Penulis: Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Sejarah Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015

Penulis: Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Sejarah Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015

Penulis: Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Sejarah Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015 Editor: Hendra Kurniawan Agatha Cristhy Leatemia Mengulas yang Terbatas, Menafsir yang Silam Copyright © CV Jejak, 2017 Penulis: Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Sejarah Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Angkatan 2015 ISBN: 978-602-61880-4-5 Editor: Hendra Kurniawan Agatha Cristhy Leatemia Penyunting dan Penata Letak: Tim CV Jejak Desain Sampul: Meditation Art Sumber Foto: Dokumentasi Tropenmuseum, National Museum of World Cultures – Amsterdam (http://www.tropenmuseum.nl) Penerbit: CV Jejak (Jejak Publisher) Redaksi: Jln. Bojong genteng Nomor 18, Kec. Bojong genteng Kab. Sukabumi, Jawa Barat 43353 Web : www.jejakpublisher.com E-mail : [email protected] Facebook : Jejak Publisher Twitter : @JejakPublisher WhatsApp : +6285771233027 Cetakan Pertama, Juli 2017 250 halaman; 14 x 20 cm Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit maupun penulis 2 | Antusiasme mahasiswa -orang muda- saat mengikuti perkuliahan Sejarah Sosial pada semester genap 2016/2017 memberi suntikan semangat untuk mendorong mereka berlatih menulis. Kebetulan, sebagai mata kuliah pilihan, jumlah mahasiswa tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan pendampingan secara intensif. Maka perkuliahan dikemas agar tidak hanya teoretis namun juga praktik penulisan (historiografi) sejarah sosial. Setelah beberapa kali pertemuan, konsultasi dan revisi sana- sini, akhirnya diperoleh 21 tulisan sejarah sosial dengan beragam topik. Aneka ragam topik ini dikelompokkan ke dalam lima tema: budaya dan kearifan lokal; industri, kaum marginal, dan masalah kota; transportasi dan angkutan; olahraga dan kesehatan; serta media massa dan hiburan. Seluruhnya didokumentasikan dalam buku bertajuk “Mengulas yang Terbatas, Menafsir yang Silam”. Sebagai ajang latihan dan tugas perkuliahan, hasil tulisan ini tentu belum sempurna. Bahkan masih ada yang tampak sekedar kompilasi dari sumber-sumber yang terserak baik pustaka maupun internet. Kekhilafan terkait penggunaan sumber dan kesalahan penulisan barangkali juga masih terasa. Semoga para pembaca berkenan memaklumi dan memaafkan keterbatasan ini. Akan tetapi sebagai sebuah kumpulan tulisan sejarah sosial, maka pemilihan topik dan rentetan gagasan yang ditawarkan patut diacungi jempol. Segar dan menarik untuk dikembangkan lebih lanjut. Meski dalam segala keterbatasan ini, kami berharap ada tafsir masa silam yang layak disimak. Selamat membaca! Mrican, Bulan Bung Karno 2017 Hendra Kurniawan Mahasiswa Pendidikan Sejarah-Universitas Sanata Dharma| 3 4 | Pengantar Editor ~ 3 Daftar Isi ~ 5 1. NEOPRIYAYI: GAYA HIDUP INDIS MASA KOLONIAL ~10 Agatha Cristhy Leatemia 2. ARSITEKTUR INDIS: SENI BANGUNAN MASA KOLONIAL ~ 24 Vitiana Veronika 3. LOYALITAS TAN WINATES: ABDI DALEM DALAM RENTANG SEJARAH KERATON YOGYAKARTA ~ 32 Theresia Apri Lindawati 4. KARTINI TIGA ZAMAN: PEREMPUAN JAWA PADA MASA HINDIA BELANDA, PENDUDUKAN JEPANG, DAN REVOLUSI FISIK ~ 44 Bagas Prihandono 5. SRINTHIL: MUTIARA HIJAU DARI TEMANGGUNG, BERJAYA DI MASA ORDE BARU ~ 54 Iis Rochmayah Fithriyati 6. KUDUS: LINTINGAN SEJARAH PENGEPUL TEMBAKAU HANDAL ~ 65 Isra Nugraha Pratowo 7. EKSPOR TENAGA KERJA INDONESIA MASA ORDE BARU ~ 74 Alvianus Tri Oxford Zai Mahasiswa Pendidikan Sejarah-Universitas Sanata Dharma| 5 8. AKOE PENGRAJIN CIOE: MERACIK SEJARAH INDUSTRI CIU BEKONANG ~ 83 Babtista Putra Andy Kusuma Tet Hun 9. PROSTITUSI PASAR KEMBANG DARI MASA KOLONIAL BELANDA SAMPAI MASA PENDUDUKAN JEPANG ~ 97 Elisabet Bela 10. BECAK ONTHEL: EKSISTENSI BECAK TRADISIONAL SEBELUM MUNCULNYA BECAK MOTOR DI YOGYAKARTA ~ 108 Fransina Wally 11. BAJINGAN: SOPIR GEROBAK DAN PERUBAHAN PARADIGMA SOSIAL ~ 122 Arinta Widya Kurniawan 12. ANDONG: DARI ANGKUTAN PRIYAYI SAMPAI WISATA ~ 132 Georgius Arga Dewantara 13. PEMBANGUNAN JARINGAN KERETA API DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDUSTRI DI SURAKARTA TAHUN 1880-1914 ~ 143 Gregorius Arnata Kalatian 14. GEMILANG EMAS BULU TANGKIS INDONESIA (1968-1998) ~ 160 Stevani Mancanegari 15. SEPAK BOLA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL ~ 168 Erminolda Waruwu 16. SEJARAH JEMPARINGAN SAMPAI PANAHAN ~ 176 Kathrina Salma Thessalonia 6 | 17. SEJARAH HIV/AIDS DI INDONESIA: DARI PENYEBARAN HINGGA UPAYA PENCEGAHANNYA ~ 185 Marcellino Richardo Toki Paka 18. PERS TIONGHOA INDONESIA AWAL ABAD KE-20 ~ 196 Maria Isti Nugrahini 19. PENAMPILAN PENYIAR BERITA PEREMPUAN TAHUN 1980-2000 ~ 209 Yuslina Halawa 20. RINTISAN FILM NASIONAL: SEJARAH PERFILMAN TIONGHOA INDONESIA AWAL ABAD KE-20 ~ 216 Alexia Dea Ariyanti 21. DARI LAYAR TANCAP SAMPAI LAYAR LEBAR: BIOSKOP HINDIA BELANDA DAN STRATIFIKASI MASYARAKAT ~ 229 Yulia Monika Para Penulis dan Editor ~ 239 Mahasiswa Pendidikan Sejarah-Universitas Sanata Dharma| 7 8 | Sumber: http://historinu.blogspot.co.id Mahasiswa Pendidikan Sejarah-Universitas Sanata Dharma| 9 Agatha Cristhy Leatemia INDONESIA merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya, baik kebudayaan di daerah-daerah, maupun kebudayaan yang dibawa oleh bangsa asing. Berbicara mengenai kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Barat pada masa kolonial di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, tidak terlepas dari kebudayaan Indis. Kebudayaan Indis adalah proses akulturasi (pertemuan dua kebudayaan) antara kebudayaan Barat (Belanda) dan kebudayaan Timur (Jawa), yang didukung oleh masing-masing etnis berbeda dan mempunyai struktur sosial yang berbeda pula. Pertemuan dua kebudayaan antara orang-orang Belanda dan masyarakat Jawa inilah yang dinamakan kebudayaan Indis. Dampak dari adanya perubahan sosial di Indonesia melalui Politik Etis atau Politik Balas Budi yang dilaksanakan pada tahun 1900, menyebabkan adanya pertambahan dan perbaikan pendidikan untuk masyarakat Indonesia khususnya di Jawa.1 Pemerintah Kolonial memberi kesempatan kepada putra-putra kaum priyayi untuk menempuh pendidikan di Universitas Leiden (Negeri Belanda).2 Selain putra-putra dari kaum priyayi yang mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Belanda, kaum terpelajar Indonesia (pribumi) yang tidak memiliki garis keturunan priyayi atau keturunan jauh darah biru, juga diberikan kesempatan 1 Robert van Niel, Munculnya Elit Modern Indonesia, Cetakan Kedua, Bogor: Pustaka Jaya, 2009, hlm 76-77. 