
Agus Sunyoto SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU pustaka-indo.blogspot.com i sASTRA JENDRA Hayuningrat pANGRUWATing dIYU ii Agus Sunyoto pustaka-indo.blogspot.com iii sASTRA JENDRA Hayuningrat pANGRUWATing dIYU Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu Agus Sunyoto @Pustaka Sastra LKiS, 2012 xii + 552 halaman, 13 x 20 cm 1. Sastra Jendra Pangruwat Diyu 2. Sastra-Sejarah 2. Sufisme ISBN: 979-25-5376-2 ISBN 13:978-979-25-5376-5 Editor: Ahmala Arifin Rancang Sampul: C. Narto Lay out: Santo Penerbit & Distribusi: LKiS Yogyakarta Salakan Baru No. 1 Sewon Bantul Jl. Parangtritis Km. 4,4 Yogyakarta Telp.: (0274) 387194, 7472110 Faks.: (0274) 417762 http://www.lkis.co.id e-mail: [email protected] Anggota IKAPI Cetakan I: 2012 Percetakan: PT LKiS Printing Cemerlang Salakan Baru No. 1 Sewon Bantul Jl. Parangtritis Km. 4,4 Yogyakarta Telp.: (0274) 7472110 e-mail: [email protected] iv Agus Sunyoto D PENGANTAR REDAKSI G Agama bukanlah tujuan, melainkan jalan untuk mencapai kesadaran spiritual dan ketuhanan. Menjadikan agama sebagai tujuan hanya akan melahirkan fanatisme keagamaan berlebihan yang bisa berupa pamrih iming-iming surga dan atau terhindar dari siksa neraka. Lebih dari itu, menjadikan agama semata-mata sebagai tujuan cenderung bersifat destruktif terhadap ibadah formal keagamaan itu sendiri maupun bagi kesalehan sosial. Sebaliknya, sebagai jalan menuju kesadaran spiri- tual, agama menyediakan jalan (-jalan)bagi seorang salik untuk berdekat-dekatan dengan Tuhannya, Dzat Yang Maha Gaib sekaligus Maha Tampak. Agama dalam hal ini lebih sebagai laku spiritual, menghayati kehidupan dengan jiwa ketuhanan yang sepi ing pamrih, berpikir positif terhadap takdir Tuhan. Laku spiritual ini hanya bisa dijalankan oleh jiwa-jiwa yang siap lahir-batin menyerahkan hidupnya untuk menapaki jalan syari’at, thariqat, haqiqat, dan ma’rifat. Anehnya, tidak selalu jalan menuju kesadaran spiritual dan ketuhanan tersebut ditempuh secara “positif” seperti pada umumnya, tetapi melalui jalan v sASTRA JENDRA Hayuningrat pANGRUWATing dIYU “negatif”, seperti yang ditempuh oleh tokoh “Saya Sudrun” dalam novel ini. Saya Sudrun, Kiai Sudrun, atau Sudrun Edan, diminta belajar menapaki jalan mencari Allah, Tuhan Robbul ‘Alamin, justru dari iblis. Bagaimana mungkin Sudrun diminta belajar kepada iblis, makhluk Tuhan yang divonis sesat dan terkutuk untuk menemukan Kebenaran Ilahiah? Jangan-jangan itu adalah bisikan setan untuk menjerumuskannya dalam kesesatan?! Novel ini sangat menarik karena menyajikan perspektif baru dalam dua hal: Pertama, novel ini dalam konteks sufisme dalam pengertiannya yang luas—yang prototipenya bisa dirujuk ke Sunan Kalijaga, Syaikh Siti Jenar hingga ke ajaran tasawuf Ibn ‘Arabi—mengisahkan ke-salik-an sosok Saya Sudrun dalam menemukan Kebenaran Ilahiah, bahkan hingga harus mengembara ke India, menjalani kehidupan dengan beragam karakter manusia lintas agama dan aliran, memungut hakikat cinta sejati dengan perempuan-perempuan yang ditemuinya. Sebagai manusia biasa, Saya Sudrun bukanlah manusia yang sok tahu, suci, terbebas dari dosa. Namun, Saya Sudrun, karena ke-sudrun-annya, yang berbeda dari manusia lainnya, dianugerahi kemampuan ber- komunikasi