Olav Iban, Ragam Hias Tingang Haguet Alternatif Brand Identity VOLUME 01, No. 01, November 2014: 19-31 PENCIPTAAN RAGAM HIAS TINGANG HAGUET SEBAGAI ALTERNATIF BRAND IDENTITY KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTAN TENGAH Olav Iban Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada [email protected] ABSTRACT Pulang Pisau is a 12 years old division regency in Central Kalimantan Province. The magnitude opportunities of tourism sector require the local government and various relevant stakeholders to developed their regional identity through brand identity. Dayak Ngaju, the biggest and dominant indigenous group in Pulang Pisau Regency, has the stand out cultural aspects and be able to represent the regency. The representation is fi ltered and merged into a visual form. The landscape aspect of Pulang Pisau Regency, like Kahayan and Sebangau rivers, also plays a main role in contributing the distinctive character. This paper is an attempt to build a brand identity of Pulang Pisau Regency through a simple study of the cultural identity of their local community. The result is an ornament named Tingang Haguet. Keywords: Brand identity, Ornament, Dayak Ngaju, Pulang Pisau, Central Kalimantan. ABSTRAK Pulang Pisau adalah nama kabupaten hasil pemekaran dari Provinsi Kalimantan Tengah, yang pada tahun 2014 baru berusia 12 tahun. Besarnya peluang di sektor pariwisata menuntut pemerintah daerah dan stakeholders mengembangkan brand identity terkait dengan identitas kedaerahan. Etnis Dayak Ngaju, sebagai indigenous group terbesar dan dominan di Kabupaten Pulang Pisau, dipandang memiliki aspek kultural yang menonjol dan mampu mewakili kabupaten itu untuk disaring dan dikemas menjadi sebentuk visual branding. Aspek bentang alam Kabupaten Pulang Pisau juga penyumbang karakter khas lewat keberadaan dua sungai yang mengapit kabupaten tersebut, mengingat kedua sungai itu merupakan bagian utama laju kehidupan masyarakat Dayak Ngaju. Tulisan ini merupakan bagian dari upaya pembentukan brand identity Kabupaten Pulang Pisau melalui proses penelitian mendalam terhadap identitas kultural masyarakat setempat, yang luarannya berupa terciptanya ragam hias bernama Motif Hias Tingang Haguet. Kata kunci: Brand identity, Ragam Hias, Dayak Ngaju, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. 19 Jurnal Kajian Seni, Vol. 01, No. 01, November 2014: 19-31 PENGANTAR berimplikasi pada munculnya sumber Berdirinya Kabupaten Pulang Pisau pendapatan baru masyarakat, oleh merupakan hasil keinginan masyarakat karena populernya ayam bekisar sebagai lokal Kalimantan Tengah yang berdiam brand identity. Hal serupa pernah di antara hilir Sungai Sebangau dan dilakukan di daerah lain, salah satunya Sungai Kahayan yang menyatakan Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan keinginannya untuk memimpin wilayah Barat, yang pada tahun 2013. Empat mereka sendiri dengan cara pemekaran motif batik baru khas Kapuas Hulu kabupaten, terpisah dari Kabupaten telah diperkenalkan dan mendapat Kapuas. Bersama dengan 18 kabupaten perlindungan Hak Kekayaan Intelektual1, dan tiga kota baru lainnya di seluruh serta turut meningkatkan pendapatan Indonesia, keinginan itu dibahas di masyarakat. Pembuatan motif batik baru dalam Sidang Paripurna DPR-RI, tanggal sebagai penguatan identitas lokal juga 11 Maret 2000. Pada bulan Juli 2002, sedang dilaksanakan Provinsi Papua tuntutan itu dipenuhi, dan berdirilah Barat dengan membuat motif batik Raja Kabupaten baru bernama Pulang Pisau Ampat2. di Provinsi Kalimantan Tengah. Pembuatan motif batik sedang Sebagai kabupaten yang baru dilakukan Kabupaten Pulang Pisau. berusia 12 tahun, keinginan untuk Terkait dengan persoalan itu, penulis menonjolkan diri lewat identitas yang berupaya memberikan kontribusi berbeda dan khas dengan daerah dalam penciptaan ragam hias Tingang tetangganya selalu muncul di permukaan, Haguet. Tulisan ini merupakan penelitian menjadi pembahasan serius, terutama awal untuk memunculkan identitas dalam konteks kesenian dan pariwisata. kedaerahan Kabupaten Pulang Pisau Hadirnya brand identity baru Kabupaten melalui terciptanya bentuk ragam hias Pulang Pisau dapat memberikan peluang yang dapat menjadi media visual branding berupa keuntungan ekonomi dalam dengan berdasar pada aspek kebudayaan, sektor pariwisata. Hal itu dapat berupa, keagamaan, geografis, dan kekayaan cinderamata khas yang kerap kali diburu alam, fl ora, maupun fauna. Ragam hias oleh wisatawan yang berkunjung. Selain yang tercipta akan menjadi sumbangan itu, suatu daerah dirasa perlu memiliki bermakna perihal kekayaan intelektual simbol yang khas sehingga memudahkan bidang kesenian yang hidup dan tumbuh masyarakat luas mengidentifi kasi daerah di Kabupaten Pulang Pisau. Konstruksi tersebut. ragam hias Tingang Haguet sebagai brand Upaya Pemerintah Provinsi Jawa identity Kabupaten Pulau Pisang menjadi Timur pada dekade 1990an, yang fokus dalam kajian ini. Penelitian ini menampilkan ayam bekisar sebagai menggunakan metode kualitatif dengan maskot, dapat menjadi contoh atas pendekatan multidisiplin. Penelitian ini pentingnya brand identity. Hal itu dilandaskan pada teori brand identity. 