BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia pariwisata sudah semakin menjadi magnet tersendiri karena sudah merupakan salah satu kebutuhan umat manusia yang ada di dunia. Menurut undang-undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Tujuan seseorang untuk berwisata di suatu tempat wisata adalah untuk mencari kesenangan dirinya dengan cara berlibur ke tempat-tempat wisata. Selain itu, tak sedikit pula seseorang berwisata ke suatu tempat karena ingin menikmati kulinernya. Oleh sebab itu, perkembangan pariwisata di suatu negara dapat dilihat melalui banyak dibangunya hotel atau villa untuk menginap bagi wisatawan, kemudian restoran atau cafe bagi wisatawan yang ingin makan atau hanya sekedar minum. Sebenarnya, urusan perut ini tidak main-main kontribusinya secara ekonomi apabila dikelola dengan baik. Bahkan sudah menjadi komponen pariwisata yang harus tersedia untuk memberikan layanan yang baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara bahkan bagi penduduk di kota itu sendiri. Gastronomi atau lebih dikenal kuliner adalah hal yang tidak bisa dipisahkan bagi kehidupan. Semua orang memiliki hasratnya masing-masing bagaimana menikmati aneka makanan, minuman, dan produk lainnya sesuai dengan seleranya. Menurut Gilesisole (2001: 235) Gastronomi atau tata boga adalah seni, atau ilmu akan makanan yang baik (good eating). Dengan kata lain Fossali (2008: 54-86) menyebutkan gastronomi sebagai studi mengenai hubungan antara budaya dan makanan, di mana gastronomi mempelajari berbagai komponen budaya dengan makanan sebagai pusatnya (seni kuliner). Hubungan budaya dan gastronomi terbentuk karena gastronomi adalah produk budidaya pada kegiatan pertanian sehingga pengejawantahan warna, aroma, dan rasa dari suatu makanan dapat ditelusuri asal-usulnya dari lingkungan tempat bahan bakunya dihasilkan. 1 Irvan Patria Nugraha, 2017 PELESTARIAN MINUMAN TRADISIONAL LAHANG SEBAGAI ATRAKSI WISATA GASTRONOMI KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hal ini sangat cocok diterapkan di Indonesia karena sangat didukung dengan melimpahnya bahan makanan dan rempah-rempah, serta melimpahnya sumber daya manusia yang tersedia di negara kita tercinta ini. Tinggal bagaimana kita sebagai pelaku harus bisa memanfaatkan hal tersebut dengan baik dan benar. Terbukti di era globalisasi ini, seseorang berlomba-lomba membuat makanan dan minuman yang rasanya enak, tampilannya unik, dan cara lainnya untuk menarik minat konsumen. Gastronomi Indonesia tidak saja terkait dengan rasa dan penampilan, tetapi juga asal-usul masakan, kandungan gizi, dan pengkaitan dengan manajemen kuliner. Hal ini sesuai dengan paparan William Wongso di Harian Kompas 17 Desember 2012. Bahwa Gastronomi Indonesia bukan saja sekedar makanan, namun terkandung warisan budaya dan identitas bangsa. Menurut Guruh Soekarnoputra pada acara Indonesia Gastro Fest 2017 menilai Indonesia terdiri dari 1.344 suku bangsa memiliki masakan dengan sejarah, tradisi budaya, bahan baku, dan teknik pengolahan yang berbeda. Namun sayang, potensi ini belum banyak digali dan diangkat menjadi suatu paket perjalanan wisata khusus pada bidang gastronomi. Paket perjalanan wisata gastronomi prakteknya sudah dilakukan, dimana terdapat paket perjalanan wisata yang disediakan oleh sebuah perusahaan tour and travel khusus untuk menikmati objek/ atraksi wisata. Saat ini mulai tumbuh perjalanan wisata tentang makanan. Perusahaan tour and travel memperkenalkan budaya makanan di suatu daerah, atraksi pembuatan suatu makanan atau minuman, menikmati hidangan di daerah yang akan dikunjungi tersebut dari sarapan hingga makan malam, cara makan, festival, berkunjung ke berbagai tempat yang berhubungan dengan gastronomi misalnya, tempat bahan baku, pasar, kitchen hotel, pabrik, industri rumahan (home industry), dan lain-lain. Diharapkan suatu saat nanti, paket perjalanan wisata gastronomi menjadi tren dan menjadi salah satu yang wajib dicoba oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Dengan begitu, makanan maupun minuman tradisional Indonesia banyak dikenal oleh bangsanya sendiri maupun bangsa lain. Sekarang sudah banyak festival-festival kuliner yang diadakan di Indonesia, tetapi kebanyakan tidak didasari dengan konsep yang jelas, hanya datang, makan lalu bayar. Paket wisata gastronomi merupakan upaya nyata yang wajib dikembangkan oleh seluruh elemen baik pemerintah maupun masyarakat. 