Teater Sebagai Media Komunikasi Pendidikan

Teater Sebagai Media Komunikasi Pendidikan

TEATER SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PENDIDIKAN Jaeni Program Studi Teater, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Indonesia Bandung. Jl. Buah Batu No.212, Cijagra, Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat Email: [email protected] Abstract Theater performances in Indonesian society today are enjoyed by the audience only as “performances” in general, but have not been interpreted as knowledge space, learning space, self-maturing space or as an educational medium. This study aims to show that theater is a medium of educational communication that can be held through the earliest levels of education to higher education and become a space for education for the wider community. The method used in this study is a qualitative research method. In collecting data using observation and in-depth interviews and continued with interactive analysis. The research subjects that were observed and made the speakers were kindergarten (TK) teachers in Cirebon and Bandung, junior / senior high schools in Cirebon and Bandung, and instructors (students) theater in art colleges (ISBI Bandung), as well as communities in Cirebon and Bandung that use theater media in the learning process. The results of this research show that theater as a performing art is essentially a medium of communication. The conclusions of the results of this study indicate that theater must be understood as an institution, media, and part of the communication process in exploring knowledge, exchanging knowledge, and utilizing the knowledge gained Key Word: Theater, Communication Media, Education, Artistic Value Abstrak Pertunjukan teater pada masyarakat Indonesia dewasa ini dinikmati oleh penonton hanya sebagai “pertunjukan” pada umumnya, namun belum diartikan sebagai ruang pengetahuan, ruang belajar, ruang mendewasakan diri atau sebagai media pendidikan. Penelitian ini bertujuan ingin menunjukkan bahwa teater adalah media komunikasi pendidikan yang dapat diselenggarakan melalui jenjang pendidikan paling dini hingga pendidikan tinggi dan menjadi ruang pendidikan bagi masyarkat luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Dalam pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam dan dilanjutkan dengan analisis secara interaktif. Subjek penelitian yang diamati dan dijadikan narasumber adalah para pengajar Taman Kanak-kanak (TK) di Cirebon dan Bandung, SMP/SMA di Cirebon dan Bandung, dan para instruktur (mahasiswa) teater di perguruan tinggi seni (ISBI Bandung), serta masyarakat di Cirebon dan Bandung yang memakai media teater dalam proses belajar. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa teater sebagai seni pertunjukan secara hakiki adalah media komunikasi. Simpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teater harus dipahami sebagai sebuah institusi, media, dan bagian dari proses komunikasi dalam mengekplorasi pengetahuan, bertukar pengetahuan, dan memanfaatkan pengetahuan yang didapatkan. Kata Kunci: Teater, Media Komunikasi, Pendidikan, Nilai Seni Pendahuluan yang lainnya, juga menyangkut pengajarnya Di Jawa Barat, beberapa sekolah tidak yang kurang. Merujuk pada artikel tentang memungkiri bahwa seni teater merupakan “Pendidikan Seni Teater; Sekolah, Teater kesenian yang paling kurang diminati untuk Dan Pendidiknya”, Prusdianto (2016: diajarkan kepada siswa. Hal ini disebabkan 27- 35) menuturkan bahwa, “Seni teater dengan durasi waktu pengajaran seni teater begitu kompleks permasalahannya dalam relatif lebih lama dibandingkan dengan seni pendidikan, belum lagi dengan masalah 1124 Jaeni. Teater sebagai Media... 1125 anggaran dana, kompleksitas seni dan Hampir sebagian besar siswa SD, SMP, totalitas dari teater itu sendiri menyebab SMA menyukai belajar seni budaya, namun guru seni budaya lebih memilih untuk dengan seni pilihan seperti musik, tari, seni mengajarkan seni yang lainnya dibanding rupa (menggambar), dan teater. Bahkan di seni teater. Meskipun pada akhirnya beberapa Taman Kanak-kanak sudah sangat lazim sekolah mengajarkan seni teater tetapi masih belajar dengan cara bermain melalui muatan bisa dikatakan jauh dari kesempurnaan akan seni budaya. Untuk hal itu, para pengajar/ sebuah pertunjukan teater karena sarana dan guru meyakini bahwa pendidikan seni secara fasilitas sekolah yang kurang memadai”. historis telah ada sejak dulu di belahan bumi Pelajaran seni budaya di sekolah-sekolah ini (Respati, 2015: 7 - 15). yang digariskan oleh kurikulum 2013 dan Beberapa literatur yang peneliti sajikan direvisi pada tahun 2016 masih menjadi di atas, menunjukkan bagaimana simpulan- bagian dari proses belajar. Kurikulum simpulan penelitian tentang pembelajaran tersebut menyajikan materi tematik yang seni budaya di sekolah begitu mengesankan semuanya bisa didekati dengan seni budaya. bagi para siswa. Namun demikian