1

LANGGAM CERITA RAKYAT BANYUMAS DALAM HARMONI NILAI KEARIFAN LOKAL

M. Riyanton, S.S., M.Pd.

Universitas Jenderal Soedirman, Jalan Dr. Soeparno, Karangwangkal Utara Banyumas Jateng Email: [email protected]

Abstrack

This article aims to describe the function of folklore for the people of Banyumas . This article is qualitative descriptive. In this article the information is thoroughly described and analyzed. Data Papers are collected through several sources ie, informants, places of physical objects, and documents. Data collection techniques used includes direct observation, recording, interviews and document analysis. The sampling technique used is purposive sampling. Data validation technique used is triangulation of data / source and triangulation method. Data validation technique used is review informant. Analytical technique used is interactive model analysis (interactive model of analysis). The folklore of Banyumas collected and analyzed in this paper is three, namely (1) folklore "Babad Ajibarang: Djaka Mruyung", (2) folklore "Babad Sokaraja: Raden Kuncung", and (3) folklore "Batu Raden ". The study of folklore which contains has functions, among others: (1) as projective system, (2) as a means of ratification of institutions and cultural institutions, (3) as educational tools Pedagogical device (4) as a means of inspection and supervision so that the norms of society will always be adhered to its collective members. These four functions are found in this study.

Keywords: Folklore, Functions, and Values. PENDAHULUAN mempunyai konsep yang hidup dalam merupakan salah satu alam pikirannya mengenai hal yang negara di dunia yang mempunyai harus mereka anggap bernilai dalam kekayaan nasional berupa hidup. Konsep pemikiran seperti itu pada keanekaragaman budaya. Sebagai akhirnya menimbulkan suatu sistem nilai kekayaan nasional, kebudayaan haruslah budaya yang berfungsi sebagai pedoman lebih dikembangkan dan dilestarikan. tertinggi bagi kelakuan manusia. Masyarakat melihat kebudayaan sebagai Mewariskan nilai lama dalam manifestasi kehidupan manusia yang masyarakat memerlukan sebuah berbudi luhur dan bersifat ruhani, seperti perantara untuk menyampaikannya, baik agama, kesenian, filsafat, ilmu secara lisan maupun tulisan yang akan pengetahuan, dan tata negara, Anggapan mengisi kebudayaan pada sepanjang seperti itu mulai berubah seiring dengan zaman. Memengaruhi pola pikir perubahan zaman. Dewasa ini, kebudayaan masyarakat dan menjadi gambaran wujud sering diartikan sebagai manifestasi masyarakat yang akan datang, memberi kehidupan setiap orang dan setiap arah gerak pembangunan yang ada kelompok orang. Jadi, manusia tidak begitu menjadi tolok ukur aktivitas kehidupan saja di tengah-tengah alam, melainkan sehari-hari. Sebagai bukti nyata yaitu selalu mengubah alam itu. Dengan begitu, sastra lisan atau cerita rakyat. kebudayaan itu dapat dilihat dari model Cerita rakyat Banyumas berusaha, seperti menggarap ladang, menggambarkan kehidupan dari berdagang, ataupun melakukan sebuah manifestasi kebudayaan. Sastra penelitian. mengandung nilai-nilai religius dan Wujud budaya tidak bisa lepas dari humaniora yang universal. Keasliannya sistem nilai yang dikuasai manusia. menggambarkan kehidupan manusia Manusia sebagai pelaku budaya berbudaya. Nilai-nilai yang terkandung di

