Hantu’ Dalam Bahasa Indonesia: Kajian Linguistik Antropologis

Hantu’ Dalam Bahasa Indonesia: Kajian Linguistik Antropologis

LEKSIKON ‘HANTU’ DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS Chyndy Febrindasari UIN Walisongo Semarang Surel: [email protected] Abstrack: Lexicon Of ‘Hantu’ In Bahasa Indonesia : A Study of Anthropological Linguistics. The aim of the study is to examine the various lexicon 'hantu' in Indonesian, as well as to determine the image of the 'hantu' in Indonesian society cognition. The image of „hantu‟ in Indonesian society is the image of the public mind about „hantu‟ of Indonesian. The image of „hantu‟ is different viewed between a religious perspective to the cultural perspective. Moreover, the image of „hantu‟ in Indonesian society can be seen through expressions that exist in the community and is used in reference to something else. All these expressions are used because it has a meaning similar or identical to the nature of „hantu‟. In addition, it is also known that there four function of „hantu‟ as a myth in society are namely: the function of the mystical, cosmological functions, pedagogical function, and social function. Keywords: Lexicon; Ghost; Indonesian. Abstrak: Leksikon ‘Hantu’ Dalam Bahasa Indonesia: Kajian Linguistik Antropologis. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui macam-macam leksikon hantu dalam bahasa Indonesia, serta untuk mengetahui citra hantu dalam kognisi masyarakat Indonesia. Citra hantu dalam masyarakat Indonesia adalah gambaran yang ada dalam pikiran masyarakat Indonesia mengenai hantu. Citra hantu dilihat dari perspektif agama berbeda dengan perspektif budaya. Selain itu, citra hantu dalam masyarakat Indonesia dapat dilihat melalui ungkapan-ungkapan yang ada di dalam masyarakat dan digunakan dalam merujuk kepada hal lain. Semua ungkapan tersebut digunakan karena memiliki makna yang mirip atau sama dengan sifat hantu. Di samping itu, juga diketahui bahwa fungsi hantu sebagai mitos dalam masyarakat ada 4, yaitu: fungsi mistis, fungsi kosmologis, fungsi pedagogis, dan fungsi sosial. Kata Kunci : Leksikon; Hantu; Citra; Bahasa Indonesia PENDAHULUAN demikian, di dalam bahasa Arab, yang Setiap bahasa di dunia ini memiliki notabene merupakan daerah asal unta, ciri khas, salah satunya yaitu kekayaan ditemukan banyak leksikon yang kosakata yang tidak dimiliki oleh merujuk pada binatang ini. bahasa lain. Sebagai contoh, di dalam Bahkan, Humaini (2007) pernah bahasa Indonesia hanya ada dua menginventarisasi macam-macam leksikon untuk menyebut unta, yaitu leksikon tentang unta dalam Bahasa gamal dan unta itu sendiri. Di dalam Arab ini berdasarkan kriteria berikut: 1) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Berdasarkan jenis kelamin; (2) tingkatan kata gamal merujuk pada unta (nomina), usia; (3) fungsi, yang terbagi dalam yaitu binatang berkuku belah, berleher beberapa aspek seperti produksi susu, panjang, dan punggungnya berpunuk jenis barang yang diangkut dalam (ada yang berpunuk satu, ada yang fungsinya sebagai hewan angkut, dan berpunuk dua) dipakai sebagai binatang yang ditinggalkan atau tertelantarkan pengangkut, hidup di Tanah Arab, oleh pemiliknya dalam fungsinya Afrika Utara, Asia Tengah, dsb. Namun sebagai hewan ternak; (4) ciri-ciri fisik, 10 p-ISSN: 2355 - 1739 e-ISSN: 2407 - 6295 Jurnal Handayani (JH). Vol 9 (1) Juni 2018, hlm. 10-21 seperti tenaga, bentuk tubuh, dan warna serta menginterpretasikan pemikirannya kulitnya; serta (5) kebiasaan atau dengan sesamanya. Menurut Oka perilakunya. (1994:1), manusia sebagai makhluk Sebagai contoh lain, bahasa Inggris sosial selalu membutuhkan bahasa misalnya, hanya memiliki satu leksikon sebagai salah satu alat primer dalam „rice‘, sementara dalam bahasa pembentukan masyarakat. Indonesia ada banyak leksikon yang Melalui bahasa, manusia dapat mengacu pada „rice‘, di antaranya: mengidentifikasi segala sesuatu yang „nasi‟, yang berarti „beras yg sudah ada di lingkungannya. Ia dapat dimasak (dengan cara ditanak atau menandai segala yang ada di sekitarnya dikukus)‟; „padi, tumbuhan yg menggunakan leksikon atau kata-kata. menghasilkan beras, termasuk jenis Kridhalaksana (2011: 142) Oryza (ada banyak macam dan mengartikan leksikon sebagai komponen namanya); „beras‟, padi yg telah bahasa yang memuat semua informasi terkelupas kulitnya (yang menjadi nasi tentang makna dan pemakaian kata setelah ditanak); dan „gabah‟, yang dalam bahasa. Bahasa Indonesia berarti „butir padi yang sudah lepas dari memiliki kekayaan di bidang leksikon, tangkainya dan masih berkulit‟ (KBBI, baik yang referennya berwujud nyata 2009). maupun yang abstrak dan kasat mata. Perbedaan kekayaan kosakata atau Salah satu leksikon yang referennya leksikon tersebut merupakan contoh berwujud abstrak yakni leksikon hantu. adanya hubungan erat antara bahasa dan Tulisan ini secara khusus akan kebudayaan yang melatarinya. Leksikon membahas leksikon hantu