
ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DAERAH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KAWASAN GERBANGKERTOSUSILA PROVINSI JAWA TIMUR Lailatul Fitriyah dan Lucky Rachmawati Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRACT The problem of imbalance income is one of important problem in region economic development at sector GERBANGKERTASUSILA, East Java Province. The purpose of this research was to know the overview of GRDP of regency/city, analyzing imbalance level of income and it correlation with residents prosperity and find where sector giving more contribution for GRDP at year 2007-2011. Data used in this research was secondary data and method of collecting data used was documentation method. Analysis tool used to know the overview of GRDP and sector contribution was descriptive analysis. While to know the imbalance level of income used Williamson Index. Result of this research shows that GRDP of regency/city sustaining improvement annually. The imbalance income at sector GERBANGKERTASUSILA classified as high (close to 1) and tends to increased annually. Regency/city which has lower imbalance income with better prosperity level was Gresik Regency, Mojokerto Regency, Mojokerto City, and Sidoarjo Regency. Whereas regency/city has moderate imbalance income with middle-low prosperity was Bangkalan Regency. Regency/city sectors contribution dominated by commerce sector and processing industry sector. Keywords: GRDP, imbalance income, sector contribution Pembangunan daerah bertujuan untuk oleh daerah yang efisien dan efektif menuju meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan kemandirian daerah dan kemajuan yang merata rakyat di daerah, melalui pembangunan (Tambunan,2003:40). Namun pada ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, baik kenyataannya selama ini pembangunan hanya antar sektor maupun antar pembangunan ditunjukan untuk pencapaian tingkat sektoral dengan perencanaan pembangunan pertumbuhan ekonomi, bukan peningkatan 1 taraf hidup masyarakatnya. Artinya tingkat industri ataupun aktivitas ekonomi menjadi pertumbuhan yang tinggi tidak diimbangi mengelompok dan membentuk suatu dengan tingkat pemerataan distribusi hasil aglomerasi. pembangunanya. Jadi, pembangunan ekonomi Jawa Timur merupakan salah satu dikatakan berhasil apabila suatu provinsi yang terdapat di Pulau Jawa memiliki daerah/wilayah dapat meningkatkan luas wilayah 46.428,57 km2, terbagi menjadi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf 38 kabupaten/kota, 640 kecamatan dan 8.464 hidup masyarakat secara merata atau yang desa yang mempunyai keragaman antar daerah. dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia Keragaman antar daerah ini terjadi karena (IPM). Rendahnya IPM akan berakibat pada adanya perbedaan karakteristik alam, ekonomi, rendahnya produktivitas dari penduduk. sosial dan budaya. Dimana sebaran Produktivitas yang rendah berakibat pada sumberdaya ini tidak merata serta rendahnya perolehan pendapatan, sehingga pertumbuhan pusat pertumbuhan perdagangan dengan rendahnya pendapatan menyebabkan dan industri hanya terkosentrasi pada beberapa banyaknya jumlah penduduk miskin. tempat saja. Hal tersebut membuat Pertumbuhan ekonomi suatu daerah pembangunan ekonomi daerah yang memiliki dapat dilihat dari peningkatan Produk keunggulan pada salah satu bidang menjadi Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan lebih tinggi dari daerah lainya, sehingga meningkatnya pertumbuhan ekonomi tidak tingkat ketimpangan antar daerah menjadi selamanya diikuti dengan pemerataan. tinggi. Kuncoro (2004:127) menyatakan Kawasan GERBANGKERTOSUSILA pembangunan dalam lingkup Negara secara merupakan salah satu satuan wilayah spasial tidak selalu merata. Beberapa daerah pembangunan (SWP) yang berada di Provinsi dapat mencapai pertumbuhan yang signifikan, Jawa Timur. Menurut pendapat yang sementara beberapa daerah lainnya mengalami dikemukakan oleh Glaeser dan Khan (2003) pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah kawasan ini memiliki sektor unggulan industri yang tidak mengalami kemajuan yang sama serta memiliki kedekatan lokasi. disebabkan karena kurangnya sumber-sumber GERBANGKERTOSUSILA terdiri dari: yang dimiliki dan adanya kecenderungan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, pemilik modal (investor) memilih daerah Sidoarjo, Lamongan, yang menjadikan perkotaan atau daerah yang memiliki fasilitas, Surabaya (daerah nodal) menjadi pusat seperti prasarana perhubungan, jaringan listrik, kegiatan ekonominya. jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi, Tujuan dengan dibentuknya kawasan dan tenaga yang terampil. Sementara itu, GERBANGKERTOSUSILA sebagai upaya perbedaan potensi dan fasilitas serta membuat regionalisasi dengan menekankan kemudahan pada tiap daerah, akan membuat kemandirian terhadap wilayah kabupaten/kota. 2 Kawasan tersebut merupakan salah satu dibandingkan kabupaten/kota