah: • Nozzles Ditempatkan di antara 24 dan 42 inci di atas bagian atas peralatan. Nozel aktif secara otomatis untuk menembak air atau tahan api cair pada permukaan memasak ketika suhu mencapai 280-325 derajat fahrenheit. Detektor panas dapat terletak di ductwork atau di kap. • Exhaust system’s fire protection Beberapa genggam alat pemadam kebakaran harus dipasang di dinding dapur dan karyawan harus tahu bagaimana menggunakannya. • Sprinkler Suatu bangunan publik juga harus menggunakan sistem sprinkler yang diletakkan di langit-langit karena instalansi ini dapat mengurangi biaya asuransi suatu bangunan, terutama dari bahaya kebakaran.

2.5.7 Strategi Bisnis Restoran Dengan banyaknya ragam restoran saat ini, para pembisnis juga harus memperhatikan pangsa pasar masyarakat dan memberikan keunikan dan keunggulan bagi restorannya yang dapat memberikan kepuasan dan pengalaman tersendiri bagi konsumen. Oleh karena itu, diperlukan kiat-kiat dan strategi yang tepat guna menghadapai persaingan yang sangat ketat saat ini. Ada beberapa hal dasar yang perlu dipelajari dalam bisnis restoran untuk menciptakan sebuah keberhasilan, diantaranya yaitu : a. Tipe restoran yang akan dibisniskan. b. Memperhatikan strategi pasar dan minat konsumen.

32 Universitas Kristen Petra

c. Pembangunan konsep sebuah restoran untuk memberi kesan yang berbeda bagi konsumen. d. Menu yang disajikan. e. Tipe dan gaya pelayanan yang digunakan. f. Kecepatan dalam pelayanan, karena pada umumnya konsumen menginginkan pelayanan yang cepat. g. Mengecek pelanggan rata – rata yang datang pada restoran. h. Suasana umum di lingkungan sekitar (budaya atau kebiasaan) i. Filosofi managemen. j. Budget.

Selain tipe – tipe restoran tersebut, salah satu hal yang penting bagi perkembangan bisnis restoran adalah target pemasaran (target pasar). Biasanya seorang pembisnis akan menargetkan pelanggan berdasarkan pendapatan konsumen untuk disesuaikan dengan harge menu yang akan dihidangkan dalam rsetoran tersebut. Namun, pembisnis juga dapat menargetkan pemasaran berdasarkan : a. Usia remaja, pelajar, dan orang dewasa muda. b. Keluarga dan anak – anak. c. Orang yang lebih dewasa / orang tua. d. Wisatawan. e. Vegetarian. f. Orang-orang pembisnis / Business people. g. Penggemar Olahraga. h. Komunitas Gay / Kelainan seksual. i. Bar dengan kerumunan orang. j. Keramaian yang buka 24 jam / bebas. k. Untuk istirahat makan siang. l. Pencinta musik.

Selain dari hal-hal tersebut di atas, salah satu hal yang juga turut menunjang kesuksesan sebuah restoran adalah desain. Desain yang unik dan

33 Universitas Kristen Petra

menarik juga akan menciptakan kesan tersendiri bagi konsumen. Oleh karena itu, di zaman modern saat ini, desain merupakan hal yang paling ditonjolkan dalam sebuah restoran untuk menarik minat pengunjung. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya restoran yang lebih mengutamakan untuk menampilkan desain-desain yang unik dan luar biasa, dibandingkan kualitas rasa masakan.

2.5.8 Restoran Korea 2.5.8.1 Sistem Pelayanan dan Penyajian Sistem pelayanan restoran Korea berbeda dengan restoran lainnya karena sistem pelayanan yang digunakan adalah sistem table service. Sistem table service adalah sistem dimana pelayannya akan melayani pengunjung dari datang hingga pulang. Saat pengunjung datang, pelayan restoran akan menjelaskan menu-menu yang ada di restoran, baik dari bahan, bumbu, serta rasanya, bahkan ada beberapa restoran Korea di Indonesia yang dapat memanggil kokinya secara langsung untuk menjelaskan makanan yang ada kepada pengunjung. Selain itu, untuk menu seperti BBQ, pelayan restoran akan membantu pengunjung untuk memanggang makanannya langsung di meja pengunjung, namun ada beberapa pengunjung yang ingin memanggang sendiri tanpa bantuan pelayan restoran. Sistem penyajian Korea berbeda dengan restoran-restoran lainnya. Restoran Korea biasanya memberi free dishes kepada pengunjung saat pertama kali datang, jumlah free dishes tiap-tiap restoran Korea berbeda-beda, jumlahnya ada yang bisa mencapai hingga 11 macam. Free dishes ini terdiri dari beberapa macam lauk sampingan yang diletakkan di piring-piring kecil dan lauk yang selalu ada adalah . Selain itu, di setiap restoran Korea, meja makan biasanya dilengkapi dengan cooking stove di bagian tengah meja yang biasanya digunakan untuk memanggang menu BBQ (bulgogi, galbi, dll).

2.5.8.2 Masakan Korea Masakan Korea adalah makanan tradisional yang didasarkan pada teknik dan cara memasak orang Korea. Mulai dari kuliner istana yang pelik sampai makanan khusus dari daerah-daerah serta perpaduan dengan masakan modern,

34 Universitas Kristen Petra

bahan-bahan yang digunakan serta cara penyiapannya sangat berbeda. Masakan Korea sebagian besar berbahan dasar pada beras, mie, tahu, sayuran, dan daging. Makanan tradisional Korea terkenal akan sejumlah besar makanan sampingan (lauk) yang disebut yang dimakan bersama dengan nasi putih dan sup (kaldu). Setiap makanan dilengkapi dengan Banchan yang cukup banyak dan juga. Kimchi yang merupakan makanan fermentasi dari sayuran, yaitu sawi, lobak, dan ketimun. Kimchi ini juga merupakan bahan dasar utama dalam berbagai resep masakan Korea. Makanan Korea biasanya dibumbui dengan minyak wijen, , kecap, garam, bawang putih, jahe, dan saus cabai (). Makanan tradisional dari istana, yang dahulu hanya dinikmati oleh keluarga kerajaan Dinasti Joseon, memerlukan waktu berjam-jam untuk pembuatannya. Makanan istana harus memiliki harmonisasi yang memperlihatkan kontras dari karakter panas dan dingin, pedas dan tawar, keras dan lembut, padat dan cair, serta keseimbangan warna. Masakan Istana Dinasti Joseon adalah kuliner tradisional yang dikonsumsi oleh keluarga istana Dinasti Joseon, kerajaan yang memimpin Korea dari tahun 1392 -1910. Popularitas kuliner ini mengalami kebangkitan lagi pada awal abad ini. Terdapat 12 jenis hidangan yang disajikan bersama nasi dan sup. Sebagian besar masakan ini dihidangkan dalam set perangkat khusus yang terbuat dari metal perunggu (Bangjja). Set masakan, nasi, dan sup disebut Sura dan lauk pauknya biasanya dikategorikan sebagai berikut: 1. Mangkuk Utama : Sura; Juk, mi-eum, dan eun-gi; guksu; dan ddeokguk. 2. Hidangan Utama : Tang; Jochi dan gamjeong; dan ; dan shinseollo. 3. Hidangan Sampingan : Saengchae; ; Jeonyuhwa; .

