RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMAN

BUKIT CINERE TERHADAP MATERI DAKWAH “SEDEKAH”

USTAD YUSUF MANSUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I)

Oleh

Sofyan Hadi Rahman

NIM: 107051002421

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H

DAKWAH SEDEKAH USTAD YUSUF MANSUR PENGESAHAN PANITIA UJIAI\

Skripsi berjudul "RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMAN BUKIT CINERE TERIIADAP MATERI DAKWAH "SEDEKAH" USTAD YUSUF MANSUR" telah diujikan dalam sidang munaqasyahFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta. Pada tanggal 20 September 2011. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.l)pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran lslam.

Jakart4 22 September2011

Sidang Munaqasyah

SekreurisMerangkap Anggota

t997032 002

PengujiI PengujiII

08161997032002 NIP.19660605199403 1 005

Pembimbing LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memenuhi gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah . 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 September 2011

Penulis

Sofyan Hadi Rahman

ABSTRAK Sofyan Hadi Rahman Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi Dakwah “Sedekah” Ustad Yusuf Mansur Bersedekah merupakan aktivitas seorang muslim yang memiliki sifat keutamaan, karena ketinggian derajat seorang muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada muslim yang lainnya. Baik yang kaya ataupun miskin, baik yang kuat ataupun lemah, baik laki-laki maupun perempuan dan baik yang muda ataupun yang tua. Sedekah bukanlah amalan biasa. Sedekah punya keajaiban yang terkadang membuat hitung-hitungan logika manusia tercengang. Bagi kita mungkin 1+1 =2, tapi pada konsep sedekah 1+1= 10. Inilah keajaiban Tuhan yang diberikan kepada hambaNya yang mau melakukan amalan mulia tersebut. Ingat, bahwa ibadah sedekah tidak hanya melibatkan dua pihak yakni pelaku sedekah dengan Tuhan akan tetapi ibadah ini melibatkan tiga pihak, yakni si pelaku, objek penerima dan Tuhan. Ustad Yusuf Mansur melaui The Power Of Giving banyak menjelaskan kepada pembaca mengenai berbagai macam keuntungan ibadah sedekah dan hikmah yang terjadi pada diri seseorang setelah ia melakukan ibadah sedeka. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi Dakwah “Sedekah” Ustad Yusuf Mansur”. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah” Ustad Yusuf, yang meliputi respon kognitif Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap materi dakwah “sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?, respon afektif Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi dakwah “sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?, respon konatif/behavioral Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi dakwah “sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?. Pada penelitian ini teori yang digunakan adalah stimulus respon, yang mana ini dikarenakan komunikan atau dalam hal ini adalah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere akan distimulus atau dirangsang oleh ceramah Ustad Yusuf Mansur dan melakukan perhatian, pengertian dan penerimaan stimulus sehingga munculah respon ataupun efek yang didapatkan dari ceramah itu. Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang tepat. Selain itu metode kuantitatif lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. format deskriptif dalam penelitian ini. Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Dari hasil pengolahan data terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah” Ustad Yusuf Mansur. terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah” Ustad Yusuf Mansur. Respon kognitif yang didapat dari responden bahwa Ustad Yusuf Mansur dalam ceramahnya selalu mengajak orang lain untuk bersedekah menduduki peringakat pertama dengan skor 391. Respon afektif yakni tentang kesenangan responden terhadap ceramah Ustad Yusuf Mansur dengan skor tertinggi 305. Respon behavioral (perilaku) yakni tentang responden peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan dengan skor 322.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin...

Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Meskipun banyak kendala-kendala di tengah jalan yang terkadang menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berjarga. Dengan usaha dan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon jamaah

Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟

Ustad Yusuf Mansur”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Abudurrahman dan ibunda Sumarni yang tak pernah bosan

memberi semangat dan nasehat kepada penulis untuk terus membaca dan

menyelesaikan skripsi ini. Kakanda Khaeruddin dan adinda Tasya yang

selalu membantu dan menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih untuk semua bantuan moril dan materil selama ini.

2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi. Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin

Saputra, M.A, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak

Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Pembantu Dekan III Bidang

Kemahasiswaan, Bapak Drs Study Rizal, L.K, MA.

ii

3. Ketua Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Jumroni M.Si, beserta

Sekretaris Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarrofah M.A,

atas segala bantuan dan bimbingannya selama ini.

4. Bapak Dr.A Ilyas Ismail, MA selaku dosen pembimbing yang telah

banyak membantu, memberikan pengarahan dan kesempurnaan pada

penulisan skripsi ini.

5. Seluruh jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere beserta

pengurus. Terimakasih penulis ucapkan atas waktu dan bantuannya dalam

mengisi angket.

6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Terimakasih untuk saran-saranya dan bantuannya.

7. Terima kasih buat anak-anak KPI C 2007, Fitri, Hany, Fardun, Wati,

Fauziah, Eva, Adin, Ucup, Rifat, Arin, Arip, Ari, Ayu, Angga, Dara, Ega,

Fena, Hikmah, Iin, Irna, Leha, Lini, Melia, Riyadul, Reza, Sucy, Ubay

yang sudah memberi semangat kepada penulis untuk segera

menyelesaikan skirpsi ini.

8. Terima kasih untuk anak-anak KKN GB 2010.

9. Terima kasih juga untuk “yadzasoha”, yang telah memberikan motivasi

penulis untuk jangan menyerah dan tetap semangat.

10. Terakhir terimaksih untuk semua pihak yang membantu penulis.

Jakarta 27 Juli 2011

Sofyan Hadi Rahman

ii

ii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR

ABSTRAK...... i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...... 1

B. Pembatasan dan perumusan masalah ...... 5

C. Tujuan dan manfaat penelitian ...... 6

D. Tinjauan pustaka ...... 7

E. Metodologi

1. Lokasi penelitian ...... 8

2. Metode penelitian ...... 8

3. Variable Penelitian ...... 9

4. Definisi operasional ...... 9

5. Populasi dan Sampel ...... 12

6. Teknik sampling ...... 13

7. Teknik pengumpulan data ...... 13

8. Teknik analisis data ...... 14

9. Hipotesis ...... 16

F. Sistematika penulisan ...... 17

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Teori S-O-R

1. Teori stimulus respon ...... 17

2. Pengertian respon ...... 18

3. Macam-macam respon ...... 19 4. Faktor terbentuknya respon ………………………………………...... 20

B. Dakwah

1. Pengertian dakwah…………………………………………………… ...21

2. Tujuan dakwah ...... 22

3. Subjek dan objek dakwah...... 23

4. Metode dakwah……………………………………………………….. ..25

C. Sedekah

1. Pengertian sedekah ...... 27

2. Dasar dan hukum sedekah ...... 28

3. Perbedaan sedekah dengan zakat ...... 28

4. Perbedaan dan persamaan sedekah dan infaq………………...…...... 29

5. Hikmah sedekah………………………………………………………....29

D. Majelis Taklim dan Jamaah

1. Pengertian Majelis Taklim ...... 30

2. Penegrtian Jamaah ...... 31

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Ustad Yusuf Mansur

1. Biografi Ustad Yusuf Mansur ...... 32

2. Kiprah dakwah Ustad Yusuf Mansur ...... 36

3. Karya-karya Ustad Yusuf Mansur ...... 37

B. Profil Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ...... 38

1. Visi dan Misi ……………………………………………………….…. 39

2. Jadwal kegiatan………………………………………………………... 39

3. Struktur organisasi…………………………………………………….

BAB IV ANALISIS RESPON KOGNITIF, AFEKTIF DAN BHAVIORAL

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Responden ...... 42

2. Deskripsi Kuesioner ...... 43

B. Anlisis data

1. Analisis Skala Likert ...... 44

2. Analisis chi-square ...... 53

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...... 57

B. Saran ...... 58

DAFTAR PUSTAKA ...... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis Kelamin Responden ...... 40 Tabel 2 Latar Belakang Pendidikan Responden ...... 41 Tabel 3 Pertanyaan Kuesioner ...... 42 Tabel 4 Skala Likert Respon Kognitif ...... 42 Tabel 5 Skala Likert Respon Afektif ...... 45 Tabel 6 Skala Likert Respon Behavioral ...... 48 Tabel 7 Uji chisquare berdasarkan jenis kelamin ...... 51 Tabel 8 Uji chisquare berdasarkan pendidikan ...... 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdakwah merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dakwah bisa menggerakkan pelbagi naluri dan menempati tempat yang sentral dalam kehidupan kita, apabila di era yang sarat dengan krisis akidah seperti sekarang ini.

Al- merupakan sebuah Kitab Dakwah. Yang memilki ruh pembangkit. Yang berfungsi sebagai penguat. Yang menjadi tempat berpijak.

Berperan sebagai penjaga, penerang, dan penejelas. Merupakan suatu undang- undang dan konsep-konsep global. Dan merupakan tempat kembali satu-satunya bagi para penyeru dakwah dalam mengambil rujukan untuk melakukan kegiatan dakwah, dalam menyusun suatu konsep gerakan dakwah selanjutnya.1

Apabila kita memperhatikan Al-Quran dan sunnah maka kita akan mengetahui, sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strategis dan menentukan. Keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam sejarah maupun prekteknya, sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya. Materi dakwah maupun metodenya yang tidak dapat menyebabkan kesalahlangkahan dalam pelaksanaan dakwah. Sehingga dakwah sering tidak membawa perubahan apapun, padahal tujuan dakwah adalah

1 Sayyid Qutb, Fiqih Dakwah, (Jakarta, Pustaka Amani, 1970), cet. Ke-1, hal. 1

1 2

untuk mengubah masyarakat sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah.2

Islam merupakan suatu kebenaran, maka Islam menurut fitrahnya harus tersebar luas, diperkenalkan dan diperlihatkan kepada umat manusia.

Menyampaiakan ajaran-ajaran agama Islam kepada umat manusia merupakan tanggung jawab bersama yang telah menerima dan memeluk agama Islam.3

Implikasai dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya.

Djamaluddin Kaffe dalam bukunya Psikologi Dakwah mengatakan bahwa

“dakwah adalah suatu system kegiatan seseorang, sekelompok, segolongan ummat sebagai aktualisasi yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan dan panggilan”.4

Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam tatatran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutdan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi atau dapat juga diartikan kebaikan dunai dan akhirat, serta terbatas dari azab neraka.