2

dalamnya banyak memberikan METODE PENELITIAN ketauladanan bagi masyarakat. Sastra Metode yang digunakan dalam sebagai seni kreatif merupakan ungkapan penelitian ini adalah metode penelitian dari hasil kesadaran atas realitas yang deskriptif kualitatif. (Moleong, 2002: 6) membentuk karikatur dari kenyataan dan dan objek penelitian adalah unsur-unsur pengalaman hidup yang akan diturunkan yang bersama-sama dengan sasaran pada generasi berikutnya secara terus- penelitian membentuk kata dan konteks menerus. Salah satu sumber kebudayaan data (Sudaryanto, 1993: 30). Objek dalam nasional adalah cerita rakyat. Cerita rakyat penelitian ini adalah (1) cerita rakyat di Indonesia merupakan bagian dari “Babad Ajibarang: Djaka Mruyung”, (2) kebudayaan bangsa Indonesia. Cerita cerita rakyat “Babad Sokaraja: Raden rakyat di Indonesia mempunyai Kuncung”, d a n (3) cerita rakyat “Batu peranan besar dalam kehidupan sosial Raden”. Sumber data primer dalam budaya Indonesia, yakni pengungkap alam penelitian ini adalah cerita rakyat di pikiran dan sikap sebagai harmoni nilai Kabupaten Banyumas yang diperoleh kebudayaan masyarakat serta sebagai secara lisan yang diceritakan oleh penunjang kearifan lokal bahasa dan sastra informan yaitu penduduk asli dan tokoh Indonesia dan daerah. masyarakat. Teknik Pengumpulan Data Cerita rakyat yang dimiliki oleh dalam penelitian ini antara lain, observasi, masyarakat di Kabupaten Banyumas wawancara, dan dokumentasi. Observasi mempunyai peran sebagai kekayaan dalam penelitian ini dilakukan dengan budaya khususnya kekayaan sastra lisan. mengamati tempat atau lokasi Cerita Cerita rakyat merupakan bagian dari cerita Rakyat dan wawancara dilakukan kepada rakyat yang masih tetap hidup dan masyarakat pemiliknya, kepala desa, dan dipertahankan oleh masyarakat orang-orang yang memiliki keterkaitan Banyumas di Kabupaten Banyumas. dalam pemerolehan informasi yang Masyarakat begitu yakin dengan isi cerita berhubungan dengan penelitian cerita rakyat yang ada di Kabupaten rakyat di Banyumas, serta dokumentasi dan Banyumas. Karena itu diperlukan dokumen penelitan ini adalah rekaman penelitian yang lebih mendalam untuk terhadap pencerita atau teks tertulis yang dapat membuktikan kepercayaan ada. Dalam penelitian ini proses analisis masyarakat terhadap cerita rakyat dan akan dilakukan dengan menggunakan dilandasi begitu banyak cerita rakyat model analisis interaktif menurut Miles dan yang ada di Kabupaten Banyumas. Cerita Huberman (dalam Sutopo, 2002: 186) rakyat tersebut tentu memiliki bentuk, isi, struktur, dan nilai pendidikan yang HASIL DAN PEMBAHASAN bervariasi. Melalui pendeskripsian unsur- Cerita rakyat Kabupaten Banyumas unsur yang ada dalam cerita rakyat merupakan cerita-cerita yang berlatar dapat digali dan ditemukan nilai-nilai belakang adat/kebiasaan yang merupakan yang relevan dengan kehidupan pengalaman hidup masyarakat pemiliknya. masyarakat, misalnya nilai sosial budaya, Cerita-cerita rakyat yang ada diserap dan nilai sejarah, nilai pendidikan, dan nilai- dimanfaatkan sebagai pembentuk watak nilai yang lainnya. Nilai-nilai pendidikan masyarakatnya. Pada masa dahulu cerita yang terdapat dalam cerita rakyat, rakyat digunakan oleh para orang tua tanggapan masyarakat terhadap cerita untuk pembentuk watak anak cucu dan rakyat di Kabupaten Banyumas dapat keturunannya lewat tutur lisan yang membentuk harmoni kearifan lokal yang digunakan di saat senggang atau pengisi terbalut dalam cerita rakyat. waktu menjelang tidur dengan cara mendongeng. Pada saat mendongeng para

