Prosiding Graduate Forum 2017.Pdf

Prosiding Graduate Forum 2017.Pdf

i ii Kata Pengantar Prof. Dr. Noorhaidi Hasan Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi mengamanatkan semua perguruan tinggi di Indonesia harus berkomitmen untuk meningkatkan daya saing dalam pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat memosisikan diri dalam peta akademik global. Pendidikan tinggi sekaligus diharapkan dapat menjadi ‘sumber inovasi dan solusi bagi pertumbuhan dan pengembangan bangsa.’ Oleh karena itu, perguruan tinggi didorong untuk tumbuh semakin sehat, bermutu, otonom dan maju. Otonomi kampus diyakini sangat penting untuk menyemai semangat kemandirian dalam pengembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi. Pertemuan Forum Tujuh Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) dan masyarakat sipil di Kampus UI Salemba pada 19 April 2013 menegaskan bahwa otonomi kampus merupakan ruh bagi kehidupan perguruan tinggi itu sendiri, demi mendukung cita-cita para ilmuwan Indonesia untuk mampu mensejajarkan diri dengan ilmuwan lain di dunia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan kepada masa depan kesejahteraan umat manusia. Dalam menjalankan amanat UU No. 12 tahun 2012 ini perguruan tinggi berupaya melakukan penjaminan mutu untuk memenuhi standar nasional pendidikan tinggi dan memacu peningkatan kualitas akademik, sumber daya manusia, sarana-prasarana serta pengembangan kelembagaan menuju World Class University (WCU). Semangat meraih WCU bergema kencang dan berhasil dalam beberapa tingkat mendorong perguruan tinggi Indonesia berlomba melakukan terobosan-terobosan dalam pengembangan akademik, penelitian, sumberdaya dan sarana-prasarana. Namun, kecuali sedikit yang benar-benar terdorong secara substansial melakukan terobosan-terobosan penting terkait hal itu, perguruan tinggi Indonesia kebanyakan masih terjebak pada hal-hal yang bersifat jargonik dan formalistik. WCU lebih kencang didendangkan sebagai slogan, daripada program- program dan langkah-langkah sistematis untuk memacu mutu pendidikan dan penelitian yang dapat bermuara pada peningkatan sumbangan ilmuan Indonesia dalam pengembangan ilmu pengetahuan di tingkat global. i Seiring amanat UU No. 12 tahun 2012 dan visi-misi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pascasarjana bercita-cita “menjadi pusat keunggulan (centre of excellence) kajian Islam interdisipliner yang bertaraf internasional dan berparadigma integratif, interkonektif, dan transformatif”. Misinya tak lain adalah “menyelenggarakan pendidikan jenjang magister dan doktor yang dapat menghasilkan sumber daya berkualitas dan memiliki daya saing dalam bidang kajian Islam interdisipliner yang memadukan disiplin keilmuan Islam—sebagai basis—dengan disiplin-disiplin keilmuan sosial dan humaniora”. Dengan visi dan misi ini Pascasarjana berusaha memantapkan dirinya sebagai salah satu pusat riset unggulan terkait isu-isu keislaman dan dinamika kekinian masyarakat Muslim berhadapan arus deras modernisasi dan globalisasi. Namun kajian-kajian tersebut tidaklah mengabaikan arti penting Islam sebagai agama yang berakar dalam tradisi tekstual. Kajian-kajian Islam yang berfokus pada teks juga diperhatikan dan sekaligus dikontekstualisasikan dengan isu-isu kekinian yang berkembang dalam masyarakat Muslim—dengan dukungan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Penguasaan dan pemahaman terhadap teks-teks keagamaan bahkan dianggap mendasar sebagai bagian dari fondasi utama kajian-kajian Islam. Komitmen dalam pengembangan riset-riset berkualitas paralel dengan tersedianya sumber daya yang andal, sebagaimana tecermin dari kemampuan mereka melibatkan diri dalam forum-forum akademik berskala nasional dan internasional. Pemerintah sebenarnya telah berupaya memberikan berbagai insentif bagi mereka yang dapat menyiarkan dan mempublikasikan karya ilmiah di forum-forum dan jurnal-jurnal internasional. Namun kerap kali hal ini belum cukup. Faktanya, pada 2017 ini, misalnya, tidak satu pun perguruan tinggi Indonesia dapat bertengger dalam urutan 500 besar universitas terbaik di dunia menurut pemeringkatan yang dibuat oleh Times Higher Education World University. Kita kerap berupaya menghibur diri dengan merujuk kepada ranking kita dalam Webometrics yang dianggap banyak kalangan membuat pemeringkatan perguruan tinggi hanya mengandalkan pelacakan informasi melalui web. Di samping itu, sumbangan para akademisi dan ilmuwan Indonesia dalam pengembangan ilmu pengetahuan masih tergolong rendah, meskipun perlahan naik mendekati 15.000 artikel yang terbit dalam jurnal internasional bereputasi. Paralel dengan sumbangan yang rendah, Science Citation Index (SCI) sarjana PT Indonesia masih jauh dari standard dunia. Hal yang sama terjadi pada forum-forum akademik global, di mana keterlibatan sarjana-sarjana perguruan tinggi Indonesia juga masih belum terlihat memadai. ii Oleh karena itulah, berbagai usaha