Tujuan umum tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih operasional dan dapat dievaluasi keberhasilan yang telah dicapainya. Misalnya, tingkat keistiqomahan di dalam mengerjakan shalat, tingkat keamanahan dan

³ Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, (Jakarta, Gema Insani Press, 1998), hal.78 3 M. Mansur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta, Agustus 1997), h. 2 4 Djamaluddin Kaffe, Psikologi Dakwah (Surabaya: Pustaka Progesif 1993), hal. 29

3

kejujurannya, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya shalat berjamaah di

Masjid, berkurangnya tingkat pengangguran dan lain sebagainya.

Setiap muslim dan muslimah pada dasanya mempunyai kewajiaban untuk berdakwah, menyeru kepada ma‟ruf dan mencegah dari perbuatan munkar. Akan tetapi kalau kita cermati dewasa ini kebanyakan para da‟i terkesan pasif yaitu hanya mengandalakan undangan dari para mad‟u, baik yang diorganisir oleh

Majelis Taklim maupun acara perorangan, padahal kalau kita tengok ke masa lalu mengenai metode dakwahnya Rasulullah SAW, beliau lebih banyak melakukan dakwah dengan cara mendatangi para mad‟u baik yang sudah masuk Islam maupun yang belum masuk Islam.

Majelis Taklim identik dengan sarana aktifitas dakwah dalam bentuk pendidikan dan keagamaan. Bagaimanapun, ia tetap menjadi suatu kebutuhan, karena mengikat akan perannya yang begitu besar dan berarti bagi masyarakat.

Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere berdiri pada tahun 1985. Awalnya, majelis ini merupakan pengajian rutin ibu-ibu dari rumah ke rumah.

Kegiatan keagamaan yang dilakaukan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit

Cinere waktu itu antara lain adalah: pengajian, shalat tarawih berjamaah, shalat

Idul Fitri dan Idul Adha, disamping itu juga penerimaan dan penyaluran zakat dan qurban pada fakir miskin, yatim-piatu dan mengelola anak asuh. Namun cita-cita yang lebih besar dari Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ini adalah mendirikan sebuah Masjid yang dapat menampung kegiatan beragama yang cukup banyak itu. Lantaran anggota majelis kian bertambah, pengajian pun mulai diadakan di Masjid. Nama Masjid kemudian dijadikan nama majelis taklim ini.

4

Sebagaimana kita ketahui, hidup jadi susah, lantaran memang kita banyak dosanya. Dosa-dosa itu mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari kasih sayang Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa Allah berikan ini semua? Kepada siapapun yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain, kepada yang mau peduli dan berbagi.

Ustad Yusuf Mansur menemukan hikmah tentang sedekah saat dipenjara.

Selepas dari penjara, Ustad Yusuf Mansur berjualan es di terminal Kali Deres.

Berkat keikhlasan sedekah pula, akhirnya bisnis Ustad Yusuf Mansur berkembang.

Aktifitas dakwah Ustad Yusuf Mansur pada saat ini memiliki daya tarik di kalangan masyarakat. Awal mula Ustad Yusuf Mansur berdakwah beranjak dari kisah hidup yang dialaminya. Dalam ceramahnya, beliau selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh kisah dalam kehidupan nyata.

             

             

5

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Rasulullah SAW bersabda:

[ [

“Dari Abu Dzar radhiallahuanhu : “Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah berkata kepada Rasulullah SAW “ Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). Rasulullah SAW bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah. Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala”. (Riwayat Muslim).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis terdorong untuk mengetahui bagaimana respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere

6

terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur untuk itu penulis mengambil judul “RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM

BAITURRAHMAN BUKIT CINERE TERHADAP MATERI DAKWAH

„SEDEKAH‟ USTAD YUSUF MANSUR”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penulisan ini, penulis memberikan pembatasan masalah yaitu respon jamaah Majelis Taklim

Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi Sedekah dakwah Ustad Yusuf

Mansur. Penulis hanya mengambil subjek dari Majelis Taklim Baiturahman Bukit

Cinere, yaitu hanya mengambil sample 94 jamaah.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana respon kognitif jamaah Majelis Taklim Baiturrahman

Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur?

b. Bagaimana respon afektif jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit

Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur?

c. Bagaimana respon konatif jamaah Majeleis Taklim Baiturrahman

Bukuit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf

Mansur?

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana respon jamaah Majlis Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah

„sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur. Serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung jamaah Majelis Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Penulisan ini diharapkan untuk dijadikan acuan dalam

melaksanakan kebijakan tentang respon jamaah Majelis Taklim

Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟

Ustad Yusuf Mansur.

2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa fakultas ilmu

dakwah dan ilmu komunikasi akan respons jamaah Majelis Taklim

Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟

Ustad Yusuf Mansur.

b. Manfaat Praktisi

Mengembangkan karya ilmiah yang bermutu untuk menambah wawasan pengetahuan kita khususnya mengenai respon Majlis Taklim Baiturrahman Bukit

Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur.

8

D. Tinjauan Pustaka

Dari sekian banyak skripsi yang membahas tentang respons namun tidak satupun penulis menemukan skripsi yang membahas respons jama‟ah Majelis

Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf

Mansur.

Skripsi itu diantaranya yang berjudul: “Respons Masyarakat Terhadap

Metode Dakwah K.H. M. Syafie Hadzami di Majelis Taklim Ni‟matul Ittihad

Pondok Pinang Jakarta Selatan” atas nama Syafie Hadzami, “Respons Masyarakat

Depok Terhadap Progam Tazkia Qalbu di Music City FM” atas nama Ana

Sabhana Azmi, “Respons siswa SMAN 1 Ciputat Terhadap Isi Pesan Dakwah dalam Album Ya Rahman: Opik” atasa nama Umi Habibah, “Respons Masyarakat

Patal Senayan Terhadap Tayangan Iklan Bintang Sabun Lux di Televisi” atas nama Upik Susanti.

Oleh karena itu, penulis berusaha membandingkan karya tulis terdahulu dengan skripsi yang penulis kerjakan, dalam hal ini tentang respon jama‟ah

Majelis Taklim Baiturrahan Bukit Cinere terhadap Materi Sedekah Dakwah

Ustad Yusuf Mansur.

E. Metodologi Penelitian

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jl. Bukit Cinere Gandul, Kecamatan Cinere,

Kelurahan Gandul, Depok. Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 9 Juni 2011 sampai dengan 16 Juli 2011.

9

2. Metode penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.

Penelitian kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang tepat. Selain itu metode kuantitatif lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.

Metode penelitian menurut Wiradi, “Metode adalah seperangkat langkah

(apa yang harus dilakukan) yang disusun secara sistematis (urutan logis).”

Sedangkan metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu memahami objek.

Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research).

Dimana peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

Selain itu, penulis juga memilih format deskriptif dalam penelitian ini.

Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.5 Dan untuk melengkapi penelitian ini, penulis juga menggunakan metode survey.

Metode survey adalah metode (penelitian) yang menggunakan kuesioner sebagai instrument utama untuk mengumpulkan data.6

5 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana: 2008), Edisi Pertama, cet Ke. 3, h.36 6 Prasetya Irawan, Logika dan prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STIA-LAN, 2000), cet. Ke-1, h.68

10

3. Variable

Berdasarkan variable penelitian ini tentang respon jamaah Majelis Taklim

Baiturrahman Bukit Cinere terhadap mater dakwahi „sedekah‟ Ustad Yusuf

Mansur, menetapkan 2 variable. Yang pertama variable independent adalah Yusuf

Mansur, dan variable dependent adalah respon jamaah Majelis Taklim

Baiturrahman Bukit Cinere.

4. Definisi Operasional

a) Variabel dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel out put. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut juga variabel terikat. Variable dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya independen. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel dependen adalah respon jamaah Majelis Taklim

Baiturrahman Bukit Cinere.

b) Variabel independen

Variabel stimulus.dalam bahasa sering disebut variabel

bebas. Variabel independen adalah yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah

materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur.

Dalam penelitian ini ada suatu hal yang akan dilihat berdasarkan variable yang ada. Hal tersebut adalah:

11

Variable independent Variable dependent

Metode dakwah respon kogintif

Materi dakwah respon afektif

respon konatif

a. Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrhaman Bukit Cinere

Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima oleh komunika dari komunkator. Dan dalam hal ini adalah tentang respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah

„sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur. Dan jika berbicara tentang respon maka akan berbicara pula tentang effek media massa yang meliputi:

a) Effek kognitif

1) Definisi Operasional

Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa

yang diketahu, di pahami atau dipersepsikan khalayak.

2) Indikator

 Jamaah mendapatkan pengetahuan yang belum diketahui

sebelumnya.

 Jamaah dapat lebih mengerti arti sedekah

b) Effek afektif

1) Definisi Operasional

Merupakan perasaan yang ditimbulkan bila ada perubahan pada apa

yang dirasaka, disenangi atau dibenci jamaah.

12

2) Indikator

 Jamaah merasakan perubahan pada dirinya setelah

mendengarkan dakwah Ustad Yusuf Mansur.

 Jamaah dapat menyukai atau tidak terhadap materi sedekah.

c) Effek konatif

1) Definisi Operasional

Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada prilaku nyata

yang dapat diamati meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan.

2) Indikator

 jamaah dapat lebih giat bersedekah dengan ikhlas.

 jamaah dapat lebih peduli dengan sesame yang membutuhkan.

b. Materi Dakwah „Sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur

1) Definisi Operasional

Materi sedekah adalah materi yang digunakan Ustad Yusuf Mansur untuk menarik simpati para jamaah dengan contoh-contoh kisah sedekah membawa kesuksesan seseorang.

2) Indikator

 Metodenya, disampaikan dengan bercerita .

 Materi yang digunakan santai dan lugas.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (semua elemen) yang ada di dalam wilayah penelitian. Oleh karenanya, apabila seorang peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

13

merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya disebut dengan studi populasi atau studi sensus.7

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 234 orang untuk mengetahui jumlah sample yang digunakan, maka peneliti menggunakan rumus slovin, 8dengan sampel errornya adalah 8%:

n =

Keterangan

n: ukuran sample

N: ukuran populasi

e: kelongaran karena ketidak telitian ( kesalahan sample yang dapat ditolerir)

234 1+(234 x 8/100)2

234 1+ (234x 0,08)2

234 1+1,49

234 2,49

=93,9

= 94

Sampel = 94

7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, h. 108. 8 Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset komunikasi,(Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007), hal.160

14

Dari perhitungan rumus slovin di atas maka diperolehlah jumlah sample penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 94 orang.

