SATU SURO NIGHT TRADITION ON IKATAN KELUARGA JAWA RIAU (IKJR) AT SUKA MULYA SP II OF KAMPAR REGENCY

By: Tri Julianti Email: [email protected] Supervisor: Drs. Syafrizal, M.Si Sociology Faculty faculty of Social Science and Political Science Riau University Campus Bina Widya, Jalan H.R Subrantas Km12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru

ABSTRACT Satu suro night tradition is a tradition which is held on the turnover eve of Islamic 1 Muharram which is better known as Suroan for Javanese community. Each region has difference way to perform this tradition. It has been done since long ago by an association of Javanese family located in Kampar regency with the name is Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR). The purpose of this research was to analyze the process or the implementation of Satu suro night tradition by IKJR, and to analyze the meaning, value contained, and the impact of it. In this research, the researcher used qualitative research type or often called as naturalistic research methods because the research was done on natural conditions. The subjects of this research were determined by Purposive Sampling way that consists of Chairman, Secretary, Treasurer, and Vice Chairman of DPD-IKJR Kampar regency, and also the Head of Suka Mulya SP II Village. The researcher used observation, in-depth interviews, and documentation to collect the data. In this research, the researcher had analyzed how this Satu suro night tradition was done by IKJR region Kampar. Based on the interviews and observations that had been done, the researcher found that IKJR conducted the tradition by holding various social activities before the evening peak of Satu suro night tradition held, and on the evening peak was also held various activities ranging from dance offerings, Kampar bersholawat, to all-night shadow puppet performances. The meaning that could be taken from this tradition was to thrill the (menguri-uri budoyo Jowo). The most important was as an expression of gratitude for the favors that had been given by Allah Subhana Wa Ta'ala and gratitude for a better life after doing transmigration from to Riau. This tradition also had a very positive impact for the people who attended it and also for the merchants who peddled their wares.

Keywords: Tradition, Satu Suro, Javanese

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 1

TRADISI MALAM SATU SURO PADA IKATAN KELUARGA JAWA RIAU (IKJR) DI DESA SUKA MULYA SP II KABUPATEN KAMPAR

Oleh: Tri Julianti Email: [email protected] Dosen Pembimbing: Drs. Syafrizal, M.Si Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jalan H.R Subrantas Km12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru

ABSTRAK Tradisi malam satu suro adalah tradisi yang dilaksanakan tepat pada malam pergantian tahun baru Islam 1 Muharram yang lebih dikenal masyarakat Jawa pada umumnya dengan sebutan suroan. Dalam pelaksanaan tradisi ini, masing-masing daerah yang melaksanakannya memiliki tata cara yang berbeda-beda. Tradisi malam satu suro ini telah lama dilakukan oleh sebuah ikatan keluarga Jawa yang bertempat di Kabupaten Kampar dengan nama Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR). Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisa proses atau pelaksanaan tradisi malam satu suro oleh IKJR, serta menganalisa makna, nilai yang terkandung, dan dampak yang ditimbulkan dari adanya tradisi malam satu suro ini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif atau sering disebut dengan metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Subjek penelitian disini ditentukan dengan cara Purposive Sampling yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, serta Wakil Ketua DPD-IKJR Kabupaten Kampar, dan Kepala Desa Suka Mulya SP II. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi. Dalam penelitian ini, penulis telah menganlisa bagaimana tradisi malam satu suro ini dilakukan oleh IKJR rayon Kampar. Berdasarkan dari wawancara serta observasi yang telah dilakukan, penulis menemukan bahwa IKJR mengadakan tradisi ini dengan cara mengadakan berbagai macam kegiatan sosial kemasyarakatan sebelum malam puncak tradisi malam satu suro diadakan, dan pada malam puncak pun diadakan juga berbagai macam kegiatan mulai dari adanya tari persembahan, Kampar bersholawat, hingga pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Makna yang dapat diambil dari tradisi ini yaitu untuk menguri-uri budoyo Jowo. Yang terpentingnya sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala dan rasa syukur atas kehidupan yang lebih baik setelah melakukan transmigrasi dari Jawa ke Riau. Tradisi malam satu suro ini juga telah menimbulkan dampak yang sangat positif bagi masyarakat yang ikut menghadirinya dan juga bagi pedagang yang menjajakan dagangannya.

Kata kunci : Tradisi, Satu Suro, Jawa

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 2

BAB I -1645. Pada masa itu, banyak masyarakat PENDAHULUAN yang mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwarisi oleh tradisi Hindu. 1.1 Latar Belakang Tentunya ini bertentangan dengan masa Masyarakat Jawa atau lebih tepatnya Sultan Agung yang menggunakan sistem suku bangsa Jawa, secara antropologi budaya kalender Hijriah yang diajarkan dalam Islam. adalah orang yang dalam hidup Kemudian, Sultan Agung berinisiatif untuk kesehariannya menggunakan bahasa Jawa memperluas ajaran Islam di tanah Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara dengan menggunakan metode perpaduan turun temurun. Masyarakat Jawa merupakan antara tradisi Jawa dengan Islam. suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh Dampaknya, perpaduan antara tradisi Jawa norma-norma hidup karena sejarah, tradisi dan Islam, dipilihlah tanggal 1 Muharram 1 maupun agama. Masyarakat Jawa sangat yang kemudian ditetapkan sebagai tahun baru kental atau istilahnya masih kejawen dalam Jawa yang hingga kini setiap tahunnya tradisi menjalankan kehidupan sehari-hari di dalam malam satu Suro selalu diadakan oleh masyarakat. Misalnya pada acara pernikahan, masyarakat Jawa.2 masyarakat Jawa yang masih kejawen Adanya tradisi malam satu Suro ini menggunakan tradisi dan budaya Jawa juga dilakukan oleh sebuah ikatan keluarga seperti pada mulanya tradisi di Jawa. Padahal Jawa yang bertempat di Kabupaten Kampar di zaman sekarang ini, tradisi dan budaya dengan nama Ikatan Keluarga Jawa Riau Jawa telah banyak berlandaskan ajaran Islam, (IKJR). sehingga apabila ada tradisi atau budaya yang Disini, IKJR memiliki tradisi malam tidak lagi sesuai dengan ajaran Islam bisa satu Suro dengan menayangkan wayang kulit diperbaharui atau difilter lagi menurut ajaran semalam suntuk, dimana anggota IKJR serta Islam, bagian manakah yang diperbolehkan masyarakat yang turut hadir saat itu tidak dan bagian mana yang tidak diperbolehkan. tidur semalam suntuk untuk melihat Salah satu tradisi dan budaya Jawa pagelaran wayang kulit tersebut. Sebelum yang sering dijumpai dalam kehidupan pagelaran dimulai, tentunya ada serangkaian sehari-hari yaitu Tradisi Malam Satu Suro. kegiatan yang telah dipersiapkan oleh Dimana maksud dari satu suro ini adalah pengurus untuk Suro tersebut. tradisi yang dilaksanakan tepat pada malam Disamping banyaknya masyarakat pergantian tahun baru Islam 1 Muharram yang ikut menghadiri, ternyata Suro ini juga yang lebih dikenal masyarakat Jawa pada membawa keberuntungan tersendiri bagi umumnya dengan sebutan malam satu suro. pedagang-pedagang yang berjualan disekitar Tradisi ini juga merupakan salah satu tradisi tempat diadakannya Suro ini. Terlihat pada malam sakral yang dilakukan masyarakat malam tradisi Suro ini berlangsung, banyak Jawa setiap tahunnya pada awal tahun baru pedagang yang menjajakannya barang Islam, dan biasanya tradisi ini dilakukan oleh dagangannya disekeliling tempat Suro ini. seluruh elemen masyarakat Jawa yang berada Karena Suro ini dilakukan dilapangan di Pulau Jawa. terbuka, dibawah tenda yang telah disiapkan Awal mulanya tradisi ini mulai dikenal oleh pengurus. pada zaman Sultan Agung sekitar tahun 1613

