MOTIF DAN MAKNA SIMBOLIS BATIK INCUNG KERINCI: PERSPEKTIF SEJARAH Motifs and Syimbolic Meaning of Incung Batik Kerinci: Historical Perspective

MOTIF DAN MAKNA SIMBOLIS BATIK INCUNG KERINCI: PERSPEKTIF SEJARAH Motifs and Syimbolic Meaning of Incung Batik Kerinci: Historical Perspective

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019 eISSN 2715-7814 Yogyakarta, 08 Oktober 2019 MOTIF DAN MAKNA SIMBOLIS BATIK INCUNG KERINCI: PERSPEKTIF SEJARAH Motifs and Syimbolic Meaning of Incung Batik Kerinci: Historical Perspective Nandia Pitri¹, Herwandi Herwandi², dan Lindayanti Lindayanti3 ¹Author, Mahasiswa Magister Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas 2,3 Corresponding Author, Dosen Magister Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas Korespondensi Penulis Email : [email protected] Kata kunci: motif, makna simbolis, batik incung Keywords: motives, symbolic meaning, incung batik ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif dan makna simbolis batik incung dalam perspektif sejarah. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dalam mengumpuldata melalui studi pustaka dan studi wawancara, menyeleksi dan menguji data secara kritis sehingga menghasilkan fakta sejarah yang sesuai di lapangan. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan model interaktif. Hasil penelitian didapatkan bahwa batik incung di Kerinci merupakan salah satu batik ang diawali dengan adanya peraturan pemerintah Kerinci tahun 1995. Keunikan dari batik incung di Kerinci ini adalah dengan menjadikan aksara incung atau aksara Kerinci kuno sebagai motif utamanya yang digabungkan dengan motif flora dan fauna serta kebudayaan yang ada di Kerinci sebagai motif tambahannya. Batik ini memiliki makna pada setiap motifnya. Ada beberapa motif batik yang dikembangkan di Kerinci, 1) motif incung dan masjid agung berisi berbagai macam ornamen kuno Kerinci, yang melambangkan struktur sosial masyarakat Kerinci, 2) motif incung dan pohon bambu berisi tentang pemanfaatan alam sebagai sumber kehidupan masyarakat Kerinci, 3) motif incung dan lalau ka sawoah (turun ke sawah) berisi tentang saling bergotong royong dalam membantu bercocok tanam, 4) motif incung dan pakaian adat Kerinci berisi status sosial seseorang dalam masyarakat, dan 5) motif incung dan karamentang berisi tentang pemberitahuan kepada masyarakat lain jika dilaksanakan upacara sakral oleh masyarakat lainnya di Kerinci serta motif lainnya. Batik ini mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai ikon pariwisata Kerinci, sebab menggambarkan kondisi sosial budaya Kerinci. ABSTRACT This study aims to determine the motives and symbolic meaning of incung batik in a historical perspective. This research uses historical methods in collecting data through literature studies and interview studies, selecting and testing data to produce appropriate historical facts in the field. Data analysis techniques in this study using an interactive model. The results showed that incung batik in Kerinci was one of the batik that began with the Kerinci government regulation in 1995. The uniqueness of incung batik in Kerinci was to make incung or ancient Kerinci script as its main motif combined with flora and fauna motifs and culture in Kerinci as an additional motive. This batik has a meaning in every motif. There are several batik motifs developed in Kerinci, 1) the incung motif and the grand mosque containing various kinds of ancient Kerinci ornaments, which symbolize the social structure of the Kerinci community, 2) the incung motif and the bamboo tree contain about the use of nature as a source of life for the Kerinci community, 3) the motif incung and lalau ka sawoah (down to the rice fields) contains cooperation in helping to grow crops, 4) incung motives and Kerinci traditional clothing containing one’s social status in society, and 5) incung and karamentang motives containing A5-1 Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019 eISSN 2715-7814 Yogyakarta, 08 Oktober 2019 notices to other communities if implemented sacred ceremonies by other people in Kerinci and other motifs. This batik has the potential to an icon of Kerinci tourism, because it illustrates the social and cultural conditions of Kerinci. A5-2 Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019 eISSN 2715-7814 Yogyakarta, 08 Oktober 2019 PENDAHULUAN Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan budaya yang beragam. Salah satunya adalah batik dan termasuk karya tradisional yang turun-temurun, bermutu tinggi dan telah dikenal di seluruh dunia. Batik merupakan salah satu produk industri kreatif yang syarat dengan nilai budaya Indonesia. Batik tidak hanya dipakai oleh bangsawan keraton untuk kegiatan resmi, tetapi juga hampir semua lapisan masyarakat sudah memiliki dan pernah memakai batik dalam kegiatan resmi maupun kegiatan sehari-hari (Aditia, 2014). Kain batik adalah salah satu jenis kain yang berdekorasi khas Indonesia yang mendapatkan pengakuan dari UNESCO mengakui bahwa