PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2001-2016 (SUMBANGAN MATERI PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU) Farida, Yunani Hasan Dosen Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI Diki Jayan Dika Alumni Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI Abstrak: Penelitian ini berjudul “Perkembangan Sosial Ekonomi Kota Lubuklinggau Tahun 2001-2016 (Sumbangan Materi Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Lubuklinggau)”. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan sosial Kota Lubuklinggau tahun 2001-2016 dan bagaimana perkembangan ekonomi Kota Lubuklinggau tahun 2001-2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan sosial Kota Lubuklinggau tahun 2001-2016 dan untuk mengetahui perkembangan ekonomi Kota Lubuklinggau tahun 2001-2016. Penelitian ini menggunakan metode historis dengan langkah-langkah: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Kota Lubuklinggau menjadi kota madya pada tahun 2001 setelah sebelumnya menjadi kota administratif dari Kabupaten Musi Rawas. Pada bidang sosial yang diteliti penulis mencakup pada bidang pendidikan, agama, kesehatan, kemiskinan, keamanan, dan ekonomi. Peningkatan terjadi yakni pada bidang pendidikan, agama, kesehatan dan keamanan dan penurunan terjadi pada bidang kemiskina. Sedangkan pada bidang ekonomi, terjadi peningkatan baik pendapaatan daerah regional bruto (PDRB) maupun pendapatan perkapita Kota Lubuklinggau. Kata kunci : Kota Lubuklinggau, Sosial, Ekonomi 1 Abstract: This study entitled "The Development of the Socio-Economic Development of the City of Lubuklinggau in 2001-2016 (Contribution of Material in Historical Subjects in Lubuklinggau 1 Public High School)". The problems in this study are how the social development of Lubuklinggau City in 2001-2016 and how the economic development of Lubuklinggau City in 2001-2016. The purpose of this study was to determine the social development of Lubuklinggau City in 2001-2016 and to find out the economic development of Lubuklinggau City in 2001- 2016. This study uses historical methods with steps: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. From the results of the study it was found that Lubuklinggau City became a municipality in 2001 after previously being the administrative city of Musi Rawas Regency. In the social field, the authors studied cover the fields of education, religion, health, poverty, security, and the economy. The increase occurred in the fields of education, religion, health and security and the decline occurred in the Ministry of Education. While in the economic field, there was an increase in both gross regional income (GRDP) and per capita income in Lubuklinggau City. Keywords: Lubuklinggau City, Social, Economy PENDAHULUAN Berakhirnya masa Orde Baru perubahan pada bidang politik, sosial, dibawah pimpinan Presiden Soeharto dan juga ekonomi (IIDEA, 2000:3). telah membawa Negara Indonesia Pada bidang politik melalui memasuki suatu babak baru guna Reformasi tersebut telah menghasilkan mewujudkan masyarakat yang Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun demokratis, maju, dan mandiri. Untuk 1999 yang telah diperbarui dengan UU memenuhi aspirasi rakyat yang No. 32 tahun 2004 tentang digemakan dalam gerakan Reformasi, pemerintahan daerah yang berarti telah maka perubahan-perubahan yang diberikannya wewenang lebih kepada mendasar perlu dilakukan, termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota untuk mengambil tanggung 2 jawab yang lebih besar dalam wewenang untuk mengatur dan melaksanakan pelayanan umum mengurus sendiri urusan pemerintahan kepada masyarakat. Melalui otonomi sesuai asas otonomi dan tugas diharapkan pemerintah pusat tidak pembantuan. Dengan dikeluarkannya terlalu aktif dalam urusan pengaturan tersebut membuat hubungan antara daerah dan daerah itu sendiri menjadi pemerintah pusat dan daerah menjadi lebih mandiri dalam melakukan setiap lebih bersifat desentralistis, dalam arti kegiatannya sesuai dengan wewenang sebagian besar wewenang di bidang yang diberikan (Widjaja, 2011:7). pemerintahan diserahkan kepada Otonomi daerah memberikan daerah (Abdullah, 2005:1). Adanya kewenangan yang luas dan nyata serta perubahan paradigma sentralisasi ke tanggung jawab kepada daerah. paradigma desentralisasi tidak hanya Kemudian diwujudkan dengan memperkuat otoritas pemerintah pengaturan, pembagian, dan daerah dan menghasilkan kemajuan pemanfaatan sumber daya, serta demokrasi di tingkat lokal, akan tetapi pembangunan keuangan pusat dan juga meningkatkan pemberdayaan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip berkelanjutan, baik bagi pemerintah demokrasi, peran serta masyarakat, daerah Provinsi maupun pemerintah pemerataan, keadilan, dan potensi serta daerah kabupaten atau kota. Hal ini keanekaragaman daerah yang juga diarahkan untuk mempercepat dilaksanakan dalam kerangka Negara terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kesatuan Republik Indonesia (KPAD melalui peningkatan pelayanan, Kota Lubuklinggau, 2005: 1). pemberdayaan, dan peran serta Berdasarkan UU No. 22 Tahun masyarakat (Noor, 2012: 6). 