MENARA MASJID AL-AQSHA KUDUS: ANTARA SITUS HINDU ATAU ISLAM the Minaret of Al-Aqsha Mosque in Kudus: Between Hinduism Or Islam

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

MENARA MASJID AL-AQSHA KUDUS: ANTARA SITUS HINDU ATAU ISLAM the Minaret of Al-Aqsha Mosque in Kudus: Between Hinduism Or Islam PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi p-ISSN: 2252-3758, e-ISSN: 2528-3618 Akreditasi LIPI No. 695/Akred/ P2MI-LIPI/07/2015 Vol. 8 (1), Juni 2019, pp 15 – 27 DOI: https://doi.org/10.24164/pw.v8i1.291 MENARA MASJID AL-AQSHA KUDUS: ANTARA SITUS HINDU ATAU ISLAM The Minaret of Al-Aqsha Mosque in Kudus: Between Hinduism or Islam Moh. Rosyid Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus Jalan Conge Ngembalrejo No. 51, Ngembal Rejo, Ngembalrejo, Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59322 E-mail: [email protected] Naskah diterima 05 April 2019 — Revisi terakhir 17 Mei 2019 Disetujui terbit 31 Mei 2019 — Tersedia secara online 30 Juni 2019 Abstract The purpose of this article is to answer of question on the origin of the minaret of Al Aqsha Mosque of Kudus whether its is Hinduism-Buddhism or Islamic site. Data are collected through interview, observation and literature review by means of descriptive analytic method of analysis. This paper shows that archaeological study classified the minaret as an Islamic building based on the Javanese symbols (candra sengkala) en- graved in the pillars gapura rusak ewahing jagad. Gapura (gate) refers to 9, rusak means 0, ewahing is 6 and jagad means 1. Read from the last, it refers to the year 1609. The year was the era of Walisongo when Hinduism was declining in Kudus. Hindus and Buddhists people consider the minaret similar to temple based on the architecture and oral tradition. Therefore, further study incorporating history and archaeology need to be conducted. Key words: Kudus minaret, history, site Abstrak Tujuan ditulisnya naskah ini adalah untuk memberi jawaban secara ilmiah terhadap polemik keberadaan Menara Masjid Al-Aqsha Kudus, apakah peninggalan Hindu- Buddha (sebagai candi) atau Islam. Teknik perolehan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pendalaman literatur. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik. Argumen ilmiah dilakukan dengan pendekatan arkeologi bahwa Menara adalah situs Islam dengan bukti adanya candra sengkala di tiang-atap menara yang tertulis gapura rusak ewahing jagad. Gapura merupakan simbol angka 9, rusak berangka 0, ewahing berangka 6, dan jagad berangka 1 (jadi terbaca dari belakang adalah tahun 1609). Masa itu merupakan era Walisongo ketika umat Hindu sudah tidak eksis di Kudus, sedangkan umat Hindu-Buddha mengandalkan cerita rakyat dan prediksi yang terilhami bentuk bangunan fisik menara yang serupa candi. Untuk mengurai polemik, perlu didapatkan fakta baru dengan riset arkeologi dan dengan pendekatan mutakhir yang melibatkan sejarawan. Kata kunci: Menara Kudus, sejarah, situs 15 PURBAWIDYA Vol. 8, No. 1, Juni 2019 : 15 – 27 PENDAHULUAN nama yang bernuansa Arab pada gelar raja/ratu Majapahit, yang ada bercirikan Polemik adanya klaim sepihak Hindu dan Buddha (“Kerajaan Majapahit bahwa Majapahit merupakan Kerajaan Sangat Jelas Bercorak Hindu,” 2017). Islam serta Mahapatih Gajah Mada Paparan tersebut merupakan penegas dan Raden Wijaya sebagai muslim bahwa polemik keberadaan dan kebenaran mengemuka di jejaring sosial pada Juni sejarah perlu fakta. 2017. Hal ini direspons oleh arkeolog, Peristiwa masa lalu memberi pesan budayawan, dan sejarawan dalam diskusi untuk kehidupan pada manusia. Untuk “Sejarah Kerajaan Majapahit” yang memahaminya, diperlukan kiprah sejarah. diselenggarakan di Jakarta pada Kamis, Sejarah merupakan ilmu yang mengulas 22 Juni 2017. Menurut Ketua Masyarakat peristiwa masa lalu. Sejarah dijadikan Sejarawan Indonesia (MSI) yang juga pula sebagai “senjata” setiap kelompok Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar atau umat beragama dalam mendedahkan Farid, hal tersebut perlu diperkuat dengan fakta pembenar peristiwa masa lalu bukti yang mendasarinya. Jika tanpa bukti, yang ditorehkan oleh leluhurnya. Untuk klaim tidak dapat disebut sebagai tafsir mendapatkan pembenar fakta sejarah, baru. Menurut Hasan Djafar, arkeolog, dibutuhkan peran arkeologi, yakni ilmu sejak Majapahit berdiri, Islam sudah yang mengkaji kebudayaan manusia pada berkembang, sebagaimana penemuan masa lalu berdasarkan data bendawi yang prasasti batu nisan yang berangka tahun ditinggalkan, di antaranya cagar budaya. 