2.5.8.3 Perlengkapan Masak Korea Beberapa peralatan masak yang umum digunakan pada dapur Korea : 1. Multi Sectioned Tray (Gu Jeol Pan)

35 Universitas Kristen Petra

Sebuah nampan Korea yang dibagi menjadi beberapa bagian yang terbuat dari kayu dan dihiasi dengan motif floral. Dalam tradisi makan di Istana Korea, nampan ini digunakan untuk menyajikan makanan pembuka berupa pancakes dengan isi yang bervariasi.

Gambar 2.10. Gu Jeol Pan Sumber: (http://difod.blogspot.com/2010/07/meet-two-special-korean- dishes.html)

2. Serving Tray Nampan yang terbuat dari kayu secara tradisional yang digunakan untuk menyajikan makanan yang terdiri dari beberapa hidangan, seperti nasi, mie, lauk pauk, dan sup.

Gambar 2.11. Korean Tray Sumber: (http://eciputra.com/produk-1762-reuni-production.html)

3. Table Cooking Stove Restoran Korea pada umumnya menyediakan menu BBQ sehingga pada meja makan pengunjung biasanya dilengkapi dengan alat pemanggang di bagian tengah meja. Pemanggangan ini bisa menggunakan arang atau gas.

36 Universitas Kristen Petra

(a) (b) Gambar 2.12. (a) Table Cooking Stove, dan (b) BBQ Sumber: (http://www.kanaday.com/food.html)

4. Portable Gas Stove Mudah dipindah dan dibawa karena ukurannya kecil, serta biasanya diletakkan di atas meja makan pengunjung untuk memasak atau merebus makanan.

(a) (b) Gambar 2.13.(a) Portable Gas Stove, dan (b) Sukiyaki Sumber: (http://fssdjiaming.en.made-in- china.com/product/MouQyPhEhaDd/China-Dual-Duty-Portable-Gas-Stove-BDZ- 180A2-.html)

5. Sumpit dan Sendok Sumpit dan sendok Korea berbeda dengan Cina ataupun Jepang karena bahan yang digunakan terbuat dari tembaga, kuningan, atau perak. Namun, pada zaman sekarang ini, sebagian besar terbuat dari stainless steel dan perak. Sumpit Korea cenderung berbentuk panjang dan kurus dan lebih berat dibandingkan sumpit lainnya, sedangkan sendok Korea mempunyai pegangan yang panjang dan kepala sendok yang berbentuk bulat.

37 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.14. Sumpit dan Sendok Makan Korea Sumber: (http://hanachioshop.blogspot.com/2012/01/promo-sujeo-set- sendok-sumpit-korea.html)

6. Hot Pot (Ttuk Bae Gi) Pot makanan yang terbuat dari tanah liat dengan penutup yang digunakan untuk memasak sup atau merebus. Pot ini bisa langsung diletakkan di atas api dan kemudian disajikan di atas meja makan pengunjung. Hal ini dimaksud untuk menjaga agar makanan di dalamnya tetap hangat.

Gambar 2.15. Ttuk Bae Gi Sumber: (http://www.flickr.com/photos/mariamjaan/6855319858/)

7. Kimchi Refrigerator Kulkas kimchi yang dirancang khusus sebagi tempat penyimpanan berbagai jenis kimchi dengan pengendalian temperatur dan proses fermentasi yang berbeda.

38 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.16. Kimchi Refrigerator Sumber: (http://www.lg.com/global/about-lg/corporate- information/design/design-awards/gd-korea-2007)

2.5.8.4 Pengaturan Meja Makan Korea Perlengkapan makan Korea terdiri dari mangkuk, piring, dan gelas yang terbuat dari keramik atau stainless steel, lalu sendok panjang dan sumpit yang terbuat dari stainless steel. Cara makan orang Korea biasanya duduk di atas bantal (tanpa kursi) pada meja yang rendah dengan posisi kaki menyila. Makanan dimakan dengan sumpit (jeotgarak) dan sendok panjang (sutgarak), satu set sumpit san sendok panjang ini disebut sujeo, namun sujeo kadangkala dapat diartikan sebagai sendok saja. Dalam pengaturan meja makan Korea, mangkuk nasi dan sup tidak boleh beranjak dari meja makan dan dimakan dengan menggunakan sendok panjang, sedangkan lauk pauk (banchan) dimakan dengan sumpit. Pengaturan meja makan itu diantaranya : • Set sendok panjang stainless steel untuk nasi dan sup, sedangkan sumpit untuk banchan (di sebelah kanan sup). • Nasi untuk perorangan disediakan dalam mangkuk kecil yang lebih tinggi dari diameternya. • Sup hangat disediakan dalam mangkuk yang lebih besar dan lebar (di sebelah kanan nasi), biasanya atau makanan berkuah lain dimakan bersama dari panci besar di tengah-tengah meja, sedangkan untuk mie, biasanya orang Korea memakannya dengan menggunakan tutup panci.

39 Universitas Kristen Petra

• Hidangan lauk pauk (banchan) dihidangkan dalam mangkuk kecil, sedangkan untuk minuman bisa disediakan di meja atau tidak tergantung dari kebiasaan orang tersebut. • Di restoran Korea, biasanya disediakan minuman tradisional, sedangkan minuman lain yang biasa diminum adalah soju dan setelah makan, biasanya dihidangkan minuman penyegar seperti soojunggwa atau shikhye. Minuman yang disajikan berbeda-beda tergantung musim dalam setahun.

Gambar 2.17. Penataan Meja Makan Korea Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Korea)

2.5.8.5 Fasilitas Restoran Korea Fasilitas restoran Korea umumnya menyediakan dua pilihan tempat duduk bagi pengunjung, yaitu meja-kursi biasa seperti restoran pada umumnya dan duduk di lantai kayu ala Korea dengan beralaskan cushion, menggunakan meja pendek, dan dibuat seperti panggung (lebih tinggi) sehingga pengunjung harus melepas sepatu mereka saat duduk, area ini biasa disebut area tatami. Selain itu, ada pula beberapa restoran Korea yang menyediakan fasilitas duduk yang berada di gazebo (lesehan) dengan meja dan lantai kayu, serta fasilitas ruang private yang khusus disediakan bagi pengunjung yang ingin makan secara pribadi di ruang tersendiri. Fasilitas restoran Korea yang lain adalah biasanya restoran Korea juga menyediakan produk-produk makanan asli Korea yang dapat dibeli oleh pengunjung yang berupa snack, es krim, kimchi, maupun minuman.