dan terobosan masih tetap perlu dilakukan agar seluruh sivitas akademika benar-benar tergerak untuk melakukan riset dan kerja-kerja pengembangan ilmu pengetahuan yang bernuansa. Dalam konteks inilah Pascasarjana berupaya menciptakan iklim yang kondusif agar dosen dan mahasiswa secara kreatif dan inovatif menjalankan peran dan fungsinya sebagai pelaku utama penelitian yang bermutu dan terencana. Pascasarjana sekaligus memfasilitasi dan melaksanakan kegiatan diseminasi hasil- hasil penelitian dalam berbagai bentuk, antara lain penyelenggaraan forum/seminar ilmiah, presentasi ilmiah dalam forum nasional dan internasional, publikasi dalam jurnal nasional terakreditasi dan/atau internasional yang bereputasi. Melalui penulisan dan penerbitan buku- buku dan artikel hasil riset itulah Pascasarjana sekaligus hadir secara nyata merespons persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat. Telah lama disadari, masyarakat Muslim di seluruh belahan dunia menghadapi persoalan-persoalan kekinian yang menuntut perhatian dari para ilmuwan, akademisi, sarjana dan mahasiswa. Masalah-masalah itu terentang dari persoalan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, ketidaksetaraan gender, pengabaian hak-hak asasi manusia, otoritarianisme, korupsi, radikalisme dan bahkan terorisme, yang seluruhnya berkontribusi terhadap rendahnya indeks pembangunan manusia (human development index) di negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim. Indonesia bukanlah pengecualian. Sebagai bangsa yang terdiri dari beragam suku, agama, bahasa dan budaya, Indonesia malahan belum benar-benar bebas dari ancaman konflik komunal bernuansa etno-religius. Nyatanya, menyusul kejatuhan rezim Orde Baru pada Mei 1998, ratusan konflik komunal meletus di pelbagai kawasan Indonesia, antara lain di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Maluku, dan Sulawesi Tengah. Konflik-konflik yang telah merenggut ribuan nyawa ini tak pelak mengguncang fondasi kebangsaan yang telah diletakkan oleh para founding father di atas semboyan bhinneka tunggal ika. Menariknya, intensitas konflik semacam itu bergerak paralel dengan menguatnya simbol-simbol dan identitas keagamaan serta gelombang radikalisme Islam yang terjadi pada ruang publik Indonesia dua dekade terakhir. Walaupun demikian, masih banyak ruang tersisa untuk menegakkan optimisme melihat masa depan Indonesia. Berbeda dengan negara-negara Muslim di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Selatan, Indonesia telah berhasil melewati ujian yang sangat berat, keluar dari cengkeraman otoritarianisme dan perlahan membangun demokrasi yang berkeadaban. Memang masih ada kekurangan di sana-sini dalam tubuh demokrasi yang iii sedang kita bangun. Demokrasi memang membutuhkan proses pelembagaan dan pembudayaan seiring pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan dan kesadaran hukum masyarakat. Dalam Transitional Justice Forum yang saya hadiri Oktober 2013 di Cairo, wakil-wakil negara Arab mencecar saya dengan pertanyaan “Apa kunci Indonesia berhasil melewati proses transisi politik secara gemilang?” Saya menguraikan satu persatu kuncinya. Indonesia memiliki (1) Pancasila; (2) Civil society yang kuat dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai tulang punggungnya; (3) Tentara yang rela kembali ke barak melepaskan priveleges mereka; dan (4) Kelas menengah yang terus tumbuh seiring akses pendidikan dan ekonomi yang semakin terbuka bagi banyak lapisan masyarakat. Mereka menyimak dengan seksama penjelasan saya dan diam-diam mengagumi Indonesia. Mereka melihat Indonesia sebagai model bagi perubahan dan demokratisasi di dunia Muslim. Indonesia memang tengah bergerak cepat mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa besar di dunia berkat kemajuan ekonomi, politik, sosial dan budaya yang sangat mengesankan dalam beberapa dekade terakhir. Prestasi ini tidak bisa dipisahkan dari munculnya kelas menengah yang bertumbuh sangat cepat, rata-rata tujuh juta orang dalam setahun. Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen dari total populasi, namun pada 2010 telah mencapai 56,5 persen. Kategori kelas menengah terutama dibedakan oleh kapasitas individu dan rumah tangga untuk menambah penghasilan, di luar yang diperlukan untuk kebutuhan pokok hidup. Hal ini tercermin oleh, antara lain, pola mereka menabung, berinvestasi, berekreasi, plus kepemilikan perumahan, transportasi pribadi, dan barang-barang cukup mewah. Kelas sosial menentukan perbedaan pandangan, aspirasi ataupun sikap politik seseorang. Sebagai bagian masyarakat yang memiliki penghasilan lebih dari yang diperlukan, kelas menengah tentu saja lebih mandiri dan lugas dalam pandangan atau sikap politik. Karena persentuhan mereka yang cukup intens dengan globalisasi, selera dan gaya hidup kelas menengah

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    341 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us