Bioeduca: Journal of Biology Education http://journal.walisongo.ac.id/index.php/bioeduca ISSN 2714-8009 (print), 2715-7490 (online) Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Hal. 87 – 100 Model Pengembangan Usaha Berbasis Lingkungan Kelompok Difabel di Kota Cirebon Fifi Novianty1* 1Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta *Email: [email protected] Informasi Artikel ABSTRAK Submit: 04 – 09 – 2020 Penyandang disabilitas di Kota Cirebon sering kali mengalami Diterima: 29 – 09 – 2020 kesulitan dalam mencari lapangan pekerjaan sehingga Dipublikasikan: 11 – 10 – 2020 membentuk warga peduli ekonomi difabel. Kelompok difabel “Kula Eksis” dibentuk untuk memberdayakan kaum difabel. Penelitian ini untuk meneliti model pengembangan usaha berbasis lingkungan kelompok difabel Kota Cirebon. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Analisis menggunakan analisis grounded dan analisis domain. Hasil penelitian menunjukkan model pengembangan usaha berbasis lingkungan kelompok warga peduli ekonomi difabel “Kula Eksis” Kota Cirebon terdapat empat model pengembangan usaha yang berbasis pada kebutuhan difabel yaitu (1) kerajinan dari barang bekas dan sampah plastik, (2) produk anyaman dari bambu, (3) produk makanan, (4) pertamini. Terdapat dua kendala yaitu kendala internal dan kendala eksternal. Model Pengembangan usaha mampu memberikan perubahan bagi kemajuan perekonomian kelompok difabel di Kota Cirebon. Dampak model pengembangan usaha berbasis lingkungan yaitu perekonomian difabel meningkat dan limpahan sampah plastik menurun. Kata kunci: difabel; lingkungan; model usaha; pengembangan. Penerbit ABSTRACT Program Studi Pendidikan Disabilities in Cirebon City often experience difficulties in finding Biologi, Fakultas Sains dan employment opportunities, thus forming citizens who care about Teknologi, UIN Walisongo the economy with disabilities. The diffable group "Kula Eksis" was Semarang formed to empower people with disabilities. This research is to examine the environmental-based business development model for the disabled group in Cirebon City. The method is qualitative with a case study approach. Analysis using grounded analysis and domain analysis. The results showed there are four models of business development based on the needs of disabilities, namely (1) handicrafts from used goods and plastic waste, (2) woven products from bamboo, (3) food product, (4) pertamini. There are two obstacles, namely internal constraints and external constraints. The environmental-based business development model that is applied is able to provide changes for the economic progress of the disabled group in Cirebon City. The impact of the environmentally based business development model is the economy with disabilities increases and the abundance of plastic waste decreases. Keywords: development; difabel; environment; model business. Copyright ©2020, Bioeduca: Journal of Biology Education Fify Novianti – Model Pengembangan Usaha Berbasis Lingkungan 87 Kelompok Difabel di Kota Cirebon Bioeduca: Journal of Biology Education Vol. 2, No. 2 (2020), Hal. 87 – 100 PENDAHULUAN Potensi lokal merupakan kekayaan suatu daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan belajar mandiri bagi siswa (Destiara et al., 2018). Sesuai menurut (Prabowo et al., 2016) bahwa pengguna potensi lokal dalam pembelajaran dapat dikemas dalam bahan ajar berbasis Potensi lokal. Potensi lokal yang dimaksud yaitu berupa kekayaan keragaman jenis ikan yang terdapat di daerah Panjaratan. Model pengembangan usaha dewasa ini semakin berkembang pesat. Usaha mikro maupun makro yang tersebar di setiap wilayah kota di Indonesia tentu memiliki model yang berbeda. Setiap kelompok usaha berlomba untuk menemukan inovasi baru dalam mengembangkan usahanya. Begitupula dengan kelompok difabel Kota Cirebon yang mengembangkan usaha berbasis lingkungan. Barang bekas dan sampah plastik disulap oleh kelompok difabel menjadi produk kerajinan bernilai jual tinggi. Usaha berbasis lingkungan dipilih kelompok difabel guna meminimalisir pencemaran lingkungan oleh limbah plastik. Kelompok difabel ini membuat kerajinan dan produk dari anyaman bambu serta barang-barang bekas. Didampingi oleh Dinas Sosial Kota Cirebon, kelompok difabel mampu bersaing dengan produk lain. Karena melihat sulitnya mencari lapangan pekerjaan bagi kaum difabel, Dinas Sosial membuat kelompok warga peduli ekonomi difabel Kota Cirebon. Banyak orang yang tidak mengetahui banyak kaum difabel yang memiliki prestasi dan dapat melakukan hal yang tidak sempat dipikirkan oleh orang lain. Dalam hubungan sosial di dunia nyata, terkadang kaum difabel mendapatkan perlakuan yang berbeda dan sering dipandang sebelah mata. Bukan hanya di lingkungan sosial saja, ketika seseorang yang menyandang disabilitas ingin mencari pekerjaan juga mengalami kesulitan karena terkendala oleh persyaratan dalam melamar pekerjaan. Dari kendala tersebut perekonomian kaum difabel masih bergantung pada sanak saudara dan keluarga terdekat. