Journal of Indonesian History 8 (2) (2019) Journal of Indonesian History http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih Perkembangan Arsitektur pada Masa Kolonial di Surakarta Tahun 1900-1942: Tinjauan Politik, Sosial dan Pendidikan Friska Candra Dewi, Ufi Saraswati, dan Abdul Muntholib Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang, Semarang-Indonesia Info Artikel Abstrak ________________ ___________________________________________________________________ Sejarah Artikel: Pada masa kolonial, Kota Surakarta menjadi salah satu pusat pemerintahan di Jawa yang ramai. Diterima September 2019 Pengaruh politik dari pemerintah membawa dampak terhadap perubahan sosial dan pendidikan. Disetujui Desember 2019 Masyarakat mulai mengikuti gaya hidup yang semakin modern, kebudayaan baru muncul sebagai Dipublikasikan Desember wujud perubahan sosial dan pendidikan. Pertemuan dari berbagai macam bangsa dan wilayah 2019 kekuasaan yang terbagi menjadi dua mempunyai ciri khas kebudayaanya masing-masing. ________________ Kebudayaan inilah yang terus berkembang dan membawa pengaruh terhadap bentuk-bentuk Keywords: arsitektur yang ada di Kota Surakarta. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui Development, Architecture, perkembangan dan pengaruh budaya kolonial terhadap seni arsitektur di Surakarta tahun 1900-1942, Surakarta City. sehingga dapat menjadi salah satu literatur penelitian tentang sejarah dan perkembangan arsitektur ____________________ di Kota Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Perkembangan Arsitektur di Surakarta yang berawal dari kota tradisional dengan pengaruh kerajaan dan budaya Jawa kental hingga menjadi kota modern yang mulai mendapatkan pengaruh budaya pada masa kolonial. Abstract ___________________________________________________________________ In the colonial period, Surakarta City became one of the centers of government in busy Java. The political influence of the government has an impact on social change and education. The community began to follow an increasingly modern lifestyle, new culture emerged as a form of social and educational change. Meetings of various nationalities and territories divided into two have their own cultural characteristics. It is culture that continues to grow and has an influence on the architectural forms that exist in Surakarta City. The purpose and benefits of this study were to determine the development and influence of colonial culture on architectural art in Surakarta 1900-1942, so that it could become one of the research literature on the history and development of architecture in Surakarta City. The method used in this study is the historical method, namely heuristics, source critical, and interpretation. The development of architecture in Surakarta originated from a traditional city with the influence of the kingdom and thick Javanese culture to become a modern city which began to gain cultural influence in the colonial period. © 2019 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: ISSN 2252-6633 Ruang Jurnal Sejarah, Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected] 96 Friska Candra Dewi, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 96-104 PENDAHULUAN lebih jauh mempunyai perbedaan-perbedaan dan Kehadiran bangsa Belanda di Indonesia telah ciri tersendiri (Sumalyo, 1993:2). banyak mempengaruhi segi-segi kehidupan Menurut Handinoto perkembangan masyarakat pribumi. Seiring berjalannya waktu Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia dibagi pengaruh tersebut semakin besar dan menjadi 4 periode. Abad 16 sampai Tahun 1800- mempengaruhi berbagai unsur kebudayaan. an, Indonesia masih disebut sebagai Netherland Luasnya pengaruh kebudayaan Belanda sehingga Indische di bawah kekuasaan VOC. Bangunan ketujuh unsur budaya utama yang dimiliki suku perkotaan orang Belanda pada periode ini masih Jawa sepenuhnya terpengaruhi. Percampuran bergaya Eropa dengan bentuknya cenderung gaya Eropa dan Jawa yang meliputi tujuh unsur panjang dan sempit, atap curam, dan dinding universal budaya yang didukung oleh segolongan depan bertingkat bergaya Belanda di ujung teras. masyarakat disebut dengan kebudayaan Indis Bangunan ini tidak memiliki orieantasi bentuk (Soekiman, 2000:2). yang jelas, atau tidak beradaptasi dengan iklim Surakarta sebagai suatu wilayah kerajaan dan lingkungan setempat. Tahun 1800-an sampai tradisional ditandai dengan berkuasanya sistem dengan Tahun 1900, terbentuk gaya arsitektur birokrasi tradisional. Sebagai pusat The Dutch Colonial Villa. Gaya ini merupakan pemerintahan, kota Surakarta juga menjadi pusat gaya arsitektur Neo-Klasik yang melanda Eropa dari kebudayaan Jawa dengan Kraton (terutama Perancis) yang diterjemahkan secara Kasunanan dan Pura Mangkunegaran sebagai bebas, menghasilkan gaya Hindia