1 Abdul Djamil, dkk., Islam dan Kebudayaan Jawa http://www.indonesiakaya.com/jelajah- (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 3-4. indonesia/detail/perayaan-satu-suro-tradisi-malam- sakral-masyarakat-jawa, pada tanggal 25 Oktober 2 Riky, “Perayaan Satu Suro, Tradisi Malam Sakral 2017 pukul 20:30 WIB. Masyarakat Jawa” diakses dari

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 3

Berdasarkan latar belakang yang telah Suro pada Ikatan Keluarga Jawa dijabarkan, maka penulis tertarik untuk Riau (IKJR) di Desa Suka Mulya SP menjadikannya sebagai sebuah penelitian. II. Mulai dari jalannya tradisi Suro ini hingga mendapatkan makna, nilai, serta dampak 1. 4. Manfaat Penelitian yang ditimbulkan dari adanya tradisi Suro ini. 1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Adapun judul penelitiannya yaitu “TRADISI perkembangan Ilmu Pengetahuan MALAM SATU SURO PADA IKATAN Sosial pada umumnya dan pada KELUARGA JAWA RIAU (IKJR) DI bidang Sosiologi khususnya. DESA SUKA MULYA SP II KABUPATEN 2. Memberikan informasi sebagai KAMPAR.” pedoman maupun referensi ilmiah kepada pihak-pihak yang 1. 2. Rumusan Masalah membutuhkan, khususnya bagi 1. Bagaimana pelaksanaan Tradisi lembaga atau instansi terkait. malam satu Suro pada Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR) di Desa BAB II Suka Mulya SP II ? KERANGKA TEORITIS 2. Bagaimana makna dan nilai yang terkandung dari adanya pelaksanaan 2. 1. Teori Interaksionisme Simbolik Tradisi malam satu Suro pada Ikatan Istilah “interaksionisme simbolik” Keluarga Jawa Riau (IKJR) di Desa dihadirkan pertama kalinya oleh Herbert Suka Mulya SP II ? Blumer (1937) dan dirancang untuk 3. Bagaimana dampak yang mengartikulasikan dan memajukan psikologi ditimbulkan dari rangkaian social pragmatis-nya George Herbert Mead pelaksanaan Tradisi malam satu (1934), yang oleh Blumer diringkas menjadi Suro pada Ikatan Keluarga Jawa tiga proposisi dasar, yaitu: pertama, persepsi Riau (IKJR) di Desa Suka Mulya SP seorang actor tentang dan orientasi terhadap II ? suatu objek adalah suatu fungsi dari makna yang diberikan actor terhadap objek tersebut; 1. 3. Tujuan Penelitian kedua, makna yang diberikan oleh seorang 1. Untuk menganalisa prosesi atau actor adalah suatu fungsi dari proses-proses pelaksanaan Tradisi malam satu interaksi dimana actor tersebut terlibat; Suro pada Ikatan Keluarga Jawa ketiga, makna yang diberikan oleh seorang Riau (IKJR) di Desa Suka Mulya SP actor kepada suatu objek cenderung berubah II. sepanjang waktu mengikuti perubahan- 2. Untuk menganalisa makna dan nilai perubahan yang terjadi pada interaksi- yang terkandung dari adanya interaksi yang dilakukan oleh actor.3 pelaksanaan Tradisi malam satu Interaksi simbolik bekerja melalui Suro pada Ikatan Keluarga Jawa suatu proses yang Blumer sebut sebagai Riau (IKJR) di Desa Suka Mulya SP “identifikasi-diri (self-identification)” II. (Blumer 1969: 83): unit yang bertindak 3. Untuk menganalisa dampak yang (acting unit) adalah “diri (the self)”; diri ditimbulkan dari rangkaian bertindak (the self-acts) “di dalam dan dalam pelaksanaan Tradisi malam satu kaitannya dengan situasi yang

3 Bryan S. Turner, Teori Sosial dari Klasik sampai Postmodern (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012).

