Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

A strategy to defend the independence of Republic of Indonesia year 1948-1949

PEMERINTAH DARURAT REPUBLIK INDONESIA (PDRI) : Suatu Strategi Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1948-1949

Rio Yenvan Permana SMA MUHAMMADIYAH 2 GENTENG [email protected]

(*) Corresponding Author

How to Cite: Rio (2020). Title of article. Santhet, 4(2), doi: 10.36526/js.v3i2. Abstract Received : 15 september 2019 One of the strategies of struggle to defend the independence of Revised : 5 Oketober 2020 Indonesia is by forming an emergency Government of the Republic Accepted : 25 Oktober 2020 of Indonesia (PDRI). PDRI is a strategy of struggle by means of a transfer of power made by the Government of Indonesia Sjafruddin Keywords: Prawiranegara to run the Government. The strategy transfer of Emergency Goverment; power with the creation of PDRI is a step that is right for the The Republic; Government of the Republic of Indonesia. This is because, with the Indonesia, the strategy; fall of and the capture of the leaders of the Republic of Struggle; Indonesia. The method used in this study is the historical method

consists of Heuristics, Criticism, Interpretation, and Historiography. The formation of the PDRI in 1948. Background of the formation of the PDRI in 1948. PDRI tactics in maintaining the independence of the Republic of Indonesia in 1948-1949. return of the mandate

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

PENDAHULUAN itu tidak dapat menjalankan fungsi pemerintahan, Perjuangan bangsa Indonesia yang disebabkan adanya agresi militer Belanda II yang mempunyai peranan sentral dalam berhasil menangkap Soekarno dan Hatta selaku pemerintahan yaitu masa perang kemerdekaan. pimpinan pemerintahan. Pada masa itu tercatat beberapa peristiwa Agresi militer yang dilakukan oleh penting yang menentukan pemerintahan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 Republik Indonesia. Berbagai penyerangan, terhadap Yogyakarta diawali dengan peperangan dan perjuangan diplomasi untuk menerjunkan pasukannya di pangkalan udara mempertahankan kemerdekaan terjadi karena Maguwo. Serangan itu dimaksudkan untuk Belanda ingin mengembalikan kekuasaan menghapus peta ketatanegaraan Republik pemerintah Hindia-Belanda. Salah satu strategi Indonesia (Heijboer, 1998:140-142). Hal ini perjuangan bangsa Indonesia untuk berarti Belanda telah melanggar persetujuan mempertahankan kemerdekaan adalah dengan Renville yang ditandatangani pada tanggal 19 membentuk Pemerintah Darurat Republik Januari 1948 antara pemerintah Republik Indonesia (lebih lanjut ditulis PDRI). PDRI Indonesia dengan Belanda (Agung, 1983: 67). merupakan suatu strategi perjuangan dengan Adams ( 2011:306 ) menjelaskan dalam cara pengalihan kekuasaan yang dilakukan oleh suasana pertempuran pada tanggal 19 pemerintah Indonesia kepada Sjafruddin Desember 1948 para petinggi RI masih sempat Prawiranegara untuk menjalankan pemerintahan. untuk mengadakan sidang kabinet. Sidang Hal ini karena pemerintah Indonesia pada masa kabinet diadakan secara tergesa-gesa dan

82

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

berhasil mengambil keputusan penting, yaitu dua Dalam kesepakatan Roem-Royen ternyata PDRI buah telegram yang berisikan penyerahan tidak dilibatkan, melainkan dilakukan oleh mandat kepada pemimpin di luar Jawa. Telegram dan Moh. Hatta dengan menunjuk Moh. pertama ditujukan kepada Sjafruddin Roem untuk mewakili Republik Indonesia dalam Prawiranegara di untuk membentuk perundingan dengan Belanda. Perundingan pemerintahan darurat dan yang ke dua kepada antara pemerintah Belanda dan Republik perwakilan Indonesia di India. Telegram yang Indonesia menyepakati untuk mengembalikan kedua mengintruksikan kepada perwakilan pemerintahan Republik Indonesia ke Indonesia di India agar melakukan hubungan Yogyakarta. Pada tanggal 13 Juli 1949 dalam dengan pemerintah darurat di . Dalam sidang kabinet yang diadakan di Yogyakarta, sidang itu juga menetapkan bahwa Presiden dan demi persatuan bangsa dan agar tidak terjadi wakil Presiden untuk tidak meninggalkan dualisme kepemimpinan Sjafruddin Yogyakarta agar hubungan diplomatik dapat Prawiranegara mengembalikan mandat kepada diadakan (Pour, 2009:68). presiden Republik Indonesia. Dengan adanya Telegram yang dikirim kepada Sjafruddin pengembalian mandat ini maka berakhirlah Prawiranegara sebenarnya tidak sampai di pemerintahan PDRI yang dipimpin oleh Bukittinggi karena Belanda telah menguasai jalur . komunikasi. Namun, strategi pengalihan PDRI merupakan strategi perjuangan pemerintahan memang sudah direncanakan yang sentral dalam memertahankan sebelumnya. Oleh karena itu, walaupun tidak kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini karena menerima mandat dari presiden, pada tanggal 22 merupakan perpanjangan dari pemerintah Desember 1948 Sjafruddin Prawiranegara Indonesia yang pada masa itu tidak dapat membentuk PDRI. Hal ini terjadi karena menjalankan pemerintahan sebagaimana Sjafruddin Prawiranegara sebelumnya memang mestinya. Walaupun demikian tidak berarti telah dipersiapkan oleh Moh. Hatta menjadi menampikkan perjuangan yang dilakukan oleh perdana mentri sementara apabila terjadi seluruh rakyat Indonesia. Pada masa revolusi serangan dari pasukan Belanda (Hatta, perjuangan mempertahankan kemerdekaan 2011:185). Setelah PDRI dibentuk dengan terjadi di daerah-daerah, baik melalui jalan bantuan pemancar radio milik Angkatan Udara diplomasi ataupun bergerilya, karena dalam Republik Indonesia (AURI) pembentukan PDRI setiap tahapan sejarah memiliki peran dan arti segera diumumkan ke seluruh tanah air dan ke penting tersendiri bagi masyarakat luar negeri. Upaya ini dilakukan untuk pendukungnya. Apabila dilihat dari strategi menunjukan eksistensi Republik Indonesia (Noor, perjuangan, pembentukan PDRI memang 1999:78). mempunyai fungsi dan peranan yang sangat Strategi pengalihan kekuasaan dengan besar dalam persatuan bangsa Indonesia dibentuknya PDRI merupakan langkah yang mempertahankan kemerdekaan. tepat bagi pemerintah Republik Indonesia. Hal ini Sebenarnya pada penelitian-penelitian karena, dengan jatuhnya Yogyakarta dan terdahulu Penjelasan tentang PDRI sudah tertangkapnya Pemimpin-pemimpin Republik banyak ditulis, tetapi hanya membahas mengenai Indonesia, Belanda akan mempersoalkan pembentukan dan jalannya Pemerintahannya kedudukan dan legalitas perwakilan Republik saja. Pembahasan PDRI sebagai suatu strategi Indonesia di forum Internasional PBB. Dengan dalam mempertahankan kemerdekaan dan dibentuknya PDRI hal tersebut ternyata tidak menunjukkan eksistensi Republik Indonesia baik terjadi, mengingat Belanda tidak di dunia internasional maupun kepada Belanda memperhitungkan reaksi internasional. Padahal terabaikan. Selain itu dalam penelitian-penelitian di berbagai forum sidang PBB, Konfrensi New terdahulu banyak membahas mengenai Delhi, appeal Liga Arab diadakan pembicaraan pembentukan PDRI yang dilakukan oleh mengecam tindakan agresi militer yang dilakukan Sjafruddin Prawiranegara, sehingga mengenai Belanda terhadap Republik Indonesia. Akhirnya realitas obyektif pembentukan PDRI terabaikan. muncul resolusi Dewan Keamanan PBB pada Berdasarkan ulasan di atas, peneliti tanggal 28 Januari 1949 dan atas bantuan UNCI berpendapat tema mengenai PDRI masih pada tanggal 7 Mei 1949 perundingan guna menyimpan banyak persoalan untuk diungkap, mengatasi persengketaan antara pemerintah seperti realitas obyektif pembentukan PDRI, Belanda dengan Pemerintah Republik Indonesia taktik PDRI dalam mempertahankan dapat dilakukan yang dikenal dengan Van kemerdekaan Republik Indonesia juga mengenai Royen-Roem Statements (Roem, 1977 : 43). pengembalian mandat yang dilakukan Sjafruddin

