1 SEPAK TERJANG MAUNG BANDUNG: PERSIB BANDUNG PADA MASA KEPEMIMPINAN ATENG WAHYUDI, 1985-1993 Ihsan Nurdiansyah, Linda Sunarti Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok [email protected] Abstrak Penelitian ini pada dasarnya ingin memberikan gambaran mengenai eksistensi Persib Bandung di bawah kepemimpinan Ateng Wahyudi. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ateng Wahyudi mampu membawa Persib Bandung ke puncak kejayaan di kancah persepakbolaan nasional. Dalam masa kepemimpinannya, Ateng Wahyudi melakukan beberapa perbaikan seperti pada sektor pembinaan pemain muda sebagai upaya regenerasi, menerapkan disiplin tinggi terhadap semua unsur tim, membenahi struktur manajemen Persib Bandung, dan memberikan bonus sebagai upaya untuk memicu prestasi. Inovasi dan kebijakan Ateng Wahyudi memberikan dampak besar terhadap Persib Bandung, secara prestasi Persib Bandung mampu menjuarai Liga Perserikatan pada tahun 1986, 1990 sebagai ketua umum dan 1994 sebagai manager tim. Kata Kunci; Sepak Bola, Liga Perserikatan, Persib Bandung, Ateng Wahyudi Track Record of Maung Bandung: Persib Bandung in Ateng Wahyudi Leadership, 1985-1993 Abstract This study basically want to give an idea about the existence of Persib Bandung under the leadership Ateng Wahyudi. The method used in this research that the historical method comprising the steps of heuristics, criticism, interpretation and historiography. These results indicate that Ateng Wahyudi Persib Bandung was able to bring to the height of glory in the arena of national football. In his tenure, Ateng Wahyudi doing some improvements such as Universitas Indonesia Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016 2 the sectors of coaching young players in an attempt to regenerate, strict discipline to all elements of the team, Persib Bandung reorganize the management structure, and provide bonuses in an effort to trigger achievement. Innovation and policies Ateng Wahyudi a major impact on Persib Bandung, Persib Bandung achievement able to win the United League in 1986, 1990 as chairman and 1994 as team manager. Keyword : Football, Perserikatan League, Persib Bandung, Ateng Wahyudi Pendahuluan Persib Bandung merupakan sebuah organisasi sepak bola yang berbasis di wilayah Bandung. Eksistensi Persib tidak hanya di Bandung, akan tetapi sudah menyebar ke seluruh wilayah Jawa Barat. Pada dewasa ini, Persib Bandung merupakan salah satu tim sepak bola yang disegani dalam kancah persepakbolaan nasional. Hal ini terbukti dari Persib mampu menjuarai Liga Super Indonesia pada tahun 2014 dan Piala Presiden pada 2015. Dukungan suporter Persib yang akrab disapa bobotoh1 selalu ‘membirukan’ stadion baik kandang maupun tandang. Misalnya pada pagelaran final Piala Presiden 2015 yang diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, sekitar 80.000 bobotoh memadati stadion yang berbanding terbalik dengan supporter Sriwijaya FC Palembang yang berjumlah sekitar 5.000 orang.2 Pada dewasa ini tingginya animo masyarakat terhadap Persib disebabkan oleh Persib telah menjadi identitas Jawa Barat khususnya suku Sunda. Hal ini menguntungkan bagi Persib, sebab dari segi keuangan Persib selalu profit dengan banyaknya sponsor, pembelian tiket dan aksesoris, dan rating siaran televisi.3 Kejayaan Persib Bandung tidak serta-merta diraih dengan mudah, dibutuhkan waktu sekitar 19 tahun untuk kembali menjuarai Liga Indonesia, setelah terakhir juara pada tahun 1995. Satu hal yang menarik adalah terdapat semacam kesamaan dari pola yang terjadi dalam organisasi Persib, yakni Persib pada masa kepemimpinan Ateng Wahyudi tahun 1985-1993 dengan Persib periode 2015. Pada masa kepemimpinan Ateng Wahyudi Persib mampu menjuarai Liga Perserikatan tahun 1986 setelah paceklik gelar selama 25 tahun. Keberhasilan 1 Bobotoh dalam bahasa Indonesia memiliki arti pendukung 2 Tim redaksi jpnn, “Inilah Jumlah Perkiraan Suporter yang datang ke GBK” Rabu, 14 Oktober 2015 diakses melalui http://www.jpnn.com/read/2015/10/14/332738/Inilah-Perkiraan-Jumlah-Suporter-yang-Datang-ke-GBK- pada kamis 3 Maret 2016 pukul 21.09 WIB. 3 “Persib Tetap Jadi Nomor Satu Rating TVIS http://www.jawapos.com/read/2016/08/31/48018/persib-tetap- jadi-nomor-satu-rating-tv-isc. Pada Jumat 23 Desember 2016 pukul 15.46 WIB. Universitas Indonesia Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016 3 ini dicapai Ateng Wahyudi menjabat sebagai ketua umum Persib belum genap setahun. Kesamaan pola ini tercermin dari Persib mampu keluar dari masa keterpurukan yang cukup lama setelah manajemen Persib melakukan regenerasi pemain. Persib Bandung pada masa Ateng Wahyudi mulai diperhitungkan di kancah persepakbolaan Indonesia setelah pemain binaan Marek Janota pada awal tahun 1980-an diberi kesempatan untuk tampil menggantikan