Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> Budaya Pop Indonesia I(ehangatan Seusai Perang Dingin AriellIeryanto Tulisan ini mengkaji dinamika hebudayaan pop di Indonesia pada awal abad ke-21, dan beberapa masalah dalam pendekatan ten tang kajian budaya lpnumnya. Kajian iui diletahhan dalam honteksdua arus besar peruhahan kemasyarakatan,yahni berakhinlya Perang Dingin dan semakin mantapnya industri kapitalisme dalam kehidupan sehari-hari. Ulasan ini diawali dengan mempertanyakan apa yang terjadi dalam dinamiha kehudayaan mutakhir. Kemudian, mengapa perhatian kaum peneliti untuk hudaya pop selanta ini masih sangat langka. Pada bagian penutup dibahas tiga kasus yang menggambarlwn dinamika dan tantangan yang dihadapi Indonesia da/am beberapa dekade ke depan: seniman dangdut Illll! DaratistaJilm Ayat-ayat Cinta, dan demam sinetroll dari Asia Timur. ndonesia sedang memasuki sebuah bagi­ Tulisan ini memusatkan perhatian pada an baru dari sejarahnya. Perubahan ini ti­ dinamika kebudayaan pop di Indonesia pada I dak berpangkal dan tidak disebabkan oleh awal abad ke-21, dan beberapa masalah dalam jatuhnya rezim Orde Baru dan apa yang disebut pendekatan tenlang kajian budaya umumnya. reformasi. Perubahan ini berlingkup luas, me­ Uraian ini didasarkan pada asumsi bahwa dua lintasi batas-batas nasional, dan prosesnya proses bt'sar telah memungkinkan terjadinya sudah berlangsung sebelum jatuhnya Orde perubahan mutakhir yang dibahas di sini, yakni Bam. Boleh dikatakan secara terbalik, jatuhnya berakhimya Perang Dingin dan semakin man­ Orde Bam dan percik-percik so sial yang disebut tapnya industri kapitalisme dalam kehidupan reformasi merupakan sebagian dari akibat tak sehari-hari. Keduanya berlingkup global. Ke­ tere1akkan dan sebagian kecil dari wajah per­ duanya bukan sosok orang, kelompok orang, ubahan tersebut.1 atau lembaga yang dibentuk orang. Keduanya 1 Banyak ulasan yang secara gegabah mengang­ Orde Baru tidak serta-rnerta clisusul clengan gap runtuhnya Orde Baru clan gerakan rt'for­ serangkaian perubahan yang serba anti-Orde masi menjacli pangkal dan pen)'l'bab berbagai Baru atau koreksi terhadap praktik politik Orde perubahan sosial. politik. dan kebudayaan di Baru. Jika gf'rakan rdormasi diangankan Indonesia. Pandangan arus utama seperti itu sebag<.li keku<.ltan yang sedeI11ikian hebat tidak mampu nwnjelaskan dua hal [lenting. sehingga I11aI11[lu menggulingkan OrM Baru, Pertarna, bila kejatuhan Orde Baru nlf'nj<.lcli awal tidak Has I11mgapa gerabn itu segf'r<.l lunglai dan "S;:mg Sebab", apa yang menjadi penyebab clengan sendirinya sdelah Ordl' Baru yang "Sang Sebab"? Kedua, nwngapa tumbangnya dim usuhiny<.l tum bang. ---------~ -_.- - Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> 16 Prisnza Vol. 28, No.2, Oktober 2009 berbeda dan tidak saling bergantung seC31-a dan penclekatan yang berbeda clibutuhkan un­ internal, tetapi dalam kenyataan keduanya tuk memahami proses pembahan yang sudah berjalan seiring dan saling menguatkan. dan sedang terjadi di sekitar kita. (JIasan ini Walau dua proses global itu "memungkin­ diawali dengan mempertanyakan apa yang kan" terjaclinya sejumlah pembahan penting di teliadi dalam dinamika kebudayaan mutakhir. Indonesia clan Asia pada awal abad