PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI IMAJINASI (DETEKTIF) GAGAKLODRA TENTANG MASYARAKAT CINA 1930-1953 TESIS Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M. Hum) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Disusun oleh: Heri Kusuma Tarupay NIM: 146322017 PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI IMAJINASI (DETEKTIF) GAGAKLODRA TENTANG MASYARAKAT CINA 1930-1953 Heri Kusuma Tarupay ABSTRAK Dua tahun sesudah Sumpah Pemuda 1928 dan dua puluh dua tahun setelah dibentuknya Budi Oetomo 1908, serial detektif Gagaklodra (1930) mulai diterbitkan. Serial yang terbit antara tahun 1930-1953 ini ditulis oleh seorang Cina peranakan bernama Njoo Cheong Seng (1902-1962). Njoo adalah juga wartawan, penulis novel dan pemain drama yang lahir dan hidup pada periode kolonial Hindia- Belanda, pendudukan Jepang dan Indonesia awal. Perannya sebagai wartawan dan novelis telah membantunya untuk lebih jeli melihat situasi dan kondisi masyarakat, menulis dan kemudian mengabarkan kepada para pembacanya. Hal yang paling spesial adalah keterlibatannya dalam dunia pertunjukan yaitu teater profesional, telah membawanya ke berbagai tempat di Hindia, India dan wilayah sekitarnya. Kehadirannya sebagai wartawan dan novelis di berbagai tempat, dalam berbagai konteks sosial dan politis dan keterlibatannya dalam peristiwa-peristiwa tertentu, telah membentuk pengalamannya untuk menghasilkan keterbayangan secara serialitas masyarakat nasionalis ideal seturut gagasan Benedict Anderson. Tulisan ini merangkaikan kehidupan Njoo Cheong Seng, dengan kondisi sosial, politik dan budaya yang memungkinkan ambivalensi Gagaklodra (detektif sekaligus kriminal) hadir di masyarakat. Merentang dalam periode kekuasaan Hindia Belanda (1930-1942), Jepang (1942-1945) dan Indonesia awal (1945-1953), Gagaklodra memperlihatkan permasalahan kriminal dalam masyarakat kolonial berupa struktur yang timpang, ambivalen, dan keterbayangan ironis yang membuat masyarakat Cina terus-menerus mengalami diskriminasi SARA hingga Indonesia kontemporer. Dalam konteks inilah, Gagaklodra menyuarakan nasionalisme kerakyatan sebagaimana muncul pada masa revoloesi pemoeda (1942-1946). Gagasan Nasionalisme kerakyatan inilah yang oleh Benedict Anderson dianggap mampu memberikan keterbayangan akan suatu bangsa yang disebutnya “sesuatu yang terbayang karena para anggota bangsa terkecil sekali pun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka itu, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar tentang mereka. Namun toh di benak setiap orang yang menjadi anggota bangsa itu hidup sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka” (Anderson, 2008: 8). Pada titik inilah, Gagaklodra berusaha menunjukkan gagasan yang kreatif, alternatif atau revolusioner mengenai masyarakat plural berdasar nasionalisme kerakyatan. Kata Kunci: Njoo Cheong Seng, Gagaklodra, Kriminal, Detektif, Cina vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI THE IMAGINATION OF GAGAKLODRA (THE DETECTIVE) ABOUT CHINESE SOCIETY 1930-1953 Heri Kusuma Tarupay ABSTRACT Two years after Sumpah Pemuda (the Youth Pledge) in 1928 and twenty two years after Budi Utomo was established in 1908, the series of Gagaklodra detective (1930) was created. This serial story launched in 1930-1953 was written by a Chinese descendant Njoo Cheong Seng (NCS) (1902-1962). Besides being a writer, NCS is also a journalist, a novelist, as well as a theater actor who born and lived during Netherland-Indies colonization, Japanese occupation and early Indonesia. His role as a journalist and a novelist helped him to carefully observe the social conditions, which then written and shared to the readers. The most special thing is his involvement in the stage performance, which is a professional theater, that had brought him to many places in the Netherland Indies, India and its surroundings. His presence as a journalist and a novelist in many places, in lots of sociopolitical context and his involvement in the particular moments, had built his experiences to create series imagination about an idealistic-nationalist society, as followed in Benedict Anderson’s concept. This writing intertwines the life of NCS by carrying social, cultural and political conditions which possibly overcomes the ambivalence of Gagaklodra (as a detective yet a criminal) in the society. Among the periods of Netherland Indies governance (1930-1942), Japanese occupation (1942-1945), and early Indonesia (1945-1953), Gagaklodra portrays criminal problems in the relation to colonialized society which have imbalanced social structures, ambivalence, and ironic imagination that dragged Chinese people continuously undergo the identity discrimination (ethnic, religion, and race) until the period of contemporary Indonesia. By this context, Gagaklodra echoes nationalism as it occurs in the time of youth revolution (1942-1945). This idea of Anderson’s Nationalism enables to provide imagination about a nation ‘it is imagined because the members of even the smallest nation will never know most of their fellow-members, meet them, or even hear of them, yet in the minds of each lives the image of their communion’ (Anderson, 1998: 6). At this point, Gagaklodra tries to convey a creative, alternative, and revolutionary ideas about plural society based on the nationalism. Keywords: Njoo Cheong Seng, Gagaklodra, Criminal, Detective, Chinese vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Dengan selesainya tesis ini ditulis, selesai pula kewajiban terhadap institusi pendidikan tempat penulis menuntut ilmu selama lebih dari tiga tahun sejak diterima pertama kali menjadi mahasiswa di Program Studi Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma pada bulan Agustus 2014. Bahan untuk topik ini pertama kali diperkenalkan oleh Drs. Dias Pradadimara, MA., dosen selama menempuh pendidikan di tingkat S1 jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin dalam satu perbincangan di Ruang Jurnal Lensa Budaya, tempat penulis bekerja membantu beliau sehari-harinya setelah menyelesaikan pendidikan S1. Pada waktu itu yang dibayangkan adalah imajinasi terhadap kota kolonial saat serial ini mulai ditulis. Seperti juga yang sudah diulas oleh Doris Jedamski dalam penelitiannya mengenai serial detektif di Hindia. Setelah menemukan bahan lengkap tulisan Gagaklodra, yang melengkapi dua koleksi pertama penulis, yang dibantu oleh Umar (olehnya itu penulis berterima kasih), titik pandang ini berubah, dengan lebih melihat imajinasi mengenai masyarakat Cina. Perubahan pandangan ini, tidak akan bisa berjalan mulus, tanpa bantuan rekan-rekan angkatan 2014 IRB, dimana sebelum benar-benar diperbincangkan dalam mata kuliah formal untuk penulisan proposal, kami telah berdiskusi panjang lebar mengenai topik rekan- rekan seangkatan. Olehnya itu terima kasih kepada Abet, Bang Andreo, Cholis, Linda, Ben, Bang Riston, Pinto, Dalijo, Malcom, Bayu, Arman, Topan, Wawan, Frans, Ajay Can, Wisnu, Martha, Wahono untuk sumbangan pemikiran dan semoga persahabatan kita tetap terjaga. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Rasa-rasanya sulit membayangkan bentuk tesis seperti yang ada saat ini, tanpa bimbingan dari Dr. Katrin Bandel selaku Pembimbing I dan Dr. Alb. Budi Susanto, S.J., selaku Pembimbing II. Keduanya telah memberikan masukan sesuai dengan bidangnya masing-masing terhadap penulis, untuk itu hormat dan terima kasih penulis sampaikan. Dosen di Ilmu Religi dan Budaya, Prof. Dr. Supratiknya, Dr. St. Sunardi, Dr. G. Budi Subanar, S.J., Dr. Baskara T. Wardaya, S.J., Dr. Y. Tri Subagya, Dr. Bagus Laksana, S.J., Dr. Yustina Devi Ardhiani, M. Hum., dan Dr. Phil. Vissia Ita Yulianto, dengan bidang ilmu masing-masing dan berbagai jenis mata kuliah telah memberikan ilmu baru, penulis sampaikan salam hormat dan terima kasih. Kepada para staf administrasi, Mbak Christina Desy Hapsari, Mbak Dwityas Anindita dan Pak Mulyadi Aloysius, terima kasih untuk bantuan pelayanan yang luar biasa selama penulis menempuh pendidikan di IRB. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan yang penulis temui saat menempuh pendidikan di IRB, yang karena keterbatasan ruang tidak dapat disebutkan satu- persatu. Terima kasih untuk Putri Ayu Rezkiyana persahabatannya selama beberapa bulan terakhir ini dan atas bantuannya membaca abstrak dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Selama menempuh pendidikan di Yogyakarta, penulis mendapat banyak bantuan dari keluarga Bu Bondan Hermani Slamet dan Bu Retno Murwanti, penulis ucapkan banyak terima kasih. Penulis sulit membayangkan untuk bisa sampai pada tahap ini, tanpa bantuan dari beliau. Untuk kedua kalinya, karya tulis yang penulis telah selesaikan, kupersembahkan kepada Papa Darius Tarupay, BA dan Mama Ranti S. Doda. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Keduanya tidak pernah tahu topik yang penulis kerjakan, akan tetapi mereka selalu memberikan kebebasan dan dorongan untuk pendidikan penulis. Tidak ada yang lebih bernilai selain Papa dan Mama. Kepada ketiga saudara penulis, Benny Tarupay, Utami Dewi dan Aditya Tarupay, terima kasih untuk dorongannya selalu dan terima kasih sudah menggantikan tugas menjaga Papa dan Mama selama penulis menempuh pendidikan. Tidak ada nama-nama yang telah penulis sebutkan dalam kata pengantar ini yang bertanggungjawab terhadap kesalahan dalam
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages222 Page
-
File Size-