20 Olav Iban, Ragam Hias Tingang Haguet Alternatif Brand Identity PEMBAHASAN barat terdapat Kabupaten Katingan. Sekilas Tentang Pulang Pisau dan Bentang alam Kabupaten Pulang Pisau Penduduknya berada di dataran rendah Lembah Barito Pulang Pisau pada mulanya hanyalah (Barito Basin) yang dilintasi dua sungai perkampungan kecil yang berada di tepian besar dan menjadi penopang hidup Sungai Kahayan seperti kebanyakan masyarakatnya. Sungai yang melintas itu perkampungan Suku Dayak Ngaju lainnya. ialah: (1) sungai Sebangau di sisi barat, Perkampungan ini berkembang dan dan (2) Sungai Kahayan di sisi timur menjadi spesial karena adanya sebuah anjir (Pulang Pisau dalam Angka, 2013:3). (terusan) yang menghubungkan Sungai Seperti di sebagian besar daerah hilir Kahayan dan Kapuas. Anjir yang dinamai sungai-sungai di Kalimantan Tengah, anjir Kalampan itu dibuat oleh pemerintah indigenous group terbesar yang bermukim kolonial Belanda dengan memanfaatkan di daerah Kabupaten Pulang Pisau adalah daerah pasang surut di antara kampung etnis Dayak Ngaju. Dayak Ngaju adalah Pulang Pisau di Sungai Kahayan dan salah satu dari tujuh rumpun utama Suku kampung Mandumai di Sungai Kapuas. Dayak, yang terdiri dari empat suku se- Perlu diketahui bahwa sebelum terdapat datuk, dan 90 suku kekeluargaan (Riwut, jalan aspal Trans Kalimantan, konsep 2003:184-190). Segala adat istiadat, jalan sebagai sarana transportasi yang gaya hidup, hingga falsafah hidup Suku ada di benak masyarakat Dayak adalah Dayak Ngaju telah mempengaruhi banyak sungai. Di masa lalu, penduduk di sekitar aspek sebagai unsur pembentuk identitas Sungai Kapuas membutuhkan berminggu- Kalimantan Tengah pada umumnya, dan minggu perjalanan darat menembus hutan Kabupaten Pulang Pisau pada khususnya rimba untuk mencapai Sungai Kahayan. mengingat kabupaten tersebut adalah Oleh karenanya, keberadaan anjir di wilayah sebaran Suku Dayak Ngaju perkampungan Pulang Pisau sungguh bersama delapan kabupaten lainnya fenomenal pada masanya. (Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Perkembangan ekonomi yang Kalimantan Tengah, 1984:52). distimulasi kemudahan akses itu perlahan- Masyarakat Dayak Ngaju memiliki lahan menjadi pemicu tumbuhnya kepercayaan asli yang disebut Kaharingan perubahan sosial. Pulang Pisau, yang (Koentjaraningrat, 1961:424). Seperti mulanya perkampungan kecil, kini telah halnya masyarakat primordial lain, berkembang menjadi ibukota kabupaten. kepercayaan asli selalu mencakup Pulang Pisau menjadi pusat administratif aspek-aspek penting dalam kebudayaan dari wilayah seluas 8.997 km2, dengan mereka. Adat istiadat, ritual kepercayaan, batas paling selatan mencapai Laut Jawa, pandangan hidup, dan kesenian, sementara di utara berbatasan dengan semuanya didasarkan pada sistem religi. Kota Palangka Raya dan Kabupaten Demikian pula kepercayaan Kaharingan Gunung Mas. Di batas timur terdapat bagi perkembangan kebudayaan Dayak Kabupaten Kapuas, sedangkan di batas Ngaju. 21 Jurnal Kajian Seni, Vol. 01, No. 01, November 2014: 19-31 Pada tahun 1980, dalam wacana memperoleh pengakuan dari Pemerintah Republik Indonesia, kepercayaan Kaharingan digabungkan dalam kelembagaan Hindu Dharma, dan dikenal sebagai agama Hindu Kaharingan (SK Menteri Agama No.37/MA/203/1980). Pada tahun 2013, hanya 212 dari 122.511 jiwa penduduk Pulang Pisau yang tercatat memeluk agama Hindu, sedangkan 1.783 jiwa lainnya tercatat beragama lain (Pulang Pisau dalam Angka, 2013:80). Jika diasumsikan, kedua kategori agama itu masuk sebagai penganut kepercayaan Kaharingan, artinya kurang dari 2% penduduk Kabupaten Pulang Pisau memeluk agama Hindu Kaharingan. Gambar 1. Burung tingang (mengapit) dan Jata (pada belanga di pangkal pohon) Kendati angka statistik itu dalam ragam hias Batang Garing (Sumber: membuktikan rendahnya penganut dokumentasi penulis, 2013). kepercayaan Kaharingan, namun penggunaan simbol-simbol Kaharingan atau kakek buyutnya adalah pemeluk yang masif dan dominan dapat dengan kepercayaan Kaharingan. Artinya, sebagai mudah dijumpai di sebagian besar daerah keturunan kedua atau ketiga yang sudah Kalimantan Tengah, termasuk Kabupaten memeluk agama Islam atau pun Kristen, Pulang Pisau. Hal ini telah dibuktikan mereka tetap menghormati kepercayaan melalui penelitian mendalam tentang nenek moyangnya. Ragam Hias Batang Garing, sebagai Pohon Hayat Kaharingan, yang menjadi Simbol Visual dalam Budaya simbol kultural masyarakat Dayak Ngaju, Kaharingan Kalimantan Tengah (Iban, 2014). Orang Dayak Ngaju
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages13 Page
-
File Size-