3

orang tua menggunakan isi cerita untuk 1. Harmoni Nilai Moral mendidik agar anak cucu dan keturunannya Sastra daerah yang berbentuk lisan menjadi manusia yang hidup sesuai dengan maupun tulisan merupakan cagar norma-norma yang berlaku dalam budaya dan ilmu pengetahuan. Salah masyarakat seperti tokoh dalam cerita satu sastra daerah yang perlu dengan segala perilaku dan perannya. dilestarikan adalah cerita rakyat. Setiap Isi cerita rakyat yang disampaikan wilayah tentunya mempunyai cerita kepada anak cucu dan keturunannya rakyat yang dituturkan secara lisan. diserap dan disampaikan untuk dapat Cerita rakyat yang pada mulanya memberikan petunjuk perilaku yang benar dilisankan selain berfungsi untuk agar dapat diikuti, dan perilaku yang menghibur juga dapat memberikan kurang benar agar dihindari atau dengan pendidikan moral. Cerita rakyat Djaka kata lain orang tua menekankan pada Mruyung memiliki nilai moral jiwa perilaku mana yang boleh dan perilaku ksatria, tanggung jawab, dan pantang mana yang tidak boleh. Cerita rakyat dapat menyerah, menghormati orang tua dan pula digunakan sebagai alat penghibur tidak boleh serakah. dengan dibuat pementasan-pementasan Moral dalam cerita merupakan sederhana yang ditonton masyarakat sarana yang berhubungan dengan setempat untuk menumbuhkan rasa ajaran moral tertentu yang bersifat patriotik, cinta bangsa dan tanah air praktis, yang dapat diambil dan sekaligus pengobat rindu bagi kerabat yang ditafsirkan melalui cerita yang ditinggalkan serta kebanggaan masyarakat bersangkutan oleh pembaca. Cerita pemiliknya. rakyat merupakan petunjuk tentang Berdasarkan hasil observasi dan berbagai hal yang berhubungan dengan wawancara, kondisi seperti di atas jarang masalah kehidupan, seperti sikap, dijumpai bahkan di Kabupaten Banyumas tingkah laku, dan sopan santun kondisi seperti ini hampir langka dapat pergaulan. ditemui di daerah pedesaan, terlebih lagi di 2. Harmoni Nilai Adat wilayah perkotaan. Tradisi atau adat Cerita rakyat sebagai bagian dari kebiasaan bercerita yang lebih dikenal ragam sastra dapat dikatakan dengan istilah mendongeng yang pada menyimpan sejumlah informasi sistem zaman dahulu sering dilakukan para orang budaya seperti filosofi, nilai, norma, tua, di masa sekarang tidak lagi dijumpai. perilaku masyarakat. Dalam hal ini Banyak dari mereka berpandapat bahwa terdapat nilai adat yang terkandung mendongeng sekarang sudah bukan dalam cerita yang terkandung antara zamannya. lain memunculkan nilai gotong royong. Cerita yang paling populer di Hal tersebut dapat dilihat dari raden Kabupaten Banyumas antara lain yaitu (1) Djaka mruyung yang membabad hutan cerita rakyat “Babad Ajibarang: Djaka pakis haji yang dibantu oleh warga Mruyung”, (2) cerita rakyat “Babad sekitar. Dari hal tersebut, sampai Sokaraja: Raden Kuncung”, d a n (3) cerita sekarang tradisi / adat gotong royong rakyat “Batu Raden”. Oleh karena itu, masih sangat kental di wilayah ketiga cerita tersebut yang diambil dalam Banyumas filosofi polo pendem penelitian ini untuk dikaji struktur, fungsi, (menanam sesuai dengan dan nilai-nilai pendidikannya berdasarkan kemampuannya), polo gumantung teori resepsi sastra. (manfaat), polo kasimpar Harmoni Nilai Kearifan Lokal Cerita (mendekatkan diri kepada Tuhan).. Rakyat “Djaka Mruyung, Raden Kuncung, Selain itu, tradisi seperti seserahan dan Baturaden ” sesaji ataupun peringatan ketika hari

4

jadi Ajibarang dan Grebeg Suro di sesungguhnya. Namun, kandungan Baturaden sering dilakukan seperti nilai sejarah dimungkinkan juga pementasan kulit. merupakan buah imajinasi pengarang. 3. Harmoni Nilai Agama Nilai sejarah yang terkandung sangat Pemahaman nilai religius yang banyak. Melalui cerita rakyat dapat tinggi akan mampu menanamkan sikap diketahui asal-usul Ajibarang dan sabar, tidak sombong, dan angkuh daerah sekitar Ajibarang secara kepada sesama. Pemahaman nilai berurutan. Selain itu, kita juga dapat religius juga akan menjadikan mengenal siapa saja tokoh yang ada manusia saling mencintai dan saling dalam cerita tersebut berdasarkan menghormati. Lebih lanjut manusia makam yang ada sebagai simbol. akan mampu mewujudkan hidup Naskah dan tradisi lisan warisan yang harmonis antarmanusia dan budaya leluhur bermanfaat untuk hubungannya dengan Tuhan, alam, menggali perjalanan sejarah masyarakat maupun makhluk yang lain. Dalam lokal dan bangsa. Melalui pengalaman, konteks kondisi keberagamaannya, kejadian, atau peristiwa masa lampau Masyarakat Banyumas memiliki relasi dapat ditemukan hikmah atau nilai antarumat beragama yang baik dan kehidupan masa kini dan masa-masa rukun. Pola interaksi sosial kerukunannya mendatang. Hal ini menjadi bukti bahwa meliputi: pertama, interaksi teologis cerita rakyat dapat memberikan nilai yang bersifat eksklusif (tertutup), yaitu sejarah (historis) bagi generasi mendatang interaksi antarumat beragama yang dan harmonisasi kearifan lokal yang ada menyangkut relasi ketauhidan setiap di Banyumas agama dilakukan secara tertutup. Kedua, interaksi sosialnya bersifat inklusif (terbuka), yaitu hubungan antarumat beragama pada kehidupan sosial, seperti partisipasi sosial, keolahragaan, karang taruna, dan pemerintahan dilakukan secara bersama-sama dengan tidak ada pembeda-bedaan agama. Agama, dengan Gambar. 4.2. Makam Kenthol Ireng demikian, bagi masyarakat Sokaraja

