Dermaga Sastra Indonesia Kepengarangan Tanjungpinang dari Raja Ali Haji sampai Suryatati A. Manan komodo books komodo books DERMAGA SASTRA INDONESIA: Kepengarangan Tanjungpinang dari Raja Ali Haji sampai Suryatati A Manan Tim Penyusun: Pelindung: Dra. Hj. Suryatati A. Manan (Walikota Tanjungpinang) Drs. Edward Mushalli (Wakil Walikota Tanjungpinang) Penasehat: Drs. Gatot Winoto, M.T. (Plt. Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang) Penanggung Jawab: Drs. Abdul Kadir Ibrahim, M.T. (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang) Ketua: Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum. Wakil Ketua: Syafaruddin, S.Sn., M.M. Sekretaris: Said Hamid, S.Sos. Anggota: Drs. Al azhar Drs. H. Abdul Malik, M.Pd. Drs. Agus R. Sarjono, M. Hum. Raja Malik Afrizal Desain dan Visualisi Isi: Drs. Tugas Suprianto Pemeriksa Aksara: Muhammad Al Faris ISBN: 979-98965-6-3-2 Diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau bekerja sama dengan Penerbit Komodo Books, Jakarta ii DERMAGA SASTRA INDONESIA WALIKOTA TANJUNGPINANG SAMBUTAN WALIKOTA TANJUNGPINANG Bismillâhirrahmânirrahîm. Assalâmu‘alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Encik-encik, Tuan-tuan, Puan-puan, dan para pembaca yang saya hormati, Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga kita dapat melanjutkan aktivitas dan kreativitas masing-masing dalam rangka mencapai ridha-Nya. Shalawat dan salam senantiasa diucapkan untuk junjungan alam, Nabi Besar Muhammad SAW. Allâhumma shalli ‘alâ saiyidinâ Muhammad. Sidang pembaca yang saya muliakan, Terkait dan terbabit pertumbuhkembangan sastra Indo- nesia modern sampai dewasa ini, sejatinyalah tidak dapat dipisahkan dengan adanya sastra Melayu yang sentralnya antara lain di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, sejak berbilang abad yang lampau. Adalah, sejarah pun telah pula DERMAGA SASTRA INDONESIA iii mencatat, bahwa pertumbuh-kembangan sastra Melayu yang puncaknya dicapai oleh para penulis di pusat tamadun Melayu, Pulau Penyengat, Tanjungpinang, telah memberi andil dan sekaligus mewarnai sastra Indonesia modern. Raja Ali Haji, Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau dan Aisyah Sulaiman Riau adalah sebagian dari pengarang-pengarang ulung pada masa itu. Karya-karya mereka masih dibaca, diteliti, dikaji dan diperbincangkan sampai dewasa ini. Keberadaan karya-karya pengarang pada masa itu, diakui ataupun tidak pastilah sudah mempengaruhi kepengarangan generasi sesudah itu dan sastra Indonesia hari ini. Pada masa Indonesia merdeka, kepengarangan sastra di kota Tanjungpinang kembali mendapatkan tempatnya yang elok, pantas dan menentukan “pucuk-puncak” di pentas sastra Indonesia mutakhir. Nama-nama kepengarangan dimaksud, antara lain Hasan Junus, Rida K. Liamsi, Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Sattah, dan BM Syamsuddin. Generasi kepengarangan Kota Tanjungpinang itu terus berlanjut sehingga dewasa ini, dan terbukti sudah—lagi-lagi mempunyai kekhasan—mewarnai kepengarangan sastra Indonesia modern. Pada bagian lain, sejak Tanjungpinang berdiri sebagai sebuah kota otonom berdasarkan UU. No. 5 tahun 2001, telah pun pula diberi gelar sebagai Kota Gurindam Negeri Pantun, yang juga dikenal sebagai Kota Budaya. Hal ini memberi makna bahwa apa-apa yang menjadi pendukung untuk wujudnya kota ini ke arah itu, mestilah diperbuat sebagaimana patutnya, dan mustahaklah adanya. Satu di iv DERMAGA SASTRA INDONESIA antara ikhtiarnya adalah menyusun buku tentang kepengarangan sastra yang bertapak atau menjadi lamannya adalah kota Tanjungpinang, yang bukunya sebagaimana di tangan Pembaca ini. Alhamdulillah, buku ini, dapat diselesai-kan oleh tim penyusun sesuai dengan jadwal yang disusun dan tujuan yang diharapkan. Para pembaca yang berbahagia, Melalui sambutan ini, saya menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Penyelenggara Penyusunan buku ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Drs. Abdul Kadir Ibrahim, M.T. dan jajarannya. Kemudian terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Tim Penulis buku ini, yakni Bapak Drs. Jamal D. Rahman, M.Hum. selaku Ketua Tim, dan para anggotanya, Bapak Drs. Al Azhar, Bapak Drs. H. Abdul Malik,M.Pd., Bapak Drs. Agus R. Sarjono, M.Hum. dan Bapak Malik Afrizal. Terimakasih saya tujukan pula kepada Ketua DPRD, Wakil Ketua DPRD dan Anggota DPRD kota Tanjungpinang yang sudah ikut dalam serangkaian kegiatan itu, utamanya menyetujui pendanaannya di dalam APBD Kota Tanjungpinang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang tahun 2010. Terimakasih juga kepada sastrawan kota Tanjungpinang, dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini yang tak dapat saya sebutkan satu persatu. Sekali lagi, terimakasih dan semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa membalas dengan pahala apa-apa yang sudah kita ikhtiarkan untuk