BAB RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MALUKU TENGAH 3.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Maluku Tengah Secara harfiah struktur dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks yang dibentuk oleh unsur-unsur fungsional yang satu sama lain mempunyai sifat hubungan timbal balik. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten adalah gambaran susunan unsur – unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu sama lain. Rencana Struktur Ruang diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan wilayah seperti sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana wilayah, seperti sistem jaringan transportasi. Rencana Pola Ruang menggambarkan letak, ukuran, fungsi dari kegiatan- kegiatan budidaya dan lindung. Isi Rencana Pola Ruang adalah delineasi (batas- batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan delineasi kawasan lindung. Untuk peta rencana struktur ruang Kabupaten Maluku Tengah dapat dilihat pada Gambar 3.1. 3.1.1 Rencana Sistem Pusat Pemukiman 1. Rencana Wilayah Pengembangan Sebagai dasar dalam penyusunan struktur ruang, wilayah Kabupaten Maluku Tengah akan dibagi dalam perwilayahan pembangunan yang didasarkan pada : a. Luasan wilayah Kabupaten Maluku Tengah, sehingga dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang dapat efisien dan efektif. b. Karakteristik wilayah yang berbeda dan mempunyai ciri khas tertentu c. Perbedaan perkembangan wilayah, sehingga dibutuhkan penanganan dan perhatian yang berbeda antar setiap wilayah, sehingga tujuan pemerataan dan pembangunan wilayah dapat dicapai RTRW Kabupaten Maluku Tengah 2008 - 2028 III - 1 d. Tingkat aksesibilitas antar wilayah dikaitkan dengan wilayahnya yang merupakan kepulauan, sehingga terbentuk kesatuan wilayah dalam sistem perwilayahan pembangunan. e. Kabupaten Maluku Tengah yang merupakan wilayah rawan bencana, sehingga dalam perwilayah pembangunan harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bencana tak terduga. Wilayah Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah kepulauan, dimana terdiri dari 53 pulau, dimana yang dihuni sebanyak 17 buah sedangkan yang tidak dihuni sebanyak 36 buah. Dalam merencanakan wilayah pengembangannya, dikaitkan dengan wilayahnya yang merupakan kepulauan , maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan Clustering Pulau-pulau Kecil. Cluster adalah suatu pola penataan massa berkelompok dengan tipologi yang sama atau fungsi yang sama dan pencapaian dalam satu pintu. Dasar pendekatan ini yang kemudian coba diangkat ke dalam wilayah pengembangan di Kabupaten Maluku Tengah. Untuk mengelompokkan pulau-pulau kecil, Pulau-pulau Kecil dikelompokkan dalam kelompok-kelompok menurut kriteria : a. Homogenitas Fisik, b. Fungsionalitas, dan c. Sensitivitas. Dari pendekatan konsep Clustering Pulau-pulau Kecil diatas, maka Wilayah Kabupaten Maluku Tengah dibagi atas 5 (lima) Wilayah Pengembangan (WP) dengan pengelompokkan berdasarkan pendekatan konsep Clustering Pulau-pulau Kecil. Clustering Pulau-pulau Kecil ini memiliki hirarki pusat-pusat pelayanan, yang dianalisa menurut potensinya. a. WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) – I, meliputi Kecamatan Masohi, Kecamatan Amahai, Kecamatan Tehoru, Kecamatan Elpaputih, Kecamatan Teon Nila Serua (TNS) yang ada di daratan Seram, dengan Pusat Pengembangan di Kota Masohi. Wilayah ini juga dijadikan pusat pengembangan primer atau pusat pelayanan utama, dengan skala pelayanan kabupaten dan regional yang akan ditempatkan pada wilayah yang strategis dan mempunyai aksesibilitas baik dan perkembangannya disesuaikan dengan daya dukung sektor jasa dan industri. Pengembangannya antara lain di sektor : pemerintahan, jasa dan industri, pusat pemasaran produk-produk unggulan kawasan, perikanan budidaya, sektor jasa kelautan (pelabuhan penumpang) dan pariwisata. RTRW Kabupaten Maluku Tengah 2008 - 2028 III - 2 RTRW Kabupaten Maluku Tengah 2008 - 2028 III - 3 b. WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) – II, meliputi Kecamatan Seram Utara dan Kecamatan Seram Utara Barat, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya, dengan pusat pengembangan di Kota Wahai. Wilayah ini dijadikan pusat pengembangan sekunder atau sub pusat pelayanan yang dialokasikan tersebar merata ke setiap pulau dengan skala pelayanan sekunder, yang pengembangannya disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana perikanan dan daya dukung sumberdaya pesisir dan laut . Pengembangannya antara lain di sektor : perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri perikanan, pertanian dan perkebunan, sektor jasa kelautan (pelabuhan penumpang, pelabuhan pendaratan ikan). c. WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) – III, yang meliputi Kecamatan Haruku, Kecamatan Saparua dan Kecamatan Nusa Laut serta pulau-pulau kecil di sekitarnya, dengan Pusat Pengembangan di Kota Pelauw. Wilayah ini