83

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

Prawiranegara kepada presiden Republik Belanda pada saat menjalankan politik Indonesia menjadi pembahasan yang menarik diplomasinya juga disertai dengan tindakan untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal inilah yang militer. Perundingan antara delegasi Republik membuat peneliti tertarik mengkaji lebih dalam Indonesia dan delegasi Belanda yang dibantu mengenai strategi bangsa Indonesia membentuk oleh Komisi Tiga Negara (KTN) yang PDRI untuk mempertahankan kemerdekaan. membicarakan pelaksanaan Persetujuan Renville keunikan permasalahan ini terlihat dalam menemui jalan buntu. Hal ini dikarenakan pembentukan PDRI terjadi di tengah serangan Perundingan–perundingan pasca Renville, agresi militer Belanda II. Oleh karena itu peneliti delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Moh tertarik untuk memilih judul “Pemerintah Darurat Roem memperjuangkan penghentian blokade, Republik Indonesia (PDRI) : Suatu Strategi pengadaan plebisit, dan pengakuan kedaulatan. Mempertahankan Kemerdekaan Republik Perjanjian renville ini ternyata tidak bisa Indonesia tahun 1948-1949”. menghentikan permusuhan antara pihak Republik Indonesia dengan pihak Belanda. METODE PENELITIAN Perbedaan terus berkecamuk, perbedaan pendapat ini berkisar pada masalah pelaksanaan Penulis dalam penelitian ini, perundingan Belanda memprotes kebijakan menggunakan pendekatan politik yang Republik Indonesia yang mengadakan perjanjian menekankan konsep kekuasaan. Dengan persahabatan dengan Mesir, India. pendekatan tersebut peneliti dapat melihat Perundingan Republik Indonesia dengan mengenai strategi pembentukan PDRI yang Belanda yang membahas pelaksanaan dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Republik perundingan Renville menemui jalan buntu. Hal Indonesia. Robson (dalam Surbakti, 1992:50). ini dapat dilihat dari perundingan-perundingan Menyatakan bahwa kekuasaan merupakan yang dilaksanakan tidak mendapat kemajuan. kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk Perselisihan dalam pelaksanaan Renville berfikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak mencapai puncaknya pada tanggal 19 Desember yang mempengaruhi, kekuasaan juga sebagai 1948. Tindakan militer Belanda pada tanggal 19 interaksi antara pihak yang mempengaruhi dan Desember 1948, menyerang dan menduduki ibu dipengaruhi atau yang satu mempengaruhi yang kota Republik Indonesia di Yogyakarta. Tujuan lain mematuhi. Teori yang dipakai dalam Belanda mengadakan agresi yaitu ingin penelitian ini adalah teori Konflik. Dalam menunjukkan kepada dunia internasional bahwa masyarakat selalu terdapat konflik antara Republik Indonesia telah hancur, dengan kepentingan dari mereka yang memiliki ditahannya Presiden, Wakil Presiden dan kekuasaan otoritatif yang berupa kepentingan beberapa pejabat tinggi lainnya oleh Belanda. untuk memelihara atau bahkan mengukuhkan Selain menyerang Yogyakarta Agresi status-quo dari pola hubungan-hubungan militer Belanda II juga menyerang Bukittinggi. Hal kekuasaan yang ada. Apabila kepentingan untuk ini dikarenakan Bukittinggi juga merupakan salah merubah status-quo disertai tindak kekerasan satu benteng pertahanan Republik Indonesia akan menyebabkan perubahan struktur yang yang kuat. Bukittinggi yang terus menerus tiba-tiba. mendapat serangan dari pasukan Belanda, maka pada tanggal 21 Desember 1948 Sjafruddin Prawiranegara, T.M. Hasan beserta pejabat PEMBAHASAN tinggi lainnya pergi ke Halaban yang terletak 15 a. Latar Belakang Terbentuknya PDRI km sebelah selatan Payakumbuh untuk menghindari penangkapan oleh Belanda. Pada tahun 1948 Halaban dipilih sebagai tempat pertahanan dan persembunyian dikarenakan halaban terletak di Usaha penyelesaian persengketaan kompleks perkebunan teh di kaki Gunung Sago antara Indonesia dengan Belanda telah yang menyulitkan pasukan Belanda mencapai diusahakan dalam serangkaian perundingan, tempat tersebut Setelah Sjafruddin dimulai dari perundingan di Linggarjati sampai Prawiranegara memperoleh berita mengenai perundingan di kapal Renville. Namun langkah keadaan Bukittinggi dari Residen Sumatera perundingan yang dijalankan kedua belah pihak Tengah S.M. Rasjid, maka pembicaraan ternyata belum juga dicapai perdamaian, bahkan dipusatkan kepada masalah pembentukan PDRI. terpaksa diperlukan campur tangan badan selain itu juga tersiar berita mengenai Yogyakarta internasional, yaitu Dewan Keamanan PBB. yang telah dikuasai oleh Belanda yang menahan