ditempatkan sebagai sistem kepercayaan Langgam cerita rakyat banyumas (belief system) yang ritual ibadahnya merupakan warisan yang disebarkan hanya dilakukan oleh umatnya sendiri, secara lisan dengan berbagai fungsi cerita sedangkan untuk urusan interaksi bagi masyarakat pemiliknya dapat sosialnya berbaur dan bekerja sama dipaparkan sebagai berikut. dengan umat beragama lainnya. 1. Langgam Fungsi Cerita Rakyat “Djaka 4. Harmoni Nilai Sejarah Mruyung” bagi Masyarakat Ajibarang Karya sastra dipandang sebagai a) Fungsi Cerita Babad Ajibarang dokumen sosial. Naskah dan tradisi terhadap Kepercayaan lisan warisan budaya leluhur Masyarakat Sekitar bermanfaat untuk menggali perjalanan Cerita Djaka Mruyung mempunyai sejarah masyarakat lokal dan bangsa. dampak kepercayaan bagi masyarakat Karya sastra, termasuk di dalamnya Ajibarang khususnya yaitu sebagian adalah cerita rakyat, sangat mungkin masyarakat beranggapan bahwa para bermuatan kisah masa silam. Oleh peziarah yang berdatangan ke Makam karena itu kisah masa lalu dalam cerita Djaka Mruyung biasanya mempunyai rakyat merupakan fakta sejarah yang permintaan/tujuan tertentu yang konon

5

apabila ingin cepat kesampaian harus Dalam melakukan rutinitas ziarah kubur melakukan laku tertentu. Ada juga sebagian ternyata banyak dari masyarakat yang masyarakat yang berpendapat lain, bahwa datang ke pemakaman serta membawa berziarah di makam tersebut adalah bunga-bunga untuk di taburkan di atas sebagai kegiatan ritual yang mengandung makam keluarga, tokoh masyarakat atau nilai keutamaan dengan menghayati dan seseorang yang dianggap mulya, dengan mengenang jasa leluhur mereka. Selain itu, berbagai tujuan di dalam menaburkan masyarakat mempercayai bahwa babad bunga, mereka seakan-akan lega dan plong Ajibarang memang benar-benar ada. Hal jika sudah melihat pemakaman keluarga, tersebut dapat dilihat dari peninggalannya tokoh masyarakat atau orang yang di berupa terbentuknya nama Ajibarang dan anggap mulia sudah tertaburi dengan aneka nama-nama daerah lain disekitar Ajibarang. macam bunga. Masyarakat menyadari Selain itu, adanya makam dari Adipati Jaka terbentuknya nama Ajibarang tidak lepas Mruyung, Kenthol Ireng, Pandansari, dan dari cerita Djaka Muyung dan cerita Pandanayu. Makam tersebut dipercayai tersebut merupakan sejarah bagi mempunyai nilai mistis dan biasanya sering masyarakat Ajibarang. dikunjungi oleh masyarakat sekitar untuk b) Fungsi Cerita Babad Ajibarang berziarah kubur seperti yang diungkapkan. Terhadap Kebudayaan Pernyataan tersebut diperkuat dengan Masyarakat Ajibarang pendapat lain yang menyatakan bahwa Cerita tersebut dapat memberikan menurut bapak Sudarmo, Warga Ajibarang pengaruh terhadap kebudayaan mempercayai bahwa makam merupakan masyarakat berupa budaya gotong royong sesuatu yang sakral dan suci. Maka harus yang selalu dilakukan dalam berbagai hal, selalu dijaga keberadannya. Warga budaya sopan santun, serta budaya untuk mempercayai bahwa makam tersebut selalu meghormati orang yang lebih tua. merupakan bagian dari terbentuknya nama Fungsi kepercayaan masyarakat Ajibarang, sehingga dianggap sebagai terhadap resepsi cerita Djaka Mruyung juga sesuatu yang keramat . mempengaruhi kebudayaan masyarakat, Sebagian dari masyarakat di Indonesia yaitu bagi kebanyakan orang tidaklah setiap menjadikan ziarah kubur sebagai suatu rutinan hari menjadi waktu yang “pas” untuk mingguan atau tahunan yang pasti di lakukan berziarah ke makam-makam. Masyarakat dengan istiqomah. Hal ini tidak dapat di yang masih memegang teguh adat bantah lagi karena, kenyataan yang ada “kejawen” yang tidak boleh di tinggalkan memang membuktikan bahwa banyak dari sebagai identitas budaya yang dimiliki. Adat kelompok masyarakat yang mentradisikan yang selama ini berlaku yakni hari kamis ziarah kubur, bahkan banyak dari mereka yang lebih-lebih kamis “malam jum’at kliwon dan berbondong-bondong ziarah ke suatu makam selasa kliwon” dipastikan menjadi yang dianggap sebagai makam keramat/suci “primadona” bagi pemegang teguh warisan tak terkecuali makam Adipati Jaka Mruyung, budaya jawa, bahkan ini memberi pengaruh Kenthol Ireng, Pandansari dan Pandanayu. pada orang lain yang tidak beradatkan jawa sehingga ikut-ikutan ziarah makam pada hari kamis. Makam dianggap sebagai sesuatu yang suci, maka sebagian warga ada yang mempercayai ketika pada saat malam jum’at kliwon atau selasa kliwon dapat berkunjung dan berdoa disana, maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan, tentunya selalu diikuti

