SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 12 Nomor 1 Edisi Juni 2015 (75—84) PERANAN LAGU POPULAR MINANGKABAU SEBAGAI PENYUMBANG PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DI INDONESIA (The Role of Popular Minangkabau Song as Contribution to the Local Tourism Development in Indonesia) Eva Krisna Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat Simpang Alai Cupak Tangah Pauh, Padang 25162 Telepon 0751776789, faksimile 0751776788 [email protected] (Naskah diterima: 14 Januari 2015, Disetujui: 4 April 2015) Abstract Tourism is one part of the creative industry that can be developed in Indonesia as a choice of earning foreign exchange beside oil and natural gas. Indonesian tourism industry has big opportunity and challenge compared to the world tourism. Tourism products is not just nature, but also culture, adventure, living environment, and culinary. Culinary becomes one of the tourism icons for every place in the world, such as: England with scones, Singapore has fishball noodles, and Malaysia with nasi kandar. Indonesia also has many kinds of culinary icons in every regions, such as bakpia in Yogyakarta, kerak telur in Jakarta, bika ambon in Medan, and balado chips in Padang. There was a unique way in promoting culinary in West Sumatera in the past. The people used to sing in selling the culinary product, its tradition was called bajojo. This bajojo tradition continued to be folk songs and then recorded commercially. Bajojo culinary song is a part of literature, it belongs to spoken literature. The bajojo songs are existing through the industrial and technological recording and become the popular songs in West Sumatera. About thirty recording houses are actively producing tens of recording titles in cassette and CD (compact disc) in West Sumatera. Minangkabau pop songs in culinary background through the recording products have direct role in the tourism developing in West Sumatera. This case should be investigated in the framework research of creative industry (tourism) in basis of language and literature which have role to increase the nation’s competitive power among other nations in the world. This writing will investigate the cross history of the Minangkabau culinary background songs development through the recording industry in Indonesia and also will investigate the culinary values contained in the popular Minangkabau song lyric until the writer find the songs role as the promotion media to develop the culinary tourism. This writing used the historical approach by the use of stylistic theories and dynamic structural theory. Keywords: popular song lyric, Minangkabau, literature works, culinary tourism, historical approach, stylistic theory, and dynamic structural theory. Abstrak Pariwisata adalah satu di antara berbagai industri kreatif yang dapat dikembangkan di Indonesia sebagai pilihan pengganti devisa selain migas. Industri pariwisata Indonesia memiliki peluang dan tantangan yang cukup besar di tengah pariwisata dunia yang terus berkembang. Produk pariwisata bukan cuma alam, tetapi juga kebudayaan, petualangan, lingkungan hidup, dan kuliner. Kuliner menjadi salah satu penanda pariwisata bagi berbagai tempat di berbagai belahan dunia, seperti: Inggris dengan roti scones, Singapura dengan mie fishball noodles, serta Malaysia dengan masakan nasi kandar. Indonesia juga memiliki puluhan kuliner yang terdapat di berbagai daerah, seperti 75 SET JUNI 15.pmd 75 11/3/2017, 10:41 AM SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 12 Nomor 1 Edisi Juni 2015 (75—84) bakpia di Yogyakarta, kerak telur di Jakarta, bika ambon di Medan, dan keripik balado di Padang. Di Sumatera Barat pada masa lalu kuliner memiliki satu keunikan, yakni dijajakan dengan nyanyian yang disebut bajojo. Tradisi bajojo berlanjut menjadi nyanyian rakyat yang kemudian berkembang pula menjadi nyanyian yang direkam secara komersial. Nyanyian kuliner bajojo adalah salah satu bentuk karya sastra, yakni karya sastra lisan. Nyanyian kuliner Sumatera Barat sudah memantapkan kehadirannya melalui industri dan teknologi rekaman yang semakin maju sehingga menjadi lagu popular di Sumatera Barat. Tidak kurang dari tiga puluh rumah produksi yang aktif menghasilkan berpuluh-puluh judul rekaman berbentuk kaset dan cakram padat atau CD(compact disc) di Sumatera Barat. Lagu-lagu pop Minangkabau bernuansa kuliner melalui teknologi perekaman memiliki peran langsung dalam pengembangan pariwisata di Sumatera Barat. Hal tersebut patut dikaji dalam rangka kajian terhadap industri kreatif (pariwisata) berbasis bahasa dan sastra yang turut berperan untuk meningkatkan daya saing bangsa di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Tulisan ini akan mengkaji lintas sejarah perkembangan lagu-lagu kuliner Minangkabau melalui industri rekaman di Indonesia dan nilai-nilai kekulineran yang dikandung oleh syair lagu popular Minangkabau hingga akhirnya ditemukan perannya sebagai media promosi dalam pengembangan wisata kuliner. Tulisan ini menggunakan pendekatan historis dengan pengunaan teori teori stilistika dan teori struktural dinamik. Kata kunci: syair lagu popular, Minangkabau, karya sastra, wisata kuliner, pendekatan historis, teori stilistik, dan teori struktural dinamik. 