Tim Redaksi Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh KAMUS DWIBAHASA INDONESIA - ACEH PERPUSTAKAAN BADAN BAHASA DEPARTEMEN PENDIDtKAN NASiONAL Tim Redaksi Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh 00052163 Diterbitkan oieh: n Yayasan PeNA Banda Aceh bekerja sama dengan Balai Bahasa Banda Aceh PERPUSTAKAAN NASIONAL KATALOG DALAM TERBITAN (KPT) Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh / Tim Redaksi Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh; Banda Aceh, Penerbit PeNA, Januari 2011. XX + 184 him; 14,5x21 cm ISBN: 978-979-1016-65-0 Penyusun: Tim Redaksi Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh Editor: Tim Editor PeNA Layout & Sampul: Taufik Muhammad Cetakan Pertama, Muharram 14321 Januari 2011 Diterbitkan oleh: Yayasan PeNA Banda Aceh, Divisi Penerbitan bekeija sama dengan Balai Bahasa Banda Aceh Yayasan PeNA Banda Aceh, Divisi Penerbitan Jl. Tgk.Chik Ditiro No: 25 Kel. Kp. Baru (Depan Masjid Raya Baiturrahman) Banda Aceh P.O. Box. 93 Banda Aceh 23001 Anggota IKAPI No: 005/DIA/ 003 Telp.(0651) 7406108,31651,29488 Faks.(0651)636841 Hotline: 0811682171 Email: [email protected] HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG TIM REDAKSI KAMUS DWIBAHASA INDONESIA - ACEH Pemimpin Redaksi Teguh Santoso Kepala Balai Bahasa Banda Aceh Redaksi Pelaksana Mohammad Rizqi, Syarifah Zurriyati, Zahriati Redaksi Pembantu Irawan Syahdi, Nurhaida, Mulyadi, Fatahillah, Zulfan, Helmi Fuad PERPUSTAKAAN BADAN BAHASA Klasifikasi No. Induk f/ -oi-iS Tgl. Ttd. SAMBUTAN KEPALA BALAIBAHASA BANDA ACEH Sebuah bahasa menjadi lebih lengkap apabila bahasa tersebut memiliki referensi yang juga lengkap mengenai bahasa tersebut. Salah satii referensi atas sebuah bahasa yaitu kamus. Kamus menjadi perekam atas unsur-unsur yang melingkupi bahasa tersebut kanena di dalam kamus termuat berbagai hal yang berkaitan dengan kata-kata dan konsep. Kata-kata dan konsep yang mengiringi sebuah kamus menjadi cerminan yang selanjutnya akan menunjukkan kekayaan budaya sebuah komunitas dari penutur bahasa yang bersangkutan. Balai Bahasa Banda Aceh sebagai salah satu institusi yang bergerak di bidang kebahasaan dan kesastraan di wilayah Provinsi Aceh bemsaha melakukan pendokumentasian bahasa Aceh ke dalam bentuk kamus. Upaya ini akan terns dilakukan tidak hanya pada satu bahasa yang ada di Aceh, tetapi menjangkau juga ke dalam bahasa-bahasa lain yang ada di Aceh, seperti bahasa Gayo. Di sisi lain, sebuah kamus adalah sebuah dinamil^. Artinya, kamus yang saat ini berada di tangan para pembaca akan teius diupayakan penyempumaannya, baik dari segi juml^ lema maupun dari aspek teknis tentang bagaimana penyusunan kamus yang ideal. Upaya penyusunan kamus ini tidak terlepas dari peran rekan- rekan teknis di Balai Bahasa Banda Aceh, kliususnya terhadap Saudara Mohammad Rizqi yang telah bempaya seoptimal mungkin mengumpulkan data dan melakukan penyusunan sehingga dapat diwujudkan menjadi sebuah kamus yang saat ini ada di hadapan pembaca. Mudah-mudahan usaha ini dapat menumbuhkan semangat bagi para pemerhati bahasa untuk terns mengadakan upaya pelestarian bahasa daerah, khususnya di Provinsi Aceh. Banda Aceh,Juli 2010 Teguh Santoso Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh vi Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh KATA PENGANTAR Usaha pengembangan