BumSubdah makuan belum? J U N I 2 0 2 0 | V O L I I S S U E 3 Food Notes Di Indonesia, perayaan lekat dengan syukuran. Budaya bersyukur ini tak memandang suku dan agama, dan biasanya justru saling berkelindan. Seperti yang dapat kita rasakan, banyak hal yang dapat disyukuri dalam hidup kita – dan lalu dirayakan. Mulai dari ulang tahun, pergantian tahun, acara-acara hari raya, panen pertama, hingga pencapaian yang mungkin saja menurut orang lain remeh. Ungkapan rasa syukur biasanya ditunjukkan dengan cara berbagi, melalui makanan. Tak hanya dapat dinikmati bersama-sama, makanan kerap pula mengandung simbol atas doa dan harapan seseorang. Atau, bisa juga, makanan mengandung makna lain yang menarik untuk diceritakan. Seperti di beberapa daerah, berbagi makanan berarti jalan untuk membuka pintu rejeki. Sementara, menolak makanan yang ditawarkan, berarti menutup pintu rejeki orang yang menawari. Merayakan berarti berbagi. Jadi, kalau ada yang menraktir kita saat dia berulang tahun, jangan selalu dilihat sebagai sesuatu yang memberatkan. Bisa jadi, berbagi menjadi cara dia untuk bersyukur. Edisi kali ini, kami ingin mengangkat cerita-cerita tentang perayaan di sekeliling kita. Tentang sajian, memori dan aneka rasa di baliknya. Mari rayakan hari dengan sajian dan cerita! @ E A T Y M O L O G I S T @ M Y F O O D V E N T U R I S T 1 B U M B U M A G Z daftar isi Potluck: Merayakan Waktu Luang 19 @eatymologist Menggali Memori dari 22 Sekuali Bunga Kelapa 1 Food Notes @harumanis Quote Ayam Ingkung: 26 3 Rayakan Kebersamaan Lontong Cap Go Meh @myfoodventurist 27 @myfoodventurist Rewangan: Mie Ulang Tahun: 6 Bantu-bantu Tetangga Pengharapan & Pengenyang @eatymologist 30 @eatymologist Rasulan: Bubur Lemu: 9 Setelah Pesta Usai Sepotong Kisah dari Masa Lalu @wisnu_ari_tjokro 32 @rachmasafitri Gorengan 16 @myfoodventurist 2 B U M B U M A G Z Issue 27 | 234 O P I N I Ayam Ingkung - Rayakan Kebersamaan - Teks: @myfoodventurist Foto: @eatymologist Biasanya, ayam ingkung ditemui dalam sajian tumpengan sebagai lauk utama pelengkap tumpeng. Lauk ini menjadi simbol dari kemurnian/kesucian yang belum berdosa sehingga menjadi doa pengharapan. Namun pada perkembangannya, ayam ingkung kini dapat ditemukan di rumah makan dan warung makan sekitar sebagai lauk yang bisa dinikmati setiap saat. Teks dan foto: @eatymologist 3 B U M B U M A G Z Issue 27 | 234 Ini juga menjadikan ingkung tak hanya makanan Ayam yang tersaji utuh mengajarkan kami yang pelengkap tumpeng, namun juga sebagai muda-muda untuk mengontrol diri ketika hidangan kebersamaan. Ini mengacu pada mengambil lauk ayam tersebut. Setelah anggota pengertian bahwa ingkung yang saya angkat di keluarga tertua mengambil bagiannya baru yang sini merupakan sajian satu ekor ayam utuh, lebih muda ikut mengambil. Pengambilan bagian dihidangkan untuk lauk yang diharapkan ayam ingkung ini juga seakan mengajak kami mencukupi banyak orang. untuk memikirkan anggota keluarga lain. Tidak serta merta mengambil banyak-banyak, Kiranya pemikiran seperti itu yang hadir ketika secukupnya agar semua kebagian. keluarga saya menyajikan ingkung dalam acara makan bersama. Sesuatu yang taken for granted. Tante bungsu saya paling suka bagian kepala. Otomatis para keponakan