Candi Panataran: Candi Kerajaan Masa Majapahit

Candi Panataran: Candi Kerajaan Masa Majapahit

CANDI PANATARAN: CANDI KERAJAAN MASA MAJAPAHIT Hariani Santiko Abstrak. Candi Panataran adalah candi kerajaan (State Temple) Kerajaan Majapahit, didirikan di sebuah tanah yang berpotensi sakral karena di tempat itu terdapat prasasti Palah dari jaman Kadiri, berisi tentang pemujaan Bhatara ri Palah. Berdasarkan angka tahun yang ditemukan di kompleks candi, setidaknya Candi Panataran dipakai sejak pemerintahan Raja Jayanagara hingga Ratu Suhita. Pada jaman Majapahit, Candi Panataran adalah candi untuk memuja Paramasiwa yang disebut dengan berbagai nama, tattwa tertinggi dalam agama Siwasiddhanta. Bahkan ada kemungkinan sebuah Kadewaguruan (tempat pendidikan agama) dibangun di sekitar kompleks candi, tetapi dimana kepastian letaknya, belum jelas. Candi Panataran adalah “pusat spiritual” kerajaan Majapahit. Kata Kunci: Bhatara ri Palah, Parwatararajadewa, Trisamaya, Rabut Palah, Kadewaguruan, axis mundi Abstract. Panataran Temple was a state temple of the Majapahit Kingdom, which was built on a piece of land that had the potency to be sacred because there was an inscription, the Palah inscription, from the Kadiri period. The inscription is about devotion to Bhatara ri Palah. Based on a date found within the temple complex, it is assumed that at least the Panataran Temple was functioned since the reigning periods of King Jayanagara until Queen Suhita. During the Majapahit period, the Panataran Temple was a temple dedicated to Paramasiwa, who was known by various names, the highest tattwa in Siwasiddhanta religion. In fact, there is a possibility that a Kadewaguruan (centre of religious teachings) was built around the temple complex, but the exact location is yet to be found. The Panataran Temple was the “spiritual centre” of the Majapahit Kingdom. Keywords: Bhatara ri Palah, Parwatararajadewa, Trisamaya, Rabut Palah, Kadewaguruan, axis mundi 1. Keletakan, Usia, dan Nama Candi Kerajaan Kadiri, yaitu prasasti Palah dari tahun Kompleks Candi Panataran terletak 1197 Śaka yang dikeluarkan atas perintah raja di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Śṛṅga. Prasasti sekarang masih in-situ, berisi Kabupaten Blitar. Candi terletak di sekitar tentang hadiah sima untuk seseorang yang 13 km sebelah timur kota Blitar, dan berada bernama Mpu Iswara Mapanji Jagwata, yang di sebelah barat daya lereng Gunung Kelud, telah berjasa karena melakukan pūja setiap hari gunung berapi yang sangat aktif memuntahkan kepada Paduka Bhatara ri Palah (OJO LXXIV). lahar. Kompleks candi terbagi dalam 3 Keistimewaan Kompleks Candi halaman, halaman terpenting tempat candi Panataran, keistimewaan Candi Panataran induk didirikan adalah halaman ke-III atau terlihat pada ukuran kompleks candi yang halaman paling belakang. Ketiga halaman luas, dibangun di atas hamparan tanah seluas tersebut memperlihatkan ketinggian yang 12,946 m2 (Wahyudi 2005:36), di samping itu tidak sama, halaman III dahulunya lebih candi di bangun di atas tanah yang berpotensi tinggi permukaan tanahnya dari halaman II, sakral sejak jaman Kadiri. Dalam kompleks I. Namun karena lahar Gunung Kelud yang tersebut terdapat sebuah prasasti dari masa sering meletus, tinggi permukaan tanah ketiga 20 