PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERAT Suwito, Abdul Gani Abdullah, dkk Penerbit YPM 2016 Judul Pengembang Islam dan Budaya Moderat Penulis Suwito, dkk xxii + 222 hlm.; ukuran buku 18,4 x 21 cm ISBN 978-602-7775-55-8 Cetakan pertama, September 2016 © Hak Cipta milik para penulis, 2016 Hak penerbitan dimiliki Young Progressive Muslim. Artikel yang ada di dalam buku ini boleh dikutif dengan mencantumkan sumber secara lengkap. Young Progressive Muslim http://www.ypm-publishing.com http://ypm-publishing.com/index.php/terbitan/29-pengembang-islam- dan-budaya-moderat SAMBUTAN REKTOR Pak Harun merupakan salah satu tokoh penting dalam perkembangan UIN Syarif Hidayatllah, Jakarta. Betapa tidak, beliau adalah guru besar yang sekaligus menjabat Rektor untuk waktu yang sangat panjang sejak 1973 sampai 1984, dan banyak melakukan reformasi akademik, tidak hanya kurikulum dan pembelajaran, tetapi juga melakukan perubahan paradigma kajian keagamaan normatif menjadi empirik, dan kajian tariqah ahlu al hadis menjadi tariqah ahlu al-Ra’yi bahkan tariqah al jam’an (aliran konvergensi yang mencoba memadukan antara dua aliran ahlu al-hadis dan ahlu al- ra’yi), dengan pendekatan komprehensif mengkaji seluruh aliran dan pemikiran, dianalisis dan disimpulkan. Dengan demikian, para mahasiswa memiliki kesempatan yang sangat besar untuk melakukan kritik terhadap berbagai pemikiran dan implementasi keagamaan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, sehingga mereka terhantarkan untuk menjadi orang-orang terbuka dengan perbedaan, dan mampu beradaptasi dalam keragaman, dengan tetap memiliki satu keyakinan akan kebenaran yang dianut mereka. Sosok Pak Harun sangat fenomenal, dan gerakan reformasi akademiknya sangat dirasakan oleh para mahasiswanya, sehingga kemudian, para penerus beliau menyebut kampus UIN Jakarta sebagai kampus pembaharuan, yang semua mahasiswanya harus berpandangan terbuka untuk melakukan pembaharuan, tidak saja dalam pemikiran dan sikap keberagamaan, tapi juga dalam sikap sosial dan professional mereka. Sikap reformis akhirnya menjadi identitas untuk semua alumni UIN Syarif Hidayataaullah, Jakarta, sehingga mereka bisa diterima dalam berbagai profesi, baik inline dengan keahlian program studinya maupun tidak. Ciri keberagamaan yang inklusif tersebut, telah mampu menghantarkan para alumni untuk bisa diterima dalam berbagai kelompok sosial, etnik dan agama yang berbeda, serta mampu beradaptasi dengan siapapun di dunia. Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar dari iii Pak Harun yang mengubah paradigma kajian keilmuan keagamaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Reformasi lain yang beliau lakukan selama menjadi Rektor IAIN adalah melakukan pengiriman para alumni dan dosen muda untuk kuliah jenjang Magister dan Doktor di berbagai universitas di Amerika dan Eropa (khususnya di negara-negara yang memiliki tradisi studi Islam dengan baik), suplementasi terhadap tradisi pengiriman para mahasiswa ke berbagai universitas di Timur Tengah. Beliau selalu mengatakan, bahwa kekuatan kajian di berbagai universitas di negara-negara Barat adalah metodologi, walaupun dalam aspek konten keilmuannya lemah dibanding dengan program magister dan doktor di berbagai universitas di Timur Tengah. Dan kini UIN memiliki banyak doktor studi Islam, dan bahkan dalam bidang sosial serta humaniora, keluaran berbagai perguruan tinggi ternama di negara-negara Barat. Interaksi mereka dengan para magister dan doktor dari Timur tengah, dan berbagai universitas dalam negeri, telah mengangkat citra kampus UIN sebagai kampus yang memiliki dinamika akademis tinggi, apalagi dengan publikasinya yang telah mengejutkan masyarakat akademis, khususnya di Indonesia. Secara personal, beliau sangat yakin bahwa teologi rasional akan bisa membawa perubahan sosial masyarakat Indonesia, karena perubahan itu akan terjadi jika manusianya memiliki keinginan untuk berubah, dan melakukan usaha untuk memenuhi keinginannya itu. Beliau sangat yakin, bahwa Tuhan tidak akan mengubah masyarakat hanya dengan pendekatan do’a. Oleh sebab itu, umat Islam Indonesia, harus meyakini, bahwa perubahan menuju masyarakat ideal, harus diupayakan dengan langkah-langkah sistematik dan terukur, sehingga bisa divaluasi pencapaiannya. Inilah keyakinan beliau yang selalu ditekankan pada para mahasiswanya, kendati beliau sangat hormat pada para ulama salaf, abad pertengahan, dan bahkan para cendikiawan modern. Bahkan beliaupun sendiri termasuk cendikiawan muslim dengan komitmen ubudiah yang iv sangat baik. Dengan demikian, para mahasiswa yang berjumpa langsung, memiliki kesan positif tentang guru besar ini, dan jauh dari kesan sekuler serta mengabaikan ritual keagamaan. Pada tahun 1982, beliau memulai mendirikan Program Pascasarjana, sebagai kelanjutan dari program pendidikan Purna Sarjana yang menjadi kebanggaan PTAIN pada dekade 1970-an. Program Pascasarjana