Perjuangan Tuanku Tambusai di Daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839 Serli Yani Saputri¹* Syaiful M², Yustina Sri Ekwandari ³ FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 01 Bandar Lampung E-mail:[email protected], HP. 085384795175 Received: January 16, 2019 Accepted: January 18, 2019 Online Published: February 11, 2019 Abstract: The Struggle of Tuanku Tambusai in the Rokan Kanan area in 1820-1839. The purpose of this study was to find out the struggle of “Tuanku Tambusai in the Rokan Kanan” area in 1820-1839. The method used in this study is the historical research by following four stages: heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The data collection techniques were library techniques and documentation. The data analysis technique was qualitative data analysis. The results obtained in this study are the Struggle of Tuanku Tambusai in the Rokan Kanan area are a competitor from Tuanku Tambusai and the Netherlands with Non-physical forms namely Tuanku Tambusai Do Da'wah in areas that have not known the teaching of Islam and are physically carried out by way of war as happened in various regions such as the siege in Natal, Rao, Mandailing, Air Bangis, Bonjol, and battles in Dalu-Dalu. The conclusion in this study is the struggle of Tuanku Tambusai carried out in non-physical and physical forms. Keywords: struggle, right rokan, my lord tambusai Abstrak: Perjuangan Tuanku Tambusai di Daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perjuangan Tuanku Tambusai di Daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan dokumentasi.Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Perjuangan Tuanku Tambusai di daerah Rokan Kanan adalah sebuah kompetitor dari pihak Tuanku Tambusai dan Belanda dengan bentuk Non fisik yakni Tuanku Tambusai Melakukan Dakwah di daerah-daerah yang belum mengenal ajaran Agama Islam dan fisik dilakukan dengan jalan peperangan seperti yang terjadi diberbagai daerah seperti terjadinya pengepungan di Natal, Rao, Mandailing, Air Bangis, Bonjol, dan pertempuran di Dalu-Dalu. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perjuanganTuanku Tambusai dilakukan dalam bentuk non fisik dan fisik. Kata kunci: perjuangam, rokan kanan, tuanku tambusai PENDAHULUAN salah satu kerajaan yuang telah Indonesia merupakan negara berdaulat sendiri yaitu Kerajaan Kepulauan, bagian barat Kepulauan Rokan yang mengalami Indonesia terletak Pulau Sumatra perkembangan yang sangat pesat yang telah berdiri kerajaan-kerajaan diantara kerajaan-kerajaan Melayu yang dimana keberadaanya silih lainya seperti Kerajaan Bintan/ berganti, baik kerajaan yang Tumasik dan Melaka, Kerajaan bercorak agama Hindu-Buddha Kandis/Kuntan, Kerajaan Keritang maupun bercorak agama Islam. dan Inderagiri, Kerajaan Gasib, Kerajaan Sriwijaya yang merupakan Kerajaan Segati, Kerajaan Pekan Kerajaan Maritim di Pulau Sumatra Tua, dan Pemerintah Andiko Nan 44/ yang bercorak agama Buddha telah Kampar yang ada di Riau, Kerajaan melakukan perluasan kekuasaannya Rokan melakukan politik hidup hampir di seluruh Pulau Sumatra. berdampingan (co existence policy). Kekuatan Kerajaan Sriwijaya sendiri (Syair, Amwar, Umar Amin, Ahmad pada saat itu sangat diperhitungkan Yusuf., dkk, 1977/1978 : 37) dan berpengaruh untuk kerajaan- Setelah adanya Peristiwa Malaka kerajaan yang ada di Sumatra. dikalahkan Portugis Kerajaan Rokan Hampir semua kegiatan yang ada di mengalami kemunduran sebab Pulau Sumatra dipegang oleh mendapat ancaman dari Aru dan Kerajaan Sriwijaya, sehingga banyak Aceh, dan saat itulah Kerajaan kerajaan-kerajaan di Sumatra Rokan menghilang dan tidak ada menjalin hubungan baik dengan yang menyebutkannya lagi. Keadaan Kerajaan Sriwijaya. Namun setelah kerajaan-kerajaan di Riau terus saja kemunculan kerajaan-kerajaan yang mengalami kemunduran sebab bercorak agama Islam di Indonesia perkembangan kerajaan-kerajaan dan khususnya di bagian utara yang ada di Riau dalam Sumatra (Riau), maka berakhirlah perkembanganya mendapatkan kerajaan-kerajaan yang bercorak campur tangan Belanda yang dimana agama Hindu-Buddha di Sumatra, sudah menduduki Riau yang termasuk Kerajaan Sriwijaya. diperkirakan sejak Tahun 1815 dan Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya dengan kedatangan Belanda ke Riau sendiri memberikan dampak maka muncullah sebuah babakan keuntungan bagi kerajaan-kerajaan baru. yang ada di Sumatra yang berada di Belanda yang secara berangsur- bawah kekuasaan Kerajaan angsur terus melakukan penaklukan Sriwijaya. Kerajaan-kerajaan di seluruh Daerah Rokan dan setelah tersebut akhirnya dapat berdaulat berhasil Belanda berkerja sama sendiri dan membangun kerajaanya dengan Raja-raja Rokan mengatur tanpa ada ketergantungan pada satu