1203 – 1533 di Kuburan Troloyo yang lokasinya tidak jauh dari Kedaton, ibu Kota Kudus, Jawa Tengah memiliki kota Majapahit. Pada awal era Majapahit, peninggalan bersejarah Islam berupa yaitu tahun 1082 M, di Kerajaan Kediri kawasan Kauman Menara Kudus dan terdapat masyarakat muslim, yaitu di situs lain yang terkait. Lestarinya situs Gresik, tetapi hingga kini tidak ada bukti tersebut merupakan fakta bahwa Sunan adanya benih atau unsur Islam yang Kudus dan generasi muslim di Kudus diterapkan di Majapahit yang bercorak hingga kini masih memeliharanya sebagai Hindu-Buddha. Ditemukannya koin bentuk toleransi. Jika tidak toleran, tentu perunggu yang bertuliskan huruf Arab La peninggalan tersebut sudah dimusnahkan. ilaha illahu diperkirakan berasal pada era Situs sejarah dalam kajian ini dipilah Majapahit. Namun, pada masa itu beredar menjadi situs pra-Sunan Kudus dan situs pula koin lain, seperti Cina. Lambang era Sunan Kudus. Situs pra-Sunan Kudus Surya Majapahit di nisan yang berbentuk adalah Langgar Bubar/Bubrah. Langgar sinar matahari dengan sudut berujung bermakna tempat salat atau rumah. delapan sering dikaitkan dengan Islam. Adapun peninggalan dari era Sunan Kudus Lambang ini merupakan penggambaran di Kudus adalah (Supani, 2009) arah mata angin yang pada setiap arahnya 1. masjid yang didirikan pra-Masjid terdapat dewa penguasa. Jadi, tidak ada Al-Aqsha Menara Kudus (a) Masjid unsur yang menguatkan bahwa Majapahit Madureksan yang fungsi awalnya merupakan kerajaan Islam. Hal tersebut merupakan media untuk mendamaikan diperkuat oleh Munandar, arkeolog orang yang berkonflik. Madureksan Universitas Indonesia, bahwa tidak ada dalam bahasa Jawa berasal dari kata 16 Menara Masjid Al-Aqsha Kudus .... (Moh. Rosyid) padu dan rekso. Kini Madureksan dari kata susuhunan, maksudnya berfungsi sebagai masjid, di depan adalah guru dari selatan/Cina), masjid terdapat Kelenteng Hok Ling 6. peninggalan Sunan Kudus di luar Bio, di tengah-tengahnya terdapat wilayah Kauman, tetangga wilayah taman, (b) Masjid Langgar Dalem (ada Kauman, seperti Masjid Nganguk candrasengkala trisula pinulet nogo, Wali (peninggalan Kiai Te Ling Sing/ tombak bermata tiga yang dibalut ular Tan Liang Sing); (kata kiai ada yang naga), (c) Masjid Al-Aqsha/Al-Manar menafsirkan berasal kata kia yang beserta kompleks makam Sunan bermakna ‘jalan’ dan i yang bermakna Kudus, (d) peninggalan Sunan Kudus ‘lurus’ (pemberi jalan lurus), nonsitus religi, yakni kursi dan tasbih, 7. ada pula masjid kuno di wilayah 2. kediaman Sunan Kudus (diduga di Kudus yang belum terindentifikasi kawasan Masjid Langgar Dalem), pendirinya, seperti Masjid Baitul Aziz 3. situs peninggalan Sunan Kudus di Desa Hadipolo, Kecamatan Mejobo berupa alun-alun (yang memisahkan yang diprediksi berdiri tahun 863 antara Masjid Madureksan dengan H berdasarkan trisula naga di pintu Kelenteng Hok Ling Bio) dan masuk masjid. Masjid ini menjadi infrastruktur yang melekat pada cagar budaya sejak tahun 1994, Masjid kawasan Masjid Al-Aqsha, seperti At-Taqwa di Desa Loram Kulon, sumur resapan pada era Sunan Kudus Kecamatan Jati, Gapura Masjid Baitul di area palastren/pawastren (tempat Muttaqin Desa Jati, Kecamatan Jati. salat bagi perempuan di bagian kanan Selain situs yang berkaitan dengan Masjid Al-Aqsha), Sunan Kudus, di Kudus terdapat situs 4. peninggalan generasi Sunan Kudus, peninggalan Sunan Muria di Gunung yakni (a) rumah adat Kudus (identik Muria, yakni Masjid dan Makam dengan kediaman saudagar