![TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DAN REVOLUSI DI ACEH (1945-1950) Bambang Satriya, Suwirta, Ayi Budi Santosa Universitas Pendidikan Indonesia](https://data.docslib.org/img/3a60ab92a6e30910dab9bd827208bcff-1.webp)
FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DAN REVOLUSI DI ACEH (1945-1950) Bambang Satriya, Suwirta, Ayi Budi Santosa Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRACT ABSTRAK This research was distributed by attractions of Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan authors to Teungku Muhammad Daud Beureueh penulis kepada sosok Teungku Muhammad the leader with big influence when the revolution Daud Beureueh yang memiliki pengaruh besar happened in Aceh. The main issues studied in this ketika berlangsungnya masa revolusi di Aceh. research is “How was Teungku Muhammad Daud Permasalahan utama yang dibahas adalah adalah Beureueh’s role in defending the independence of “Bagaimana peran Teungku Muhammad Daud Indonesian Republic in Aceh 1945-1950?”. This Beureueh dalam mempertahankan kemerdekaan study uses historical method which includes four Republik Indonesia di Aceh tahun 1945-1950?”. steps: 1) Heuristics, 2) Criticism, 3) Interpretation, Penelitian ini menggunakan metode historis 4) Historiography. Based on the result, the political dengan empat tahapan, yaitu: 1) Heuristik, 2) and socio-economic conditions in Aceh after the Kritik, 3) Interpretasi, dan 4) Historiografi. independence of Indonesian Republic was unstable. Adapun hasil penelitian yang diperoleh bahwa The role of Teungku Muhammad Daud Beureueh kondisi politik dan sosial ekonomi di Aceh pasca in Peristiwa Cumbok gave the awareness to local kemerdekaan tidak stabil. Kemudian, Teungku government to give more attention in this horizontal Muhammad Daud Beureueh berperan penting conflict and he instructing to mobilize the troops dalam Peristiwa Cumbok dengan memberikan to attack the uleebalang clan in Pidie. He also penyadaran terhadap pemerintah daerah agar stopped the Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) memerhatikan konflik horizontal yang sedang movement who headed by Husin Al Mujahid. As terjadi dan menginstruksikan untuk memobilisasi the Military Governor of Aceh, Langkat, and Tanah pasukan guna menyerang kaum uleebalang di Karo, Teungku Muhammad Daud Beureueh can Pidie. Ia pun mampu menghentikan gerakan merged the paramilitary organizations into TNI Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) pimpinan organization, he also the inisiator who collected the Husin Al Mujahid. Ketika menjabat sebagai cost to buy an airplane for Indonesian government, Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah and he can stopped the Sayid Ali movement. Karo, Teungku Muhammad Daud Beureueh Teungku Muhammad Daud Beureueh rejected the mampu meleburkan berbagai laskar perjuangan merging of Aceh into the Sumatera Utara Province ke dalam tubuh TNI, menjadi salah satu inisiator and this case made his disappointed to the center pengumpulan dana untuk pembelian pesawat government and also Soekarno. terbang serta mengatasi gerakan Sayid Ali. Sikap yang diambil oleh Teungku Muhammad Daud Keywords: Daud Beureueh, Aceh, Revolution, Beureueh adalah menolak ketika Aceh hendak Independence digabungkan ke dalam Provinsi Sumatera Utara sehingga hal ini membuatnya kecewa kepada pemerintah pusat dan Soekarno. Kata Kunci: Daud Beureueh, Aceh, Revolusi, Kemerdekaan Author correspondence Email: [email protected] Available online at http: // http://ejournal.upi.edu/index.php/factum BAMBANG SATRIYA TEUNGKU MUHAMMAD DAUD..... PENDAHULUAN Seperti diketahui bahwa di Aceh terdapat Masa revolusi di Indonesia tidak hanya dua buah kekuatan besar yakni kaum terjadi di pusat pemerintahan seperti ulama yang sering disebut teungku dan Jakarta dan Yogyakarta saja, melainkan kaum adat atau bangsawan dengan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, sebutan teuku yang biasa disebut sebagai tidak terkecuali wilayah Aceh. Wilayah kaum uleebalang. Beberapa hal yang yang disebutkan terakhir ini memiliki membuat Peristiwa Cumbok ini terjadi dinamika dan kekhasan tersendiri ketika adalah adanya perbedaan kepentingan masa mempertahankan kemerdekaan antara kedua kelompok besar di Aceh ini. berlangsung. Hal ini terbukti bahwa Aceh Kalangan uleebalang tidak seluruhnya tidak mengalami pendudukan kembali mendukung proklamasi kemerdekaan. oleh Belanda. Meskipun Belanda sudah Mereka menginginkan Belanda untuk mencoba memaksa masuk, namun mereka memerintah kembali. Hal ini senada merasa kesulitan dan hanya mampu dengan pernyataan Dewanto (2011, hlm. berada di wilayah terluar Aceh. Mungkin 8) bahwa “telah lama sebetulnya ada Belanda telah belajar dari Perang Aceh hubungan yang tidak harmonis antara bahwa rakyat Aceh sulit untuk ditaklukkan kaum ulama dan kaum pamong praja sehingga mereka mengurungkan niat di Aceh. Kalangan ulama menuding untuk kembali menguasai Aceh. Oleh