Laras dan Rumpaka dalam 1 Garap Karawitan Jaipongan Jugala Ismet Ruchimat2, R. M. Soedarsono3, Timbul Haryono4, Tati Narawati.5 Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Bulaksumur, Yogyakarta 55281 ABSTRACT This paper analyzes characteristic and musical identity of garap karawitan Jaipongan which is focused on the identity of laras and rumpaka. The identity of karawitan Jaipongan is a genre of today’s Sundanese karawitan which developes without any acculturation infl uence. Most verbal form of rumpaka on garap karawitan Jaipongan Jugala represents a dialogue or text that requires comprehension of the content. The characteristic of laras and rumpaka which are verbal and musical in garap karawitan Jaipongan show a multidimensional artistic expression. Keywords: characteristic, laras, rumpaka, Jaipongan, and jugala ABSTRAK Tulisan ini menguraikan ciri-ciri atau identitas musikal garap karawitan Jaipongan Ju- gala yang dititikberatkan pada identitas laras dan rumpaka. Identitas karawitan Jaipongan merupakan suatu genre karawitan Sunda kiwari yang berkembang tanpa pengaruh besar akulturasi. Bentuk verbal rumpaka pada garap karawitan Jaipongan Jugala sebagian besar merepresentasikan suatu pembicaraan atau teks yang menuntut pemahaman isi. Karakter- istik laras dan rumpaka yang bersifat verbal dan musikal dalam garap karawitan Jaipongan menunjukkan ekspresi artistik yang multidimensional. Kata kunci: karakteristik, laras, rumpaka, Jaipongan, dan jugala PENDAHULUAN substansi musikal yang menunjukkan iden- titas serta karakteristik garap masih belum Sebagaimana diketahui bahwa dari se- banyak dilakukan. kian banyak fenomena perkembangan aktiv- Dalam konvensi tradisi karawitan Sun- itas musikal dalam tradisi seni pertunjuk- da, biasanya para praktisi karawitan seba- an Jawa Barat, karawitan jaipongan Jugala gian besar mengidentifi kasi repertoar lagu merupakan salah satu genre seni pertunjukan didasarkan atas penampakan ciri-ciri musikal. yang hingga saat ini masih memberi peran Ciri-ciri tersebut dibentuk oleh konsensus sangat besar dalam perkembangan karawi- pada saat terjadi interaksi auditif termasuk tan Sunda, namun begitu kajian terhadap ciri-ciri musikal yang terdapat pada kara- Panggung Vol. 23 No. 4, Desember 2013 435 witan Jaipongan Jugala. Keser Bojong, Iring-iring Daun Puring, Seung- Sebagai salah satu identitas karya seni gah, Bulan Sapasi. yang berperan secara musikal (presentasi Laras dan surupan pada karawitan jai- estetis) (R.M. Soedarsono, 2002: 123), karawitan pongan Jugala juga membingkai suasana jaipongan mampu memberi ruh dalam meng- emosional tertentu, seperti pada bait ke- hidupkan tarian. Pada masyarakat karawitan 1 dan ke-2 dari lagu Sinden Beken terdapat tradisi Jawa, makna tersebut dikenal dengan ekspresi kegembiraan dan kebanggaan juru grupike joged (Rahayu Supanggah, 2002: 130). kawih yang ditampilkan dengan menggu- nakan laras dan surupan salendro. Kemudian Garap gending jaipongan Jugala pada awal- laras dan surupan (modulasi) berpindah pada nya mengacu pada konvensi karawitan tra- madenda pada saat rumpaka lagu menjelaskan disi kemudian bermetamorfosis menjadi sisi kekhawatiran yang disebabkan masih sebuah genre karawitan baru yang dibentuk terdapatnya pandangan stereotip terhadap oleh baton signal (Desmon Morris, 1977: 56- profesi juru kawih. Bait ke-3 dan ke-4 me- 63, periksa pula Tati Narawati, 2003: 117). nampilkan rumpaka sebagai berikut. Oleh karena itu selain berperan sebagai sa- rana dukung dan pemberi nafas pada tari Ngan sok sedih aduh seueur kapeurih sekaligus menyertakan sifat action. Lamun pareng aya anu leumpeuh yuni Mun direret sok seueur anu kapelet Tanpa kehadiran karawitan, tarian jaipong- Sok nuturkeun mahugi teu sieun rugi an sulit teridentifi kasi fungsi serta peran Sakapeung mah sinden jadi paneumbleuhan pertunjukannya. Hal ini disebabkan bahwa Heunteu kaop aya anu ngadeukeutan Pajarkeun teh kade bisi bebeakan ikon yang melekat pada genre pertunjukan Mun geus ledis osok menta pepegatan tersebut sangat ditentukan aspek musikal karawitan yang dua di antaranya terbentuk Contoh penggunaan laras dan surupan oleh laras dan rumpaka. madenda pada bait rumpaka tersebut dapat diidentikkan dengan makna ‘perlawanan’ serta penegas suasana emosional (hati) juru PEMBAHASAN kawih (pesinden). Dipertegas Rahayu Su- panggah menambahkan bahwa laras ber- Laras dan Surupan dalam Karawitan Jaipongan makna sesuatu yang (bersifat) ‘enak atau Laras dalam karawitan Jaipongan sebagai nikmat untuk dihayati’, bahkan dalam lan- parabot garap berperan penting dan besar jutan tulisannya Supanggah menjelaskan andilnya dalam memberikan karakter bah- hal sebagai berikut, kan identitas dan/atau gaya. Sebagian besar laras dan surupan yang digunakan pada ga- Sangat besar kemungkinannya bahwa kendablegan laras dalam karawitan Jawa rap gending