2 Djoko Soekiman, Kebudyaan Indis, Cetakan Kedua, Depok: Komunitas Bambu, 2014, hlm 27. 10 | oleh Pemerintah Kolonial untuk memperoleh pendidikan di Belanda bersama putra-putra dari kaum priyayi. Setelah mereka selesai menempuh pendidikan di Belanda, akhirnya mereka kembali ke Indonesia dan membantu untuk mengembangkan kebudayaan Indis sehingga mereka dikatakan sebagai golongan pendukung kebudayaan Indis. Kebudayaan Indis sangat berkembang dalam berbagai bidang berkat adanya bantuan dari putra-putra kaum priyayi dan kaum terpelajar untuk mengembangkan kebudayaan ini. Ketika putra- putra dari para kaum priyayi dan kaum terpelajar Indonesia (pribumi) tiba di Jawa, mereka membentuk kelompok sosial baru. Kelompok sosial yang dibentuk oleh mereka dikenal dengan istilah Neopriyayi (priyayi baru) atau homines novi (orang baru).3 Terbentuknya kelompok sosial baru, bukan semata-mata karena mereka merupakan keturunan atau bukan keturunan dari para kaum priyayi atau keturunan jauh darah biru, akan tetapi terbentuknya kelompok sosial baru ini dilatarbelakangi karena mereka telah memperoleh pendidikan barat di Belanda. Adanya kesempatan untuk putra-putra priyayi dan kaum terpelajar Indonesia (pribumi) untuk memperoleh pendidikan di Belanda dilatarbelakangi oleh berakhirnya “Tanam Paksa” atau “Culturstelsel” pada tahun 1870 serta munculnya “Politik Etis” pada tahun 1900. Inilah yang membuat perubahan pada pendidikan di Indonesia bagi mereka sehingga para golongan baru ini dapat menempuh pendidikan di Belanda. Selain para golongan baru ini dikenal sebagai kaum Neopriyayi atau Homines Novi yang telah memperoleh pendidikan di Belanda. Oleh karena itu mereka juga dikenal sebagai kaum cendekiawan atau golongan intelektual atau kaum elit oleh para kaum pribumi atau orang Belanda. 3 Sartono Kartodirjo, et al., Perkembangan Peradaban Priyayi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1987, hlm 102. Mahasiswa Pendidikan Sejarah-Universitas Sanata Dharma| 11 Seiring dengan berjalannya waktu, lambat laun kehidupan para pendukung kebudayaan Indis memasuki masa modernisasi yang merupakan dampak dari adanya kebudayaan Indis dalam kehidupan mereka. Contohnya dapat dilihat dari cara berpakaian, kebiasaan makan, hingga hobi. Proses modernisasi pada masyarakat Jawa ini berkembang dengan sangat cepat tetapi melalui tahap-tahap dan seiring berjalannya waktu. Dari penjelasan yang telah penulis tulis di bagian awal, penulis merasa tertarik untuk mengkaji gaya hidup Indis dari para Neopriyayi pada masa Kolonial. Penulis merasa bahwa Kebudayaan Indis di Indonesia khususnya di Jawa tidak terlepas dari pendukung kebudayaan Indis salah satunya dari kaum Neopriyayi. Dalam konteks ini penulis lebih menyoroti ranah budaya pada masyarakat Indis mulai dari munculnya budaya Indis di Jawa, siapa saja pendukung kebudayaan Indis sampai dengan gaya hidup dari para pendukung kebudayaan Indis pada masa Kolonial. Munculnya Budaya Indis Sebenarnya kata Indis di Indonesia bermula ketika dalam abad ke 16 Indonesia dikuasai oleh bangsa Portugis, yang kemudian bangsa Portugis menamakan Indonesia dengan sebutan India Portugis.4 Akan tetapi pada zaman ketika Portugis berada di Indonesia kosakata tersebut tidak begitu didengar. Belanda kemudian

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    251 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us