![Tata Ruang Ibukota Terakhir Kerajaan Galuh (1371 - 1475)](https://data.docslib.org/img/3a60ab92a6e30910dab9bd827208bcff-1.webp)
Tata Ruang Ibukota … (Budimansyah, Nina Herlina Lubis, Miftahul Falah) 123 TATA RUANG IBUKOTA TERAKHIR KERAJAAN GALUH (1371 - 1475) THE SPATIAL PLANNING OF THE LAST CAPITAL CITY OF THE GALUH KINGDOM (1371 - 1475 AD) Budimansyah1, Nina Herlina Lubis2, Miftahul Falah3 1,2,3 Departemen Sejarah dan Filologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Kabupaten Sumedang e-mail: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Naskah Diterima: 13 Januari 2020 Naskah Direvisi: 26 Juli 2020 Naskah Disetujui :26 Agustus 2020 DOI: 10.30959/patanjala.v12i2.596 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguak tata ruang Galuh Pakwan sebagai ibukota terakhir Kerajaan Galuh, sejauh mana pola ruang kota tersebut berkaitan dengan nilai-nilai kelokalan sebagaimana tergambar dalam historiografi tradisional. Dalam penelitian ini metode sejarah akan dipergunakan sebagai fitur utama agar menghasilkan suatu hasil kajian yang komprehensif, dan menggunakan teori tata kota, serta metode deskriptif-kualitatif. Minimnya sumber terkait sejarah Galuh Pakwan, wawancara secara mendalam kepada para narasumber diharapkan bisa menjadi suatu bahan analisis historis. Berdasarkan fakta di lapangan, Galuh Pakwan sebagai ibukota kerajaan berawal dari sebuah kabuyutan. Pada masa pemerintahan Niskalawastu Kancana, kabuyutan tersebut dijadikan pusat politik dengan tetap menjalankan fungsi kabuyutannya. Seiring waktu, Galuh Pakwan menjelma menjadi sebuah kota yang tata ruangnya menunjukkan representasi dan implementasi konsep kosmologi Sunda. Galuh Pakwan terbentuk oleh pola radial-konsentris menerus, sebagai gambaran kosmologi Sunda sebagaimana terungkap dalam naskah-naksah Sunda kuna. Kata kunci: Galuh Pakwan, kosmologi Sunda, Kabuyutan, tata ruang, morfologi kota. Abstract The research is not only aimed at uncovering the spatial layout of Galuh Pakwan as the last capital of Galuh Kingdom, but also at exploring how well the relationship between the urban spatial patterns and the local values as depicted in the traditional historiography. Beside having the historical methods as the main feature to produce a comprehensive study result, the study also uses the urban planning theory, as well as the descriptive qualitative methods. The historical sources related to the history of the Galuh Pakuan are very limited. As a result, the in-depth interviews with the resource persons are expected to be appropriate as the observation material for historical analysis. Based on the facts found in the field, the Galuh Pakwan as the capital of the kingdom originated from a Kabuyutan. During the reign of Niskalawastu Kancana, Kabuyutan served as a political center while maintaining its original function as Kabuyutan. As the time passed, the Galuh Pakwan was transformed into a city whose spatial layout represented and implemented the Sundanese cosmological concept. The Galuh Pakwan was formed by a Patanjala, ISSN 2085-9937 (print), ISSN: 2598-1242 (online) 124 Patanjala Vol. 12 No. 2 Oktober 2020: 123-139 continuous radial-concentric pattern, as a description of Sundanese cosmology in the ancient Sundanese manuscript. Keywords: Galuh Pakwan, Sundanese cosmology, kabuyutan, spatial planning, city morphology. pembentuk ruang Kota Galuh Pakwan. A. PENDAHULUAN Namun temuan tersebut tidak sampai Pokok permasalahan dalam penelitian ini, menghasilkan peta tata ruang kota. yaitu bagaimana pola tata ruang Kota Galuh Dalam studi sejarah modern untuk Pakwan dan sejauh mana pola tersebut merekonstruksi kondisi Kota Galuh Pakwan berkaitan dengan nilai-nilai kelokalan tidak hanya cukup dengan melakukan uraian sebagaimana tergambar dalam historiografi secara genetis, tetapi diperlukan juga tradisional? Tujuan penelitian ini adalah untuk pendekatan multidisiplin. Pendekatan tersebut menjelaskan pola tata ruang Kota Galuh dapat dilakukan dengan meminjam konsep Pakwan dan sejauh mana pola tersebut dan teori dari ilmu-ilmu sosial karena berkaitan dengan nilai-nilai kelokalan memiliki daya analisis lebih besar untuk sebagaimana tergambar dalam historiografi mencari kondisi-kondisi kausal dari peristiwa tradisional. sejarah sehingga dapat memperkuat analisis Kajian terkait Galuh Pakwan sebagai masalah (Kartodirdjo, 1992: 2). ibukota terakhir Kerajaan Galuh sangat Perkembangan ilmu pengetahuan yang penting, mengingat masih minimnya sangat cepat pada saat ini melahirkan historiografi kota kuno Nusantara, yang paradigma baru dalam pendekatan analisis diharapkan bisa menjadi pembanding untuk penelitian ilmiah. Pada praktiknya, terhadap “tudingan” dari beberapa ahli yang proses penelitian yang dilakukan idealnya menyimpulkan bahwa budaya tata kota di harus menggunakan pendekatan transdisiplin. Nusantara diperkenalkan oleh pemerintah Sabine