84

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

Presiden dan wakil Presiden, maka segera melancarkan aksi militer yang kedua. diadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut Menghadapi situasi yang demikian para disetujui bersama untuk membentuk PDRI. pemimpin pemerintahan Republik Indonesia Pembentukan PDRI merupakan suatu mengadakan pertemuan di istana presiden yang strategi dari para founding father Republik berada di Yogyakarta untuk membahas siasat Indonesia dalam usahanya mempertahankan apabila Belanda benar-benar melancarkan agresi kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam hal ini militernya. Dalam pertemuan itu dihadiri oleh berdasarkan fakta-fakta yang ada mengenai Presiden Sukarno, Wakil presiden/perdana rencana pembentukan PDRI yang dimulai dari Mentri Moh. Hatta, Panglim Besar angkatan pembicaraan dalam Dewan Siasat Militer Perang Jendral , Letnan Jendral Oerip maupun dari kesaksian Moh. Hatta. Sebelum soemoharjo beserta staf, Komodor Udara terjadi agresi militer Belanda II pada tanggal 19 Suryadarma, Kolonel Hidayat dan Kolonel Desember 1948. Moh. Hatta telah Simatupang yang dikenal dengan Dewan Siasat mempersiapkan Sjafruddin Prawiranegara Militer (Rosidi, 1986:106). sebagai perdana menteri sementara. Sjafruddin Dewan Siasat Militer adalah suatu Prawiranegara dipersiapkan menjadi Perdana instansi yang merumuskan garis-garis besar menteri sementara oleh Moh. Hatta bukan tanpa mengenai sikap, pendirian dan tindakan-tindakan alasan. Sjafriddin Prawiranegara dipilih karena Republik Indonesia, apabila Belanda menyerang secara latar belakang Agama mempunyai dasar Republik Indonesia. Salah satu sikap, pendirian yang kuat untuk menyatukan perjuangan rakyat dan tindakan-tindakan yang dilakukan Dewan Sumatera yang sebagian besar merupakan Siasat Militer antara lain : Tempat Pimpinan pemeluk agama islam untuk melawan Belanda negara Republik Indonesia untuk bidang luar apabila pemerintahan darurat dibentuk. negeri ditetapkan di India, Pusat pemerintahan Sjafriddin Prawiranegara merupakan keturunan darurat Republik Indonesia ditetapkan di kesultanan yang diperolehnya dari ibu, Sumatera dan di Jawa, pemerintahan pusat akan sedangkan sang ayah merupakan bangsawan ikut bergrilya. Dipihak militer telah menyiapkan dari Minangkabau yaitu Soetan Alamintan yang rencana membagi kesatuan-kesatuan militer ikut mengobarkan perang Padri (1821-1937) dalam tiga bentuk kesatuan yakni : (Rosidi, 1986:2). Selain itu Sjafruddin Kesatuan yang berada didaerah-daerah Prawiranegara merupakan seorang ahli Hukum seperti Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, yang bergelar Meester in de Rechten lulusan Kediri, , Sumatera barat, Tapanuli, RHS (Rechts Hoge School) yang merupakan Aceh, untuk mengadakan bumi-hangus apabila sekolah tinggi hukum yang berada di . Belanda menyerang Republik Indonesia serta Oleh karena itu Sjafruddin dipilih menjadi mengadakan perang gerilya. perdana menteri sementara karena memang Pasukan yang berasal dari daerah-daerah secara keahlian personal dapat menjalankan disusun dalam suatu unit untuk dijadikan suatu pemerintahan darurat, serta mengetahui tentang pasukan apabila Belanda benar-benar ketatanegaraan yang bersifat darurat juga menyerang Republik Indonesia. mengenai hukum-hukum berdirinya sebuah Laskar-laskar rakyat segera diorganisir pemerintahan darurat. untuk menghadapi apabila Belanda benar-benar menyerang serta laskar-laskar rakyat segera b. Realitas Objektif Terbentuknya PDRI dapat diinfiltrasikan kedaerah-daerah (Nasution, 1966:121). Hubungan Republik Indonesia dengan Pembicaraan dalam dewan siasat militer Belanda semakin memburuk pasca perundingan juga membahas mengenai pemindahan Renville. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak kedudukan pemerintahan ke Sumatera apabila saling silang pendapat mengenai pelaksanaan Belanda melancarkan agresi militernya. Pulau perundingan Renville, seperti penghentian Sumatera dijadikan tempat pemerintahan blokade yang dilakukan pasukan Belanda dikarenakan agresi militer Belanda diperkirakan terhadap daerah-daerah Republik Indonesia, akan menyerang dan menguasai pulau Jawa. masalah plebisit mengenai pemerintahan Oleh karena itu dipilihlah pulau Sumatera karena peralihan dan pembentukan Uni Indonesia wilayahnya yang luas serta sebagian besar Belanda, serta pengakan kedaulatan. Dengan wilayahnya masih merupakan hutan rimba yang macetnya pelaksanaan perundingan Renville daerahnya cocok apabila diadakan perang serta terdapat petunjuk bahwa Belanda akan gerilya. Selain itu daerah Sumatera yang terletak wilayah barat Republik Indonesia sehingga