dengan apa yang digambarkannya sebagai kilatan cahaya petir, berkilau seperti kilatan halilintar, yakni ruh-ruh yang dikatagorikan sebagai ruh para auliya, termasuk dengan ruh eyangnya sendiri. Dari kilatan cahaya yang aneh dan misterius itulah, Sudrun mendapat bimbingan tentang apa itu hakikat vi Agus Sunyoto ajaran Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu (hlm. 94-95). Kedua, secara epistemologis, Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, atau sering disebut juga dengan Sastra Hajendra Pangruwat Diyu, disebut sebagai ilmu spiritual, yakni ilmu tentang kebatinan dan ketuhanan. Ia termasuk katagori ngelmu yang mengandung kebenaran faktual, nilai-nilai luhur, dan keagungan akan kesempurnaan penilaian terhadap hal-hal yang belum nyata bagi manusia pada umum- nya; ilmu sejati atau pengetahuan tentang rahasia seluruh semesta alam (fisik dan metafisik) beserta dinamikanya. Jelasnya, Sastra Pangruwat adalah ilmu pengetahuan batin sebagai jalan untuk mencapai kesempurnaan hidup. Cakupan Sastra Pangruwat itu sendiri meliputi ajaran tentang ketuhanan, alam semesta, manusia, dan kesempurnaan; yang semuanya bisa dirangkum sebagai ajaran budi pekerti. Dalam konteks ini pula kita bisa menyebut al-Qur’an sebagai Sastra Pangruwat; sebagai sumber segala sumber hukum danpustaka-indo.blogspot.com tatanan hidup manusia. Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Agus Sunyoto, yang telah berbaik hati menyelesaikan pembacaan ulang terhadap novel ini. Dengan terbitnya novel ini diharapkan dapat memperkaya wawasan kita dalam khazanah sastra kraton Jawa di tanah Nusantara. Setelah novel ini, akan segera terbit novel lainnya, yakni Ki Ageng Badar Wonosobo, Bayt al-Jawhr, dan Khatra. vii sASTRA JENDRA Hayuningrat pANGRUWATing dIYU Dan kepada sidang pembaca, kami mengucapkan terima kasih atas kesetiaannya menikmati karya-karya terbitan kami. Selamat membaca.*** viii Agus Sunyoto D KILASAN-KILASAN G Ketika Saya lahir di penghujung tahun 1960-an, Saya memiliki naluri liar untuk membuka dan menyingkap sesuatu yang terselubung. Saya yang sebelumnya bersemayam di dalam kegelapan rahim, termangu-mangu dan menangis penuh takjub ketika menyingkap gerbang kerahasiaan hidup hingga ia terlontar ke sebuah dimensi yang disebut dunia. Bersama melesatnya sang waktu yang menumbuh- kan Saya, naluri liarnya untuk menyingkap dan membuka-buka sesuatu yang terselubung semakin melonjak. Segala apa yang ada di sekitarnya dibuka- buka dan disingkap-singkapnya. Dan Saya pun karena desakan naluri liarnya itu kemudian digelari Sudrun karena dia suka menyingkap rok, tirai, pintu, lubang WC, lubang kunci, buku-buku, majalah-majalah, dan segala sesuatu yang dianggapnya menyimpan keter- selubungan. Saya pun pada gilirannya terperangkap dalam balutan citra Sudrun yang membawanya ke sebuah rentang pengalaman utuh sebagai anak manusia dan anak zaman yang hidup dilingkari peristiwa dan pengalaman absurd. ix sASTRA JENDRA Hayuningrat pANGRUWATing dIYU Dalam perjalanan hidupnya, Sudrun telah meng- ajak Saya untuk menyingkap berbagai hal yang berada di sekitar mereka. Satu saat Sudrun dan Saya me- nyingkap-nyingkap semua kerahasiaan Swayamprabha Sulistyawati seperti Hanoman menyibak misteri