40 Universitas Kristen Petra

2.6 Budaya Korea 2.6.1 Sejarah Budaya Korea Korea adalah negara dengan percampuran perubahan dan tradisi, baik di kota maupun desa. Korea berkembang dan berubah dengan cepat, namun transformasinya masih memegang tradisi dan budaya setempat selama bertahun – tahun tanpa menghilangkan makna dan pengaruh yang kuat. Namun, mengikuti perkembangan zaman, orang Korea di kota besar banyak tinggal di rumah atau style bergaya Barat ( Western ) atau apartemen. Namun, di pedesaan masih banyak orang yang memakai rumah tradisional dan pengaruh yang paling banyak mendominasi rumah tradisional Korea ( Hanok ) saat ini adalah pengaruh dari pemerintahan Dinasti Joseon yang berkembang dengan baik di Korea. Dinasti Joseon atau disebut Dinasti Yi adalah sebuah Kerajaan yang berdiri pada 17 Juli 1392 dengan pemerintahan “Yi Song-gye” yang menaiki tahta dari istana lama yang bernama Suchanggung dan memulai pemerintahan Dinasti Yi sampai pada 29 Agustus 1910. Pada tahun kedua pemerintahannya, beliau mengubah nama negaranya menjadi “Chosun” (Joseon) dan pada pemerintahan tahun kelima ( 1396 ), beliau memindahkan ibukota ke Hanyang yang sekarang ini lebih terkenal dengan nama Seoul, dimana di sana beliau juga membangun Kerajaan Kyongbok-kung, dimana kerajaan dan kotanya berbentuk seperti sabit dengan 16 km dinding dikelilingi oleh pegunungan dan terdapat 8 gerbang, diantaranya Namdaemun ( Gerbang Selatan ) dan Tongdaemun ( Gerbang Timur ) yang masih berdiri hingga sekarang. Berbeda dengan masa pemerintahan Dinasti Koryo ( Dinasti yang memerintah sebelum Dinasti Joseon ), beliau menggantikan agama Buddha dengan Konfusianisme yang kemudian menjadi landasan masyarakat selama 500 tahun ( tidak hanya dalam pemerintahan dan pendidikan, tetapi juga mengatur kehidupan sehari – hari setiap orang ). Dinasti Joseon berusaha mengembangkan pemerintahannya dari berbagai sektor untuk menghasilkan keuntungan bagi negara, termasuk dari sektor perekonomian. Pada industri negara, beliau menerapkan pertanian sebagai dasar perekenomian negara ( agrikultural ). Inilah yang merupakan tonggak awal berdirinya pemerintahan Dinasti Joseon yang kemudian mengalami beberapa pergantian tahta dan perkembangan

41 Universitas Kristen Petra

yang kemudian menuju ke peradaban Korea modern yang bebas dan merdeka. Budaya dan desain pada masa pemerintahan Dinasti Joseon inilah yang kemudian akhirnya banyak memberikan pengaruh pada perkembangan seni di Korea hingga saat ini.

2.6.2 Perkembangan Seni di Korea Perubahan dan perkembangan banyaknya Dinasti di Korea tentu akan memberikan dampak bagi banyak faktor, bahkan mempengaruhi gaya hidup masyarakatnya. Salah satu diantaranya, yaitu berkembangnya seni-seni di Korea yang semakin banyak dan bervariasi. Perkembangan seni tersebut, diantaranya adalah : a. Lukisan Lukisan adalah catatan hidup bagi orang – orang kuno dimana merupakan media yang sangat penting untuk melihat atau mengetahui sejarah – sejarah yang ada dalam tiap periode. Salah satu karya pada zaman Dinasti Joseon adalah sebuah kipas yang dilukis dengan kaligrafi Cina yang telah bertahan berabad – abad yang merupakan karya dari Kim Hong Do. Pada masa Dinasti Joseon, lukisan dibagi menjadi 2 kategori : • Akademisi yang melukis secara profesional. • Para ulama pria yang melukis budaya yang kemudian dijadikan sebagai hobi.

Lukisan yang terkenal ini disebut lukisan oriental. Lukisan Oriental ini pada umumnya adalah lukisan pemandangan, tokoh, burung, ikan, bunga, rumput, dan serangga. Lukisan oriental yang terkenal adalah Diamond Mountains ( Gunung Berlian ) yang terkenal di pantai timur Korea yang dilukis pada tahun 1920-an.

Lukisan – lukisan tersebut diantaranya :

42 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.18. Gunseondo-byeong (Lukisan Lao zi & pengikutnya) Sumber: (http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Korea-National.Treasure-139- Gunseondobyeong-Joseon-Leeum.jpg)

(a) (b) Gambar 2.19. (a). Seodang (Sekolah era-Joseon) , dan (b) Memasang genting / Giwa Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Danwon-Seodang.jpg)

(a) (b) (c) Gambar 2.20. (a) Memanah, (b) Anak Penari, dan (c) Membajak sawah Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Danwon-Hwal.ssogi.jpg)

43 Universitas Kristen Petra

b. Kerajinan Tangan Korea memiliki banyak ragam kerajinan tangan yang nampak pada desain bangunannya. Berbagai pergantian dinasti juga mempengaruhi berkembangnya kerajinan tangan sehingga variasi dan ragamnya pun semakin banyak. • Atap Salah satu kerajinan tangan yang nampak pada bangunan Korea adalah pada bagian “atap”. Ubin atap dibagi menjadi laki – laki (bagian bulat) dan perempuan (bagian datar), wajah setan, dan raja elang. Hal ini dengan maksud untuk meningkatkan martabat Raja dan melambangkan Kerajaannya dan kemakmuran keluarga serta mengusir penderitaan / kesedihan ( jika dalam kasus Istana). Pola kerajinan tangan atap yang paling umum adalah “bunga teratai” pada ubin laki – laki (bulat) yang bermakna sifat kuat dari negara – negara Buddha, sedangkan “pola arabosque anggur” dengan medali bentuk tumbuh – tumbuhan pada ubin perempuan (datar).

(a) (b) (c) Gambar 2.21. (a), (b), dan (c) Motif atap bentuk bangunan Korea Sumber : (http://busan.for91days.com/tag/gyeongju/)

Motif atap pada gambar di atas dominan menggunakan bentuk motif “bunga teratai” (lambang laki-laki) dan motif “arabosque anggur” dengan medali bentuk tumbuh-tumbuhan (lambang perempuan) dan bentuk motif ini yang paling banyak terdapat pada bangunan umum Korea karena mengandung unsur estetika yang tinggi. • Motif panel Berbagai macam kerajinan tangan pada masa Dinasti Joseon adalah sebagai berikut :

44 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.22. Motif Panel pada masa Dinasti Joseon Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p. 88)

Gambar di atas merupakan salah satu panel pada masa Dinasti Joseon sekarang ini motif ini dapat ditemukan di perabot rumah tangga, untuk yang biasanya digunakan sebagai motif di sisi perabot rak buku, sedangkan pada masa handle pintu, & piring.