85

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

memudahkan hubungan dengan luar negeri. ini peneliti tidak menyangkal bahwa PDRI Pemerintahan pada waktu itu membuat gagasan memang dibentuk oleh Sjafruddin Prawiranegara. untuk membagi perjuangan, Presiden Sukarno Akan tetapi mengenai inisiatif pembentukan PDRI disetai oleh wakil-wakil Republik Indonesia di tidak muncul begitu saja, hal ini bisa dilihat dari PBB dan India akan memimpin perjuangan penjelasan diatas bahwa mengenai pembentukan diplomasi ke luar negeri untuk Wakil Presiden PDRI sudah direncanakan jauh sebelum Belanda Moh Hatta akan memimpin perjuangan politik melakukan agresi militernya. Melalui Dewan dari suatu tempat di Sumatera sedangkan Siasat Militer, mengenai strategi pembentukan beberapa mentri dan pimpinan angkatan perang pemerintahan darurat sudah direncanakan dan akan tetap berada di pulau jawa (Rosidi, 1986, bahkan tempat yang akan dijadikan 107). pemerintahan darurat sudah dipersiapkan yaitu di Bulan November 1948 Moh Hatta Sumatera. menerima telegram dari Komisaris Pemerintah Penelitian-penelitian terdahulu banyak Pusat untuk Sumatera, Mr T.M Hasan untuk menyebutkan bahwa PDRI yang dibentuk di datang ke Bukittinggi guna melerai Halaban oleh Sjafruddin Prawiranegara persengketaan antara Mayor Bedjo dengan merupakan atas inisiatif Sjafruddin Mayor Malau di tapanuli. Persengketaan antara Prawiranegara sendiri. Sjafruddin Prawiranegara Mayor Bedjo dengan Mayor Malau dipicu adanya dalam bukunya juga mengungkapkan bahwa hasutan dari Belanda mengenai pembentukan mengenai pembentukan PDRI merupakan negara batak raya yang dilakukan oleh tokoh- Inisiatif dari Sjafruddin Prawiranegara tokoh dari Tapanuli dan Sumatera Timur. Dengan (Prawiranegara, 1981:41). Namun, hal ini adanya berita tersebut maka disepakati oleh bertolak belakang dengan penjelasan yang Mayor Bedjo dan Mayor Malau untuk menangkap dipaparkan oleh Sjafruddin Prawiranegara dalam para tokoh-tokoh yang dianggap terlibat. Namun buku (Panitia Peringatan Ulang Tahun Bung dalam penangkapan yang dipimpin oleh Kapten Hatta ke-70, 1972:326), Sjafruddin Payung Bangun terjadi pertempuran dengan Prawiranegara menjelaskan bahwa dengan pasukan Kapten Koima Hasibuan. Peristiwa membentuk PDRI berarti telah melaksanakan gugurnya Kapten Koima Hasibuan didengar oleh tugas sesuai dengan rencana. Apabila dilihat dari Mayor Bedjo yang segera bertindak untuk pejelasan di atas bahwa strategi pembentukan menemui Kapten Payung Bangun untuk meminta pemerintahan darurat direncanakan oleh Dewan tawanan yang telah ditawan. Setelah diperiksa Siasat Militer. Sjafruddin Prawiranegara ternyata banyak tawanan yang dinyatakan tidaka membentuk PDRI memang secara mental sudah bersalah kemudian dilepaskan. Hal inilah yang dipersiapkan. Hal ini juga selaras seperti yang memicu kemarahan mayor Malau yang berlanjut dikatakan Moh. Roem (Loebis, 1995:314) yang dengan adanya pertikaian senjata. menjelaskan bahwa soal pembentukan pimpinan Keberangkatan Moh Hatta ke Sumatera perjuangan di Sumatera, jika Yogyakarta jatuh selain melerai persengketaan akan sudah banyak dibicarakan di kalangan pemimpin- menempatkan A.E Kawilarang sebagai panglima pemimpin Republik Indonesia. Sumatera Utara serta mempersiapkan Sumatera Penjelasan mengenai Sjafruddin sebagai pusat pemerintahan apabila Belanda Prawiranegara yang membentuk PDRI juga melancarkan agresi militernya. Moh Hatta merupakan strategi pemimpin-pemimpin Republik berangkat ke Bukittinggi beserta Wangsa Indonesia, Sjafruddin Prawiranegara disiapkan Widjaya sebagai sekertaris wakil presiden dan oleh Moh. Hatta sebagai perdana mentri ajudan Batangharis, Kolonel Hidayat dan sementara apabila pemerintahan Republik pembantunya Letnan Akil, Sjafruddin Indonesia tidak dapat menjalankan tugasnya. Prawiranegara, Lukman Hakim, Rusli Rahim. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui Sjafruddin Prawiranegara disiapkan oleh Moh. bahwa mengenai pembentukan PDRI pada tahun Hatta menjadi perdana mentri sementara apabila 1948 juga mengenai Sajfruddin Prawiranegara terjadi agresi militer Belanda (Hatta, 2011:185). yang diangkat sebagai ketua PDRI merupakan Berdasarkan penjelasan diatas peneliti strategi dari pemimpin-pemimpin Republik dalam penelitian ini berusaha memaparkan Indonesia pada saat itu yang mampu membaca mengenai fakta pembentukan PDRI pada tahun situasi perjuangan. Penunjukan Sjafruddin 1948. Penelitian-penelitian terdahulu yang Prawiranegara sebagai ketua PDRI hal ini membahas PDRI memang sudah banyak, dikarenakan Sjafruddin Prawiranegara apalagi yang menyatakan bahwa PDRI dibentuk merupakan salah satu dari menteri kabinet M. oleh Sjafrudin Prawiranegara. Dalam penelitian Hatta dan memiliki jabatan paling tinggi pada