di Kauman Sunan Muria. Menara Kudus), (b) Madrasah Diniyah Dalam tradisi tutur, kawasan Muria Mu’awanatul Muslimin (madrasah yang kini menjadi kawasan Masjid Sunan diniyah pertama di Kudus, berdiri dari Muria, semula dihuni oleh Bikhu Resi tahun 1918 hingga kini), (c) beberapa Ekalaya. Dari sekian banyak situs sejarah pondok pesantren, (d) madrasah dan tersebut, yang memiliki ciri khas sebagai Yayasan Pendidikan Islam Qudsiyah peninggalan Hindu di kawasan Menara yang berdiri sejak tahun 1909 hingga Kudus adalah Menara Masjid Al-Aqsha kini, Kudus yang ditelaah dalam naskah ini. 5. tradisi yang berkait dengan Dengan adanya peninggalan cagar peninggalan Sunan Kudus, seperti budaya (CB) tersebut, dapat dinyatakan (a) penjamasan/pencucian Keris bahwa Kota Kudus, Jawa Tengah memiliki Kiai Cinthaka/Cintoko/Ciptoko kawasan CB, yakni Menara Masjid Al- (perbedaan penyebutan) dan tombak Aqsha Kudus di Desa Kauman, Kecamatan kembar, (b) tradisi buka luwur, yakni Kota dan Langgar Bubrah di Dukuh memperingati wafatnya Sunan Kudus Tepasan, Desa Demangan, Kecamatan setiap bulan Sura/Muharam (Kata Kota. Keduanya berdekatan, tetapi dalam Sunan ada yang menafsirkan berasal kawasan yang terpisah. Yang dikaji dalam 17 PURBAWIDYA Vol. 8, No. 1, Juni 2019 : 15 – 27 riset ini adalah Menara Masjid Al-Aqsha tersebut, hasilnya terpaparkan tentang Kudus, yaitu untuk mengetahui benarkah keberadaan situs dengan pendekatan masjid tersebut mempunyai titik hubung ilmiah, tidak hanya cerita tutur dan dengan Hindu di Kudus pada era Sunan prediksi nonilmiah. Kudus? Penelitian ini bertujuan tidak hanya Dalam mengkaji sejarah di Kudus terpublikasi hasil kajian, tetapi hal ini ditemukan ragam situs, di antaranya situs dapat dijadikan pijakan dan arah dalam di kawasan Kauman Menara Kudus. mewujudkan toleransi lintas umat Keberadaannya ditafsirkan dalam versi beragama. yang beragam, sesuai dengan penafsiran Hasil riset sementara ini menyatakan umat beragama, yakni Hindu
Recommended publications
  • Strengthening Efforts Competitiveness of Tourism Small, and Medium Enterprises (SME’S) in Disruption Era
    Model of Local Oriented Business Network - Strengthening Efforts Competitiveness of Tourism Small, and Medium Enterprises (SME’s) in Disruption Era Rochiyati Murniningsih 1, Yulinda Devi Paramita 2, Eni Zuhriyah 3 and Friztina Annisa 4 {[email protected] 1} 1Department of Management, Universitas Muhammadiyah Magelang, Magelang, Indonesia 2,3,4 Department of Accountant, Universitas Muhammadiyah Magelang , M agelang , Indonesia Abstract: This paper describes and analyses the performance of local-oriented business networks for tourism SME’s. The study was conducted at the Temanggung Regency Tourism SME’s in Central Java Indonesia. Temanggung has many tourism objects and is potentially crucial for improving the welfare of the community. However, in disruption era - challenges faced by SME’s Tourism are getting heavier. SME’s internal problems and the phenomenon of invisible competitors. The study of this local-oriented business networking model will be able to synergize the various potentials and strengths that exist in tourism SME’s so that it can strengthen the competitiveness of SME’s. Keywords: Business network local oriented, competitiveness, tourism 1. Introduction The tourism sector is one of the main driving sectors of economic growth in the research area. The growth of this sector has fostered Micro, Small and Medium Enterprises (SME’s) in the tourism industry which has great potential as a means of alleviating poverty. This potential can be achieved through a strengthening of the SME’s business network that will enhance social interaction and economic transactions that rely on the tourism sector (Muhammad Al Azhari, 2018). Researchers assume that by examining business network patterns, it will be able to synergise various potentials and strengths of SME’s, to strengthen capital, production processes and also in marketing SME products (Murniningsih, 2017).
