
Patanjala Vol. 4, No. 1, Mei 2012: 170-183 170 SEJARAH SINGKAT KERAJAAN CIREBON A Brief History of The Kingdom of Cirebon Oleh Heru Erwantoro Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung Jln. Cinambo No. 136 Ujungberung Bandung Email: [email protected] Naskah Diterima: 27 Januari 2012 Naskah Disetujui: 29 Februari 2012 Abstrak Adanya kecenderungan beberapa daerah yang dahulunya merupakan pusat kerajaan untuk membentuk provinsi sendiri merupakan fenomena yang muncul di era reformasi. Di Jawa Barat, setelah Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat dan membentuk Provinsi Banten, kini giliran Cirebon berkeinginan juga untuk memisahkan diri dan membentuk provinsi tersendiri. Adanya fenomena untuk memisahkan diri itu tentu saja menimbulkan pertanyaan, ada apa dengan wilayah-wilayah yang dahulunya pernah menjadi pusat kerajaan? Berbagai persoalan masa kini sesungguhnya dapat dimengerti dan dicarikan solusinya melalui pendekatan ilmu sejarah. Begitu juga dengan fenomena keinginan Cirebon untuk membentuk provinsi sendiri. Dari penelusuran sejarah dapatlah dikatakan bahwa momentum reformasi dan otonomi daerah mendorong para elit Cirebon bernostalgia dengan masa lalu. Romantisme akan masa keemasan Kerajaan Cirebon menjadi model ideal untuk membangun wilayah Cirebon dan sekitarnya di masa yang akan datang. Memang pada masa keemasan Kerajaan Cirebon, Cirebon mengalami perkembangan yang pesat dalam segala bidang kehidupan. Kata kunci: zaman keemasan, Cirebon, otonomi, provinsi. Abstract After reformation, some regions that were previously kingdoms claimed their status for province. First, Banten in the Province of West Java has succeeded in doing it and Cirebon is following to do the same. This is very interesting: claim for separation emerged from regions that were previously great, independent kingdoms. What is really happening? The author conducted history method to seek solution for this problem. The result shows that the elites of Cirebon court want to revive old glory of their kingdom when it experieced many great achievements in almost every areas of life. Those glorious time become model for them to build future Cirebon. This romanticism has been driven by political situation, especially reformation and regional autonomy. Keywords: golden age, Cirebon, autonomy, province. 2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 171 Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon… (Heru Erwantoro) A. PENDAHULUAN misasi dan desentralisasi, yang menemukan momentum, justifikasi, dan legalitasnya Sejalan dengan semangat reformasi, dalam era reformasi ini, pada pihak lain Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi pusat menghendaki daerah memiliki indentitasnya “penggodokan ide pembentukan Provinsi sendiri (Gatra, 2 Desember 2002). Cirebon”. Era reformasi yang ditindaklanjuti Pada konteks itulah, munculnya oleh otonomi daerah rupanya yang menjadi kerinduan dan romantisme pada kerajaan pendorong utama munculnya gagasan pem- atau kesultanan dapat dipahami. Dalam bentukan Propinsi Cirebon. Otonomi daerah kerinduan dan romantisme itu, kerajaan memacu para elit politik lokal untuk mema- tidak hanya dianggap sebagai entitas politik, cu pembangunan daerahnya. Pangeran Raja indentitas daerah, dan suku bangsa di masa Adipati Arief Natanegara, putra mahkota lalu, akan tetapi juga dibayangkan dapat Kasepuhan mengatakan: memberikan alternatif kepemimpinan di Banyak alasan di balik keinginan masa kini dan masa datang. Dengan demiki- pembentukan Provinsi Cirebon ini. an, kerajaan dapat dijadikan identitas yang Selain secara sejarah Cirebon memiliki landasan sosio-historis yang kuat merupakan daerah otonom, wilayah sehingga viable untuk masa kini dan ini punya potensi ekonomi tinggi. mendatang. Kekayaan alam yang paling besar Lebih jauh ditegaskan oleh Azyu- adalah cadangan minyak yang terse- mardi Azra bahwa kasus-kasus tertentu, bar di sepanjang pantai Indramayu indentitas kerajaan di masa silam sebagian dan Cirebon. Sebagai kota pelabuhan, besar memang tumpang tindih dengan Cirebon juga jadi pintu gerbang arus etnisitas dan batas-batas wilayah provinsi. perdagangan sangat penting. Setiap Provinsi Banten hampir identik dengan bulan, sekitar 1.600 kontainer keluar etnisitas dan Kesultanan Banten; gagasan untuk tujuan ekspor. Potensi ini pembentukan Provinsi Cirebon memiliki belum digarap maksimal, Pemerintah landasan historisnya pada Kesultanan Provinsi Jawa Barat seakan tak serius Cirebon. Begitulah gagasan pembentukan menyentuh Cirebon. Denyut pemba- Provinsi Cirebon mengisyaratkan proses ngunan lebih banyak terpusat di Ban- indentifikasi Provinsi Cirebon dengan dung, kami kebagian apa? Sehingga Kerajaan Cirebon, terbukti selain menjadi daerah yang mempunyai kekayaan pusat penggodokan ide pembentukan yang melipah hanya jadi kantong ke- Provinsi Cirebon, juga dari wilayah