• Kunci / gembok

(a) (b) Gambar 2.23.(a) Gembok bentuk wajah setan, dan (b) Hambak Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.36)

Gembok dengan wujud wajah setan biasanya banyak ditemukan pada bangunan bersejarah atau tempat ibadah di Korea, sedangkan Hambak merupakan tipe kunci Korea yang berbentuk seperti semangka dan di bagian tengah dasar berbentuk seperti Deegut yaitu huruf alfabet ke-3 Korea dibuat pada masa Dinasti

45 Universitas Kristen Petra

Joseon dan mempunyai mekanisme yang mirip dengan kunci modern dan bentuk ini yang sering ditemukan pula pada bangunan umum modern Korea saat ini. Itulah beberapa perkembangan seni di Korea yang mempengaruhi desain Korea yang kemudian akan mengalami modernisasi dan perkembangan sehingga terciptalah desain Korea yang unik dan beraneka ragam saat ini.

2.7. Desain Interior Bangunan Korea 2.7.1 Ciri khas desain bangunan Korea Desain Korea adalah desain yang terbangun dengan terciptanya sebuah saat menyambut tamu, yaitu dengan membungkukkan badan dan tangan dilipat di depan badan sambil menundukkan kepala dengan proporsi yang sempurna, serta menawarkan secangkir teh hangat dengan dua tangan yang terlipat sebagai tanda hormat pada tamu. Arsitektur, interior, seni, dan artefak Korea tercermin dengan adanya suatu apresiasi dengan alam (keseimbangan / harmonisasi dengan alam) yang merupakan karakter utama dari desain bangunan Korea. Sebagai contohnya adalah selalu ada taman di rumah Korea yang menunjukkan kekhasannnya dengan disertai kolam yang dihiasi bunga teratai dan lili dilengkapi juga dengan stone water yang selalu ada di halaman rumah yang disebut Mulhwak.

Gambar 2.24. Mulhwak Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p. 85)

Mulhwak adalah pahatan dari batu yang berisi sepasang air disebut stone water dan diletakkan di halaman luar rumah pada masa Dinasti Joseon periode Hanok yang bercampur dengan budaya periode Tiga Kerajaan untuk menambah nilai modern, maka dibentuk huruf “L” di batu yang mengandung air & rumput/lumut. Pada zaman dulu, Mulhwak ini digunakan untuk memberi makan

46 Universitas Kristen Petra

sapi, namun pada masa sekarang lebih untuk ke arah estetika pada taman dan harmonisasi alam. Selain itu, yang menjadi poin utama dalam desain Korea adalah penempatan batu besar di depan rumah dan yang dipakai adalah batu tua. Batu tua pada masa Dinasti Joseon mempunyai arti respect (bentuk hormat) untuk orang tua, guru, atau penatua dan juga merupakan cerminan dari usia, alam, dan arti dari tempat tersebut. Untuk memahami dan mempelajari maksud dari pemakaian batu tua itu, perlu belajar melalui seorang Seonbi , yaitu tokoh filosofi Korea dari Dinasti Joseon (AD 1392–1910) yang menyatakan bahwa batu tua mewakili sebuah umur (bukan arti umur sesungguhnya), tetapi lebih kepada penghormatan terhadap perbedaan usia (terhadap orang tua, guru, maupun orang lain yang lebih tua). Batu ini dapat tahan dari badai (sengatan panas matahari saat musim panas maupun dinginnya musim dingin) dan juga bisa beradaptasi terhadap cuaca apapun tanpa pelitur. Bagi desain Korea ini merupakan hal yang sempurna karena merupakan refleksi dari suatu penghormatan terhadap alam dan memberi sensasi tersendiri terhadap suatu tempat.

Gambar 2.25. Suseok (batu tua) Sumber : (http://www.bonsainature.com/t52-conoce-el-suiseki)

Suseok atau spesifiknya Kyeongseok yang disebut Korean Viewing Stones yang digunakan untuk representasi elemen alam seperti gunung, pulau, air terjun, dan sungai. Pada zaman modern saat ini suseok juga mempunyai makna yang sama, namun didesain dalam bentuk yang berbeda, yaitu diborderi bambu hitam untuk menambah nilai esensi, serta penataannya dibuat semenarik mungkin.

47 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.26. Suseok pada rumah modern Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.136)

Desain Korea (baik dari segi arsitektur & seninya) saat ini banyak diadaptasi dari perkembangan Dinasti Joseon yang didukung oelh idealisme Neo– Confusianisme. Prinsipnya adalah desain yang berdedikasi pada hal yang simple (sederhana), modern, hormat, dan pengendalian diri. Dalam hal ini Seonbi juga mengatakan pentingnya menulis, melukis, meditasi, hidup sederhana yang memiliki nilai terdalam tentang pentingnya menghargai alam. Oleh karena itu, budaya Korea banyak menggunakan material alami dan elemen–elemen alam dalam desain bangunannya. Selain suseok, elemen alam yang tidak pernah terlepas dari desain Korea adalah mugunghwa, yaitu bunga mawar sharon yang merupakan pohon nasional Korea yang memiliki arti “Ketekunan & Tekad”.

(a) (b) Gambar 2.27.(a) dan (b) Mugunghwa Sumber : (http://www.ryetour.com/2_06.html)

48 Universitas Kristen Petra

2.7.2 Konsep ruang bangunan Korea Konsep ruang Korea berpengaruh pada arsitektur dan desain interiornya. Awal mulanya, orang Korea dan orang Barat memiliki persepsi yang berbeda. Ketika orang Barat pertama kali melihat lukisan pemandangan dan gambaran orang Korea, mereka menemukan bahwa itu datar, kurang memiliki makna, realisme, dan shading. Tetapi, orang Korea heran melihat hasil lukisan orang Barat yang sangat realistis (seperti cermin / 3D), ekspresif, dan imajinatif. Seperti halnya dalam konsep outdoor, taman dalam desain Korea mengutamakan pentingnya pemandangan (khususnya gunung). Rumput dan pohon merupakan komponen utama yang harus ada dalam desain tamannya (rumput yang akan menjadi coklat ketika musim dingin dan sedikit air, lebih natural). Selain itu, pohon yang besar akan menerima efek cuaca dan waktu pergantian musim lebih indah dibandingkan bonsai. Hubungan antara alam dan indoor (ruang dalam) suatu bangunan merupakan hal yang sangat penting di budaya Asia, khususnya Korea. Bahkan, dalam desain Korea terdapat ruang yamg terbuka lurus menuju outdoor tanpa pintu yang disebut Daecheong (semua pintu akan dipindah, digantung di bawah atap ketika musim panas). Daechong adalah ruang multifungsi yang memiliki banyak fungsi, ruang yang bebas mengalir menuju ruang pribadi di dua sisi. Hal ini semua didesain dengan maksud tujuan pentingnya harmonisasi dengan alam untuk ketenangan jiwa dan raga.