1. Pendahuluan karupuak sanjai (Bukittinggi), bika mariana Menjajakan makanan atau kue-kue (Padangpanjang), lamang tapai (Limo Kaum, dengan mengasong adalah kebiasaan Batusangkar), ampiang badadiah masyarakat tradisional Minangkabau. Di tengah (Batusangkar), galamai (Payakumbuh), sala keramaian seperti pasar, terminal, balapan lauak (Pariaman), dokok-dokok (Pariaman), tradisional (seperti pacu jawi (sapi), pacu itik, gulai paku (Pariaman), palai bada dan pacu kuda), berburu babi, sertaalek nagari (Pariaman), palai rinuak (Maninjau), serta (pesta rakyat) biasanya para pedagang randang darek (Batusangkar, Bukittinggi, dan makanan asongan menjadi bagian dari situasi Payakumbuh). Seperti sudah dituliskan pada tersebut. Pada kehidupan keseharian yang bagian awal, para penjaja makanan tersebut bukan keramaian musiman, pelaku berdagang mengasong jualannya sambil bernyanyi, pembeli makanan asongan adalah mereka yang benar- memanggil mereka apabila tertarik, penjual benar melakoni pekerjaan sebagai penjaja menghampiri calon pembeli, lalu terjadilah keliling dan biasanya dengan berjalan kaki. transaksi. Setelah transaksi pertama selesai, Menjajakan masakan tradisional secara penjaja kembali mengasong dengan bernyanyi asongan tidak dilakukan begitu saja tanpa upaya untuk menggugah perhatian calon pembeli menarik perhatian pembeli, tetapi dengan selanjutnya. berbagai kekhasan yang dimiliki oleh masing- Hal menarik dari manjojo (menjaja) masing panjojo (penjaja) makanan tersebut. makanan tradisional tersebut adalah syair lagu Kekhasan tersebut terletak pada nyanyian yang yang didendangkan oleh panjojo tersebut. dilantunkan oleh si penjaja untuk menarik minat Syair lagu tersebut biasanya berbentuk pantun, calon pembeli atau pelanggannya pada makanan pada baris awal bersifat iklan atas makanan yang mereka jajakan. Menyanyikan makanan yang dijajakan. Uniknya, baris kedua berisi yang dijual pada akhirnya menjadi strategi iklan berbagai hal termasuk ajaran moral, sosial, dan untuk melariskan jualan yang dilakukan agama. Lagu berisi kuliner tradisional bersamaan dengan aktivitas jual-beli. Minangkabau tersebut mengalami Minangkabau memiliki berbagai macam perkembangan yang menggembirakan ketika makanan (kuliner) yang menjadi kekhasan industri rekaman dan kreativitas pengarang lagu masing-masing daerah, sebut saja misalnya Minangkabau menjadikannya lagu-lagu popular 76 SET JUNI 15.pmd 76 11/3/2017, 10:41 AM Eva Krisna: Peranan Lagu Popular Minangkabau sebagai Penyumbang Pengembangan Pariwisata Daerah di Indonesia yang dapat didengar oleh banyak orang, di lagu yang terdapat dalam ph tersebut adalah berbagai tempat, dan pada sembarang suasana. Randang Darek(dinyanyikan Nuskan Syarief), Seorang di antara puluhan pengarang lagu yang Taratak Tingga (Elly Kasim dan kawan- produktif menggubah lagu-lagu bersifat kuliner kawan), Mak Taci (Nuskan Syarief), Apo tersebut adalah Nuskan Syarief (alm.) dan Dayo (Elly Kasim dan kawan-kawan), Cita seorang pula di antara penyanyi yang aktif Bahagia (Elly Kasim dan Nuskan Syarief), menyanyikan lagu-lagu jenis tersebut adalah Cha Cha Mari Cha (Nuskan Syarief), Gadih penyanyi legendaris Elly Kasim. Tuladan (Nuskan Syarief), Kumbang Janti (Elly Kasim), Langkisau (Nuskan Syarief dan 2. Hasil dan Pembahasan kawan kawan), Kureta Solok (Nuskan Syarief 2.1 Pegiat Lagu Kuliner dan Industri dan kawan-kawan), dan Oi Bulan (Elly Kasim Rekaman Lagu Pop Minangkabau dan kawan-kawan). Jakarta memang kota besar tempat segala Lagu Randang Darek adalah lagu impian terwujud, demikian pula dengan bernuansa kuliner pertama yang direkam oleh perkembangan industri rekaman lagu pop Nuskan Syarief. Tahun-tahun berikutnya, Elly Minangkabau di era kemerdekaan pun berawal Kasim menyanyikan lagu-lagu kuliner ciptaan dari kota ini. Para pengamat musik mencatat Nuskan Syarief lainnya, seperti Bareh Solok, bahwa tonggak awal perkembangan musik Lamang Tapai, Sala Lauak, dan Lansek daerah tersebut dimulai dengan berdirinya Manih. Berikutnya, lagu-lagu lain seperti Orkes Gumarang yang didukung oleh nama- Karupuak Sanjai, Gulai Paku, Lamang nama seperti Awaluddin Jamin (mantan Tapai, Bareh Solok, Sala Lauak, Palai Bada, Kapolri), Alidir, Anwar Anif, Dhira Suhud, Randang Darek, Bika Mariana, dan Dokok- Joeswar Khairudin, Taufik, Syaiful Nawas, dan Dokok pun berwujud ph pula yang dapat Asbon Majid (PadangKini.com/24/03/2011; dinikmati banyak orang di
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages10 Page
-
File Size-