uleebalang hanya menjadi boneka karena itu, dapat dikatakan bahwa Belanda penjajah”. Selama Peristiwa Cumbok, tidak mampu menguasai Aceh secara Teungku Muhammad Daud Beureueh keseluruhan selama masa revolusi. (selanjutnya Daud Beureueh) memiliki peranan yang penting. Setelah Peristiwa Pada masa yang terkenal akan gejolak Cumbok, posisi ulama mengalami sosial dan politik ini, banyak peristiwa perubahan dalam kancah perpolitikan di yang mewarnai perjalanan sejarah Aceh. Aceh. Keadaan tersebut diperkuat dengan Di samping itu, banyak bermunculan pula adanya gerakan Tentara Perjuangan tokoh-tokoh pada masa ini. Tokoh-tokoh Rakyat (TPR) yang menginginkan semua tersebut tidak hanya muncul, melainkan uleebalang turun dari jabatan pada memiliki peranan yang menonjol selama pemerintah lokal Aceh. Gerakan yang masa revolusi Indonesia di Aceh. Tokoh- dipimpin oleh Husin Al Mujahid ini tokoh yang bermunculan pada masa itu menganggap jika mereka, para uleebalang antara lain Teuku Nyak Arif, Mr. Teuku tetap pada puncak kekuasaan, siapakah Mohammad Hasan, Mr. S. M. Amin, Ali yang sanggup menjamin bahwa mereka Hasjmy dan tidak terkecuali Teungku tidak akan kembali ke tabiat yang semula Muhammad Daud Beureueh yang menjadi (Saleh, 1992, hlm. 103). Namun, pada salah satu tokoh dengan peranan penting akhirnya gerakan ini mampu dihentikan selama masa revolusi berlangsung di Aceh. oleh Daud Beureueh selaku golongan Di Aceh pernah terjadi peristiwa ulama yang memiliki posisi kuat kala itu di penting, yakni perang saudara yang Aceh. Ia menganggap jika gerakan tersebut melibatkan masyarakat sipil melawan menyimpang dan condong kepada sikap masyarakat sipil. Perang ini sering Husin Al Mujahid yang ambisius akan dinamakan sebagai Peristiwa Cumbok. kekuasaan. 28 FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X Selama masa revolusi, Daud Beureueh oleh Daud Beureueh dengan memberikan memiliki peranan yang cukup dominan. perlawanan kepada pemerintah pusat. Hal ini terbukti dengan jabatan yang pernah Melihat kontribusi Daud Beureueh ia sandang sebagai gubernur militer untuk selama masa revolusi di Aceh berlangsung, daerah Aceh, Langkat, dan Tanah Karo. membuat penulis menaruh ketertarikan Padahal Daud Beureueh notabene hanya kepada sosok ini. Khususnya peranan yang seorang ulama. Suatu keunikan tersendiri ia jalankan dan pengaruh yang ia miliki yang dimiliki oleh Daud Beureueh. Selama ketika membawa rakyat Aceh melewati menjabat sebagai gubernur militer, ia masa-masa sulit, masa revolusi. Namun, mampu membentuk Tentara Nasional dewasa ini Daud Beureueh seakan-akan Indonesia (TNI) di Aceh. Selain itu, hanya dikenal sebagai seseorang dengan hal yang mungkin tidak akan pernah predikat buruk yang tidak lain sebagai dilupakan oleh seluruh rakyat Indonesia pemimpin DI/TII di Aceh. Padahal adalah sumbangsih yang diberikan oleh beberapa masa sebelumnya ia adalah sosok masyarakat Aceh kepada Indonesia berupa penting bagi rakyat Aceh dan Indonesia. pesawat terbang. Terkumpulnya biaya Hal tersebut dibuktikan dengan rekam untuk pembelian pesawat terbang ini pun jejak yang dimilikinya. Daud Beureueh tidak lepas dari peranan seorang Daud pernah menduduki jabatan yang strategis Beureueh. dalam dalam beberapa organisasi. Ia Dalam kunjungan Presiden Soekarno pernah menjabat sebagai ketua Persatuan ke Aceh saat beliau berpidato di Lapangan Ulama Seluruh Aceh (PUSA), sebuah Blang Padang, Kutaraja tanggal 16 Juni organisasi keagamaan yang bergerak di 1948. Bung Karno mengatakan bahwa bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan. Aceh adalah daerah modal. Beliau Selain itu, pada organisasi kemiliteran, ia mengibaratkan Aceh sebagai sebuah pernah menjabat sebagai gubernur militer payung. Kalaupun Republik hanya tinggal yang meliputi wilayah Aceh, Langkat, selebar payung, kita akan terus berjuang dan Tanah Karo. Ia pun tak segan untuk dengan modal daerah selebar payung mendorong kaum muda Aceh untuk itulah kita merebut daerah lain (Sufi, dkk, melawan Belanda (Lapian, dkk, hlm. 1996, 1997, hlm. 70). hlm. 14). Posisi yang pernah diemban Namun, semua hal yang telah olehnya itu, berhasil ia maksimalkan diperjuangkan oleh Daud Beureueh seakan sekaligus memanfaatkannya dengan baik tidak dihargai oleh pemerintah pusat untuk kepentingan rakyat Aceh juga bagi menjelang masa revolusi berakhir. Pasca kepentingan bangsa Indonesia. Tidak salah pengakuan kedaulatan kepada Indonesia apabila Piekaar (dalam Ibrahimy 2001, sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar, hlm. 267) mengatakan bahwa “di antara status wilayah Aceh mengalami perubahan. ratusan, mungkin ribuan ulama-ulama di Hal ini berujung kepada penolakan dari Aceh, Daud Beureueh adalah yang paling Daud Beureueh sehingga ia mulai tidak berpengaruh” memercayai Pemerintah Pusat. Pada Penulis membatasi ruang lingkup akhirnya, perubahan status wilayah Aceh yang dikaji,
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages16 Page
-
File Size-