Belanda porosnya. Sebagai salah satu pusat pemerintahan bercitra kolonial disesuaikan dengan lingkungan di Jawa yang ramai, tak bisa dipungkiri adanya lokal, iklim, dan material yang tersedia pada pertemuan dari berbagai macam bangsa yang masa itu, yang kemudian dikenal sebagai membawa kebudayaan masing-masing. Bangsa Indische Architectuur, atau rumah Landhuis, Belanda sebagai pemegang kekuasaan di yang merupakan tipe rumah tinggal di seluruh Indonesia saat itu menduduki jumlah bangsa Hindia Belanda pada masa itu. Tahun 1900 Eropa yang paling banyak. Kehadiran mereka sampai Tahun 1920-an, pada tahun 1920 kaum dengan gaya hidup dan budaya yang mereka liberal di negeri Belanda mendesakan apa yang bawa bertemu dengan kebudayaan setempat, dinamakan politik Etis untuk diterapkan di tanah yang kemudian melahirkan budaya baru yang jajahan. Sejak itu pemukiman orang-orang disebut kebudayaan Indis. (Soekiman, 2011:19) Belanda tumbuh dengan cepat, dengan adanya Bangunan peninggalan kolonial di suasana tersebut maka Arsitektur Eropa mulai Surakarta adalah “saksi bisu” dari berbagai terdesak digantikan dengan standar arsitektur kejadian pada masa digunakan baik didalamnya Indis atau Indische Empire Style yang berorientasi maupun disekitarnya. Bentuk bangunan jika ke iklim tropis nusantara. Tahun 1920 – Tahun diamati mempunyai nilai arsitektural (ruang, 1940, pada awal abad 20, arsitek Belanda konstruksi, teknologi, dan lain sebagainya) juga memunculkan pendekatan untuk rancangan mempunyai nilai sejarah. Makin tua bangunan arsitektur di Hindia Belanda. Aliran baru ini berdiri makin membuktikan tingginya nilai semula masih memegang unsur-unsur dasar sejarah dan budayanya. (Prasangka, 2003:16) bentuk klasik, memasukan unsur-unsur yang Arsitektur kolonial di Indonesia adalah terutama dirancang untuk mengantisipasi fenomena budaya yang unik, tidak terdapat dilain matahari dan hujan lebat tropis. Selain unsur- tempat, juga pada negara-negara bekas koloni. unsur arsitektur tropis, juga memasukan unsur- Dikatakan demikian karena terjadi percampuran unsur tradsional Indonesia namun tetap tidak budaya antara penjajah dengan budaya Indonesia menjadi konsep yang baku. yang beraneka ragam. Oleh karena itu arsitektur Menjelang peralihan abad 19 ke abad 20 di kolonial diberbagai tempat di Indonesia, disatu Hindia Belanda banyak sekali mengalami tempat dengan tempat lainnya apabila diteliti perubahan dalam masyarakatnya. Akibat kebijakan politik pemerintah pada waktu itu 97 Friska Candra Dewi, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 96-104 mendorong terjadinya perubahan bentuk kota mempunyai nilai kekuasaan yang lebih yang di dalamnya mencakup pula bidang dibandingkan dengan para penguasa pribumi. arsitektur. Keadaan kota di Indonesia pada abad Berdasarkan latar belakang arsitektur 19 ke abad 20 mengalami laju modernisasi yang Surakarta di atas maka perlu adanya pembahasan mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah tentang seni arsitektur sebagai hasil budaya orang Eropa yang datang ke Hindia Belanda sebelum masa kolonial dan perkembangan serta (Ariefullah;dkk, 2013:11). pengaruh budaya kolonial terhadap seni Perubahan bentuk dan gaya dalam dunia arsitektur di Surakarta. Oleh sebab itu penulis arsitektur sering didahului dengan perubahan ingin memecahkan masalah Perkembangan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Peralihan Arsitektur di Surakarta pada Masa Kolonial dari abad 19 ke abad 20 di Hindia Belanda Tahun 1900-1942: Tinjauan Politik, Sosial dan dipengaruhi oleh perubahan dalam Pendidikan. masyarakatnya. Modernisasi dengan penemuan baru dalam bidang teknologi dan perubahan METODE sosial akibat kebijakan politik pemerintah Metode yang digunakan dalam penelitian ini kolonial pada waktu itu mengakibatkan adalah metode sejarah. Pada tahap ini peneliti perubahan bentuk dan gaya dalam bidang mencari bahan-bahan yang berpotensi untuk arsitektur. dijadikan sumber yang berisi informasi, Pada penelitian sebelumnya oleh Taufik pengumpulan sumber berupa data dokumen dari Adhi Prasangka yang berjudul Perkembangan Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran, Arsitektur Indis di Surakarta Pada Abad XX dokumen yang menyangkut tentang bangunan- membahas mengenai perkembangan arsitektur di bangunan kolonial yang ada di Surakarta pada Surakarta dimana arsitektur Indis sebagai salah tahun 1900-1942. Arsip mengenai rencana satu hasil dari akulturasi dua kebudayaan yang pembangunan Pasar Gede, Arsip mengenai berbeda yaitu budaya Barat dan budaya Timur. bangunan-bangunan di istana Mangkunegaran, Penelitian lainnya dengan judul Karya Arsitektur foto-foto mengenai bangunan dari Dinas Thomas Karsten di Surakarta 1917-1942 oleh Sri Kearsipan Surakarta
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages9 Page
-
File Size-