6. Teknik sampling

Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah jamaah Majelis

Taklim Baiturrahman Bukit Cinere. Maka dari itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen yang mana peneliti memberikan suguhan tayangan kepada responden sebanyak satu kali sebelum memberikan kuesioner.

7. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti:

a. Kuesioner

Teknik pengumpulan data lain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk kuesioner. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi9.

Kuesioner pada penelitian ini akan di berikan kepada 94 responden dari jumlah populasi 234 orang.

b. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diselidiki10. Maka observasi ini dilakukan kepada Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit

Cinere.

9 (John W. Creswell.. Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research 2nd ( Edition. New Jersey, Pearson Education, Inc, 2005), h. 160. 10 Drs. Kholid Narkubo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 70.

15

c. Dokumentasi.

Yaitu sebuah pengumpulan yang dilakukan melalui buku, video, dokumen dan artikel. Maka dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi seperti video yang didownload atau diunduh dari internet dan pengumpulan data dari buku-buku bacaan.

8. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan tujuan menggenelarisir serta menguji teori. Data-data yang diperoleh melalui angket, wawancara dan dokumentasi ini kemudian diproses dengan beberapa tahapan, yaitu: a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah,

dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang

sempurna. b. Tabulating yaitu menstabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban

responden dalam table, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa. c. Kesimpulan yaitu memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran

data. d. Analisa menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisa yang

dilakukan terhadap data yang terwujud angka dengan cara

mengklasifikasikannya, menstabulasikan dan dilakukan dengan mengguakan

perhitungan data statistik. Adapun rumus yang digunakan adalah:

1) Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan skala likert dengan

ketentuan sebagaimana berikut:

16

a) Untuk pernyataan positif diberikan skor sebagai berikut

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4

b. Setuju (S) diberi skor 3

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

b) Adapun nilai negatif diberikan skor sebagaimana berikut:

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 1

b. Setuju (S) diberi skor 2

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 3

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

2) Chi-kuadrat

Analisis chi-kuadrat digunakan untuk ada atau tidaknya perbedaan

sikap atau pengetahuan jamaah Majelis Tajlim Baiturrhamn Bukit

Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur

Rumus:11

X2 = ∑

Keterangan:

X2 = apakah ada perbedaan antara frekuensi observasi dan frekuensi harapan

= frekuensi observasi

= frekuensi harapa

11 Ibid, Hal.285

17

9. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. H0: Tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan respon

jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap

materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.

H1:Terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan respon

jamaah Majelis Taklim Biturrahman Bukit Cinere terhadap

materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.

b. H0: Tidak terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan

dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit

Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.

H1: Terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan

respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere

terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.

F. Sistemtika Penulisan.

BAB I: PENDAHULUAN, membahas tentang: Latar belakang masalah,

Perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi peneelitian (Lokasi dan waktu penelitian, metode penelitian, Variable, Definisi

Operasional, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis

Data), Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORITIS, membahas tentang : (Teori S-O-R

Pengertian respon, macam-macam respon, faktor-fakrtor terbentuknya Respon).

(Dakwah membahas tentang : pengertian dakwah, tujuan dakwah, objek dan

18

subjek dakwah dan metode dakwah). Pengertian sedekah, pengertian Majelis

Taklim dan pengertian Jamaah.

BAB III: GAMBARAN UMUM, membahas tentang Gambaran Umum

Majlis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang didalamnya berisi mengenai: sejarah berdirinya, Visi Misi, jadwal kegiatan dan struktur organisasi. Membahas mengenai biografi Ustad Yusuf Mansyur yang berisi: riwayat hidup, latar belakang pendidikannya, dan aktivitas dakwahnya.

BAB IV: ANALISIS, membahas tentang analisis data menggunakan skala likert dan chi-kuadrat.

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN, membahas tentang simpulan hasil penelitian dan saran untuk para jamaah Majlis Taklim Baiturrahaman Bukit

Cinere.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Stimulus-Respon

Teori Stimulus Respon ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu.

Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan- pesan media dan reaksi audience. McQuail (1994:234) menjelaskan elemen- elemen utama dari tesri ini adalah: (a) pesan (Stimulus); (b) seorang penerima atau receiver (Organisme); dan (c) efek (Respons).1 Teori ini berasal dari psikologi, kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen- komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi konatif (psikomotorik). Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya teori S-O-R, teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Respon. Pada bahasan sebelumnya kita membahas sikap dan perilaku, yang keduanya merupakan bagian dari respon.

Berbicara mengenai ruang lingkup respon, menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Dalam pembahasan teori-teori, respon tidak lepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.

Komunikasi menampakan jalinan system yang utuh dan signifikan, sehingga

1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 277. Cet. Ke-3

17 18

proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efesien apabila unsur- unsur didalamnya terdapat keteraturan.2

B. Pengertian Respon

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan respon adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.3

Menurut Poerwadarminto, respondiartikan sebagai tanggapan reaksi atau jawaban.4

Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranana atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya satu komunikasi.5

Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah dari komunikator kepada komunikan akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi.

Respon dapat terjadi karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar maupun dari dalam terhadap organisme. Stimulus adalah kekuatan-kekuatan dari luar atau dari dalam yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam diri organisme itu sendiri terdapat perangsang yang mendorong selurunh bagian-bagiannya.

Respon adalah setiap kegiatan yang ditimbulakn oleh suatu stimulus

(perangsang).6

Teori stimulus-respon ini beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang

2 Onng Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT Rosdakarya (1999), hal. 18 3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1996), Edisi ke-2, h. 838 4 Peordawarminto, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-1, hal. 42 5 Ahmad subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-2, h. 50 6 Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 78 19

diterima oleh objek. Kuat lemahnya rangsangan akan menentukan mutu atau kualitas responden (reaksi, tanggapan, balasan) dari objek yang menerima stimulus. Di dalam proses dakwah seorang da’i harus mampu memberikan stimulus dan penguatan (reinforcement) kepada objek dakwah sehingga dakwahnya dapat diterima objek dakwah secara positif.7

Menurut teori yang dikemukan oleh Steven Mchaffe respon dibagi menjadi tiga bagaian, yaitu:

a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan,

keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons ini

timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau

dipersepsikan oleh masyarakat.

b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai

seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul bila ada perubahan

pada apa yang disenangi khlayak terhadap sesuatu.

c. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang

meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan.8

C. Macam-macam Respon

Dalam bukunya Onong Uchjana Efendy, dijelaskan bahwa:

a. Respon kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan penegetahuan

keterampilan dan informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini

timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau

dipersepsi oleh khalayak.

7 Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan strategi Dakwah, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, h. 9 8 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 218 20

b. Respon afektif, yaitu respons yang berhubungan dengan emosi, sikap

dan menilai sesorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul bila ada

perubahan pada yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Respon konatif, yaitu respons yang berhubungan dengan prilaku nyata,

meliputi tindakan atau kebiasaan.

Bentuk dan macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan berdasarkan indera yang digunakan menurut asalnya ataupun ikatannya, berdasarkan indera yang dipakai tanggapan terbagi menjadi lima macam, dalam hal ini Abu Ahmadi mengatakan: “menurut indera yang digunakan tanggapan pengadilan, tanggapan baru, tanggapan pengecap, tanggapan pendengar, tanggapan peraba.” Menurut ikatannya, tanggapan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan.9

D. Faktor-fakrtor Terbentuknya Respon

Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah respons, yaitu:

a) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu

sendiri dari 2 unsur yakni rohani dan jasmani. Maka seseorang yang

mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus maka akan tetap

dipengaruhi oleh eksistensi 2 faktor di atas. Dan apabila satu unsur saja

terganggu maka akan menghasilkan sebuah tanggapan yang.

Unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan, dan cara kerja alat indera, urat syaraf dan bagian-bagian dari otak. Sedangkan unsur-unsur psikologi meliputi perasaan, akal, jiwa, fantasi, mental pikiran, motivasi dan sebagainya.

9 Abu Ahmadi dan B. Harlock, Psikologi Perkembangan, (Jakartaa: Rineka Cipta, 1992), Cet. Ke-3 hal. 64 21

b) Faktor ekstenal, yaitu faktor yang berada pada lingkungan. Menurut

Bimo Walgianto dalam bukunya, menyatakan bahwa faktor psikis

berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus akan

mengenani alat indera.10

Manusia adalah salah satu mahluk Allah yang paling sempurna di beri akal, pikiran dan indera maka dari itu manusia akan terus menggali segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

E. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti panggilan, seruan, atau ajakan.

Bentuk perkatan tersebut dalam bahasa Arab disebut Mashdar . sedangkan bentuk kata kerja atau Fi’ilnya adalah yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak.

Sedangkan orang yang berdakwah disebut dai, dan orang yang menerima dakwah disebut mad’u.11

Secara defenitif, dakwah dirumuskan oleh para ahli dalam teks dan konteks yang bervariasi. Hal ini terlihat dalam oreintasi dan penekanan bentuk kegiatan. Berikut ini dikemukakan berbagai macam rumusan definisi dakwah:

1) Prof. Toha Yahya Omar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai upaya

mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akherat.12

2) Prof. Dr. menyatakan dakwah adalah seruan dan panggilan untuk

menganut suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif dengan

10 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996) h, 55 11 Ahmad Warsono Munawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 407 12 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), hal. 1 22

substansinya terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi

munkar.13

3) Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang

menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma;ruf nahi munkar.14

4) Menurut Syiekh Ali Mahfudz, sebagaimana yang dikutip oleh Rafi’udin

menjelaskan bahwa dakwah adalah mengajak (mendorong) manusia untuk

mengikuti kebenaran dan petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan

melarang mereka dari perbuatan munkar agara mereka dapat kebahagian dunia

dan akhirat.15

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan

Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntunana agama.

2. Tujuan Dakwah

Tujuan utama dakwah adalah nilai hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama maka semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.

Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan tentang dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah SWT.