2 Irvan Patria Nugraha, 2017 PELESTARIAN MINUMAN TRADISIONAL LAHANG SEBAGAI ATRAKSI WISATA GASTRONOMI KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sehingga hal ini merupakan salah satu upaya pelestarian makanan maupun minuman tradisional Indonesia. Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian dalam penggunaan bahasa Indonesia, penggunaan awalan pe- dan akhiran –an artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja). (Endarmoko, 2006). Makanan maupun minuman tradisional Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke perlu dilestarikan keberadaannya. Sebagai contoh adalah salah satu minuman tradisional Jawa Barat yakni Lahang. Lahang merupakan usaha yang dilakukan seseorang di rumah tempat tinggalnya atau home industry. Menurut ilmunya istilah Home industry adalah sebuah perusahaan kecil yang jenis kegiatan ekonominya dipusatkan di rumah. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No.9 Tahun 1995, yang menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar. Kriteria lainnya dalam UU No. 9 Tahun 1995 adalah milik WNI, berdiri sendiri, tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk usaha perseorangan baik berbadan hukum maupun tidak karena termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga. Para pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis dirumah ini adalah salah satu anggota keluarga atau mengajak beberapa sanak keluarga ataupun mengajak orang disekitar kampung halamannya sebagai karyawan. Lahang bisa dikatakan industri rumahan dikarenakan sebagian besar dikerjakan di daerah tempat tinggal si penjualnya. Menurut penjualnya, Lahang merupakan minuman Tradisional Khas Jawa Barat yang terbuat dari pohon aren (Arenga Pinnata). Rasa manis, segar dan berwarna putih kekuningan adalah ciri dari minuman ini. Lahang diperoleh dari sadapan pohon aren. Bagian yang disadap adalah bunga jantannya. Cara menyadapnya pun tidak sembarangan, para petani biasanya akan berangkat lebih awal untuk menyadap aren agar kesegarannya terjaga. Konon pada kondisi 3 Irvan Patria Nugraha, 2017 PELESTARIAN MINUMAN TRADISIONAL LAHANG SEBAGAI ATRAKSI WISATA GASTRONOMI KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tertentu air dari bunga jantan pohon aren ini bila terlambat disadap akan berubah menjadi cuka atau tuak. Pohon dari bunga yang akan disadap akan sangat baik bila sudah berusia 5 (lima) tahun. Menyadap nira dari bunga jantan tidaklah mudah. Beberapa lama sebelum disadap, ijuk yang melekat pada tongkol bunga jantan dan juga pelepah yang menghalangi tongkol harus dibersihkan. Selain itu, tidak sembarang orang yang bisa naik untuk menyadap air Nira tersebut. Perlu kegigihan, kesabaran dan keberanian untuk naik ke atas pohon nira yang cukup tinggi itu. Berdasarkan pra survei oleh peneliti, para penjualnya sudah jarang ditemukan karena berjumlah semakin sedikit. Dahulu biasanya para penjual Lahang akan menurunkan keahliannya pada anak cucunya. Tetapi seiring berjalannya waktu anak cucu seorang pembuat lahang biasanya enggan meneruskan membuat lahang karena proses pembuatannya yang sulit. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan semakin langkanya minuman tradisional ini. Seperti yang terjadi pada Lahang, minuman tradisional khas Jawa Barat ini mulai mengalami penurunan. Seiring perkembangan jaman popularitas Lahang sudah semakin terpinggirkan bahkan masih banyak seseorang yang tidak mengetahui apa itu Lahang. Lahang sudah kalah pamor dengan minuman tradisional lainnya seperti bandrek ataupun bajigur. Namun saat ini pola konsumsi masyarakat mulai banyak berubah, semakin maraknya minuman modern semakin menurun pula tingkat mengkonsumsi minuman tradisional di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan banyaknya minuman produk olahan sehingga sebagian masyarakat lebih memilih minuman modern dibandingkan minuman tradisional agar lebih bergengsi untuk disuguhkan. Keberadaan Lahang yang saat ini mengalami penurunan bukan hanya karena banyaknya minuman modern yang banyak dijual tetapi kurangnya promosi yang dilakukan penjual mempengaruhi keadaan ini. Selain itu penyajian yang masih sederhana sehingga kurang memiliki daya tarik bagi konsumen. Minuman modern ditunjukkan dengan kecepatan penyajian minumannya, tampilannya juga menggiurkan dan pembuatan minuman biasanya menggunakan alat-alat yang sudah canggih. Berbeda dengan minuman tradisional Lahang yang menggunakan 4 Irvan Patria Nugraha, 2017 PELESTARIAN MINUMAN TRADISIONAL LAHANG SEBAGAI ATRAKSI WISATA GASTRONOMI KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu alat
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages13 Page
-
File Size-