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 4 bersangkutan”; dan tindakan “dibentuk atau merupakan perilaku sebenarnya yang dikonstruksi dengan cara dilakukan oleh seorang actor, sedangkan menginterpretasikan situasi itu” (Blumer perilaku tersembunyi merupakan sebuah 1969: 85). Menurut Blumer, interpretasi proses berpikir yang melibatkan symbol dan terdiri dari tiga langkah: pertama, diri yang arti. Perilaku tersembunyi menjadi pusat bertindak (acting self) harus perhatian utama teoritisi interaksionisme “mengidentifikasikan hal-hal” yang akan simbolik, sedangkan perilaku lahiriah ditangani oleh tindakan itu, seperti tugas- menjadi sasaran perhatian utama teoritisi tugas, peluang-peluang, hambatan- teori pertukaran atau penganut behaviorisme hambatan, distraksi-distraksi, dan sumber- tradisional pada umumnya. sumber daya; kedua, diri yang bertindak juga harus “menilai hal-hal itu dengan cara 2. 2. Nilai-nilai Sosial tertentu”; dan ketiga, diri yang bertindak Nilai sosial merupakan sebuah nilai harus “mengambil keputusan berdasarkan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, baik itu pada penilaian-penilaian tersebut” (Blumer berupa nilai-nilai yang baik ataupun buruk, 1969: 85). Di samping itu, menurut Blumer, pantas digunakan ataukah tidak pantas untuk “interaksi sebelumnya” menumbuhkan diterapkan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh “pemahaman-pemahaman atau definisi- sebuah kebudayaan yang dianut oleh definisi umum tentang bagaimana bertindak masyarakat. Maka dari itu, tidak dalam situasi ini atau itu”, yang mengherankan apabila diantara suatu “memungkinkan orang untuk bertindak masyarakat dengan masyarakat yang lainnya serupa” (Blumer 1969: 86).4 memiliki tata nilai yang berbeda-beda.5 Dengan mengikuti Mead, teoritisi Suatu nilai apabila telah membudaya interaksionisme simbolik cenderung didalam diri seseorang, ataupun dalam menyetujui pentingnya sebab musabab kehidupan bermasyarakat, maka nilai interaksi social. Makna bukan berasal dari tersebut akan dijadikan sebagai pedoman proses mental yang menyendiri, tetapi atau petunjuk di dalam bertingkah laku. Hal berasal dari interaksi. Mead memusatkan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, perhatian pada tindakan dan interaksi contohnya: adanya budaya gotong royong manusia, bukan pada proses mental yang dalam melaksanakan sebuah hajatan. terisolasi. Perhatian utama bukan tertuju pada Disamping hal tersebut dianggap sebagai bagaimana cara mental manusia menciptakan sebuah budaya, namun ada nilai kebersamaan arti dan symbol, tetapi lebih kearah yang terjalin didalamnya, dan tentunya bagaimana cara mereka mempelajarinya sangat mempengaruhi terhadap kesiapan selama interaksi pada umumnya dan selama dalam mempercepat kinerja untuk hajatan proses sosialisasi pada khususnya. tersebut. Jadi, secara universal, nilai Teoritisi interaksionisme simbolik merupakan pendorong bagi seseorang memusatkan perhatian utamanya pada maupun masyarakat dalam mencapai tujuan dampak dari makna dan symbol terhadap tertentu. Manusia dianugerahi akal sehingga tindakan dan interaksi manusia. Mead dapat dipergunakan untuk berfikir.6 membedakannya antara perilaku lahiriah dan perilaku tersembunyi. Perilaku lahiriah

4 Ibid. 6 Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya 5 Wikipedia, “Nilai Sosial”diakses dari Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 19. http://id.m.wikipedia.org pada tanggal 20 Maret 2018 pukul 14:15 WIB.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 5

2. 3. Kelompok-kelompok Sosial - Berdasarkan berlangsungnya suatu Kelompok-kelompok Sosial kepentingan, dibedakan menjadi: in merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari group, dan out group. kumpulan-kumpulan individu yang hidup - Kelompok-kelompok social yang tidak bersama dengan mengadakan hubungan teratur, terbagi menjadi dua golongan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, yaitu: kerumunan (crowd) dengan sehingga diharapkan adanya pembagian berbagai bentuknya, dan publik.8 tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka.7 2. 4. Tradisi-tradisi dalam Kebudayaan Kelompok social yang paling Jawa sederhana ialah keluarga, dan hampir semua Tradisi (Bahasa Latin: traditio, manusia pada mulanya menjadi anggota "diteruskan") atau kebiasaan, dalam kelompok keluarga. Meskipun anggotanya pengertian yang paling sederhana adalah menyebar, mereka akan berkumpul kembali sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak pada saat-saat tertentu dan saling bertukar lama dan menjadi bagian dari kehidupan pikiran serta pengalaman. Kelompok- suatu kelompok masyarakat, biasanya dari kelompok social akan mengalami perubahan- suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama perubahan, baik itu dalam bentuk maupun yang sama.9 Hal yang paling mendasar dari aktivitasnya. tradisi adalah adanya informasi yang Pada dasarnya, kelompok social dapat diteruskan dari generasi ke generasi baik dibedakan menjadi : tertulis maupun (sering kali) lisan, karena - Kelompok-kelompok social yang teratur. tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dikenal lagi beberapa bentuk yaitu : Cepat atau lambat setiap tradisi mulai - Berdasarkan besar kecilnya jumlah dipertanyakan, diragukan, diteliti ulang dan anggota kelompok dapat dibedakan bersamaan dengan itu fragmen-fragmen menjadi dua bentuk: kelompok primer masa lalu ditemukan dan disahkan sebagai (primary group), dan kelompok tradisi. Perubahan tradisi juga disebabkan sekunder (secondary group). oleh banyaknya tradisi dan bentrokan antara - Berdasarkan atas derajat organisasinya tradisi yang satu dengan saingannya. dapat dibedakan menjadi: kelompok Benturan ini dapat terjadi antara tradisi formal (formal group), dan kelompok masyarakat atau antara kultur yang berbeda informal (informal group). atau di dalam masyarakat tertentu.10 - Berdasarkan atas interaksinya Tradisi-tradisi Jawa secara garis besar dibedakan menjadi: kelompok dapat dipilah kedalam tiga pokok, yaitu: (1) referensi (reference group), dan sistem upacara daur hidup dan sistem upacara kelompok membership (membership daur waktu, (2) adat pergaulan, dan (3) group). kesenian. Tradisi-tradisi tersebut telah - Berdasarkan kepentingan dan ditegakkan pada masa lalu dan dilestarikan wilayahnya, dibedakan menjadi: hingga kini dengan disesuaikan “tuntutan gemeinschaft, dan gesellschaft. zaman”.11

