Prof.Dr. H. Abd. Rahim Arsyad, M.A. EDISI REVISI Dawal Femikin dan Ajaran -3 3 Anre Gurutta K.H.Abd RahmanyAmbo Dalle Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang: memindahkan Dilarang memperbanyak atau sebagian kedalam bentuk tertulis atau seluruh isi buku ini apapun tanpa ijin dari penerbit All Rights Reserved Dakwah, Pemikiran dan Ajaran Dalle Abd. Rahman Ambo Anre Gurutta K.H. Penulis M.A Prof. Dr. H. Abd.Rahim Arsyad, Editor Dr.H.Sudirman L, MH.I Rahinm, M.Th.I Muhammad Rafiiy Letak: dan Tata Desain Cover M.M Akmal Ibrahim, S.Kom, Revisi 2020. Edisi Pebruari Cetakan ke 2, Agustus 2017 Cetakan ke 1, Percetakan: Bandung Pameun8peuk, Mujahid Press Kunci, Bojong No. 6, Tambakan Jln. Jawa Barat 40376 ISBN: 978-979-762-584-9 18 Penerbit: No. Buah Pena Publishing Blok B2 91132 Soreang Indalh Selatan. Pondok Sulawesi BTN Parepare, Soreang, Kec, DAKWAH, PEMIKIRAN KEISLAMAN DAN AJARAN ANRE GURUTTA H. ABD. RAHMAN AMBO DALLE Prof. Dr. H. Abd. Rahim Arsyad, M.A Editor Dr. H. Sudirman L . M. H Muhammad Rafi’iy Rahim,M. Th.I KATA PENGANTAR الحمد هلل كافى المهمات وكاشف المدلهمات ، والصﻻة والسﻻم على أشرف المخلوقات ، سيدنا محمد وعلى آله وصحبه والتابعين ، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين . Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. Yang telah memberikan Inayah dan Taufiq kepada penulis sehingga buku tentang Anre Gurutta H. Abd. Rahman Ambo Dalle dapat diselesaikan. Buku ini ditulis atas dorong oleh teman-teman khususnya warga DDI. Dan dorongan/harapan ini semakin kuat setelah Muktamar DDI yang ke 24 dilaksanakan di Sudiang Makassar tahun 2014, agar Anre Gurutta Ambo Dalle dapat dikenang sepanjang masa baik mereka yang pernah bersama dan menyaksikan Anre Gurutta dari dekat maupun generasi yang tidak pernah bersama dengannya dan menyaksikan secara fisik, sehingga mereka dapat mengenal beliau melalui buku ini, untuk dijadikan sebagai panutan dan ibrah sehingga warisan yang di tinggalkan kepada kita yaitu “Darud Dakwah wal-Irsyad” (DDI) dapat dibina dan dikembangkan dengan baik sesuai dengan perkembangan zaman. Mungkin mereka beralasan bahwa penulis adalah salah seorang anak didiknya yang pernah mendampingi beliau selama 30 tahun (1966-1996) dan mengenal Anre Gurutta baik Kepribadiannya maupun Dakwah, Pemikiran dan Ajarannya. Oleh karena itu penulis memohon kepada Allah SWT. Agar dapat dimudahkan untuk mewujudkan harapan tadi dan al-hamdulillah Allah SWT mengabulkan doa penulis dan buku ini penulis memberi judul dengan “Dakwah, Pemikiran Keislaman dan Ajaran Anre Gurutta H. Abd. Rahman Ambo Dalle” Penulis membagi buku ini kepada 4 bagian. Yaitu, Bagian pertama, Biografinya, kedua, Gerakan Dakwahnya, ketiga, Pemikiran ke-Islamannya dan ke empat Ajaran-ajarannya. Buku ini tentu masih jauh dari pada kesempurnaan, dan memerlukan tambahan disana sini dan perbaikan oleh karena itu penulis mengharapkan kepada teman-teman dan warga DDI agar dapat membantu untuk menyempurnakan buku ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga buku ini dapat selesai, semoga kontribusinya mendapat Amal Jariyah. Penulis mengharapkan kepada Allah SWT agar buku ini menjadi Pengabdian Ilmiah dan menambah khazanah keilmuan yang bermanfaat 2 وما توفيقى إﻻ باهلل عليه توكلت وإليه