13 Hamka, Pelajaran agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1956), hal. 233 14 Nur Amin Fattah, Metode Dakwah Wali Songo, (Pekalongan: PT. T. B. Bahagia, t.t) hal. 16-17 15 Rafi’udin, dkk, Prinsip dan strategi Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), cet Ke-1, hal. 24 23

Nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh keseleuruhan usaha dakwah itu pada hakekatnya adalah merupakan akibat atau konsekuensi logis saja dari dilaksanakannya usaha-usaha itu. Artinya apabila usaha mengajak umat manusia kepada Islam dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan demikian pula usaha merealisir ajaran Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dijalankan dengan sebaiknya. Maka dapatlah diharapakan umat manusia akan memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual pribadi maupun keluarga dan masyarakat. Way of thinking atau cara berfikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.16

Berdasarkan pengertian di atas tentang tujuan dakwah, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah untuk merubah hidup manusia baik diri sendiri maupun masyarakat lain, baik cara berfikirnya maupun tingkah lakunya.

3. Subjek dan Objek dakwah

a) Subjek Dakwah

Subjek adalah pelaku atau orang yang melakukan pekerjaan, sedangan subjek dakwah adalah pelaku pekerjaan dakwah seperti da’i, da’iyah, mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran bagi umat agama Islam.

16 Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 60 24

Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai syarat- syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai apada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW, merupakan standar atau uswatun hasanah bagi umatnya, maka tentunta hal itupun berlaku dalam dakwah Islam.17

Berdasarkan penejelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa subjek dakwah adalah seorang da’i atau da’iyah yang member pelajaran dan pengajaran tentang agama Islam kepada ummat Islam khususnya.

b) Objek Dakwah

Yang dinamakan objek dakwah atau sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah.18

Seorang da’i harus mengetahui keberagaman audience, dari sudut ideology, mereka ada yang atheis, musyrik, Yahudi, Nasrani dan munafiq. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, sstatus sosial, kesehatan, pendidikan, ada yang buta huruf, ada yang kaya, miskin, ada yang sehat dan sakit. Oleh karena itu, sebelum seorang da’i melalui dakwah untuk orang lain, ada baiknya ia memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menjadi diri sendiri hingga menjadi panutan dalam hal kebaikan.

2. Memperbaiki keadaan rumah tangga dan keluarga agar menjadi rumah

tangga yang Sakinah, Mawaddah dan Rohmah.

17 Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1985), Cet. Ke-13, hal. 10 18 Mahfudh Syamsul Hadi, et al., Rahasia Keberhasilan Dakwah: KH. Zainuddin MZ, (Surabaya: Ampel Suci, 1994), Cet. Ke-1. hal 136 25

3. Memperbaiki masyarakat dengan menebar kebaikan dan memerangi

kemunkaran secara bijak, disamping juga memberikan motivasi untuk

perbuatan-perbuatan yang baik dan akhlak yang mulia.

4. Mengajak umat non muslim ke jalan yang hak dan syariat Islam.19

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan subjek dakwah adalah orang-orang yan dituju untuk kegiatan dakwah, orang-orang tersebut di antaranya adalah orang munafiq, atheis, Nasrani, Yahudi, maupun orang muslim itu sendiri yang membutuhkan siraman rohani atau masih membutuhkan bimbingan tantang agama Islam.

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.20

Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.21

Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan memulai proses pemikiran untuk mencapai suatau maksud.

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.22

Metode yang harus dijalani oleh seorang da’i, yaitu metode yang sesuai dengan surat an-Nahl ayat 125.

19 Said bin Ali al-Qahtani, Dakwah Islam dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 101 20 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61 21 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35 22 Hasanuddin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 60 26

Menurut Muhammad Natsir dalam bukunya Fiqhud Dakwah mengatakan bahwa hikmah adalah ilmu yang sehat yang sudah dicernakan dengan ilmu yang terpadu dengan rasa periksa, sehingga menjadi daya penggerak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, berguna, kalau dibawa dalam bidang dakwah untuk melakukan tindakan yang berguna dan bermanfaat secara efektif.23

Metode yang kedua adalah mauidzatil hasanah, yaitu memeberikan contoh atau nasehat yang baik. Nasehat yang baiak adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima. Jadi dakwah bukan propaganda yang memaksakan orang lain.24

Metode yang ketiga adalah metode al-Mujadalah bil lati hiya ahsan, yaitu penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran secara baik, bertukar pikiran disini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengenai serta mempelajari, ajaran-ajaran yang satu dengan yang lainnya secara luas untuk menghapuskan sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang.25

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan metode dakwah adalah cara yang digunkan oleh seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya terhadap mad’u nya. Di dalam al-Quran surat an-Nahl ayat 125 dijelaskan bagaimana cara atau metode yang digunakan dalam berdakwah, cara yang diterangkan dalam al-Quran adalah al-hikmah, Mauidzatil hasanah, dan

23 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 158 24 Hamka, Prinsip dan kebijakan Dakwah Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas, 1998), h. 199 25 Ghazali Darussalam, Dinamuka Ilmu Dakah Islamiyah, (Malaysia: Nur Siaga SDNBHD, 1999), cet. Ke-1 hal. 28 27

Mujadalah bil lati hiya ahsan. Cara inilah yang sampai sekarang masih dipakai oleh para da’i dan da’iyah.

F. Sedekah

1. Pengertian Sedekah

Secara etimologi, sedekah asal kata bahasa Arab ash-shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela.26

Secara terminologi, sedekah diartikan sebagai pemberian seseorang,secara ikhlas, kepada yang berhak menerimanya diiringi oleh pemberian pahala dari

Allah. Berdasarkan pengertian ini, maka infaq (pemberian sumbangan) harta untuk kebaikan termasuk ke dalam katagori sedekah.27

Sedekah dapat diberikan kepada fakir, miskin, untuk kepentingan umum atau kepentingan orang banyak. Semakin banyak orang yang menerima/menikmati sedekah yang kita berikan semakin besar nilai syukur kita kepada Allah SWT dan tentu saja nilai pahalanya. Disamping itu ada sedekah yang nilai pahala Allah SWT lebih besar dan lebih baik, yaitu sedekah berupa harta benda yang bersifat lama, dan selalu memberikan manfaat, inilah yang

26 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), cet ke-2, hal. 88 27 Ibid, 89 28

disebut shadaqah jariyah. Selama barang itu masih dimanfaatkan, selama itu pula orang yang bersedekah masih mendapat pahalanya.28

2. Dasar Hukum Sedekah

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa sedekah merupakan salah satu perbuatan yang disyariatkan dan hukumnya adalah sunnah. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan.29

3. Perbedaan Sedekah dengan Zakat

Menurut fukaha, perbedaan sedekah dengan zakat dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:

a) Dari segi subjek (orang yang bersedekah)

Sedekah dianjurkan (disunahkan) kepada setiap orang yang

beriman, baik miskin maupun kaya, dan kuat lemah. Sedangkan

zakat, diwajibkan kepada orang-orang tertentu, yaitu orang-orang

kaya yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib zakat. Hal ini

diterangkan Nabi SAW dalam hadist, Sesungguhnya Allah

mewajibkan zakat kepada mereka yaitu dari harta benda yang

mereka miliki, yang diambil dari orang-orang kaya dan beriman

kepada orang-orang faqir (miskin) di antara mereka (HR. al-

Bukhari dan Muslim).

28 Nursyamsudin, Fiqh (Jakarta : Depag RI, 2009), cet ke-1, hal. 126 29 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), cet ke-2, hal. 89 29

b) Dari segi yang disedekahkan

Pada sedekah yang disedekahkan tidak terbats pada harta secara

fisik, melainkan mencakup semua kebaikan, sebagimana dijelaskan

pada bagian terdahulu. Sedangkan pada zakat yang dikeluarkan

terbatas pada harta kekayaan secara fisik, seperti hasil pertanian,

peternakan, perdagangan, dan hasil propesi lainnya.

c) Dari segi penerimanya (objeknya)

Zakat hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang telah

ditentukan oleh Allah di dalam Al-Quran, yaitu kepada golongan

yang delapan.30

4. Perbedaan dan Persamaan Sedekah dan Infaq

a) Sedekah lebih umum dan lebih luas sasarannya dan juga barang

yang disedekahkan. Infaq lebih khusus yaitu membelanjakan harta

di jalan Allah SWT.

b) Sedekah dan infaq sama-sama hukumnya sunnah.

c) Sesuatu yang diberikan sama-sama bermanfaat.

d) Sedekah dan infaq sama-sama mencari pahala sebanyak-

banyaknya, dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.31

5. Hikmah Sedekah

a) Sebagai bukti ungkapan syukur kepada Allah SWT.

b) Menjauhan sifat kikir dan sombong.

c) Menambah keberkahan pada harta yang kita miliki.

d) Menghapuskan sebagian dosa yang telah kita perbuat.

30 Ibid, 91 31 Nursyamsudin, Fiqh (Jakarta : Depag RI, 2009), cet ke-1, hal. 128 30

e) Memberikan bantuan/pertolongan terhadapa sesama manusia.

f) Menyambung tali silaturrahmi dan persaudaraan.

g) Melindungi keselamatan diri kita di akherat nanti.32

G. Majelis Taklim

1. Pengertian Majelis Taklim

Kata Majelis Taklim terdiri dari dua kata, yaitu “Majelis” dan Taklim”.

Kata “Majelis” dalam bahasa Arab berasal dari kata “Jalasa Yajlisu” yang berarti duduk sedangkan kata “Majelis” merupakan “Ism Mashdar” yang mengandung arti tempat duduk. Di dalam kamus bahasa Arab Munjid dikatakan bahwa kata

“Majelis” berarti tempat duduk yang di dalamnya berkumpulnya orang-orang.