(a) (b) Gambar 2.28.(a) dan (b) Daechong Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.142)

49 Universitas Kristen Petra

2.7.3 Elemen Pembentuk Ruang • Atap Material yang digunakan pada atap rumah Korea adalah ubin dengan bentuk atap yang melengkung, bernama Giwa (pada zaman Dinasti Joseon, status sosial seseorang dipandang dari ukuran sebuah rumah yang dilihat dari ketinggian atap dan pondasi granitnya). Sedangkan, salah satu variasi atap tradisional (paling umum di bangunan tua) yang paling dekoratif dan mewah dari semua gaya atap dengan 4 sudutnya yang mengangkat tinggi dan berbentuk atap segitiga pelana, disebut Paljak. .

Gambar 2.29. Atap Giwa Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.14)

Gambar 2.30. Atap Paljak Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.190)

50 Universitas Kristen Petra

• Kolom Material utama dari bangunan tradisional Korea adalah kayu yang sudah berumur tua dan kayu pinus. Struktur dasar terdiri dari tiang kayu yang dihubungkan dari bagian bawah, sedangkan bagian atas berhubungan dengan atap. Jadi, proses dasarnya adalah suatu kombinasi dua pola yang dominan pada display atap yang disebut Tukong (gua di antara pilar dan atap) dan Pojak (bagian struktur yang mendukung atap). Kolom yang diasah dengan pisau unik penemuan Korea Graeng yang menyerupai “pinset bambu bentuk H yang besar”.

Gambar 2.31. Kolom bangunan Korea Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.207)

• Plafond Struktur plafond rumah tradisional Korea menampilkan struktur balok 5 dengan kolom asli yang indah yang berevolusi dan digunakan pada rumah periode Joseon (merupakan sistem yang rumit) yang disebut Oryang.

Gambar 2.32. Oryang Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.195)

51 Universitas Kristen Petra

• Lantai Material lantai yang pada umumnya digunakan pada rumah Korea, bahkan sampai saat ini bernama Ondol (mirip seperti kayu parquet) yang dibuat dari tanah liat yang memungkinkan untuk mengeluarkan atau membuang panas dari batu dapur atau cerobong perapian yang ada di dalam rumah (biasanya dipakai pada bangunan umum, Kerajaan, dan Candi Buddha) yang memiliki keunggulan yang disebut “radiant heating system”. Selain itu, terdapat juga material ubin yang biasanya digunakan untuk dekorasi lantai, dan material Maru (bahan pinus tua warna coklat tua) yang baik untuk punggung saat tidur dan tetap nyaman dan dingin ketika saat musim panas. Material Maru ini sering digunakan pada rumah modern.

Gambar 2.33. Lantai Ondol Sumber: (http://idn.mofat.go.kr/languages/as/idn/about/kehidu/perumahan/index.jsp)

Gambar 2.34. Lantai Maru Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.103)

52 Universitas Kristen Petra

• Dinding Pada dinding, material yang dominan digunakan adalah batu bata dan batu gamping yang memiliki makna menunjukkan status sosial kelas atas dan berfungsi untuk melindungi struktur kayu dari api (desain dengan patra geometris dengan batu bata merah sebagai aksen dekoratif).

(a) (b) Gambar 2.35.(a) Panel dinding, dan (b) Aplikasi dinding batu bata di bangunan Korea Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.141)

Karakteristik dari arsitektur Korea adalah adanya harmoni antara eksterior dan interior di satu sisi dan kontras pada bagian atap dan santai pada bagian lainnya. Pada awal periode Dinasti Joseon, arsitektur dipengaruhi oleh gaya Selatan Cina (outhern Sung), tetapi kemudian dipengaruhi oleh Dinasti Ching di Cina dan menjadi dominan. Namun, seiring perkembangan zaman, bangunan Korea sudah mengalami modernisasi (semen dan logam kuat yang digunakan untuk nilai tinggi kualitas suatu bangunan).

2.7.4 Elemen Pendukung Ruang • Pintu Bentuk umum pintu bangunan tradisional Korea adalah bentuk pintu geser berkisi-kisi dengan kertas kolosal. Material yang digunakan terbuat dari kayu yang dilapisi dengan kertas minyak untuk menciptakan sebuah partisi yang dapat memantulkan cahaya dan menciptakan sebuah sense of space.

53 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.36. Pintu Korea Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.53)

• Jendela Jendela pada bangunan tradisional Korea terinspirasi dari kecapi tradisional Korea dengan 12 senar. Material yang digunakan tebuat dari kayu dengan bentuk yang berkisi-kisi sama seperti pintu.

Gambar 2.37. Jendela Korea Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.165)

2.7.5 Makna Ragam Hias Restoran Dae Jang Geum, tidak hanya mengadaptasi bentuk arsitektur dan interior budaya Kerajaan Korea saja, namun juga mengadaptasi pernak-pernik / aksesoris dari Kerajaan pada masa Dinasti Joseon tersebut. Beberapa di antaranya adalah : • Pot Onggi Pot disebut barang tembikar yang “bernapas” karena mempunyai temperatur sempurna dan pengaturan kelembaban sehingga sangat cocok untuk

54 Universitas Kristen Petra

menyimpan bahan fermentasi yang ada dalam masakan Korea (biasanya bumbu- bumbu masakan Korea, contohnya : pasta kacang)

Gambar 2.38. Onggi Pot Sumber : (http://carillongroup.blogspot.com/2012/01/making-kimchi.html)

• Rice cake board Rice cake board adalah salah satu bentuk pernak-pernik Korea pada zaman dulu yang terbuat dari kayu pinus berusia 150 tahun. Pada zaman dulu, rice cake board digunakan sebagai alat untuk membuat kue beras (dengan cara menumbuk).

Gambar 2.39. Rice cake board Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.33)

• Dongjaseok Adalah sepasang patung yang terbuat dari batu yang berfungsi sebagai patung pelindung makam. Terdapat pada masa Dinasti Joseon (AD 1392-1910). Dongjaseok biasa diletakkan di depan pintu masuk sebagai penyambut tamu.

55 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.40. Dongjaseok Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.92)

• Mungwanseok Adalah patung yang serupa dengan Dongjaseok, terbuat dari batu yang berfungsi sebagai patung pelindung. Tetapi berbeda Dongjaseok, figur patung ini adalah pekerja sipil (pemerintahan) dan desain batu ini mengalami penyederhanaan selama masa periode Joseon.