أنيب Penulis, H. Abd. Rahim Arsyad 3 BAGIAN PERTAMA Biografi Anre Gurutta H. Abd.Rahman Ambo Dalle Sengkang Wajo. Desa UjungE merupakan kampung yang terletak di Kecamatan Tana Sitolo, tujuh kilometer sebelah utara Sengkang ibu Kota Kabupaten Wajo. Dipinggir danau tempe itu, sebuah rumah panggung terlihat dari jauh nampak begitu asri dengan sebutan “Saoraja Bakka’E“ (Kediaman keluarga bangsawan). Di saoraja inilah pada hari selasa sekitar tahun 1896 M. atau hari selasa tahun 1900 M. seorang anak bayi laki-laki lahir dari pasangan yang berdarah bangsawan bugis. Ayahnya bernama Andi Ngati Daeng Patobo (Puang Tobo) dan ibunya bernama Andi Cendara Dewi (Puang Cendaha). Saat mengandung konon Puang Cendaha bermimpi melihat cahaya keluar dari perutnya. AGH. Abd. Rahman Ambo Dalle, kalau ditanya tentang tahun kelahirannya, beliau tidak dapat pastikan, beliau hanya mengatakan saya lebih tua dari pada Soekarno (1901) M. saya jauh lebih tua dari pada Anre Guruta Puang Haji Sade (K.H.M. As’ad (1907) M. saya sudah besar dan mengingat apa yang terjadi ketika tentara Hindia Belanda menyerang Bone yang dimulai pada bulan juli 1905.M dan ditakklukkan pada tahun 1906 M. dan Raja Bone ditangkap dan diasingkan ke Bandung pada 14 Desember 1905. Peperangan ini merambat sampai kewilayah tetangganya wajo, saya bersama keluarga lari mengungsi ketempat yang aman. Selain itu terjadi peperangan sebelumnya antara Raja Bone (Arumpone) Lapawa woi Karaeng segeri melawan penjajah Belanda dan Pemerintah Hindia Belanda berhasil menancapkan kekuasaannya pada tahun 1901 M. Kalau yang dimaksudkan AGH. Ambo Dalle perang antara belanda dengan bone pada tahun 1906 M. Maka tahun kelahiran AGH.Ambo Dalle dapat diduga pada tahun 1900. Tapi kalau yang dimaksud perang tahun 1901 M. maka dapat diduga kelahirannya adalah pada tahun 1896 M. atau umurnya mencapai persis 100 tahun beliau meninggal pada tahun 1996 M. karena beliau sudah mengingatnya dengan jelas, maka diperkirakan umurnya sudah lima tahun keatas karena umur tersebut anak-anak sudah mengingat dengan jelas Oleh Kedua orang tuanya bayi itu diberi nama Ambo Dalle. Ambo’ bahasa bugis yang berarti bapak sedang Dalle berarti rezeki. Jadi Ambo Dalle artinya bapak rezeki (Sumber rezeki). 4 Mungkin kedua orang tuanya memberi nama itu sebagai tafaul (Harapan) agar bayi itu putra semata wayangnya senantiasa mendapat rezeki yang lapang dan melimpah dan membawa perobahan nasib bukan hanya kepada keluarganya, melainkan juga kepada masyarakatnya. Puang Ngati Daeng Patobo memang seorang yang dituakan dikampung itu, ia menjadi tokoh dan pemimpin masyarakat. Kehormatan ini diberikan masyarakat bukan karena ia memang seorang keturunan bangsawan, tetapi lebih dari itu karena Puang Tobo sendiri adalah orang yang menaruh perhatian tinggi kepada masyarakatnya. Kepada beliaulah warga disekitar kerap mengadukan persoalan-persoalan yang tengah melilit hidupnya mulai dari mas’alah ekonomi hingga masa’alah yang menyangkut keharmonisan rumah tangga. Maka tak heran, apabila masyarakat menaruh harapan besar kepada sang bayi putra pasangan Puang Tobo dan Puang Cendaha, agar kelak dapat menjadi penerus kepemimpinan ayahandanya. Ketika Ambo Dalle dilahirkan, Wajo adalah salah satu kerajaan yang masih