pemerintahan sebab Daerah Rokan kerajaan lagi. Berdaulat atau berdiri terdiri dari 5 kerajaan yaitu Kerajaan sendiri dalam memajukan sebuah Tambusai di Dalu-dalu, Kerajaan kerajaan bukanlah perkara yang Rambah di Pasir Pengaraian, mudah apalagi seperti kerajaan- Kerajaan Kepenuhan di Koto kerajaan yang ada di Riau, jika Tengah, Kerajaan Kunto Dar Es diibaratkan seperti bayi yang baru Salam di Kota Lama dan Kerajaan lahir belum bisa berbuat apa-apa, Rokan di Rokan IV Koto. Raja yang namun hal tersebut tidak terjadi pada dimana disebut dengan Landschaap sedangkan kekuasaan Belanda kampung halamnya tempat kelahiran disebut dengan Gubernemen. (Lutfi, dari Tuanku Tambusai sendiri . Atas Muchtar, Suwardi MS., dkk, 1977 : saran ayahnya yakni Maulana Qadhi 369). yang merupakan salah satu pemuka Belanda yang terkenal dengan agama di Kerajaan Tambusai pada politik devide et impera atau yang saat itu, Tuanku Tambusai pergi ke kita kenal dengan politik pecah belah Bonjol untuk memperdalam ilmu atau politik adu domba terus mencari agamanya dan beliau disana belajar simpati dari Rakyat dan Raja-raja kepada Tuanku Imam Bonjol. Rokan. Kedatangan Belanda ke Tuanku Tambusai dilahirkan di Daerah Rokan sangat mempengaruhi Kerajaan Tambusai dimasa pemerintahan yang ada di Daerah kekuasaan Raja Duli yang dipertuan Rokan, dalam sistem pemerintahan besar. Ayahnya Imam Maulana Kali yang dijalankan di Daerah Rokan ada yang menjadi wali syara’ di Kerajaan dua struktur pemerintahan yang Tambusa. Ibunya berasal dari dijalankan di Daerah Rokan yang Tambusai dari suku Kandang Kopuh. dimana Belanda sebagai pemegang Beliau memperoleh pendidikan kekuasaan tertinggi di Daerah agama dari ayahnya, kemudian Rokan, Raja-raja Rokan yang dikirim ke Bonjol untuk melanjutkan berfikir bahwa Belanda ada dipihak belajar agama kepada Tuanku Imam mereka maka ini membuat Bonjol dan Para Padri di Bonjol dan kekuasaanya semakin kuat karena di Rao. Karena pada saat itu Bonjol mendapat dukungan dari Belanda, telah menjadi pusat pengajaran namun hal ini disadari oleh para agama (Ginda 2013: 111). Raja-raja Rokan dan lama-kelamaan Tuanku Tambusai yang rakyat pun menyadari bahwa terjadi dikabarkan telah kembali dari adu domba diatara rakyat dan raja Mekkah tahun 1820 setelah Rokan, dan semua ini hanya siasat kembalinya Tuanku Tambusai ke licik Belanda yang dimana agar kampung halamannya dari belajar mereka dapat berkuasa dan tinggal ilmu agama di Bonjol, saat itulah lebih lama lagi di Daerah Rokan. Tuanku Tambusai ditujuk oleh Daerah Rokan terletak disebuah ayahjnya untuk menggantikan sungai yang bernama sungai Rokan, kedudukan ayahnya sebagai Imam di Sungai Rokan sendiri memilki dua Kerajaan Tambusai, dikerajaan hulu atau cabang yakni Sungai Tambusai dan dengan ilmu agama Rokan Kanan dan Sungai Rokan yang telah dimilikinya Tuanku Kiri, di sepanjang sungai berdiri Tambusai kemudian berfikir kerajaan-kerajaan yang telah melakukan pembaharuan dalam disebutkan di atas, Kerajaan bidang ilmu keagamaan Islam, yang Tambusai merupakan salah satu dimana pada saat itu kegiatan kerajaan yang dimana tempat keagamaan di lakukan di surau-surau kelahiran dari Muhammd Saleh atau dan hanya tertuju pada hal ubudiyah yang lebih kita kenal dengan sebutan atau akhirat saja, Tuanku Tambusai Tuanku Tambusai, nama “Tuanku” merubahnya dan melakukan kegiatan merupakan sebuah gelar yang keagamaannya atau dakwah dalam dimana memilki arti yakni pemuka penyebaran agama Islam dilakukan atau tokoh agama, dan sedangkan secara langsung atau menyebarkan “Tambusai” sendiri merupakan nama ke tengah-tengah kehidupan masyarakat, Tuanku Tambusai dan maka pada saat itu terjadii peristiwa pembaharuanya diterima oleh Perang Padri yang diperkirakan pada sebagian masyarakat di Tambusai, 1821 pecahlah Perang Padri di namun hal ini juga menimbulkan Sumatra Barat antara Belanda dan perselisihan dengan penguasa Kaum Padri. Dalam Perang Padri setempat. Peselisihan antara yang terjadi di Sumatra Barat penguasa setempat dan Tuanku perjuangan dari Kaum Padri Tambusai dimenangkan oleh Tuanku dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, Tambusai, dengan terselesainya Tuanku Rao, dan Tuanku Tambusai perselisihan ini Tuanku Tambusai siap berjuang melawan Belanda. pun menyebarkan ajaran Islam ke Tuanku Rao yang gugur pada tahun seluruh Riau, di Dalu-Dalu Tuanku 1833 dan tertawanya Tuanku Imam Tambusai membentuk sebuah Bonjol pada Tahun 1837, perjuangan komunitas baru (surau) atau pun dilakukan oleh Tuanku mendirikan sebuah sekolah membaca Tambusai. Dari latar belakang di atas Al-Quran, hadist-hadist, memberikan maka penulis tertarik untuk meneliti tabligh-tabligh (ceramah/dakwah)
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages12 Page
-
File Size-