DONTOSAI ( PEMBAKARAN SAMPAH SUCI TAHUN BARU ) DI KUIL HACHIMANGUU SENDAI JEPANG NIHON SENDAI HACHIMANGUU DE NO DONTOSAI ( SHIN’NEN NO SEINARU GOMI O MOYASU ) SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh: SAMSIJAR 140708057 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan kenikmatan yang telah diberikan sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang menjadi tugas akhir perkuliahan. Skripsi ini merupakan langkah awal bagi penulis untuk menyelesaikan studi strata 1 ( S1) dan melanjutkan cita-cita di masa depan yang telah dirangkai demi masa depan yang cemerlang. Skripsi ini berjudul DONTOSAI (PEMBAKARAN SAMPAH SUCI TAHUN BARU) DI KUIL HACHIMANGUU SENDAI JEPANG ini disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian studi dan skripsi ini, antara lain kepada : 1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Mhd. Pujiono, M. Hum., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dengan kesabarannya dalam memberikan arahan, dukungan, tenaga serta waktu untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat selama perkuliahan di jurusan Sastra Jepang sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan. 4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai Bapak Subandi dan Ibu Nyak Indra yang telah bekerja keras hingga dapat memberikan pendidikan kepada penulis ke perguruan tinggi, yang selalu tidak pernah bosan memberikan dukungan baik materi maupun motivasi, nasehat dan pengorbanan.Terima kasih untuk semua kasih sayang, pengorbanan dan semua dukungan yang telah diberikan kepada penulis yang tidak pernah dapat penulis balas sampai kapan pun. Kemudian terima kasih juga kepada kakakanda dan adik penulis Sundiar Tika, Shaida, Sandry Maulijar, Sulyami Fajri, Ahmad Fairus Al-fikri terima kasih atas dukungan, motivasi, pengorbanan serta kasih sayang yang tidak akan pernah terlupakan penulis. 6. Teman-teman tersayang yang sama-sama berjuang Ropi, Refi, Aoi, Ven, Deli, Hanifathul, Silvi, Tami, Bebyun, Oca, Inul dan Asyifa yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penyelesaian pembuatan skripsi.Orang-orang tersayang penulis Babe, kak Ital, adek Dewi, adek Afrida, adek Keke, adek Dini, adek Desi, Wati, kak Santi, dan semua sepupu penulis yang telah memberi dukungan serta seluruh teman-teman Sastra Jepang stambuk 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan perorang yang telah membantu, memberi dukungan serta membersamai selama perkuliahan. Penulis manyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kata Sempurna. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikannya. Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi 5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penulis, pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Sastra Jepang. Medan, September 2018 Penulis, SAMSIJAR NIM 140708057 6 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTRA ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................1 1.2 Rumusan Masalah................................................................. 5 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan.................................................. .5 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori.....................................6 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................11 1.6 Metode Penelitian....................................................................12 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP DONTOSAI DI JEPANG 2.1 Sejarah dan Letak Dontosai di Kuil Hachimanggu Sendai Jepang 2.1.1 Sejarah.................................................................................13 2.1.2 Letak.....................................................................................19 2.2 Tahun Baru di Jepang.............................................................20 2.3 Jenis dan makna Hiasan Tahun Baru di Jepang......................24 2.4 Ritual dan Festival Tahun Baru di Jepang..............................32 7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.5 Prosesi Acara Dontosai di Kuil Hachimanguu........................39 2.6 Hadaka Mairi dalam Dontosai.................................................41 BAB III DONTOSAI DI KUIL HACHIMANGGU SENDAI JEPANG 3.1 Performasi Dontosai di Kuil Hachimanguu Sendai................45 3.2 Kearifan Lokal yang Terdapat pada