Mandalika, Lala Buntar, Dan La Hila: Perbandingan Cerita Rakyat Sasak, Samawa, Dan Mbojo

Mandalika, Lala Buntar, Dan La Hila: Perbandingan Cerita Rakyat Sasak, Samawa, Dan Mbojo

MANDALIKA, LALA BUNTAR, DAN LA HILA: PERBANDINGAN CERITA RAKYAT SASAK, SAMAWA, DAN MBOJO MANDALIKA, LALA BUNTAR, AND LA HILA: COMPARATIVE STUDY OF SASAK, SAMAWA, ANG MBOJO FOKLORES Syaiful Bahri Kantor Bahasa NTB, Jalan Dokter Sujono, Mataram, NTB Ponsel: 08175725520, Pos-el: [email protected] Diterima: 2019; Direvisi: 4 Desember 2019; Disetujui: 4 Desember 2019 DOI https://doi.org/10.26499/mab.v13i2.262 Abstrak Artikel ini mengkaji cerita rakyat Sasak, Samawa, dan Mbojo, yakni Mandalika, Lala Buntar, dan La Hila. Ketiga cerita rakyat tersebut diambil melalui studi pustaka terhadap hasil penelitian dan kumpulan cerita rakyat. Ketiga cerita rakyat sebagai sumber data dibandingkan untuk melihat bagian- bagian yang menunjukkan persamaan dan perbedaan. Dengan melakukan perbandingan terhadap unsur intrinsik pembangun karya sastra, ditemukan adanya perbedaan ketiga cerita terdapat pada unsur tokoh dan penokohan serta cara penyelesaian konflik atau permasalahan yang dihadapi. Adanya bagian-bagian yang menunjukkan perbedaan tersebut pada tahap yang lebih jauh menunjukkan persamaan. Perbedaan pada bagian tokoh dan penokohan disamakan oleh rupa tokoh yang sama-sama cantik sehingga menghadapi permasalah yang sama. Perbedaan cara penyelesaian konflik atau permasalahan disatukan oleh tujuan yang sama, yakni sama-sama bermaksud menjadikan diri mereka sebagai milik orang banyak, bukan orang tertentu. Adanya perbedaan pada beberapa unsur pembangun karya sastra mengarah pada maksud dan tujuan yang sama. Kata kunci: perbandingan; Mandalika; Lala Buntar; La Hila; cerita rakyat Abstract This article contains comparative analysis on Sasak, Samawa, and Mbojo folklores. The folklores compared here are Mandalika, Lala Buntar, and La Hila. These folklores are collected from library research; both from research results and folklore collection books. As data resources, these three folklores are analyzed comparatively to see their similarities and differences. Result of intrinsic analysis indicates that the characters, the characterization, and the way characters solute the conflict are different. The similarities of the three folklores are found that the characters are beautiful and confront the same problems. Though they solute the problems in different way, they make it for the same purpose. They finally solved the problems by making themselves not belong to certain person, but to all the people. Meaning that the difference of the characters, characterizations, and the problems has no significant impact as the solutions for the problems are made for the same purpose. Keywords: comparation; Mandilika; Lala Buntar; La Hila; folklore 1. Pendahuluan merupakan salah satu upaya menjaga Sasak, Samawa, dan Mbojo merupakan harmonisasi tersebut. Penyebutan Sasak, tiga suku besar yang mendiami wilayah Nusa Samawa, dan Mbojo menjadi akronim Tenggara Barat (NTB). Ketiganya sering Sasambo tersebut diikuti pula dengan adanya dikatakan juga sebagai suku asli, selain suku judul lagu, tarian, maupun produk lainnya lainnya sebagai pendatang, yang mendiami dengan judul atau nama Sasambo, misalnya dua pulau besar di