    [Show full text]
  • JAWA TENGAH.Pdf
    DAFTAR JEMAAH BERHAK LUNAS TAHAP 2 TAHUN 1441H/2020M PROVINSI JAWA TENGAH BERHAK LUNAS TAHAP 2 KODE NO NO. PORSI NAMA ALAMAT KETERANGAN EMBARKASI 1 1100130001 SUKATMO WADASMALANG RT 07/03 KARANGSAMBUNG SOC GAGAL PEMBAYARAN 2 1100454792 GURIPNO KARONSIH SELATAN VII/613 RT.04/06 SOC GAGAL PEMBAYARAN 3 1100454783 RUKMINI KARONSIH SELATAN VII/613 RT.04/06 SOC GAGAL PEMBAYARAN 4 1100449921 DWI HENIYANTI NGLOROK RT 002 / RW 003 SOC GAGAL PEMBAYARAN 5 1100440942 SRI RAHAYU JONGGRANGAN RT 22 SOC GAGAL PEMBAYARAN 6 1100442710 HUFRON BANGETAYU WETAN RT.02/03 SOC GAGAL PEMBAYARAN 7 1100446677 SUBARI, DRS CARANGAN RT.02 RW.09 SOC GAGAL PEMBAYARAN 8 1100454340 HENI PURWATI, S SOS BANYUANYAR RT 03 RW 05 SOC GAGAL PEMBAYARAN 9 1100375750 ABDUL ROSYID IR JL. PANDU DEWANATA NO.12 RT.02 RW.05 SOC GAGAL PEMBAYARAN 10 1100463391 MUSTAIN MORODEMAK RT.08/04 SOC GAGAL PEMBAYARAN 11 1100407671 KARLIYAH DK.KASENET RT.03/03 KUTOSARI KARANGANYAR SOC GAGAL PEMBAYARAN 12 1100466211 SUBANDI LEBAKWANGI RT.04/01 JATINEGARA SOC GAGAL PEMBAYARAN 13 1100438360 RASMIN GIMIN NGASIMAH SAMBILAWANG 3/2 TRANGKIL SOC GAGAL PEMBAYARAN 14 1100442855 SITI WASIAH WASIRUN UNDAAN KIDUL RT 02 RW 01 SOC GAGAL PEMBAYARAN 15 1100460079 DAINI MASHUDI NGOSARDI GOLANTEPUS RT.01 RW.03 SOC GAGAL PEMBAYARAN 16 1100460283 ZUMAIRI KHASAN MANSUR JEBOL 004/002 SOC GAGAL PEMBAYARAN 17 1100465799 SOEJATI SOEPADI NGARIDJAN PAMOTAN RT 004 RW 002 PAMOTAN SOC GAGAL PEMBAYARAN 18 1100450383 SIRAH SAMIN SATINAH SAMPUNG RT 002 RW 002 SARANG SOC GAGAL PEMBAYARAN 19 1100465741 SUMIATI PAKELEN RT 002 RW 003 SOC GAGAL PEMBAYARAN 20 1100334143 ISTIKOMAH ZULIATI KRAJAN RT 001 / RW 001 SOC GAGAL PEMBAYARAN 21 1100439800 NURIPAH JL.