Gambar 1. Makam Djaka Mruyung dengan usaha sehingga budaya berziarah

6

kubur pada malam tersebut biasanya mendapatkan berkah juga dengan maksud dilakukan oleh masyakat tertentu yang agar permohonan mereka dapat terkabul mempercayainya. melalui perantaraan doa sesepuh mereka. c) Fungsi Cerita Djaka Mruyung Para peziarah agar keinginannya terkabul terhadap Pendidikan Sekitar sering mengadakan ritual dan slametan. Cerita tersebut berfungsi untuk Ritual ini sebagai bentuk ketulusan hati memberitahukan serta menginformasikan orang mempunyai hajat agar permintaanya terhadap peserta didik, bahwa wilayah segera dikabulkan Tuhan. Ritual yang Ajibarang memang benar-benar ada sering diadakan di makam tersebut ceritannya dan cerita tersebut akan biasanya dilakukan perorangan. Mereka menambah pengetahuan peserta didik yang mempunyai hajat datang ke makam mengenai cerita rakyat yang ada wilayah lalu dengan niatan yang baik dan tulus tersebut, meskipun kita tidak hidup pada berpuasa. Puasa yang dilakukan biasanya zaman tersebut tetapi kita dapat puasa sehari penuh dan menu berbukanya mempelajarinya melalui buku. Cerita dengan menu seadanya. Di samping tersebut tentunya sebagai pengetahuan. berpuasa, mereka biasanya bermalam di Cerita babad Ajibarang juga sebagai salah areal makam. Oleh karena itu, pada saat satu materi yang dimuat dalam buku hari besar banyak orang berziarah di budaya banyumas. Budaya banyumas makam tersebut sehingga banyak penjual sebagai salah satu mata pelajaran yang bunga untuk menabur di makam Djaka diajarkan dengan tujuan untuk memberi Mruyung. Selain berjualan, masyarakat juga pengetahuan kepada generasi muda ada yang bertugas untuk menunjukkan mengenai sejarah daerah sekitar. Sebab, makam Djaka Mruyung. Berdasarkan cerita pada saat ini banyak sekali generasi muda babad Ajibarang, telah disebutkan bahwa yang melupakan sejarah masa lalu, Ajibarang nantinya akan menjadi suatu meskipun itu mengenai sejarah desa yang besar. Hal tersebut yang ada di didaerahnya sendiri. dalam cerita, sudah dapat dibuktikan d) Fungsi Cerita Djaka Mruyung kebenarannya. Sebab pada saat ini , terhadap Keadaan Sosial Ajibarang sudah menjadi pusat dan pasar Masyarakat yang dapat meningkatkan perekonomian Fungsi lain dari cerita rakyat adalah masyarakat sekitar Ajibarang. sebagai pengokoh nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Dalam 2. Fungsi Cerita Rakyat “Raden cerita rakyat ajaran-ajaran etika dan moral Kuncung” bagi Masyarakat Sokaraja bisa dipakai sebagai pedoman bagi a) Fungsi Cerita “Raden Kuncung” masyarakat. Di samping itu di dalamnya Terhadap Kepercayaan juga terdapat larangan dan pantangan yang Masyarakat Sekitar perlu dihindari. Cerita rakyat bagi warga Perdamaian yang ditempuh oleh kedua masyarakat pendukungnya bisa menjadi adipati itu diikuti dengan pernyataan tuntunan tingkah laku dalam pergaulan Adipati Jebugkusuma yang menyatakan sosial. Melalui cerita tersebut dapat bahwa keturunan Sokaraja tidak boleh menumbuhkan jiwa sosial peserta didik, berbesanan dengan keturunan Purbalingga. saling tolong menolong dan membantu Tabu nikah ini di-sebabkan oleh konflik- sesama ketika sedang kesusahan. konflik yang terjadi sebelumnya. Nasib e) Fungsi Cerita Djaka Mruyung Raden Kaligenteng yang menjadi terhadap Perekonomian troublemaker dalam konflik-konflik Petilasan Mbah/ Djaka Muyung banyak Sokaraja-Purbalingga. dikunjungi oleh masayarakat sekitar untuk berziarah. Kedatangan mereka selain ingin