Maka berdasarkan kata asal tersebut, Majelis Taklim adalah wadah atau tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, maka terdapat di dalamnya yaitu: jamaah, guru atau ustad, materi yang diajarkan, sarana dan tujuan.33

Sedangkan Dra. Hj. Tutty Alawiyah A.S. dalam bukunya strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim, mengatakan bahwa” salah satu arti Majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak, sedangkan Taklim berarti pengajaran atau pengajian Islam”. 34

Pada musyawarah Majelis Taklim se-DKI pada tanggal 9-10 Juli 1980, memberikan batasan (ta’rif) Majelis Taklim adalah lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diukuit oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk

32 Ibid, 128 33 Depag RI, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Depag RI, 1987), cet ke-2, h. 556-557 34 Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim (Bandung: Mizan, 1997), h. 5 31

membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT.35

Maka dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa Majelis

Taklim adalah suatu tempat atau wadah pengkajian dan pengajaran umat Islam yang berbentuk lembaga non formal, yang memiliki bentuk kurikulum tersendiri, dan dilakukan secara teratur, dalam rangka membina umat kepada kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam, baik dalam rangka menjalin hubungan hablumminannas dan hablumminallah.

2. Pengertian Jamaah

Jamaah secara bahasa diambil dari kata dasar jama’a artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendedekatkan sebagian dengan sebagian lain.

Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima’ (perkumpulan), yang merupakan lawan kata dari tafarruq yang artinya perceraian dan juga lawan kata dari furqah

(perpecahan).

Pengertian jamaah secara istilah (terminologi), yiatu kelompok kaum mukminin, dan mereka adalah pendahulu ummat dari kalangan para sahabat, tabi’in dan orang-orang ynag mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat. Dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan jalan Rasulullah SAW secara lahir maupun batin.

Istilah Jamaah mempunyai arti yang berbeda-beda konteks, kalimat dan kaitannya.pertama, dikaitkan dengann kata “ahlu sunnah” sehingga menjadi ahlu sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang mengikuti tradisi Nabi

Muhammad SAW serat berada dalam kumpulan kaum muslim. Kedua, istilah

35 Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Maj’lis Ta’lim (Jakarta: KODI, 1996), h. 6 32

jamaah dikaitkan dengan ijma’ sebagai sumber hukum yang merupakan hasil ulama dalam suatu masalah yang didalamnya terjadi sidang pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin seorang imam.

Istilah jamaah juga diakaitkan dengan shalat, terutam dalam pelaksanaan shalat Jumat harus mencukupi jumlah 40 orang. Sehingga jika jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi ditinjau dari segi jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam maka shalatnya sah. Hal ini disebabkan arti dari istilah jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak atau lebih dari tiga orang. 36

Jamaah ada yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat sewaktu- waktu (tidak tetap). Jamaah yang bersifat tetap biasanya jamaah yang mengikuti pengajian yang dilangsungkan di majelis taklik seperti pengajian, pengajian malam Jumat, dan lain sebagainya. Sedangkan jamaah yang tidak tetap adalah jamaah yang hanya mendatangi kegiatan tahunan seperti Maulid Nabi Muhammad

SAW.

Adapun yang dimaksud dengan jamaah dalam penelitian ini adalah jamaah yang mengikuti kegiatan pengajian. Mereka adalah jamaah yang rutin mengikuti pengajian yang dilangsungkan di majelis taklim Baiturrahaman Bukit

Cinere.

36 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Jamaah (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), jilid ke 2. hal. 310-311 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere

Di daerah Gandul, Cinere, pada tahun 1985 sudah terbentuk “Majelis Taklim

Bukit Cinere”, sebagai wadah untuk menyalurkan kegiatan sosial dan keagamaan atas inisiatif ibi-ibu warga pendatang yang bermukim di daerah ini. Di samping Majelis

Taklim itu sudah pula terbentuk Paguyuban Jalan Bukit Cinere dan sekitarnya, sebagai wadah antar warga yang teridiri dari berbagai golongan dan Agama.

Kegiatan keagamaan yang dilakaukan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit

Cinere waktu itu antara lain adalah: pengajian, shalat tarawih berjamaah, shalat Idul

Fitri dan Idul Adha, disamping itu juga penerimaan dan penyaluran zakat dan qurban pada fakir miskin, yatiu-piatu dan mengelola anak asuh. Namun cita-cita yang lebih besar dari Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ini adalah mendirikan sebuah

Masjid yang dapat menampung kegiatan beragama yang cukup banyak itu.

Untuk mendapatkan legalisasi penggunaan tanah ex Pertamina, panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere telah menghubungi Kepala Desa Gandul agar mengizinkan tanah yang berlokasi pada kavling No 150 C itu dapat dimanfaatkan untuk pembangunan Masjid guna menampung kegiatan Majelis Taklim yang saat itu semakin meningkat.

Usaha yang telah dirintis panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere tidak sia- sia dan akhirnya penguasa tanah itu dapat izin dari, H. Saimin (Lurah Gandul) pada waktu itu. Dengan suratnya No. 148101/X1/1996, tanggal 18 November 1996.

33 34

Untuk menguatkan izin yang diberikan Kepala Desa Gandul itu panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere, jauh-jauh sebelumnya juga sudah memberikan surat kepada pihak Pertamina untuk pembebasan tanah seluas 6.000 M2 dengan surat

No. 015/PPM/996, tanggal 24 September 1996.

B. Visi dan Misi

1) Visi

Menjadikan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere, sebagai pusat

kegiatan beribadah yang berkualitas dengan mengembangkan daan membina

pendidikan yang Islami untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul,

beetanggungjawab dan bertaqwa kepada Allah SWT.

2) Misi

Mempersiapkan peserta didik dengan mengacu aspek terhadap

kepribadian, jasmani sehingga mampu mengaplikasikan nilai-nilai keimanan

dan keterampilan dengan akhlakul karimah.

C. Jadwal Kegiatan Majelis Taklim Baiturrahaman

1. Ceramah Rutin

Senin I : Pukul. 09.00-11.00 WIB

Kamis I : Pukul. 10.00-12.00 WIB

Kamis II : Pukul. 10.00-12.00 WIB

Kamis III : Pukul. 10.00-12.00 WIB

Senin III : Pukul. 09.00-11.00 WIB

Kamis IV : Pukul. 10.00-12.00 WIB 35

2. Belajar Baca Al-Quran Tingkat Pemula Sampai Mahir

Senin : Pukul 09.00-12.00 WIB

Kamis : Pukul 08.00-10.00 WIB

Selasa & Rabu : Pukul 14.30-16.00 WIB

3. Terjemah Al-Quran Sistem 40 Jam

Senin : Pukul 15.30-17.30 WIB

Selasa : Pukul 08.00-10.00 dan 10.00-12.00 WIB

Rabu : Pukul 08.00-10.00 WIB

4. Halaqah

Selasa I, II, IV dan V Pukul 08.00-10.00 WIB

Kamis : Pukul 08.00-10.00 WIB

5. Progam Anak Asuh

Senin ke-2

6. Kajian Tafsir

Minggu : ba’da Subuh sampai Pkl. 07.30 WIB

7. Belajar Baca Al-Quran dengan “Qira’ah”

Jum’at : Pukul 18.00-19.00 WIB

8. TKA/TPA (Anak Usia 4-12 Tahun)

Senin, Selasa, Rabu dan Kamis

36

D. Strukutur Organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere

Dalam mewujudkan progam kerja yang konkrit dan sistematis, juga diperlukan adanya sumber daya manusia yang bergabung dalam stuktur organisasi

Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere. Dengan adanya struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas, maka diharapakan progam-progam kerja yang dicanangkan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan dari bentuknya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere.

Adapun struktur organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere adalah sebagai berikut:

Struktur Kepengurusan Majelis Taklim Baiturrahman

Ketua : Dra. Hj. Oka A. Yoeti

Sekretaris : Hj. Evie Janu Isnadi

Bendahara : Hj. Hendrato Tri

Seksi Pendidikan non-formal : Hj. M. Nurhasan

: Hj. Madani

: Sugeng S

Seksi Pengajian : Hj. Kayat Kadya

: Hj. Hambali

: Hj. Zakaria

Seksi Sosial : Iskandar

: Hj. Jalali Nur

Seksi Usaha : Hj. T. Soemardjo Husein

37

E. Biografi Ustad Yusuf Mansur

Ustad Yusuf Mansur dikenal sebagai pimpinan Pondok Daarul

Quran Bulak , Cipondoh, dan pimpinan pengajian Wisata Hati.

Ustad kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini melalui perjalanan berliku sampai menjadi ustad terkenal seperti sekarang.

Ustad Yusuf Mansur lahir dari keluarga Betawi yang berkecukupan pasangan

Abdurrahman Mimbar dan Humrif'ah dan sangat dimanja orang tuanya. Keluarga

Ustad Yusuf Mansur merupakan sebuah keluarga yang dikenal religius dan memiliki kedisplinan yang tinggi, meskipun demikian pola pendidikan yang ditanamkan oleh orang tuanya seperti kebanyakan keluarga lain pada umumnya, maka tidak heran

Yusuf kecil merupakan anak yang memiliki pola kedisiplinan tinggi.

Pada usia yang masih relatif kecil Ustad Yusuf Mansur sudah disekolahkan di

MI Al-Mansyuriah yang terletaj di jembatan Lima, sekolah MI tersebut merupakan kepunyaan buyutnya ynag bernama KH. Mansur seorang ulama besar dan seorang ahli falaq yang sangat disegani masyarakat waktu itu.

Bakat dakwah Ustad Yusuf Mansur terasah dari masih kecil, saat itu ia sering mengisi dakwah dimana-manadan sebutan dai cilik kerap dialamatkan kepadanya.

Kemudian setelah menamatkan tingkatan Madrasah Ibtidaiyah Ustad Yusuf Mansur melanjutkan pendidikan Tsanawiyah di temapt yang sama, sedangkan untuk tingkatan

SLTA ia memasuki Madrasah Aliayah Negeri (MAN) I Grogol Jakarat Barat Ustad

Yusuf Mansur lulusan terbaik tahun 1992. 38

Tamatan dari MAN I Grogol usia Ustad Yusuf Mansur memasuki 17 tahun dan kemudian ia memasuki bangku perkuliahan, IAIN Jakarta tetapnya di Fakultas

Syariah dan Hukum.

Ustad Yusuf Mansur merasakan dinginnya hotel pledeo selama 2 bulan.

Setelah bebas, Ustad Yusuf kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit utang lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustad Yusuf Mansur kembali masuk buih pada 1998.

Ada cerita menarik pada saat beliau berada dalam penjara, saat itu beliau mendapatkan arti dan pentingnya sedekah dalam kehidupan manusia, ceritany berawal dari rasa lapar yang melilit perutnya, makanan yang bisanya dikirimmkan oleh petugas tak kunjung datang, sehingga ia hanya menahan lapar sambil tidur- tiduran, namun akhirnya teringat dengan sepotong roti yang disimpan, maka ia bergegas mengambil sepotong roti tersebut.