7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar 10 Piotr Sztompka, op.cit. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007). 11 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di 8 Ibid. Indonesia. (Jakarta: Djambatan, 2007), hlm. 429. 9 Muhaimin AG, Islam dalam bingkai Budaya Lokal: Potret dari Cirebon, Terj. Suganda (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 11.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 6

telah ditetapkan oleh peneliti. Pada penelitian ini semua anggota Ikatan Keluarga Jawa Riau BAB III mengetahui adanya tradisi ini dan diharapkan METODE PENELITIAN untuk mengikutinya jika tidak memiliki halangan tertentu. 3. 1. Metode yang Digunakan Untuk menemukan makna, nilai-nilai, 3. 4. Teknik Pengumpulan Data serta dampak dari diadakannya Malam Satu Untuk mengambil data agar data yang Suro pada masyarakat Jawa di Desa Suka dihasilkan lebih akurat dan relevan, Mulya Kecamatan Bangkinang Kabupaten penelitian ini menggunakan teknik Kampar (Studi pada Ikatan Keluarga Jawa pengumpulan data dengan cara: observasi, Riau) secara optimal, disesuaikan dengan wawancara mendalam (indepth interview), butir-butir rumusan masalah, tujuan, serta dan dokumentasi. manfaat penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3. 5. Sumber Data metode penelitian kualitatif. Metode Sumber data yang digunakan disini penelitian kualitatif sering disebut dengan adalah: data primer, dan data sekunder. metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang 3. 6. Analisis Data alamiah (natural setting); juga disebut Bogdan menyatakan bahwa “analisis sebagai metode etnographi, karena pada data adalah proses mencari dan menyusun awalnya metode ini lebih banyak digunakan secara sistematis data yang diperoleh dari untuk penelitian dibidang antropologi hasil wawancara, catatan lapangan, dan budaya.12 bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami dan dimengerti, serta 3. 2. Lokasi Penelitian temuannya dapat diinformasikan kepada Tradisi malam satu Suro ini diadakan di orang lain.13 Desa Suka Mulya SP II Kecamatan Analisa data dilakukan dengan Bangkinang Kabupaten Kampar oleh sebuah mengorganisasikan data, menjabarkannya ke ikatan yang ada di Kabupaten Kampar yaitu dalam unit-unit, melakukan sintesa, Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR). menyusun ke dalam pola, memilih dan Penelitian ini berlokasi pada sebuah Ikatan memilah mana yang penting dan yang akan Keluarga Jawa Riau yang ada di Kabupaten dipelajari, dan membuat kesimpulan yang Kampar. Walaupun tradisi ini diadakan di dapat diceritakan kepada orang lain.14 Dari wilayah SP II, namun dalang dibalik hasil pengolahan data, penulis memaparkan lancarnya tradisi ini berpusat di Bangkinang keterangan-keterangan tersebut kedalam (ibukota dari Kabupaten Kampar). uraian-uraian berupa kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti. Hasil pengolahan 3. 3. Subjek Penelitian data ini akan dicek kebenarannya melalui Subjek dalam penelitian ini telah hasil wawancara. Dari sinilah peneliti akan ditentukan dengan menggunakan Purposive menghasilkan analisa yang diakhiri dengan Sampling, yaitu pengambilan atau penarikan kesimpulan dan saran. sampling yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang

12 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif 13 Sugiyono, op.cit. (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 01. 14 Ibid.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 7

Desa Suka Mulya merupakan desa BAB IV yang disekelilingnya ditumbuhi oleh pohon GAMBARAN UMUM DESA SUKA sawit dan karet, maka tidak heran jika MULYA SP II KECAMATAN sebagian besar masyarakatnya bekerja BANGKINANG KABUPATEN sebagai petani. Selain itu, desa ini juga KAMPAR masyarakatnya banyak yang beternak, mulai 4. 1. Gambaran Umum Desa Suka Mulya dari ternak sapi (92 orang dengan populasi SP II 235 ekor), ternak ayam kampong (150 orang Desa Suka Mulya SP II merupakan dengan populasi 754 ekor), ternak bebek (70 sebuah desa yang terletak di kecamatan orang dengan populasi 650 ekor), ternak Bangkinang Kabupaten Kampar. Dahulunya kambing (10 orang dengan populasi 78 ekor), desa ini termasuk ke dalam kecamatan ternak burung puyuh (1 orang dengan Bangkinang Seberang, namun setelah adanya populasi 100 ekor), dan ternak ayam potong pemekaran pada tahun 2015 dimasa (3 orang dengan populasi 18.000 ekor). pemerintahan Bupati H. Jefri Noer desa ini termasuk ke dalam kecamatan Bangkinang. 4. 5. Agama Desa Suka Mulya merupakan sebuah Unit Kabupaten Kampar yang dijuluki Pemukiman Transmigrasi (UPT 11 sebagai Kota Serambi Mekkah, mayoritas Bangkinang A) yang penduduknya masyarakatnya memeluk agama Islam. kebanyakan dihuni oleh masyarakat Begitu juga dengan Kecamatan Bangkinang pendatang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, khususnya Desa Suka Mulya. Mereka Jawa Barat, D.I Yogyakarta, dan tempatan mayoritas beragama Islam, dan ada sebagian dari daerah sekitar. dari mereka yang beragama Kristen dan Budha. Walaupun demikian, mereka dapat 4. 2. Kondisi Geografis Desa Suka Mulya hidup berdampingan dan memiliki sikap Desa Suka Mulya adalah salah sati desa toleransi yang tinggi. yang terdiri dari 9 desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Bangkinang Kabupaten 4. 6. Potensi Fisik Desa Kampar. Terletak pada titik koordinat Salah satu potensi besar atau unggulan 00,28!,45!!-00,31!,_!! Lintang Selatan dan yang sangat prospektif untuk dikelola dan 1010,08!,_!!-1010,_!,_!! Bujur Timur. Secara dikembangkan di Desa Suka Mulya saat ini ekonomis, jarak yang ditempuh menuju Desa yaitu: pertanian tanaman pangan dan Suka Mulya dari Ibukota kecamatan: 17 km, holtikultura, perkebunan karet dan sawit, dan dari Ibukota Kabupaten: 18 Km, dan dari peternakan. Hal ini juga merupakan salah Ibukota Provinsi: 65 Km. satu penghasilan masyarakat Desa Suka Mulya. Produk atau potensi unggulan lainnya 4. 3. Kependudukan yaitu: jambu madu, jambu citra, buah Desa Suka Mulya memiliki jumlah semangka, dan penggemukan ternak sapi. penduduk 3.112 Jiwa per Maret 2017. Adapun rinciannya yaitu: laki-laki sebanyak 1552 Jiwa, perempuan sebanyak 1560 Jiwa BAB V dan total KK keseluruhannya sebanyak 848 DESKRIPSI TRADISI MALAM SATU KK. SURO PADA IKATAN KELUARGA JAWA RIAU (IKJR) 4. 4. Sosial Ekonomi 5. 1. Identitas Informan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 8

,(pada bulan maulud (Rabi’ul Awal ﷺ Dalam hal identitas informan, penulis telah mengelompokkan pertanyaan- dan yang kedua yaitu perayaan bulan pertanyaan yang berkaitan dengan identitas Suro. Pada bulan Suro, umumnya informan seperti: umur, jabatan yang sedang dilaksanakan “jamas pusoko”, ruwatan, dipegang di IKJR Kabupaten Kampar, sesajen agung, dan hal-hal yang berkaitan pekerjaan, serta berasal dari Jawa bagian dengan hal tersebut seperti laku tapa mana. Dimana hal itu berguna untuk brata. 16 memberikan sedikit informasi mengenai Bagi masyarakat Islam-Jawa, informan yang telah diteliti. Seperti yang kekeramatan bulan Suro sedikit telah dipaparkan pada Bab III, jumlah banyaknya menimbulkan kepercayaan informan yang diteliti sebanyak 5 informan, bahwa bentuk-bentuk kegiatan tertentu yaitu: pakde Lilik Sugiarto, pakde H. dalam artian yang besar seperti penikahan, Suprowo, om Joko Pratomo, pakde H. hajatan, dan lain sebagainya tidak berani Iswanto, dan pak Sugianto. melakukan, bukan berarti tidak boleh.