Hoffmann, Christian Pohl, dan Janet Hindia Belanda. G. Hering (2017: 1-2) mengatakan bahwa Widyonugrahanto dkk. (2017) dalam pendekatan transdisiplin merupakan konsep artikelnya “The Politics of Sundanese yang multi-perspektif yang melampaui batas- Kingdom Administration in Kawali-Galuh” batas keilmuan tertentu, sebagai jembatan sebagai hasil penelitian program Academic terhadap semua disiplin ilmu untuk Leadership Grant Universitas Padjadjaran menghasilkan solusi yang lebih tajam 2015-2018, menghasilkan kesimpulan bahwa terhadap masalah-masalah yang akan menjadi Kawali merupakan ibukota terakhir Kerajaan fokus penelitian. Lalu Brian M. Belchera dkk. Galuh yang kemudian secara fungsinya (2019: 195) menambahkan bahwa pendekatan dipindahkan oleh Prabu Dewataprana ke Kota transdisiplin dapat memberikan penilaian Pakwan Pajajaran. Sesuai dengan judulnya, yang relevan dan kredibel secara efektif dalam artikel tersebut hanya memberikan dalam proses penelitian. Hal tersebut karena penekanan pada wilayah politik masa semua permasalahan yang sedang dianalisis Kerajaan Galuh, terutama tentang konsep akan ditinjau dari segala sudut berbeda, untuk pembagian kekuasaan, dan tata ruang Kota menghasilkan kesimpulan yang berdimensi Galuh Pakwan hampir tidak dibahas sama luas dan benar-benar baru. Untuk sekali. menghasilkan kesimpulan yang tajam dan Lalu pada November 2019, Etty holistik, maka pendekatan melalui ilmu Saringendyanti dkk. membuat laporan sosiologi, arkeologi, filologi, antropologi, penelitian “Tata Ruang Keraton Galuh (IX-X planologi, dan toponimi diharapkan bisa M) dan Keraton Surawisesa (XIV-XV M)”. menjadi pisau analisis yang tepat, agar bisa Kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai mengekstrapolasikan berbagai fakta terkait Arkeologi Jawa Barat ini menghasilkan dengan Galuh Pakwan pada masa lampau temuan bahwa tinggalan-tinggalan arkeologis sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Galuh dan toponimi di wilayah Kawali sebagai secara lebih komprehensif. Patanjala, ISSN 2085-9937 (print), ISSN: 2598-1242 (online) Tata Ruang Ibukota … (Budimansyah, Nina Herlina Lubis, Miftahul Falah) 125 Galuh Pakwan sebagai jantung bagian sentralnya akan selalu terdapat sebuah Kerajaan Galuh merupakan kota yang sumbu penghubung (axis mundi) sebagai direncanakan dengan kondisi fisik bentang “media komunikasi” di antara kedua alam alam kawasannya sebagai pertimbangan tersebut (Singh, 1993: 239-240). utama, dan dirancang dengan konsep kelokalan serta memanfaatkan kondisi topografis dan geologis yang diselaraskan dengan kosmologi lokal. Rully Damayanti dan Handinoto (2005: 35); serta Ofita Purwani (2017: 74) menulis, kota-kota di Pulau Jawa masa pra-kolonial pada dasarnya menganut pola kota mandala, sebagai keberlanjutan dari tradisi kota-kota pada masa Hindu-Buddha, yang selalu memiliki "pusat" (inti) kota yang berupa istana penguasa (kerajaan atau kabupaten) dengan alun-alun dan bangunan penting lain di sekitarnya. Miftahul Falah (2018: 43-45) berpendapat bahwa, keselarasan dengan menghadirkan harmonisasi jagat raya diciptakan berdasarkan kosmologi dari manusianya. Oleh karena itu konsep makrokosmos dan mikrokosmos Gambar 1. Pola Mandala pada Kota Jawa merupakan suatu kesatuan yang selalu ada di Sumber: Damayanti dan Handinoto, 2005: 35. dalam desain tata ruang pada kota-kota lama yang ada di Pulau Jawa. Berbeda dengan kota-kota yang Struktur kerajaan pada masa Hindu- berakar pada tradisi Hindu-Buddha, Kota Buddha merupakan cerminan dari mitologi Galuh Pakwan adalah sebuah produk budaya alam semesta, dimana sosok sang dari masyarakat Sunda pada masa lampau penguasanya meraih suatu legitimasi dengan (pra-kolonial) dengan konsep tata ruang kota jalan menerjemahkan konsep mandala ke “modern” yang bersinergi dengan alam dalam sebuah kota pusat. Mandala tersebut setempat. Arief Sabaruddin (2012: 41-41) berfungsi sebagai kerangka geopolitik, yang mengatakan bahwa dalam merancang karya secara politis menjadi pelindung sang arsitektur, manusia pembuatnya diharapkan penguasa sebagai manusia pilihan dari para memiliki kesadaran secara tinggi terhadap dewa (dalam banyak kisah, raja-raja pada dimensi ekologi, agar karya arsitektur tersebut masa Hindu-Buddha mengaku dirinya sebagai menjadi selaras dengan kaidah-kaidah keturunan para dewa). Model kerajaan dengan arsitektur berkelanjutan, yang merupakan konsep kota mandala tersebut oleh Clifford bagian dari kearifan lokal. Geertz (1980) dinamakan sebagai a Theater Pemahaman akan keberagaman dan State (Young, 2016: 17). nilai-nilai budaya lokal merupakan bagian Dalam kosmologi tata ruang kota penting selain dimensi ekologi. Hal tersebut dengan tradisi Hindu, tatanan manusia selalu adalah sebagai akar bagi seluruh masyarakat diwujudkan pada proses awal penciptaan di dunia ini, tak
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages18 Page
-
File Size-