jaipongan Jugala adalah salendro (pen. termasuk karawitan jaipongan) bu- dan madenda. Kedua istilah tersebut sebagian kan semata-mata karena laras hanya me- besar diaplikasikan pada perangkat gamelan miliki peran dan makna musikal saja, lebih dari itu, laras juga merupakan se- pengiring, rebab, serta vokal. Terdapat pula buah produk budaya yang terbentuk me- laras mataraman atau laras degung pada lagu lewati proses yang panjang serta dengan pertimbangan dan dilatarbelakangi oleh Waled, Sulanjana, Polostomo naek Tokecang, na- berbagai hal, termasuk pertimbangan mun jumlahnya sangat sedikit.6 maknawi, simbolis, dan fi losofi s dalam Praktik penggunaan laras dapat ditam- budaya masyarakat Jawa (2002:100) pilkan mandiri atau merupakan gabungan Identitas ‘laras ganda’ banyak dij umpai sekar gending. Penggunaan laras salendro le- pada lagu-lagu ciptaan Gugum Gumbira, bih banyak terdapat pada bentuk-bentuk in- yaitu lagu yang dinyanyikan dengan pirigan troduksi seperti intro pada lagu Daun Pulus gamelan salendro dengan melodi (vokal dan Ruchimat, dkk.: Laras dan Rumpaka 436 instrumen melodis, misalnya rebab) berlaras an jaipongan merupakan suatu kaidah teks madenda sehingga dua macam laras terde- yang selalu memberi ruang terbuka untuk ngar sekaligus. (Mariko Sasaki, 2007: 12). ditafsirkan pada beragam gending. Hasil analisis musikal dari contoh gen- Rumpaka lagu dalam jaipongan meskipun ding-gending jaipongan memperlihatkan bah- pada awal kemunculannya juga menampil- wa ‘laras ganda’ dalam garap gending jaipong- kan beragam penafsiran khalayak tentang an Jugala merupakan sebuah pengecualian ‘ekses seksual’ yang tersimbolkan8, namun dalam arti hanya berlaku pada saat sebuah sejalan dengan perkembangan musikal, lagu dipirig gamelan salendro. Kenyataan tafsir ‘kritis’ tersebut telah berkembang dicermati dari fenomena penggunaan laras dan dipahami lebih kreatif sejalan dengan dan surupan madenda yang didemonstrasi- perkembangan kreativitas karya Gugum kan pada waditra rebab pada sesi introduksi Gumbira. lagu Oray Welang. Rebab ataupun vokal meru- Andrew Weintraub menggunakan isti- pakan satu-satunya penanda laras dan surup- lah ‘tontonan ekses’ linguistik dan visual an karena sarana pirigan lagu hanya terdiri (2012: 129), untuk memberi patokan pe- dari tiga buah ketuk, satu buah kecrek, kempul, nilaiannya terhadap dangdut. Pada batasan goong, dan kendang. Umumnya kasus-kasus karawitan jaipongan, penulis berpendapat seperti ini banyak digunakan pada lagu ketuk bahwa yang terjadi pada karawitan jaipong- tilu, ronggeng gunung, serta topeng banjet. an merupakan suatu pertunjukan musikal Penggunaan laras dan surupan pada pi- yang menampilkan beragam aspek yang rigan jaipongan meskipun sering dipertun- terdiri dari aspek visual (action) pada saat jukkan malam hari, namun tidak pernah terjadi interaksi auditif, terutama pemain mengacu pada pembagian waktu sebagai kendang saat menafsirkan garap, aspek baha- tema untuk merepresentasikan tingkatan sa (rumpaka) yang menampilkan keragaman laras dan surupan. stratifi kasi sosial, serta aspek musikal yang secara keseluruhan memberikan ruang kon- sumtif pada khalayak dan para penari dalam Rumpaka dalam Karawitan Jaipongan Jugala ‘menentukan’ ekspresi mereka. Di samping menggambarkan beragam Rumpaka dalam karawitan jaipongan mem- makna yang merepresentasikan sebagian punyai tempat dan indentitas tersendiri saat ungkapan perjalanan kehidupan Gugum disertakan pada model pirigan. Berdasakan Gumbira, makna kesedihan, makna kegem- latar belakang historis, kemungkinan besar biraan, dan lain-lain, rumpaka-rumpaka lagu jenis-jenis rumpaka pada karawitan jaipongan jaipongan sekaligus mengingatkan pada juga merupakan jenis-jenis rumpaka kawih fi gur Undang Suwarna yang sangat produk- 7 igel-igelan. Meskipun rumpaka terkadang tif membantu ‘pencitraan’ lagu jaipongan Ju- tidak mempunyai hubungan tema dengan gala. Begitu pula keberadaan Euis Komariah pirigan gamelan. yang berperan ganda sebagai istri Gugum Karakteristik rumpaka pada karawitan Gumbira yang sekaligus berprofesi sebagai jaipongan lebih mencirikan sifat ekstrovert penembang/juru kawih. Euis Komariah pen- oleh karena pesan serta ungkapan dalam ting peranannya karena membantu ‘meme- rumpaka mencirikan sifat keterbukaan dan diasi komunikasi’ antara Gugum Gumbira cenderung tidak menampilkan kata-kata dengan para juru kawih pada saat proses yang bersifat metafor sebagai perlambang- penerapan rumpaka yang diciptakannya. an terhadap sesuatu yang bersifat luruh Hasil analisis rumpaka lagu-lagu jaipong- dan menunduk. Rumpaka dalam karawit- an Jugala menampilkan varian rumpaka Panggung Vol. 23 No. 4, Desember 2013 437 dengan ciri-ciri pembingkai lagu balarea oleh beberapa hal seperti berikut, (Iwan Natapraja, 2003:181),
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages9 Page
-
File Size-