Namun, masyarakat memiliki anggapan 5. 2. Bulan Suro dan Masyarakat Islam- bahwa bulan tersebut merupakan bulan Jawa yang paling agung dan mulia. Karena 5. 2. 1. Asal Usul Kata “Suro” pada terlalu mulianya bulan tersebut, Masyarakat Jawa masyarakat merasa tidak pantas untuk Kata “Suro” atau yang melaksanakan gawean pada bulan sebenarnya “asyura” dalam bahasa arab tersebut. merupakan sebutan lain bulan Muharram 5. 2. 3. Kedudukan Bulan Suro dalam dalam masyarakat Jawa. Dimana arti dari Islam-Jawa asyuro tersebut ialah sepuluh, yaitu Bulan Suro bukanlah “bulan tanggal 10 pada bulan Muharram Bagi larangan” dimana tidak boleh melakukan masyarakat muslim, tanggal 10 tersebut hajatan atau aktivitas tertentu yang memiliki arti yang sangat penting diinginkan, terutama pesta. Sebab bagis walaupun dasarnya tidak begitu kuat. Islam-Jawa apa yang disebut sebagai Dikarenakan hal tersebut, maka “larangan sasi” atau saat “ora keno masyarakat Islam Indonesia terutama pada kanggo ngijabake penganten lan liya- masyarakat Jawa , tanggal tersebut lebih liyane” meliputi seluruh bulan dalam dikenal dibandingkan dengan bulannya tanggal-tanggal tertentu dan tahun sendiri. Dalam lidah masyarakat Jawa tertentu.17 Kepercayaan masyarakat lebih dikenal dengan sebutan “Suro” bukanlah berdasarkan teks ajaran, namun sebagai khazanah Islam-Jawa asli dimana hal ini didasari oleh gugon-tuhon dan bulan tersebut menjadi bulan pertama sugesti. dalam kalender Islam maupun Jawa. 15

5. 2. 2. Anggapan Bulan Suro sebagai 5. 3. Sejarah Munculnya Tradisi Malam Bulan Keramat Satu Suro pada IKJR Dalam budaya keraton, ada dua Suroan ini dilaksanakan pada tahun hari besar yang rutin dilaksanakan pada 2004 dan pada tahun 2003 itu adalah tahun tiap tahunnya, yang pertama yaitu gerebeg dimana IKJR dibentuk, satu tahun setelahnya maulud dimana hal ini bertujuan untuk baru diadakan suroan. Awal mula suroan ini memperingati kelahiran Nabi Muhammad

15 Muhammad Sholikhin, op.cit, hlm. 83. 17 Ibid, hlm. 87. 16 Ibid, hlm. 84.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 9 dilaksanakan yaitu karena bertepatan dengan tahun, ritual do’a awal tahun, selametan ulang tahun terbentuknya Ikatan Keluarga tanggal 1 Suro, puasa dan “arialat”, Jawa Riau (IKJR). Untuk memperingatinya, selametan “bubur manggul, atau bubur maka pengurus-pengurus IKJR berinisiatif Suro”, selametan dengan kenduri Suro, dan untuk menampilkan wayangan semalam bertapa atau berkhalwat selama 10 hari. suntuk. Namun tidak setiap suroan wayangan ini dihadirkan, tetapi lebih tepatnya 4 tahun 5. 6. Kegiatan Inti pada Malam Puncak sekali baru diadakan wayangan atau jika (Suroan) memiliki dana yang cukup baru diadakan Pada tanggal 07 Oktober 2017 tepatnya wayangan walaupun kurang dari 4 tahun. pukul 19:00 atau ba’da magrib merupakan Jika pada suatu tradisi suroan tidak ada malam puncak dari serangkaian kegiatan pagelaran wayang kulit semalam suntuk, yang telah dilakukan seminggu sebelum suroan tetap dilaksanakan dengan malam puncak suroan oleh IKJR Kabupaten menghadirkan kebudayaan-kebudayaan Jawa Kampar bekerja sama dengan masyarakat yang lain seperti jaran kepang (kuda desa Suka Mulya SP II. Pada malam inilah, lumping), pagelaran reog, dan yang mereka melakukan kegiatan inti dimana lainnya.18 Yang penting suroan ini tetap rutin seperti yang telah mereka sepakati pada dilaksanakan setiap tahunnya. Suroan ini waktu rapat kepengurusan yaitu adanya juga sebagai ajang silaturrahmi antar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk di masyarakat Jawa di Kabupaten Kampar yang desa Suka Mulya SP II. Karena disini IKJR sebagian besar adalah ex-transmigrasi. Kabupaten Kampar dan masyarakat desa Suka Mulya hanya sekedar memperingati 5. 4. Kegiatan Pendukung Malam Satu tahun baru Islam atau malam satu suro dan Suro (Suroan) pelaksanaannya pun tidak tepat dilakukan Berbeda dengan Yogyakarta, Ikatan pada malam penanggalan satu Suro atau satu Keluarga Jawa Riau yang berada di Kampar Muharram (dalam kalender Islam) serta tidak memiliki keunikan tersendiri dalam ada ritual khusus seperti yang dilaksanakan melaksanakan tradisi malam satu suro ini. di Pulau Jawa pada umumnya.19 Dalam hal ini, mereka bekerja sama dengan Dalam pelaksanaan tradisi suroan ini masyarakat desa dimana suroan ini biasanya IKJR mengadakan pagelaran dilaksanakan. Peran panitia pelaksana dan wayang kulit semalam suntuk untuk anggota-anggota IKJR pun tidak lepas untuk memperingati datangnya bulan Suro ini. menyukseskan tradisi suroan ini. Adapun Dalam kesempatan ini, tidak ada batasan kegiatan pendukung malam satu Suro mengenai siapa saja yang berhak untuk turut (Suroan) adalah: kegiatan donor darah, serta meramaikan. Suroan ini terbuka untuk senam jantung sehat, dan kegiatan umum, siapa saja boleh untuk hadir, pejabat- pengobatan masal. pejabat Kabupaten Kampar ataupun Provinsi Riau juga tampak hadir pada malam puncak. 5. 5. Proses atau Pelaksanaan Tradisi Untuk pakaian pun, IKJR juga tidak memberi Malam Satu Suro batasan harus pakai baju inikah itukah, yang Adapun prosesi yang dilalui pada penting berpakaian rapi serta sopan. Hanya tradisi ini yaitu : puasa pada hari terakhir saja petugas-petugas tertentu yang memakai bulan ke-12, ritual shalat dan do’a akhir baju khusus seperti: para pemain gamelan,