lainnya. kawasan aglomerasi di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan Kabupaten Bangkalan memiliki (Landiyanto, 2005). nilai PDRB perkapita terendah. PDRB kawasan Kabupaten/kota yang memiliki nilai PDRB GERBANGKERTOSUSILA dari tahun 2007 perkapita diatas rata-rata Provinsi Jawa Timur dan 2011 selalu mengalami kenaikan. Kota adalah Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, Surabaya, sebagai pusat pemerintahan dan Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Mojokerto. pusat perekonomian tetap menjadi pendukung Sedangakan Kabupaten Bangkalan, Kabupaten utama dalam pembentukan PDRB Jawa Timur, Mojokerto dan Kabupaten Lamongan berada di baik pada tahun 2007 maupun pada tahun bawah rata-rata PDRB perkapita Provinsi Jawa 2011. Pada tahun 2011, Kota Surabaya Timur. Hal ini mengidentifikasikan adanya memberikan kontribusi tertinggi sebesar 27,30 ketimpangan antar kabupaten/kota di Kawasan %, diikuti dengan Kabupaten Sidoarjo 7,65%, GERBANGKERTOSUSILA Provinsi Jawa Kabupaten Gresik 4,98%, Kabupaten Timur. Mojokerto 2,47%, Kabupaten Lamongan Apabila pertumbuhan hanya terpusat 1,56%, Kabupaten Bangkalan 0,98% dan pada daerah-daerah pusat pertumbuhan saja terendah pada Kota Mojokerto 0,37%. maka trickle down effect (dampak penetesan Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa kebawah) yang diharapkan akan sulit tercapai. Kota Surabaya memiliki kontribusi yang lebih Ketidakmerataan pertumbuhan ini tinggi dibandingkan dengan kawasan menyebabkan adanya ketimpangan GERBANGKERTOSUSILA yang lain yang pembangunan di Jawa Timur khususnya pada jauh dibawahnya. kawasan GERBANGKERTOSUSILA. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi Berdasarkan pemaparan diatas, maka diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang “ masyarakat dimana pada saat pertumbuhan Analisis Ketimpangan Pembangunan Daerah ekonomi suatu wilayah meningkat akan Serta Hubungannya Dengan Kesejahteraan mengurangi ketimpangan di dalam wilayah Masyarakat Di Kawasan Gerbangkertosusila tersebut, akan tetapi pertumbuhan ini harus Provinsi Jawa Timur”. diimbangi dengan pemerataan pendapatan per Tujuan yang diharapkan dalam kapita bagi seluruh masyarakat daerah tersebut. penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui PDRB perkapita kabupaten/kota di gambaran umum PDRB kabupaten/kota. (2) Kawasan GERBANGKERTOSUSILA, untuk menganalisa tingkat ketimpangan serta Propinsi Jawa Timur mempunyai perbedaan hubungannya dengan kesejahteraan yang signifikan dan setiap tahunnya masyarakat. (3) untuk menhetahui sektor mana menunjukan peningkatan. Kota Surabaya yang berkontribusi besar terhadap PDRB di memiliki PDRB perkapita tertinggi 3 Kawasan Gerbangkertosusila Provinsi Jawa masyarakatnya mengelolah setiap sumberdaya Timur tahun 2007-2011. yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru Pembangunan Ekonomi Daerah dan merangsang perkembangan kegiatan Dalam buku Todaro (2006:11-12), ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam mendefinisikan pembangunan ekonomi wilayah tersebut. Tolak ukur keberhasilan sebagai suatu proses multidimensional yang pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan mencakup perubahan struktur, sikap hidup dan ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan kelembagaan. Selain itu juga pembangunan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan ekonomi mencangkup peningkatan antar sektor. pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan distribusi pendapatan dan Teori Mydral Mengenai Dampak Balik pemberantasan kemiskinan, demi Myrdal dalam Jhingan (2010:211- menghasilkan rentetan kemajuan ekonomi 212), berpendapat bahwa pembangunan yang benar-benar bermanfaat dan melaui ekonomi menghasilkan suatu proses sebab proses yang efisien. menyebab sirkuler yang membuat si kaya Sukirno (2006:3) juga mengartikan mendapat keuntungan semakin banyak, dan bahwa pembangunan ekonomi merupakan mereka yang tertinggal di belakang menjadi serangkaian usaha dalam suatu perekonomian semakin terhambat. Dampak balik (backwash untuk mengembangkan kegiatan ekonominya effect) cenderung membesar dan dampak sebar sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, (spread effect) semakin mengecil. Semakin perusahaan semakin banyak dan berkembang, kumulatif kecenderungan ini semakin taraf pendidikan semakin tinggi dan tekhnologi memperburuk ketimpangan internasional dan semakin meningkat. Sebagai implikasi dari menyebabkan ketimpangan regional di negara- perkembangan ini diharapkan kesempatan negara terbelakang. Myrdal mendefinisikan kerja akan bertambah, tingkat pendapatan dampak balik (backwash effect) sebagai semua meningkat dan kemakmuran masyarakat perubahan yang bersifat merugikan dari menjadi semakin tinggi. Hal ini berarti ekspansi suatu ekonomi disuatu tempat karena pembangunan ekonomi sebagai proses yang sebab-sebab di luar
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages16 Page
-
File Size-