    [Show full text]
  • Arsitektur Hindu Budha
    1 ARSITEKTUR HINDU BUDHA A. PERKEMBANGAN HINDU DAN BUDHA DI INDONESIA 1. Sejarah dan Berkembangnya Agama Hindu-Buddha Agama Hindu di sebarkan oleh Bangsa Arya (Bangsa Pendatang) setelah masuk melalui celah Carber yang memisahkan daratan Eropa dan Asia. Bangsa Arya merasa nyaman tinggal karena India adalah daerah yang subur. Bangsa Arya mengalahkan Bangsa asli India (Dravida). Cara Bangsa Arya mengeksistensikan bangsanya di India dengan cara membuat Kasta, yaitu pelapisan masyarakat. Perbedaan Bangsa Arya dengan Bangsa Dravida itu sendiri terdapat pada bagian fisiknya, yaitu Bangsa Arya berkulit putih sedangkan Bangsa Dravida berkulit hitam. Pusat kebudayaan Hindu adalah di Mohenjo Daro (Lakarna) dan Harapa (Punjat) yang tumbuh sekitar 1.500 SM. Agama Hindu dalam pelaksanaan ritual ibadah (penyampaian doa kepada dewa) harus di lakukan oleh Kaum Brahmana saja. Sehingga kaum-kaum di bawahnya merasa kesulitan ketika kaum Brahmana meminta qurban (pembayaran yang berlebih) kepada kaum-kaum di bawahnya yang meminta tolong untuk disampaikan doanya kepada dewa-dewa mereka. Sehingga banyak masyarakat yang berpindah agama menjadi agama Budha. PERBEDAAN HINDU DAN BUDHA HINDU BUDHA Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan dan bangsa Dravida yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan(nirwana) Kitab sucinya, WEDA Kitab Sucinya, TRIPITAKA Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Trimurti Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha Kehidupan masyarakat
    [Show full text]
  • UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 12
    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya, Seni, Kesenian, dan Pusat Kesenian (Tinjauan Obyek Perancangan) 2.1.1 Budaya 1. Definisi Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia (www.wikipedia.org). Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 12 budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (http://indobudaya.blogspot.com/2007). Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. (www.wikipedia.org) Pengertian Budaya secara etimologi dan fonetis fungsional adalah: . Secara etimologis: Budaya buddhayah, budhi (Sans.) = akal budi / pikiran Budaya budi (akal/pikiran) & daya (tenaga, kemampuan) . Secara fonetis fungsional: Budaya badaya bada’a, yabda’u al-Mubdi’u : yang Mengawali, Menjadikan segala sesuatu dari tiada Kemampuan berakal-budi dengan nilai luhur berketuhanan, untuk mengawali hidup dengan proses yang baik (adil, harmoni, selaras dalam kedamaian tenteraman, dengan bukti satu selarasnya jalinan kehidupan antar makhluk (Gautama, 2009).
    [Show full text]
  • Sisa Rangka Manusia Dari Situs Permukiman Mataram Kuna-Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah
    SISA RANGKA MANUSIA DARI SITUS PERMUKIMAN MATARAM KUNA-LIYANGAN, TEMANGGUNG, JAWA TENGAH HUMAN SKELETON REMAIN FROM LIYANGAN- SETTLEMENT SITE OF OLD MATARAM KINGDOM, TEMANGGUNG, CENTRAL JAVA Oleh: Sofwan Noerwidi Abstrak Pada tahun 2013, Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan sisa rangka manusia di Kluster F situs Liyangan, Temanggung, yang kemudian dinamakan individu Liyangan F1. Penelitian ini berusaha mengungkap aspek biologis dan kultural yang terekam pada individu Liyangan F1 dengan menggunakan pendekatan bioarkeologi. Aspek biologis yang diungkap mencakup estimasi usia, penentuan jenis kelamin, afinitas populasi, dan patologi atau kondisi kesehatan. Sedangkan aspek budaya mencakup kebiasaan modifikasi pada saat antemortem yang terkait dengan gigi, dan bukti tafonomi perimortem seperti praktek pemakaman atau tata cara penguburan. Studi sisa rangka manusia dari situs permukiman Mataram Kuna-Liyangan ini telah membuka cakrawala kita dalam memahami budaya dan pola tingkah laku manusia yang berkembang pada masa Klasik abad 9 - 10 M di Jawa. Kata Kunci : Aspek Biokultural, Rangka Manusia, Mataram Kuna, Liyangan Abstract. Human Skeleton Remain from Liyangan-Settlement Site of Old Mataram Kingdom, Temanggung Regency, Central Java. In 2013, Center for Archaeological Research of Yogyakarta find a human remain on Cluster F, Liyangan site, Temanggung, which named as individual of Liyangan F1. This study tries to reveals biological and cultural aspects which recorded on this remain by bioarchaeological approach. Biological aspects are including; age estimation, sex determination, population affinity, and pathology or health condition. Meanwhile, cultural aspects are including antemortem cultural practice which associated to dental modification, and perimortem taphonomy as evidence of funeral practices or burial procedures. Study on human remains from Liyangan-Old Mataram settlement has opened our knowledge to understanding culture and human behavior which developed during the Classical period of 9-10 century AD in Java.