halaman hampir sama. Bahkan keletakan 2 antar keluarga kerajaan tetap berlanjut, oleh patung Dwarapala (penjaga pintu gerbang) karenanya Wikramawarddhana tidak mungkin Kompleks Panataran sekarang lebih rendah dari konsentrasi pada bidang kesenian. Di samping jalan di depan kompleks. Secara keseluruhan, pertentangan keluarga, wabah kelaparan pun candi menghadap ke barat, atau lebih tepatnya sedang terjadi di Majapahit (Noorduyn 1982: antara barat dan barat daya. Berbagai sisa sarana 208). ibadah yang ada di ketiga halaman tersebut, di Nama candi, dalam beberapa sumber tambah 2 buah pemandian suci (patīrthān), di tertulis yaitu kakawin Nāgarakṛtāgama, buat pada masa berbeda, berlangsung dalam Kidung Margasmara yang berasal dari tahun kurun waktu 257 tahun. 1380 Saka (1458 Masehi) dan naskah Sunda Usia Candi. Kebiasaan yang baik Kuna Bhujangga Manik yang diperkirakan pada jaman Majapahit ini adalah, seringkali berasal dari sekitar tahun 1500, ada beberapa mencantumkan angka tahun pendirian nama. Dalam Nāgarakṛtāgama disebut Palah suatu bangunan atau arca, hal yang belum (Nāgarakṛtāgama pupuh XVII, pupuh LXI:2, pernah terjadi pada masa sebelumnya. Raja pupuh LXXVIII:2). Sementara itu dalam Majapahit yang mulai membangun Candi Kidung Panji Margasmara (Robson 1979:310), Panataran adalah raja kedua Majapahit, yaitu dan dalam naskah Bhujangga Manik Raja Jayanagara (1309-1328), Kemudian (Noorduyn 1982:434), menyebutnya Rabut dilanjutkan oleh Ratu Tribhuwanotunggadewī Palah.1 Dalam Kidung Margasmara terdapat yang memerintah tahun 1328-1350, kemudian pula nama Panataran, namun menurut Rājasawarddhana dyah Hayam Wuruk tahun penelitian Deny Yudo Wahyudi, dengan 1350-1389, dan Suhitā yang memerintah tahun memperhatikan konteks dalam kalimatnya, 1400-1477 (Sumadio 1984:430-441). Sebagai “panataran” merupakan bagian dari Palah, contoh dua buah Dwarapala (penjaga pintu) bukan nama lain dari Palah. Kemungkinan gerbang masuk Kompleks Candi Panataran terkait dengan kata “natar” yang berarti berangka tahun 1242 Śaka (1320 Masehi), “halaman”, apabila benar maka “Rabut Palah” Candi Angka Tahun 1291 Śaka (1369 Masehi), dapat diduga merupakan penyebutan nama Dwarapala candi induk semuanya berangka sebuah kompleks percandian tempat upacara tahun 1239 Śaka (1347 Masehi) dan lain berlangsung yang berupa sebuah dataran, sebagainya. Berdasarkan angka tahun tersebut, sedangkan Panataran mungkin merupakan Candi Panataran dikaitkan dengan 4 orang nama dari salah satu bangunan sucinya yang raja, yaitu: paling besar (Wahyudi 2005:122). - Raja Jayanagara (1309 – 1328) Dugaan tersebut masuk akal, namun - Ratu Tribhuwanottungadewi (1328-1350) menurut pendapat penulis, “panataran” - Raja Hayam Wuruk (1350-1389) mungkin berasal dari kata “natar” yang berarti - Ratu Suhita (1400 – 1477) “halaman”, maka kata “panataran” berarti Angka tahun semasa pemerintahan seluruh halaman kompleks tempat aktivitas Raja Wikramawarddhana, ayah Ratu Suhita, agama, dan Rabut Palah adalah nama bangunan yang memerintah tahun 1389-1400, tidak sucinya? Bukankah dalam naskah Bhujangga ditemukan. Alasannya dapat penulis kaitkan Manik dikatakan: dengan pendapat N.J.Krom (1931:427, 430- ….Rabut Palah 432), yang mengungkapkan bahwa di Majapahit kabuyutan Majapahit ketika itu sedang terjadi krisis eksternal nu disēmbah ka na Jawa maupun internal. Perang saudara antara …………… Wikramawarddhana (keraton timur) melawan datang nu puja ngancana Wirabhumi dari Blambangan (keraton barat) nu nēmbah henteu pēgatna telah dimenangkan oleh Wikramawarddhana. nu ngidēran ti nagara2 (Noorduyn 1982:432). Namun kemenangan tersebut tetap tidak 1 Kata “rabut” dapat berarti tempat suci dan juga berarti bukit mengembalikan kejayaan Majapahit, intrik 2 Lihat Noorduyn untuk transliterasinya. 