yang miskinan (Gatra, 2 Desember 2002). akan dimasukkan ke dalam Provinsi Cirebon Di Jawa Barat, upaya pemisahan diri adalah daerah-daerah yang dahulunya untuk membentuk provinsi baru sebelumnya termasuk ke dalam wilayah Kerajaan telah dilakukan oleh elit Banten. Apakah Cirebon, seperti Kabupaten dan Kota niat elit Cirebon untuk membentuk Provinsi Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon itu terinspirasi oleh elit Banten? Kuningan, dan Majalengka. Atau memang ada kecenderungan daerah- Kerinduan dan romantisme pada daerah yang dahulunya bekas pusat Kerajaan Cirebon mengisyaratkan bahwa kerajaan, ingin berdiri secara otonom? ”ada sesuatu atau banyak hal pada masa Mengapa ada kerinduan dan romantisme Kerajaan Cirebon yang dianggap baik” pada kerajaan? sehingga kebaikan itu bila dilakukan lagi Menurut Azyumardi Azra, munculnya akan dapat membantu mengatasi berbagai kerinduan pada kerajaan atau kesultanan persoalan yang dialami pada masa kini. dalam masyarakat daerah di Indonesia Kecenderungan seperti itu bukanlah disebabkan oleh dua hal. Pertama, adanya dorongan yang bersifat emosional, tetapi kemerosotan kepercayaan yang terus ber- sesuai dengan apa yang dikatakan oleh pakar lanjut pada indentitas dan kepemimpinan sejarah dari Filipina, JRM Taylor berikut ini: sentralistik dan monopolitik. Kedua, otono- Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012 Patanjala Vol. 4, No. 1, Mei 2012: 170-183 172 Para ahli sejarah sering memberi (Ekadjati, 1991: 103-104, Sulendraningrat, nasihat peringatan, yaitu untuk mau 1984: 34-35). melihat sejarah. Setelah melihat masa Dengan demikian, Sunan Gunung Jati lampau akan nampak bahwa penger- merupakan “Pandita Ratu” karena selain tian dan pemahaman kita tentang sebagai kepala pemerintahan (penguasa) ia masa kini sebenarnya miskin. Berba- juga berperan sebagai Wali Sanga penyebar gai aspek sejarah tersembunyi dari Islam. Sedangkan oleh kalangan tradisi pandangan kita. Ini bisa bersumber setempat, ia disebut “Ingkang Sinuhun dari atau dipertajam oleh proses Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep misedukasi. Karena tidak mempunyai Penata Agama Awaliya Allah Kutubid akses yang cukup terhadap fakta atau Zaman Kholipatur Rosulullah S.A.W.” kebenaran sejarah, maka suatu sense (Sulendraningrat, 1985: 21, Ekajati, 1991: of historis makin menipis (M. Dawam 37). Rahardjo dalam Prisma, 8 Agustus Setelah menjadi penguasa langkah 1983, hal. 2). awal tindakan politik yang dijalankan oleh Sunan Gunung Jati ialah menggalang Dengan demikian, kerinduan dan ro- kekuatan terlebih dahulu dengan Demak mantisme itu bila ditindaklanjuti oleh pemi- (Ambary, 1995: 13) dan kekuatan-kekuatan kiran yang matang, terencana, dan sistematis Islam lainnya serta melepaskan diri dari merupakan upaya mengapresiasi terhadap kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran. Sunan hubungan kita dengan masa lampau yang se- Gunung Jati menghentikan kewajiban sungguhnya mengandung banyak arti dalam memberi upeti tahunan berupa garam dan menjelaskan berbagai persoalan masa kini. terasi kepada Kerajaan Sunda Pajajaran. Berdasarkan uraian di atas, penelitian Tindakan Sunan Gunung Jati itu membuat sejarah ini bertujuan menelusuri sejarah Raja Sunda Pajajaran marah dan kemudian Kerajaan Cirebon dari awal berdirinya, masa mengutus Tumenggung Jagabaya beserta 60 kejayaannya sampai masa kemundurannya. orang pasukannya untuk mendesak supaya Dari penelusuran itu diharapkan dapat penguasa Cirebon menyerahkan upeti. Akan meningkatkan pemahaman kita terhadap tetapi setibanya di Cirebon, Tumenggung masa lalu Kerajaan Cirebon. Jagabaya beserta pasukannya tidak menja- lankan perintah dari Raja Pajajaran, bahkan B. HASIL DAN BAHASAN “membelot” dan semuanya berkeinginan 1. Kerajaan Islam Cirebon masuk agama Islam. Mereka tidak kembali Kurang lebih satu tahun, setelah lagi ke Pajajaran dan menetap di Cirebon Sunan Gunung Jati menetap di Cirebon mengabdi kepada Sunan Gunung Jati tepatnya pada tahun 1479 Masehi, Pangeran (Ekadjati, Sulendraningrat, 1984: 35; Atja Cakrabuana selaku penguasa Cirebon dan Ayatrohaedi, 1986: 73). menyerahkan tampuk pimpinan kepada Degan dihentikannya upeti kepada Sunan Gunung Jati, keponakannya dan Kerajaan Sunda Pajajaran, itu merupakan sekaligus sebagai menantunya. Penobatan pertanda bahwa Cirebon sejak dipegang oleh Sunan Gunung Jati didukung oleh para Wali Sunan Gunung Jati melepaskan diri dari Allah di Pulau Jawa yang dipimpin oleh Kerajaan Sunda Pajajaran. Selanjutnya, Sunan Ampel. Sunan Gunung Jati oleh para dimulailah sebuah negara yang bebas dan wali dianugrahi gelar sebagai penetep/panata merdeka serta berdaulat penuh atas rakyat agama Islam di tanah Sunda dan sebagai dan wilayahnya. Tumenggung Cirebon. Sejak itu tokoh-tokoh Upaya Sunan Gunung Jati untuk Islam lainnya
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages14 Page
-
File Size-