para pemain yang masuk usia senja seperti Max Timisella, Encas Tonif. Sementara itu, kejayaan Persib pada masa sekarang tidak terlepas dari program pembinaan pemain berjenjang yang dilakukan oleh PT. Persib Bandung Bermartabat sejak tahun 2008. Pemain binaan yang cukup berperan penting dalam proses menuju masa kejayaan Persib pada dewasa ini yaitu seperti Atep, Dedi Kusnandar dan Febri Haryadi. Dalam sejarahnya, Kelahiran Persib Bandung merupakan hasil dari fusi yang dilakukan oleh dua perkumpulan sepak bola yakni BIVB dan NVB pada tanggal 14 Maret 1933 yang bertujuan untuk meniadakan dualisme klub sepak bola dalam satu kota. Prestasi Persib Bandung pada awal pembentukkannya hingga masuk periode Perang Dunia II cukup baik. Persib menjadi juara satu Kompetisi Perserikatan tahun 1937, juara dua pada tahun 1933, 1934, dan 1936, dan menjadi juara tiga pada kompetisi tahun 1939, dan 1941. Sementara itu pada tahun 1935, 1938, 1942 dan 1943 Persib Bandung tidak mampu masuk tiga besar. Pada tahun 1943-1950 kondisi politik di Indonesia tidak kondusif untuk menjalankan kompetisi tingkat nasional, sehingga terjadi kevakuman kompetisi. Setelah Indonesia diakui kedaulatannya lewat Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949, PSSI mulai menata kembali penyelenggaraan kompetisi tingkat nasional. Penataan ini dimulai sejak PSSI menyelenggarakan konggres pada 2-4 September 1950 di Semarang. Salah satu poin yang penting dalam konggres tersebut adalah penyelenggaraan kompetisi yang konsisten sebagai upaya mencari pemain potensial untuk bergabung ke Tim Nasional Indonesia. Pemain Persib yang tergabung ke dalam Timnas yaitu Aang Witarsa dan Jachja. Pada periode 1950-an ini prestasi Persib Bandung mulai menanjak pada akhir sejak tahun 1957 yakni menempati peringkat III dan dua tahun berselang mampu menjadi ruuner-up pada Kompetisi Perserikatan. Memasuki periode awal 1960-an persib Bandung mampu menjuari Kompetisi Perserikatan dengan mengungguli PSM Makassar. Pada dekade 1970-an, prestasi Persib Bandung merosot tajam. Pada periode ini sejak tahun 1957, Persib selalu tidak masuk dalam posisi 4 besar Liga Perserikatan. Puncaknya adalah Universitas Indonesia Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016 4 ketika PSSI mulai memberlakukan pembagian divisi pada musim 1978/1979, Persib harus rela bertarung di divisi I akibat kekalahan 1-2 dari Persiraja Banda Aceh di babak play-off penentuan peringkat kelima dan keenam Kejurnas PSSI 1975/1978. Setahun mejelang, manajemen melakukan evaluasi terhadap tim Persib Bandung. Solihin GP selaku ketua umum waktu itu memilih pelatih sekaligus pemandu bakat asal Polandia untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam tim. Permasalahan buruknya prestasi Persib Bandung disinyalir akibat tim mayoritas dihuni oleh para pemain yang sudah memasuki usia senja. Usaha yang dilakukan oleh manajemen tim ternyata tidak sia-sia, Marek Jannota4 berhasil menemukan bakat-bakat muda asli Jawa Barat. Para pemain ini diproyeksikan sebagai investasi Persib Bandung untuk membawa tim ke masa kejayaan. Pemain-pemain yang hasil binaan Marek Jannota yakni Robby Darwis, Adeng Hudaya, dan Adjat Sudrajat. Pada kenyataannya pemain muda Persib Bandung berhasil mengangkat prestasi tim yaitu mampu juara III pada kompetisi 1983, juara II tahun 1983, dan juara II pada tahun 1985. Memasuki medio 1980-an, terjadi pergantian ketua umum di kubu Persib Bandung. Solihin GP merasa sudah cukup menangani Persib Bandung. Ateng Wahyudi terpilih sebagai ketua umum Persib Bandung menggantikan Solihin GP pada 1985.5 Satu hal yang unik dari serah terima jabatan yang dilakukan adalah tidak melalui pertemuan resmi, namun dilakukan via telepon.6 Setelah serah terima jabatan yang tidak lazim itu dilakukan, Ateng Wahyudi bersama jajaran kepengurusannya langsung fokus mempersiapkan tim menghadapi Kompetisi Perserikatan Divisi Utama 1986. Praktis, waktu yang dimilikinya kurang dari 2 bulan, karena kompetisi akan segera dilaksanakan pada bulan Januari 1986. Pengurus tidak banyak merubah tim, misalnya untuk melatih masih mempercayakan Nandar Iskandar, dibantu Max Timisela sebagai asisten pelatih dan Indra M. Tohir sebagai pelatih fisik. Periode awal Persib di bawah ketua umum Ateng Wahyudi berhasil meraih gelar Liga Perserikatan tahun 1986 sekaligus mengakhiri masa paceklik gelar selama 25 tahun. Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menjuarai kompetisi, Persib berhak mewakili tim sepak bola Indonesia ke Pesta Sukan II/1986 di Brunei Darussalam. Para pemain Persib pada periode kepemimpinan Ateng Wahyudi merupakan pemain hasil binaan dari pelatih Marek Jannota. Karakter pemain Persib dinilai memiliki suatu ciri khas 4 Marek
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages16 Page
-
File Size-