21 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 21 No.1 Mei 2012 Terjemahan: buah pendapa teras, sebuah struktur bata, …Rabut Palah dan sebuah candi yang disebut Candi Angka tempat suci di Majapahit Tahun. Pendopo Teras pertama oleh Satyawati yang dipuja oleh segenap (orang) Jawa Sulaiman (1981) disebut “Bale Agung” terletak mereka datang memuja beramai-ramai3 di sebelah barat laut, membujur utara-selatan yang menyembah tiada putus-putusnya dengan ukuran panjang 37 m x 18,84 m, tinggi mereka datang dari segala penjuru (Wahyudi 1,44 m. Dinding polos, namun di bagian bawah 2005:123-124). terdapat hiasan berupa 10 ekor naga yang berlilitan, seolah menyangga teras tersebut. Nama tempat suci Panataran ini yang Kepala naga yang ada di sudut pipi-pipi tangga rupanya masih tertinggal, bahkan dipakai menjadi lapik arca Dwarapala tangga tersebut. untuk menyebut seluruh kompleks termasuk Pendapa Teras (batur) kedua membujur bangunan sucinya. utara-selatan pula, tetapi lebih kecil ukurannya dari “Bale Agung” yaitu 29,05 m x 9,22 2. Penemuan dan Tinjauan Singkat Data m, tinggi 1,50 m. Seperti teras pertama, Artefaktual Pendapa Teras ini berada di atas lilitan 8 Dalam kitab Sir Stamford RafllesThe ekor naga. Dinding diberi relief, yang dibaca History of Java (1817) disebut nama seorang secara prasawya (kebalikan arah jarum jam), Belanda bernama Horsfield yang telah tetapi belum semua bisa dikenali ceritanya/ melakukan kunjungannya ke Kompleks adegannya. Di antaranya terdapat relief naratif Panataran. Kemudian Rigg tahun 1849 Sang Satyawan, Sri Tanjung, Bubuksah dan menguraikan struktur bangunannya dalam Gagangaking. dan beberapa adegan yang karangannya berjudul “Tour from Soerabaia” belum diketahui ceritanya misalnya pada sudut dimuat dalam Journal India Archipelago, no.3, timur laut terdapat relief yang menggambarkan halaman 236-247. Setelah itu banyak lagi yang seseorang memakai topi těkěs, menghadap membicarakan Candi Panataran, dari berbagai Bhatārī Durgā yang ada di kuburan Setra segi. Gandamayu, dikelilingi oleh berbagai jenis Seperti telah dikemukakan terdahulu, hantu (Santiko 1987). kompleks candi terdiri atas 3 halaman, yaitu Menarik perhatian adalah di bingkai halaman I, II, III dan 2 buah kolam suci, kita sebelah atas sebagian dari relief terdapat sebut saja patīrthān I dan II. Patīrthān I inskripsi sebagai petunjuk kepada śilpin sekarang ada di luar halaman candi di tepi yang memahat relief di bawahnya4. Inskripsi jalan raya, sedangkan patīrthān II terdapat di pendek-pendek tersebut berjumlah 19 buah, halaman III di sudut tenggara dan keletakannya dan sebagian dari inskripsi tersebut telah lebih rendah dari halaman III. Kolam

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    10 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us