berjenjang pendidikan Magister dan Doktor tersebut menerima para dosen yang sudah diangkat IAIN dengan bekal pendidikan sarjana, para dosen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, serta dosen-dosen Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS). Memang kesempatan pendidikan luar negeri sudah terbuka, dan akses kesempatan terbuka bagi banyak orang. Tapi tidak semua dosen berkesempatan baik, karena informasi yang masih susah terakses, basis kemampuan Bahasa (Arab dan Inggris) yang belum merata dan sistem serta mekanismenya masih agak rumit, sehingga pada dekade 1980-an, arus pendidikan luar negeri masih sangat terbatas. Dengan demikian, para dosen Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) memilih untuk mengambil pendidikan magister dan doktor di dalam negeri yang pada tahap awal hanya diselenggarakan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Keduanya kini sudah bertransformasi menjadi UIN sejak tahun 2002 dan 2004, bahkan sudah diikuti oleh sembilan IAIN lainnya). Kedua Program Pascasarjana (PPs) tersebut sangat dipengaruhi oleh cara berfikir beliau, dan bahkan beliau sendiri mengajar di dua institusi tersebut. Dengan demikian, sampai dekade awal abad ke-21 ini, hampir seluruh UIN dan IAIN, dan bahkan STAIN, sangat dipengaruhi oleh paradigma berfikir keagamaan yang dibangun oleh beliau. Inilah sosok guru besar yang telah meninggalkan jejak sejarah reformasi paradigm akademik Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), dengan mengusung pemikiran Islam rasional, baik dalam teologi, hukum Islam, filsafat maupun tasawuf, gerakan modernisasi dalam pengelolaan lembaga-lembaga keagamaan dan lembaga v pendidikan keagamaan Islam, dan bahkan beliau bersama para tokoh generasi awal menyuarakan serta memperjuangkan kajian keilmuan non dikotomis, dengan usulan pengembangan institusi PTAI menjadi sebuah perguruan tinggi yang memiliki kewenangan mengelola ilmu- ilmu non keagamaan. Dengan demikian, gerakan transformasi IAIN menjadi UIN merupakan kelanjutan dari wacana keilmuan yang sudah beliau suarakan sejak awal, ketika akan memastikan domain kewenangan keilmuan yang akan dikelola oleh IAIN, agar diapresiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri sangat berbangga memiliki sosok tokoh besar Pak Harun. Maka wajar kalau auditorium terbesar tempat seminar, international conference, pengukuhan guru besar, penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa, dan venue di mana para ilmuwan dalam dan luar negeri memaparkan hasil-hasil penelitiannya, dinamai Auditorium Harun Nasution. Sekedar untuk mengenang kebesaran peran sejarah beliau untuk kemajuan akademik dan keilmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami sendiri menyadari bahwa Pak Harun bukan hanya milik UIN Jakarta, tapi miliki semua PTAI N/S dengan karya-karyanya yang sampai sekarang masih tetap setia untuk digunakan sebagai buku teks keagamaan. Tetapi para murid beliau memang lebih banyak berada di UIN Jakarta, dan wajar pulalah, jika kini UIN sedang memperkuat eksposing Islam moderat, inklusif dan toleran, mengenang kembali kehadiran sosok Pak Harun dengan berbagai peran intelektualisme dan gerakan kulturalnya. Atas nama Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kami menyambut baik terbitnya buku “Pengembang Islam dan Budaya Moderat”, yang merupakan kelanjutan dari sebuah seminar di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengapresiasi penganugerahan bintang kelas budaya Parama Dharma, terhadap Pak Harun, dan mengenang wafatnya guru kita semua hampir dua dekade yang lalu. Buku ini merupakan bunga rampai tulisan para murid Pak Harun, yang kini vi masih berada dan eksis baik dalam tugas mengajar, melakukan penelitian dan bahkan publikasi karya-karya akademik mereka, dengan menyampaikan perasaan, serta kesan-kesan manis bersama Pak Harun, baik di dalam kelas, di rumah, maupun dalam even-even lain yang telah menghantarkan kita dan mereka semua menjadi intelektual produktif dan diapresiasi positif oleh masyarakat. Kepada para penggagas, para penulis dan editor, dan seluruh yang terlibat dalam penerbitan buku ini, kami sampaikan ucapan terima kasih, mudah-mudahan menjadi legacy dan sumber informasi berharga bagi para akademisi generasi ketiga dari Pak Harun, yang sampai sekarang masih secara konsisten memahami, serta menggunakan paradigma akademik Islam rasional dan gerakan modernisme, dalam mengusung Islam moderat yang menghargai keragaman aliran dan pandangan keagamaan. Inilah hasil nyata sebuah pendekatan kajian Islam empirik yang dilakukan Pak Harun. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Ciputat, 26 September 2016. Rektor, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA vii viii HARUN NASUTION: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERAT Pengantar Penerbitan
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages49 Page
-
File Size-