58 Bab Iii Peran Maria Ullfah Pada Masa Kolonial Tahun

58 Bab Iii Peran Maria Ullfah Pada Masa Kolonial Tahun

BAB III PERAN MARIA ULLFAH PADA MASA KOLONIAL TAHUN 1935-1945 A. Peran Maria Ullfah dalam masa Kolonial Belanda Maria Ullfah kembali ke Hindia Belanda pada Desember 1933, setelah sebelumnya ia melakukan perjalanan keliling Eropa. Maria Ullfah pulang ke Hindia Belanda dengan menumpang kapal laut Johan van Olderbarndveld milik perusahaan pelayaran Stoomvaart Maatschappy, Nederland.1 Setelah menempuh perjalanan laut, akhirnya kapal yang ditumpangi Maria Ullfah berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok. Bukan hanya keluarga dan kawan yang datang menyambut kedatangan Maria Ullfah, tetapi para peminat pergerakan kebangsaan dan pergerakan perempuan khususnya datang menyambutnya. Reputasi sebagai perempuan pertama Indonesia yang mendapat gelar Meester in de Rechten (Mr) membuat nama Maria Ullfah dikenal masyarakat. Para peminat dari pergerakan kebangsaan dan pergerakan perempuan datang ke Tanjung Priok untuk mengenal sosok Maria Ullfah yang cerdas dan mempunyai minat terhadap nasib kaum perempuan. Sebagai perempuan Indonesia yang mumpuni dalam bidang hukum, Maria Ullfah diharapkan dapat memajukan nasib kaum perempuan di Hindia Belanda yang masih sangat memprihatinkan. Maria Ullfah dikenal sebagai sosok perempuan yang rendah diri dan sederhana. Seorang wartawan dari majalah wanita Indonesia mengadakan wawancara dengan Maria Ullfah dan menulis, “sikapnya yang rendah diri dan pembawaannya yang sederhana. Ia berbusana kebaya dan kainnya bercorak 1 Gadis Rasid, Maria Ullfah Subadio Pembela Kaumnya. (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1982), hlm. 35. 58 59 sederhana pula”.2 Sejak kembali dari Belanda Maria Ullfah lebih memilih menggunakan baju kebaya dan berkain, dari pada menggunakan pakaian Barat yang sering ia gunakan sewaktu di Belanda. Baru pada masa kependudukan Jepang dan masa revolusi Maria Ullfah dituntut kembali menggunakan pakaian yang bergaya Barat, karena keadaan yang menghendakinya untuk dapat bergerak lebih cepat dan gesit. Pada saat kembali ke Hindia Belanda Maria Ullfah memutuskan untuk istirahat sejenak di Kuningan. Maria Ullfah memilih untuk menemani ayahnya yang seorang Bupati Kuningan sekaligus melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Untuk mengisi waktu luang sembari mengurus ayahnya, Maria Ullfah memutuskan untuk menerima tawaran bekerja sebagai tenaga honorer selama enam bulan di kantor Kabupaten Cirebon.3 Sebagai tenaga honorer Maria Ullfah bertugas untuk menyusun naskah wegverkeersordonatie (peraturan lalu lintas). Pada saat Maria Ullfah bekerja di Cirebon bulan Februari 1934, ia kedatangan seorang tamu. “Sjahrir menengok saya dan bersama-sama berjalan- jalan di Pasuketan daerah pertokoan Cirebon”, kenang Maria Ullfah dalam buku Mengenang Sjahrir.4 Maria Ullfah kehilangan kontak dengan Sjahrir pada tahun 1931, ketika Sjahrir tiba-tiba pulang ke Hindia Belanda tanpa menyelesaikan studi 2 Ibid., 3 Mohamad Cholid, dkk, “Maria Ulfah Kekasih Abadi Soebadio”, Tempo, 23 April, 1988, hlm. 109. 4 Maria Ullfah Subadio, “Bung Sjahrir”, Mengenang Sjahrir. (Jakarta: PT Gramedia, 1980), hlm. 93. 