7

Pengaruh fungsi babad Sokaraja terhadap cerita rakyat Raden Kuncung kepada kepercayaan masyarakat adalah masyarakat anaknya secara lisan. mempercayai sokaraja adalah gudangnya c) Fungsi Cerita Rakyat Raden santri karena raden kuncung berguru ke Kuncung terhadap Pendidikan Masyarakat muridnya sunan gunung jati dan pantangan Cerita rakyat adalah suatu kebudayaan bagi masyarakat purbalingga tidak boleh yang tumbuh dan berkembang di tengah- menikah dengan masyarakat sokaraja. tengah masyarakat itu yang diwarisi secara lisan sebagai milik bersama. Cerita rakyat tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, pengisi waktu senggang serta penyalur perasaan bagi penuturnya serta pendengarnya, melainkan juga sebagai pencerminan sikap dan angan-angan kelompok, alat pendidikan, alat pengesahan Gambar 2. Kali Pelus pranata, dan lembaga kebudayaan serta pemeliharaan norma masyarakat. Fungsi Cerita rakyat Raden Kuncung memiliki cerita rakyat Raden Kuncung terhadap pengaruh terhadap kepercayaan pendidikan yaitu adanya fungsi edukasi masyarakat yaitu dulu orang purbalingga untuk mengajarkan pesan moral yang ada benar-benar dilarang menikahi orang di dalam cerita tersebut yaitu seseorang sokaraja namun sekarang sudah banyak tidak boleh serakah dan tidak boleh orang purbalingga yang menikahi orang sembrono terhadap orang tua, harus sokaraja, namun kepercayaan orang menghormati orang yang lebih tua. Serta purbalingga dilarang mandi di sungai pelus cerita tersebut termasuk dalam kumpulan masih menjadi pantangan karena takut cerita rakyat banyumas yang ada dalam mengalami perkara yang buruk. (Amin mata pelajaran "Budaya Banyumas". Supangat: Kepala Desa Karang Duren) d) Fungsi Cerita Rakyat Raden b) Fungsi Cerita Rakyat Raden Kuncung terhadap Sosial Kuncung terhadap Kebudayaan. Masyarakat Pentingnya mengkaji nilai-nilai yang Fungsi sosial masyarakat erita rakyat terkandung dalam cerita rakyat, karena merupakan bagian dari karya sastra, maka cerita rakyat itu memiliki fungsi kultural. dalam kebudayaan cerita itu termasuk Lahirnya suatu cerita rakyat bukan semata- dalam salah satu unsur kebudayaan. Cerita mata di dorong oleh keinginan penutur rakyat merupakan salah satu perwujudan untuk menghibur masyarakatnya atau pikiran kelompok masyarakat melainkan dengan penuh kesabaran ia ingin pendukungnya. Lahirnya cerita rakyat menyampaikan nilai-nilai luhur kepada karena pengaruh timbal balik yang generasi penerusnya. Cerita rakyat adalah kompleks dari faktor-faktor sosial kultural golongan cerita yang hidup dan dan cerita-cerita rakyat itu mengandung berkembang secara turun temurun dari pikiran tentang nilai yang harus menjadi satu generasi ke generasi berikutnya. panutan masyarakat yang bersangkutan Disebut cerita rakyat karena cerita ini dalam menata tindakan sehari-hari. hidup di kalangan rakyat dan hampir semua Pengaruh cerita Raden Kuncung terhadap lapisan masyarakat mengenal cerita itu. sosial masyarakat yaitu saling Cerita rakyat milik masyarakat bukan milik mengingatkan jika ada orang purbalingga seseorang. Pengaruh cerita rakyat Raden yang akan mandi di sungai pelus akan Kuncung dengan kebudayaan yaitu adanya celaka. kebudayaan orang tua yang menceritakan