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan bagi kaum difabel menjadi penyebab kemiskinan dan memunculkan masalah ekonomi di kalangan difabel. Penyandang disabilitas memiliki banyak wajah dan terdapat dalam banyak bentuk. Setiap kaum difabel mengalami perlakuan yang berbeda dalam lingkungannya atau dalam menjalin hubungan sosial. Salah satu contoh dari perlakuan berbeda adalah sarana dan prasarana yang masih belum memadai bagi kaum difabel. Berdasarkan penelitian Anisa Kusuma Wardani disebutkan sarana prasarana peradilan seperti di kantor kepolisian, kejaksaan, dan kantor hakim belum mudah diakses (accesable) bagi penyandang disabiltas. Sarana prasarana fisik dan non fisik tidak ada atau tidak terfasilitasi sama sekali (Wardani, 2014). Kaum difabel diperlakukan berbeda dengan orang yang tidak memiliki kebutuhan khusus, sehingga sebagian orang memandang negatif kaum difabel atas keterbatasan fisik dan perbedaan yang dimiliki. Pandangan negatif sebagian besar masyarakat pada kaum difabel, selain menyulitkan kaum difabel untuk mencari pekerjaan juga menyulitkan mereka dalam hubungan sosial. Dalam kelompok kecil yang ada dalam lingkungan sosial, pertemuan antara kepentingan sosial dengan kepentingan individu, berlangsung secara tajam. Dalam kelompok kecil dibentuk karena ingin mengetahui 88 Fify Novianti – Model Pengembangan Usaha Berbasis Lingkungan Kelompok Difabel di Kota Cirebon Bioeduca: Journal of Biology Education Vol. 2, No. 2 (2020), Hal. 87 – 100 tingkah laku individu dalam menghadapi kenyataan- kenyataan sosial. Mereka yang merasa terdiskriminasi dalam masyarakat, biasanya membentuk sebuah kelompok kecil. Kelompok kecil dibentuk karena memiliki nasib dan tujuan yang sama (Soekanto, 2012). Menjawab kegelisahan dari permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi kaum difabel di Kota Cirebon, terdapat kelompok difabel yang mengembangkan sebuah usaha ekonomi bernama “Kula Eksis”. Pengembangan usaha yang dikembangkan oleh tersebut adalah pengembangan usaha berbasis lingkungan. Pembentukan kelompok warga peduli difabel Kota Cirebon berawal dari kepekaan dan kepedulian Kepala UPT Liposos Panti Persinggahan dan LBK Kota Cirebon bernama Astawi, SE. Pada 28 Juli 2019 kaum difabel dikumpulkan untuk diberikan pelatihan dan keterampilan soft skill guna meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian kaum difabel di Kota Cirebon. Pada awal pengembangan usaha kelompok difabel, kepala UPT menggunakan modal pribadinya tanpa bantuan dana dari Pemerintah. Modal tersebut digunakan untuk pengembangan usaha pom bensin mini “Pertamini” yang menghabiskan dana sekitar Rp 12 Juta, sedangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengembangan usaha kelompok difabel “Kula Eksis” Kepala UPT Liposos menghabiskan dana sekitar Rp 8 Juta (Arif, 2020). Program “Kula Eksis” diperuntukan bagi kaum difabel agar mampu bersaing dan dapat hidup mandiri dalam mengembangkan perekonomian. UPT Liposos bersama Dinas Sosial Kota Cirebon berusaha terus meningkatkan pelayanan bagi kelompok difabel dengan mengadakan pelatihan soft skill. Pelatihan dan pendampingan dilakukan dengan cara mengundang pemateri atau pelatih keterampilan dari luar lembaga seperti dari alumni Panti Persinggahan (panti khusus untuk disabilitas), PT. Segi Tiga Biru untuk pelatihan membuat makanan dan lain- lain. Dilihat dari beberapa faktor pembentuk kelompok sosial, maka dapat dipastikan terbentuknya kelompok difabel adalah untuk mencapai tujuan bersama yaitu demi kemajuan perekonomian dan kesejahteraan kaum difabel di Kota Cirebon. (Abdulsyani, 2007). Kelompok ekonomi peduli difabel tersebut dapat memberi semangat bagi kaum difabel dan merubah cara pandang masyarakat yang memandang kaum difabel sebelah mata. Dibentuknya usaha “Kula Eksis” dalam kelompok ekonomi peduli difabel di Kota Cirebon dapat menjadi solusi yang tepat untuk meminimalisir kemiskinan karena begitu sulitnya persaingan dan terhalang oleh persyaratan yang harus dipenuhi dalam mencari pekerjaan bagi kaum difabel. Dinyatakan dalam penelitian bahwa pemberdayaan bisnis kaum difabel adalah agar membuat kaum difabel menjadi lebih mandiri serta tidak bergantung pada orang lain. Pemberdayaan ini bisa dilakukan dengan cara penggalian potensi terhadap diri seseorang. Pemberdayaan itu mendapat nilai tambah ketika ditunjukan pada kaum difabel. Salah satu pemberdayaan kaum difabel yang pernah dilakukan adalah pemberdayaan di bidang bisnis madu, karena pada masa lampau kaum difabel tersebut telah bekerja dalam bisnis madu. Kaum difabel tersebut melakukan banyak inovasi, sehingga bisnis madunya bertambah maju (Widiantoro,
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages14 Page
-
File Size-