60 Hukumnya di Amsterdam. Kondisi perjuangan politik bangsa Indonesia yang lumpuh akibat ditangkapnya Ir. Soekarno dan dibubarkannya PNI membuat Sjahrir harus kembali ke Indonesia dan melanjutkan perjuangan sekaligus mengisi kekosongan kepemimpinan pergerakan nasional. Pertemuan antara keduanya membuat Maria Ullfah bahagia, karena sudah lama ia tidak melihat dan mendengar kabar dari sahabatnya. Mereka bercakap-cakap dan saling bertukar pengalaman ketika kembali ke Hindia Belanda. Sjahrir bertanya kepada Maria Ullfah tentang perasaannya bekerja sebagai tenaga honorer di Kabupaten Cirebon. Maria Ullfah menjawab dengan jujur bahwa ia kurang nyaman dengan pekerjaannya sekarang, tetapi Maria Ullfah ingin memenuhi permintaan ayahnya untuk mendampinginya beberapa bulan. Setelah permintaan ayahnya terpenuhi maka Maria Ullfah akan melakukan apa yang ia cita-citakan, yaitu untuk memajukan rakyat Indonesia, khususnya kaum perempuan Indonesia yang masih tertinggal. Maria Ullfah pun mengundang Sjahrir untuk berkunjung ke Kuningan dan berkenalan dengan Raden Mohammad Achmad. Karena sedang ada urusan lain, maka Sjahrir berjanji kepada Maria Ullfah untuk pergi bersama ke Kuningan setelah Maria Ullfah pulang bekerja. Sepulang bekerja Sjahrir tidak kunjung datang dan akhirnya Maria Ullfah pulang sendiri ke Kuningan. Menghilangnya Sjahrir dari Cirebon dikarenakan sejak datang Sjahrir telah menjadi buronan polisi. Sjahrir menjadi buronan polisi rahasia Belanda (PID atau Politieke 61 Inlichtingen Dienst)5 karena kegiatan politiknya. Kegiatan Sjahrir dipartai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) menjadikannya sebagai sasaran PID. Sjahrir yang telah mengetahui bahwa dirinya sudah diincar polisi Belanda segera meninggalkan Cirebon dan pergi ke Semarang. Pada tanggal 26 Februari 1934, secara mendadak pemerintah menangkap beberapa anggota PNI Baru, yaitu Hatta, Sjahrir, Maskun, Burhanuddin, Marwoto, dan Bondan.6 Kabar ditangkapnya Sjahrir akhirnya terdengar oleh Maria Ullfah, dalam buku Mengenang Sjahrir Maria Ullfah menuliskan bahwa Sjahrir ditangkap dan dimasukkan dalam penjara Cipinang. Bertahun-tahun Maria Ullfah kembali kehilangan kontak dengan Sjahrir, dan baru pada masa pendudukan Jepang mereka bertemu kembali. Bersama dengan Moh. Hatta dan beberapa kawannya, Sjahrir akhirnya dibuang ke Tanah Merah (Boven Digoel) sebuah tempat pengasingan yang disediakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Boven Digoel pada awalnya dimaksudkan sebagai tempat pengasingan bagi orang-orang komunis yang 5 PID atau Politiek Inlichtingen Diensti adalah polisi yang ditugaskan untuk mengawasi gerakan-gerakan nasional, PID disebar dan diberi kekuasaan untuk menghadiri setiap rapat baik yang bersifat politik maupun tidak, serta diberi wewenang untuk menghentikan pembicaraan yang mengecam politik pemerintah, membubarkan rapat, dan menangkap peserta yang dicurigai. PID dapat dikatakan sebagai badan penyelidik yang merupakan momok bagi gerakan nasional Indonesia dan merupakan alat kolonial yang ampuh untuk melumpuhkan gerakan nasional. PID merupakan wujud balas dendam dari De Jonge (Gubernur Jenderal pengganti De Graeff) yang dikalahkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam oronisasi pemerintah mengenai sekolah liar, lihat Slamet Muljana, Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan Jilid I. (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2008), hlm. 221. 6 Ibid., hlm. 225. 