86

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

saat rapat pembentukan PDRI. Peranan darurat, serta mengetahui tentang dwitunggal pemimpin Republik Indonesia yaitu ketatanegaraan yang bersifat darurat juga Sukarno dan M. Hatta dalam merancang strategi mengenai hukum-hukum berdirinya sebuah pengalihan kekuasaan serta penunjukan pemerintahan darurat. Sjafruddin Prawiranegara menjadi sangat sentral bagi perjuangan Republik Indonesia dalam c. Taktik PDRI dalam Mempertahankan usahanya mempertahankan kemerdekaan. kemerdekaan Republik Indonesia Pemilihan Sumatera sebagai tempat Tahun 1948-1949. pemerintahan darurat serta penunjukan Sjafruddin Prawiranegara sebagai perdana Perjuangan mempertahankan mentri sementara merupakan strategi yang tepat. kemerdekaan atau sering disebut dengan Perang Penunjukan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Kemerdekaan, bangsa Indonesia memakai dua perdana Menteri sementara dikarenakan strategi dalam menghadapi usaha Belanda yang dianggap cocok untuk menyatukan perjuangan hendak menguasai Indonesia, yaitu lewat rakyat Sumatera yang mayoritas agama islam. perjuangan bersenjata dan diplomasi. Kedua Selain itu kedudukan Sjafruddin Prawiranegara cara perjuangan ini dalam sejarah perjuangan sebagai menteri kemakmuran juga berpengaruh mempertahankan kemerdekaan Republik untuk menata kemakmuran perekonomian rakyat Indonesia terbukti sangat efektif dan saling Sumatera. mengisi. Taktik perjuangan PDRI salah satunya Berdasarkan penjelasan diatas peneliti adalah dengan membentuk komisariat beranggapan bahwa pembentukan PDRI pemerintahan. Keberadaan PDRI diakuai oleh merupakan suatu strategi dari para founding petinggi militer yang berada di Jawa. Mentri- father Republik Indonesia dalam usahanya Mentri yang berada di Jawa dan tidak tertangkap mempertahankan kemerdekaan Republik Belanda juga mengakui keberadaan PDRI. Indonesia. Dalam hal ini berdasarkan fakta-fakta Dengan adanya para Mentri-Mentri yang selamat yang ada mengenai rencana pembentukan PDRI dari penangkapan Belanda maka segera yang dimulai dari pembicaraan dalam Dewan dibentuk Komisariat Pemerintah Pusat Djawa Siasat Militer maupun dari kesaksian Moh. Hatta. (KPPD) yang diketuai oleh J. Kasimo, dengan Oleh karena itu terciptalah realitas obyektif anggota-anggotanya terdiri dari Mr. Susanto mengenai pembentukan PDRI. Namun, Tirtoprojo, , Kiai Mansyur dan Panji Sjafruddin Prawiranegara merupakan seorang Suroso (Rasjid, 1984:21). Hal ini dilakukan agar tokoh yang mempunyai kegigihan dalam tidak terdapat dualisme dalam pemerintahan membentuk hingga menjalankan pemerintahan antara di Jawa dan Sumatra. PDRI. Sejak hubungan PDRI dan jawa dapat Sjafruddin Prawiranegara dipersiapkan dilakukan, informasi-informasi perkembangan di menjadi Perdana menteri sementara oleh Moh. Jawa terus-menerus dilaporkan kepada PDRI di Hatta bukan tanpa alasan. Sjafriddin Sumatera melalui pemancar radio dan telegram. Prawiranegara dipilih karena secara latar Sesudah PDRI dibentuk pada tanggal 22 belakang Agama mempunyai dasar yang kuat Desember 1948, langkah pertama yang untuk menyatukan perjuangan rakyat Sumatera dilakukan oleh PDRI melalui mentri keamanan yang sebagian besar merupakan pemeluk agama Mr. S.M. Rasjid yang juga sebagai Ketua Dewan islam untuk melawan Belanda apabila Pertahanan Daerah (DPD) Sumatera Barat pemerintahan darurat dibentuk. Sjafriddin membentuk Komando Militer di daerah Sumatera Prawiranegara merupakan keturunan kesultanan Barat. Dalam usahanya menggalang dukungan Banten yang diperolehnya dari ibu, sedangkan masyarakat internasioanal, perwakilan Republik sang ayah merupakan bangsawan dari Indonesia yang berada di New Delhi, India Minangkabau yaitu Soetan Alamintan yang ikut melalui Soedarsono banyak melontarkan berita- mengobarkan perang Padri (1821-1937) (Rosidi, berita mengenai kecaman terhadap agresi 1986:2). Selain itu Sjafruddin Prawiranegara Belanda terhadap Republik Indonesia. merupakan seorang ahli Hukum yang bergelar Perjuangan untuk memperoleh dukungan dari Meester in de Rechten lulusan RHS (Rechts dunia internasional tidak hanya dilakukan di luar Hoge School) yang merupakan sekolah tinggi negeri saja, namun juga diadakan di dalam hukum yang berada di Jakarta. Oleh karena itu negeri dengan mengadakan suatu gerakan Sjafruddin dipilih menjadi perdana menteri serangan umum 1 Maret 1949. sementara karena memang secara keahlian personal dapat menjalankan pemerintahan