ke-21, tidak Kemudian dipertanyakan mengapa selama ini beraIii keduanya serba menentukan, apalagi perhatian kaum peneliti untuk hal-hal ini masih secara seragam dan rinci, pem bahan itu dari sangat langka. Dan sedikit kajian yang ada, kita masa ke masa dan dari sat u masyarakat ke paparkan kekuatan dan kelemahan mereka. masyarakat lainnya. Kebudayaan mutakhir Pada bagian penutup dibahas tiga kasus yang berkembang dalam bentuk dan ke arah yang menggambarkan clinamika dan tantangan yang berbeda-beda. Untuk memahami proses ini dihadapi Indonesia dalam beberapa clekade ke dibutuhkan berbagai keterbukaan sikap, wa­ depan: kasus artis dangdut Inul Daratista, film wasan, pendekatan, kerangka kerja dan materi Ayat-ayat Cinta, dan demam sinetron dari Asia kajian yang lebih luwes dari yang telah menjadi Timur. kebiasaan umum di kalangan ilmuwan. Sengaja budaya pop dijaclikan pokok ba­ Perubahan Budaya Pop hasan clalam tulisan ini, karena dua alasan. Di Mutakhir satu pihak, pada awal abad ke-21 ini kita me­ nyaksikan pembahan besar-besaran, baik claIan1 Masuknya seorang seniman ke dalam poli­ produksi dan konsumsi budaya pop di Indonesia tik bisa dijumpai di banyak negara, juga eli maupun cli beberapa negara tetangga. Di pihak Indonesia. Tetapi proses yang sebaliknya - lain, kebudayaan pada umumnya dan buclaya politikus menampilkan din terlibat dalam hiruk pop khususnya, mempakan "wilayah gelap" pikuk budaya pop - seperti eli Indonesia, mung­ atau "binatang ganjil" yang seIama ini tidak kin agak langka. Sampai dengan tumbangnya pemah cukup berhasil dipahami clan diminati rezim Orde Bam di tahun 1998 belum pernah para pene1iti kemasyarakatan. Para penggiat terbayangkan ada calon presiden RI yang bere­ dalam biclang seni dan budaya mutakhir (term a­ but perhatian massa lewat panggung reality suk pop) selama ini tampaknya kurang benninat show di televisi atau sejenisnya dengan ikut menawarkan metode kajian kritis kebudayaan berlomba bakat menyanyi clan berhasil masuk tandingan dan pendekatan yang telah mapan. Di grandjinal.3 Bukan karena di masa yang lampau kalangan para peneliti akaclemik sendiri, analisis belum ada acara sejenis itu. Sebelum abad ke- kebuclayaan mempakan titik terlemah clalam 21 belum terbayang bakal ada Presiden RI yang berbagai teori besar ilmu-ilmu sosial pada abad dengan bangga membuat lagu, main giLar di ke-20.2 depan umum, menyanyi lagu pop, dan membuat Di abad ke-20 tidak hanya sekali Prism a album rekaman lagu-lagunya. Tiga album re­ membahas masalah kebudayaan sebagai tema kaman Presiden Susilo Bambang Yuclhoyono utama. Beberapa di antaranya secara khusus masih di bawah jumlah album politikus lain eli membahas kebudayaan pop. Boleh disimpulkan masa yang hampir sama. 4 Mungkin baru di abad kalau semua pembahasan tersebut menjadi se­ ke-21 ini ada menteri yang secara khusus buah bagian sejarah yang telah lewat. Wawasan 1 Lihat, Tulus Wijanarko et aI, "Wiranto dan SBY 2 Lihat, Bryan S Turner, "Baudrillard for Socio­ 'Lolos' Grand Final AFI", dalam Koran Tempo, 20 logists", dalam C Rojek dan Bryan S Turner Juni 2004. (eds.), Forget Baudrillard? (London: Routledge, 4 "Laporan Utama", dalam Jawa Pas, 2 Februari 1993), hal. 70-87. 2009, hal. 2. Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> Ariel Heryanto, Budaya Pop Indonesia: Kehangatan Seusai Perang Dingin 17 menyecliakan waktu berlatih menyanyikan lagu tiga juta orang. Inilah film yang paling banyak kelompok musikus muda yang sedang populer. dielu-elukan dan diperbincangkan media massa Menteri Perdagangan Mari Pangestu mengaku sebagai film Islami, walau beberapa kritikus dan berlatih menyanyikan lagu-Iagu Samsons "se­ kaum Muslim menyanggah penilaian demikian. kitar satu jam bersama instmktur musik" (entah lnilah salah satu film Indonesia paling awal yang setiap minggu atau bulan) di sela-sela kesi­ kepopulerannya clijadikan rebutan para politikus bukannya, dan hal ini cliberitakan dalam sebuah tingkat tinggi untuk membonceng ketenaran harian di bawah rubrik berita "Ekonomi dan atau ikut merebut perhatian massa. Bisnis".5 Setelah Ketua Majelis Pennusyawaratan Walau mencintai kesenian, Presiden Sukar­ Rakyat Hidayat Nur Wahid, mantan Presiden no sempat melabrak dan memusuhi musik pop BJ Habibie, Wakil Presiden dan Ny Mufida Barat. Di masa pemerintahan Presiden Suharto, Jusuf Kalla, berbondong-bondong menyaksikan musik dangdut pemah dilarang siaran di stasiun Ayat-ayat Cinta, Presiden Susilo Bambang televisi, dan pertunjukan pemusik dangdut Yudhoyono mengajak istrinya "yang bam sem­ paling p6pulerwaktu itu diganggu karena men­ buh dari sakit" untuk ikut menonton film itu dukung kampanye partai saingan partai peme­ pada 28 Maret 2008. Hal yang luar biasa, rintah.6 Pada saat memuncaknya popularitas Presiden Susilo B Yudhoyono juga mengajak lagu "Hati Yang Luka" (1988) Menteri Pene­ anggota keluarga dan menantunya yang sedang rangan Harmoko segera menyatakan peno­ hamil, ditambah "sebanyak 107 diplomat dan lakannya terhadap lagu-Iagu cengeng.7 53 perwakilan kedutaan besar". Rombongan Sejak awal abad ke-21, kita saksikan secara presiden juga diikuti Menko Kesra Aburizal berturut-turut pecahnya rekor penjualan tiket Bakrie, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, oleh beberapa film buatan Indonesia mengung­ Menteri war Negeri Hassan Wirajuda, Menteri guli film-film laris Hollywood: ] elangkung Perdagangan Mari Pangestu, Menteri N egara (2001), Ada Apa dengan Cinta? (2002), Ayat­ Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, Men­ Ayat Cinta (2008), dan Laskar Pelangi (2009) teri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, dan mungkin akan berlanjut terus. Ini bukan serta Menteri Agama Maftuh Basyuni.8 Maka sekadar masalah jumlah. Sebelum masa ini tidak terbentanglah sebuah "pertunjukan tentang pernah ada seorang Presiden, Wakil Presiden, pejabat tinggi menonton pertunjukan", apalagi dan Ketua MPR dalam kesempatan berbeda­ disertai pidato dan air mata. Keesokan harinya, beda memberi sambutan besar-besaran pada di bawah rubrik "Politik Hukum", harian Kmn­ sebuah film yang oleh pembuatnya sendiri pas memberitakan kejaclian di atas. Sulit mem­ dimaksudkan pertama-tama dan terutama se­ bayangkan hal seperti itu dilakukan oleh bagai komoclitas hiburan. presiden-presiden RI sebelumnya, atau bahkan Film Ayat-ayat Cinta penting dalam sejarah salah seorang menteri negara. Tampaknya kita. Bukan saja karena ini film kali pertama yang
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages17 Page
-
File Size-