bahasa merupakan usaha meningkatkan mutu bahasa agar dapat dipakai untuk memenuhi berbagai keperluan dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya masyarakat penutumya, bahasa yang hidup selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan masyarakat penutumya. Pengembangan bahasa itu, antara lain, meliputi penelitian, pembakuan, dan pemeliharaan. Penyusunan kamus mempakan usaha kodifikasi bahasa yang menjadi bagian dari pembakuan bahasa tersebuL Kamus dwib^asa bahasa Indonesia - bahasa Aceh ini disusun dalam bentuk iema, lengkap dengan segala nuansa maknanya. Nuansa makna kata diuraikan dalam deskripsi, contoh, sinonim, atau parafiasa. Uraian itu juga disertai dengan label pemakaian, misalnya penyebutan bidang kehidupan pemakaian sesuatu kata (label ragam bahasa); daerah atau keiompok sosial pemakaian sesuatu kata dan maknanya (label dialek regional atau dialek sosial), atau masih atau tidak sesuatu kata; kalau tidak, di mana pemah dipakai (label dialek temporal); dan dengan etimologi yang menjelaskan perkembangan bentuk dan makna kata sejak permulaan kata itu dipakai dalam bahasa, baik kata asli maupun serapan bahasa lain. Kamus dwibahasa bahasa Indonesia- bahasa Aceh adalah kamus dengan tujuan produktif khusus bagi penutur non-Aceh yang ingin menulis dan berbicara dalam bahasa Aceh. Kamus ini disusun berdasarkan paradigma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan dalam penulisannya tidak dilakukan pemenggalan kata karena penyusun menganggap penutur non-Aceh ini sudah memahami aturan pemenggalan dalam bahasa Indonesia. Penyusunan kamus diwibahasa ini tidak terlepas dari segala kekurangan sehingga atas dasar itulah penyusun bertekad untuk menyempumakannya pada edisi berikutnya dengan mengikutsertakan anggota tim penyusun yang lebih profesional. Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh vii Akhimya, penyusun berharap kamus ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutania nonpenutur bahasa Aceh. Kritik dan saran para pengguna kamus ini sangat penyusun harapkan demi penyempumaan kamus ini pada edisi berikutaya Banda Aceh,Juni 2010 Penyusun viii Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA BALAIBAHASA BANDA ACEH v KATAPENGANTAR vii DAFTAR ISI ix PETUNJUKPEMAKATANKAMUS xi 1. KataDasardanKata Jadian xi 2. KataUlang xii 3. Gabungan Kata. xii 4. Tanda Hubimg(-) xii 5. Tanda Titik Koma(;) xiii 6. Tanda Titik (.) xiii 7. Tanda Koma (,) xiii 8. HurufTebal xiii 9. Angka Arab xiv 10. Tilde xiv 11. Huruf Miring xv 12. Tika Atas atau Superskrip xvi 13. Bentuk Terikat Berupa klitika pronomina xvii 14. Singkatan-Singkatan Lain xviii KAMUS DWIBAHASA INDONESIA-ACEH A 1 B 8 C 16 D 23 E 30 F 37 G 42 H 49 1 57 J 64 K 71 Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh ix L 78 M 86 N 96 O 105 P 115 Q 126 R 127 S 137 T 149 U 160 V 169 W 172 X 179 Y 180 Z 182 Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh PETUNJUK PEMAKAIAN KAMUS Kamits Dwibahasa Bahasa Indonesia—Bahasa Aceh ini merupakan lanjutan Kamns Dwibahasa Bahasa Indonesia—Bahasa Aceh yang penulis susun pada tahun 2009. Kainus ini dalam batang tubuhnya meinuat catatan Idiazanah kata dalam bahasa Indonesia yang meliputi: a. kata-kata umum basil inventarisasi selama setahun terakliir, b. kata-kata yang teimuat dalam kamus-kamus lain, setelali melalui seleksi; c. istilah