87

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

d. Pengembalian Mandat daerah yang didudukinya; (3) pemulihan pemerintah Rpublik Indonesia di Yogyakarta Setelah campur tangan Dewan harus dilakukan tanpa syarat (zed, 1997:258). Dr. Keamanan PBB Belanda memilih berunding Leimena dan anggotanya amemberikan jaminan dengan Moh. Roem sebagai delegasi Republik bahwa syarat yang diajukan Sjafruddin Indonesia dan Belanda diwakili oleh Van Royen. Prawiranegara akan dijadikan pernyataan resmi Perundingan itu menghasilkan Perjanjian Roem- Republik Indonesia yang akan disampaikan Royen. ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949. dalam sidang BP-KNIP di Yogyakarta. Perundingan yang dilakukan oleh Republik Setelah perundingan Sjafruddin Indonesia dengan Belanda, menimbulkan reaksi Prawiranegara dengan delegasi Moh. Hatta dari para pemimpin PDRI yang berada di dua mencapai kesepakatan, pada tanggal 9 Juli 1949 tempat yaitu Bidar Alam dan Kototinggi. Hal ini Sjafruddin Prawiranegara dan Loekman Hakim kemudian dilanjutkan dengan akan diadakannya beserta rombongan delegasi Moh. Hatta terbang pertemuan antara ketua PDRI, Sjafruddin ke Jakarta. Pada tanggal 10 Juli 1949 Prawiranegara yang berada di Bidar Alam rombongan meneruskan perjalanan terbang ke dengan Mr. M. Rasjid di Kototinggi untuk Yogyakarta. Rombongan disambut oleh Moh. membicarakan sikap politik PDRI terhadap Hatta, Sultan Hamengku Buwana IX, M. Roem, rencana perundingan yang dilakukan Republik Mr. Tadjudin Noor, Ki Hadjar Dewantara, dan Indonesia dengan Belanda. Dalam pertemuan pembesar Republik Indonesia lainnya (Rosidi, tersebut memnag terdapat peselisihan. Namun, 1986:129). Setelah Sjafruddin Prawiranegara tiba Sjafruddin Prawiranegara menyatakan di Yogyakarta, Panglima Besar jendral Sudirman, kesediaannya untuk menyerahkan mandat dijemput oleh letnan Kolonel Soeharto. kembali kepada Sukarno dan Moh. Hatta demi Pada saat pemimpin yang hadir di mencegah perpecahan dan menjaga serta Yogyakarta dianggap lengkap, maka pada memelihara persatuan. tanggal 13 Juli 1949 diadakanlah sidang kabinet Setelah tiba di Bangka, Moh. Hatta dibawah pimpinan Moh. Hatta. Dalam sidang segera membentuk sebuah delegasi yang akan tersebut Sjafruddin Prawiranegara selaku ketua dikirim untuk menemui PDRI. Delegasi tersebut PDRI menyampaikan laporan kepada Presiden terdiri dari Dr. Leimena, Moh Natsir, Dr. Halim Sukarno tentang hal-hal yang sudah dilakukan dan Agus djamal sebagai sekertaris delegasi. PDRI selama keberadaanya. Sjafruddin Untuk menghadapi delegasi Moh. Hatta, maka Prawiranegara dalam sidang tersebut tidak lagi pada tanggal 1 Juli1949 diselenggarakan mengecam kebijakan yang diambil pemerintah penyambutan terhadap delegasi yang akan Republik Indonesia, hal ini dikarenakan datang. Pembicaraan dalam rapat membahas Sjafruddin Prawiranegara melakukan tugas mengenai langkah-langkah yang diambil sesuai dengan rencana dan tujuan yang tulus pemimpin Republik Indonesia namun akhirnya ikhlas (Panitia Peringatan Ulang Tahun Bung tercapai kesepakatan untuk menerima delegasi Hatta ke-70, 1972:326). Moh. Hatta juga Moh. Hatta (Rosidi, 1986:128). Pada tanggal 6 menyampaikan pidatonya untuk menjelasakan Juli 1949 berlangsung pertemuan antara PDRI kembali kebijakan politik yang ditempuh Republik dengan delegasi Moh. Hatta di Koto Kociak, Indonesia selama ini serta hasil-hasil yang telah Talago, Payakumbuh. Dalam pertemuan tersebut dicapai. Di akhir sidang kabinet, Sjafruddin delegasi Moh. Hatta mempunyai tujuan untuk Prawiranegara menyerahkan mandat kepada meyakinkan Mr. Sjarifuddin Prawiranegara Presiden Sukarno. Dengan demikian berakhirlah bahwa inisiatif yang diambil Pemimpin Republik pemerintahan PDRI dalam usahanya Indonesia merupakan hasil maksimal yang dapat melanjutkan eksistensi Republik Indonesia. Pada dilakukan peerintah pada waktu itu. Diharapkan tanggal 25 Juli BP-KNIP menyelenggarakan Sjafruddin Prawiranegara dapat menerima sidang yang dipimpin oleh Mr. Assaat, dalam keputusan itu serta dengan demikian bersedia sidang tersebut menyetujui pernyataan Roem- kembali ke Yogyakarta (Wild dan Carey Eds, Royen, tetapi dengan persyaratan yang telah 1986:202). diajukan Sjafruddin Prawiranegara sebelum Perundingan dengan delegasi Moh. Hatta, kembali ke Yogyakarta (Sastroamidjojo, akhirnya ketua Sjafruddin Prawiranegara 1974:283). bersedia kembali ke Yogyakarta dengan memberikan tiga syarat: (1) TNI tetap berada di PENUTUP daerah Republik Indonesia yang diduduki Pemerintah Darurat Republik Indonesia semula; (2) tentara Belanda harus ditarik dari (PDRI) yang berdiri pada 22 Desember 1948 di