Karena kurangnya pengajar teater, pelajaran sangat jarang dari materi seni budaya itu seni budaya cenderung memilih bidang seni mengungkap pendidikan melalui seni teater. selain teater, misalnya musik, tari, atau seni Harus diakui, untuk dapat menjalankan rupa. Seni budaya dengan memilih bidang menyelenggarakan pembelajaran teater ajar musik, misalnya, dapat memberikan dan dibutuhkan instruktur atau guru. Guru atau menyampaikan pesan atau isi terkait dengan instruktur seni teater setidaknya memiliki tema-tema pelajaran tersebut (Wadiyo dan keterampilan tari, musik, dan menggambar Udi Utomo, 2018: 87-97). karena teater adalah seni yang menyatukan Pembelajaran pada siswa melalui seni seluruh unsur-unsur tersebut. Dari studi musik ini ternyata lebih sederhana dan literatur, peneliti menangkap ada masalah sangat mungkin dilaksanakan. Artinya, dengan teater yang jarang diajarkan oleh berbeda dengan pembelajaran seni teater guru-guru, baik TK, SD, SMP, maupun yang membutuhkan tempat tersendiri, SMA. penataan artistik, lampu, dan lain sebagainya. Peneliti mencoba mengadakan pe- Hal demikian, tidak heran jika di SMA lacakan (tracer study) kepada guru-guru TK sekalipun, seni budaya diajarkan dengan (taman kanak-kanak) di kota/kabupaten di mata ajar seni musik. Penelitian tentang Jawa Barat, terutama Bandung dan Cirebon. pembelajaran komposisi musik sekolah Kegiatan ini dilakukan karena melihat gejala melalui pemanfatan perkakas tangan di sosial budaya masyarakat yang semakin SMKN 12 oleh Yudi Sukmayadi (2016: 158- menjauh dari seni tradisinya. Selama studi 169) menunjukkan ketuntasan belajar siswa pelacakan, peneliti menanyakan pada setiap dengan nilai baik dan menambah semangat guru TK mengenai keberadaan pengajaran dalam belajar mata pelajaran lainnya. seni bagi anak-anak prasekolah tersebut. 1126 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1124-1139 Mereka memberikan jawaban yang sama, tinggi seni tersebut. Dari pengamatan yang bahwa di TK diajarkan kesenian. Lebih dilakukan, muncul pertanyaan dalam diri lanjut, peneliti menanyakan juga tentang penulis, “apa yang menyebabkan para siswa seni apa saja yang diajarkan pada anak- itu bersemangat dan merasa senang ketika anak. Jawaban para guru tersebut sama, datang di kampus perguruan tinggi seni dan bahwa semua jenis kesenian diajarkan, berlatih teater?” Apakah semangat dan rasa mulai dari tari, musik, menggambar, senang para siswa berlatih teater sebagai dan seni peran (teater). Peneliti semakin sebuah alienasi dari rutinitas belajar di penasaran untuk menanyakan lebih lanjut, sekolah yang formal? Atau mereka memiliki “mengapa semua jenis seni itu diajarkan di harapan dengan berlatih teater untuk dirinya TK?” Mereka menjawabnya dengan esensi kelak? Pertanyaan-pertanyaan penulis yang sama. Kurikulum TK lebih banyak tersebut mungkin saja tidak tepat untuk diajarkan permainan, anak-anak prasekolah menjustifikasi para pelajar yang bersemangat belajar dengan cara bermain-main, maka untuk berlatih teater. dengan kesenian anak-anak dirangsang daya Pengamatan-pengamatan dan wawan- kreatifnya. cara yang dilakukan memunculkan ba- Sistem pendidikan melalui seni mem- nyak pertanyaan bagi penulis terhadap butuhkan model dan pengembangan pem- keberadaan seni peran (teater). Bidang teater belajaran yang menyenangkan. Cara ini yang selama ini dikesankan oleh masyarakat dijawab oleh Denis Atkinson melalui sebagai aktivitas “main-main”, bahkan tidak bukunya, Art In Education: Identity and pernah menjadi prioritas dalam pendidikan, Practice, bahwa pengajar seni harus tetapi muncul dalam ruang-ruang pendidikan melihat cara peserta didik mengeksplorasi dan kehidupan generasi muda. Teater ada di dan mewakili pengalaman mereka melalui sekolah-sekolah, sejak prasekolah hingga beragam praktik seni. Penilaian terhadap SMA, dan bahkan memiliki tempat tersendiri praktik-praktik seni yang dilakukan peserta di perguruan tinggi dengan adanya jurusan didik harus didasarkan pada representasi teater seperti di perguruan tinggi seni di (signifikasi) dan maknanya dalam konteks Indonesia. pendidikan seni (Atkinson, 2002: 3). Untuk menjaga pendidikan teater ter- Berdasarkan pengamatan peneliti, bebe- hadap kalangan muda (usia 14-25 tahun), rapa pelajar sekolah berlatih teater di ruang- maka teater sebagai media komunikasi ruang kosong kampus tempat penulis bekerja. pendidikan harus menjaga keterbacaan Mereka datang berkelompok, dari sore (literasi), kepercayaan, dan etika berteater. hari setelah mereka pulang sekolah hingga Hal ini diyakini bahwa teater sebagai menjelang malam dengan ekspresi yang peristiwa komunikasi yang terjadi di dalam gembira. Mereka terlihat sangat menikmati benak para penonton termasuk peristiwa untuk berlatih teater dengan bimbingan komunikasi bagi pelakunya. Artinya, seorang

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    16 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us