    [Show full text]
  • Perancangan Infografik Dengan Media Qr-Code Untuk Situs Arkeologi Liyangan, Temanggung
    PERANCANGAN INFOGRAFIK DENGAN MEDIA QR-CODE UNTUK SITUS ARKEOLOGI LIYANGAN, TEMANGGUNG PERTANGGUNGJAWABAN TERTULIS PENCIPTAAN SENI Untuk memenuhi prasyarat mencapai derajat magister Dalam bidang seni, minat utama Desain Komunikasi Visual Damara Alif Pradipta 1821160411 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2020 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa tesis yang saya tulis dan karya yang saya ciptakan ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik pada perguruan tinggi manapun dan belum pernah dipublikasikan. Tesis ini merupakan hasil perancangan dan penelitian yang didukung oleh berbagai referensi terkait dan sepengetahuan saya belum pernah ditulis, dipublikasikan kecuali secara tertulis diacu dan disebutkan dalam perpustakaan. Saya bertanggung jawab atas keaslian karya tulis ini dan saya bersedia menerima sanksi apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dari isi peryataan ini. Yogyakarta, 1 Juli 2020 Yang membuat pernyataan, Damara Alif Pradipta 1821160411 iii UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PERANCANGAN INFOGRAFIK DENGAN MEDIA QR-CODE UNTUK SITUS ARKEOLOGI LIYANGAN, TEMANGGUNG Pertanggungjawaban Tertulis Program Penciptaan dan Pengkajian Seni Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2020 Oleh: Damara Alif Pradipta ABSTRAK Tujuan dari perancangan ini adalah mewujudkan karya komunikasi visual dalam bentuk Infografik dengan media QR-Code yang didalamnya berisikan fakta-fakta sejarah Situs Arkeologi Liyangan kepada pengunjung. Karya ini dirancang dengan menggunakan berbagai teori seperti contohnya teori Infografik oleh Randy Krum dan Mark Scimicklas, kemudian hasil penelitian bertahap mengenai Situs Liyangan oleh Sugeng Riyanto. Penelitian ini juga menggunakan metode Deign Thinking guna menemukan solusi komunikasi visual yang tepat untuk pengunjung Situs Liyangan. Arti penting karya ini agar wawasan sejarah pengunjung dapat bertambah serta terdorong untuk melestarikan warisan bangsa seperti peninggalan sejarah sesuai dengan cara mereka sendiri.
    [Show full text]
  • SIDANG TILANG TGL, 2 MARET - 2018 P O L R E S T a B E S S E M a R a N G No
    SIDANG TILANG TGL, 2 MARET - 2018 P O L R E S T A B E S S E M A R A N G No. Reg. NAMA ALAMAT PASAL BB BB Denda 1 3980377 GOMES FREDINAN KANGURU SLT SMG 281 UULAJ STNK H-4143-BQ 69000 2 3980378 DWII AGUS PURNOMO JURANG KAJONG KLATEN 287 UULAJ SIM C 69000 3 3980380 ENCENG CAHYADI DS MAJAPURA PURBALINGGA287 UULAJ STNK R-2673-C 69000 4 3980411 AHMAD BAGUAS M DS GEBANG DEMAK 287 UULAJ STNK H-2343-ANE 69000 5 3980412 AHMAD FARUQ C SARIPAN JEPARA 287 UULAJ STNK K-2459-RQ 69000 6 3980413 NURUL AZIAH KEDUNG BANTENG BOYOLALI287 UULAJ SIM C 69000 7 3980414 AGUS RIYANTO DS KARANGDOWO KENDAL 287 UULAJ STNK H-3068-U 49000 8 3980415 DEWI NURYANI ANJASMORO TGH SMG 281 UULAJ STNK H-3853-GW 69000 9 3981366 WAHYU WIJAYA K DEMPEL BRT SMG 300 UULAJ SIM C 49000 10 3981367 SUNARTI BATAN MIROTO SMG 287 UULAJ STNK H-4691-A 69000 11 3981368 AGUNG PRIYO UTOMO DS CEPOKO KUNING BATANG287 UULAJ STNK G-4875-HC 69000 12 3981369 RUDI SUBAGYA KEBON SUBUR DEMAK 287 UULAJ STNK H-2306-E 69000 13 3981370 AFI TAQIYUDIN SOMENGAN PATI 287 UULAJ SIM C 69000 14 3981361 WAHYU KRISNA AJI DLANGU BUTUH PURWOREJO287 UULAJ STNK AA-2476-PV 69000 15 3981362 JAY RAVI CHRISNAWAN SIKLUWUNG ASRI SMG 287 UULAJ STNK H-6069-BIG 69000 16 3981363 CITO EKO YUY S GEMAH KENCANA SMG 287 UULAJ STNK H-5584-MP 69000 17 3981364 RIDHO WAHYUDI SENDANGGUWO SMG 281 UULAJ STNK H-4901-BJG 69000 18 3981365 WIWIN BUDI I TLOGOSARI WETAN SMG 281 UULAJ STNK K-5598-FR 69000 19 3982311 BUSRON TARUPOLO SMG 287 UULAJ SIM A UMUM 89000 20 3982312 MAHENDRA DEWI K BADER RAYA SM,G 288 UULAJ STNK AE-4208-HQ 69000 21 3982313
    [Show full text]
  • Download Download
    Volume 18, 2019 – Journal of Urban Culture Research Understanding Historical Attachment Through Oral Tradition as a Source of History Ari Widyati Purwantiasning,+ Kemas Ridwan Kurniawan++ & Pudentia Maria Purenti Sri Suniarti+++ (Indonesia) Abstract This research aims to explore the historical attachment of the local community of Parakan City through its oral tradition. Parakan was designated as a heritage city in 2015; it is a small city in Indonesia, located in Central Java. It is well known as the Bamboo Runcing City. Bamboo Runcing refers to the sharpened bamboo that was used as a traditional weapon a hundred years ago in Indonesia. To understand the level of historical attachment, it is necessary to establish its value via its oral tradition. Such tradition is regarded as a primary source of history and can be explored by interviewing relevant respondents. Using a qualitative method with a descriptive narrative approach, this research identifies the reasons why the local community uses the term “Bamboo Runcing” as a city brand. This paper concludes by ascertaining the extent of historical attachment within the local community of Parakan City. Keywords: Historical Attachment, Oral Tradition, History, Parakan, Heritage City, Indonesia + Ari Widyati Purwantiasning, Department of Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, Indonesia. email: [email protected]. ++ Kemas Ridwan Kurniawan, Department of Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, Indonesia. email: [email protected].