Gambar 2.41. Mungwanseok Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.159)

• Cooking stove Adalah kompor memasak tradisonal Korea pada rumah zaman dulu. Cara memasak kompor ini dengan menggunakan kayu. Masakan yang dimasak biasanya adalah sup daging sapi dan nasi yang dapat dimakan oleh keluarga besar / banyak staff. Pada saat memasak dibutuhkan dasar kompor (tanah) yang sempurna untuk menghasilkan masakan yang nikmat.

56 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.42. Traditional Korean cooking stove Sumber : (http://www.shenventure.com/2011/05/24/traditional-korean-lifestyle/)

• Mulhwak Arsitektur, interior, seni, dan artefak Korea tercermin dengan adanya suatu apresiasi dengan alam ( keseimbangan / harmonisasi dengan alam ) yang merupakan karakter utama dari gaya desain Korea. Sebagai contohnya adalah selalu ada taman di rumah Korea yang menunjukkan kekhasannnya dengan disertai kolam yang dihiasi bunga teratai dan lili, dilengkapi juga dengan stone water yang selalu ada di halaman rumah yang disebut Mulhwak. Mulhwak terbuat dari batu dengan motif “L”.

Gambar 2.43. Mulhwak Sumber : Iwatate, Marcia (2006, p.85)

• Seokdeung Adalah sebuah lentera batu yang diletakkan di taman dan biasanya berdiri di bawah pohon pinus tua. Seokdeung merupakan asal-usul dari agama Buddha

57 Universitas Kristen Petra

yang bermakna pencerahan dan kelahiran kembali. Awal mula Seokdeung berasal dari Kerajaan Baekje (18 BC-AD 660).

Gambar 2.44. Seokdeung Sumber : (http://busan.for91days.com/tag/gyeongju/)

• Keramik Cheonghwa baekja Adalah keramik Joseon yang merupakan vas yang terbuat dari porselen putih dengan desain bunga warna biru.

Gambar 2.45. Keramik Cheonghwa baekja Sumber : (http://id.korean- culture.org/navigator.do?SiteCode=idn&langCode=idn&menuCode=2011051800 25)

2.7.6. Perabot khas Korea Selain desain ruangnya, Korea juga tidak terlepas dari kekhasan desain perabotnya yang unik dan menarik. Perabot Korea selalu didominasi oleh material kayu. Kayu dijadikan sebagai material utama, bukan sebagai pelengkap perabot.

58 Universitas Kristen Petra

Kecantikan alami dari material kayu sangat ditonjolkan dalam desain utama perabot Korea. Di Korea, terdapat hubungan yang erat antara perabot dan arsitektur, terutama di antara perabot pada zaman periode Joseon dan keseluruhan fisik ruang yang didesain. Arsitektur zaman Joseon memiliki ruang yang lebih kecil dan perabotnya menonjolkan visual yang rendah, jika dibandingkan dengan arsitektur Cina dan Barat yang cenderung memiliki ruang yang besar dengan plafond tinggi. Namun, walaupun begitu, perabot zaman Joseon juga memiliki keistimewaan. Keistimewaannya adalah simple (sederhana), lembut, dan pola garis mengalir yang sederhana, tetapi dengan dekorasi yang elegan dan mengutamakan sifat kecantikan alami dari struktur dasar material. Perabot Korea selalu konsisten dalam desain dan pola logam (untuk simbol) yang disesuaikan dengan ciri khas tradisi dan style dari tiap–tiap kota dan wilayah.

Karakteristik perabot masa Dinasti Joseon adalah : 1. Bentuknya kotak dengan permukaan yang didekorasi sederhana (minimalis dan simple). 2. Teknik konstruksi yang baik digunakan pada panel yang mengambang dan diletakkan pada banyak kabinet (panel ini untuk akomodasi kealamian kayu, menjaga kelembaban, dan untuk mencegah retak dan bengkok).

Berbagai macam tipe perabot, diantaranya : • Whagak mori-jang Peti simpan dengan 2 pintu di bagian utama yang berfungsi untuk menyimpan pakaian tidur dan aksesoris. Biasanya ditemukan di seperempat ruang privat dari rumah Korea. Fasad pada bagian depan dihiasi dengan lapisan yang tipis dari tanduk lembu jantan merah. Ornamen terbuat dari logam dengan bentuk kupu–kupu yang menjadi keseluruhan dekorasi.

59 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.46. Whagak mori-jang Sumber : Moss, Peter (2007, p.244)

• Mori-jang Dua pintu Terbuat dari material kayu cherry dengan panel mengambang dengan bingkai kayu kapur gelap dan kuningan kuning yang sesuai dengan gaya Kaesong, Korea Utara pada akhir abad-19.

Gambar 2.47. Mori-jang dua pintu Sumber : Moss, Peter (2007, p.246)

• Bandaji Sering disebut sebagai peti selimut khas kota Pyongyang. Terbuat dari kayu kapur, mencolok dihiasi dengan kuningan putih. Desain pada kuningan mempunyai arti sebagai simbol keberuntungan dan menggunakan motif kelelawar. Pada akhir abad-19.

60 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.48. Bandaji Sumber : Moss, Peter (2007, p.246)

• Mungap mori-jang Merupakan kombinasi dari peti simpan yang diletakkan di seperempat ruang privat di rumah Korea. Bingkainya tipis, bentuk T ( T-shaped) berbentuk kawat gigi dari kuningan dan engsel motif kelelawar yang saling dikombinasikan untuk menciptakan proporsi yang menarik.

Gambar 2.49. Mungap mori-jang Sumber : Moss, Peter (2007, p.248)

• Ich’ung-jang Kabinet / lemari pakaian 2 tingkat dengan interlocking panel dari kayu cherry yang dipoles. Dihiasi dengan engsel logam putih dan perlengkapan lapisan kunci. Selama musim dingin yang panjang di Korea, kabinet ini diletakkan pada posisi kaki berdiri yang berfungsi untuk melindungi dari resiko retak dan lantai yang panas karena pemanas ruangan. Provinsi Cholla, pada pertengahan abad-19.

61 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.50. Ich’ung-jang Sumber : Moss, Peter (2007, p. 252)

• Yichung-jang Lemari dapur tingkat dengan desain rusuk – rusuk untuk memungkinkan ventilasi. Di zaman modern, diadaptasi sebagai rak buku. Panel samping berengsel memungkinkan untuk pintu ayun (swing) bila diperpanjang. Provinsi Kyung Ki, pada awal abad-19.

Gambar 2.51. Yichung-jang Sumber : Moss, Peter (2007, p. 253)

• Sanch’ung-jang Lemari pakaian wanita tiga tingkat yang dihiasi dengan kuningan dalam motif kupu – kupu yang melambangkan kebahagiaan. Kupu – kupu adalah simbol dekoratif yang umum diterapkan pada bordir dan barang pecah belah. Provinsi Chen Ra Nam, pada akhir abad-19.

62 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.52. Sanch’ung-jang Sumber : Moss, Peter (2007, p. 255)

• Lemari ruang makan digunakan untuk menyimpan peralatan perak dan sendok-garpu. Terbuat dari kayu Elm denga ornamen kuningan kuning. Kota Seoul.