yang ada tentang unta yang beragam dalam dalam bahasa Indonesia dan berbagai bahasa Arab, misalnya, merupakan perbedaan pandangan mengenai cerminan dari budaya Arab yang leksikon hantu secara budaya. menjadikan unta sebagai simbol Menurut Kridhalaksana (2011: kekayaan dan. Oleh karena itu, mereka 142), leksikon diartikan sebagai sangat memperhatikan kondisi unta-unta komponen bahasa yang memuat semua mereka bahkan sejak sebelum informasi tentang makna dan pemakaian kelahirannya. kata dalam bahasa. Tidak semua kata Cerminan lain dari budaya Arab atau leksem memiliki acuan konkret di yang berhubungan dengan variasi dunia nyata. Misalnya leksem <agama>, leksikon mengenai unta yakni budaya <cinta>, <kebudayaan>, dan <hantu>. bangga diri dan foya-foya yang Leksem-leksem tersebut tidak dapat tergambar dalam kegemaran mereka ditampilkan referennya secara konkret. untuk berperang dan berjudi. Unta Begitupula leksem <hantu> memiliki merupakan kendaraan perang yang referen yang abstrak sebab wujudnya sangat penting dan juga hewan pacuan tidak kasat mata. yang dijadikan ajang perjudian. Budaya Sementara itu, penafsiran akan lain berkaitan dengan pemanfaatan unta hantu berbeda antara bahasa yang satu adalah sebagai alat angkut, transportasi, dengan bahasa yang lain. Di Indonesia, ternak, dan sebagainya (Humaini, 2007). misalnya, dikenal leksikon <pocong>, Bahasa adalah komponen terpenting <kuntilanak>, dan <tuyul>, sementara di dalam komunikasi manusia. Dengan Amerika terdapat leksikon <vampire>, bahasa, manusia bisa saling mentransfer <dracula>, dll. Hal ini berkaitan dengan 11 p-ISSN: 2355 - 1739 e-ISSN: 2407 - 6295 Chyndy Febrindasari, Leksikon “Hantu” Dalam ... perbedaan kebudayaan serta cara adalah mitos atau myth. Ini sama halnya pandang penuturnya dalam menafsirkan dengan leksikon hantu yang merupakan fenomena hantu di sekelilingnya mitos yang diperacayai masyarakat Hipotesis Sapir-Whorf atau teori Indonesia. relativitas bahasa menyatakan bahwa Di Amerika, ilmu yang mengkaji bahasa membentuk cara pandang masalah ini dinamakan antropologi penuturnya terhadap dunia. (Whorf, linguistik atau disebut juga linguistik 1956: 137). Pandangan Sapir Whorf antropologis yang dipelopori oleh Franz tersebut juga dikutip dalam Duranti Boas, sedangkan di Eropa digunakan sebagai berikut: istilah etnolinguistik (Duranti, 1997). This intuition was later modified by Pada dasarnya, antropologi linguistik, Sapir and by Whorf who argued that linguistik antropologis dan if a language encodes a particular etnolinguistik memiliki kesamaan. experience of the world, its use Menurut Foley (1997), etnolinguistik might predispose its speakers to see atau linguistik antropologis adalah the world according to the disiplin ilmu yang bersifat interpretatif , experience encoded in it. (Duranti, yang secara lebih jauh mengkaji bahasa 1997: 56). untuk menemukan pemahaman budaya. Oleh karena itu, penggunaan Apabila dikaitkan dengan kajian antropologi linguistik ini sangat makhluk halus, dalam hal ini khususnya cocok untuk mengkaji leksikon hantu hantu, dapat dikatakan bahwa penutur yang ditinjau dari sisi kebahasaannya, bahasa Indonesia dalam memikirkan serta menginterpretasikan pemikiran mengenai hantu dapat dilihat dari masyarakat mengenai leksikon hantu bahasanya. Dalam penelitian ini, bagian tersebut guna memperoleh pemahaman bahasa yang menjadi acuan dalam budaya yang ada dalam masyarakat. memikirkan hantu adalah kosakata atau leksikonnya, bukan semata berfokus METODE pada tata bahasanya. Penelitian ini adalah penelitian Mengingat kaitan antara leksikon bahasa yang berkaitan dengan budaya. hantu dengan kebudayaan yang Menurut Mathiot (dalam Suhandano, melatarbelakangi cara pandang 2004) berkaitan dengan metodologi penuturnya, maka analisis tentang dalam penelitian bahasa dan budaya, ada leksikon lebih tepat menggunakan teori dua kemungkinan arah metodologi yang bahasa yang berkaitan dengan dapat ditempuh oleh peneliti, yaitu kebudayaan. Hal ini berguna dalam peneliti berangkat dari bahasa ke upaya untuk mengungkap budaya budaya, atau sebaliknya, peneliti penuturnya. berangkat dari budaya ke bahasa. Dalam Mengadopsi pendapat Levi- penelitian ini akan digunakan arah Strauss dalam Ahimsa-Putra (2006: 99), penelitian yang pertama, yaitu berawal ada banyak kesamaan antara ilmu dari fenomena kebahasaan, dengan cara bahasa (linguistik) dengan ilmu budaya memeriksa kandungan linguistik yang (antropologi) dalam hal ciri dan sifat ada dalam kelas-kelas budaya. obyek yang dikaji. Salah satu gejala Tahap-tahap penelitian ini dibagi budaya yang sangat banyak menjadi tiga, yaitu tahap pengumpulan persamaannya dengan gejala bahasa data, tahap analisis data, dan tahap 12 p-ISSN: 2355 - 1739 e-ISSN: 2407 - 6295 Jurnal Handayani (JH). Vol 9 (1) Juni 2018, hlm. 10-21 pemaparan

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    12 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us