Pada saat hendak memakannya Ustad Yusuf Mansur teringat bahwa tidak memiliki air untuk diminum sehingga ia menunda memakan roti tersebut. Secara tidak sengaja Ustad Yusuf Mansur melihat semut yang berbaris di dingding tahanan, lalu ia mengampirinya dan berkata.

“Mut, Tuhan lu sama dengan tuhan gue (Allah). Begini deh, mungkin kalau gue berdoa sekang gak bakalan terkabul karena dosa-dosa gue, tapi,,,kalau lu yang berdoa barang kali terkabul, bagaimana kalau gue tuker, lu pada roti, tapi doain gue biar makan nasi, perut gue laper nich”.1

1 Tabloid Wisata Hati, Hikmah Sedekah Dalam Sepotong Roti, (Jakarta : 1 Agustus 2006), hal. 12 39

Tidak lama kemudian datang seorang petugas, lalu mengahampirinya dan ia bertanya, apa sudah dapet jatah nasi apa belum, maka Yusuf menjawab belum, kemudian petugas tersebut keluar dan tidak lama kembali lagi dengan membawa sebungkus nasi padang, kemudian petugas tersebut berkata, “Nih kamu makan, hari ini menunya berbeda, nasi padang,” kata petugas tersebut.

Dari peristiwa ini, Yusuf mengucap syukur kepada Allah SWT yang membukakan hikmah dan pelajaran dan keutamaan bersedekah, yang sampai sekarang menjadi konsep dakwah beliau, yaitu banyak berbuat baik dan bersedekah kepada siapa saja.

Tanggal 25 Juni 1999 merupakan hari kebebasan Yusuf dari penjara, selepas dari penjara, Ustad Yusuf Mansur berjualan es di terminal Kali Deres. Setiap akan berjualan ia sisihkan 5 bungkus es untuk dibagikan kepada anak yatim dengan harapan dagangannya cepat laris, hal ini ternyata terbukti es yang dijajakan terjual habis.

Saling berbagi kepada yang membutuhkan terus ia lakukan dengan cara mencari beberapa anak yatim untuk diasuh dirumahnya, padahal pada saat itu Yusuf masih terlilit hutang yang sangat banyak, akan tetapi keyakinannya akan bersedekah masih kuat dan mengakar dalam dirinya.

Dari beberap anak yatim yang ia biayai, terdapat seseorang gadis yang bru lulus SLTP bernama Maimunah, kemudian Yusuf melabuhkan hatinya kepada gadis tersebut, pada tahun 1999 Yusuf akhirnya resmi mempersunting Maimunai sebagi istrinya. 40

Ada wacana dan motifasi baru setelah mempersunting Maimunah, Yusuf jadi rajin menulis, memperdalam ilmu agama dan sedikit mengesampingkan bisnisnya.

Kampung Ketapang Cipondoh Tangerang merupakan tempat peristirahatan dan awal lembar kehidupan baru bersama Maimunah, di kampung inilah ia mengembangkan konsep dan syair dakwahnya.

Karier Ustad Yusuf Mansur makin mengkilap setelah bertemu dengan Yusuf

Ibrahim, Produser dari label PT Virgo Ramayana Record dengan meluncurkan kaset

Tausiah Kun Fayakun, The Power of Giving dan Keluarga. Konsep sedekah pula yang membawanya masuk dunia seni peran. Melalui acara Maha Kasih yang digarap

Wisata Hati bersama SinemArt, ia menyerukan keutamaan sedekah melalui tayangan yang didasarkan pada kisah nyata.. Ia juga menggagas Program Pembibitan Penghafal

Al Quran (PPPA), sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi seluruh keluarga besar Wisata Hati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak penghafal Alquran melalui pendidikan gratis bagi dhuafa Pondok Pesantren Daarul

Quran Wisata Hati.

F. Kiprah Dakwah Yusuf Mansur

Masa kelamnya yang kelabu telah di kubur dalam-dalam, saat ini ia fokus dalam kegiatan dakwah, kalau Aa Gym dengan Menejemen Qolbu, Ustad Arifin dengan zikirnya, Ustad Jefri Al-Bukhori dengan suara merdunya maka Yusuf Mansur dengan konsep shalat malam dan sedekahnya.

Untuk mewujudkan konsep dakwahnya Yusuf Mansur membentuk wadah dakwah dengan nama Wisata Hati, yaitu sebuah lembaga yang bergerak bidang 41

Publishing, Training Sumber Daya Manusia (SDM), dan perdagangan tanpa mengurangi esensi dakwah dan syariat.2

Sukses dengan wadah dakwah wisata Hati,Usatad yang satu ini juga mendirikian pondok pesantren Tahfidzul Quran yang merupakan pondokan dikhususkan bagi para penghafal Al-Quran yang dididik dengan dan dibina dengan baik, selain itu terdapat Sekolah Lanjutan Tinggakt Pertama (SLTP) yang berbasiskan

Islam.

Aktifitas dakwah Ustad Yusuf Mansur tidak hanya dilingkungannya saja, beliau aktif mensyiarkan dakwah ke berbagai daerah dengan konsep sedekah, menulis artikel dan esai tentang dakwah kerap dilakuakn seperti kolom Wisata Hati di surat kabar harian Poskota, selain itu berhasil meluncurkan buku-buku tentang dakwah

Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Selain media cetak Ustad yang satu ini juga menggunakan sarana media elektronik untuk menyampaikan pesan dakwahnya, terutam pada saat bulan

Ramadhan sering memberikan KULTUM di salah satu stasiun televisi swasta. Ada beberapa sinopsis sinetron hasil buah pikirannya, yaitu sinetron Tukang Bubur Naik

Haji yang disiarkan oleh TPI pada saat itu yang sekarang sudah menjadi MNC TV.

G. Karya-karya Yusuf Mansur

Banyak karangan dann buah pikiran Ustad Yusuf Mansur dalam mensyiarkan agama Islam, untuk media cetak yang berupa buku diantaranya: Mnecari Tuhan Yang

Hilang, kajian sufistik perjalannan Lukman Hakim Menepis Azab Menuai Rahmat,

2 Alia, Yusuf Mansur, Penjara, Nikah Muda, dan isteri Sholehah (Jakarta : Edisi Ramadhan 142/ September 200) 42

buku ini ia tuliskan sebagian saat berada dalam jeruji besi yang berisikan pengalaman beliau dalam menyikapi berbagai macam cobaan, godaan dan jatuh bangun kehidupan. Berikut karya-karya dakwah beliau dalam media tulisan:

1) Uang Gampang Dicari

2) Nikmatnya Sedekah

3) Mencari Tuhan yang Hilang

4) The Miracle of Giving

5) Cara Gampang Bayar Hutang

6) Kun Fayakun, selalu ada harapan di tengah kesulitan

7) Bocah Misterius

8) Jejak Berlumpur

9) Belajar Mencari Cinta Dari Kehidupan

Ustad Muda memang sangat produktif dalam menulis, sedikit berbagi tips, bahwa proses penulisannya ia lakukan pada saat tengah malam setelah Qiyamul Lail sebab menurutnya ide dan gagasan dapat mengalir begitu saja pada saat suasana hining dan tenang.

43

BAB IV

ANALISIS RESPON KOGNITIF, AFEKTIF DAN BEHAVIORAL

A. Hasil analisis respon kognitif, afektif dan behavioral

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 sampai 16

Juni 2011 pada jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere adalah sebagai berikut:

1) Deskripsi Data Responden

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-Laki 47 orang 50%

2. Perempuan 47 orang 50%

Jumlah 94 orang 100%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui identitas responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 44 orang (46,80%), sedangkan jumlah kelamin perempuan berjumlah 50 orang (53,19%).

43 44

Tabel 4.2 Latar Belakang Pendidikan Responden

No Jenis Pendidikan Frkuensi Presentase

Sekolah Menengah Atas 21 orang 22,34% 1

Diploma 26 orang 27,69% 2

Sarjana 47 orang 50% 3

Jumlah 94 orang 100%

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui identitas responden berdasarkan latar belakang pendidikan, jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang berlatang pendidikan Sekolah Menengah Atas berjumlah 21 orang (22,34%), jamaah

Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang berlatang pendidikan Diploma berjumlah 26 orang (27,69%), jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang berlatang pendidikan Sarjana berjumlah 47 orang (50%).

2) Deskripsi Kuesioner

Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian dengan jumlah 21 pertanyaan. Bagian pertama merupakan pertanyaan tentang respon kognitif dengan jumlah 8 pertanyaan, bagian kedua merupakan pernyataan tentang respon afektif dengan jumlah 7 pertanyaan, dan bagian ketiga merupakan pertanyaan tentang respon behavioral dengan jumlah 6 pertanyaan. Adapun frekuensi masing-masing pertanyaan adalah sebagai berikut:

45

No Item Pertanyaan Frekuensi Presentase

1 Respon Kognitif 8 38,09%

2 Respon Afektif 7 33,33%

3 Respon Behavioral 6 28,57%

Jumlah 21 100%

3) Analisis dengan skala likert

Pertanyaan tentang respon kognitif

Table 4.4 tentang kognitif

No Item Pertanyaan SS S TS STS Skors Rangking Ceramah Ustad Yusuf Mansur

1 berbeda dengan Ustad kondang 23 55 15 1 288 6 lainnya Ustad Yusuf Mansur selalu

2 mengajak orang untuk 39 54 0 1 319 1 bersedakah Ceramah Ustad Yusuf Mansur

3 membuat saya mengerti tentang 30 60 2 2 306 2 sedekah Ceramah Ustad Yusuf Mansur

4 membuat saya TIDAK mengerti 1 6 59 28 218 7 tentang sedekah Materi ceramah Ustad Yusuf Mansur adalah materi yang 5 sesuai dengan semua kalangan 18 67 9 0 291 5 masyarakat Dakwah Ustad Yusuf Mansur

6 lebih menekankan materi 21 62 11 0 292 4 sedekah kepada jamaahnya.