18 Wawancara dengan Bapak Lilik Sugiarto, op.cit. 19 Wawancara dengan Bapak H. Suprowo (Bendahara DPD-IKJR Kab.Kampar), Senin, 15 Januari 2018, bertempat di rumah Pakde Prowo.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 10 sinden, serta dalang yang memakai baju dahulunya penduduk hijrah atau beskap20 dan sinden yang memakai baju transmigrasi. kebaya. Adanya pagelaran wayang kulit ini memiliki makna tersendiri bagi IKJR dan BAB VI masyarakat desa Suka Mulya serta seluruh MAKNA, NILAI, DAN DAMPAK PADA masyarakat yang turut hadir pada tradisi TRADISI SUROAN BAGI IKATAN suroan ini. Pada malam inti yaitu malam satu KELUARGA JAWA RIAU KAB. suro tersebut banyak rangkaian acara yang KAMPAR dilewati namun itu sifatnya kegiatan karena disini hanya memperingati suroan ini.21 6. 1. Makna Yang Terkandung pada Tradisi Suroan bagi IKJR 5. 7. Susunan Panitia Pelaksana Pada Tradisi yang dilakukan oleh IKJR Tradisi Suroan Kabupaten Kampar ini telah ada sejak tahun Disini IKJR Kabupaten Kampar 2004 dan dilaksanakan secara terus menerus bekerja sama saling bergotong royong tiap tahunnya. Sebuah proses yang memakan dengan masyarakat desa Suka Mulya SP II waktu cukup lama untuk dapat mengartikan untuk menciptakan ketentraman dan makna sebenarnya dari suroan ini. Melalui kedamaian saat suroan berlangsung. interaksi yang baik, kerjasama yang saling Keanggotaan IKJR ini tidak hanya berada menguntungkan, dan sikap saling ditingkat kabupaten saja, awal mula IKJR membutuhkan satu sama lainnya membuat berada ditingkat pusat yang diberi nama suroan ini lebih dimaknai dengan adanya DPP-IKJR (Desan Pengurus Pusat), ditingkat kegiatan untuk membantu sesama dan juga kabupaten diberi nama DPD-IKJR (Dewan membuat kebudayaan di daerah sendiri tidak Pengurus Daerah), ditingkat kecamatan tergerus oleh zaman dan tetap terjaga. diberi nama DPC-IKJR (Dewan Pengurus Dengan mengikuti Mead, teoritisi Cabang), yang terakhir berada di desa yang interaksionisme simbolik cenderung diberi nama DPR-IKJR (Dewan Pengurus menyetujui pentingnya sebab musabab Ranting).22 interaksi social. Makna bukan berasal dari Awalnya seluruh pengurus IKJR proses mental yang menyendiri, tetapi Kabupaten Kampar mengadakan rapat berasal dari interaksi. Mead memusatkan bersama, karena kegiatan ini merupakan perhatian pada tindakan dan interaksi kegiatan kabupaten. Setelah sepakat manusia, bukan pada proses mental yang mengadakan kegiatan tradisi suroan baru terisolasi. Perhatian utama bukan tertuju pada diadakan pembentukan panitia pelaksana. bagaimana cara mental manusia menciptakan Setelah diadakan rapat panitia induk, artinya arti dan symbol, tetapi lebih kearah panitia tingkat kepengurusan kabupaten baru bagaimana cara mereka mempelajarinya diadakan rapat panitia local, artinya panitia selama interaksi pada umumnya dan selama yang menghandle ditempat acara. Suroan ini proses sosialisasi pada khususnya. selalu dibuat didaerah ex-tran, karena disini Disamping itu juga, suroan ini dimaknai dengan tingkat religious yang tinggi, karena