Swayamprabha; dan Sudrun serta Saya menemukan ketakjuban luar biasa meski pada akhirnya mereka tahu bahwa di balik kerahasiaan Swayamprabha Sulistyawati tersembunyi kerahasiaan yang lebih hakiki yang terus dicarinya. Di satu saat, Sudrun dan Saya menyingkap rahasia kuburan orang-orang yang telah mati, dan mereka mendapat hikmah yang amat dalam. Tetapi mereka tahu bahwa itu bukanlah hakikat kerahasiaan yang mereka cari. Mereka terus mencari dan mencari sampai menemukan sosok-sosok absurd seperti Ita Martina dan Chandragupta. Saya kembali menemukan ketakjuban demi ketakjuban ketika berhasil menyingkap kerahasiaan diri Saya sendiripustaka-indo.blogspot.com yang terperangkap dalam tubuh wadag Sudrun. Saya menemukan sejumlah manusia bertemparemen buruk dan tercela yang tiada lain adalah personifikasi reflektif dari sifat-sifat Saya sendiri. Dan setelah berhasil memaknai kerahasiaan sifat-sifat tercelanya sendiri, Saya makin menukik ke dalam relung-relung alam pribadinya; di mana dia harus melepaskan ikatan demi ikatan untuk bisa terus menyingkap kerahasiaan dirinya. x Agus Sunyoto Saya semakin heran dan takjub ketika menyingkapi rahasia demi rahasia yang tersembunyi dalam diri Saya. Bahkan di dalam diri Saya itulah tertemukan rahasia hakiki alam semesta raya di mana Saya harus meng- arungi tujuh samudera, tujuh hutan belantara, tujuh gurun, tujuh gunung, dan tujuh langit di dalam dirinya, sampai Saya terlempar ke satu titik kenyataan absurd di mana akal budi dan perasaannya melarut ke dalam perasaan semesta; Saya telah mati tetapi Sudrun tetap hidup. Pada suatu waktu yang absurd, Saya mendadak hidup kembali dan disatukan dengan Sudrun. Tetapi Saya dan Sudrun telah menjadi lain dari Saya dan Sudrun sebelumnya. Saya dan Sudrun yang baru, menyatu dalam kehidupan baru yang terangkai dalam makna hakiki Khatra yang setiap detik bertasbih di lingkaran cahaya hitam penuh misteri. Berjuta-juta makhluk terbang mencari ketersembunyian dan kerahasiaan Khatra, tetapi hanya satu dua yang berhasil menemukan. Sementara Khatra terus bertasbih sambil mengumandangkan pekik kebebasan bagi para burung dan ruh burung-burung, dia menyampaikan isyarat bahwa sebuah kematian besar sedang mengintai sebuah kehidupan anak-anak manusia; dan sekalipun burung-burung dalam sangkar menertawakan ke-ab- surd-an isyaratnya, Khatra terus bertasbih dalam kesunyian dan kehampaan sambil terus menguman- dangkan pekik kebebasan dalam nyanyian azali Nuur- i-Khatra: Haqq…Haqq…Haqq! Agus Sunyoto, Juni 1989 xi sASTRA JENDRA Hayuningrat pANGRUWATing dIYU D Daftar Isi G Pengantar Redaksi D v Kilasan-Kilasan D ix Daftar Isi D xiii Satu D 1 Dua D 29 Tiga D 53 Empat D 79 Lima D 115 Enam D 143 Tujuh D 173 Delapan D 209 Sembilan D 243 Sepuluh D 267 Sebelas D 313 Dua Belas D 335 Tiga Belas D 379 Empat Belas D 419 Lima Belas D 457 Enam Belas D 489 Tujuh Belas D 519 Kepustakaan D 549 Tentang Penulis D 551 xii Agus Sunyoto D SATU G alau engkau mau mencari Allah, belajarlah “ Kdari iblis!” Bagai kilatan cahaya petir, bisikan misterius itu membentur gugusan telinga batin saya tanpa dapat saya ketahui maksudnya. Kilatan itu muncul begitu saja dengan
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages564 Page
-
File Size-