46

Wawasan saya bertambah

setelah mendengar ceramah 7 3 Ustad Yusuf Mansur tentang 23 66 5 0 300

sedekah Ceramah Ustad Yusuf Mansur

8 hanya menyajikan tentang 9 13 64 8 211 8 sedekah saja

Variabel pada nomor 2 (dua) yaitu tentang ustad Yusuf Mansur selalu mengajak orang untuk bersedekah, menduduki peringkat pertama. Hal ini menunjukan bahwa dalam ceramahnya ustad Yusuf Mansur selalu mengajak orang lain untuk bersedekah dengan skors 319. Adapun pada peringkat ke 2 (dua) yakni diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga) yakni bahwasanya ceramah Ustad Yusuf

Mansur membuat responden mengerti tentang sedekah dengan skors 306. Sedangkan peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 7 (tujuh) yakni tentang wawasan responden bertambah setelah mendengar ceramah Ustad Yusuf Mansur tentang sedekah dengan skor 300.

Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel skala kognitif diatas bahwa respon baik yang diberikan oleh responden ini ditunjukan dengan ustad Yusuf

Mansur selalu mengajak orang untuk bersedekah mendapatkan skors paling tinggi hal ini pun dikuatkan bahwasannya ceramah Ustad Yusuf Mansur membuat responden mengerti tentang sedekah dengan skors tinggi ke 2 (dua) pada tabel diatas. Hal ini sesuai dengan pengertian dakwah yaitu mengajak, menyeru dan memanggil.

Bahwasannya seorang da’i tidak terlepas untuk menyeru, mengajak manusia agar berbuat kebajikan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan menjalankan perintah Allah

SWT dan menjauhkan seluruh apa-apa yang dilarang-Nya khalayak bisa

47

mendapatkan Syurga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Seperti yang dikutip dari buku : “dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akherat”.1 Artinya apabila usaha mengajak umat manusia kepada Islam dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan demikian pula usaha merealisir ajaran

Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dijalankan dengan sebaiknya. Maka dapatlah diharapakan umat manusia akan memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

Seorang da’i dan mad’u biasanya saling bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui. Disamping itu, karena pesan-pesan dakwah haruslah manusiawi yang akan membentuk pengalaman sehari-harinya nanti menurut tantanan agama. Oleh karena itu materi dakwahpun harus meningkatkan kemampuan dan akomodasi manusia dalam perkembangan dan kemajuannya. Materi dakwah haruslah memberikan relevansi antara manusia penerima dakwah tersebut dengan alam sekitarnya. Materi untuk ini akan lebih rumit, perlu selain subtansinya juga susunan penyampaiannya secara prioritas.2

Dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat.

Materi yang berujud pesan-pesan sudah tentu mempunyai tujuan yang direncanakan,

1 H. M. S. Nasarudin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah,(Jakarta : PT Firma Dara) h. 11 2 M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : PT BUMIRESTU, 1982). hal. 100

48

sebagai yang dipesankan oleh agama kepada para da’i dan muballigh, apalagi kalau diingat bahwa mereka adalah Warasatul Anbiya.

Pertanyaan tentang respon afektif

Table 4.5 tentang afektif

No Item Pertanyaan SS S ST STS Skors Rangking 1 Saya senang melihat ceramah Ustad Yusuf Mansur 26 65 3 0 305 1 2 Saya suka dengan materi sedekah yang disampaikan Ustad Yusuf 24 67 3 0 303 2 Mansur 3 Saat menonton ceramah Ustad Yusuf Mansur saya termotivasi 24 64 6 0 300 3 untuk bersedekah 4 Saya tertarik dengan kepribadian Ustad Yusuf yang rendah hati 23 63 8 0 297 4 5 Setelah menonton ceramah Ustad Yusuf Mansur saya merasa iba 20 58 14 2 284 5 melihat seorang pengemis 6 Saya suka dengan gaya penyampaian ceramah Ustad 19 71 4 0 297 4 Yusuf Mansur 7 Saya terharu dengan ceramah Ustad Yusuf Mansur 17 53 24 0 275 6

49

Pada tabel pertanyaan tentang afektif bahwasanya variabel nomor 1 ( satu ) menduduki peringkat 1 ( satu ) yakni tentang kesenangan responden terhadap ceramah ustad Yusuf Mansur dengan skors tertinggi yakni 305. Sedangkat peringkat nomor 2 ( dua ) diduduki oleh variabel nomor 2 (dua) yakni tentang kesenangan responden terhadap materi sedekah yang disampaikan ustad Yusuf Mansur dengan skors 303. Adapun peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga) yakni tentang responden yang telah menonton ceramah ustad Yusuf Mansur termotivasi untuk bersedekah dengan skors 300.

Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel tentang respon afektif bahwasanya, kesenangan responden terhadap ceramah ustad Yusuf Mansur menduduki peringkat pertama, hal ini dikuatkan dengan peringkat nomor dua yang diduduki, yakni tentang kesenangan responden terhadap materi sedekah yang disampaikan usatd Yusuf Mansur. Secara fungsional da’i adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan (Leadership). Kepemimpinan bagi seorang juru dakwah sebagai seni untuk mempengaruhi khalayak. Hal ini ditunjukan oleh ustad

Yusuf Mansur dalam berdakwahnya ia mempunyai gaya sendiri dengan mengemas pesan dakwah menjadi menarik dan dapat dipahami oleh mad’u dalam menyampaikan ceramahnya. Lebih tapatnya da’i selaku komunikator harus mampu melogikakan pesan dakwah dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga mempunyai daya tarik yang khas. Dengan bakat dan keterampilan tersebut sangat berguna dalam menjalankan tugasnya mengembangkan motif-motif baik motif pembawaan (geogenetik), motif yang berasal dari masyarakat lingkungan (Sosio

50

Genetis), maupun motif yang bersal dari ajaran agama (Theogenetis), menjadi perilaku yang diinginkan oleh peran dakwah yang disampaikannya.3

Dalam garis besarnya, sebenarnya telah jelas, bahwa materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang telah tertuang di dalam Al-Quran dan As-Sunnah sedang pengembangannya akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni. Materi yang luas sudah tentu memerlukan pemilihan yang cermat, disamping perlunya diperhatikan kondisi dan situasi kemasyarakatan yang ada.

Ustad Yusuf Mansur dalam menyampaikan ceramahnya dapat ditempuh dari beberapa cara, misalnya pendekatan substansial, dimana Yusuf Mansur telah mengadakan pemilihan materi yang tetap dari ajaran Islam tersebut. Misalnya dalil- dalil tentang sedekah, maka substansi itu kemudian dijabarkan secara maksudnya dan ditunjukan implementasinya atau pelaksanaanya.

Hal ini juga bisa ditempuh dengan pendekatan pragmatis, dimana materi dijabarkan sesuai dengan keperluan para peminat dakwah sendiri, disesuaikan dengn kehidupan sehari-hari, sehingga ajaran Islam itu dirasakan sebagai petunjuknya yang tetap untuk praktek kehidupannya.4

Dapat disimpulkan bahwa seorang da’i selaku komunikator harus mampu melogikakan pesan dakwah dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga mempunyai daya tarik yang khas. Materi dakwah yang disampaikan mampu mengambil posisi sebagai stimulator yang dapat memotivasir menuju tingkah laku

3 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006). h. 173 4 M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : PT BUMIRESTU, 1982). h. 94

51

atau sikap kita yang sesuai dengan pesan-pesan dakwah. Dan dalam pemilihan materipun seorang da’i pula harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan, bahasa dan tradisi yang menjadi sasaran dakwah. Sehingga kominikasi yang dilakukan berjalan dengan efektik sesuai apa yang diharapakan komunikan dan komunikator.

Pertanyaan tentang respon behavioral

Table 4.6 tentang behavioral

No Item Pertanyaan SS S TS STS Skors Rangking

1 Setelah menonton ceramah Ustad Yusuf Mansur saya lebih giat 20 60 13 1 287 2 untuk bersedekah. 2 Setelah menonton ceramah Ustad Yusuf Mansur saya menerapkan 17 57 19 1 278 6 pola hidup hemat. 3 Saya akan mengajak jamaah lain untuk mengikuti ceramah Ustad 15 62 17 0 280 5 Yusuf Mansur 4 Setelah menonton ceramah Ustad Yusuf Mansur saya akan lebih giat 61 13 1 286 3 mengadakan santunan anak yatim. 19 5 Saya akan lebih peduli dengan sesama yang membutuhkan 31 60 3 0 322 1 bantuan

52

6 Saya menyarankan orang lain untuk menonoton ceramah Ustad 15 66 13 0 284 4 Yusuf Mansur.

Pada tabel pertanyaan tentang Behavioral variabel nomor 5 (lima) menduduki peringkat pertama dengan skors 322, yakni tentang dimana responden peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan. Sedangakan pada tabel ini yang menduduki peringkat nomor 2 (dua) yakni variabel nomor 1 (satu) dengan skors 287, tentang dimana responden lebih giat untuk bersedekah setelah menonton ceramah ustad

Yusuf Mansur. Adapun peringkat ke 3 diduduki oleh variabel nomor 4 (empat) yang mana responden setuju dan akan lebih giat mengadakan santunan anak yatim setelah menyaksikan ceramah ustad Yusuf Mansur, dengan skors 286.

Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel tentang respon Behavioral bahwasanya, responden lebih peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan menduduki peringkat pertama, hal ini dikuatkan dengan peringkat nomor dua yang diduduki, yakni responden lebih giat untuk bersedekah setelah menonton ceramah dakwah ustad Yusuf Mansur.

Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, manusia tidak bisa hidup di muka bumi ini kalau tidak bersosialisasi dengan masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh responden lebih peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan atau uluran dari tangan kita menduduki peringakat pertama.

53

Manusia adalah mahluk yang paling gemar mempergunakan lambang bahkan dapat dikatakan bahwa salah satu karakteristik dari manusia yang membedakan dari mahluk lain adalah dalam hal kemampuannya berkembang (Simbolicum Animal).5

Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan ataupun merubah tingkah laku manusia.