pelbagai bidang kehidupan yang pantas dimuat dalam kamus ini. Yang dimaksud dengan kata tersebut ialah kata asal, kata berimbulian, kata berulang, kata majemuk, frasa, atau singkatan yang menumt ilmu leksikogratl disebut lema. 1. Kata Dasar dan Kata Jadian Kata dasar atau bentuk dasar yang menjadi dasar segala bentukan kata diperlakukan sebagai lema, sedangkan bentuk derivasinya (kata jadian, kata ulang, dan gabungan kata) diperlakukan sebagai sublema atau subentri. Setiap lema mempunyai kerangka intbrmasi sebagai berikut: 1. Lema, yang berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata berulang, kata majemuk, frasa (gabungan kata), atau akronim menjadi judul tiap lema, dan itulali yang dijelaskan dalam batang tubuh kamus. 2. Lema disusun dalam bentuk alfabetis. 3. Tiap-tiap lema tidak ditulis dengan pemenggalan karena penyusun menganggap pembaca non-Aceh sudah mengetahui aturan pemenggalan dalam bahasa Indonesia. Contoh: cantik adalali kata dasar dan kata mencantikkan, tercantik, bercantik-cantik, adalah bentuk derivasinya. Dengan demikian, cara menyusunnya adalah sebagai berikut: xii Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh cantik a lagak [laga?]; tari mencantikkan v peulagak, peutari tercantik a lagak that bercantik-cantik v peulagak; peutari mempercantik v peulagak; peutari 2. Kata Ulang Kata ulang tetap diperlakukan sebagai sublema. Contoh, mengendap-endap diletakkan sesudah endap. Dengan demikian, cara menyusunnya adalah sebagai berikut; endap meusom mengendap-endap meusom-meusom 3. Gabungan Kata Gabungan kata atau kelompok kata yang tidak berderivasi diperlakukan sebagai sublema. Letaknya langsung di bawah lema yang berkaitan dan disusun berderet ke samping secara berurutan menurut abjad. Contoh cara menyusunnya adalali sebagai berikut: api n apui bunga ~ bimgong apui; kereta ~ gritan apui 4. Tanda Hubung(-) Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsus-unsur kata ulang. Contoh: a) meualon-alon b) meucok-cok c) meusom-meusom d) peurayek-rayek e) beutoi-beutoi Kamus Dwibahasa Indonesia - Aceh xiii 5. Tanda Titik Koma (;) Titik koma dipakai untuk memisahkan frasa, gabimgan kata, ataii kalimat. Contoh: cacing n glang ~ tanah glang tcuioh; ~ tanah yg benvama merah glang apul\ ~ tanah berbentuk pendek dan gemuk yg pd waktu senja mengeluarkan bunyi 'i-'i glang are, glang 7; ~ pemt glang haloih', ~ tanah yg bervvama hitam glang itam 6. Tanda Titik (.) Tanda titik tidak dipakai untuk memenggal suku penyebutan kata. Tidak dipakainya tanda titik pada penyebutan kata karena penulis menganggap pembaca sudaii mengetahui penulisan kata dalam bahasa Indonesia Contoh: alun V alon beralun v meualon beralun-alun v meualon-alon mengalun v meualon mengalunkan v peualon; senang sekali kita mendengar dia ~ suaranya 7. Tanda Koma(,) Tanda koma dipakai untuk memisahkan induk kalimat dengan anak kalimat. Contoh: beramal v meiiamai: saya ini tidak sedikitpun, banyak sekali melakukan maksiat Ion nyoe hana meuamai sagai, le that maksiet. 8. Huruf Tebal Huruf yang dicetak tebal adalah lema, sublema, gabungan kata (berafiks atau tidak), angka polisemi, dan angka superskrip. xiv Kamus Dwibahasa Indonesia • Aceh Contoh: lema angka superskrip \ i ^gigitvkap; angka polisemi ■> 'kap; ^
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages204 Page
-
File Size-