Gambar 2.53. Lemari peralatan makan Sumber : Moss, Peter (2007, p.258)

• Samchung-jang Peti simpan tiga tingkat yang terbuat dari kayu kesemek dengan ornamen logam. Pintu kembar berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakaian, sedangkan aksesoris disimpan dalam laci. Pulau Konghwa, pada awal abad-20.

63 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.54. Samchung-jang Sumber : Moss, Peter (2007, p. 262)

• Nong dan Jang Digunakan untuk menyimpan pakaian, kenangan – kenangan pernikahan, barang keperluan wanita, dan make-up.

Gambar 2.55. Nong Sumber : (http://www.antikasia.com/articles_detail.php?EventArg=6)

2.7.7. Rumah Hanok Hanok merupakan rumah tradisional Korea yang memiliki bentuk yang tidak berubah dari masa Tiga Kerajaan sampai akhir periode Dinasti Joseon(1392- 1910). Rumah tradisional Korea dibangun dari bahan-bahan alami seperti kayu, tanah, batu, jerami, genting, kertas. Tiang-tiang dan kerangka Hanok dibuat dari kayu. Tembok pengisi kerangka rumah dibangun dari bata yang dibuat dari campuran tanah dan rumput. Lantai dibuat dari tanah yang dikeraskan atau batu.

64 Universitas Kristen Petra

Hanok dibangun tidak menggunakan paku, namun kayu-kayunya disatukan menggunakan pasak-pasak kayu. Bangunan (ruangan) tempat tinggal pria dan wanita dipisahkan sesuai dengan pemikiran Konfusius. Hanok terdiri dari bangunan-bangunan (ruangan) yang terdiri dari : 1. Haengrangchae Adalah bangunan untuk tempat tinggal pelayan dan letaknya berada di dekat pintu masuk.

Gambar 2.56. Haengrangchae rumah Hanok Sumber : (http://koreanchinguindo.wordpress.com/2012/03/28/rumah-khas-korea)

2. Sarangchae Adalah bangunan untuk pria atau kepala keluarga, termasuk untuk kegiatan makan dan tidur. Letaknya berada di bagian depan.

Gambar 2.57. Sarangchae rumah Hanok Sumber : (http://www.asien-zuhause.ch/Korea_Allgemein/Sarangbang.htm)

3. Anchae Adalah bangunan utama sekaligus untuk ruang tidur wanita dan anak-anak kecil. Letaknya berada di bagian dalam yang jauh dari pintu masuk.

65 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.58. Anchae rumah Hanok Sumber : (http://www.asien-zuhause.ch/Korea_Allgemein/Sarangbang.htm)

4. Madang Adalah halaman yang terletak berada di tengah-tengah bangunan Hanok.

Gambar 2.59. Madang rumah Hanok Sumber : (http://www.asien-zuhause.ch/Korea_Allgemein/Sarangbang.htm)

5. Sadang Adalah ruangan untuk altar leluhur keluarga yang mendiami rumah Hanok ini.

Gambar 2.60. Sadang rumah Hanok Sumber : (http://www.asien-zuhause.ch/Korea_Allgemein/Sarangbang.htm)

6. Gwangchae Adalah bangunan gudang pada rumah Hanok.

66 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.61. Gwangchae rumah Hanok Sumber : (http://pelajarikorea.blogspot.com/2013/01/hanok-rumah-tradisional- korea.html)

7. Munganchae Pada rumah Hanok juga terdapat pintu gerbang yang seringkali disertai dengan cerobong asap.

Gambar 2.62. Munganchae rumah Hanok Sumber : (http://pelajarikorea.blogspot.com/2013/01/hanok-rumah-tradisional- korea.html)

Gambar-gambar dan penjelasan di atas adalah beberapa pembagian ruang pada rumah Hanok yang penting. Sedangkan, struktur layout tampak atas pembagian wilayah pada rumah Hanok dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

67 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.63. Tampak Atas Rumah Hanok Sumber : (http://korea.prkorea.com/wordpress/english/2012/03/09/251)

Keterangan : 1. Bondang (Main Building) 2. Sarangchae 3. Haengrangchae 4. Anchae

2.8. Budaya Jawa 2.8.1. Pengertian Budaya Jawa Budaya Jawa adalah budaya yang lahir di tanah Jawa dengan berfalsafat dari kehidupan orang-orang yang bermukim di Jawa dan dianggap memiliki nilai- nilai kemanusiaan dan ke-Tuhanan. Kebudayaan Jawa cenderung berorientasi kepada dunia rasa, sedangkan nilai-nilai budaya Jawa tertuang dalam pola-pola bentuk ragam hias, tradisi, adat istiadat, arsitektur bangunan, falsafah hidup, maupun tata krama yang telah ada sejak zaman nenek moyang sehingga menjadi sebuah tradisi dan mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa sehari-hari (Probo, 2003). Selain dari tradisinya, kebudayaan Jawa juga melekat pada arsitekturnya yang kental dengan budaya tradisional Jawa dan memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan arsitektur budaya lainnya dan salah satu arsitektur tradisional Jawa yang sering digunakan dan paling terkenal adalah gaya Joglo.

2.8.2. Rumah Joglo Rumah Joglo berciri tropis sebagai upaya penyesuaian terhadap kondisi lingkungan yang beriklim tropis. Rumah ini pada kenyataannya hanya dimiliki

68 Universitas Kristen Petra

oleh orang-orang yang “mampu” karena untuk membangun rumah joglo dibutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan lebih mahal karena sebagian besar material yang digunakan berasal dari bahan kayu jati yang membutuhkan perawatan ekstra. Oleh karena itu, rumah ini sering disebut sebagai rumah orang terpandang.

Gambar 2.64. Rumah Joglo Sumber: (http://ma.binabbas.org/rumah-joglo/www.abahti.binabbas.org)

Gambar 2.65. Tapak Rumah Joglo Sumber: Jogja Heritage Society (2007, p.42)

Karakteristik rumah Joglo yang paling terlihat adalah tapaknya yang disusun secara simetris, terdapat halaman yang luas dengan ruangan yang terbuka orientasi bangunan menghadap utara atau selatan. Selain itu pada bangunan joglo terkandung filosofi yang sesuai dengan kehidupan masyarakat Jawa.

69 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.66. Organisasi Ruang Rumah Kaum Bangsawan Sumber: Dakung (1938, p.56)

Gambar 2.67. Organisasi Ruang Rumah Rakyat Biasa Sumber: Dakung (1938, p.56)

Selain itu, susunan ruang pada rumah Joglo biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendapa, ruang tengah atau ruang yang dipakai untuk mengadakan tontonan wayang kulit disebut pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau omah jero sebagai ruang keluarga.