dijadikan pusat pengembangan lokal atau sub pusat pelayanan lingkungan yaitu merupakan suatu pusat orientasi pelayanan kebutuhan penduduk yang berada di setiap pulau . Pengembangannya antara lain di sektor : perikanan tangkap, industri perikanan, pertanian dan perkebunan, sektor jasa kelautan (pelabuhan penumpang) dan wisata bahari. d. WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) – IV, yang meliputi Kecamatan Leihitu, Kecamatan Leihitu Barat dan Kecamatan Salahutu serta pulau-pulau kecil di sekitarnya, dengan Pusat Pengembangan di Kota Tulehu. Wilayah ini dijadikan pusat pengembangan lokal atau sub pusat pelayanan lingkungan yaitu merupakan suatu pusat orientasi pelayanan kebutuhan penduduk yang berada di setiap pulau . Pengembangannya antara lain di sektor : perikanan tangkap, industri perikanan, pertanian dan perkebunan, sektor jasa kelautan (pelabuhan penumpang) dan pariwisata. e. WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) – V, yang meliputi Kecamatan Banda, Pulau Teon, Pulau Nila dan Pulau Serua serta pulau-pulau kecil di sekitarnya, dengan Pusat Pengembangan di Kota Bandaneira. Wilayah ini dijadikan pusat pengembangan sekunder atau sub pusat pelayanan yang dialokasikan tersebar merata ke setiap pulau dengan skala pelayanan sekunder, yang pengembangannya disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana perikanan dan daya dukung sumberdaya RTRW Kabupaten Maluku Tengah 2008 - 2028 III - 4 pesisir dan laut . Pengembangannya antara lain di sektor : perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri perikanan, perkebunan, pusat pemasaran produk-produk unggulan kawasan, sektor jasa kelautan (pelabuhan penumpang, pelabuhan pendaratan ikan) dan pariwisata. Clustering WP – I dengan pusat cluster di Kota Masohi, Kota Masohi tersebut tidak hanya sebagai pusat WP – I tetapi juga pusat di Wilayah Maluku Tengah, karena melihat kondisi geografis yang potensial menghubungkan wilayah diluar wilayah Kepulauan Maluku Tengah. Pusat Cluster WP – I di Kota Masohi memiliki aksesibilitas antar pusat cluster di WP – II, WP – III, WP – IV, dan WP – V. Untuk lebih jelasnya Wilayah Pengembangan yang direncanakan di Kabupaten Maluku Tengah dapat dilihat pada Gambar 3.2 Dengan penataan kawasan sedemikian rupa, setiap pulau memiliki akses yang dapat dicapai dari luar kawasan. Pusat-pusat cluster pengembangan akan mempermudah akses tersebut dan juga sebagai control kegiatan lalu lintas antar pulau. Selain itu, seperti yang dijelaskan diatas fungsi-fungsi pusat cluster dapat memenuhi kebutuhan dari seluruh pulau-pulau kecil dalam clusternya, sehingga permasalahan dan potensi yang ada dalam pulau-pulau kecil dapat dikelola dengan baik dan terkontrol. Dengan pendekatan Clustering Pulau-pulau Kecil di wilayah Kepulauan Maluku Tengah diharapkan sebagai dasar dalam menyusun strategi wilayah pengembangan Kabupaten Maluku Tengah, baik secara makro maupun mikro. RTRW Kabupaten Maluku Tengah 2008 - 2028 III - 5 2. Rencana Sistem Perkotaan sebagai Pusat-pusat Pengembangan Wilayah dan Perdesaan Sistem pusat-pusat permukiman atau sistem perkotaan di Kabupaten Maluku Tengah yang direncanakan tidak terlepas dari struktur kota di Ibukota kabupaten maupun kota Kecamatan, karena kota merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk struktur ruang. Sistem Perkotaan diarahkan sesuai dengan hierarki jumlah penduduk, potensi dan kegiatan ekonominya. Pengembangan sistem kota-kota diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan arahan pengembangan wilayah, terutama berkaitan dengan kondisi fisik yang sebagian merupakan pulau-pulau dan bencana alam yang sering terjadi. Di pihak lain kawasan perkotaan itu sendiri memerlukan pengelolaan secara individual yang bertujuan meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung fungsi kotanya di wilayah yang lebih luas, serta mendukung pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun yang akan datang sesuai dengan dimensi waktu RTRW Kabupaten, pengembangan Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah akan tetap mengacu pada hierarki fungsional dengan mengingat perkembangannya serta skala pelayanannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa hirarki pusat-pusat permukiman dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu : pusat primer yang merupakan PKW , pusat sekunder yang merupakan PKL dan pusat tersier yang merupakan PKSL. Sesuai pengelompokkan ini, maka kelompok pusat permukiman di Kabupaten Maluku Tengah dapat dibagi atas : a. Pusat Primer (PKW), yaitu pusat yang diperuntukkan bagi pelayanan wilayah secara berkelompok, terutama kaitannya dengan pelayanan jasa-jasa kota dan jasa-jasa publik lainnya. Berdasarkan rumusan ini, maka pusat permukiman yang dikategorikan sebagai pusat primer adalah Kota Masohi , Kota Wahai dan Kota Bandaneira sebagai pusat pelayanan
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages73 Page
-
File Size-