    [Show full text]
  • Region Kabupaten Kecamatan Kelurahan Alamat Agen Agen Id Nama Agen Pic Agen Jaringan Kantor
    REGION KABUPATEN KECAMATAN KELURAHAN ALAMAT AGEN AGEN ID NAMA AGEN PIC AGEN JARINGAN_KANTOR CENTRAL JAVA 2 58254 NGAWEN SAMBONGREJO SAMBONGREJO RT004 RW001 213FD0103P000102 BATA SAMSUDIN MUGIYONO PENSION BLORA CENTRAL JAVA 2 BANJAREJO BANJAREJO SUMBERAGUNG SUMBERAGUNG 213FD0104P010018 AGEN AHMAD ASYARI AHMAD ASYARI PENSION BLORA CENTRAL JAVA 2 BANYUMAS PEKUNCEN BANJARANYAR JL RAYA AJIBARANG-TEGAL KM 04 213FF0110P005084 YUSFI WAWAN SEPRIYADI YUSFI WAWAN SEPRIYADI KCP UMK BREBES CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR BANDAR DK BANDAR UTARA 213FG0106P010018 PARIXESIT CELL AHMAD YASIN KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR BANDAR DK KAUMAN 213FG0106P005129 BENGKEL KREATIVE MONTOR MOHAMMAD YAHYA KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR BANDAR DS BANDAR RT 001 RW 003 213FG0106P000070 32 CELL HERU PURNAWAN KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR BATIOMBO DK BATIOMBO 213FG0106P000111 BAPAK JALIL JALIL KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR BATIOMBO DK PADUREKSO 213FG0104P005112 SHAFA CELL JUMINI KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR KLUWIH DK . GERDU RT 003 RW 001 213FG0106P000103 COMUNITY CELL TRI MULYO KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR KLUWIH DK GERDU RT 002 RW 001 DS KLUWIH 213FG0107P000119 MIE AYAM KLUWIH JANI AMIRIN KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR KLUWIH DK GERDU RT 002 RW 001 DS. KLUWIH BANDAR 213FG0106P000101 QIKY MOBILE MARWANTO KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR KLUWIH DK GERDU RT 005 RW 001 DS KLUWIH 213FG0107P000109 TOKO GRIYA CELL ANIK KURNIASIH KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR KLUWIH DK GERDU RT 012 RW 001 DS KLUWIH 213FG0107P000105 JAJANAN BANG NAS NASIIN KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR KLUWIH DK SIPULE RT 007 RW 006 DS KLUWIH 213FG0107P000120 WARUNG MBAK IS ISTIRAHAYU KCP UMK KENDAL CENTRAL JAVA 2 BATANG BANDAR KLUWIH DK.