akan menyisihkan Baru saya sadari, menu makanan yang kerap kali bagian kepala untuk tante bungsu kami itu. hadir dalam acara keluarga saya adalah ingkung. Sementara, ibu saya sudah pasti mengambil Mulai dari digoreng, dibakar hingga dimasak terlebih dulu bagian sayap sebagai kesukaannya. bumbu bacem atau tim, ayam ingkung selalu Paha disisihkan untuk anak-anak atau cucunya. hadir menjadi lauk di tengah menu makan Saya sendiri memakan bagian apapun yang ada keluarga besar. Hampir seluruh anggota keluarga atau tersisa – tapi tidak kulitnya. menggemari menu ini dan jarang tersisa di akhir acara - baik ingkung yang dimasak oleh bulik Ayam ingkung juga menjadi pilihan menu yang kami yang terkenal pandai memasak atau mewakili harapan keluarga akan hal-hal baik di ingkung yang dibeli di warung ayam langganan. masa yang akan datang. Membagi bagian-bagian Ini membuat saya berpikir bahwa ayam ingkung ayam dengan seluruh anggota keluarga juga menjadi salah satu elemen perayaan yang menjadi bagian harapan agar semuanya turut esensial, setidaknya di keluarga kami. merasakan dan menularkan hal-hal baik tersebut. 4 B U M B U M A G Z Issue 27 | 234 Tidak lepas jauh dari makna awalnya, sajian ayam ingkung yang bermuatan doa dan pengharapan itu kini pun masih sama. Hanya saja, ingkung tak lagi hadir sekedar simbolisasi dalam sebuah ritual, namun sebuah sajian kebersamaan. "Sudahkah Dengan hadirnya ayam ingkung, akan ada tangan-tangan yang berpadu (atau beradu?) di kita berbagi atas piring, mengambil bagian ayam yang mereka sukai, tanpa melupakan orang lain - sehingga mengambil secukupnya saja. Mungkin kelak lauk hari jika saya mengadakan acara makan, saya akan sajikan ingkung dalam salah satu menunya. Selain menu ayam cenderung disukai semua orang, setidaknya saya tidak perlu terlalu ini?" khawatir jika ada yang tidak kebagian lauk lainnya karena ingkung cukup banyak untuk makan bersama-sama, jika dipadukan dengan lauk lainnya. (*) 5 B U M B U M A G Z Issue 27 | 234 T R A D I S I R EbaWntu-bAantNu tetGangAga N Teks: @eatymologist Foto: @myfoodventurist & @eatymologist Kuliah Kerja Nyata-lah yang mengenalkan saya pada kegiatan rewangan, atau yang di beberapa tempat disebut sambatan. Tinggal di desa selama dua bulan, saya mengikuti (hampir) semua kegiatan sosial ibu-ibu di daerah tempat menginap saya, termasuk salah satunya rewangan selapanan anak ketua RT. Rewangan sendiri merupakan kegiatan di mana para tetangga membantu menyiapkan acara hajatan seseorang, dari pernikahan, membangun rumah, sampai selapanan bayi tadi. Akarnya dari semangat gotong-royang. Baik laki-laki maupun perempuan membantu sesuai dengan bidangnya masing-masing, biasanya perempuan sibuk menyiapkan makanan di dapur dan laki-laki menata lokasi tempat berlangsungnya kegiatan. 