DERMAGA SASTRA INDONESIA v penyusunan buku yang bersejarah ini. Selain itu, kiranya buku ini dapat memberi manfaat dan faedah yang besar terhadap pertumbuh-kembangan sastra di tanah air, kepada para pembaca, generasi muda, pelajar, guru-guru, para dosen, kritikus sastra dan sesiapa saja. Pisang emas dibawa berlayar Masak sebiji di dalam peti Utang emas dapat dibayar Utang budi dibawa mati. Besar harapan kita, setelah terbitnya buku ini, nantinya ada lagi orang-orang yang menaruh perhatian, baik dari kalangan kritikus sastra atau akademisi yang dengan sepenuh hati melakukan penelitian dan pengkajian secara khas dan mendalam tentang banyak hal meyangkut kepengarangan sastra dan kesusastraan di kota Tanjungpinang. Kalau kita membaca buku ini, maka kita akan menemukan secara jelas terjadinya pasang-surut bahkan ada masa renggang kepengarangan sastra di kota Tanjungpinang. Begitu pula dengan jumlah pengarang dan hasil karya sastra yang hadir di tengah masyarakat, yang sejatinya dapat menjadi bahan penelitian dan pengkajian secara mendalam, sebagaimana patutnya. Buku ini telah disiapkan dan dihadirkan di tangan pembaca, di tengah masyarakat, tak lain tak bukan dalam upaya “mewariskan bahasa” dan “menanamkan budi” kepada generasi muda, pembaca dan sesiapa saja, masyarakat, bangsa, dan negara. Kata Raja Ali Haji dalam Gurindam Dua Belas: Jika hendak melihat orang berbangsa/Lihatlah kepada budi vi DERMAGA SASTRA INDONESIA dan bahasa. Tersebab itu pulalah, maka saya mengharapkan kepada para pengarang sastra di Kota Tanjungpinang yang karya- karyanya atau kepengarangannya sudah dibahas, baik secara luas ataupun dalam sepintas-kilas, oleh Tim Penulis, maka di masa mendatang semakin dapat memoles karyanya sehingga suatu saat berhasil menjadi “penanda” dan “pewarna” pula dalam pertumbuh-kembangan sastra di Indonesia, khususnya di kota Tanjungpinang. Apa guna menanam bunga Kalau tidak harum mewangi Apa guna adanya sastra Kalau tidak diridhai Ilahi Akhirnya, saya ucapkan sekian dan terimakasih atas segala perhatian Tuan dan Puan. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kesilapan dalam sambutan dan buku ini. Semoga Allah berkenan dan meridhai apa-apa ikhtiar yang sudah kita perbuat untuk penyiapan buku ini. Billâhitawf îq walhidâyah wassalâmu‘alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh. Tanjungpinang, 11 November 2010 Walikota Tanjungpiang, DRA DERMAGA SASTRA INDONESIA vii viii DERMAGA SASTRA INDONESIA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANJUNGPINANG Kepengarangan Mewarisi Kalam bagi Kemuliaan Bismillâhirrahmaani rahîm. Assalamu’alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur kita ucapkan ke hadirat Allah SWT., Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat, nikmat dan karunia-Nya jualah sehingga kita masih dalam keadaan sehat walaf iat dan dapat beraktivitas sebagaimana patutnya. Shalawat dan salam kita sampaikan pula untuk junjungan alam, Nabi Muhammad SAW., allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad. Sebagaimana dapat dipahami melalui penjelasan sejarah, bahwa Kerajaan Johor kemudian membuka tempat kedudukan baru sebagai pusat kerajaan di Hulu Sungai Carang, yang dilakukan oleh Sultan Ibrahim Syah, yang dibantu oleh Laksemana Tun Abdul Jamil, pada tahun 1673. DERMAGA SASTRA INDONESIA ix Ketika pusat kerajaan Melayu itu benar-benar sudah berada di Hulu Sungai Carang, maka kemudian dikenal dengan nama “baru”, yakni “Riau” yang selanjutnya kerajaan pun disebut dengan Kerajaan Riau-Johor-Pahang. Sampailah suatu masa Tengku Sulaiman dilantik menjadi Sultan Kerajaan Riau-Johor-Pahang pada 4 Oktober 1722, bergelar Badrul Alamsyah. Seiring itu, dalam Pemerintahan Kerajaan, dikenallah pula jabatan selain Sultan, yang disebut sebagai Yang Dipertuan Muda (YDM). Dalam hal ini, jabatan itu untuk pertama kali diberikan oleh Sultan kepada Daeng Marewah. Dengan demikian maka pemerintahan Kerajaan Melayu itu pun dipimpin oleh Sultan, yakni Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah (sebagai Yang Dipertuan Besar) dan Daeng Marewah (sebagai Yang Dipertuan Muda atau Raja). Sejarah pun sudah mencatat, bahwa sejak pemerintahan Kerajaan Melayu berpusat di Hulu Sungai Carang (Sungai Riau) —yang sekarang berada dalam wilayah Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau— sudah tumbuh dan berkembang kegiatan atau aktivitas ilmu pengetahuan, baik agama, pemerintahan, pengobatan atau pun bahasa dan sastra. Arah selanjutnya, muncullah pengarang atau penulis. Arah kepengarangan itu, boleh jadi semakin jelas ketika Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, yakni Tengku Mahmud menjadi Sultan Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga yang bergelar Sultan Mahmud Syah III. Waktu itu, sebagai Yang Dipertuan Muda Riau adalah Raja
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages304 Page
-
File Size-