    [Show full text]
  • Perpaduan Budaya Lokal, Hindu Buddha, Dan Islam Di Indonesia
    Diktat Bernuansa Karakter Mata Kuliah Sejarah Indonesia Masa Islam PERPADUAN BUDAYA LOKAL, HINDU BUDDHA, DAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: M. Nur Rokhman, M. Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 0 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb. Alkhamdulillah. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga sekilas modul ini dapat diselesaikan. Modul ini bertemakan Perpaduan Budaya Lokal, Hindu Buddha dan Islam di Indonesia. Tema ini menarik untuk dikembangkan, mengingat perpaduan budaya lokal, Hindu Buddha dan Islam ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Nusantara. Dengan demikian, tema ini akan sangat menarik untuk pembelajaran. Tema ini pun sangat kontekstual dengan kehidupan sehari-hari, sehingga para mahasiawa dapat menghayati, mengoservasi, bahkan wawancara materi yang dipelajarinya. Dengan tema ini pula para mahasiswa diharapkan dapat mengambil hikmah dan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam materi yang dipelajarinya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa modul sederhana ini dapat diselesaikan berkat uluran tangan, dorongan, bimbingan dan bantuan serta doa berbagai pihak. Untuk itu dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada; 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang telah memberikan kesempatan terselenggaranya pengembangan modul ini. 2. Ketua LPPMP UNY beserta staf yang telah memberikan pengetahuan dan kesempatan pengembangan modul ini. 3. Dekan beserta staf FIS UNY yang telah memberikan dorongan sehingga modul ini terselesaikan 1 4. Bapak Sardiman AM, M. Pd. Selaku Dosen Pembimbing senior yang telah memberikan arahan, dukungan dan bimbingan serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian modul ini 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan uluran tangan demi kelancaran penyusunan modul ini Teriring doa semoga amal dan budi baik mereka mendapat ridho dan berkah dari Alloh SWT.
    [Show full text]
  • 1St ICOLLITE ABSTRACTS of PRESENTATION
    (ABS-9) EXPLORATION OF MULTICULTURALISM VALUES WITHIN CHILDREN LITERATURE IN INDONESIA Abdurrahman, Yenni Hayati, Zulfadhli Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang [email protected] Abstract. The purpose of this paper is to describe how multicultural values are explored in Indonesian Children Literature. The method used in this research is the content analysis method used to interpret the literary works. This research data is taken from the literary works that are intended for children which appeared in the 2000s in Indonesia. Based on the data analysis, the researchers found that Children Literature in Indonesia considerably explores multiculturalism values such as gender, religion, ethnicity, race, culture, and economy. In the Children Literature, there are messages to respect each others differences. These differences are illustrated by events, depictions of characters and characterizations, and the languages spoken by characters and authors in literary works. Keywords: multicultural values, Indonesian children literature, exploration Categorized in Children Literature (ABS-104) BUILDING A CULTURE OF LITERACY WITH A CULTURAL APPROACH ELEMENTARY SCHOOL 1) Susi Hermin Rusminati; 2) Cholifah Tur Rosidah Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Abstract. Interesting in reading and writing Indonesians increasingly declining, as described in the research results in the faild of literacy conducted by the Central Connecticut State University di New Britain, Conn, Amerika Serikat, that put the five countries on the best position i.e. Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia (The Jakarta Post, 12 Maret 2016). Data presented by the BPS in 2006 shows that the community chose 85.9 percent watching television than reading or writing.
    [Show full text]
  • Sustainable Environment & Architecture
    The 20th International Conference on DEFENSE DISCOURSE IN BALINESE Sustainable PURA ARCHITECTURE Environment & Architecture Salmon Priaji Martana 1 1 Universitas Komputer Indonesia Urban Retrofitting: Building, Cities and Communities [email protected] in The Disruptive Era Presenter Affiliation: Organized By: Supported By: INTRODUCTION & LITERATURE REVIEW Defense discourse in Balinese Pura Architecture In the year 1478 Majapahit is fallen. Javanese converted to adopt Islamic culture, except for the small group of 2,000 noble, artists, architects lead by the priest Danghyang Nirartha. They fled to nearby Bali to build a new Majapahit. The group was then received by the King of Bali, Waturenggong and later on they were agreed to shoulder to shoulder building Bali as the Neo Majapahit. Having known that the influence of outside culture always comes from nearby the coast, endangered the Majapahit legacy, Nirartha build a new style of worship complex- a temple later known as PURA- in Bali’s main coastal area. He was also builds several similar pura in the southern part of Bali. Scholars believe that Nirartha was not only build a temple. Instead, he was building a FORTRESS. A visual fortress to guard the Hindu-Majapahit culture and beliefs, to save it from outside infiltration. The Design patern of Nirartha’s then becomes typical, know Organized By: Supported By: famous as “The Gianyar Style.” 2 INTRODUCTION & LITERATURE REVIEW 1.1. Fortress in Nusantara 1.2. Fortress in general Balinese Pura Characteristics Section Rectangular to octagonal Plan buildings. Fortress of Majapahit era More than 5,000 m2 area . More than 10 m high walls, Walls with over 1 m of thickness.
    [Show full text]