62 membahayakan pemerintahan Hindia Belanda, tetapi dalam perkembangannya Boven Digoel-pun digunakan untuk kaum nasionalis yang dianggap berbahaya. Digoel sebagai tempat pengasingan memang terkenal sebagai tempat pengasingan yang paling kejam dan menyedihkan. Pemerintah Hindia Belanda berharap ketika seseorang diasingkan ke Boven Digoel mereka akan bertobat dan mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial. Namun sebagian dari para buangan tersebut lebih memilih tetap melawan pemerintah. Setelah menyelesaikan tugasnya di kantor Kabupaten Cirebon dan melepas rindu kepada ayahnya, Maria Ullfah memutuskan untuk pindah ke Batavia. Di Batavia Maria Ullfah memutuskan untuk terjun ke kancah pergerakan nasional Indonesia.7 Batavia dipilih oleh Maria Ullfah sebagai tempat mewujudkan cita-citanya karena Batavia merupakan tempat berkumpulnya semua cendikiawan Indonesia. Selain itu, Batavia juga merupakan pusat aktivitas pergerakan kebangsaan selain di Surabaya dan Bandung. Pada bulan Agustus 1934 Maria Ullfah mendapat surat dari Batavia. Kawan lamanya yang bernama Soegiati mengajaknya untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya pada suatu lembaga pendidikan yang diadakan oleh perkumpulan Muhammadiyah. “Soegiarti kirim surat kepada saya. Dia menawari saya jadi guru di sekolah Muhammadiyah. Dia sudah kenal saya, sudah tahu sifat- sifat saya”, kata Maria Ullfah dalam wawancaranya dengan Dewi Fortuna 7 Bonnie Triyana, dkk, “Luka Bibi di Hati Maria”, Historia, Nomor I, 2012, hlm. 26. 63 Anwar.8 Pada saat itu Soegiarti menjadi pengajar pada sekolah menengah Muhammadiyah di Batavia. Tawaran Soegiarti tersebut diterima Maria Ullfah dengan senang hati dan dengan restu Raden Mohammad Achamad akhirnya Maria Ullfah berangkat ke Batavia. Di Jakarta Maria Ullfah tinggal menumpang di rumah saudaranya, yaitu keluarga Suria Santoso di Bilangan Tenabang II. Nyonya Santoso adalah bibi Maria Ullfah adik dari ayahnya, sedangkan pamannya yang bernama Suria Santoso adalah seorang perwira didikan Belanda dari Akademi Militer Belanda di Breda. Paman Maria Ullfah adalah seorang perwira pada tentara kolonial Belanda yang dikenal dengan nama KNIL (Koniklijk Nederlands Indisch Leger).9 Jabatan paman Maria Ullfah sangat bertentangan dengan kegiatan-kegiatannya di dalam pergerakan nasional. Paman Maria Ullfah yang seorang perwira pemerintahan Belanda sering menegur kegiatan Maria Ullfah. Hal tersebut membuat Maria Ullfah dilanda rasa tidak enak, sehingga ia memutuskan untuk pindah dari rumah pamannya. Bersama kawan lamanya di Leiden yang bernama Siti Soendari, Maria Ullfah menyewa rumah di jalan Salemba Tengah (Struiswijkstraat). Siti Soendari lulus dari Fakultas Hukum Leiden tahun 1934, satu tahun setelah Maria Ullfah pulang ke Hindia Belanda. Setelah kembali ke Hindia Belanda Siti Soendari bekerja di Departemen Kesehatan Umum di Batavia, merangkap sebagai guru 8 ANRI, Sejarah Lisan Tahun 1973-1994 No. 154, Maria Ulfah- Dewi Fortuna Anwar Jalan Guntur 49, 1983, kaset 1. 9 Gadis Rasid, op.cit., hlm. 38. 64 sekolah menengah.10 Sejak di Leiden Maria Ullfah tinggal bersama Siti Soendari di Witte Singel 25, sehingga ketika kembali hidup bersama di Batavia keduanya

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    55 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us