20 Beskap adalah sejenis kemeja pria resmi dalam 21 Wawancara dengan Bapak Sugianto (Kepala Desa tradisi Jawa untuk dikenakan pada acara resmi atau Suka Mulya SP II) Jum’at, 29 Desember 2017, penting. Bentuknya berupa kemeja tebal, tidak bertempat di kantor Kepala Desa Suka Mulya. berkerah lipat, identik dengan warna gelap , namun 22 Wawancara dengan Bapak Joko Pratomo (Sekretaris hampir selalu polos. Bagian depan berbentuk tidak DPD-IKJR Kab.Kampar), Minggu, 14 Januari 2018, simetris, dengan pola kancing menyamping. bertempat di rumah Bapak Joko.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 11 melalui suroan ini mereka dapat sekaligus ataupun dalam kehidupan bermasyarakat, mengadakan selamatan atas rezeki serta maka nilai tersebut akan dijadikan sebagai kenikmatan yang diberikan oleh Allah pedoman atau petunjuk di dalam bertingkah Subhana Wa Ta’ala. Sebagai wadah untuk laku. Jadi, secara universal, nilai merupakan mengintrospeksi diri agar lebih baik lagi untuk pendorong bagi seseorang maupun menjalani kehidupan selanjutnya. Karena masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu. pada saat pagelaran wayang kulit, dalang Manusia dianugerahi akal sehingga dapat mengangkat tema yang akan dimainkan sesuai dipergunakan untuk berfikir. Kemampuan dengan kehidupan sehari-hari seperti yang berfikir manusia juga digunakan untuk terjadi pada saat ini. Jadi, dari suroan ini memecahkan masalah-masalah hidup yang didapatlah berbagai macam makna yang dialaminya. sangat mendalam, mulai dari melestarikan Selain nilai gotong royong, terdapat juga budaya Jawa, sebagai bentuk rasa syukur atas nilai budaya. Melalui suroan ini, masyarakat nikmat yang diberikan Allah Subhana Wa serta IKJR telah melestarikan budaya-budaya Ta’ala, dan juga sebagai ulang tahun Jawa dan mengenalkannya kepada pemuda- terbentuknya IKJR Kabupaten Kampar pada pemudi. Maka dari itu, suroan ini tahun 2003 silam. Yang terpenting dari suroan menampilkan budaya-budaya Jawa yang ini ialah untuk selalu meningkatkan rasa merupakan inisiatif IKJR Kabupaten Kampar syukur atas kenikmatan yang diberikan-Nya agar dapat menjaga dan melestarikan kepada setiap masyarakat, terutama dalam hal kebudayaannya sendiri. ini masyarakat yang merantau dari Jawa ke Ada juga nilai religi yang dapat diambil Riau dan Alhamdulillah memiliki kehidupan dari suroan ini, karena IKJR mengajak kepada yang lebih baik dari sebelumnya. masyarakat yang hadir pada saat itu banyak- banyak mengucapkan syukur atas nikmat yang 6. 2. Nilai-nilai Yang Dapat Diambil dari telah diberikan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala Tradisi Suroan atas kehidupan yang lebih baik daripada Pelaksanaan suroan yang telah sebelumnya. Dan juga melalui suroan ini dilaksanakan setiap tahunnya memiliki nilai dijadikan wadah untuk bermuhasabah diri, yang sangat mempengaruhi aspek kehidupan untuk melakukan mawas diri. bermasyarakatnya. Berdasarkan kutipan wawancara diatas, maka dapat diambil nilai- 6. 3. Dampak Yang Ditimbulkan dari nilai yang telah ada semenjak suroan Tradisi Suroan dilakukan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa: Pada waktu kegiatan donor darah nilai gotong royong, maksudnya disini yaitu berdampak pada kesehatan yang adanya kerja sama yang terjalin antar mendonorkan darahnya, dan mereka juga masyarakat sewaktu pelaksanaan telah merasa bangga karena telah mendonorkan membuat suroan ini berjalan dengan lancar darahnya sehingga bermanfaat bagi yang dan sukses. Selain itu juga karena sifat gotong membutuhkan. Pada saat pengobatan gratis royong ini telah ada semenjak diawal juga, masyarakat memiliki kesempatan untuk pembentukan IKJR tersebut, maka nilai ini memeriksakan kesehatannya dimana hal ini sudah dijadikan oleh masyarakat Jawa dan mencakup semua kalangan. Contohnya: IKJR sebagai pedoman ketika mereka hendak masyarakat yang memiliki keterbatasan melakukan hajatan yang lainnya. ekonomi tidak ada dana untuk berobat dan Hal ini diperkuat dengan sebuah teori mereka hanya memendam sakitnya saja. Dan yang menyatakan bahwa, suatu nilai apabila pada saat ada kegiatan pengobatan masal ini telah membudaya didalam diri seseorang, mereka jadi berkesempatan memeriksakan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 12 keluhan-keluhan yang dialaminya dan Suka Mulya SP II. Dalam mendapatkan obat secara gratis. Hal ini pelaksanaannya, IKJR melakukan menjadi perilaku tersembunyi dari adanya berbagai macam kegiatan sosial suroan di Desa Suka Mulya. kemasyarakatan, seperti: donor darah, Pada saat malam puncak suroan pengobatan masal, senam jantung sehat terdapat pula dampak yang sangat positif, di pagi hari minggu, dan pada malam yaitu para pedagang yang menjajakan puncaknya (suroan) ditambah dengan dagangannya ditempat berlangsungnya kegiatan Kampar bersholawat, serta suroan memiliki keuntungan yang sangat ditutup oleh pagelaran wayang kulit lumayan dari biasanya. Karena pada saat itu semalam suntuk pada tanggal 07 masyarakat banyak yang membeli jajan dan Oktober 2017. membuat barang dagangan cepat terjual. 2. Kegiatan demi kegiatan itu dimaknai Perilaku seperti ini secara tidak langsung sebagai bentuk kerja sama saling telah menimbulkan dampak sebagai tolong menolong serta bahu membahu peningkatan ekonomi pedagang yang sesama masyarakat demi mewujudkan berjualan disaat itu dan dianggap perilaku suksesnya suroan yang telah tersembunyi. Disamping itu juga, dengan direncakan. Selain itu juga, suroan ini adanya budaya dan kesenian Jawa yang dianggap sebagai wadah untuk diikutsertakan membuat budaya itu akan memperkuat tali silaturrahmi antar tetap terjaga dan akan diteruskan dari masyarakat. generasi ke generasi. 3. Nilai-nilai yang dapat diambil dari adanya suroan ini ialah: adanya nilai 6. 4. Upaya Untuk Mempertahankan kebersamaan atau gotong royong yang Tradisi Suroan terjalin masih kental. Selain itu, adanya Untuk tahun berikutnya akan diadakan nilai-nilai religious seperti yang di desa Bina Baru tepatnya di Kampar Kiri terungkap dimakna suroan sebagai Tengah. Desa tersebut merupakan desa ex- wadah untuk menintrospeksi diri dan trans dan juga desa tersebut meminta untuk sebagai ungkapan rasa syukur atas mengadakan suroan di desanya. Desa ex-trans nikmat Allah Subhana Wa Ta’ala. yang masih memiliki sifat kegotong royongan 4. Dampak yang ditimbulkan dari adanya yang sangat kental, membuat desanya banyak suroan ini sangatlah berdampak positif. diminati untuk melakukan hajatan-hajatan besar yang menyangkut dengan khalayak 7. 2. Saran ramai. Sifat kebersamaan dan rasa saling 1. Sesepuh-sesepuh atau tokoh memiliki diantara sesama masyarakat masyarakat Jawa yang dituakan di Riau membuat mereka tidak sungkan-sungkan khususnya Kampar untuk dapat meminta pertolongan ketika sedang dilanda mengajak serta menggerakkan kembali kemalangan. Hal tersebut telah menjadi ciri semangat pemuda-pemudi untuk dapat khas tersendiri dari adanya desa ex-tran. ikut serta melestarikan budaya Jawa di tanah perantauan dengan menjadikan BAB VII mereka sebagai anggota-anggota dalam PENUTUP kepengurusan IKJR. 2. Pengurus-pengurus IKJR agar dapat 7. 1. Kesimpulan mempersiapkan dana nya jauh sebelum 1. Suroan yang dilaksanakan oleh IKJR dilaksanakannya suroan, agar tidak Kabupaten Kampar bertempat di Desa terlalu banyak lagi dana yang akan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 13