8

e) Fungsi Cerita Rakyat Raden menyembuhkan gatal-gatal, khususnya Kuncung terhadap Perekonomian gatal-gatal seperti Syekh Maulana Maghribi Masyarakat Sokaraja mandi secara teratur di tempat itu, dengan Fungsi cerita rakyat raden kuncung begitu dia sembuh dari penyakit gatalnya. belum memberikan pengaruh yang Kalau zaman dahulu biasanya orang ke langsung atau nyata terhadap daerah pancuran tujuh untuk berobat dan perekonomian masyarakat sekitar karena meminta keselamatan. cerita-cerita seperti ini belum begitu b) Fungsi Cerita Rakyat Baturaden popular. terhadap Kebudayaan Masyarakat Pengaruh fungsi babad sokaraja terhadap Wangsit Mbah Atas Angin diberikan perekonomian masyarakat adalah pada saat kepada sesepuh melalui mimpi, itu hubungan perdagangan menjadi untuk melakukan selamatan. Hal ini terputus karena perkelahian antar berawal dari beberapa kejadian yang tidak kadipaten, karena terjadi konflik maka biasa, yaitu banyak warga Baturraden bilateralnya tidak berlaku, dan Sokaraja yang tertimpa penyakit. Penyakit tersebut bisa menjadi sekarang karena pada saat diantaranya hampir sama dengan yang dulu sokaraja termasuk jalur yang strategis diderita oleh Mbah Atas Angin pada waktu dalam hal transportasi dan perdagangan. perjalanan menuju Gunung Slamet, yaitu Mbah Atas Angin menderita penyakit 3. Resepsi Fungsi Cerita Rakyat gatal-gatal yang susah disembuhkan. “Baturaden” Berawal dari kejadian-kejadian yang tidak a) Fungsi Cerita Rakyat terhadap biasa kemudian ada sesepuh Baturraden Kepercayaan Masyarakat yang diberi mimpi supaya tidak ada Kepercayaan masyarakat terhadap kejadian atau musibah yang maka harus cerita Baturaden terbagi menjadi 3 tipe mengadakan selamatan. Maka dari itu golongan, yaitu manusia intelek, manusia sampai sekarang selamatan dilestarikan agamis, dan manusia biasa. Berikut kutipan untuk menghormati sesepuh yang wawancaranya. mendirikan Baturraden yaitu Mbah Atas Rasa percaya setiap manusia berbeda- Angin.” beda, kepercayaan di golongkan menjadi 3 Berdasarkan pernyataan di atas tipe, yaitu (1) manusia bangga dengan dapat diketahui bahwa upacara di Objek intelektualnya yang tinggi sehingga tidak Wisata Baturraden berawal dari kejadian- percaya dengan mitos, mereka cenderung kejadian yang tidak biasa menimpa ingin membuktikan mitos tersebut dengan masyarakat Baturaden. Kejadian tersebut ilmu yang dimilikinya (2) masyarakat yang misalnya banyak masyarakat Baturaden agamis, bisa percaya bisa juga tidak. (3) yang tertimpa penyakit. Kemudian, ada masyarakat biasa, yang pendidikannya seorang sesepuh Baturraden yang diberi kurang dan cenderung percaya dengan wangsit melalui mimpi oleh Mbah Atas mitos yang ada di baturaden. Angin, untuk melakukan selamatan setiap Resepsi masyarakat terhadap cerita hari selasa atau Jumat Kliwon pada bulan baturaden mulai tumbuh seiring Sura. Hal tersebut dilakukan supaya warga terbentuknya Lokawisata Baturaden yang diberi keselamatan dan terhindar dari menampakkan eksisitensi musibah. kepariwisataannya di masyarakat Secara c) Fungsi Cerita Rakyat Baturaden fisik tidak Nampak. Akhir-akhir ini ada terhadap Pendidikan Masyarakat grebeg suran di sekitar daerah Baturraden Masyarakat awam banyak yang tidak yang berhubungan dengan asal-usul mengetahui cerita baturraden, bahkan Baturraden. Berkaitan dengan tempat hanya masyarakat yang berpendidikan saja pancuran pitu dipercaya khasiat airnya bisa yang mengetahui karena di haruskan