6 B U M B U M A G Z Kegiatan ini awalnya merupakan bentuk bantuan ini yang dibayar karena memiliki keahlian dan dukungan sesama tetangga. Tak hanya tertentu. Salah satunya adalah mereka yang ahli bantuan tenaga, kerap kali rewangan ini juga dalam menanak nasi dalam jumlah besar, kerap memberi dukungan mental bagi si empunya hajat. disebut sebagai divisi adhang sego. Berlangsung selama beberapa hari, para ibu dan Walau begitu, kegiatan rewangan ini makin hari bapak serta anak muda yang ikut rewangan makin tergerus oleh modernisasi sehingga mulai biasanya melakukannya dengan sukarela dilandasi ditinggalkan. Seperti di kawasan tempat tinggal rasa saling peduli. Meski begitu, tak dipungkiri, saya yang terletak di pinggir kota, sudah tak ada memang ada yang namanya kontrol sosial atau lagi kegiatan rewangan. aturan sosial yang tak tampak – yang membuat seseorang jadi “terpaksa” ikut rewangan. Terakhir kali ibu saya menikahkan anaknya, yang terjadi justru semacam transformasi dari rewangan Mereka yang mengikuti rewangan biasanya diberi ke penggunaan jasa katering. Ibu-ibu PKK di hantaran makanan atau wewehan sebagai sekitar rumah dimintai bantuan untuk memasak pengganti atas makanan yang tidak dapat dengan hitungan biaya profesional, yang besaran disiapkan di rumah. Isi dari hantaran ini bervariasi, nilainya ditetapkan oleh ibu-ibu PKK tersebut. tergantung lauk yang dimasak pada saat itu. Yang Gelas, piring, sendok, garpu dan kebutuhan makan jelas komposisinya selalu ada nasi (biasanya lainnya pun ikut disediakan oleh ibu-ibu PKK, banyak), daging, sayur, buah, dan jajanan. dalam akad sewa-menyewa. Selain yang sukarela, ada pula peserta rewangan Pergeseran ini dipengaruhi oleh banyak faktor. 7 B U M B U M A G Z Dari faktor yang tampak saja, banyaknya jasa juga menjadi penyebab bergesernya tradisi ini. katering dan persewaan barang sangat Terlebih kini dengan banyaknya perpindahan mendukung bergesernya tradisi rewangan. penduduk. Hampir tak mungkin orang yang baru Perubahan peran perempuan yang kini juga masuk pindah, berani untuk meminta tolong tetangga ke ranah publik, menjadikan waktu sangat barunya rewangan di acara hajatannya, bukan? berharga karena kesibukannya di luar rumah. Kepraktisan menjadi penting. Lalu adakah pengaruhnya pada kegiatan hajatan masa kini? Menurut saya ada. Dengan Dapur yang kecil akibat ukuran rumah yang dialihtugaskan ke jasa katering, kuliner yang menyusut juga menjadi salah satu penyebab. muncul pun lebih standar. Kuliner khas daerah Rewangan membutuhkan lokasi yang luas, seperti tersebut yang biasa disuguhkan saat hajatan akan pawon-pawon tradisional, di mana semua dapat tergantikan dengan masakan khas katering, yang berkumpul dan memasak bersama-sama. Walau biasanya lebih umum. begitu, untuk menyikapi perubahan ini, tetangga desa saya ada rewangan dengan cara dikerjakan Tak hanya berhenti di situ, transfer ilmu antar di rumah masing-masing dan nanti tinggal disetor generasi yang biasanya terjadi di pawon pun akan ke tempat hajatan. Berjalan lancar? Entahlah. turut berhenti. Akibatnya, ilmu kuliner dan per- pawon-an tradisional bisa jadi menghilang – dan Selain itu, rasa pekewuh untuk meminta bantuan keakraban bertetangga pun menurun. (*) 8 B U M B U M A G Z G A L E R I RASULAN Setelah Pesta Usai Foto: @wisnu_ari_tjokro Teks: @eatymologist Sebuah perayaan umumnya diangkat ketika sedang berlangsung ramai. Namun, di balik itu semua, setelah perayaan digelar, hidup tidak lantas berhenti. Setelah kesenangan dan keriaan berlalu, setumpuk kisah lain muncul untuk didengarkan. 9 B U M B U M A G Z Issue 27 | 234 G A L
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages37 Page
-
File Size-