dicari, dan memiliki tabungan khusus Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi untuk suroan selanjutnya. Klasik Dan Modern Jilid II, 3. Masyarakat desa Suka Mulya agar diterjemahkan oleh Robert M.Z. lebih mempersiapkan segala Lawang dari judul asli “Socilogical sesuatunya sesuai dengan perkiraan Theory Classical Founders and yang telah ditetapkan, contoh: Contemporary Perspectives” (Jhon kesediaan kursi yang kurang sehingga Wiley & Sons Inc). Jakarta: PT. yang tidak kebagian kursi, duduk Gramedia. bersila diatas rumput. Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. 4. Pemerintah daerah agar dapat melihat Jakarta: PN Balai Pustaka. potensi apa yang ada di daerahnya dan bangga tehadap budaya yang ada Koentjaraningrat. 1994. Pengantar Ilmu didaerahnya walaupun bukan asli dari Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. daerah tersebut. Serta dapat Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan dilestarikan dan diteruskan kegenerasi Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: berikutnya. Djambatan. Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2011. DAFTAR PUSTAKA Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan. AG, Muhaimin. 2001. Islam dalam Bingkai Jakarta: Kencana. Budaya Lokal: Potret dari Cirebon, Panuju, Redi. 1994. Ilmu Budaya Dasar dan Terj. Suganda. Ciputat: PT. Logos Kebudayaan. Jakarta: PT Gramedia Wacana Ilmu. Pustaka Umum. Craib, Ian. 1986. Teori 2 Sosiologi Modern Poespowardojo, Soerjanto. 1993. Strategi Dari Parson-Harbermas. Jakarta: Kebudayaan Suatu Pendekatan Rajawali. Filosofis. Jakarta: Gramedia Pustaka Djamil, Abdul, dkk. 2002. Islam dan Utama. Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Purwadi. 2007. Ensiklopedi Adat-Istiadat Media. Budaya Jawa. Yogyakarta: Panji Dwirianto, Sabarno. 2013. Kompilasi Pustaka. Sosiologi Tokoh dan Teori. Pekanbaru: Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi UR Press Pekanbaru. Modern. Jakarta : Pustakaraya. Endraswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen. Ritzer, George. 1992. Sosiologi Ilmu Yogyakarta: Penerbit NARASI. Berparadigma Ganda. Jakarta: Endraswara, Suwardi. 2010. Falsafah Hidup Rajawali Press. Jawa. Yogyakarta: Cakrawala. Ritzer, George dan J. Goodman, Douglas. Hadi, Sutrino. 1984. Metodologi Research : 2009. Teori Sosiologi. Yogyakarta: untuk penulisan paper, skripsi, thesis, Karya Wacana. dan disertasi Jilid 1. Yogyakarta: Ritzer, George dan J. Godman, Douglas. Fakultas Psikolog UGM. 2011. Teori Sosiologi Modern, Edisi Herimanto dan Winarno. 2011. Ilmu Sosial Ke-6. Jakarta: Kencana. dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia: Aksara. Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Herusatoto, Budiono. 1987. Simbolisme Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Hanindita. Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 14

Solikhin, Muhammad. 2009. Misteri Bulan Kecamatan Tapung Kabupaten Suro Perspektif Islam Jawa. Kampar. Skripsi: UR, Sosiologi Fisip. Yogyakarta: Penerbit NARASI. Pebri, Karisma. 2015. Tradisi Bara’an dalam S. Turner, Bryan. 2012. Teori Sosial dari Masyarakat Desa Teluk Pambang Klasik sampai Postmodern. Kecamatan Bantan Kabupaten Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bengkalis. Skripsi: UR, Sosiologi Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Fisip. Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar WEBSITE Sosiologi (edisi revisi). Jakarta: Indonesia Kaya. Perayaan Satu Suro, Tradisi Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Malam Sakral Masyarakat Jawa. Universitas Indonesia. www.indonesiakaya.com/jelajah- Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan indonesia/detail/perayaan-satu-suro- Sosial. Jakarta: Prenada. tradisi-malam-sakral-masyarakat-jawa [25 Oktober 2017, 20:30 WIB]. JURNAL Wikipedia. Satu Suro. Ana Latifah. 2014. Kepercayaan Masyarakat https://id.m.wikipedia.org/wiki/Satu_S Terhadap Upacara Tradisi Satu Suro uro [29 Januari 2018, 15:05 WIB]. Di Desa Traji Kecamatan Parakan Detiknews. Melihat Lebih dekat Ritual Kabupaten Temanggung. Semarang: Malam 1 Syuro di Keraton Yogyakarta. Jurnal Ushuluddin. https://m.detik.com/news/berita/d- Djihan Nisa Arini Hidayah. 2013. Persepsi 3653128/melihat-lebih-dekat-ritual- Masyarakat Terhadap Tradisi Malam malam-1-syuro-di-keraton- Satu Suro. Semarang: Jurnal Ilmiah Yogyakarta. [02 Februari 2018, pukul PPKN IKIP Veteran. Vol 1, No 1. 15:53 WIB]. Ratna Christiana. 2008. Tradisi Suroan Di RiauSidik. DPP IKJR Gelar Peringatan 1 Desa Bedono Kluwung Kecamatan Muharram di Bangkinang. Kemiri Kabupaten Purworejo (Studi www.riausidik.com/pemkabkampar- Budaya). Perpustakaan Digital UIN 118261-2017-10-09-gubernur-ajak- Sunan Kalijaga Yogyakarta. masyarakat-jawa-tetap-menjaga- persatuan.html. [27 Januari 2018, SKRIPSI pukul 20:00 WIB]. Dyah, Lupitasari. 2016. Tradisi Munjung Di Wikipedia. Nilai Sosial. Dalam Pesta Pernikahan Adat Jawa Di http://id.m.wikipedia.org. [20 Maret Desa Air Panas Kecamatan Pendalian 2018 pukul 14:15 WIB]. IV Koto Kabupaten Rokan Hulu. Skripsi: UR, Sosiologi Fisip. Yuhana. 2016. Tradisi Bulan Ramdhan Pada Komunitas Jawa Di Desa Tanah Datar Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. Skripsi: UR, Sosiologi Fisip. Sri, Puspa Dewi. 2015. Tradisi Rewang dalam Adat Pernikahan Komunitas Jawa di Desa Petapahan Jaya Sp-1

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 15