Materi dakwah yang disampaikan mampu mengambil posisi sebagai stimulator yang dapat memotivasir menuju tingkah laku atau sikap kita yang sesuai dengan pesan-pesan dakwah. Da’i sebagai komunikator sudah barang tentu usahanya tidak hanya terbatas pada usaha menyampaikan pesan semata-mata tetapi dia juga harus konsen terhadap kelanjutan efek komunikasinya terhadap komunikan, apakah pesan-pesan dakwah tersebut sudah cukup membangkitkan rangsangan/dorongan bagi komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan, ataukan komunikan tetap pasif

(mendengar tetapi tidak mau melaksanakan) bahkan menolak atau serta antipasti dan apatis terhadap pesan dakwah tersebut.6

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Disamping itu, dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup merupakan bentuk sosialisasi dengan sesama manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis dan saling melengkapi. Dan materi dakwah sebagai stimulator dapat memotivasi kita untuk menuju kebahagian dunia dan kebahagiaan akherat.

5 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gema Media Pratama, 1997). h. 4 6 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006). h. 159

54

Jenis Kelamin Respon Fo Fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh

4) Analisis Data Menggunakan Chi-Kuadrat

Tabel 4.7. Analisis data menggunakan Chi-kuadrat sesuai Jenis kelamin Responden

55

Kognitif 1232 1748,57 83 6889 3.9397908 PR Afektif 1126 1787,64 1149 1320201 738.516144 Behavioral 922 1750,09 -23 529 0.30227017 Kognitif 1079 1318,98 945 893025 677.057272 LK Afektif 940 1285,33 134 17956 13.9699532 Behavioral 806 1317,67 806 649636 493.018738 1926.804168

Keterangan:

= frekuensi observasi

= frekuensi harapan

Ho: Tidak terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan jamaah Majelis

Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf

Mansur.

H1 : terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis

Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf

Mansur.

Jadi r x² hit = 1926.804168 db = (r-1) (c-1) jadi: Alfa = 5%

= (3-1) (3-1) x²tab = 5,99

= 2 x 2 Maka: x² hit > x²tab Ho ditolak

= 4

Dari tebel 4.7 menunjukan bahwa nilai chi-square x²tab (5,99) dan nilai x² hit

(1926.804168) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat

56

perbedaan antara jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman

Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf Mansur.

Tabel 4.8. Analisis data menggunakan Chi-kuadrat sesuai latar belakang pendidikan Responden

Jenis Pendidikan Respon Fo Fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh Kognitif 1143 907.23 235.77 55587.4929 61.27166529 SARJANA Afektif 974 655.24 318.76 101607.9376 155.0698028 Behavioral 850 495.33 354.67 125790.8089 253.9535439 Kognitif 666 894.71 -228.71 52308.2641 58.46393144 DIPLOMA Afektif 587 668.36 -81.36 6619.4496 9.904018194 Behavioral 500 493.15 6.85 46.9225 0.095148535 Kognitif 546 945.46 -399.46 159568.2916 168.7731809 SMP Afektif 435 638.42 -203.42 41379.6964 64.81578961 Behavioral 379 481.83 -102.83 10574.0089 21.94551792 794.2925986

Keterangan:

= frekuensi observasi

= frekuensi harapan

Ho: Tidak terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf Mansur.

57

H1 : terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon jamaah

Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad

Yusuf Mansur.

Jadi r x² hit = 794.2925986 db = (r-1) (c-1) jadi: Alfa = 5%

= (3-1) (3-1) x²tab = 9,49

= 2 x 2 Maka: x² hit > x²tab Ho ditolak

= 4

Dari tebel 4.8 menunjukan bahwa nilai chi-square x²tab (9,49) dan nilai x² hit

(794.2925986) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon jamaah Majelis Taklim

Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf Mansur.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian skripsi tentang respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit

Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur telah selesai dilakukan oleh penulis.

Berdasarkan hasil penelitian, responden menyukai ceramah ustad Yusuf

Mansur dalam berdakwah, karena ia selalu mengajak jamaah untuk bersedekah selain itu juga ia mengemas materinya dengan kisah-kisah nyata dalam kehidupan sehari- hari kita.

Pada hakekatnya, dakwah memiliki kelebihan terhadap keefektifan dakwah terhadap mad’u, namun hal itu bukanlah hal utama dalam penyampaian ceramah.

Materi dakwah merupakan esensi utama dari pesan yang harus tersampaikan dalam dakwah dan merupakan alat/media pendukung dalam dakwah ustad Yusuf Mansur.

Respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman terhadap materi dakwah

‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur mengklasifikasikan pada tiga katagori respon.

1. Respon kognitif, (pengetahuan) responden terhadap dakwah Ustad Yusuf

Mansur. Hal ini menunjukan bahwa dalam ceramahnya Ustad Yusuf Mansur

selalu mengajak orang lain untuk bersedekah dengan skors 319. Adapun pada

peringkat ke 2 (dua) yakni diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga) yakni

bahwasanya ceramah Ustad Yusuf Mansur membuat responden mengerti tentang

sedekah dengan skors 306. Sedangkan peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh

58 59

variabel nomor 7 (tujuh) yakni tentang wawasan responden bertambah setelah

mendengar ceramah Ustad Yusuf Mansur tentang sedekah dengan skor 300.

2. Respon afektif (perasaan) yakni tentang kesenangan responden terhadap

ceramah ustad Yusuf Mansur dengan skors tertinggi yakni 305. Sedangkat

peringkat nomor 2 ( dua ) diduduki oleh variabel nomor 2 (dua) yakni tentang

kesenangan responden terhadap materi sedekah yang disampaikan ustad Yusuf

Mansur dengan skors 303. Adapun peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh

variabel nomor 3 (tiga) yakni tentang responden yang telah menonton ceramah

ustad Yusuf Mansur termotivasi untuk bersedekah dengan skors 300.

3. Respon behavioral (perilaku) Pada tabel pertanyaan tentang Behavioral variabel

nomor 5 (lima) menduduki peringkat pertama dengan skors 322, yakni tentang

dimana responden peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan.

Sedangakan pada tabel di atas yang menduduki peringkat nomor 2 (dua) yakni

variabel nomor 1 (satu) dengan skors 287, tentang dimana responden lebih giat

untuk bersedekah setelah menonton ceramah ustad Yusuf Mansur. Adapun

peringkat ke 3 diduduki oleh variabel nomor 4 (empat) yang mana responden

setuju dan akan lebih giat mengadakan santunan anak yatim setelah mendengar

ceramah ustad Yusuf Mansur, dengan skors 286.

B. Saran

1. Ustad Yusuf Mansur lebih variatif dan menarik dalam mengemas materinya.

Mampu memberikan pengtahuan atau wawasan lebih bagi pendengarnya, agar

jamaah mendapat nilai lebih dari materi sedekah yang disampaikan. Hal ini

juga harus ditingkatkan baik dari materi dan referensi yang jelas. 60

2. Alangkah baiknya dalam rangka mengembangkan syiar Islam, pengurus

Majelis Taklim dapat meningkatkan kegiatan bernuansa keagamaan yang

lebih inovatif. Dan perlu melakukan kerja sama dengan Majelis Taklim lain,

sebagai ajang silaturrahmi dan peningkatan kualitas terhadap progam.

3. Responden atau jamaah harus memberikan respon aktif terhadap kegiatan

dakwah, sehingga hubungan timbal balik dapat menyebabkan komunikasi

efektif antar kedua belah pihak. Agar Visi dan Misi Majelis Taklim dapat

berjalan dengan baik.

Semoga dengan diadakannya penelitian ini dapat berguna bagi berbagai macam pihak. Khususnya bagi penulis, guna meningkatkan dakwah Islam di lingkungan Majelis Taklim. DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu dan B. Harlock, Psikologi Perkembangan, Jakartaa: Rineka Cipta,

1992

Alawiyah Tutty, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim Bandung: Mizan,

1997

Al-Qahtani Said bin Ali, Dakwah Islam dakwah Bijak, Jakarta: Gema Insani

Press, 1994

Amin Mansur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta, Agustus 1997

Arifin M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002

Aziz Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004

Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana:

2008

, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2008

Darussalam Ghazali, Dinamuka Ilmu Dakah Islamiyah, Malaysia: Nur Siaga

SDNBHD, 1999

Depag RI, Ensiklopedi Islam Jakarta: Depag RI, 1987

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1996

Effendy Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung: PT

Rosdakarya 1999

61 62

Fattah Nur Amin, Metode Dakwah Wali Songo, (Pekalongan: PT. T. B. Bahagia,

t.t)

H. M. S. Latief Nasruddin, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, Jakarta : PT

Firma Dara

Habib Syafa’at, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta : PT BUMIRESTU, 1982

Hafiduddin Didin, Dakwah Aktual, Jakarta, Gema Insani Press, 1998

Hamka, Pelajaran agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1956

, Prinsip dan kebijakan Dakwah Islam, Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas,

1998

Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996

Haroen Nasrun, Fiqh Muamalah Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007

Hasanuddin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006

Irawan Prasetya, Logika dan prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan

Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, Jakarta:

STIA-LAN, 2000

John W. Creswell.. Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research 2nd Edition. New Jersey, Pearson

Education, Inc, 2005

Kaffe Djmaluddin, Psikologi Dakwah Surabaya: Pustaka Progesif 1993

Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Maj’lis Ta’lim, Jakarta: KODI, 1996

Kriyantono Rachmat, Tehnik Praktis Riset komunikasi, Jakarta, Kencana Prenada

Media Group, 2007 63

Munawir Ahmad Warsono, Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif,

1997

Munir M , Metode Dakwah, Jakarta : Kencana, 2006

Narkubo Kholid, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Nursyamsudin, Fiqh Jakarta : Depag RI, 2009

Omar Toha Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992

Peordawarminto, Psikologi Komunikasi, Jakarta: UT, 1999

Qutb Sayyid, Fiqih Dakwah, Jakarta, Pustaka Amani, 1970

Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan strategi Dakwah, Bandung: CV

Pustaka Setia, 1997

Rahmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1999

Rambe Nawawi, Sejarah Dakwah Islam, Jakarta: Wijaya, 1985

Subandi Ahmad, Psikologi Sosial, Jakarta: Bulan Bintang, 1982

Sujanto Agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Syamsul Hadi Mahfudh, et al., Rahasia Keberhasilan Dakwah: KH. Zainuddin

MZ, Surabaya: Ampel Suci, 1994

Tabloid Wisata Hati, Hikmah Sedekah Dalam Sepotong Roti, Jakarta : 1 Agustus

2006

Tasmara Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta : Gema Media Pratama, 1997

Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: UGM, 1996