NTB, yakni Pulau tari sasambo, batik sasambo, dan lain-lain. Lombok dan Sumbawa. Sebagian besar Sebelum adanya upaya harmonisasi masyarakat suku Sasak mendiami Pulau terbaru dengan membuat simbol-simbol Lombok, sedangkan masyarakat Samawa keterhubungan di antara ketiga suku besar dan Mbojo sebagian besar berada di Pulau tersebut, sejarah menunjukkan bahwa Sumbawa. Masyarakat Samawa sebagian interaksi antara ketiga suku, khususnya besar berada di Pulau Sumbawa bagian barat, Sasak dan Samawa sudah berlangsung sejak sedangkan masyarakat Mbojo lebih banyak lama. Kajian rekonstruksi bahasa mendiami Pulau Sumbawa bagian timur. menunjukkan bahwa bahasa Sasak dan Secara administratif, masyarakat suku Sasak bahasa Samawa berasal dari satu sebagian besar bertempat tinggal di semua subkelompok yang diturunkan dari kabupaten/kota di Pulau Lombok yang terdiri kelompok Bali-Sasak-Samawa (Mbete, atas empat pemerintahan kabupaten dan satu 1990). Berawal dari satu subkelompok kota madya. Sementara itu, suku Samawa bahasa sebelum berkembang menjadi bahasa sebagian besar berada di dua wilayah tersendiri menunjukkan bahwa hubungan administratif, yakni Kabupaten Sumbawa Sasak dan Samawa sangat dekat. Beberapa dan Sumbawa Barat. Suku Mbojo yang sumber sejarah juga menyebutkan, Sasak dan berada di bagian timur Pulau Sumbawa Samawa pernah berada pada satu pusat berada di tiga wilayah administratif, yakni kerajaan (Wacana, 1988; Mantja, 2011). Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima, dan Salah satu cerita lisan juga menceritakan, Kota Bima. putera salah satu kerajaan di Lombok pernah Sebagai tiga suku yang mendiami dititipkan ke salah satu kerajaan atau sebagaian besar wilayah NTB, berbagai kedatuan di Sumbawa (Bahri, 2017). Semua upaya dilakukan untuk menjaga harmonisasi itu menunjukkan bahwa kedekatan antara ketiganya. Penyebutan gabungan ketiga suku Sasak dan Samawa sudah berlangsung lama. ini menjadi sebuah akronim Sasambo 190 | Mabasan, Vol. 13, No. 2, Desember 2019, hlm. 189—208 p-ISSN: 2085-9554, e-ISSN: 2621-2005 Mandalika, Lala Buntar, dan La Hila: Perbandingan … (Syaiful Bahri) Lokasi yang didiami suku Mbojo lebih pada kedekatan hubungan antara Sasak dan dekat dengan Samawa sehingga kedekatan Mbojo, terlebih sebagai suku yang secara historis keduanya lebih terlihat dibandingkan administratif berada dalam satu wilayah dengan Sasak. Hubungan yang sudah terjalin provinsi. Kedekatan hubungan Samawa dari sisi politik, sosial dan budaya semakin dengan Sasak maupun dengan Mbojo yang dipererat dengan pernikahan antara Sultan sudah berlangsung lama secara otomatis Abdul Hamid (Sultan ke-9 Bima yang berimbas pada telah berlangsung lamanya memerintah tahun 1773—1819). kedekatan hubungan Sasak dan Mbojo. Meninggalnya sultanah Sumbawa tersebut Dengan demikian, tidak salah jika dikatakan tidak menjadikan hubungan kekeluargaan bahwa berbagai bukti sebagaimana tersebut terputus. Hal itu diperlihatkan disebutkan di atas menunjukkan bahwa dengan keputusan Sultan Abdul Hamid yang hubungan tiga suku besar di NTB ini sudah menikahi Datu Sagiri atau Datu Giri yang berlangsung sejak lama. Keterhubungan tiga merupakan adik kandung dari almarhum suku ini juga terlihat dari adanya kemiripan Syafiatuddin. Jalinan kekeluargaan antara cerita rakyat. Terlepas dari adanya dua