Adapun rumah Joglo memiliki jenis dan bentuk yang berbeda. Beberapa di antaranya adalah: a. Rumah Joglo Jompongan Bentuk rumah Joglo yang memakai dua buah pengeret dengan denah bujur sangkar. Bentuk rumah ini adalah bentuk dasar dari bentuk Joglo.

70 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.68. Rumah Joglo Jompongan Sumber: Ismunandar (2007, p. 105)

b. Rumah Joglo Kepuhan Limolasan Rumah Joglo Kepuhan Limolasan ini memakai sunduk bandang lebih panjang dan ander agak pendek sehingga empyak (atap) brunjung lebih panjang. Rumah Joglo pada gambar dibawah ini memakai uleng ganda.

Gambar 2.69. Rumah Joglo Kepuhan Limolasan. Sumber: Ismunandar (2007, p. 108) c. Rumah Joglo Sinom Apitan Rumah Joglo ini yang memakai tiga buah pengeret, tiga/lima buah tumpang, dan empat empyak (atap) emper. Rumah Joglo bentuk ini sering disebut Rumah Joglo Trajumas.

Gambar 2.70. Rumah Joglo Sinom Apitan Sumber: Ismunandar (2007, p. 109)

71 Universitas Kristen Petra

d. Rumah Joglo Semar Tinandu (Semar Diusung) Rumah Joglo ini memakai 2 buah pengeret dan 2 buah tiang (saka) guru diantara 2 buah pengeret. Rumah joglo semar tinandu ini kebanyakan digunakan sebagai regol atau gapura.

Gambar 2.71. Rumah Joglo Semar Tinandu Sumber: Ismunandar (2007, p. 112) e. Rumah Joglo Wantah Apitan Rumah joglo ini terlihat langsing dan memakai 5 buah tumpang, singup, geganja, dan tikar lumajang.

Gambar 2.72. Rumah Joglo Wantah Apitan Sumber: Ismunandar (2007, p. 114)

f. Rumah Joglo Hageng Rumah Joglo ini ukurannya lebih pendek, atapnya disebut atap pengerat, dan ditambah tratak keliling.

72 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.73. Rumah Joglo Hageng Sumber: Ismunandar (2007, p. 115)

2.9. Lima Elemen Penting dalam Bangunan Asia Selain hal – hal tersebut di atas, desain Korea juga tidak berbeda dengan desain negara Asia lainnya, yaitu tidak terlepas dari 5 elemen penting dalam Asia, yaitu : 1. Air objeknya : aquarium, air mancur, kaca, kolam warna : hitam dan biru bentuk : gelombang Air adalah simbol kemurnian. Berubah secara konstan : dapat menjadi keruh, tenang, diam menghanyutkan, bersemangat, energik dan menyenangkan. Pada zaman dulu, hidup dekat dengan air, bermakna ketenangan dan meditasi, sedangkan zaman sekarang, bermakna : menyiratkan status dan kemakmuran.

2. Api objeknya : lampu, lilin, perapian warna : merah bentuk : tajam, segitiga, zig – zag Api adalah elemen yang kuat dan ilusi. Api adalah jantung sebuah peradaban. Kekuatannya : mampu mengubah pasir menjadi kaca dan keramik, bijih besi menjadi logam, menghangatkan, memberi kesan ramah, dan mampu mengubah makanan (proses memasak). Namun, api juga memiliki kekuatan merusak dan tak terkendali (kebakaran).

73 Universitas Kristen Petra

3. Kayu objeknya : tanaman dalam ruang, bunga, objek kayu warna : hijau bentuk : segi panjang dan tinggi Kayu adalah elemen alami yang hidup. Keunikannya : biji – bijinya dan kedalaman warna akan berubah konstan. Kayu memberi suasana rileks di rumah, tanpanya seperti rumah tanpa jiwa.

4. Tanah objeknya : batu, kristal, batu besar, kerikil, pot tanah liat warna : kuning bentuk : rendah, lebar, atas datar Tokoh filosofi kuno percaya bahwa tanah adalah seorang wanita yang memiliki kekuatan dari matahari (pria). Di Timur, tanah (wanita) melambangkan “yin” dan kebalikannya “yang” melambangkan pria.

5. Logam objeknya : peralatan elektronik, stainless steel, objek logam warna : silver dan putih bentuk : bulat, kubah, bola Selain itu, konsep “yin” dan “yang” juga diperhatikan dalam desain Asia. Yin melambangkan dingin, gelap, tak bernyawa. Yang melambangkan panas, cerah, penuh kehidupan. Berdasarkan filosofi Timur kuno, jika menyerang kord yang sempurna di antara keduanya, maka akan beruntung (menciptakan keseimbangan antara cahaya dan bayangan).

2.10. Kesimpulan Berdasarkan ringkasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa budaya Korea merupakan budaya yang kaya akan sejarah dan makna yang terkandung di dalamnya. Sejarah dan makna-makna inilah yang selalu mendasari pada setiap konsep bangunan maupun dekorasi Korea. Hal inilah yang membuat bangunan dan interior Korea memiliki ciri khas dan nilai tersendiri yang berbeda dengan budaya-budaya lainnya, serta memberikan kesan dan rasa yang kuat pada setiap orang yang melihatnya.

74 Universitas Kristen Petra

Selain itu, ada beberapa sejarah budaya Korea yang diterapkan dalam desain yang harus dipertahankan dari masa ke masa, dimana ini menjadi keyakinan dan kekuatan tersendiri bagi desain Korea. Hal inilah yang dicerminkan ke dalam fungsi dan bentuk desainnya dimana di dalamnya mengandung makna-makna sejarah/budaya Korea yang memiliki arti penting yang akan memberikan efek dan nuansa tersendiri bagi desain yang diberikan. Oleh karena itu, para desainer interior harus mempelajari dahulu dengan baik sebelum mereka mendesain sebuah bangunan Korea agar tidak kehilangan jati diri dan kekuatan dari desain Korea itu. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dalam bangunan Korea yang selalu dipertahankan dan diterapkan dalam desainnya, khususnya bagi bangunan yang identik dengan bangunan tradisional Korea, diantaranya: 1. Bentuk bangunan dan interior bangunan Korea yang biasanya diterapkan pada bangunan tradisional Korea. 2. Sirkulasi dan organisasi ruang bangunan Korea. 3. Elemen pembentuk ruang bangunan Korea, khususnya elemen lantai, dinding, plafond, kolom beserta fungsi, bentuk, dan makna yang mengikutinya, beserta material yang digunakan. 4. Elemen pendukung ruang, khususnya pintu, jendela, beserta fungsi, bentuk, dan makna yang mengikutinya, beserta material yang digunakan. 5. Elemen pengisi ruang khususnya perabot dan ragam hias khas Korea, beserta material yang digunakan. 6. Ciri khas desain bangunan Korea beserta fungsi, bentuk, dan maknanya.

75 Universitas Kristen Petra