1999 yang ditetapkan pada 7 Mei 1999 Sifat dinamis yang dimiliki dan berlaku efektif sejak tahun 2000 oleh Otonomi Daerah membuatnya serta diperbarui dengan UU No. 32 tidak tetap dan bisa berubah sesuai tahun 2004 tentang pemerintahan dengan keadaan yang timbul dan daerah, bahwa daerah diberikan berkembang dalam masyarakat. 3 Dengan demikian ada kemungkinan Kota Lubuklinggau dan Kota Pagar daerah mendapatkan penambahan Alam pada tahun 2001. Kemudian ataupun pengurangan pekerjaan dalam terbentuknya Kabupaten Banyusin mengelola wilayahnya, serta bisa juga pada tahun 2002, Kabupaten Ogan Ilir, terjadi kemungkinan suatu daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu dihapuskan dan terjadi pembentukan (OKU) Selatan, Kabupaten OKU daerah-daerah yang baru (Kansil, Timur pada tahun 2003, Kabupaten 2005: 157). Otonomi Daerah telah Empat Lawang pada tahun 2007, membuka peluang bagi daerah-daerah hingga yang terbaru adalah Kabupaten baik Provinsi ataupun kabupaten untuk Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) melakukan pemekaran agar bisa fokus dan Kabupaten Musi Rawas Utara melakukan pembangunan di daerahnya pada tahun 2013 (Kemendagri, 2014: masing-masing. Namun hal ini harus 7–8). Hingga tahun 2018, Provinsi didasarkan pada pertimbangan Sumatera Selatan telah memiliki 17 terhadap faktor-faktor yang dapat Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten menjamin bahwa daerah yang Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan bersangkutan akan mampu mengurus Komering Ilir, Kabupaten Muara daerahnya itu. Salah satu daerah yang Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten terkena dampak dari undang-undang Musi Rawas, Kabupaten Musi tersebut adalah Provinsi Sumatera Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Selatan yang mengalami pemekaran Kabupaten OKU Selatan, Kabupaten pada beberapa wilayahnya. OKU Timur, Kabupaten Ogan Ilir, Sebelum disahkannya Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten peraturan mengenai Otonomi Daerah, PALI, Kabupaten Musi Rawas Utara. Provinsi Sumatera Selatan hanya Sedangkan untuk daerah kotamadya memiliki Tujuh Kabupaten/Kota. yaitu Kota Palembang, Kota Namun setelah itu berangsur-angsur Prabumulih, Kota Pagar Alam, dan tejadi pemekaran wilayah yang diawali Kota Lubuklinggau. Dari data tersebut dengan terbentuknya Kota Prabumulih, dapat dilihat bahwasanya undang- 4 undang Otonomi Daerah telah kabupaten Musi Rawas yang pada mempengaruhi daerah-daerah yang waktu itu memiliki 11 Kecamatan, ada di Sumatera Selatan (BPS Provinsi yang terdiri dari Muara Beliti, Muara Sumatera Selatan, 2017: 3). Lakitan, Muara Kelingi, Lubuk Dalam skup yang lebih sempit, Linggau Barat, Lubuk Linggau Timur, penerapan Otonomi Daerah juga Rawas Ilir, Rawas Ulu, Muara Rupit, berimbas pada Kabupaten Musi Jaya Loka, Batu Kuning Lakitan Ulu Rawas yang telah mengalami dua kali Terawas, dan Tugumulyo (Charras dan pemekaran wilayah pasca Pain, 1993: 57). diberlakukannya kebijakan tersebut. Keinginan warga kota Wilayah yang memisahkan diri dari Lubuklinggau untuk dapat Kabupaten Musi Rawas yaitu Kota memisahkan diri dari Kabupaten Musi Lubuklinggau yang secara resmi Rawas pada akhirnya dapat terwujud memisahkan diri pada tahun 2001 dengan disahkannya Undang-Undang berdasarkan UU No. 7 tahun 2001 dan Republik Indonesia No. 7 Tahun 2001 Kabupaten Musi Rawas Utara yang tentang pembentukan Kota mendapatkan statusnya sebagai daerah Lubuklinggau oleh Presiden otonom berdasarkan UU No. 16 Tahun Abdurrahman Wahid. Tujuan 2013 (Kemendagri, 2014: 7–8). Cita- dikeluarkannya undang-undang cita pendirian Kota Lubuklinggau ini tersebut dimaksudkan untuk awalnya didasarkan atas kabupaten meningkatkan penyelenggaraan Musi Rawas yang memiliki luas yaitu pemerintah, pelaksanaan 18.783,60 km2, disamping keinginan pembangunan, dan pelayanan masyarakat dan pemerintah daerah kemasyarakatan guna menjamin yang amat tinggi dalam pembentukan perkembangan dan kemajuan dimasa Kota Lubuklinggau guna upaya yang akan datang. Sebagai daerah pemerataan pembangunan. Sebelum otonom, daerah mempunyai menjadi daerah otonom, Kota kewenangan dan tanggung jawab Lubuklinggau merupakan bagian dari menyelenggarakan kehidupan 5 pemerintahan berdasarkan kepentingan Pembangunan Kota masyarakat, prinsip keterbukaan, Lubuklinggau berjalan dengan pesat partisipasi masyarakat, dan seiring dengan segala permasalahan pertanggungjawaban kepada yang dihadapinya dan menuntut masyarakat (Widjaja, 2007: 8). diterapkannya langkah-langkah yang Setelah menjadi daerah otonom dapat mengantisipasi berbagai faktor dengan disahkannya UU No. 7 Tahun penghambat perkembangan Kota 2001 maka wilayah
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages16 Page
-
File Size-