kerajaan tersebut kembali diperkuat kontroversi terkait adanya persamaan cerita dengan pernikahan putri Sultan Muhammad rakyat antara satu suku dengan suku lain, Salahuddin (Sultan Bima) dengan Sultan artikel ini mencoba melakukan perbandingan Sumbawa, Kaharuddin III. Pernikahan inilah cerita rakyat antara tiga suku besar yang ada yang kemudian melahirkan Muhammad di NTB, yakni Sasak, Samawa, dan Mbojo. Abdurrahman Daeng Raja Dewa (Daeng Cerita rakyat yang dibandingkan adalah Ewan) yang telah dinobatkan menjadi Sultan Mandalika (Sasak), Lala Buntar (Samawa), Sumbawa hingga sekarang dengan gelar dan La Hila (Mbojo). Dewa Masmaya Sultan Kaharuddin IV Mandalika, Lala Buntar, dan La Hila (Ismail dan Alan Malingi, 2018). merupakan tiga cerita rakyat yang dapat Pemaparan di atas memang dikategorikan sebagai legenda. menunjukkan kedekatan hubungan antara Pengelompokan ketiga cerita ini sebagai Sasak dengan Samawa dan Samawa dengan legenda disebabkan berisi latar belakang Mbojo. Posisi Samawa yang berada di adanya peristiwa maupun benda yang ada bagian tengah seolah menjadi penghubung pada masa sekarang. Hal itu sejalan dengan antara Sasak dan Mbojo. Kedekatan Dananjaja (1997) yang mengemukakan hubungan Samawa dengan Mbojo maupun bahwa keberadaan legenda biasanya Sasak secara tidak langsung berpengaruh disebabkan adanya benda, tempat, upacara, Mabasan, Vol. 13, No. 2, Desember 2019, hlm. 189—208 p-ISSN: 2085-9554, e-ISSN: 2621-2005 | 191 dan lain-lain yang kemudian dibuatkan cerita untuk melihat persamaan dan perbedaan di yang mengisahkan asal-usul benda, upacara, antara ketiga cerita tersebut. atau tempat tersebut. Kerbaradaan cerita Mandalika menjadi latar belakang adanya 2. Landasan Teori nyale yang dikenal masyarakat Sasak sampai Perbandingan dalam konteks ilmu sastra sekarang, begitu pula Lala Buntar dan La merupakan sebuah kajian tersendiri yang Hila yang masing-masing menjadi latar dikenal dengan istilah sastra bandingan. belakang keberadaan makam dan pohon Sejarah yang berkaitan dengan kajian sastra bambu pada masyarakat Samawa dan Mbojo. bandingan tidak bisa dilepaskan dari dua Cerita Mandalika, Lala Buntar, dan La mazhab yang melakukan perdebatan Hila memiliki kemiripan satu sama lain, mengenai kajian yang masuk dalam kategori tetapi terdapat bagian-bagian yang sastra bandingan. Dua mazhab yang menunjukkan perbedaan. Identifikasi adanya dimaksud dikenal dengan sebutan mazhab persamaan pada bagian-bagian yang Amerika dan mazhab Prancis. Kajian sastra menunjukkan perbedaan itulah yang akan bandingan menurut mazhab Amerika tidak dijawab dalam artikel ini. Persamaan dan hanya membandingkan sastra dengan sastra perbedaan tersebut diidentifikasi dengan saja, melainkan bisa juga sastra dengan karya melakukan perbandingan terhadap ketiga dalam bidang lain, seperti musik, tari, dan cerita rakyat tersebut. lain-lain. Tidak demikian dengan mazhab Kegiatan membandingkan cerita rakyat Prancis yang berpandangan bahwa kajian telah dilakukan Bahri dkk. (2015), Bahri sastra bandingan merupakan upaya (2017), Bahri (2018). Perbandingan tersebut membandingkan sastra dengan sastra, bukan dilakukan hanya sebatas cerita rakyat Sasak dengan bidang lain

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    20 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us