88

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

Sumatera Barat merupakan salah satu mata membangun dukungan masyarakat internasional rantai sejarah bangsa Indonesia dalam adalah dengan menyuarakan tindakan agresi memperjuangkan tegaknya proklamasi 17 militer Belanda terhadap Republik Indonesia Agustus 1945. PDRI yang lahir menyusul serta perjuangan yang dilakukan rakyat ditangkapnya Sukarno dan Moh. Hatta serta Indonesia dan TNI ke sidang-sidang PBB serta para pemimpin Republik Indonesia di konferensi New Delhi guna mengecam tindakan Yogyakarta, tepat pada saat militer Belanda Belanda. Usaha membangun dukungan masyarat melancarkan agresi kedua pada 19 Desember internasional tidak hanya dikukan oleh para 1948, menandai salah satu fase terpenting dalam perwakilan-perwakilan Republik Indonesia. Akan sejarah perjuangan Republik Indonesia tetapi juga dilakukan oleh TNI dengan melakukan menghadapi Belanda yang berkeinginan kuat serangan-serangan terhadap Belanda. Salah menjajah kembali Indonesia. Sebagai sebuah satunya adalah serangan umum 1 Maret 1949, pemerintahan darurat (emergency government), meskipun serangan tersebut hanya mampu PDRI dipimpin oleh Menteri Kemakmuran Mr. merebut dan menguasai Yogyakarta selama 6 Syafrudin Prawiranegara, yang membentuk jam, tetapi serangan tersebut cukup menunjukan pemerintahan darurat setelah Presiden Soekarno kepada dunia internasional dan Security Council memberikan mandat kepadanya lewat surat bahwa perjuangan Republik Indonesia masih telegram tetapi tidak pernah sampai ke ada. tangannya. Bersama sejumlah tokoh Republik Banyaknya desakan terhadap Belanda Indonesia di Sumatera Barat, seperti Tengku atas agresinya terhadap Republik Indonesia Mohammad Hassan, Soetan Mohammad Rasjid, melalui sidang-sidang Dewan Keamanan PBB. dan lain-lain, PDRI mampu bertahan bahkan Maka Dewan Keamanan PBB mengeluarkan mampu memperkuat kedudukannya di mata Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 dunia internasional. Januari 1949 untuk meyelesaikan persengketaan Tindakan agresi militer Belanda pada antara Belanda dengan Republik Indonesia. tanggal 19 Desember 1948 yang menguasai Dengan banyaknya desakan negara-negara yang Yogyakarta dan Bukittinggi serta menahan para mendukuung Resolusi Dewan Keamanan PBB, pemimpin Republik Indonesia. Hal inilah yang maka Belanda bersedia melakukan perundingan melatarbelakangi terbentuknya PDRI di Halaban dengan Republik Indonesia. Dengan bantuan pada tanggal 22 Desember 1948. Pembentukan UNCI perundingan antara Belanda dan Republik PDRI yang dibentuk oleh Sjafruddin Indonesia dapat dilaksanakan. Belanda yang Prawiranegara merupakan sebuah strategi dari diwakili oleh Van Royen dan Republik Indonesia para pemimpin-pemimpin Republik Indonesia diwakili oleh Moh. Roem, maka dilaksanakanlah untuk mengalihkan kekuasaan disuatu tempat di perjanjian antara Belanda dengan Republik Sumatra. Oleh karena itu melalui Dewan Siasat Indonesia pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal militer, pembentukan PDRI telah direncanakan denga Royen-Roem Statement. Pernyataan oleh para pemimpin Republik Indonesia apabila Roem-Royen yang menyetujui dikembalikannya Belanda melakukan serangan terhadap Republik pemerintah Repblik Indonesia ke Yogyakarta. Indonesia. Maka PDRI pada tanggal 13 Juli 1949 PDRI beserta susunannya yang telah mengembalikan mandat kepada presiden Repulik dibentuk pada tanggal 22 Desember 1948 di Indonesia. Halaban segera melakukan taktik dalam DAFTAR PUSTAKA menghadapi pasukan Belanda yang mulai menguasai Bukittinggi. taktik PDRI tersebut Adams, C. 2011. Bung Karno Penyambung dibagi menjadi dua cara yang Pertama adalah Lidah Rakyat. Jakarta : Yayasan Bung taktik perang. Taktik perang yang dilakukan PDRI Karno. untuk menghadapi Belanda yaitu dengan membentuk komisariat pemerintahan di Agung, I. A. A.G. 1983. Renville. Jakarta : Sumatera maupun di Jawa. Untuk Pustaka Sinar Harapan.. mempermudah pengorganisasian di bidang Agung, I. A. A.G. 1995. Persetujuan militer dibentuklah komanda militer dengan Linggajati, Prolog dan Epilog. menunjuk para perangkat desa, kecamatandan Yogyakarta : Pustaka Nusatama. kabupaten untuk menjalankan pemerintahan Asnan, G. 2006. Pemerintah Sumatera Barat militer dibawah gubernur militer. Kedua adalah dari VOC Hingga Revormasi. usaha diplomasi, diplomasi yang dilakukan Yogyakarta : Citra Pustaka. perwakilan PDRI di luar negeri untuk