9

mengajakan cerita tersebut pada siswa jelas dengan pembangunan insfraktuktur sekolah dasar. Di sekolah paling disinggung yang semakin baik. dalam pelajaran tertentu, tentang kearifan lokal berhubungan dengan budaya-budaya SIMPULAN banyumas. Pengkajian cerita rakyat yang di d) Fungsi Cerita Rakyat Baturaden dalamnya termuat 3 cerita rakyat memiliki terhadap Sosial Masyarakat kriteria langgam nilai dan fungsi kearifan Cerita rakyat itu sebenarnya lokal: (1) sebagai sistem proyeksi diarahkan untuk memengaruhi kehidupan (projective system), (2) sebagai alat sosial masyarakat. Tapi zaman sekarang pengesahan pranata- pranata dan lembaga- sepertinya masyarakat untuk terbawa dan lembaga kebudayaan, (3) sebagai alat percaya ke cerita itu sepertinya tidak begitu pendidik anak (pedagogical device) (4) kental. Misalnya kalau dulu jalan ke sebagai alat pemeriksa dan pengawas agar pancuran tujuh itu tidak boleh untuk bilang norma-norma masyarakat akan selalu capek, kesel, bahkan liat ular saja bilangnya dipatuhi anggota kolektifnya namun untuk oyod, namun hanya orang-orang tertentu poin yang ke 4 sudah mulai pudar karena yang masih terpengaruh cerita tersebut. perkembangan zaman. Keempat fungsi Upacara yang dilakukan masyarakat seperti inilah yang ditemukan dalam kajian ini. grebeg suran untuk mengangkat kearifan Selain sebagai hiburan, juga merupakan lokal daerah. Hal itu merupakan sesuatu sarana untuk mengetahui (1) asal-usul yang positif karena pengunjung atau warga nenek moyang, (2) jasa atau teladan wilayah banyumas banyak yang berkunjung kehidupan para pendahulu, (3) hubungan ke daerah tersebut. kekerabatan (silsilah), (4) asal mula tempat, e) Fungsi cerita rakyat Baturaden (5) adat-istiadat, dan (6) sejarah benda terhadap perekonomian pusaka. Berawal dari penelitian ini masyarakat diharapkan bisa menjadi refensi awal Perjalanan menuju ke objek wisata penelitian cerita rakyat yang ada di Batu Raden melewati jalur utama tidak Banyumas lebih banyak lagi dan dari segi terlalu menyulitkan karena rambu-rambu analisis sastra yang lain. Sementara dalam petunjuk arah sudah cukup jelas. Memasuki praktisnya penelitian ini diharapkan bisa kawasan wisata, selain disuguhkan menjadi dokumentasi budaya dan pemandangan pegunungan yang sejuk, tapi kemudian bisa ditindak lanjuti oleh juga deretan hotel, losmen dan motel dari pemerintah melalui dinas pariwisata untuk yang sederhana sampai mewah dengan lebih memperhatikan aset-aset budaya harga bervariasi. Kawasan lokawisata Batu daerah demi memajukan iklim pariwisata. Raden terbilang cukup ramai, tidak Karena sejatinya salah satu aset terbesar dipengaruhi oleh musim libur. Setelah yang dimiliki bangsa ini adalah melewati gerbang masuk, pengunjung kebudayaannya. dihadapkan pada sebuah taman yang luas yang dikelilingi beberapa fasilitas penunjang seperti taman bermain anak, warung pedagang makanan khas seperti sate kelinci, jagung bakar, dan pecel desa, pos keamanan, dan ruang kesehatan. Baturraden menjadi tempat wisata Sangat berpengaruh, banyaknya di buka lapangan pekerjaan di sekitar daerah lokawisata baturraden. Kemajuan fisik sangat terlihat

10

DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Joko. 1984. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Gramedia.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. : Muhammadiyah University press

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Russel, Bertrand. 1993. Pendidikan dan Tatanan Sosial (Edisi terjemahan oleh: A. Setiawan Abadi). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sutopo, H. B. 2002. Metode Penelitian Sastra: Epistemologi Model Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.