diakui belanda sebagai negeri yang berstatus contractueele bondgenooten, yakni negeri merdeka secara hukum setara dengan pemerintah Belanda, tetapi sudah terikat perjanjian dengan pemerintah penjajahan. Pada tahun 1905-1906. Pemerintah penjajahan Hindia Belanda melancarkan perang pasifikasi terhadap semua kerajaan merdeka di Sulawesi Selatan, yang berakhir dengan pemaksaan kepada raja dan pembesar kerajaan yang ditaklukkan untuk menandatangani perjanjian pendek yang disebut korteverklaring. Setelah berhasil menaklukkan semua kerajaan merdeka itu, pemerintah kolonial Belanda menyatukan seluruh kerajaan di Sulawesi Selatan kedalam satu wilayah pemerintahan setingkat provinsi yang dipimpin oleh seorang Gubernur. Dibawah gubernur ditempatkan seorang Residen yang bertugas memimpin sebuah Afdeeling. Dibawah Residen ditempatkan seorang Kontroleur (Petoro) yang bertugas memimpin sebuah Onder Afdeeling. Dibawah Kontroleur ditempatkan seorang Regent (Kepala Distrik) yang memimpin sebuah Distrik. Dibawah Kepala Distrik terdapat kepala-kepala desa atau kampung yang langsung berhubungan dengan rakyat. Kondisi Wajo ketika Ambo Dalle dilahirkan (masa kanak-anak) pada tahun 1900 M. (awal mula penobatan Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE sebagai Arung Matowa Wajo) Tidak kondusif. Para pemimpinnya saling bertikai diantara mereka, maka rakyat Wajo pula yang menjadi korban. Situasi dan kondisi yang jelas berbeda dengan kerajaan-kerajaan yang lain 5 disekitarnya pada masa itu. Akhirnya dapatlah dimengerti bahwa tahun-tahun pertama kepemimpinannya di Tana Wajo, Sri Baginda Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE Arung Matowa Wajo, lebih memperioritaskan konsulidasi dengan para pemimpin Wajo yaitu Petta EnnengngE (yang terdiri dari Ketiga Ranreng dan ketiga BatE Lompo di Wajo). Serta mengupayakan untuk memajukan sektor perkebunan dan pertanian. Hal ini dapat dilihat tindakan beliau dengan memerintahkan untuk mengambil bibit tumbuhan sawo di Gowa untuk ditanam di Palaguna yang tentunya bukanlah sekedar penyaluran hobby belaka. Jadi Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE adalah tokoh kharismatik yang memenuhi tugas kesejarahannya. Beliau tidak secara berstrusterang mengangkat senjata untuk memerangi Pemerintah Hindia Belanda karena kondisi amanah yang diembannya lebih memperioritaskan kesejahteraan rakyatnya. Namun sejarah kemudian mencatat bahwa anak keturunan dan menantu-menantunya adalah tokoh utama dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagaimana yang disebut sebelumnya bahwa awal penobatannya sebagai Arung Matowa Wajo situasi dan kondisi sangatlah buruk, akibat pertikaian diantara mereka. Kegundahan Sang Arung Matowa ini sedemikian berlarut-larut hingga tak tertahankan lagi. Pada suatu hari Sri Baginda meninggalkan Tana Wajo, bertolak menuju Pare-pare dengan terlebih dahulu singgah di Sidenreng pada sepupu sekalinya. Ishak Manggabarani KaraEng MangEppE lebih memilih untuk tinggal di Parepare seraya tetap memikirkan kebaikan Tana Wajo. Ketiadaannya di Wajo justru kemudian menyadarkan pihak-pihak yang bertikai. Ketiga Ranreng dan ketiga BatE Lompo (Petta EnnengngE)
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages229 Page
-
File Size-