89

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

Cipta Adi Pustaka. 1990. Ensiklopedi Nasution, A. H. 1979. Sekitar Perang Nasional Indonesia. Jakarta : PT Cipta Kemerdekaan Indonesia, Jilid 9 :Agresi Adi Pustaka. Militer Belanda II. :Angkasa. Edisaputra. 1987. Sumatera Dalam Perang Nasution, A. H. 1979. Sekitar Perang Kemerdekaan, Perlawanan Rakyat Kemerdekaan Indonesia, Jilid 10 : Semesta Menentang Jepang, Inggris Perang Gerilya Semesta II. Bandung dan Belanda. Jakarta : Yayasan Bina :Angkasa. Satria 45. Nasution, A. H. 1984. Pokok-Pokok Gerilya Gottschalk, L. 1969. Mengerti Sejarah. dan Pertahanan Republik Indonesia di Terjemahan oleh Nugroho Masa yang Lalu dan Akan Datang. Notosusanto.1986. Jakarta : UI Press. Bandung :Angkasa. Hatta, M. 2011. Untuk Negeriku : Sebuah Noor, U.S. 1999. Peran Stasiun Radio PHB Otobiografi. Jakarta : PT Kompas AURI Selama Perang Kemerdekaan RI Media Nusantara. II 1948-1949. Jakarta : Pustaka Sinar Heijboer, P. 1998. Agresi Militer Belanda, Harapan. Memperebutkan Pending Zamrud Notosusanto, N dan Poesponegoro, M. D. Sepanjangn Khatulistiwa 1945-1949. 2009. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta : PT Grasindo. Jakarta : PN Balai Pustaka. Husein, A., Dkk. 1992. Sejarah Perjuangan Notosusanto, N. 1971. Norma-Norma Kemerdekaan R.I. di Penelitian dan Penulisan Sejarah. Minangkabau/Riau 1945-1950. Departemen Pertahanan Keamanan : Minagkabau : Badan Pemurnian Sejara Pusat Sejarah ABRI. Indonesia (BPSIM). Panitia Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta Isa, T.M. 1996. Teuku Mohammad Ali Ke-70. 1972. Bung Hatta Mengabdi Panglima Polim : Sumbangsih Aceh pada Tjita-Tjita Perdjoangan Bangsa. Bagi Republik. Jakarta : Pustaka Sinar Jakarta : Panitia Peringatan Ulang Harapan. Tahun Bung Hatta Ke-70. Kahin, G. M. T. 1952. Refleksi Pergumulan Pour, J. 2009. Doorstoot Naar Djokja : Lahirnya Republik : Nasionalisme dan Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer. Revolusi di Indonesia. Tejemahan oleh Jakarta : PT Kompas Media Nusantara. Nin Bakdi Soemanto. 1995. Solo : UNS Purwoko, Dwi. 1995. Dr. Mr. T. H. Press. Moehammad Hasan : Salah Seorang Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Pendiri Republik Indonesia dan Yogyakarta : Bentang. Pemimpin bangsa. Jakarta : Pustaka Lembaga Analisi Informasi. 2005. Sinar Harapan. Kontroversi Serangan Umum 1 Maret Prawiranegara, S. 1981. Sejarah Sebagai 1949. Yogyakarta : Media Presindo. Pedoman Untuk Membangun Masa Loebis, A. B. 1995. Kilas Balik Revolusi : Depan. Jakarta : Yayasan Idayu. Kenangan, Pelaku dan Saksi. Jakarta : Rasjid, S. M. 1984. Di Sekitar PDRI : UI Press. Pemerintah Darurat Republik Moehadi, 1981. Riwayat Singkat Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang. Pembentukan Pemerintah Darurat Roem, M. 1977. Bunga Rampai Dari Sejarah Repubik Indonesia. Semarang : CV II. Jakarta : Bulan Bintang. Aneka. Roem, M. 1977. Suka Duka Berunding Nasikun. 1984. Sistem Sosial Indonesia. Dengan Belanda. Jakarta : Idayu Jakarta : CV Rajawali. Press. Nasution, A. H. 1966. Sedjarah Perdjuangan Rosidi, A. 1986. Sjafrudin Prawiranegara Nasional Dibidang Bersedjata. Jakarta : lebih Takut Kepada Allah SWT. Jakarta Mega Bookstore. : Yayasan Idayu.

90

Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora Vol. 4, No.2 Oktober 2020 Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI: 10.36526/js.v3i2.

Research Article e-ISSN: 2541-6130p-ISSN: 2541-2523

Salim, I. 1995. Terobosan PDRI dan Pendobrak Terakhir Penjajah di Peranan TNI. Jakarta : Pustaka Sinar Indonesia : Kisah Seorang Pangawal. Harapan. Jakarta: PT. Surya Pesindo. Sardjono, V dan Marsadji, G.L. 1982. Tobing, K. M. L. 1987. Perjuangan Politik Pemerintah Darurat Republik Indonesia Bangsa Indonesia Renville Jakarta : : Penyelamat Negara dan Bangsa CV. Haji Masagung. Indonesia. Jakarta : Tintamas. Tobing, K. M. L. 1987. Perjuangan Politik Sastroamidjojo, A. 1974. Tonggak-tonggak di Bangsa Indonesia K.M.B. Jakarta : CV. Perjalananku. Jakarta : PT. Kinta. Haji Masagung. Seskoad. 1989. Serangan Umum 1 Maret Universitas Jember. 2011. Pedoman 1949 di Yogyakarta Latar Belakang dan Penulisan Karya Ilmiah. Jember : Pengaruhnya. Jakarta : PT. Citra Jember University Press. Lamtoro Gung Persada. Van de Velde, J. J. 1987. Surat-Surat dari Simatupang, T. B. 1961. Laporan Dari Sumatera 1928-1949. Terjemahan oleh Banaran : Kisah Pengalaman Seorang Redaksi Pustaka Azet. Jakarta : Prajurit Selama Perang Kemerdekaan. Pustaka Azet Jakarta : Sinar Harapan. Wild, C. dan Carey, P. (Eds). 1986. Gelora Sjamsudin, H. 2007. Metodologi penelitian Api Revolusi : Sebuah Antologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia. Soetanto, H. 2006. Yogyakarta 19 Desember Zed, M. 1997. Somewhere in The Jungle : 1948, Jendral Spoor (Operatie Kraai) Pemerintah Darurat Republik versus Jendarl Sudirman (Perintah Indonesia, Sebuah Mata Rantai siasat No. 1). Jakarta : PT. Gramedia Sejarah Yang Terlupakan. Jakarta : Pustaka Utama. Grafiti Surbakti, R. 1992. Memahami Ilmu Politik. Zed, M., Utama, E., dan Chaniago, H. 1998. Jakarta : Grasindo. Sumatra Barat di Panggung Sejarah Surjomihardjo, A dan Chaniago, J.R (Eds). 1945-1995. Jakarta : Pustaka Sinar 1990. PDRI (Pemerintah Darurat Harapan. Repubik Indonesia) Dikaji Ulang. Jakarta : MSI Tjokropranolo. 1992. Panglima Besar TNI Jendral Soedirman Pemimpin

91