Pelaksanaan Dontosai...48 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan.............................................................................51 4.2 Saran.......................................................................................51 DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK 8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem,gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai segala upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jasmani maupun rohani (Koentjaraningrat). Masyarakat Jepang kuno sudah mempunyai kebiasaan penyembahan alam dan roh leluhur. Penyembahan-penyembahan seperti ini disebut shizenshukyou / agama alam, shomin shinkou / kepercayaan rakyat dan minkan shinkou / kepercayaan penduduk. Kemudian kepercayaan yang tidak melembaga namun hidup ditengah-tengah masyarakat yang dimasuki oleh agama-agama melembaga dari luar seperti bukyou (budha), doukyou / jukyou (konfusius) dan kemudian juga agama dalam perkembangan berikutnya agama-agama alam atau kepercayaan rakyat atau agama rakyat ini yang kemudian melembaga yang disebut Shinto. Kemudian agama-agama yang masuk dari luar mengikuti agama rakyat (minkan shinkou) yang disebut honchisuijakuro yaitu agama yang masuk ke Jepang menyesuaikan diri dengan kepercayaan Jepang yang sudah ada lebih dulu. Menurut Miyake dalam Situmorang (2013:27) hal ini juga mempengaruhi kehidupan beragama agama orang Jepang, yang masih tetap melakukan Gyoji (acara-acara tradisional) dan juga masih melakukan Hatsumode dan Obon, tetapi maknanya sudah berubah bagi mereka banyak mereka beranggapan hanya sebagai 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tempat rekreasi atau fungsi kuil, jinja dan gereja adalah sebagai tempat rekreasi, Miyake dalam Situmorang (2013:27). Dalam agama rakyat, manusia terdiri dari raga dan roh. Sifat tersebut diawali pada kedatangan roh dari dunia lain seperti dari laut atau dari gunung. Kemudian roh tersebut hidup di bawah asuhan dewa keluarga atau orang tua. Kemudian bersamaan semakin menuanya badan, roh tersebut melemah dan kemudian keluar dari badan dan itulah kematian, Miyake dalam Situmorang (2013:29). Kemudian Miyake mengatakan, ada tiga model beragama di dunia ini dalam hubungan tuhan, manusia dan alam. Model pertama agama yang meninggikan tuhan, yaitu tuhan sebagai penguasa alam dan manusia. Model kedua agama yang meninggikan kehidupan manusia, yaitu alam dan tuhan adalah untuk kesejahteraan manusia. Model ketiga adalah agama yang meninggikan alam, yaitu tuhan dan manusia adalah untuk melestarikan alam. Alam adalah yang tertinggi tanpa alam maka manusia dan tuhan juga tidak ada. Sementara agama di Jepang adalah untuk meninggikan dan melestarikan alam, alam adalah peninggalan leluhur dan pemberi kehidupan bagi anak cucu dan merupakan tempat tinggal roh-roh. Menurut Yanagawa dalam Situmorang (2013:32) Mengatakan ciri beragama masyarakat Jepang sekarang adalah shinkou no nai shukyou (agama yang tidak mempunyai kepercayaan), Yanagawa menjelaskan bahwa walaupun orang pergi ke gereja namun belum tentu percaya kepada tuhan disana atau walaupun mereka pergi ke kuil budha belum tentu mereka percaya kepada budha walaupun tetap melakukan ritus-ritus tersebut. Selain itu juga masih melaksanakan berbagai matsuri yang dikaitkan dengan ritus- ritus tersebut. Kuil adalah bangunan tempat memuja (menyembah) dewa (https://kbbi.web.id/kuil, diakses pada 22 Juli 2018). Pada zaman kuno, walaupun tidak didirikan bangunan, tempat-tempat pemujaan Shinto tetap disebut jinja (kuil 2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Shinto). Pada masa itu, kekuatan alam yang ditakuti seperti gunung (gunung berapi), air terjun, batu karang dan hutan merupakan objek pemujaan. Kuil Shinto berbentuk bangunan seperti dikenal sekarang, diperkirakan berasal dari bangunan pemujaan yang dibuat permanen setelah didiami para Kami yang pindah dari goshintai (objek pemujaan). Kuil Shinto tidak memiliki aula untuk beribadat dan bukan tempat untuk mendengarkan ceramah atau menyebarluaskan agama. Pada zaman sekarang, kuil Shinto dipakai untuk upacara pernikahan tradisional Jepang, ( https://id.wikipedia.org/wiki/Kuil_Shinto, diakses pada 22 Juli 2018 ). Diantara banyaknya kuil di Jepang salah satunya adalah
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages63 Page
-
File Size-