batik sebagai warisan tak benda bagi Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009, yang diperkuat oleh Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 yang menetapkan bahwa tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional (Salma, 2013). Batik Indonesia tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, tetapi juga menjadi daya tarik masyarakat luar negeri. Eksistensi batik Indonesia ini didukung oleh perkembangan batik dengan keunikan motif, pewarnaan, makna simbolis yang terkandung di dalam sehelai kain batik. Selain itu, eksistensi batik ini juga dipengaruhi oleh faktor pengrajin dengan cara meningkatkan kualitas motif batik untuk membuat daya tarik bagi konsumen (Salma, 2013). Batik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh permintaan dan selera konsumen, sehingga perkembangan industri batik di Indonesia selalu memahami perkembangan pasar batik yang berkaitan dengan penampilan, corak, kegunaannya yang disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pasar dalam dan luar Kerinci terletak di kawasan dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang gugus barat Pulau Sumatera. Kawasan ini memiliki keragaman hayati yang tumbuh pada ketinggian yang berbeda-beda. (Ramli, 2005). Kerinci merupakan salah satu wilayah yang ada di Indonesia yang menjadi wilayah penghasil batik yang cukup dikenal oleh masyarakat luas, baik masyarakat Kerinci sendiri maupun masyarakat luar, seperti Masyarakat Kota Jambi, Solok Selatan, Jakarta, Solo, dan lain sebagainya. Keunikan dari batik yang diproduksi oleh masyarakat Kerinci ini adalah motif yang digunakan dengan motif aksara Kerinci Kuno yang disebut sebagai aksara incung, sehingga batik di wilayah ini disebut sebagai batik incung. Selain motif aksara incung, industri batik di Kerinci ini juga mengembangkan yang diambil berdasarkan ciri khas kotanya, seperti potensi daerah, kultur alam, budaya dan artefak sejarah. Keunikan dan kekhasan motif batik incung di Kerinci ini menyebabkan batik incung berkembang terus-menerus. Perkembangan batik yang ada di Kerinci termasuk dalam kategori industri kecil. Industri kecil di Indonesia umumnya adalah industri kerajinan rakyat, yang semula tumbuh atas dasar kebutuhan praktis dan sosial kultur (Soeroto, 1983). Industri kecil yang berkembang di Indonesia adalah industri batik yang tumbuh bukan hanya di Pulau Jawa, tetapi juga di Sumatera yaitu di Jambi. Perkembangan batik di Jambi sudah dimulai pada tahun 1928 yang ditandai dengan pemakaian batik menjadi busana eksklusif dan simbol aristokrasi Keraton A5-3 Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019 eISSN 2715-7814 Yogyakarta, 08 Oktober 2019 Sumatera termasuk di Jambi yang dipakai dalam upacara adat, upacara keagamaan, dan seremonial istana, sebagaimana yang terlihat pada desain, motif, warna, fungsi, maupun jenis batik yang dihasilkan (Karmela, 2014). Batik di Provinsi Jambi ini berkembang juga di beberapa daerah, seperti Kabupaten Kerinci, Kota Sungaipenuh, Tanjungjabung Barat, Tanjungjabung Timur, Sarolangun, Bangko, Muarabungo, Muara Jambi, Muara Tebo, dan Batanghari. Setiap wilayah ini memiliki ciri khas keunikan desain motif, corak serta warna yang digunakan dari masing-masing daerah tersebut. Industri batik incung di Kerinci ini mulai ada yaitu ada tahun 1995 setelah dilakukannya pelatihan oleh Bupati Kerinci Bambang Sukowinarno. Pada tahun 1995 yang merupakan awal perkembangannya, ada 6 sanggar batik di Kerinci, yaitu sanggar batik Karang Setio, Puti Kincai, Limo Luhah, Puti Masurai, Iluk Rupo, dan Salon Suhak. Keunikan batik incung di Kerinci ini adalah mampu menggunakan aksara incung yang merupakan sebuah kebudayaan dari masyarakat Kerinci itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa batik incung di Kerinci ini mengembangkan kearifan lokal yang ada di daerahnya sendiri (Time, 2013). Berdasarkan keunikan-keunikan motif dan ide gagasan penciptaan motif yang kaya akan makna-makna simbolis, maka penelitian ini berjudul “Motif dan Makna Simbolis Batik Incung: Perspektif Sejarah”. Fokus masalah pada penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih jauh bagaimana batik incung dikembangkan di Kerinci. Dalam tulisan ini bermaksud untuk mengidentifikasi ide gagasan dalam penciptaan motif batik incung serta unsur visual yang terdapat dalam setiap motif. Dalam setiap motif batik, terdapat makna simbolis yang terkandung, namun terkadang sebagian besar masyarakat tidak mengetahui makna simbolis yang terkandung dalam motif batik tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi sejarah yang dibagi ke dalam empat tahapan, yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi (Gottschalk, 2007). Mestika Zed mengatakan bahwa metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses yang berwujud historiografi. Dalam hal ini metode sejarah digunakan agar dapat merekonstruksi kembali peristiwa

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    16 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us